BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
4.1
Profil Perusahaan Pada
1992
Pemerintah
Indonesia
mengeluarkan
deregulasi
sector
ketenagalistrikan. Proses ini berawal dengan diterbitkannya Keputusan Presiden (Keppres) No. 37 Tahun 1992 tentang pemanfaatan sumber dana swasta melalui pendirian pembangkit swasta yang kemudian diikuti dengan penyusunan kerangka dasar dan pedoman jangka panjang restrukturisasi sector ketenagalistrikan oleh Departemen Pertambangan dan Energi pada 1993. Sebagai penerapan tahap awal, pada 1994 PLN diubah statusnya dari Perum menjadi Persero. Kemudian pada tanggal 3 Oktober 1995, PT PLN (Persero) membentuk dua anak perusahaan, PT Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa-Bali I (PLN PJB I) dan PT Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa-Bali II (PLN PJB II). Anak perusahaan ini ditujukan untuk menjalankan usaha komersial pada bidang pembangkitan tenaga listrik dan usaha-usaha lain yang terkait. Pada 3 Oktober 2000, bertepatan dengan ulang tahunnya yang kelima, Manajemen Perusahaan secara resmi mengumumkan perubahan nama PLN PJB I menjadi PT Indonesia Power. Perubahan nama ini merupakan upaya untuk menyikapi
46
47
persaingan yang semakin ketat dalam bisnis ketenagalistrikan dan sebagai persiapan untuk privatisasi Perusahaan yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat. Walaupun sebagai perusahaan komersial di bidang pembangkitan baru didirikan pada pertengahan 1990-an, Indonesia Power mewarisi berbagai sejumlah aset
berupa
pembangkit
dan
fasilitas-fasilitas
pendukungnya.
Pembangkit-
pembangkit tersebut memanfaatkan teknologi modern berbasis komputer dengan menggunakan beragam energi primer seperti air, gas, batubara, panasbumi hingga bahan bakar minyak. Pembangkit-pembangkit yang dimiliki oleh Indonesia Power dikelola dan dioperasikan oleh 8 (delapan) Unit Bisnis Pembangkitan: Priok, Suralaya, Saguling, Kamojang, Mrica, Semarang, Perak & Grati dan Bali. Secara keseluruhan, Indonesia Power memiliki daya mampu sebesar 8.978 MW. Ini merupakan daya mampu terbesar yang dimiliki oleh sebuah perusahaan pembangkitan di Indonesia. Visi: Menjadi Perusahaan Publik dengan Kinerja kelas Dunia dan bersahabat dengan Lingkungan. Misi: Melakukan usaha dalam bidang ketenagalistrikan dan mengembangkan usaha-usaha lainnya yang berkaitan, berdasarkan kaidah industri dan niaga yang sehat, guna menjamin keberadaan dan pengembangan perusahaan dalam jangka panjang. Tujuan:
Menciptakan mekanisme peningkatan efisiensi yang terus-menerus dalam penggunaan sumber daya perusahaan.
48
Meningkatkan pertumbuhan perusahaan secara berkesinambungan dengan bertumpu pada usaha penyediaan tenaga listrik dan sarana penunjang yang berorientasi pada permintaan pasar yang berwawasan lingkungan.
Menciptakan kemampuan dan peluang untuk memperoleh pendanaan dari berbagai sumber yang saling menguntungkan.
Mengoperasikan pembangkit tenaga listrik secara kompetitif serta mencapai standar kelas dunia dalam hal keamanan, keandalan, efisiensi maupun kelestarian lingkungan.
Mengembangkan budaya perusahaan yang sehat diatas saling menghargai antar karyawan dan mitra kerja, sertamendorong terus kekokohan integritas pribadi dan profesionalisme. PT. Indonesia Power memiliki salah satu anak perusahaan yaitu PT Cogindo
DayaBersama (CDB) yang merupakan salah satu perusahaan yang mengembangkan teknologi cogeneration di Indonesia, yaitu teknologi pembangkitan listrik dan thermal dengan efisiensi yang maksimal yang telah banyak dikembangkan di seluruh penjuru dunia. PT. Cogindo DayaBersama berdiri pada tanggal 15 April 1998 dan berkantor pusat di Jakarta, mulai beroperasi pada tanggal 1 Juli 1998. Saham CDB 99% dimiliki oleh PT Indonesia Power. Hingga saat ini perusahaan telah berkembang menjadi perusahaan yang solid dan memiliki reputasi serta track record yang baik dalam dunia bisnis energi di negeri ini.
49
4.2
Rencana Investasi Nilai Proyek Pengadaan PLTD MFO Apung Tanjung Batu adalah sebesar
US$ 13.015 Juta atau ekuivalen Rp. 122.345 Milyar pada kurs Rp. 9.400 / US$ terdiri dari: Tabel 4.1 Total investasi yang diperlukan Keterangan
Total Biaya
•
Barge Plant
Rp. 15.679.200.000,-
•
Used Engine, aux & instalasi
Rp. 93.574.180.000,-
•
Others
Rp.
Sub Total
Rp. 111.223.103.000,-
Total (incl. PPN)
Rp. 122.345.413.300,-
1.969,723.000,-
4.3 Pendanaan Sumber pembiayaan investasi dalam pembangunan PLTD ini terbagi dalam dua bagian yaitu, proyek akan didanai dengan menggunakan 50% Pinjaman dan 50% Equity. Bunga pinjaman yang diberikan oleh bank adalah sebesar 12,5% per tahun dengan jangka waktu pengembalian selama 4 (empat) tahun. Dengan jumlah pinjaman bank sebesar Rp61.172.706.650,- maka diperoleh jumlah pelunasan pokok dan bunga kredit sebesar Rp 19.511.645.700,- per tahun selama 4 tahun. Selain itu juga dilakukan analisis dengan menggunakan 30% Pinjaman dan 70% Equity. Hal ini dimaksudkan untuk membandingkan hasil mana yang lebih baik dari opsi 1 (50:50) dan opsi 2 (30:70).
50
4.4 Asumsi-asumsi untuk Penelitian Berikut ini merupakan beberapa asumsi yang berkaitan dengan penelitian. Asumsi-asumsi tersebut adalah sebagai berikut: •
Penetapan Kurs Kondisi perekonomian Indonesia akhir-akhir ini masih belum stabil, maka
mengakibatkan kondisi kurs valuta asing menjadi tidak menentu. Maka diperlukan penetapan kurs guna membantu proyeksi keuangan yang ada. Sehingga dalam penelitian ini ditetapkan US$ 1 setara dengan Rp. 9.400,-. •
Penjualan Harga jual tarif listrik untuk PLTD MFO Apung Tanjung Batu yaitu sebesar
Rp. 326,58,- / kWh. Dan jumlah penjualan tergantung pada kapasitas mesin. •
Biaya Tetap Biaya tetap merupakan pengeluaran rutin yang setiap tahun harus dikeluarkan
sehubungan dengan pengoperasian PLTD MFO Apung Tanjung Batu. Biaya tersebut meliputi biaya tenaga kerja dan administrasi, biaya asuransi, biaya operating and maintenance. - Biaya Tenaga Kerja dan Administrasi Untuk gaji tenaga kerja dan admininistrasi diasumsikan setiap tahun akan mengalami kenaikan sebesar 5 %.
51
- Biaya Operating and Maintenance Pemeliharaan mesin dilakukan secara berkala. Biaya-biaya yang dikeluarkan adalah untuk perawatan mesin dan membeli sparepart. Untuk tahun berjalan biaya akan mengalami kenaikan sebesar 5 % untuk setiap tahunnya. - Biaya Asuransi Biaya asuransi ini diperlukan untuk sebagai antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya kerusakan dan hal-hal yang tidak diinginkan. Besarnya biaya asuransi yaitu sebesar Rp. 487.430.000,-/ tahun •
Biaya Variabel Biaya variabel yang dimaksud adalah biaya-biaya produksi tidak langsung
seperti biaya kimiawi, biaya air, biaya pelumas, dsb. Besarnya biaya perawatan adalah sebesar Rp. 2.943.360.000,-. Untuk tahun berjalan biaya akan mengalami kenaikan sebesar 5 % untuk setiap tahunnya. •
Biaya Bunga Bank Biaya bunga atas pinjaman bank dibayarkan setiap bulannya. Penjelasan
mengenai bunga bank dijelaskan pada lampiran.
52
4. 5 Kriteria Keputusan Penganggaran Modal Dari data-data yang diperoleh kemudian digunakan beberapa kriteria capital budgeting untuk pengambilan keputusan dalam penelitian ini dan juga sebagai dasar penentuan apakah investasi PLTD ini layak atau tidak.
•
Net Present Value
Opsi 1 : NPV dihitung dengan menggunakan tingkat diskonto 11,38 %. Dalam perhitungan, Net Present Value (NPV) yang dihasilkan menunjukkan angka yang negatif yaitu (Rp. 18,693,831,029,-) . Opsi 2: NPV dihitung dengan menggunakan tingkat diskonto 12,43 %. Dalam perhitungan, Net Present Value (NPV) yang dihasilkan menunjukkan angka yang negatif yaitu (Rp. 27,015,337,920,-) . •
Internal Rate of Return
Opsi 1: Internal Rate of Return (IRR) yang dihasilkan dari periode proyeksi ini adalah sebesar 3,37%, yang berarti lebih kecil dari tingkat bunga pinjaman bank yang diasumsikan sebesar 12,5 %. Opsi 2: Internal Rate of Return (IRR) yang dihasilkan dari periode proyeksi ini adalah sebesar 2,62%
53
•
Profitability Index
Opsi 1: Profitability Index (PI) selama periode proyeksi diperoleh sebesar 0,7950 yang lebih kecil dari 1. Opsi 2: Profitability Index (PI) selama periode proyeksi diperoleh sebesar 0,7289 yang lebih kecil dari 1. •
Discounted Payback Period
Opsi 1 dan Opsi 2: Discounted Payback Period yang dihasilkan selama periode proyeksi adalah lebih dari 4 tahun yaitu melebihi masa proyek.
4. 6 Analisis Sensitivitas Proyek Variabel-variabel yang disajikan pada analisis sensitivitas antara lain adalah: 1. Jika tariff listrik naik sebesar 3 % 2. Capacity Factor turun menjadi 77% dari 80% 3. Menaikkan biaya tenaga kerja, di mana diasumsikan gaji tenaga kerja mengalami kenaikan sebesar 3% menjadi 8 % 4. Jika depresiasi rupiah terhadap dollar naik sebesar 3 %
54
Untuk perhitungan analisis sensitivitas selama periode proyeksi dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.2 Analisis kelayakan berdasarkan IRR, NPV, PI dan Discounted Payback Period (Opsi 1) Keterangan
NPV (Rp)
IRR
PI
Discounted Payback Period
0
(18,693,831,029)
3,37%
0,7950
> 4 Tahun
1
(16,430,720,586)
4,20%
0,8135
> 4 Tahun
2
(21,445,839,542)
2,32%
0,7725
> 4 Tahun
3
(18,829,967,788)
3,32%
0,7939
> 4 Tahun
4
(20,129,607,186)
2,83%
0,7832
> 4 Tahun
Tabel 4.3 Analisis kelayakan berdasarkan IRR, NPV, PI dan Discounted Payback Period (Opsi 2) Keterangan
NPV (Rp)
IRR
PI
Discounted Payback Period
0
(27,015,337,920)
2,62%
0,7289
> 4 Tahun
1
(24,842,669,189)
3,38%
0,7466
> 4 Tahun
2
(29,288,682,505)
1,76%
0,7103
> 4 Tahun
3
(27,146,052,239)
2,57%
0,7278
> 4 Tahun
4
(28,393,774,989)
2,13%
0,7176
> 4 Tahun
Dari hasil analisis sensivitas terhadap variabel-variabel yang mempengaruhi kriteriakriteria capital budgeting, dapat dilihat bahwa pembangunan PLTD ini sangat sensitif terhadap penurunan capacity factor serta terhadap kenaikan depresiasi rupiah terhadap dolar. Sedangkan
variabel-variabel yang lainnya tidak terlalu sensitif
terhadap perubahan yang diasumsikan terjadi.
55
Opsi 1 (50:50):
Grafik NPV Asumsi 0 0
1
2
3
4
(5,000,000)
Rp
(10,000,000) (15,000,000)
(16,430,720) (18,693,931)
(20,000,000)
(21,445,839)
(18,829,967) (20,129,607)
(25,000,000)
Gambar 4.1 Grafik analisis sensitivitas untuk nilai Net Present Value
Grafik IRR 5.00% 4.50% 4.20%
Persentase
4.00% 3.50%
3.37%
3.32%
3.00%
2.83%
2.50%
2.32%
2.00% 1.50% 1.00% 0
1
2
3
4
Asumsi
Gambar 4.2 Grafik analisis sensitivitas untuk nilai Internal Rate of Return
56
Grafik PI 0.82 0.8135
0.81
Nilai
0.80
0.795
0.79
0.7939 0.7832
0.78 0.7725
0.77 0.76 0.75 0
1
2
3
4
Asumsi
Gambar 4.3 Grafik analisis sensitivitas untuk nilai Profitability Index Opsi 2( 30:70):
Grafik NPV (22,000,000) (23,000,000)
0
1
2
3
4
(24,000,000) (24,842,669)
Rp
(25,000,000) (26,000,000) (27,000,000)
(27,015,337)
(27,146,052)
(28,000,000) (29,000,000)
(28,393,774) (29,288,682)
(30,000,000) Asumsi
Gambar 4.4 Grafik analisis sensitivitas untuk nilai Net Present Value
57
Grafik IRR 4.00%
Persentase
3.50%
3.38%
3.00% 2.62%
2.50%
2.57% 2.13%
2.00% 1.76%
1.50% 1.00% 0
1
2
3
4
Asumsi
Gambar 4.5 Grafik analisis sensitivitas untuk nilai Internal Rate of Return
Grafik PI 0.75
0.7466
0.74
Nilai
0.73
0.7289
0.7278
0.72
0.7176 0.7103
0.71 0.70 0.69 0
1
2
3
Asumsi
Gambar 4.6 Grafik analisis sensitivitas untuk nilai Profitability Index
4
58
4.7 Ukuran Kinerja Keuangan 4.7.1 Rasio Likuiditas Rasio Likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana perusahan melunasi hutang-hutangnya. Semakin besar rasio likuiditas, maka semakin baik perusahaan tersebut. Dari data laporan keuangan yang diperoleh, maka rasio likuiditas dari proyek PLTD tersebut adalah sebagai berikut: -
Current Ratio Pada tahun pertama didapat current ratio sebesar 0,30 kali, dan terus meningkat sampai tahun ketiga sebesar 2,52 kali. Kemudian tahun keempat current ratio nilainya nol, karena pada tahun tersebut sudah tidak memiliki hutang lagi.
-
Quick Ratio Pada tahun pertama didapat quick ratio sebesar 0,30 kali, dan terus meningkat sampai tahun ketiga sebesar 2,52 kali. Kemudian tahun keempat quick ratio nilainya nol, karena pada tahun tersebut sudah tidak memiliki hutang lagi.
4.7.2 Rasio Leverage Rasio leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar kegiatan operasi proyek dibiayai oleh modal pinjaman. Dari data laporan keuangan yang diperoleh , maka rasio leverage dari proyek adalah sebagai berikut:
59
-
Total Debt to Equity Ratio Opsi 1: Pada tahun pertama didapat total debt to equity ratio sebesar 0,82 kali, dan terus menurun sampai tahun ketiga sebesar 0,27 kali. Kemudian tahun terakhir total debt to equity ratio adalah nol, karena pada tahun tersebut sudah tidak memiliki hutang lagi. Opsi 2: Pada tahun pertama didapat total debt to equity ratio sebesar 0,34 kali, dan terus menurun sampai tahun ketiga sebesar 0,11 kali. Kemudian tahun terakhir total debt to equity ratio adalah nol, karena pada tahun tersebut sudah tidak memiliki hutang lagi.
-
Total Debt to Total Asset Ratio Pada tahun pertama didapat total debt to total asset ratio sebesar 0,45 kali, dan terus menurun sampai tahun ketiga sebesar 0,21 kali. Kemudian tahun terakhir total debt to total asset ratio adalah nol, karena pada tahun tersebut sudah tidak memiliki hutang lagi.
-
Total Time Interest Earned Ratio Opsi 1: Pada tahun pertama didapat total time interest earned ratio sebesar 0,89 kali, dan terus meningkat sampai tahun keempat sebesar 5,63 kali. Opsi 2: Pada tahun pertama didapat total time interest earned ratio sebesar 1,47 kali, dan terus meningkat sampai tahun keempat sebesar 9,28 kali.
60
4.7.3 Rasio Aktivitas Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktivitas proyek PLTD MFO Apung dalam menggunakan danadananya secara efisien dan efektif. Dari data laporan keuangan yang diperoleh , maka rasio aktivitas dari proyek adalah sebagai berikut: -
Total Asset Turnover Ratio Pada tahun pertama total asset turnover ratio adalah 0.607 kali, dan terus meningkat sampai tahun terakhir sebesar 0,903 kali.
-
Receivables Turnover Ratio Receivables turnover ratio selama periode proyeksi menunjukkan angka yang stabil yaitu sebesar 12,00 kali.
-
Collection Period Collection period selama periode proyeksi menunjukkan angka yang stabil yaitu sebesar 30,42 atau 31 hari.
4.7.4 Rasio Profitabilitas Rasio Profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa jauh efektifitas manajemen dalam mengelola perusahaannya. Dari data laporan keuangan yang diperoleh , maka rasio profitabilitas dari proyek adalah sebagai berikut: -
Operating Profit Margin Pada tahun pertama didapat operating profit margin sebesar 9,41 % dan terus meningkat hingga tahun terakhir sebesar 10,80 %
61
-
Net Profit Margin Opsi 1: Pada tahun pertama didapat net profit margin sebesar -1,17 % dan terus meningkat hingga tahun terakhir sebesar 6,21 % Opsi 2: Pada tahun pertama didapat net profit margin sebesar 2,10 % dan terus meningkat hingga tahun terakhir sebesar 6,74 %
-
Return on Asset Opsi 1: Pada tahun pertama didapat return on asset sebesar -0,71 % dan terus meningkat hingga tahun terakhir sebesar 5,61 % Opsi 2: Pada tahun pertama didapat return on asset sebesar 1,19 % dan terus meningkat hingga tahun terakhir sebesar 4,28 %
-
Return on Equity Opsi 1: Pada tahun pertama didapat return on equity sebesar -1,29 % dan terus meningkat hingga tahun terakhir sebesar 5,61 % Opsi 2: Pada tahun pertama didapat return on equity sebesar 1,60 % dan terus meningkat hingga tahun terakhir sebesar 4,28 %