BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Tipe Penelitian Berdasarkan masalah pokok yang diteliti, yaitu bagaimana strategi media
gathering BEI dalam membangun citra perusahaan, maka tipe penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian yang bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Dengan tipe penelitian seperti ini, berarti peneliti hanya memaparkan situasi atau peristiwa, dan tidak menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesa atau pun membuat prediksi. 52 Menurut
Adi
Nugroho53
:
“Metode
deskriptif
bertujuan
untuk
menggambarkan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu secara faktual dan cermat”. Penelitian ini hanya memaparkan situasi atau peristiwa, penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesa atau membuat prediksi. 54 Dengan penelitian deskriptif maka data-data yang dikumpulkan tidak berupa angka-angka, melainkan berupa kata-kata dan gambar. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambar penyajian laporan tersebut. Data tersebut dapat berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, video tape, dokumen pribadi, catatan atau memo. Pertanyaan
52
Jallaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung: Remaja Karya, 1984), hal. 24 Nugroho, Metode Penelitian, hal. 35, 1996 54 Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, hal. 24, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1995 53
44
45
dengan kata tanya “mengapa”, alasan apa dan bagaimana terjadinya akan senantiasa dimanfaatkan oleh peneliti. 55 Kirk dan Miller yang dikutip oleh Lexy J. Moleong mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental tergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.56
3.2
Metode Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan oleh peneliti adalah metode
penelitian yang bersifat studi kasus. Mengenai pengertian studi kasus, Hadari Nawari menjelaskan “studi kasus adalah suatu penelitian yang memusatkan diri secara intensif terhadap suatu objek tertentu, dengan mempelajarinya sebagai suatu kasus”.
57
Adapun tujuan dari metode penelitian studi kasus menurut sumadi Suryabrata adalah “untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang, keadaan sekarang, dan interaksi lingkungan sesuatu unit sosial: kelompok, lembaga, atau masyaraka”t. 58 Menurut Robert K. Yin, secara umum studi kasus merupakan strategi yang pertanyaan penelitiannya berkenaan dengan masalah “How” dan “Why”, bila penelitian hanya mempunyai sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa55
Meleong J. Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004 Ibid 57 Hadari Nawari, Metode Penelitian Bidang Sosial. (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1985), Hal. 72 58 Sumadi Suryabrata.., opcit, Hal. 23 56
46
peristiwa atau kejadian-kejadian yang akan diselidiki, dan bilamanan fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer (masa kini) di dalam konteks kehidupan nyata. 59 Lebih lanjut Robert K. Yin menjelaskan bahwa ada empat (4) tipe desain untuk strategi studi kasus, yakni (1) desain kasus tunggal holistik; (2) desain kasus tunggal terpancang (embedded); (3) desain multi kasus holistik; (4) desain multi kasus terpancang. 60 Berkaitan dengan masalah pokok penelitian, studi kasus dimaksudkan untuk dapat menggambarkan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai strategi media gathering BEI dalam membangun citra perusahaan. Dan dari keempat tipe tersebut, tipe yang relevan dengan masalah pokok penelitian ini adalah tipe 1, yaitu desain kasus tunggal, dengan unit analisis tunggal. Hal ini sesuai dengan rumusan masalah yang terdiri dari satu kasus dan satu unit analisis. Kasusnya adalah strategi media gathering BEI dalam menjalankan fungsi media relations untuk membangun citra perusahaan, dan unit analisisnya adalah Public Relations BEI.
3.3 Subyek Penelitian Dalam sub bab ini, peneliti menginterpretasikan unit analisis sebagai informan atau narasumber. Menurut moleong, informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar
59 60
Robert K. Yin, Studi Kasus, Desain dan Metode. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), hal. 1 Ibid, Hal. 46
47
penelitian. Jadi, ia harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar belakang penelitian61 Syarat-syarat yang diperlukan dalam memilik informan adalah orang itu harus jujur, taat pada janji, patuh pada peraturan, suka berbicara, tidak termasuk anggota salah satu kelompok yang bertikai dalam latar penelitian, dan mempunyai pandangan tertentu tentang peristiwa yang terjadi. 62 Usaha untuk menemukan informan dapat dilakukan dengan cara melalui keterangan yang berwenang, baik secara formal maupun informal, dan melalui wawancara pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti. Key informan yang berkompeten untuk diwawancara dan dimintai informasi sehubungan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Irmawati Amran, Corporate Secretary PT. Bursa Efek Indonesia Alasan :
Beliau adalah Corporate Secretary / Kepala Divisi Sekretariat
Perusahaan, Beliau
dipandang sangat memahami mengenai seluk beluk
Humas. 2.
Sri Astuti Hilaliah, Kepala Unit bidang Media Relasi BEI Alasan
: Beliau merupakan Kepala Unit bidang Media Relasi dan sangat
kompeten memahami hubungan media relations dengan baik. 3.
Sukardi, Staff Unit Media Relasi Alasan : Saat ini beliau selain mengurus mengenai media relations dan beliau juga berperan dalam meningkatkan citra perusahaan melalui strategi hubungan kelembagaan dan juga orang yang mengelola kegiatan media
61 62
Meleong J. Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004 Ibid
48
relations, baik hubungan yang dikelola secara formal ataupun informal. peneliti yakin beliau adalah narasumber yang tepat untuk diwawancarai 6.
Julius , Wartawan Investor Daily Alasan : Beliau sebagai wartawan yang profesional pada perusahaannya, juga rutin meliput berbagai aktifitas BEI. Julius merupakan wartawan senior di bidang Pasar Modal. Tujuan peneliti mewawancarai Beliau adalah untuk mendapatkan gambaran dan masukan terhadap kegiatan media gathering yg diadakan BEI. Sebagai wartawan senior tentunya beliau sangat mengetahui hubungan antara BEI dengan media.
7.
Dahlia , Wartawan Bisnis Indonesia Alasan : Beliau sebagai wartawan yang profesional pada perusahaannya, juga rutin meliput berbagai aktifitas BEI. Tujuan peneliti mewawancarai Beliau adalah untuk mendapatkan gambaran dan masukan terhadap kegiatan media gathering yg diadakan BEI
8.
Rino , Wartawan NERACA Alasan : Beliau sebagai wartawan yang profesional pada perusahaannya, juga rutin meliput berbagai aktifitas BEI. Tujuan peneliti mewawancarai Beliau adalah untuk mendapatkan gambaran dan masukan terhadap kegiatan media gathering yg diadakan BEI
49
3.4
Tekhnik Pengumpulan Data Analisa data menurut Patton seperti dikutip Lexy Moleong63, adalah proses
mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Teknik yang peneliti gunakan dalam pengumpulan ada ada 2 (dua) macam, sebagai berikut :
3.4.1 Data Primer Untuk memperoleh data primer, maka dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara dengan para narasumber. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan tersebut dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interview) dan yang diwawancarai (interviewee).64 Menurut Guba dan Lincoln, ada empat jenis wawancara, yaitu : 1.
Wawancara oleh tim atau panel
2.
Wawancara tertutup dan wawancara terbuka.
3.
Wawancara riwayat secara lisan.
4.
Wawancara terstruktur dan wawancara tak terstruktur. 65
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara terbuka dan wawancara terstruktur karena jauh lebih bebas iramanya, sehingga ketika pembicaraan mulai menyimpang, peneliti dapat meluruskan kembali pembicaraan. Jika pewawancara hendak mempersiapkan suatu wawancara, pewawancara perlu membuat beberapa keputusan. Keputusan itu berkenaan dengan pertanyaan apa 63
Meleong J. Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004 Ibid 65 Ibid 64
50
yang perlu ditanyakan, bagaimana mengurutkannya, sejauh mana kekhususan pertanyaan itu, berapa lama itu dan bagaimana memformulasikan pertanyaan. Guba dan Lincoln mengklasifikasikan pertanyaan yang akan diajukan dalam wawancara di mana pertanyaan tersebut menyangkut: 1.
Pertanyaan hipotesis atau pertanyaan “bagaimanakah bila”.
2.
Pertanyaan yang mempersoalkan sesuatu yang ideal dan responden ditanya agar memberikan respon tentang hipotesis alternatif mengenai masa lalu, sekarang atau yang akan datang.
3.
Pertanyaan yang menanyakan dan menantang infoman untuk merespon dengan cara memberikan hipotesis alternatif atau penjelasan.
4.
Pertanyaan
interpretif
yang
menyarankan
kepada
informan
agar
memberikan interpretatif tentang kejadian-kejadian. 5.
Pertanyaan yang memberikan saran
6.
Pertanyaan alasan mengapa yang mengarahkan agar informan memberikan penjelasn tentang kejadian atau perasaan.
7.
Pertanyaan tipe arguman yang berusaha mengajak responden untuk menyatakan perasaan atau menunjukkan sikap yang apabila pewawancara tidak berada di situ, tidak akan tampak karena perasaan mereka tidak akan pernah terungkap begitu saja secara terus terang bila tidak ada yang menanyakan.
8.
Pertanyaan tentang sumber yang
berusaha mengungkapkan sumber
tambahan, informsi asli, dan atau dokumen tambahan.
51
9.
Pertanyaan yang berkualitas “ya-tidak”, yaitu pertanyaan yang berusaha menutupi identitas perasaan atau kepercayaan tentang sesuatu sedangkan pewawncara belum yakin.
10. Pertanyaan yang mengarahkan, dalam hal ini informan diminta untuk memberikan keterangan tambahan pada informasi yang disediakan. 66 Menurut Lincoln terdapat tiga cara penata urutan pertanyaan, Pertama, bentuk cerobong, yang mana pertanyaan-pertanyaan dimulai dari segi yang umum mengarah ke khusus. Kedua, kebalikan bentuk cerobong, yaitu mengajukan pertanyaan khusus terlebih dahulu, kemudian makin ke umum. Ketiga, rencana kuintamensional, yaitu memfokuskan pertanyaan-pertanyaan dari dimensi afektif, perilaku, perasaan atau sikap.
67
Namun yang digunakan dalam penelitian ini
adalah tata urutan bentuk cerobong. Setiap pertanyaan berikut berkaitan dengan yang sebelumnya dengan bentuk yang makin menyempit dan making mengkhusus. Menurut Moleong, terdapat beberapa hal penting yang perlu dilakukan pada saat pelaksanaan dan kegiatan sesudah wawancara, di antaranya : 1.
Pelaksanaan wawancara
2.
Strategi dan taktik berwawancara
3.
Pencatatan data wawancara
4.
Kegiatan sesudah wawancara.68
Pertanyaan yang akan diajukan kepada PR PT Bura Efek Indonesia dalam wawancara ini adalah pertanyaan seputar tugas Public Relations dalam 66
Meleong J. Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004 Ibid 68 Ibid 67
52
menjalankan fungsi media relations serta beberapa pertanyaan bersifat meminta tanggapan narasumber yang bersangkutan mengenai beberapa hal berkaitan dengan topik permasalahan. Pertanyaan tersebut diajukan agar peneliti dapat mengetahui kedekatan antara para wartawan, juga gaya komunikasi yang digunakan oleh Corporate Secretary BEI saat melakukan pembicaraan dengan para wartawan surat kabar mengarah pada orientasi komunikasi yang seperti apa. Sedangkan pertanyaan yang akan diajukan kepada media adalah pertanyaan yang menanyakan tentang hubungan yang telah terbina antara wartawan dengan BEI, informasi seputar gaya komunikasi Corporate Secretary BEI, dan juga tanggapan mereka terhadap perlakuan yang ditunjukkan oleh Corporate Secretary BEI. Hasil wawancara dengan para media tersebut dapat dijadikan sebagai bahan cross check dengan pendapat Corporate Secretary BEI tentag citra perusahaan yang telah terbentuk selama ini. Pendekatan yang dilakukannya kepada para media, dan juga tentang tanggapan yang diberikan oleh para media atas perlakuan yang diberikan kepada mereka. Peneliti akan memilih tiga orang dari media yang dianggap mewakili seluruh media lainnya, dengan kriteria telah menjalin hubungan dengan PR BEI selama satu (1) tahun atau lebih.
3.4.2 Data Sekunder Data sekunder adalah data yang tersedia melalui publikasi dan informasi dari berbagai organisasi atau perusahaan. Data sekunder dapat diperoleh dengan cara dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan berbagai data sebagai informasi
53
yang terbukukan, terekam atau tersimpan sehingga dapat digunakan sebagai sumber data. Seperti : media internal, majalah, jurnal, buletin, kliping berita, dan foto-foto. Selain itu dapat juga dilakukan studi kepustakaan yaitu dengan cara mempelajari buku-buku dan bahan-bahan tertulis yang ada hubungannya dengan permasalahan penelitian. Selain itu juga diambil bahan tertulis maupun teori yang didapat pada saat peneliti mengikuti perkuliahan.
3.5
Definisi Konsep Adapun konsep dari penelitian berjudul “Strategi Media gathering BEI
dalam Membangun Citra Perusahaan”, adalah : 1. Strategi Komunikasi Strategi Komunikasi merupakan suatu kesatuan rencana komunikasi dalam mencapai suatu tujuan.Strategi komunikasi harus mampu menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis harus dilakukan. Strategi sangat penting digunakan oleh suatu perusahaan atau organisasi dalam menyampaikan kebijakan-kebijakan, karena diharapkan dengan adanya strategi dalam mengkomunikasikan kebijakan itu akan memperkecil kesalahan penangkapan pesan dari para karyawannya. Strategi komunikasi merupakan bagian terpadu dari suatu rencana (plan), sedangkan rencana merupakan produk dari suatu perencanaan (planning) untuk mencapai tujuan.
54
2. Membina hubungan baik dengan Pers yaitu membangun sebuah hubungan yang harmonis antara BEIdengan pers dalam arti saling pengertian dan saling menguntungkan satu sama lain, hubungan saling memberi dan saling menerima antara kedua belah pihak sehingga akan tercipta suasana keakraban. 3. Media gathering Media gathering yang diadakan oleh Unit Media Relation BEI seperti outbond wartawan, edukasi wartawan diadakan dengan tujuan untuk meningkatkan hubungan baik dengan media sehingga demi tercapainya publisitas positif dan opini publik yang menguntungkan organisasi yang nantinya diharapkan akan berimbas pada meningkatnya kepercayaan masyarakat/investor
sehingga
transaksi
perdagangan
saham
BEI
meningkat. 4. Citra adalah gambaran hasil analisa berdasarkan pengetahuan dan pengertiannya dari fakta-fakta yang diperoleh yang dapat mempengaruhi keseluruhan persepsi seseorang. 5. PT. Bursa Efek Indonesia adalah merupakan Self Regulatory Organization (SRO) yang berperan sebagai fasilitator dalam perkembangan Pasar Modal Indonesia.
3.6
Fokus Penelitian Fokus penelitian dalam skripsi ini adalah mengenai strategi dan perencanaan
secara media gathering BEI dalam untuk membangun corporate image.
55
Fokus penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut : 1.
Strategi Komunikasi Strategi yang menjadi fokus utama peneliti dalam melakukan penelitian ini,
bertujuan untuk mengetahui program kehumasan Corporate Secretary BEI. Strategi komunikasi yang digunakan adalah media gathering untuk membina hubungan dengan insan media. Tujuannya adalah agar terciptanya publisitas yang positif di media yang bisa meningkatkan citra perusahaan. Dengan peningkatan citra perusahaan tentunya kepercayaan masyarakat/Investor akan Pasar Modal Indonesia akan meningkat yang akan berdampak pada meningkatnya harga IHSG, transaksi perdagangan dan juga laba perusahaan. 2.
Memahami Planning (perencanaan) Memahami proses perencanaan kegiatan media gathering BEI yang
dilaksanakan oleh Unit Media Relations melalui penentuan strategi yang ditetapkan oleh manajemen dan dituangkan dalam RKAT (Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan). Strategi perencanaan pengelolaan kegiatan kehumasan ini akan menjadi pedoman bagi setiap aktivitas kehumasan termasuk kegiatan media gathering di PT Bursa Efek Indonesia. Tujuan dari perencanaan adalah agar sejumlah kegiatan kehumasan yang berada dibawah Divisi Corporate Secretary yang telah direncanakan bisa berjalan sesuai dengan rencana dan bisa berjalan sesuai target waktu, tepat sasaran, sesuai tujuan yang telah ditetapkan perusahaan dan tentunya peningkatan citra positif PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) di mata khalayaknya yaitu para shareholders,
56
investor, calon investor dan peningkatan awareness masyarakat akan pasar modal Indonesia. 3.
Memahami Organizing (pengorganisasian). Proses pengorganisasian kegiatan media gathering BEI yang diwujudkan
dalam struktur organisasi, melalui pembagian tugas, tanggung jawab dan wewenang (job description) yang jelas, serta hubungan antar anggota, baik internal maupun eksternal publik, agar tercipta mutual understanding dan dukungan positif terhadap perusahaan. Pengorganisasian juga berfungsi untuk mencegah adanya konflik antar anggota, sehingga program yang dijalankan sesuai dengan target public relations. BEI melaksanakan tindakan dari perencanaan yang sudah ditentukan sebagai acuan. Dalam kegiatan Organizing (pengorganisasian) dilakukan tindakan sedemikian rupa agar tidak terjadi perubahan diluar yang telah direncanakan, sehingga tujuan dapat tercapai.
4.
Memahami Actuating (Penggiatan) Implementasi strategi komunikasi BEI melalui kegiatan media gathering
dilaksanakan berdasarkan strategi perencanaan, melalui aksi dan komunikasi dengan menjabarkan aktivitas program, tema, media komunikasi dan publisitas. Dalam kegiatan actuating dilakukan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya.
57
5.
Mengetahui kegiatan Controling (Evaluasi dan Kontrol) Pengevaluasian sendiri adalah proses pengawasan dan pengendalian
performa perusahaan untuk memastikan bahwa jalannya perusahaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Kegiatan ini juga bermaanfaat untuk mengetahui sejauhmana implementasi suatu kegiatan yang telah dirancang dalam suatu program dapat berjalan lancar, tepat sasaran. Kegiatan pengawasan juga dimaksudkan untuk mengetahui dan mengevaluasi respon atau opini dari khalayak atas program yang telah dijalankan oleh perusahaan. Pada tahap ini, untuk kegiatan media gathering yang telah dilaksanakan oleh BEI, kemudian Corporate Secretary BEI me-review secara sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan – tujuan perencanaan, mendapatkan informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa pelaksanaan kegiatan media gathering telah dilaksanakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan. Evaluasi kegiatan media gathering BEI untuk meningkatkan citra perusahaan dilaksanakan setiap akhir tahun dengan membandingkan kinerja perusahaan tahun sebelumnya. Peningkatan presentasi investor serta peningkatan jumlah transaksi perdagangan dijadikan acauan keberhasilan program ini.
58
3.7
Tekhnik Analisis Data Bogdan dan Biklen menyebutkan bahwa analisis data kualitatif adalah upaya
yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Berikut ini adalah proses berjalannya analisis data kualitatif menurut Seiddel : 1.
Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri
2.
Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan, membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya
3.
Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu. 69 (Moleong, 2006, p.330-331)
Penelitian ini hanya memakai tiga cara di atas. Cara nomor tiga tidak dapat diterapkan karena peneliti tidak mungkin sepanjang waktu selalu ada pada setiap situasi yang terjalin antara PR BEI dan wartawan surat kabar mengingat penelitian ini dibatasi oleh batas waktu tertentu. Singkatnya, peneliti akan menguraikan secara deskriptif hasil pengamatan di lapangan dan wawancara dengan para narasumber, dengan menggunakan bahasa yang lugas dan mudah dipahami guna membahas topik permasalahan.
69
Meleong J. Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004
59
3.8
Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Dalam setiap penelitian diperlukan adanya standar untuk melihat derajat
kepercayaan atau kebenaran dari hasil penelitian. Dalam penelitian kualitatif standar tersebut disebut dengan keabsahan data. Untuk menentukan keabsahaan data diperlukan teknik pemeriksaan. Peneliti menggunakan triangulasi sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data. Dimana dalam pengertiannya triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian. Menguji keabsahan data peneliti menggunakan teknik trianggulasi, yaitu pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut, dan teknik trianggulasi yang paling banyak digunakan adalah dengan pemeriksaan melalui sumber yang lainnya. Pada penelitian ini teknik keabsahan data dilakukan melalui standart kredibilitas yang dilakukan dengan melakukan trianggulasi teknik pengumpulan data dari hasil wawancara mendalam yang dilakukan oleh peneliti terhadap para subyek penelitian. Mengingat, bahwa peneliti mengumpulkan data dengan melakukan wawancara secara mendalam, yaitu dengan cara mengadakan tanya jawab dengan orang yang berwenang dan berkepentingan yang dapat memberikan data tentang masalah yang dibahas, berupa keterangan langsung. Data ini diperlukan untuk memperdalam atau memperkaya data.
60
Keseluruhan pertanyaan dan hasil wawancara dengan para subyek penelitian akan dirangkum didalam satu tabel untuk memudahkan dalam pemeriksaan, pengecekan keabsahan dan pada akhirnya memudahkan dalam analisa penarikan kesimpulan hasil wawancara.