BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1
Metode yang Digunakan Dalam penelitian ini,jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yang
deskriptif dan asosiatif. Menurut Kuncoro (2003:p9), penelitian deskriptif merupakan penelitian terhadap masalah-masalah berupa fakta-fakta saat ini dari suatu populasi dimana bertujuan untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan current status dari subjek yang diteliti. Penelitian asosiatif merupakan penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan korelasional antara dua variabel atau lebih dimana bertujuan untuk menentukan apakah terdapat hubungan asosiasi antara dua variabel atau lebih. Sedangkan Time Horizon yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi cross-sectional yang menurut Sekaran (2006,p177) adalah studi yang dilakukan dengan data hanya sekali dikumpulkan, mungkin selama periode harian, mingguan, atau bulanan dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian. Dimana unit analisis yang diteliti adalah secara individu yaitu pelanggan di Domino’s PizzaSenayan City. Tabel 3.1 Metode yang Digunakan Desain penelitian Tujuan Penelitian
Jenis Penelitian
Unit Analisis
Time Horizon
T-1
Deskriptif-Asosiatif
Individu
Cross-sectional
T-2
Deskriptif-Asosiatif
Individu
Cross-sectional
T-3
Deskriptif-Asosiatif
Individu
Cross-sectional
T-4
Deskriptif-Asosiatif
Individu
Cross-sectional
T-5
Deskriptif-Asosiatif
Individu
Cross-sectional
Sumber: Peneliti (2012)
29
30 Keterangan: 1. T-1= Untuk mengetahui pengaruh Experiential Marketing terhadap Ekuitas merek Domino’s Pizza Senayan City 2. T-2= Untuk mengetahui pengaruh Experiential Marketing terhadap Keputusan pembelian pelanggan Domino’s Pizza Senayan City 3. T-3= Untuk mengetahui pengaruh Ekuitas merek terhadap keputusan pembelian pelanggan Domino’s Pizza Senayan City 4. T-4= Untuk mengetahui pengaruh Ekuitas merek terhadap Loyalitas pelanggan Domino’s Pizza Senayan City. 5. T-5= Untuk mengetahui pengaruh Keputusan pembelian terhadap loyalitas pelanggan Domino’s Pizza Senayan City.
3.2
Tabel Operasionalisasi Variable Tabel 3.2 Operasionalisasi variabel
Variabel Experiential Marketing (X)
Konsep variabel Konsep
pemasaran
yang
berusaha
Sub Variabel Panca Indera (Sense)
mengkomunikasikan
Indikator
Ukuran
- Indera penglihatan - Indera
dengan
- Indera pendengaran
menarik
perhatian konsumen,
untuk menanamkan
dan
Perasaan (Feel)
- Suasana
- Emosi
hati
hati
Ordinal
Likert
Ordinal
Likert
konsumen jiwa
konsumen
konsumen berkenaan
Berpikir
- Keterlibatan
dengan produk yang
(Think)
konsumen
dijual.
Likert
- Indera peraba
kesan baik ke dalam pikiran
Ordinal
(bau /aroma) - Indera pengecap
hati
pengukuran
penciuman
produk yang dijual
menyentuh
Skala
mengkonsumsi
dalam
31 (Schmitt,2003)
produk - Perilaku Kebiasaan (Act)
- Gaya Hidup
Ordinal
Likert
Ordinal
Likert
Ordinal
Likert
-Puncak pikiran
Ordinal
Likert
-Atribut produk
Ordinal
Likert
- Kinerja
Ordinal
Likert
dasar Ordinal
Likert
- Interaksi
dengan
konsumen Pertalian (relate) Brand
Ekuitas
Equity (Y1)
adalah asset
merek
Brand
seperangkat
Loyalty
yang
terkait
dan
yang
simbol
- Switchers/Price sensitive
- Satisfied buyer with switching cost
menambah
atau
Brand
mengurangi
nilai
Awareness
yang diberikan oleh
Brand
sebuah produk atau
Associations
jasa, baik itu pada
Perceived
perusahaan maupun
Quality
(David
feel, think, dan act
buyer
mampu
para
sense,
- Satisfied/habitual
dengan suatu nama brand
- Keterlibatan
- Karakteristik produk
konsumen.
- Ketahanan
Aaker-
- Keandalan
Tjiptono 2005:38) Proses
Model
ini
Keputusan
menekankan bahwa
Pembelian
proses
(Y2)
pembelian
bermula
Pengenalan
- Kebutuhan
Masalah
seseorang
(Kebutuhan)
membeli
untuk
sebelum
Pencarian
- Perolehan informasi
pembelian
dan
Informasi
tentang produk/jasa
berakibat
jauh
- Perolehan informasi
setelah
pembelian.
tentang
produk/jasa
Setiap
konsumen
dari
pengalaman
tentu akan melewati
(teman,
kelima
kerja,kerabat,dll)
tahap
ini
rekan
Ordinal
Likert
32 untuk pembelian
setiap
Evaluasi
yang
Alternatif
- Produk/ jasa masuk referensi
karena
mereka buat (Kotler
kualitas dan fungsi
dalam
yang
Bilson
Simamora, 2008:15)
sesuai
kebutuhan Membuat Keputusan
- Melakukan
Ordinal
Likert
Ordinal
Likert
- Konsumen bersedia Ordinal
Likert
pembelian atau tidak
Pembelian Perilaku Pasca Pembelian
- Kepuasan pelanggan setelah
pembelian
dan pengkonsumsian produk
Loyalitas
Customer
Pelanggan
adalah
suatu
pembelian
ulang
(Z)
loyalty
Repeat Purchase
melakukan pembelian kembali
yang dilakukan oleh
- Frekuensi kunjungan
seorang
pelanggan
- Keingintahuan
karena
komitmen
pada atau
suatu
Purchase
merek
perusahaan
Kotler (2005,p18)
across product or
- Bersedia
membeli
Ordinal
Likert
Ordinal
Likert
Ordinal
Likert
produk/jasa lain yang ditawarkan
service lines Refers Other
- Merekomendasikan kepada orang lain
Competitor Retention
- Konsumen
tidak
beralih ke pesaing
Sumber: Peneliti (2012) 3.3
Jenis dan Sumber Data Jenis data dibedakan berdasarkan sumber data.Menurut Sekaran dan Bougie
(2010, 180) data dibagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder.Data primer adalah informasi yang diperoleh dari sumber data pertama di lokasi penelitian atau obyek penelitian untuk tujuan penelitian (Sekaran dan Bougie 2010, 180). Data
33 sekunder merupakan kumpulan informasi yang didapat melalui sumber yang telah tersedia sebelumnya(Sekaran dan Bougie 2010, 37). Berdasarkan tujuan penelitian, ada beberapa data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Jenis dari masing-masing data tersebut adalah kuantitatif dan sumber datanya adalah primer dan sekunder. Data primer yang didapat secara langsung dari pelanggan Domino’s pizza Senayan City yang dijadikan sebagai responden melalui penyebaran kuesioner dan data sekunder data yang diperoleh melalui data yang telah diteliti dan dikumpulkan oleh pihak lain yang berkaitan dengan permasalahan penelitian, dalam penelitian ini berupa Jurnal dan Buku buku yang berhubungan dengan penelitian ini.
3.4
Teknik Pengumpulan Data Riduwan dan Kuncoro (2007, p213) mengatakan bahwa teknik pengumpulan
data merupakan alat-alat ukur yang diperlukan dalam melaksanakan suatu penelitian. Data yang akan dikumpulkan dapat berupa angka-angka, keterangan tertulis, informasi lisan dan beragam fakta yang berhubungan dengan fokus penelitian yang diteliti. Sehubungan dengan pengertian teknik pengumpulan data, maka dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu: 1) Kuesioner Kuesioner adalah daftar pertanyaan maupun pernyataan tertulis yang telah dirumuskan sebelumnya yang akan responden jawab, biasanya dalam alternatif yang didefinisikan dengan jelas (Sekaran,2006, p82). Dalam hal ini, peneliti mengumpulkan data dan informasi dengan menggunakan kuesioner, dimana peneliti menyusun seperangkat pernyataan yang ditujukan kepada sampel pelangganDomino’s Pizza Senayan City dengan tujuan agar
34 mendapatkan data primer dari respoden mengenai Experiential Marketing, ekuitas merek, keputusan pembelian dan loyalitas pelanggan. 2) Studi Pustaka Peneliti mengambil sumber data yang relevan dengan bahan penelitian dari berbagai literature, baik buku, jurnal, artikel, internet dan sebagainya guna membantu peneliti untuk menganalisa dan mendeskripsikan masalah dalam penelitian ini.
3.5
Teknik Pengambilan Sampel Menurut Riduwan dan Kuncoro (2008, p40) teknik sampling adalah suatu
cara mengambil sampel yang representatif dari populasi. Pengambilan sampel ini harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar dapat mewakili dan menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah probability sampling dengan simple random sampling. Probability sampling adalah teknik sampling untuk memberikan peluang yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel dan simple random sampling merupakan cara pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut (Ridwan dan Kuncoro, 2008, p41). Untuk penelitian ini, Sampel yang digunakan adalah pelanggan Domino’s Pizza Senayan City. Ukuran sampel yang digunakan di dalam penelitian ini ditentukan dengan berdasarkan pada beberapa pertimbangan teknik penentuan ukuran sampel di dalam structural equation modeling . Riduwan dan Kuncoro (2008, p56) di dalam bukunya mengutip beberapa pendapat ahli, yaitu Kelloway dan Marsh et. al., ukuran sampel untuk model persamaan struktural (SEM) paling sedikit adalah 200 pengamatan.
35 Selain itu, Joreskog dan Sorbom menyatakan bahwa hubungan antara banyaknya variabel dan ukuran sampel minimal dalam model persamaan struktural dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut ini. Tabel 3.3 Ukuran Sampel Minimal dan Jumlah Variabel Jumlah Variabel
Ukuran Sampel Minimal
3
200
5
200
10
200
15
360
30
630
25
975
30
1395
Sumber: Riduwan dan Kuncoro (2008,p56) Selain itu, karena nantinya di dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan structural equation modeling dengan metode estimasi Maximum Likelihood apabila data memenuhi asumsi multivariate normality dan akan mengkoreksi ketidaknormalan dengan menggunakan Robust Maximum Likelihood, maka peneliti juga akan menentukan ukuran sampel berdasarkan metode estimasi tersebut. Menurut Hair et. al., ukuran sampel yang disarankan untuk penggunaan dengan estimasi Maximum Likelihood adalah sebesar 100-200 (Ghozali dan Fuad,2008,p36). Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, maka ukuran sampel yang dibutuhkan untuk penelitian ini, yaitu sejumlah 200 responden.
36 3.6
Teknik Pengolahan Sampel Peneliti melakukan pre-test kepada 40 sampel guna menguji validitas dan
reliabilitas dari kuesioner penelitan. Kemudian, peneliti melanjutkan untuk membagikan kuesioner kepada 200 sampel penelitian dan kemudian mengolah data tersebut dengan menggunakanmetode Structural Equation Modeling.
3.7
Metode Analisis Pada Tabel 3.4 disajikan metode analisis yang digunakan untuk mencapai
tujuan-tujuan di dalam penelitian ini. Dalam pelaksanaannya, pengolahan data dilakukan dengan software SEM AMOS Versi 21. Tabel 3.4 Metode Analisis Tujuan penelitian
Metode Analisis
T-1
Structural Equation Modeling
T-2
Structural Equation Modeling
T-3
Structural Equation Modeling
T-4
Structural Equation Modeling
T-5
Structural Equation Modeling
Sumber: Peneliti (2012) Alasan peneliti untuk menggunakan metode Structural Equation Modeling (SEM) adalah variabel penelitian di dalam penelitian ini, yaitu Experiential Marketing, Ekuitas Merek, Keputusan pembelian, dan Loyalitas pelanggan, seluruh variabel tersebut merupakan variabel laten yang memerlukan variabel teramati (indikator) untuk mengukurnya. Hal ini sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Sitinjak dan Sugiarto (2006,p44) bahwa jika semua variabel dalam suatu model merupakan variabel teramati, hubungan pengaruh dari variabel tersebut dapat
37 dianalisis dengan analisis regresi atau path analysis. Namun jika variabel-variabel dalam model tersebut tidak semuanya terukur, analisis hubungan dapat dilakukan dengan SEM. Selain itu, penelitian ini menggunakan SEM karena kemampuannya untuk memasukkan variabel laten ke dalam analisis (Hair et al. 2010, 635). Sehingga mengurangi kesalahan pengukuran pada konsep, dan juga meningkatkan prediksi statistik dari keterhubungan antar variabel dengan mengukur kesalahan pengukuran dalam sebuah konsep.
3.7.1 Uji Validitas Menurut Sekaran dan Bougie (2010, 157-160).Validitas adalah tingkat ketepatan alat ukur penelitian tentang arti atau isi yang sebenarnya diukur.Uji validitas dilakukan untuk melihat seberapa jauh ketepatan dalam penggunaan pernyataan maupun pertanyaan di dalam kuesioner untuk memperoleh data primer.Dalam pengujian validitas, terdapat tiga macam pengujian, yaitu validitas isi, validitas keterkaitan, validitas membangun.Dalam validitas isi diukur nilai kesesuaian dari item yang ada dalam konsep tersebut. Validitas keterkaitan adalah validitas yang memisahkan variabel yang ingin diukur dari kumpulan variabel lainnya, sedangkan dalam validitas membangun, dilakukan
pengukuran
terhadap
kesesuaian
teori
terhadap
desain
penelitian.Sebuah kuesioner dikatakan valid apabila pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang hendakdiukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstruk. Uji validitas konstruk, menjelaskan validitas sebagai kualitas yang
38 diukur oleh sebuah pengujian, serta menilainya dengan memperlihatkan bahwa konstruk tertentu yang dapat diterangkan, bisa menyebabkan baik buruknya penampilandalam pengujian.Validitas konstruk terdiri dari validitas konvergen dan diskriminan.Validitas konvergen terjadi apabila dari hasil yang didapatkan melalui olah data terdapat dua insturmen penelitian atau variabel yang memiliki keterkaitan (Sekaran dan Bougie 2010, 160).Untuk melihat keterkaitan pada validitas konverjen, digunakan analisis faktor. Analisis faktor ada dua jenis, yaituEFA (exploratory factor analysis) dan CFA (confirmatory factor analysis). Penelitian ini menggunakan CFA untuk menunjukkan keterkaitan antara variabel. Tabel 3.5 Factor loading uji validitas Factor Loading
Jumlah Sampel Signifikan
0,30
350
0,35
250
0,40
200
0,45
150
0,50
120
0,55
100
0,60
85
0,65
70
0,70
60
0,75
50
Sumber: Hair et al. 2010, 117
39 Menurut Hair et al. (2010, 777) angka minimal dari factor loading adalah ≥0,5 atau idealnya ≥0,7. Penelitian ini menggunakan 200 sampel yang menggunakan factor loading 0,40, sedangkan dalam uji pendahuluan penelitian ini menggunakan jumlah sampel sebanyak 50 sehingga pada uji pendahuluan factor loading yang digunakan sebesar 0,75. Jenis validitas lain yang harus ditempuh untuk mencapai validitas pembangun adalah validitas diskriminan. Menurut Hair et al. (2010, 137) validitas diskriminan adalah pengujian yang dilakukan untuk mengukur perbedaan antara dua variabel yang mirip secara konseptual. Uji validitas kedua dalam validitas konstruk adalah validitas diskriminan. Validitas diskriminan tercapai apabila terjadi korelasi yang rendah antara dua variabel yang seharusnya tidak saling berkorelasi (McDaniel dan Gates 2010, 320). Untuk melihat korelasi antar variabel, dilakukan pengujianaverage variance extracted (AVE). Menurut Malhotra (2010, 702). AVE merupakan varians dari indikator-indikator yang dijelaskan dalam konstruk laten Nilai AVE berkisar dari angka 0 sampai 1. Validitas diskriminan dikatakan tercapai apabila nilai AVE lebih besar dari nilai korelasi yang dikuadratkan (Hair et al. 2010, 710). AVE dapat diukur dengan rumusberikut: ∑ Std. Loading2 Average Variance Extracted = ∑ Std. Loading2+ ∑εj
40 3.7.2 Uji Reliabilitas Uji reliabilitas adalah proses yang dilakukan untuk menguji keandalan data (Sekaran dan Bougie 2010, 324). Untuk menguji keandalan suatu data, hal yang dapat dijadikan acuan adalah Cronbach’s alpha dari analisis data tersebut.Cronbach’s alpha menunjukkan seberapa besar faktor keterhubungan antara suatu variabel dengan variabel lainnya.Menurut Sekaran dan Bougie (2010, 161) uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui kebaikan dari suatu alat pengukur, yang dapat dilihat dari konsistensi dan stabilitas alat ukur tersebut.Konsistensi dari sebuah alat ukur dalam mengukur fenomena yang ada. Selain itu reliabilitas juga mengukur tingkat stabilitas suatu alat ukur yang dapat menunjukkankemampuan alat ukur tersebut untuk mengukur suatu konsep tetap sama kapan pun suatu penelitian dilakukan. Dalam penelitian ini pengujian reliabilitas menggunakan Cronbach’s alpha.Alasan menggunakan uji ini adalah karena uji Cronbach’s alpha merupakan teknik pengujian keandalan kuesioner yang paling sering digunakan (Sekaran dan Bougie 2010, 205). Nilai Cronbach’s alpha yang menjadi acuan adalah di atas 0,70. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hair et al. (2007, 244) bahwa batas bawah untuk Cronbach’s alpha adalah 0,70. Tingkat keandalan Cronbach’s alpha ditunjukkan pada Tabel 3.6. Tabel 3.6Tingkat keandalanCronbach’s alpha Nilai Cronbach’s alpha
Tingkat Keandalan
< 0,60
Kurang andal
0,60 – < 0,70
Cukup andal
0,70 - <0,80
Andal
0,80 - <0,90
Sangat Andal
≥0,90
Paling Andal
Sumber: Hair et al. 2007, 244
41 3.7.3 Uji Normalitas Uji normalitas data dilakukan sebelum data diolah berdasarkan model- model penelitian yang diajukan. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang diolah berdistribusi normal dalam artian sampel yang diambil berasal dari populasi yang sama. Sebaran data harus dianalisis untuk mengetahui apakah asumsi normalitas dipenuhi, sehingga data dapat diolah lebih lanjut pada path diagram. Menurut Singgih santoso (2006), terdapat pedoman pengambilan keputusan untuk melihat apakah sebuah distribusi data bisa dikatakan normal atau tidak, yaitu: •
Jika nilai Sig. atau nilai probabilitas < 0.05, maka distribusi adalah tidak normal
•
Jika nilai Sig. atau nilai probabilitas > 0.05, maka distribusi adalah normal.
3.7.4 Structural Equation Modeling (SEM) SEM adalah singkatan dari model persamaan struktural (structural equation model) yang merupakan generasi kedua teknik analisis multivariate yang memungkinkan peneliti untuk menguji hubungan antara variabel yang kompleks baik recursive maupun nonrecursive untuk memperoleh gambaran menyeluruh mengenai suatu model (Ghozali dan Fuad,2008, p3). Tidak seperti analisis multivariate biasa (regresi berganda dan analisis faktor) SEM dapat melakukan pengujian secara bersama-sama: 1. Model struktural : hubungan antara konstruk independen dan dependen
42 2. Model measurement: hubungan (nilai loading) antara indikator dengan konstruk (variabel laten) Digabungkannya pengujian model struktural dan pengukuran tersebut memungkinkan peneliti untuk: 1. Menguji kesalahan pengukuran (masurement error) sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Structural Equation Modeling 2. Melakukan analisis faktor bersamaan dengan pengujian hipotesis Menurut Hair et al. (2010, 687), SEM, terdapat pendekatan yang disebut dengan pendekatan dua tahap SEM. Tahap pertama dari pendekatan ini adalah menggunakan model pengukuran (CFA). CFA merupakan tekhnik yang digunakan untuk menguji seberapa baik variabel yang telah diukur dapat merepresentasikan konstruk yang lebih kecil (Hair et al. 2010, 693). Setelah melakukan CFA, tahap kedua adalah menguji model struktural. Model struktural diuji setelah pengukuran tentang keandalan dan validitas telah tercapai (Hair et al. 2010, 692). Pengukuran model struktural tepat digunakan untuk menguji hubungan antar variabel. Menurut Hair et al. (2010, 637), ada dua jenis variabel laten, yaitu variabel eksogen (variabel bebas) dan variabel endogen (variabel terikat). Variabel eksogen merupakan variabel yang bertindak sebagai variabel independen di dalam model dan dipengaruhi oleh faktor-faktor diluar model. Sedangkan variabel endogen merupakan variabel yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang ada di dalam model. Buku hair et. al (2006) dalam (Ghozali dan Fuad ,2008,p15) membagi kegiatan SEM dalam enam tahapan , yakni mendefinisikan konstrukkonstruk, membuat measurement model, membuat desain riset serta estimasi
43 model, menilai validitas measurement model, membuat structural model, dan menguji derajat kecocokan. Menurut (Ghozali dan Fuad, 2008, p4) , SEM bermanfaat sebagai alat statistik yang sangat berguna dan menjadi ”keharusan” untuk penelitian noneksperimental, dimana metode untuk pengujian teori belum dikembangkan secara menyeluruh (Bentler,1980). Software yang menawarkan SEM antara lain adalah; LISREL (Joreskoq dan Sorbom, 1996), AMOS (Arbuckle, 1995), EQS (Bentler,1995), ROMANO (Browne, Mels dan Coward, 1994), SEPATH (Steiger,1994), dan LISCOM (Muthen, 1988). Perhitungan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan SPSS 20 dan SPSS AMOS yang akan menjelaskan bagaimana hubungan antar 4 variabel yang akan diteliti yaitu Experiential Marketing (X), Ekuitas Merek (Y1), Keputusan pembelian (Y2), dan Loyalitas pelanggan (Z).
3.7.4.1 Karakteristik Structural Equation Modeling (SEM) Menurut Ghozali dan Fuad (2008), karakteristik Structural Equation Modeling (SEM) adalah sebagai berikut: 1. SEM merupakan kombinasi teknik analisis data multivariat interdependensi dan dependensi, yaitu analisis faktor konfimatori dan analisis jalur 2. Variabel yang dianalisis adalah variabel laten (konstruk), yaitu variabel yang tidak dapat diobservasi langsung tetapi diukur melalui indikator-indikator terukur atau variabel manifes
44 3. SEM bertujuan bukan untuk menghasilkan model melainkan menguji atau mengkonfirmasikan model berbasis teori, yaitu model pengukuran dan model struktural.
3.7.4.2 Asumsi-asumsi SEM SEM mensyaratkan beberapa asumsi untuk pengolahan data sebagai berikut (Singgih Santoso, 2011): a. Ukuran Sampel, Ukuran sampel yang harus dipenuhi dalam pemodelan SEM adalah minimum berjumlah 100 atau lima kali jumlah indikator b. Normalitas
data
merupakan
salah
satu
syarat
dapatdioperasikannya SEM untuk mengolah pemodelan yang dibuat, agar hasil analisis tidak menjadi bias. Dalam SEM ada dua tahap dalam menguji normalitas yaitu berdasarkan setiap variabel dan secara bersama-sama atau biasa disebut multivariate normality. c. Data Outliner, Outliers adalah observasi yang muncul dengan nilai-nilai ekstrim baik secara univariatemaupun multivariate yaitu yang muncul karena kombinasi dari observasi-observasi lainnya. Outliers terjadi karena adanya kombinasi unik dan nilai-nilai yang dihasilkan di observasi-observasi tersebut sangat berbeda dari observasi lainnya
45 3.7.4.3 Uji Kelayakan SEM Menurut
Ferdinand
(2006),
untuk
melakukan
uji
kesesuaian dan uji statistic diperlukan beberapa indeks kesesuain dan cut-off valuenya untuk digunakan dalam pengujian sebuah model: •
Chi-Square( x2) Perhitungan Chi-Square didapat dengan melihat pada output (kata Chi-Square). Sebuah model dianggap baik atau memuaskan apabila memiliki nilai chi-square yang rendah. Semakin kecil nilai Chi-Square semakin baik model tersebut dan dapat diterima berdasarkan probabilitas dengan cut off value sebesar p > 0.05 atau p > 0.10
•
RMSEA ( The Root Mean Square Error of Approximation ) Adalah sebuah indeks yang dapat digunakan untuk mengkopensasi chisquare statistic dalam sampel yang besar . Nilai RMSEA menunjukkan goodness-of-fit yang dapat diharapkan bila model diestimasi dalam populasi. Nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0.08 merupakan indeks untuk dapat diterimanya model yang menunjukkan sebuah close fit dari model itu berdasarkan degrees of freedom
•
GFI ( Goodness of Fit Index ) Ukuran non statistikal yang mempunyai rentang nilai antara 0 ( poor fit ) sampai dengan 1.0( perfect fit ). Nilai yang tinggi dalam indeks menunjukkan sebuah"better fit"
•
AGFI (Adjusted Goodness of Fit Index )
46 Tingkat penerimaan yang direkomendasikanadalah bila AGFI mempunyai nilai ≥ 0,90.
•
CMIN/DF Menunjukkan
The
Minimum
Sample
Discrepancy
Function yang dibagi dengan degree of freedom. CMIN/DF tidak lain adalah statistic chisquare, χ2dibagi DF disebut χ2relatif. Bila nilai χ2 relatif kurang dari 2.0 atau 3.0 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data •
TLI (Tucker Lewis Indeks) Adalah sebuah alternative incremental fit index yang membandingkan sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model. Nilai yang direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah penerimaan ≥ 0.95 dan nilai yang sangat mendekati 1 menunjukkan a very good fit
•
CFI (Comparative Fit Index) CFI yang mendekati 1 mengindikasikan tingkat fit yang paling tinggi. Nilai yang direkomendasikan bagi CFI adalah ≥ 0,95.
3.7.4.4 Analisa Pengaruh antar konstruk Pengaruh
antara
konstruk
laten
dibagi
berdasarkan
kompleksitas hubungan variabel, yaitu (Ghozali dan Fuad 2008): 1. Pengaruh langsung (direct effects) 2. Pengaruh tidak langsung (indirect effects)
47 3. Pengaruh total (total effects) Pengaruh total merupakan penjumlahan dari pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung. Pada software AMOS, pengaruhlangsung diperoleh dari nilai output standardized effect, sedangkan pengaruh tidak langsung diproleh dari nilai output standardized indirect effect , dan pengaruh total diperoleh dari nilai output standardized total effect.
3.8
RancanganUji Hipotesis Menurut Sugiyono(2004,p51) perumusan hipotesis penelitian merupakan
langkah ketiga dalam penelitian, setelah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka pemikiran. Untuk dapat diuji,suatu hipotesis haruslah dinyatakan secara kuantitatif. Pengujian hipotesis statistik ialah prosedur yang memungkinkan keputusan dapatdibuat yaitu keputusan untuk menolak atau tidak menolak hipotesis yang sedang diuji. Dasar pengambilan keputusan dapat ditentukan dengan membandingkan nilai probabilitas sig dengan nilai probabilitas 0,05 : a) Jika nilai probabilitas (P)> 0,05 , maka H0diterima b) Jika nilai probabilitas (P)<0,05, maka H0 ditolak. Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah : Hipotesis 1 Ho : Tidak ada pengaruh Experiential Marketing terhadap Ekuitas merek Domino’s Pizza Senayan City H1 : Ada pengaruh Experiential Marketing terhadap pembentukan Ekuitas merek Domino’s Pizza Senayan City
48 Hipotesis 2 Ho : Tidak ada pengaruh Experiential Marketing terhadap Keputusan Pembelian pelanggan Domino’s Pizza Senayan City H1 : Ada pengaruh Experiential Marketing terhadap Keputusan Pembelianpelanggan Domino’s Pizza Senayan City Hipotesis 3 Ho : Tidak ada pengaruh Ekuitas merek terhadap Keputusan Pembelian pelanggan Domino’s Pizza Senayan City H1 : Ada pengaruh Ekuitas merek terhadap Keputusan Pembelian pelanggan Domino’s Pizza Senayan City Hipotesis 4 Ho: Tidak ada pengaruh Ekuitas merek terhadap Loyalitas pelanggan Domino’s Pizza Senayan City H1: Ada pengaruh Ekuitas merek terhadap Loyalitas pelanggan Domino’s Pizza Senayan City Hipotesis 5 Ho:Tidak ada pengaruh Keputusan Pembelian terhadap Loyalitas pelanggan Domino’s Pizza Senayan City H1:Ada pengaruh Keputusan Pembelian terhadap Loyalitas pelanggan Domino’s Pizza Senayan City
3.9
Rancangan Pemecahan Masalah Rancangan pemecahan masalah ini yaitu dari hasil penyebaran kuisioner yang
nantinya didapat dan dianalisis bagaimana pengaruh experiential marketing terhadap ekuitas merek dan keputusan pembelian serta implikasinya terhadap loyalitas
49 konsumen Domino’s Pizza di Senayan City. Dengan lima dimensi yang terdapat dalam variabel experiential marketing dan disusun pernyataan yang mewakili tiap dimensi untuk mengukur bagaimana pengaruh tiap dimensi yang ada terhadap ekuitas merek dan keputusan pembelian. Dimana kelima dimensi yang dipakai adalah sense, feel, think, act, dan relate. Kemudian di analisis pula bagaimana nantinya ekuitas merek dan keputusan pembelian dapat meningkatkan loyalitas konsumen Domino’s Pizza Senayan City. Sehingga nantinya gambaran yang di dapat akan digunakan sebagai bahan evaluasi mengenai efektivitas penerapan experiential marketing yang telah dilakukan selama ini terhadap pembentukan ekuitas merek dan keputusan pembelian dalam upaya Domino’s Pizza untuk meningkatkan loyalitas konsumen atas Domino’s Pizza Senayan City.