BAB 3
METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Studi Lapangan
Identifikasi Masalah -Penanggulangan Cacat Bintik
Pengumpulan Data - Data Hasil Audit periode Januari 2005September 2005
Pengolahan Data - Data Distribusi Frekuensi
Analisa - Penggunaan alat –alat TQM (Manajemen Mutu Terpadu)
Uji Coba - Penerapan Terapan Usulan
Kesimpulan Dan Saran
Gambar 3.1 Metode Pemecahan Masalah
23
Metodologi Pemecahan Masalah merupakan tahap-tahap penelitian yang harus ditetapkan dahulu, sebelum melakukan pemecahan masalah yang sedang dibahas, sehingga peneltian dapat dilakukan dengan terarah dan memudahkan dalam menganalisa permasalahan yang ada. Untuk lebih jelasnya penjelasan dari alur metdologi pemecahan masalah diatas adalah sebagai berikut: Tahap 1 : Studi Lapangan Pada tahap mulai ini adalah merupakan langkah awal berupa perncanaan dan pemilihan tema yang sesuai dengan pembelajaran terhadap masalah yang akan dibahas dalam melakukan pemecahan suatu masalah terhadap obyek yang akan diteliti di perusahaan tersebut. Tahap 2 : Identifikasi Masalah Pada tahap ini dilakukan pencarian masalah-masalah internal yang terdapat pada perusahaan dan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh perusahaan saat ini yang akan diteliti guna membantu memecahkan masalah dalam perusahaan tersebut. Tahap3 : Pengumpulan Data Pada tahap ini pengumpulan data diperoleh dari satu atau beberapa subjek penelitian yang mencakup satu atau beberapa periode waktu baik hari, minggu, bulan, atau tahun berdasarkan dari data aktual. Pengumpulan data diperoleh berdasarkan dari data hasil audit pada periode Januari-September 2005 di CV. Abadi Jaya. Pada tahap ini teknik pengumpulan data yang akan digunakan oleh penulis adalah dengan langsung mendatangi lokasi departemen produksi CV.Abadi Jaya. Kemudian mengumpulkan data yang diperluakn, mencari buku-buku yang berhubungan dengan
24
topik yang kana dibahas sebagai landasan untuk menganalisis data-data yang diperoleh dari perusahaan yang akan diteliti sehingga dapat dijadikan sebagai landasan teori untuk memecahkan masalah yang terdapat di CV. Abadi Jaya. Tahap 4 : Pengolahan Data Pada tahap ini data yang diperoleh adalah dari hasil pengamatan hasil audit cacat produk yang dilakukan pada periode Januari 2005-September 2005. Tahap 5 : Analisa Pada tahap ini Analisa yang digunakan adalah dengan menggunakan lima alat dalam TQM(Total Quality Managment) yang meliputi : 1. Diagram Pareto 2. Histogram 3. Diagram sebab-akibat (Diagaram Fishbone) 4. Diagram Pencar 5. Pengendalian Proses Statisitk (PPS) Tahap 6 : Uji Coba Pada tahap ini penulis melakukan uji coba terapan dan membandingkan dengan sistem yang sekarang ini terdapat dalam CV. Abadi Jaya. Bila terapan uji coba
yang
penulis
terapkan
lebih
baik,
maka
perusahaan
akan
mempertimbangkannya. Tahap 6 : Kesimpulan dan Saran Pada tahap ini dari analisa penggunaan alat-alat TQM yang didapat maka dapat dijadikan sebagai acuan bagi perusahaan guna meningkatkan kinerja dan
25
pengendalian biaya produksi yang tepat. Maka penulis dapat mengambil suatu kesimpulan dan saran berupa informasi yaitu suatu pendapat positif yang dapat menjadi masukan bagi perusahaan untuk dipertimbangkan guna memecahkan suatu masalah yang dihadapi oleh suatu perusahaan, sehingga perusahaan dapat lebih memperbaiki
lagi
kinerjanya
untuk
meningkatkan
produktivitas
perusahaan.Kesimpulan bisa berisi hal-hal yang kurang menyenangkan dan hal positif yang membanggakan. 3.1
Ukuran Kinerja Hasil suatu proses produksi haruslah memenuhi standar yang sudah
ditetapkan pabrik. Apabila dalam suatu proses produksi yang terjadi di CV. Abadi jaya masih terdapat banyak ditemukan jumlah kecacatan(defect), maka jumlah kecacatan tersebut harus diturunkan untuk memenuhi standar pabrik yang telah ditetapkan. Untuk memenuhi stanadar pabrik maka ada beberapa faktor –faktor produksi yang penting menjadi perhatian. Faktor-faktor itu adalah sebagai berikut: 3.1.1
Faktor Lingkungan Bila kondisi lingkungan kotor dan berdebu, hal ini akan sangat berisiko
terhadap cetakan yang masih basah(belum kering). Bila debu menempel pada hasil cetakan yang belum kering maka akan menyebabkan cacat yakni berupa warna menjadi tidak kontras atau tidak terang lagi. Di dalam departemen proses produksi ini kemungkinan hasil cetakan yang sudah jadi terkena kotoran tetap ada. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka penjagaan kebersihan terhadap area proses produksi
26
harus sangat diperhatikan. Standar yang digunakan adalah perusahaan membuat sistem piket setiap pagi dari jam 8 –jam 9 kepada seluruh karyawan untuk menyapu bagian lingkungannya masing-masing. 3.1.2
Faktor Manusia Di dalam proses produksi dalam hal memproduksi sebuah cetakan, maka
sangat dibutuhkan tingkat ketelitian dan keterampilan yang tinggi dalam proses pengerjaannya. Sedikit saja terjadi kesalahan maka dapat menyebabkan cacat produk. Kelelahan dan kejenuhan merupakan salah satu masalah pada faktor manusia, di samping masalah keterampilan. Untuk mengantisipasi hal tersebut diatas maka telah ditetapkan sistem kerja shift untuk para operator dan para keneknya. Hal ini bertujuan untuk mengatasi kejenuhan dan kelelahan bekerja yang mungkin timbul. Standar yang diterapkan adalah dengan menggunakan sistem kerja shift (rolling) kepada karyawan yang pagi dan malam dalam hal ini operator dan kernet setipa minggu, hal ini dilakukan agar tidak terjadi kejenuhan dalam bekerja. 3.1.3
Faktor Mesin Dan Peralatan Seperti yang kita ketahui mesin-mesin cetak yang dipunyai oleh CV. Abadi
Jaya merupakan teknologi yang canggih yang bertujuan untuk menghasilkan cetakan dengan mutu dan kualitas yang terjamin. Namun demikian hal ini juga harus diimbangi dengan sumber daya manusia (SDM) yang handal. Karena teknologi yang canggih tidak akan berfungsi secara maksimal bila tidak didukung oleh sumber daya yang memadai. Standar yang diterapkan adalah setiap sudah selesai bekerja maka para operator wajib
27
membersihkan dan merawat mesin-mesin dengan cara menyemprotkan oli ke bagain yang mulai mengalami proses oksidasi(karat), hal ini penting dilakukan agar kinerja mesin tetap dapat bekerja dengan optimal. 3.1.4
Faktor Metode Metode dalam proses produksi yang ditetapkan harus sesuai dengan standar
yang ditetapkan. Maksudnya adalah untuk meminimalisasi kesalahan produk dalam menghasilkan kualitas produk yang memenuhi standar yang diharapkan. Standar yang diterapkan adalah metode yang dilakukan oleh operator dan kernet mesin cetak harus melalui prosedur-prosedur tang telah ditetapkan oleh perusahaan seperti kernet setiap pagi harus menyiapkan air untuk membersihkan plat dan operator harus mempertanggungjawabkan hasil cetakan yang salah dan sebagainya.
3.2
Teknik Pengumpulan Data Teknik yang dipakai dalam pengumpulan data adalah secara langsung di
lantai produksi CV. Abadi Jaya dengan cara stratifikasi yang mempunyai tujuan untuk menguraikan persoalan menjadi golongan sejenis yang lebih kecil dalam sebuah persoalan seperti: 3.2.1
Pemilihan Produk Cetakan Berikut ini merupakan perbandingan total cacat produk pada bulan Januari -
September tahun 2005
28
Tabel 3.2.1 Data Cacat Cetakan No.
Jenis
Majalah
Brosur
Leaflet
Buku
Tabloid
Cacat 1.
Bintik
65
40
46
54
55
2.
Kasar
52
36
41
44
46
3.
Baret
45
34
36
40
41
4.
Ngeplex
43
28
31
37
40
5.
Belang
50
26
30
48
56
6.
Buram
53
30
38
57
52
7.
Tipis
61
36
41
51
50
8.
Galang
62
40
35
50
50
431
270
298
381
390
Total
Pemilihan produk cetakan adalah majalah karena bila dibandingkan dengan produk lain, majalah memiliki banyak permasalahan/ cacat terbukti dari data cacat produk yang ada yaitu pada bulan Januari-September 2005. 3.2.2
Jenis Cacat Cetakan Jenis Cacat Cetakan terdiri dari :
29
A. Bintik Bintik tinta yang sudah kering yang menonjol di permukaan, disebabkan oleh plat yang kurang bersih saat dicuci, dapat dihilangkan dengan spon yang diolesi dengan plat cleaner. Penyebab Bintik antara lain adalah : -
Penyinaran plat kurang sempurna Penyinaran plat kurang sempurna dikarenakan kurangnya waktu penyinaran plat
-
Blanket over jump Blanket yang rusak dikarenakan kertas yang masuk silinder mesin sehingga dapat terjadi kerusakan di blanket yaitu blanket menjadi rusak (cacat).
-
Kesalahan Operator Kesalahan operator karena disebabkan oleh kurang kontrol terhadap produk cetakan dan kurang pengalaman dari operator itu sendiri.
-
Faktor tinta yang kering Tinta yang kering ini disebabkan oleh terlalu lamanya tinta dibuka dan tidak ditutup kembali.
- Rol tinta yang sudah mengeras Rol yang sudah mengeras disebabkan oleh tidak bersihnya pencucian rol yang dilakukan operator. Akibat yang ditimbulkannya adalah bekas tinta yang sudah mengeras bersama rol pada waktu pencetakan akan mengeluarkan serbuk yang pada akhirnya akan menjadi bintik yang menempel di permukaan cetakan.
30
B. Kasar Hasil cetakan yang kasar karena adanya debu atau kotoran yang menempel di permukaan kertas yang belum kering atau masih basah. akibat yang ditimbulkannya adalah warna menjadi kurang tajam. Penyebab kasar antara lain adalah : -
Kualitas tinta yang kurang baik Kulaitas tinta yang kurang baik akan mengakibatkancetakan lama kering
dan
warna yang dihasilakn cetakan akan menjadi kasar. -
Ruangan Kotor Ruangan yang kotor disebabkan oleh intensitas debu yang tinggi sehingga dengan cepat debu dapat menempel di permukaan cetakan yang masih basah.
-
Kertas dengan mutu yang rendah Kertas dengan kulaitas yang rendah berarti serat-serat yang terdapat didalam kertas tidak merata.
C. Baret Hasil cetakan yang tergores yang seringkali ditimbulkan oleh roda-roda aparat yang terlalu menekan yang terdapat di dalam mesin cetak.
31
Penyebab Baret antara lain adalah: -
Kelalaian Operator Kelalaian operator dikarenakan cetakan yang sudah tercetak satu muka yang masih basah, langsung dibalik cetakannya. Akibat yang ditimbulkannya adalah hasil cetakan yang tergores.
-
Plat yang sudah tergores Dalam proses pembuatan plat yang kurang baik, sehingga dalam pencucian plat menimbulkan plat yang tergores.
D. Ngeplex Ngeplex terjadi bila cetakan yang dicetak itu berupa blok(raster 100%) tidak diberikan powder yang cukup, maka akan menimbulkan cetakan yang satu akan saling tindih dengan cetakan yang lain. Penyebab Ngeplex antara lain adalah : -
Tinta yang belum kering karena cetakan ditumpuk terlalu tinggi Bila cetakan yang belum kering ditumpuk terlalu tinggi, maka akan menimbulkan ngeplex yaitu cetakan yang sati menmpel dengan cetakan yang lain.
-
Cetakan yang belum kering dipotong Cetakan yang masih basah langsung dipotong. Tekanan pisau potong sangat tinggi sehingga sesudah pisau potong turun langsung mengenai permukaan kertas yang masih basah, dan akhirnya pisau dengan perumukaan kertas menempel dan menimbulkan ngeplex.
32
-
Kelalaian operator Kelalain operator dalam memberikan powder yang tidak sesuai dengan hasil cetakan yang terjadi.
E. Belang Perbedaan intensitas warna karena proses yang dilakukan oleh operator tidak sempurna, karena kendala dari setelan tinta yang berubah-ubah atau tidak stbail. Penyebab Belang antara lain adalah: -
Setelan tinta yang tidak merata Setelan tinta yang tidak merata atau tinta yang disetel melalui mesin akan mengakibatkan warna suatu produk cetakan menjadi belang.
- Rol tinta yang sudah aus Rol tinta yang sidah aus akan mengakibatkan warna menjadi belang, karena disebabkan oleh rola yang tidak merata antar sisinya. F. Buram Buram terjaadi karena terjadinya perbedaan warna yang tidak stabil yang dilakukan operator melalui CPC, hal ini bias dihilangkan dengan menggunakan minyak pembersih yang dinamakan minyak RWA Penyebab Buram diantaranya adalah: -
Kelalaian Opeartor dalam menyetel CPC Kurang pengalamannya opeartor dalam menyetel CPC sehingga menyebabkan warna menjadi tidak stabil.
-
Film cetak yang dibuat tidak sesuai dengan contoh yang diberikan
33
Film cetak yang dibuat oleh konsumen tidak sesuai dengan contoh warna yang diberikan. Akibat yang ditimbulkannya adalah warna menjadi buram / samar-samar. G. Tipis Bagian cetakan yang mempunyai ketebalan warna yang tidak merata, dikarenakan setelan skala tinta tidak dibuka dan akibat yang ditimbulkannya adalah warna cetakan menjadi tipis. Penyebab Tipis antara lain adalah: -
Penyetelan Skala Tinta yang kurang sempurna. Penyetelan skala tinta terlalu lama atau memakan waktu yang seharusnya.
-
Penyinaran Plat terlalu lama Penyinaran plat yang melampaui waktu standar akan mengakibatkan rasterraster didalam plat itu menjadi tipis atau kadang menghilang.
-
Pencucian plat terlalu lama Pencucian plat dengan developer yang terlalu lama akan mengakibatkan rasterraster itu menjadi tipis.
H. Galang Galang berarti setelan tinta yang dilakukan oleh operator kurang pas. Galang kadang-kadang juga dipengaruhi faktor rol air, kalau rol air sudah botak maka bisa menimbulkan galang. Galang yang dimaksud adalah suatu cetakan yang bergarisgaris.
34
Penyebab Galang antara lain adalah: -
Setelan tinta yang kurang pas Setelan tinta yang dilakukan oleh operator tidak sesuai dengan contoh yang diberikan. Akibat yang ditimbulkannya adalah warna hasil cetak tidak sesuai dengan contoh.
-
Faktor rol air yang sudah aus Rol air yang sidah aus akan mengakibatkan warna menjadi galang, karena disebabkan oleh rola yang tidak merata antar sisinya.
-
Pencampuran tinta yang dilakuakn operator kurang sempurna Perbedaan pencampuran tinta tidak sesuai dengan persentase komposisi warna yang dihasilkan. Akibat yang ditimbulkannya adalah hasil cetakan menjadi bergaris-garis dengan kata lain dinamakan galang.
3.3
Analisa Sistem Berjalan Secara garis besar proses produksi CV. Abadi Jaya dapat dikategorikan
sebagai berikut: 3.3.1
Pemasangan Film Pada Plat Sebelum proses percetakan dilakukan, terlebih dahulu filim dipasang di atas
plat untuk menghasilkan gambar yang sempurna diatas lembaran plat, maka harus menggunakan penyinaran yang tepat waktu. Pemasangan Film pada plat dengan menggunakan penggaris yang telah dirancang khusus
35
3.3.2
Penyinaran Film Pada Plat Penyinaran Film pada plat dengan menggunakan mesin ekspos, yang
didalamnya terdapat chanel yang bisa diatur yan terdiri dari chanel 1- chanel 9 dengan tingkat sinar yang berbeda-beda dan waktu yang berbeda pula. 3.3.3
Pencucian Plat Dengan Developer Setelah plat sudah selesai disinari, maka hasil dari penyinaran plat itu belum
akan menampakkan hasil oleh sebab itu harus dicuci dengan alat cuci yang bernama developer. Alat cuci palt yang bernama developer ini mempunyai takaran 1:40 yang berarti 1 liter developer dicapur dengan 40 liter air yang dimasukkan ke sebuah bak dengan ukuran 50x75 cm, lalu plat diaduk dengan waktu kurang lebih 2 menit agar plat itu menampakkan hasil. Setelah itu plat tersebut dibersihkan dengan sampai bersih, setelah plat kering baru diberikan gum supaya plat tersebut tidak oksidasi. 3.3.4
Pengeringan Plat Dengan Blower Setelah plat sudah selesai dicuci, maka plat itu akan basah dan belum kering.
Plat yang belum kering akan sangat bahaya bila langsung dipasang di mesin cetak yang akan mengakibatkan komponen-komponen didalamnya mengalami proses oksidasi (karat), oleh sebab itu harus dikeringkan dengan blower sebelum memasang plat tersebut. 3.3.5
Masukkan Tinta Cetak ke Bak Tinta Setelah keempat langkah/proses tersebut itu sudah berjalan, maka langkah
selanjutntnya adalah memasukkan tinta cetak ke bak tinta. Tinta cetak itu pada dasarnya terdiri dari 4 komponen utama yaitu : Cyan(C), Magenta(M), Yellow(Y),
36
Black(K). Bila keempat tinta tersenut diproses secara bersamaan maka akan menghasilkan warna separasi. Disamping itu juga terdapat warna-warna khusus yang tidak terdapat dalam keempat komponen utama tersebut seperti: Violet, Green, Rubine Red, Bronze Red, Red, Reflex Blue,SilverGold dan lain-lain. 3.3.6
Pemasangan Plat di Mesin Cetak Sebelum proses percetakan dimulai terlebih dahulu plat harus digunting
dengan menggunakan alat yang dinamakan plong(tang yang berupa bolongan), stelah itu barulah dilakukan pemasangan plat pada mesin cetak GTO 1w dan GTO 4w menggunakan kunci pas 12 dan mesin cetak SORM 2w menggunakan kunci pas 16. Perlu diketahui bahwa mesin cetak GTO 1w dan GTO 4w mempunyai ukuran kertas sebesar 52x36 cm dan mesin cetak SORM 2w mempunyai .ukuran kertas 72x52 cm. 3.3.7
Penyetelan Register Cetakan Penyetelan register cetakan pada mesin cetak GTO 4w disamping dengan
menggunakan CPC(Control Prosess Unit) dapat juga menggunakan kunci pas 12 untuk mengeser palt ke arah(posisi) yang kita ingikan, sedangkan pada mesin cetak GTO 1w dan SORM 2w tidak dapat menggunakan CPC (Control Prosess Unit) tetapi hanya dapat menggunakan Kunci Pas. 3.3.8
Pengaturan Warna Cetakan Setelah penyetelan yang dilakukan oleh operator sudah selesai, maka proses
selanjutnya adalah melakukan pengaturan warna. Pada mesin cetak GTO 4W pengaturan warna dilakukan dengan cara menggunakan CPC, sedangkan pada GTO
37
1w dan SORM 2w pengaturan warna dilakukan secara manual yaitu langsung pada mesin. 3.3.9
Penajaman Warna Dengan Menggunakan Alkohol Sesudah pengaturan warna sudah selesai dilakukan, maka hal yang harus
menjadi perhatian operator adalah warna yang dihasilkan, dengan menggunakan sistem alkohol maka disamping warna menjadi lebih tajam juga akan membuat cetakan itu lebih cepat kering.