BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Variabel Penelitian & Hipotesis Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah : 1. Variabel ( X ) : Kesepian (loneliness) 2. Variabel ( Y ) : Kesehjateraan Psikologis (psychological well-being)
3.1.1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional 1. Dalam penelitian ini, definisi operasional loneliness adalah tinggi rendahnya skor yang diperoleh dari UCLA Loneliness Scale. Semakin tinggi skor loneliness, maka semakin tinggi loneliness yang dialami individu. 2. Variable kedua dalam penelitian ini adalah psychological well-being. Definisi operasional dari psychological well-being adalah tinggi rendahnya skor total dari alat The Ryff Scale of Psychological well-being. Seluruh skor dalam skala ini akan dijumlahkan untuk mendapatkan skor total yang menunjukkan tingkat psychological well-being seseorang. Semakin tinggi skor total, semakin tinggi tingkat psychological well-being.
3.1.2 Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permalahan penelitian, yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Hipotesis menyatakan hubungan apa yang kita cari tau atau apa yang ingin dipelajari. (Nazir, 2003)
Ho
: Tidak terdapat korelasi antara loneliness dan psychological
well-being pada dewasa muda lajang yang berkarier. Ha
: Terdapat korelasi antara loneliness dan psychological well-
being pada dewasa muda lajang yang berkarir.
3.2 3.2.1
Subjek Penelitian & Tehnik Sampling Karakteristik Subjek Penelitian Karakteristik responden dari penelitian ini adalah: a. Subjek berusia 26-35 tahun. Menurut Gibson (2005), usia tersebut termasuk dalam tahap jenjang karir stabilitas, dimana pekerjaan merupakan bagian dari kehidupan yang berjalan dengan menyenangkan. b. Tidak memiliki pasangan. Tidak memiliki pasangan, yaitu berpacaran atau tidak memiliki hubungan
romantis,
karena
diasumsikan
dapat
berperan
mempengaruhi kesepian yang dirasakan seseorang. c. Laki-laki maupun perempuan Jenis kelamin tidak dibatasi karena dapat memperkaya hasil penelitian. d. Berkantor di daerah Jakarta Jakarta adalah kota besar dimana banyak ditemukan fenomena dewasa muda melajang yang berkarir, sehingga akan mudah mendapatkan data.
Adanya pembatasan karakteristik subjek penelitian ini merupakan salah satu bentuk kontrol terhadap variable sekunder yang dapat mempengaruhi variable X dan Y.
3.2.2
Teknik Sampling Penelitian ini menggunakan tipe non-random / non-probability sampling
dimana tidak semua anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi unit sampel. Subjek yang menjadi unit sampel hanyalah yang berusia 26-35 tahun dari keseluruhan populasi pria dan wanita lajang yang berkarier. Metode pengambilan sampel yang dipilih adalah accidential sampling, yaitu mengambil sampel dari anggota populasi yang tersedia saat itu, dengan karakteristik yang telah disebutkan diatas. Teknik accidential sampling ini termasuk kedalam jenis nonprobability sampling (Kerlinger & Lee, 2000), dimana tidak setiap elemen dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dimasukkan ke dalam sampel penelitian. Sampel yang diikutsertakan dalam penelitian adalah yang paling mudah untuk diakses oleh peneliti. 3.3
Desain Penelitian Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam pelaksanaan
dan perencanaan penelitian atau dalam pengertian yang sempit desain penelitian hanya mengenai pengumpulan dan analisis data saja. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, jelas, rinci, spesifik, pengamatan dan pengukuran (Sugiyono, 2012). Desain penelitian dengan metode kuantitatif adalah sebuah metode yang datanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka. Desain ini sangat spesifik karena dirancang untuk mengetahui
objek tertentu, dibuat berdasarkan data dari hasil pengukuran, berdasarkan variabel penelitian yang ada. 3.4
Alat Ukur Penelitian Metode
pengumpulan
data
dala
penelitian
ini
dilakukan
dengan
menggunakan alat ukur berupa kuesioner, alat ukur yang berisi pertanyaan dan digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Penelitian ini berupa Skala Likert, artinya pertanyaan yang memiliki jawaban berbentuk skala deskriptif. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2012).
3.4.1
Alat Ukur Loneliness Untuk meneliti perasaan kesepian (loneliness) pada responden, peneliti
menggunakan UCLA Loneliness Scale Version 3 yang dikembangkan oleh Russel dan Cutrona (1988). UCLA Loneliness Scale adalah pengukuran unidimensi berjenis likert yang memiliki empat alternatif jawaban, yaitu “tidak pernah”, “jarang-jarang”, “kadang-kadang”, dan “sering”. Terdapat 20 item di dalam UCLA Loneliness Scale Version 3, sembilan diantaranya merupakan item positif dan sebelas lainnya merupakan item negatif. Peneliti membiarkan susunan item sesuai dengan urutan aslinya dimana penyebaran item positif pada penelitian ini adalah :
Table 3.1 Sebaran Item Loneliness Scale
Sebaran Item Loneliness Scale F
UF
1, 4, 5, 6, 9, 10, 15, 16, 19, 20
2, 3, 7, 8, 11, 12, 13, 14, 17, 18
Salah satu kelebihan dari skala ini adalah tidak ada satu item pun yang menggunakan kata “kesepian” atau “sepi”. Alat ukur ini tidak memiliki dimensi sehingga tidak terdapat pengkategorisasian item. Aturan pemberian skor untuk item dengan pernyataan positif dan negatif dapat dilihat pada table 3.2.:
Tabel 3.2 Skor UF & F Loneliness Scale
Alternatif Jawaban Tidak pernah Jarang Kadang-kadang Sering
Item Positif Skor 4 Skor 3 Skor 2 Skor 1
Item Negatif Skor 1 Skor 2 Skor 3 Skor 4
Skor total loneliness responden didapatkan dengan menjumlahkan skor ke 20 item. Dengan begitu, hasil maksimal yang didapatkan adalah 80 sedangkan hasilnya minimal 20. Dalam pengadaptasiannya, peneliti menerjemahkan UCLA sendiri dengan dibantu oleh kenalan peneliti yang bekerja sebagai penerjemah. Beberapa kata kemudian diganti berdasarkan hasil perbadingan tersebut. Berdasarkan masukan dari pembimbing skripsi, peneliti kemudian melakukan double check dengan meminta kenalan peneliti lainnya untuk menerjemahkan kembali alat ukur tersebut kedalam bahasa aslinya (back translation). Revisi kemudian dilakukan berdasarkan masukan tersebut. Kata-kata yang tidak sesuai dirundingkan kembali
dan diganti dengan kata-kata yang lebih sesuai. Nilai koefisien reliabilitas dari alat ukur loneliness scale milik Russel (1978) ini adalah sebesar 0,96. Nilai koefisien ini berada diatas nilai 0,8 yang merupakan nilai koefisien reliabilitas yang baik. Hal ini menunjukkan bahwa alat ukur ini konsisten dalam mengukur loneliness.
3.4.2
Alat ukur Psychological Well-being The Ryff Scales of Psychological Well-Being merupakan skala yang
dikembangkan Ryff untuk mengukur Psychological well-being seseorang yang disusun oleh Carol D. Ryff (1989). Skala ini terdiri dari 42 item. Masing-masing item mempunyai rentang skala likert antara 1 hingga 4. Rentang skor dari skala ini antara 0-100. Semaikin tinggi skor, maka semakin tinggi tingkat psychological well-being. Item-item pada skala ini merepresentasikan kualitas-kualitas personal yang berkontribusi pada psychological well-being seseorang, yaitu: penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain,otonomi, memiliki tujuan hidup, pertumbuhan pribadi, dan penguasaan terhadap lingkungan. Koefisien alfa (internal consistency) SPWB terendah terdapat pada dimensi otonomi sebesar 0,86 dan tertinggi 0,93 yang terdapat pada dimensi penerimaan diri. Perhitungan interkorelasi di antara keenam dimensi PWB menunjukkan hasil antara 0,32 (dimensi otonomi dengan dimensi lingkungan positif terhadap orang lain) sampai sebesar 0,76 (dimensi penguasaan lingkungan dengan penerimaan diri). Sementara, pengujian reliabilitas test-retest menunjukkan koefisien yang berkisar antara 0,81 untuk pertumbuhan pribadi dan penguasaan lingkungan, serta koefisien sebesar 0,85 untuk penerimaan diri (Ryff dalam Springer & Hauser, 2004).
Tabel 3.3 Skala Psychological Well-being
Jumlah Item
No.Item
Dimensi Penerimaan Diri
7
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
1, 2, 3, 4
5, 6, 7
Dimensi Hubungan Positif dengan Orang Lain
7
8, 9, 10, 11, 12, 13, 14
8, 9, 10, 11
12, 13, 14
7
15, 16, 17, 18, 19, 20, 21
15, 16, 17, 18
19, 20, 21
7
22, 23, 24, 25, 26, 27, 28
22, 23
24, 25, 26, 27, 28
7
29, 30, 31, 32, 33, 34, 35
29, 30
31, 32, 33, 34, 35
7
36, 37, 38, 39, 41, 42
36, 37, 38, 39
40, 41, 42
Dimensi Otonomi
Dimensi Tujuan Hidup
Dimensi Pertumbuhan Pribadi Dimensi Penguasaan Terhadap lingkungan
3.4.3
Sebaran Item F UF
Dimensi
Validitas & Reliabilitas Alat Ukur
3.4.3.1 Validitas Alat ukur Validitas adalah sejauh mana ketepatan apa yang diukur oleh tes tersebut dan seberapa baik pengukuran yang dilakukannya (Anastasi & Urbina, 2007). Suatu tes atau instrument dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dan tujuan dilakukannya pengukuran. Oleh karena itu sangat penting
dilakukannya uji validitas yakni mengetahui sejauh mana instrument penelitian dapat mencerminkan isi atau konstruk dari alat ukur. Untuk validitas penelitian ini dilakukan dengan metode internal consistency. Peneliti memutuskan untuk menggunakan validitas konstruk karena peneliti ingin melihat seberapa tepat alat ukur yang disusun dapat mengukur sample tingkah laku berdasarkan konstruk yang akan diukur. Salah satu cara untuk mengetahui validitas konstruk adalah dengan mengukur konsistensi internalnya (Anastasi & Urbina,
2007).
Untuk
mengukur
konsistensi
internal
tersebut,
peneliti
mengkorelasikan item dengan total skor di dalam suatu dimensi. Korelasi item dilihat dengan menggunakan corrected item-total correlation, dan apabila diketahui bahwa korelasi antara item dengan total skor dimensi di bawah 0,2 maka item tersebut akan dibuang setelah mempertimbangkan item secara kualitatif (Anastasi & Urbina, 2007). Berikut ini adalah tabel rangkuman validitas item yang mengacu pada hasil output SPSS 17.0 : a.
UCLA Loneliness Scale Tabel 3.4 : Hasil Uji Coba Validitas UCLA Loneliness Scale
No. Item
r Item dengan total skor
α Apabila Item Keputusan Akhir dieleminasi
1
0,416
0,770
Dipertahankan
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
0,238 0,347 -0,221 0,393 -0,029 0,514 -0,038 0,479 0,465 0,472 0,303
0,786 0,776 0,832 0,780 0,828 0,779 0,812 0,787 0,783 0,796 0,772
Dipertahankan Dipertahankan Dibuang Dipertahankan Dibuang Dipertahankan Dibuang Dipertahankan Dipertahankan Dipertahankan Dipertahankan
13 14 15 16 17 18 19 20
0,673 0,586 0,532 0,518 0,496 0,151 0,607 0,565
0,770 0,786 0,785 0,774 0,787 0,774 0,786 0,784
Dipertahankan Dipertahankan Dipertahankan Dipertahankan Dipertahankan Dibuang Dipertahankan Dipertahankan
Sumber: Data hasil olahan peneliti
Dapat dilihat dari table 3.4 bahwa dari korelasi setiap item dengan total skor loneliness, masih terdapat 4 item yang berada dibawah nilai 0,2, yaitu item nomor 4, 6, 8 dan 18.
b.
The Ryff Scales of Psychological Well-Being Tabel 3.5 : Hasil Uji Coba Validitas PWB
Dimensi
Dimensi Penerimaan Diri
Dimensi Hubungan Positif dengan Orang Lain
Dimensi Otonomi
Dimensi Tujuan
No. Item
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
r Item dengan total skor 0,216 0,131 -0,277 0,535 0,480 0,390 0,347 0,454 0,331 0,380 -0,089 0,406 0,652 0,319 0,266 0,055 -0,040 0,255 0,519 0,159 0,479 0,039 0,107
α Apabila Item dielemina si 0,831 0,833 0,844 0,824 0,823 0,826 0,828 0,825 0,828 0,827 0,836 0,826 0,817 0,829 0,830 0,835 0,838 0,830 0,822 0,833 0,825 0,834 0,833
Keputusan Akhir
Dipertahankan Dibuang Dibuang Dipertahankan Dipertahankan Dipertahankan Dipertahankan Dipertahankan Dipertahankan Dipertahankan Dibuang Dipertahankan Dipertahankan Dipertahankan Dipertahankan Dibuang Dibuang Dipertahankan Dipertahankan Dibuang Dipertahankan Dibuang Dibuang
α tiap dimensi
0,449
0,475
0,612
Hidup
24 0,338 25 0,587 26 0,479 27 0,496 28 0,058 Dimensi 29 0,217 Pertumbuha 30 0,146 n Pribadi 31 0,048 32 0,566 33 0,606 34 0,527 35 0,422 Dimensi 36 0,156 Penguasaan 37 -0,086 Terhadap 38 0,239 Lingkungan 39 -0,087 40 0,646 41 0,371 42 0,444 Sumber: Data hasil olahan peneliti
0,828 0,822 0,825 0,823 0,837 0,831 0,832 0,836 0,821 0,821 0,823 0,826 0,832 0,837 0,831 0,838 0,820 0,827 0,825
Dipertahankan Dipertahankan Dipertahankan Dipertahankan Dibuang Dipertahankan Dibuang Dibuang Dipertahankan Dipertahankan Dipertahankan Dipertahankan Dibuang Dibuang Dipertahankan Dibuang Dipertahankan Dipertahankan Dipertahankan
0,560
0,591
0,286
Dapat dilihat dari tabel 3.5 bahwa dari korelasi setiap item dengan total skor PWB, masih terdapat 14 item yang berada dibawah nilai 0,2 yang dapat dilihat dari tabel diatas. 3.4.3.2 Reliabilitas Alat ukur Reliabilitas adalah menunjukkan sifat suatu alat ukur dalam pengertian apakah suatu alat ukur cukup akurat, stabil atau konsisten dalam mengukur apa yang diukur. Metode yang digunakan untuk mengukur reliabilitas tes adalah dengan menggunakan koefisien alfa (Anastasi & Urbina, 2007). Uji reliabilitas alat ukur ini peneliti menggunakan single-test administration. Hal ini disebabkan karena adanya keterbatasan waktu dan biaya untuk melakukan pengujian alat ukur sebanyak dua kali (test-retest) dan menggunakan pendekatan konsistensi internal yang mana prosedurnya hanya memerlukan satu kali pengenaan tes kepada sekelompok individu sebagai subjek penelitian.
Teknik yang digunakan adalah teknik Alpha Cronbach. Pengujian reliabilitas ini akan menghasilkan reliabilitas dari skala. Patokan besarnya nilai dari koefisien alfa didalam penelitian ini agar alat ukur yang ada dapat dikatakan reliable, mengikuti pernyataan dari Nunnally. Nunnally (dalam Kerlinger & Lee, 2000), mengatakan bahwa koefisien reliabilitas sebesar 0,5 sampai 0,6 dapat diterima. Berikut reliabilitas alat ukur UCLA Loneliness Scale dan The Ryff Scales of Psychological Well-Being berdasarkan masing-masing output SPSS 17.0.
Table 3.6 Nilai Reliabilitas Alat Ukur Reliability Statistics Alat Ukur
Cronbach's
N of Items
Alpha Loneliness Scale
0.801
20
PWB Scale
0.832
42
Sumber: Data hasil olahan peneliti
Pada alat ukur loneliness dan Psychological well-being scale, setelah peneliti melakukan uji coba diperolah nilai reliabilitas sebesar 0.801 dengan jumlah 20 buah item dan Pschological well-being 42 buah item. Setelah peneliti melakukan penghapusan terhadap item-item yang tidak valid, maka tersisa 16 item dari alat ukur loneliness scale. Sedangkan alat ukur Psychological well-being yang tersisa akibat penghapusan item yang tidak valid yang tersisa adalah 28 item. 3.5 3.5.1
Prosedur Persiapan Penelitian Tahap awal dalam memulai suatu penelitian peneliti harus menentukan topik
mana yang akan dijadikan penelitian, setelah melakukan pengkajian terhadap
beberapa topik. Peneliti melakukan persiapan dengan mengumpulkan beberapa fenomena yang akan dikaitkan dengan variabel yang akan diteliti. Setelah menemukan fenomena yang tepat, peneliti mencari literatur dari berbagai penelitian agar tinjauan teori lebih berisi dan kaya akan variabel yang akan diteliti. Pertamatama, Peneliti mengadaptasi skala Psychological well-being dan skala UCLA Loneliness, setelah itu menentukan metode apa yang akan dilakukan peneliti agar penelitian menjadi valid dan reliabel. Yaitu dengan face validity untuk mengetahui evaluasi kualitatif dari alat ukur yang disusun peneliti secara keterlihatan (bentuk kuesioner, kata-kata, dan lain sebagainya). Peneliti juga menggunakan content validity yaitu meminta pendapat dari Expert Judgement.
3.5.1.1 Uji keterbacaan Pada hari Senin, 10 Desember 2012, peneliti melakukan Uji Keterbacaan (face validity) kepada 2 (dua) orang kerabat peneliti yang sesuai dengan karakteristik penelitian. Setelah itu peneliti melakukan content validity yaitu meminta pendapat dari Expert Judgement yaitu kepada dosen Psikologi Klinis. Evaluasi yang disampaikan adalah sebagai berikut: 1. Kata-kata sudah cukup jelas, namun terdapat beberapa item yang terlihat mempunyai makna sama. 2. Perlu untuk mencari padanan kata yang lebih tepat sehingga tidak membingungkan subjek. 3. Keteraturan dalam huruf, jarak, dan kolom dalam kuesioner harus lebih diperhatikan. Setelah melakukan uji keterbacaan dan mengubah beberapa evaluasi tersebut, peneliti melakukan Uji coba atau Pilot Study.
3.5.1.2 Pilot Study Pada hari Kamis, 3 Januari 2013, peneliti melakukan Uji Coba terhadap Alat Ukur yang akan dijadikan Alat Ukur Penelitian. Uji coba ini bertujuan untuk menguji reliabilitas dan validitas Alat Ukur tersebut. Dari 32 kuesioner, hanya 24 kuesioner diantaranya yang dapat diolah (yang memenuhi kriteria subjek penelitian). Peneliti melakukan pengolahan data menggunakan perangkat lunak SPSS 17.0 dan Microsoft Office Excel 2007. Untuk menguji validitas kedua alat ukur, peneliti menggunakan metode validitas konstruk (construct validity). Metode validitas konstruk yang digunakan adalah internal consistency yaitu dengan mengkorelasikan skor peritem dengan skor total (Anastasi & Urbina, 2007). Rumus korelasi yang digunakan adalah Pearson Product Moment. Untuk menguji reliabilitas kedua alat ukur, peneliti menggunakan metode Alpha Cronbach, karena peneliti ingin mengetahui konsistensi respon subjek pada item-item dalam alat ukur tersebut.
3.5.2
Pelaksanaan Penelitian Tahap pelaksanaan akan dilakukan pada hari Senin, 14 Januari 2013 sampai
Jumat, 18 Januari 2013. Peneliti melakukan penyebaran secara accidental sampling dengan karakteristik yang telah disebutkan dan berdomisili di Jakarta. Penyebaran kuesioner berbentuk hardcopy dilakukan melalui dua cara yaitu menyebarkan langsung dan dititipkan kepada beberapa orang yang untuk kemudian disebarkan. Peneliti juga melakukan pengambilan data di 3 (tiga) tempat kerja dimana terdapat kerabat, saudara atau teman peneliti yang bekerja di tempat tersebut.
Hal itu
dilakukan agar peneliti dapat meminta bantuan mereka untuk menyebarkan kuesioner kepada para subjek penelitian yang tentunya sesuai dengan karakteristik subjek, di tempat mereka. Untuk mengontrol data yang diberikan partisipan, penitipan kuesioner tersebut disertai briefing singkat mengenai karakteristik partisipan yang hendak diteliti.
3.5.3
Teknik Pengolahan Data Setelah data kuesioner dari partisipan terkumpul, peneliti melakukan
pengujian statistik untuk menjawab pertanyaan penelitian. Pengujian statistik ini menggunakan SPSS 17.0, teknik uji yang digunakan antara lain: 1.
Statistik deskriptif. Metode ini digunakan untuk mengetahui mean, frekuensi, dan nilai maksimum minimum dari skor yang diperoleh subjek
dalam kuesioner
penelitian dan untuk
menggambarkan
perbedaan identitas diri yang dimiliki subjek penelitian. 2.
Pearson Product Moment Correlation. Metode ini digunakan untuk mengetahui nilai korelasi atau hubungan antara item, skor total, variable, dan lain sebagainya.
3.
Uji T-test untuk mengetahui perbedaan antara data kontrol dengan varabel terikat.
.