BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Deskripsi Objek Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menetapkan objek penelitian yang akan diteliti adalah kegiatan publikasi jalur destinasi wisata pesisir yang dilakukan oleh Sudin KOMINFOMAS Jakarta Utara. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kegiatan publikasi Sudin KOMINFOMAS terhadap awareness wisatawan terhadap Pelabuhan Sunda Kelapa. 3.1.2 Identitas Instansi Nama Instansi
: Walikota Jakarta Utara
Bagian
: Suku Dinas Komunikasi Infomatika dan Kehumasan
Alamat
: Jl. Laksda Yos Sudarso 27-29 Tanjung Priok, Jakarta Utara.
No. Tlp
: 021 – 439 0581 atau 021 – 430 1124
Website
: www.utara.jakarta.go.id
27
28 3.1.3 Sejarah Walikota Jakarta Utara Wilayah Jakarta Utara merupakan bagian dari pemerintah daerah khusus Ibukota Jakarta. Ternyata pada abad ke 5 justru merupakan pusat pertumbuhan pemerintah kota Jakarta yg tepatnya terletak dimuara sungai Ciliwung di daerah Angke. Saat itu muara Ciliwung merupakan Bandar Pelabuhan Kerajaan Tarumanegara dibawah pimpinan Raja Purnawarman. Betapa penting wilayah Jakarta Utara pada Saat itu dapat dilihat dari perebutan silih berganti antara berbagai pihak, yang peninggalannya sampai kini dapat ditemukan dibeberapa tempat di Jakarta Utara, seperti Kelurahan Tugu, Pasar Ikan dan lain sebagainya. Untuk meningkatkan pelayanan pada masyarakat, pada bulan Agustus 1966 di DKI Jakarta dibentuk beberapa “Kota Administrasi”. Berbeda dengan kota Otonom yang dilengkapi dengan DPRD Tk. II, maka kota-kota Administrasi di DKI Jakarta tidak memiliki DPRD Tk II yang mendampingi Walikota. Berdasarkan Lembaran Daerah No. 4/1966 ditetapkanlah Lima wilayah kota Administratif di DKI Jakarta, yaitu : Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Barat, Jakarta Selatan & Jakarta Utara,yang dilengkapi dengan 22 Kecamatan dan 220 Kelurahan. Pembentukan Kecamatan dan Kelurahan ini didasarkan pada asas Teritorial dengan mengacu pada jumlah penduduk yaitu 200.000 Jiwa untuk Kecamatan, 30.000 Jiwa Kelurahan perkotaan dan 10.000 Jiwa Kelurahan pinggiran. Setelah Pelantikan para Walikota dan Wakil-wakilnya berdasarkan SK Gubernur DKI Jakarta No. 1b/3/1/2/1966 tanggal 22 Agustus 1966, maka Gubernur DKI Jakarta dalam Lembaran Daerah No. 5/1966 menetapkan 5 kota Administrasi lengkap dengan
29 wilayah dan Batasnya masing -masing terhitung mulai 1 September 1966. Prinsip Dekonsentrasi yang digariskan gubernur Dalam pembentukan Kota-kota Admnistrasi ini memberikan batas-batas wewenang dan tanggung jawab kepada Walikota dalam 3 Penergasan, yaitu : a.
Teknis administratif, yaitu Setiap Pelakasanaan tugas yang menyangkut segi
teknis. b.
Teknis Operasional, yaitu penentuan kebijakan pelaksanaan tugas (Policy
Executing, bukan Policy Making). c.
Koordinatif Teritorial, yaitu pemimpin pengkoordinasian dari segala gerak
langkah potensi yang ada dalam wilayah setempat. Dengan tiga penegasan ini maka kedudukan pemerintah ditingkat kota adalah semata-mata merupakaan verlengstruk dan alat pelaksana dari Gubernur Kepala Daerah yang diwujudkan dalam proses penyempurnaan administrasi untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan kelancaran roda pemerintahan. Sesuai dengan kedudukannya, manajemen pemerintahan ditingkat kota didasarkan pada delegasi wewenang yang dilimpahkan oleh Gubernur KDH dalam melaksanakan tugas-tugas eksekutif Pemerintah Daerah. Wewenang dan tanggung jawab Walikota dengan demikian bukan figur politik, melainkan figur teknis. UU No. 11/1990 menetapkan wilayah DKI Jakarta terbagi menjadi Lima Wilayah Kotamadya yang tetap tanpa dilengkapi DPRD Tingkat II. Dengan demikian kedudukan Walikotamaya, Camat dan Lurah yang ada di DKI Jakarta semata-mata merupakan Pembantu dan alat Pelaksanaan Gubernur KDH. Dengan UU ini istilah Kota
30 Administratif yang ada di DKI Jakarta berubah menjadi Kotamadya, dan salah satu kotamadya itu adalah Kotamadya Jakarta Utara.
3.1.4 Visi dan Misi Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Walikota Jakarta Utara mempunyai Visi dan Misi yang selalu dijunjung tinggi dan menjadi pondasi utama dalam setiap menjalankan tugas dan fungsinya. Visi dari Walikota Jakarta Utara yaitu : “Jakarta Yang Nyaman Dan Sejahtera Untuk Semua.” Untuk mencapai Visi yang dicanangkan maka dilakukan misi-misi yang dapat menunjang pencapaian sebuah visi yang ada yaitu sebagai berikut : a.
Membangun tata kelola pemerintah yang baik dengan menerapkan kaidah-kaidah
“good governance”. b.
Melayani masyarakat dengan prinsip pelayanan prima.
c.
Memberdayakan masyarakat dengan prinsip pemberian otoritas kepada
masyarakat untuk mengenali permasalahan yang dihadapi dan mengupayakan pemecahan yang terbaik dalam tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian pembangunan. d.
Membangun sarana dan prasarana kota yang menjamin kenyamanan dengan
memperhatikan prinsip pembangunan yang berkelanjutan.
31 e.
Menciptakan lingkuangan kehidupan kota yang dinamis dalam mendorong
pertumbuhan dalam kesejahteraan. 3.1.5 Struktur Walikota Jakarta Utara
Gambar 3.1 Struktur Walikota Jakarta Utara Sumber: www.utara.jakarta.go.id
32 3.1.6
Suku
Dinas
Komunikasi,
Informatika
dan
Kehumasan
(Sudin
KOMINFOMAS) Sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 88 Tahun 2009 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan. Suku Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan Kota Administrasi Jakarta Utara. Peraturan dan ketentuan-ketentuan tentang Suku Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan dimulai pada bagian kesepuluh sampai bagian kesebelas. Bagian kesepuluh Suku Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan Kota Administrasi Pasal 41 1.
Suku Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan Kota Administrasi
merupakan Unit Kerja Dinas Kominfomas pada Kota Administrasi. 2.
Suku Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan Kota Administrasi
dipimpin oleh seorang Kepala Suku Dinas yang secara teknis dan administrasi berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas, serta secara operasional berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota.
33 Pasal 42 1.
Suku Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan Kota Administrasi
mempunyai tugas melaksanakan urusan komunikasi, informatika dan kehumasan di wilayah Kota Administrasi. 2.
Suku Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan Kota Administrasi
mempunyai fungsi : a. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas c. Pelaksanaan kebijakan teknis pelaksanaan urusan komunikasi, informatika dan kehumasan di wilayah Kota Administrasi d. Pelaksanaan kehumasan di wilayah Kota Administrasi e. Pengelolaan, pembinaan dan pengembangan teknologi informasi di wilayah Kota Administrasi f. Pengelolaan, pembinaan dan pengembangan komunikasi di wilayah Kota Administrasi g. Pembinaan pos dan telekomunikasi di wilayah Kota Administrasi h. Pembinaan dan pengembangan tenaga fungsional pranata kehumasan dan pranata komputer di wilayah Kota Administrasi i. Pengembangan jejaring kerja kehumasan di wilayah Kota Administrasi
34 j. Publikasi, pelayanan informasi dan pendokumentasian kegiatan kebijakan pemerintah daeah di wilayah Kota Administrasi k. Fasilitasi dan pengoordinasikan akses publik terhadap Pemerintah Daerah di wilayah Kota Administrasi l. Pengumpulan, pengolahan, penyajian dan klarifikasi sikap masyarakat terhadap pelaksanaan kebijakan pemerintah daerah di wilayah Kota Administrasi m. Pengelolaan media cetak dan elektronik di wilayah Kota Administrasi n. Pelayanan, pembinaan dan pengendalian perizinan dan atay rekomendasi usaha pos, telekomunikasi dan informatika di wilayah Kota Administrasi o. Pemungutan, penatausahaan, penyetoran, pelaporan dan pertanggungjawaban penerimaan retribusi di bidang komunikasi dan informatika di wilayah Kota Administrasi p. Pengawasan dan pengendalian kegiatan penyelenggaraan usaha pos, telekomunikasi dan informatika di wilayah Kota Administrasi q. Pemberian dukungan teknis kepada masyarakat dan perangkat daerah di wilayah Kota Administrasi r. Pengelolaan kepegawaian, keuangan, barang, dan ketatausahaan Suku Dinas Kominfomas s. Penyiapan bahan laporan Dinas Kominfomas yang terkait dengan tugas dan fungsi Suku Dinas, dan
35 t. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas. 3. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas Kominfomas sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf t, untuk teknis dan administrasi disampaikan oleh Kepala Suku Dinas kepada Kepala Dinas dan untuk operasional disampaikan Kepala Suku Dinas kepada Walikota.
Pasal 43 1. Suku Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan Kota Administrasi terdiri dari : a.
Kepala Suku Dinas
b.
Subbagian Tata Usaha
c.
Seksi Kehumasan
d.
Seksi Infrastruktur Teknologi Informasi
e.
Seksi Sistem Informasi
f.
Seksi Pos dan Telekomunikasi, dan
g.
Subkelompok Jabatan Fungsional
36 3.1.7 Struktur Organisasi Suku Dinas KOMINFOMAS (Sudin KOMINFOMAS)
Gambar 3.2 Struktur Sudin KOMINFOMAS Sumber : Pergub no.88 tahun 2009
37 3.1.8 Lambang Instansi
Gambar 3.3 Lambang DKI Jakarta a. Lambang Daerah Lukisan perisai segi lima yang didalamnya melukiskan gerbang terbuka. Didalam gerbang terbuka itu terdapat “Tugu Nasional” yang dilingkari oleh untaian padi dan kapas. Sebuah tali melingkar pangkal tangkai-tangkai padi dan kapas. Pada bagian atas pintu gerbang tertulis sloka “Jaya Raya”, sedang dibawai persai terdapat lukisan ombak-ombak laut. Pinggiran perisai digaris tebal dengan warna emas. Gerbang terbuka bagian atas berwarna putih, sedang huruf-huruf sloka “Jaya Raya” tertulis diatasnya dengan warna merah. “Tugu Nasional” berwarna putih. Untaian padi berwarna kuning serta untaian kapas berwarna hijau serta putih. Ombak-ombak laut berwarna dan dinyatakan dengan garis-garis putih, kesemuanya ini dilukiskan atas dasar yang berwarna biru.
38 b. Pengertian Lambang Daerah Khusus lbukota Jakarta Raya melukiskan pengertianpengertian sebagai berikut : 1. Jakarta sebagai kota revolusi dan kota proklamasi kemerdekaan Indonesia, 2. Jakarta sebagai lbu-Kota Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pengertian kota dilambangkan dengan gerbang (terbuka).Kekhususan kota Jakarta sebagai kota revolusi dan kota proklamasi dilambangkan dengan “Tugu Nasional” yang melambangkan kemegahan dan daya juang dan cipta Bangsa dan rakyat Indonesia yang tak kunjung padam. “Tugu Nasional” ini dilingkari oleh untaian padi dan kapas, dimana pada permulaan tangkai-tangkainya melingkar sebuah tali berwarna emas, yakni lambang cita-cita daripada perjuangan Bangsa Indonesia yang bertujuan suatu masyarakat adil dan makmur dalam persatuan yang kokoh erat. Dibagian bawah terlukis ombak-ombak laut yang melambangkan suatu ciri khusus dari Kota dan negeri kepulauan Indonesia. Keseluruhan ini dilukiskan atas dasar wama biru, wama angkasa luar yang membayangkan cinta kebebasan dan cinta darnai bangsa Indonesia. Dan keseluruhan ini pula berada dalam gerbang, dan pada pintu gerbang itu terteralah dengan kemegahan yang sederhana sloka “Jaya Raya” satu sloka yang menggelorakan semangat segala kegiatan-kegiatan Jakarta Raya sebagai lbu-kota dan kota perjoangan Negara Kesatuan Republik Indonesia.Dan
39 keseluruhan ini pula berada dalam kesatuan yang seimbang pada bentuk perisai segi-lima yang bergaris tebal emas, sebagai pernyataan permuliaan terhadap dasar falsafah negara “Pancasila” c. Simbol Tentang arti bentuk lukisan serta wama masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Pintu gerbang (Lambang kota, lambang kekhususan Jakarta sebagai pintu keluar masuk kegiatan-kegiatan nasional dan hubungan intemasional). 2. Tugu Nasional (Lambang kemegahan, daya-juang dan cipta). 3. Padi dan Kapas (Lambang kemakmuran). 4. Tali Emas (Lambang pemersatuan dan kesatuan). 5. Ombak Laut (Lambang kota, negeri kepulauan). 6. Sloka “Jaya Raya” (Slogan perjuangan Jakarta). 7. Bentuk Perisai Segi Lima (Bentuk pancasila). d. Warna Tentang arti bentuk lukisan serta wama masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Emas pada pinggir perisai (kemuliaan pancasila) 2. Merah Sloka (Kepahlawanan) 3. Putih Pintu Gerbang (Kesucian) 4. Putih Tugu Nasional (Kemegahan kreasi mulia) 5. Kuning Padi / Putih Hijau Kapas (Kemakmuran dan keadilan)
40 6. Biru (Angkasa bebas dan luas) 7. Ombak Putih (Alam laut yang kasih) Sumber: www. Jakarta.go.id (Perda No. 6 tahun 1963) 3.2 Metodologi Penelitian 3.2.1 Desain Penelitian Penelitian berasal dari Bahasa Inggris, research artinya pencarian kembali atau penyelidikan kembali untuk menjawab berbagai fenomena yang ada, dengan mencari, menggali, dan mengkategorikan sampai pada analisis fakta dan data (Elviranto Ardianto, 2011:2). Masih dalam buku karya Elviranto Ardianto yang berjudul Metode Penelitian untuk Public Relations Kuantitatif dan Kualitatif (2011:3) dikatakan bahwa penelitian itu sendiri setidaknya untuk menguji teori, membantah teori dalam penelitian ilmiah atau pemecahan masalah dalam penelitian ilmiah yang bersifat praktis (Faisal, 2001:11). Metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini yaitu metode penelitian kuantitatif korelasi. Penelitian kuantitatif adalah riset yang menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan. Korelasi digunakan untuk melihat apakah ada hubungan antara variabel x dengan variabel y. 3.2.2 Teknik Pengumpulan Data Ada dua jenis teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
41 1. Riset Lapangan (field research) Kuesioner (angket) adalah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh responden. Tujuan penyebaran angket adalah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dari responden tanpa merasa khawatir bila responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan (Kriyantono, 2010:97). 2. Riset Kepustakaan Tinjauan pustaka adalah proses umum yang kita lalui untuk mendapatkan teori terlebih dahulu (Elviranto Ardianto, 2011:37). Riset kepustakaan ini digunakan untuk mengetahui teori-teori apa saja yang dapat digunakan dan yang berkaitan dengan kegiatan penelitian yang sedang kita jalani. 3.2.3 Jenis Data Mengacu pada buku Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi karya Rosady Ruslan (2010:138) ada dua jenis data yaitu : 1. Data Primer Data primer adalah data yang dihimpun secara langsung dari sumbernya dan diolah sendiri oleh lembaga yang bersangkutan untuk dimanfaatkan. Data primer yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah angket atau kuesioner yang dibagikan kepada para responden. 2. Data Sekunder Data Sekunder adalah data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (dihasilkan oleh pihak lain) atau digunakan
42 oleh lembaga yang bukan pengolahnya, tetapi dapat dimanfaatkan dalam suatu penelitian tertentu. Data sekunder yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kegiatan publikasi Sudin KOMINFOMAS Jakarta Utara diantaranya news letter, leaflet, advertorial. Data jumlah pengunjung Pelabuhan Sunda Kelapa dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, informasi dari website dan jurnal. 3.2.4 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah Wisatawan Pelabuhan Sunda Kelapa. Menurut Data Jumlah Wisatawan Pelabuhan Sunda Kelapa dari Dinas Pariwisata DKI Jakarta, dengan data sebagai berikut : a. Januari – Desember tahun 2010 sebanyak 34.112 orang per tahun, dengan rata-rata jumlah pengunjung sebanyak 2.842,66 orang per tahun. b. Januari – Desember tahun 2011 sebanyak 34.179 orang per tahun, dengan rata-rata jumlah pengunjung sebanyak 2.848,25 orang per tahun. c. Jumlah rata-rata pengunjung 2010 dan 2011 yaitu sebanyak 5.690 orang, dengan rata-rata yaitu 2.845 orang. Jadi jumlah populasinya sebanyak 2.845 orang per 2tahun (2010-2011). 3.2.5 Metode Penarikan Sampel Sampling adalah cara pengumpulan data apabila yang diselidiki adalah elemen sampel dari suatu populasi (J. Supranto, 2008:23). Metode penarikan sampel ada dua
43 cara yaitu secara acak (random) dan bukan secara acak (non random). Metode penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu secara acak (random). Dalam buku yang sama dikatakan bahwa cara acak (random) adalah suatu cara pemilihan sejumlah elemen dari populasi untuk menjadi anggota sampel, dimana pemilihannya dilakukan sedemikian rupa sehingga setiap elemen populasi mendapat kesempatan yang sama (equal chance) untuk dipilih menjadi anggota sampel. Jenisnya probability sampling dengan tehnik penarikan random (acak). Teknik sampling yang peneliti gunakan adalah dengan menggunakan rumus Yamane (Rachmat Kriyantono, 2010:164) yaitu sebagai berikut : n=
n=
n=
n=
n = 96.6 n
dibulatkan menjadi = 97
Keterangan : n = Ukuran Sampel N = Jumlah orang dalam populasi
44 d = Tingkat Kesalahan (10% atau 0.1) 3.3 Variabel Penelitian Menurut buku Teknis Praktis Riset Komunikasi karya Rachmat Kriyantono (2010) (Mayer, 1984) mengatakan bahwa variabel adalah konsep tingkat rendah, yang acuan-acuannya secara relatif mudah diindentifikasikan dan diobservasi serta mudah diklasifikasi, diurut atau diukur. Jenis variabel ada 2, yaitu : 1. Variabel Bebas / Pengaruh (Independent Variable) Adalah variabel yang diduga sebagai penyebab atau pendahulu dari variabel lainnya. Dalam penelitian ini penulis menentukan variabel bebasnya adalah kegiatan publikasi Jalur Destinasi Wisata Pesisir oleh Sudin KOMINFOMAS Jakarta Utara. 2. Variabel Terikat / Tergantung (Dependent Variable) Adalah variabel yang diduga sebagai akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya. Dalam penelitian ini penulis menentukan variabel terikatnya adalah awareness wisatawan terhadap Pelabuhan Sunda Kelapa.
3.3.1 Operasional Variabel Dari penjelasan sebelumnya dikatakan bahwa variabel bebas dalam penelitian ini adalah kegiatan publikasi Sudin KOMINFOMAS sedangkan variabel terikatnya adalah awareness wisatawan Pelabuhan Sunda Kelapa. Maka operasional variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut dalam bentuk tabel :
45
Tabel 3.1 Operasional Tabel KONSEP
KONSTRUK
INDIKATOR
SKALA
Kegiatan Publikasi
Penyebaran
Informasi
Skala Likert
(Variabel X)
Newsletter
Bahasa
Skala Likert
Bentuk
Skala Likert
Kemudahan dalam
Skala Likert
mendapatkan newsletter Penerbitan dan
Informasi
Skala Likert
penyebaran leaflet
Bahasa
Skala Likert
Kemudahan
Skala Likert
Desain
Skala Likert
Advertorial pada surat
Informasi
Skala Likert
kabar
Penempatan
Skala Likert
Bahasa dan isi dari
Skala Likert
advertorial Awareness
Recognition
Objek wisata
Skala Likert
wisatawan
Destinasi Wisata
Skala Likert
terhadap Pelabuhan
Pesisir
Sunda Kelapa
Lokasi
Skala Likert
(Variabel Y)
Kunjungan
Skala Likert
46 Recall
Tujuan wisata
Skala Likert
Atraksi
Skala Likert
Rekomendasi
Skala Likert
Pembanding
Skala Likert
3.4 Teknik Uji Data 3.4.1 Uji Validitas Validitas adalah keabsahan atau akurasi suatu alat ukur. Validitas menunjukkan sejauhmana suatu alat ukur itu mengukur sesuatu (Elvinaro Ardianto, 2011: 187). Pada penelitian ini teknik uji validitas yang penulis gunakan yaitu dengan menggunakan rumus Pearson’s Correlation Product Moment :
Keterangan : r
= Koefisien korelasi Pearson’s Product Moment
N
= Jumlah individu dalam samel
X
= Angka mentah untuk variabel X
Y
= Angka mentah untuk variabel Y Uji signifikansi dilakukan dengan cara membandingkan nilai r hiyung dengan r
tabel untuk degree of freedom (df)= n-2 , dalam hal ini n adalah jumlah sample (Imam Ghozali, 2011:55). Suatu hasil dikatakan valid apabila hasil dari r hitung lebih besar daripada r tabel (r tabel terdapat dilampiran).
47
3.4.2 Uji Reliabilitas Reliabilitas mengandung arti bahwa alat ukur tersebut stabil (tidak berubahubah), dapat diandalkan (dependable), dan tetap (consist) (Rachmat Kriyantono, 2010 : 145). Apabila suatu alat ukur dipakai dua kali-untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, alat ukur tersebut dikatakan reliabel (Elvinaro Ardianto, 2011: 189). Rumus yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah rumus Alpha Cronbach (Rachmat Kriyantono, 2008: 141) adalah sebagai berikut :
Keterangan : r
= Reliabilitas
k
= Banyaknya pertanyaan = Jumlah varian butir t2 = Varian total Tingkat reliabilitas dengan metode ini diukur berdasarkan skala dari 0 – 1, yaitu
sebagai berikut (Umar, 2002:98): Tabel 3.2 Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha
48 Alpha
Tingkat Reliabilitas
0,00 – 0,20
Kurang Reliabel
>0,20 – 0,40
Sedikit Reliabel
>0,40 – 0,60
Cukup Reliabel
>0,60 – 0,80
Reliabel
>0,80 – 1,00
Sangat Reliabel
3.4.3 Uji Normalitas Uji normalitas data digunakan untuk melakukan pengujian data hasil observasi, apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak (Sarwono, 2012:96). Untuk melakukan uji normalitas, penulis melakukannya dengan program SPSS dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Langkah-langkah untuk uji normalitas yaitu sebagai berikut : 1. Membuat hipotesis H0 = Data berdistribusi normal H1 = Data tidak berdistribusi normal 2. Menentukan kriteria hipotesis Jika sig < 0,1 H0 ditolak, H1 diterima Jika sig > 0,1 H0 diterima, H1 ditolak 3.4.4 Korelasi Pearson Product Moment
49 Menurut buku Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis (Husein Umar, 2011 : 129-131), analisis korelasi berguna untuk menentukan suatu besaran yang menyatakan bagaimana kuat hubungan suatu variabel dengan variabel lain. Jadi tidak mempersoalkan apakah suatu variabel tertentu tergantung kepada variabel lain. Simbol dari besaran korelasi adalah r yang disebut koefisien korelasi sedangkan simbol parameternya
(dibaca rho).
Nilai koefisien korelasi r berkisar antara -1 sampai +1 yang kriteria pemanfaatannya sebagi berikut: a. Jika nilai r > 0 artinya telah terjadi hubungan linier positif, yaitu makin besar nilai variabel X, makin besar pula nilai variabel Y atau makin kecil nilai variabel X, maka makin kecil pula nilai variabel Y. b. Jika nilai r < 0, artinya telah terjadi hubungan yang linier negatif, yaitu makin kecil nilai variabel X, maka makin besar nilai variabel Y atau makin besar nilai variabel X, maka makin kecil pula nilai variabel Y. c. Jika r = 0, artinya tidak ada hubungan sama sekali antara variabel X dengan variabel Y. d. Jika nilai r = 1 atau r = -1 telah terjadi hubungan linier sempurna, yaitu berupa garis lurus, sedangkan untuk nilai r yang makin mengarah ke angka 0, maka garis makin tidak lurus. Besaran nilai r dapat diinterpretasi seperti berikut ini yaitu : Tabel 3.3 Interpretasi Nilai R Hasil Analisis Korelasi
50 Interval Nilai r*)
Interpretasi
0,001 – 0,200
Korelasi sangat lemah
0,201 – 0,400
Korelasi lemah
0,401 – 0,600
Korelasi cukup kuat
0,601 – 0,800
Korelasi kuat
0,801 – 1,000
Korelasi sangat kuat
Sumber : Triton, 2006:92 Untuk data yang berjenis interval dan rasio digunakan alat analisis korelasi Pearson Product Moment (r). Dengan rumus sebagai berikut : Rumus:
=
Keterangan: r = Koefisien Korelasi X = Skor item X Y = Skor item Y n = Jumlah individu dalam sampel
3.5 Analisis Data
51 Data yang didapatkan dari penelitian kuantitatif adalah data-data yang berbentuk angka-angka. Data-data tersebut kemuadian dianalisis dengan bantuan rumus-rumus statistik.
3.5.1 Teknik Penggunaan Skala Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert. Menurut buku karya Rachmat Kriyantono (2010:138) dikatakan bahwa skala likert digunakan untuk mengukur sikap seseorang tentang sesuatu objek sikap. Indikator-indikator dari variabel sikap terhadap suatu objek merupakan titik tolak dalam membuat pertanyaan atau pernyataan yang harus diisi responden. Setiap pernyataan atau pertanyaan tersebut dihubungkan dengan jawaban yang berupa dukungan atau pertnyataan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata sebagai berikut : SS
: Sangat Setuju
S
: Setuju
N
: Netral
TS
: Tidak Setuju
STS
: Sangat Tidak Setuju
Tabel 3.4 Skala dan Pengukuran Data untuk Pernyataan Positif Skala
Kategori
52 Sangat setuju
5
Setuju
4
Netral
3
Tidak setuju
2
Sangat tidak setuju
1
Tabel 3.5 Skala dan Pengukuran Data untuk Pernyataan Negatif Skala
Kategori
Sangat setuju
1
Setuju
2
Netral
3
Tidak setuju
4
Sangat tidak setuju
5
Proses pengukuran dianalisa kedalam kelas interval dengan rumus sebagai berikut :
Kelas Interval =
Dengan demikian dapat dianalisa bahwa seberapa tinggi awareness wisatawan terhadap Pelabuhan Sunda Kelapa dari hasil kuesioner-kuesioner dengan rumus yang telah ditentukan. Dari rumus yang ada dapat dibuat suatu kelas interval hubungan
53 kegiatan publikasi jalur destinasi wisata pesisir oleh Sudin KOMINFOMAS Jakarta Utara dengan tingkat awareness wisatawan terhadap Pelabuhan Sunda Kelapa :
Kelas Interval = (Skor tertinggi-Skor terendah) / jumlah kelompok = (5-1) / 5 = 0.8 dengan jarak kelas interval senilai 0,8, sehingga dapat dikelompokkan menjadi : Tabel 3.6 Kelas Interval untuk Pernyataan Positif Kelas Interval
Klasifikasi pengelompokan
1.00 – 1.79
Sangat Tidak Setuju
1.80 – 2.59
Tidak Setuju
2.60 – 3.39
Netral
3.40 – 4.19
Setuju
4.20 – 5.00
Sangat Setuju
Tabel 3.7 Kelas Interval untuk Pernyataan Negatif Kelas Interval
Klasifikasi pengelompokan
1.00 – 1.79
Sangat Setuju
1.80 – 2.59
Setuju
2.60 – 3.39
Netral
54 3.40 – 4.19
Tidak Setuju
4.20 – 5.00
Sangat Tidak Setuju
Dengan klasifikasi pengelompokkan demikian, maka untuk kriteria penilaian pernyataan positif, peneliti membagi penilaian ke dalam 5 kategori sebagai berikut : 1. Jika hasil pengukuran berada dalam klasifikasi kelompok sangat tidak setuju maka penilaiannya adalah sangat buruk. 2. Jika hasil pengukuran berada dalam klasifikasi kelompok tidak setuju maka penilaiannya adalah buruk. 3. Jika hasil pengukuran berada dalam klasifikasi kelompok ragu – ragu maka penilaiannya adalah cukup baik. 4. Jika hasil pengukuran berada dalam klasifikasi kelompok setuju maka penilaiannya adalah baik. 5. Jika hasil pengukuran berada dalam klasifikasi kelompok sangat setuju maka penilaiannya adalah sangat baik. Sedangkan untuk kriteria penilaian pernyataan negatif, peneliti membagi penilaian kedalam 5 kategori, yaitu sebagai berikut : 1. Jika hasil pengukuran berada dalam klasifikasi kelompok sangat tidak setuju maka penilaiannya sangat baik. 2. Jika hasil pengukuran berada dalam klasifikasi kelompok tidak setuju maka penilaiannya baik.
55 3. Jika hasil pengukuran berada dalam klasifikasi kelompok netral maka penilaiannya netral. 4. Jika hasil pengukuran berada dalam klasifikasi kelompok setuju maka penilaiannya buruk. 5. Jika hasil pengukuran berada dalam klasifikasi kelompok sangat setuju maka penilaiannya sangat buruk. 3.6 Uji Hipotesis Menurut Webbster’s New World Dictionary (1997) dalam buku karya Rachmat Kriyantono (2010:28), hipotesis adalah an unproved theory, proposition, etc, tentatively accepted to explain certain facts or to provide a basis for investigation, arguments (hipotesis adalah teori, proporsi yang belum terbukti, diterima secara tentatif untuk menjelaskan fakta-fakta atau menyediakan dasar untuk melakukan investigasi dan menyatakan argumen). Karena masih bersifat sementara, hipotesis dapat dikatakan sebagai “statement of theory in testable form”, atau “tentative statement about reality” (Champion, 1981:125). Pengujiam hipotesis digunakan untuk menentukan diterima atau ditolaknya hipotesis. Dalam penelitian ini penulis melakukan pengujian hipotesis dengan langsung membandingkan antara hasil hitungan signifikansi korelasi Pearson dengan Alpha untuk taraf signifikansi α = 10% atau sebesar 0.1. Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
56 Ho: sig > α , Tidak ada hubungan yang signifikan antara kegiatan publikasi Jalur Destinasi Wisata
Pesisir oleh Sudin KOMINFOMAS Jakarta Utara dengan
tingkat awareness wisatawan terhadap Pelabuhan Sunda Kelapa. H1: sig < α , Ada hubungan yang signifikan antara kegiatan publikasi Jalur Destinasi Wisata Pesisir oleh Sudin KOMINFOMAS Jakarta Utara dengan tingkat awareness wisatawan terhadap Pelabuhan Sunda Kelapa.