BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1
Tinjauan Teoritis
2.1.1
Laporan Keuangan
1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil tindakan pembuatan dan peringkasan data keuangan perusahaan yang disusun serta ditafsirkan secara sistematis dan tepat untuk kepentingan internal maupun eksternal perusahaan, yang terdiri dari tiga laporan utama, (1) Neraca, (2) Laporan laba – rugi, dan (3) Laporan arus kas dan sebagai tambahan dapat pula disusun laporan perubahan modal. Menurut Kasmir (2013:7) Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Maksud laporan keuangan yang menunjukkan kondisi perusahaan saat ini adalah merupakan kondisi terkini. Kondisi perusahaan terkini adalah keuangan perusahaan pada tanggal tertentu (untuk neraca) dan periode tertentu (untuk laporan laba rugi). Biasanya laporan keuangan dibuat per periode. Dengan adanya laporan keuangan, dapat diketahui posisi perusahaan terkini setelah menganalisis laporan keuangan tersebut. 2. Tujuan Laporan Keuangan Tujuan laporan keuangan disusun guna memenuhi kepentingan berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Secara umum laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi keuangan suatu perusahaan, baik pada
saat tertentu maupun pada periode tertentu. Berikut ini beberapa tujuan pembuatan atau penyusunan laporan keuangan yaitu : (Kasmir, 2013:11) 1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki perusahaan pada saat ini. 2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini. 3. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatu periode tertentu. 4. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu. 5. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap aktiva, pasiva, dan modal perusahaan. 6. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu periode. 7. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan. 8. Informasi keuangan lainnya. Jadi, dengan memperoleh laporan keuangan suatu perusahaan, akan dapat diketahui kondisi keuangan perusahaan secara menyeluruh. 2.1.2 Kinerja Keuangan Menurut Mashun (2009:25) dalam bukunya pengukuran kinerja sektor publik. Kinerja
(performance)
adalah
gambaran
mengenai
tingkat
pencapaian
pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran,
tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi. 1. Tujuan Kinerja Keuangan Menurut Munawir (2007:31) tujuan kinerja keuangan adalah mengetahui likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan stabilitas dalam membayar kewajibannya. Adapun tujuan pengukuran kinerja antara lain: a. Untuk mengetahui tingkat likuiditas yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. b. Untuk mengetahui tingkat solvabilitas yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang. c. Untuk
mengetahui
tingkat
profitabilitas
yaitu
menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba selama periode tertentu. d. Untuk mengetahui stabilitas yaitu kemampuan perusahaan untuk melakukan
usahanya
dengan
stabil
yang
diukur
dengan
mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar cicilan secara teratur kepada pemegang saham tanpa mengalami hambatan.
2.1.3 Analisis Rasio Keuangan Harahap (2009:297) menyatakan bahwa rasio keuangan merupakan angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu akun laporan keuangan dengan akun lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Untuk melihat kinerja perusahaan, maka harus dilakukan pengolahan lebih lanjut atas laporan keuangan perusahaan. Analisa Rasio (Ratio Analysis) adalah salah satu cara untuk menghitung dan menginterpretasikan rasio keuangan untuk menganalisa dan melihat kinerja perusahaan. Untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan rasiorasio keuangan, dapat dilakukan dengan beberapa rasio keuangan. Analisis rasio yang digunakan dalam penilaian kinerja keuangan perusahaan meliputi : (Kasmir, 2013:110) 1. Rasio Likuiditas Menurut Kasmir (2013:129) rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih, perusahaan akan mampu untuk memenuhi utang tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo. Dengan kata lain rasio likuiditas berfungsi untuk menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo, baik kepada pihak luar perusahaan maupun di dalam perusahaan. Jenis-jenis rasio likuiditas yang sering digunakan perusahaan untuk mengukur kemampuan yaitu : ( Kasmir, 2013:134)
a.
Current Ratio (Rasio Lancar) Merupakan
rasio
yang
digunakan
untuk
mengukur
kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan suatu perusahaan. Rumus untuk mencari Current Ratio sebagai berikut :
Current Ratio =
Aktiva Lancar Utang Lancar
b. Quick Ratio (Rasio Cepat) Merupakan rasio yang menunujukkan kemampuan perusahaan sdalam memenuhi atau membayar utang lancar dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai sediaan. Rumus untuk mencari Quick Ratio sebagai berikut :
Quick Ratio =
Aktiva Lancar - Persediaan Utang Lancar
c. Cash Ratio (Rasio Kas) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Ketersediaan uang kas dapat ditunjukkan dari tersediannya dana kas yang setara dengan kas seperti rekening giro atau tabungan di bank. Dapat dikatakan rasio ini menunjukkan
kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utang-utang jangka pendeknya. Rumus untuk mencari Cash Ratio sebagai berikut :
Cash Ratio =
Kas Bank Utang Lancar
2. Leverage Ratio (Rasio Solvabilitas) Menurut Kasmir (2013:151) rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya besarnya jumlah utang yang digunakan perusahaan untuk membiayai kegiatan usahanya jika dibandingkan dengan menggunakan modal sendiri. Dengan kata lain, berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dilikuidasi (dibubarkan). Jenis-jenis rasio solvabilitas yang sering digunakan perusahaan untuk mengukur kemampuan yaitu : (Kasmir, 2013:155) a. Debt to Asset Ratio (Rasio Hutang Terhadap Total Aktiva) Merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Dari hasil pengukuran, apabila rasionya tinggi artinya pendanaan dengan utang semakin banyak. Maka
semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utang-utangnya dengan aktiva yang dimilikinya. Demikian pula apabila rasionya rendah, semakin kecil perusahaan dibiayai dengan utang. Untuk menghitung Debt to Asset Ratio menggunakan rumus :
Debt to Asset Ratio =
Total Utang x 100% Total Aktiva
b. Debt to Equity Ratio (Rasio Hutang Terhadap Ekuitas) Merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam dengan pemilik perusahaan. dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang. Untuk menghitung Debt to Equity Ratio menggunakan rumus :
Debt to Equity Ratio =
Total Utang x 100% Ekuitas
c. Times Interest Earned (Rasio Berapa kali Bunga yang Dihasilkan) Merupakan rasio untuk mengukur sejauh mana pendapatan dapat menurun tanpa membuat perusahaan merasa malu karena tidak mampu membayar biaya bunga tahunannya. Secara umum semakin tinggi rasio, semakin besar kemungkinan perusahaan dapat membayar bunga pinjaman dan dapat menjadi ukuran untuk memperoleh tambahan pinjaman baru dari
kreditor. Demikian pula sebaliknya, apabila rasionya rendah, semakin rendah pula kemampuan perusahaan untuk membayar bunga dan biaya lainnya. Untuk menghitung Time Interest Earned menggunakan rumus : Earning Before Interest and Tax (EBIT) Times Interest Earned =
x 100% Biaya Bunga
d. Fixed Charge Coverage (Rasio Lingkup Biaya Tetap) Merupakan rasio yang menyerupai times interest earned Ratio. Hanya saja perbedaannya adalah rasio ini dilakukan apabila perusahaan memperoleh utang jangka panjang atau menyewa aktiva berdasarkan kontrak sewa. Biaya tetap merupakan biaya bunga ditambah kewajiban sewa tahunan atau jangka panjang. Untuk menghitung Fixed Charge Coverage menggunakan rumus :
Fixed Charge Coverage =
EBT Biaya Bunga Kewajiban Sewa x 100% Biaya Bunga Kewajiban Sewa
3. Rasio Profitabilitas Menurut kasmir (2013:196) rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. hal ini ditujukan oleh laba yang dihasilkan dari pejualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan. Penggunaan
rasio
profitabilitas
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan
perbandingan antara berbagai komponen yang ada di laporan keuangan, terutama laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi.
Pengkuran dapat dilakukan untuk beberapa periode operasi. Tujuannya adalah agar terlihat perkembangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan, sekaligus mencari penyebab perubahan tersebut. Hasil pengukuran tersebut dapat dijadikan alat evaluasi kinerja manajemen selama ini, apakah mereka telah bekerja secara efektif atau tidak. Jenis-jenis rasio aktivitas yang umum digunakan oleh perusahaan yaitu : (Kasmir, 2013:199) a. Profit Margin Ratio (Profit Margin on Sales) Ratio Profit Margin atau margin laba atas penjualan merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. Cara pengukuran rasio ini adalah dengan membandingkan laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih. Untuk menghitung rasio ini menggunakan rumus :
Profit Margin =
Penjualan Bersih - Harga Pokok Penjualan x 100% Penjualan
b. Net Profit Margin Ratio (Margin Laba Bersih) Merupakan ukuran keuntungan dengan membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak dibandingkan dengan penjualan. Rasio ini menunjukkan pendapatan bersih perusahaan. Untuk menghitung rasio ini menggunakan rumus : Earning After Interest and Tax (EAT) Net Profit Margin =
x 100% Penjualan
c. Return on Invesment (Pengembalian Atas Investasi) Merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang efektifitas manajemen dalam mengelola investasinya. Di samping itu, hasil pengembalian investasi menunjukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan, baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Semakin kecil rasio ini semakin kurang baik, demikian pula sebaliknya semakin besar rasio ini akan semakin baik. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari
keseluruhan
operasi
perusahaan.
Untuk
menghitung
rasio
ini
menggunakan rumus : Earning AfterInterest and Tax (EAT) Return On Investment =
x 100% Total Asset
d. Return on Invesment (Pengembalian atas Investasi) dengan Pendekatan Du Pont. Untuk mencari hasil pengembalian investasi dapat pula, menggunakan Du Pont. berikut ini cara mencari hasil pengembalian invetasi dengan pendekatan Du Pont Return on Invesment = Margin Laba Bersih x Perputaran Total Aktiva e. Return on Equity (Pengembalian atas Ekuitas) Return on Equity atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini
semakin baik. Artinya, perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya semakin rendah rasio ini semakin jelek, artinya perusahaan semakin menurun. Untuk menghitung rasio ini menggunakan rumus : Earning After Interest and Tax (EAT) Return On Equity =
x 100% Ekuitas
4. Rasio Nilai Pasar Menurut Fahmi (2012:70) rasio nilai pasar yaitu rasio yang menggambarkan kondisi yang terjadi di pasar. Rasio ini juga sering dipakai untuk melihat bagaimana kondisi perolehan keuntungan yang potensial dari suatu perusahaan, jika keputusan menempatkan dana di perusahaan tersebut terutama untuk masa yang akan datang. Jenis-jenis rasio aktivitas yang umum digunakan oleh perusahaan yaitu : (Tandelilin, 2010:373) a. Earning Per Share (Jumlah Saham Beredar) Merupakan komponen penting pertama yang harus diperhatikan dalam analisis perusahaan adalah laba per lembar saham. Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan. Besarnya EPS suatu perusahaan bisa diketahui dari informasi laporan keuangan perusahaan. Meskipun beberapa perusahaan tidak mencantumkan besarnya EPS perusahaan bersangkutan dalam laporan keuangannya, tetapi besarnya EPS suatu perusahaan bisa kita
hitung berdasarkan informasi laporan neraca dan laporan laba rugi perusahaan. Rumus untuk menghitung EPS suatu perusahaan adalah sebagai berikut : Earning AfterInterest and Tax (EAT) Earning Per Share = Jumlah Saham Beredar b. Price Earning ratio (Rasio Harga Laba) Informasi PER mengindikasikan besarnya rupiah yang harus dibayarkan investor untuk memperoleh satu rupiah earning perusahaan. Dengan kata lain, PER menunjukkan besarnya harga setiap satu rupiah earning perusahaan. Di samping itu, PER juga merupakan ukuran harga relatif dari sebuah saham perusahaan. rumus untuk menghitung PER adalah sebagai berikut : Harga Saham Per Saham Price Earning Ratio = Earning Per Share (EPS) 2.1.4 Hubungan Rasio Keuangan dan Kinerja Keuangan Rasio keuangan dan kinerja perusahaan mempunyai hubungan yang erat. Rasio keuangan ada banyak jumlahnya dan setiap rasio mempunyai kegunaan masing-masing. Bagi investor akan melihat rasio dengan penggunaan yang paling sesuai dengan analisis yang akan dilakukan. Jika rasio tersebut tidak mempresentasikan tujuan dari analisis yang dilakukan maka rasio tersebut tidak akan dipergunakan, karena dalam konsep keuangan dikenal dengan nama flleksibelitas, artinya rumus atau berbagai bentuk formula yang dipergunakan haruslah disesuaikan dengan kasus yang diteliti. (Fahmi, 2012:46).
2.1.5 Pengertian Pasar Modal Menurut Sjahrial (2012:13) pasar modal dalam arti sempit yaitu merupakan kegiatan yang mempertemukan penjual dan pembeli dana jangka panjang. Sedangkan, dalam arti luas pasar modal adalah keseluruhan sistem keuangan yang terorganisasi termasuk bank-bank komersial dan semua perantara di bidang keuangan serta surat-surat berharga jangka panjang dan pendek. 1.
Keuntungan Berinvestasi di Pasar Modal Keuntungan yang dimiliki pemodal dengan berinvestasi di pasar modal
yaitu : (Sjahrial, 2012:13) I.
Memperoleh deviden yaitu bagian keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham.
II.
Memperoleh capital gain yaitu keuntungan yang diperoleh dari hasil jual beli saham, berupa selisih antara nilai jual yang lebih tinggi daripada nilai beli saham.
III.
Nilai atau harga saham meningkat sejalan dengan waktu dan sejalan dengan perkembangan atau kinerja perusahaan.
IV.
Saham dapat dijadikan jaminan atau agunan ke bank untuk memperoleh kredit, baik agunan pokok atau agunan tambahan.
2.1.6 Saham 1. Pengertian Saham Menurut Sjahrial (2012:19) saham adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas atau yang biasa disebut
emiten. Saham menyatakan bahwa pemilik saham tersebut juga pemilik sebagian dari perusahaan itu, dengan demikian kalau seorang investor membeli saham, maka dia juga menjadi pemilik ataupun juga sebagai pemegang saham perusahaan. Saham ada dua macam yaitu saham atas nama dan saham atas tunjuk. Pada saat ini saham-saham yang diperdagangkan di bursa efek adalah saham atas nama, yaitu saham yang nama pemilik saham tertera di atas saham tersebut. 2. Jenis-jenis Saham Jenis saham yang diperdagangkan di pasar modal adalah sebagai berikut : a. Saham Preferen (Preferred Stock) Menurut Tandelillin (2010:32) Saham preferen merupakan satu jenis sekuritas ekuitas yang berbeda dalam beberapa hal dengan saham biasa. Dividen pada saham preferen biasanya dibayarkan dalam jumlah tetap dan tidak pernah berubah dari waktu ke waktu. Seperti yang disebut preffered (dilebihkan), pembagian deviden kepada pemegang saham preferen lebih didahulukan sebelum diberikan kepada pemegang saham biasa. b. Saham Biasa (Common Stock) Menurut Tandelilin (2010:32) Saham biasa menyatakan kepemilikan suatu perusahaan. Saham biasa adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan. Sebagai pemilik, pemegang saham biasa suatu perusahaan mempunyai hak suara proporsional pada berbagai keputusan penting perusahaan antara lain pada persetujuan keputusan dalam rapat umum pemegang saham (RUPS).
3. Indeks Harga Saham Indeks harga saham adalah harga saham yang dinyatakan dalam angka indeks. Indeks saham digunakan untuk tujuan analisis dan menghindari dampak negatif dari penggunaan harga saham dalam rupiah. (Samsul, 2006:179). Harga
saham
pada
hakikatnya
merupakan
penerimaan
besarnya
pengorbanan yang harus dilakukan oleh setiap investor untuk penyertaan dalam perusahaan. Harga saham di Bursa Efek akan bergerak sesuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi atas saham. Untuk melakukan analisis dan memilih saham terdapat dua pendekatan dasar yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal adalah sebagai berikut (Darmadji dan Fakhrudin, 2012:149) : 1. Analisis Fundamental Merupakan salah satu cara untuk melakukan penilaian saham dengan mempelajari atau mengamati berbagai indikator yang terkait dengan kondisi makro ekonomi dan kondisi industri suatu perusahaan hingga berbagai indikator keuangan dan manajemen perusahaan. Dengan demikian, analisis fundamental merupakan analisis yang berbasis pada berbagai data riil untuk mengevaluasi atau memproyeksi nilai suatu saham. Beberapa data atau indicator yang umum digunakan, antara lain: pendapatan laba, pertumbuhan penjualan, imbal hasil atau pengembalian atas ekuitas (return on equity), margin laba (profit margin), dan data-data
keuangan lainnya sebagai sarana untuk menilai kinerja perusahaan dan potensi pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang. 2. Analisis Teknikal Merupakan salah satu metode yang digunakan untuk penilaian saham, dimana dengan metode ini para analis melakukan evaluasi saham berbasis pada data-data statitsitk yang dihasilkan dari aktivitas perdagangan saham, seperti harga saham dan volume transaksi. Dengan berbagai grafik yang ada serta pola-pola grafik yang terbentuk, analisis teknikal mencoba memprediksi arah pergerakan harga saham ke depan. Analisis
teknikal
atau
sering
disebut
chartist
percaya
bahwa
perkembangan atau kinerja saham dan pasar di masa lalu merupakan cerminan kinerja ke depan. Dengan perkataan lain, mereka percaya sejarah akan berulang kembali. 2.1.7 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Menurut Agus Sartono (2008:9), harga saham terbentuk dipasar modal dan ditentukan oleh beberapa faktor seperti laba per lembar saham atau earning per share, rasio laba terhadap harga per lembar saham atau price earning ratio, tingkat bunga bebas risiko yang diukur dari tingkat bunga deposito pemerintah dan tingkat kepastian operasi perusahaan. Menurut
Weston
dan
Brigham
mempengaruhi harga saham adalah : 1. Laba per saham earning per share; 2. Tingkat bunga
(2001:26),
faktor-faktor
yang
3. Jumlah kas dividen yang diberikan 4. Jumlah laba yang di dapat perusahaan 5. Tingkat resiko dan pengembalian Karena banyak faktor yang mempengaruhi harga saham maka beberapa tanggapan analisis untuk melakukan analisis fundamental yaitu: a. Analisis Ekonomi Menurut Husnan (2005:320) menunjukan bahwa faktor ekonomi mampu menjelaskan sekitar 17% perubahan laba perusahaan. b. Analisis Industri Analisis industri akan memberikan pemahaman tentang sifat dan operasi dari suatu industri yang dapat digunakan unuk memperkirakan prospek pertumbuhan industri perusahaan-perusahaan di dalamnya serta prestasiprestasi sahamnya (Husnan, 2005:307). c. Analisis Perusahaan Untuk melakukan analisis yang bersifat fundamental, analisis perlu memahamai variabel – variabel yang mempengaruhi nilai intrinsik saham (Husnan,2005: 309-327). 2.1.8 Investasi 1. Pengertian Investasi Menurut Halim (2003:5), investasi adalah sejumlah keuntungan di masa depan. Umumnya investasi dibagi menjadi dua, yaitu investasi financial assets (dilakukan di semua uang dan pasar modal) dan investasi pada real assets (diwujudkan dalam bentuk pembelian asset produktif).
2. Jenis – jenis Investasi Investasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut: 1. Investasi dalam bentuk aset riil (real assets) yaitu investasi dalam bentuk aktiva berwujud fisik, seperti emas, batu mulia dan sebagainya 2. Investasi dalam bentuk surat berharga/sekuritas (marketable securities financial assets) yaitu investasi dalam bentuk surat-surat berharga yang pada dasarnya merupakan klaim atas aktiva riil yang diawasi oleh suatu lembaga/perorangan tertentu. (http://ratnajea.wordpress.com/2013/04/11/investasi-dan-pasar-modal/) 3. Tujuan Investasi Menurut Tandelilin (2010:8) tujuan investasi secara luas adalah meningkatkan kesejahteraan investor. Kesejahteraan dalam hal ini adalah kesejahteraan moneter, yang bisa diukur dengan penjumlahan pendapatan saat ini ditambah nilai saat ini pendapatan masa datang. Secara lebih khusus lagi, ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan investasi, antara lain adalah sebagai berikut : 1. Untuk mendapatkan pendapatan yang tetap dari hasil investasi pertahunnya. 2. Untuk jangka panjang dan memberikan hasil yang besar di masa yang akan datang. 3. Untuk kepentingan pendapatan yang tetap.
2.1.9
Hubungan Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham 1. Hubungan Current Ratio Terhadap Harga Saham Menurut Kasmir (2013:135) dari hasil pengukuran apabila Current Ratio
rendah, dapat dikatakan bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar utang. Namun, apabila hasil pengukuran rasio tinggi, belum tentu kondisi perusahaan sedang baik. Hal ini dapat saja terjadi karena kas tidak dapat digunakan sebaik mungkin. Untuk mengatakan suatu kondisi baik atau tidaknya, ada suatu standar rasio yang digunakan, misalnya rata-rata industri untuk usaha yang sejenis. Semakin besar Current Ratio maka akan mempengaruhi investor dalam membeli saham dan hal ini maka meningkatkan harga saham. Darsono dan Ahari (2005:54) bahwa rule of thum (ketentuan baiknya) current ratio adalah 100% sampai 200%. Rasio lancar yang terlalu besar (di atas 200%) menunjukkan pengelolaan aktiva lancar yang kurang bagus karena masih banyak aktiva yang menganggur. 2.
Hubungan Return On Equity Terhadap Harga Saham Menurut Kasmir (2013:204) rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan
modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini semakin baik. Artinya, perusahaaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya semakin rendah rasio ini semakin jelek, artinya perusahaan semakin menurun. Menurut Hanafi dan Halim (2009:82) rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupaka ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Meskipun
rasio ini mengukur laba dari sudut pandang pemegang saham, rasio ini tidak memperhitungkan deviden manapun Capital Gain untuk pemegang saham. 3. Hubungan Debt to Asset ratio (DAR) Terhadap Harga Saham Menurut Kasmir (2013:156) dari hasil pengukuran Debt to Asset Ratio apabila rasionya tinggi artinya pendanaan dengan hutang semakin banyak. Maka semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utang-utangnya dengan aktifa yang dimilikinya. Demikian pula apabila rasionya rendah, semakin kecil perusahaan dibiayai dengan utang maka semakin baik kinerja keuangannya. Standar pengukuran untuk menilai baik tidaknya rasio perusahaan, digunakan rata-rata industri sejenis. Darsono dan Ashari (2005:55) bahwa rule of thum (ketentuan baiknya) debt to total asset ratio adalah maksimal 100% yang berarti perusahaan banyak mengandalkan modal dari dalam, bukan hutang. 4.
Hubungan Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Harga Saham Menurut Kasmir (2013:157) rasio ini dengan cara membandingkan antara
seluruh utang, termasuk utang lancar dengn seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang. Semakin besar rasio ini, akan semakin tidak menguntungkan karena akan semakin besar resiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi pada perusahaan. Namun, bagi perusahaan justru semakin besar rasio akan semakin baik. Sebaliknya, apabila rasio yang
rendah, maka semakin tinggi tingkat pendanaan yang akan disediakan pemilik dan semakin besar batas pengaman bagi peminjam jika terjadi kerugian atau penyusutan terhadap nilai aktiva. Rasio ini juga memberikan petunjuk umum tentang kelayakan dan resiko keuangan perusahaan. Perusahaan dengan arus kas yang stabil biasanya memiliki rasio yang lebih tinggi dari rasio kas yang kurang stabil. Darsono dan Ashari (2005:77) bahwa rule of thum (ketentuan baiknya) debt to total equity ratio adalah maksimal 100% yang berarti perusahaan banyak mengandalkan modal dari dalam, bukan hutang. 5.
Hubungan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Menurut Kasmir (2013:207) rasio yang rendah berarti manajemen belum
berhasil untuk memuaskan pemegang saham, sebaliknya dengn rasio yang tinggi, kesejahteraan
pemegang
saham
meningkat.
Dengan
pengertian
lain,
pengembalian akan tinggi. Semakin tinggi nilai Earning Per Share maka hal ini mengidentifikasikan bahwa perusahaan telah mampu mensejahterakan para pemegang sahamnya dan apabila rasio ini rendah maka perusahaan belum bisa memberikan keuntungan yang maksimal. 2.1.10 Penelitian Terdahulu 1) Maskun (2012) dengan judul Pengaruh Current Ratio, Return On Equity, Return On Asset, Earning Per Share Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Food and Beverages yang Go Public BEJ. Adapun kesimpulan hasil penelitian tersebut adalah:
a. Hasil analisis secara parsial Current Ratio (CR), dan Return On Equity (ROE) tidak berpengaruh positif terhadap harga saham pada Perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. b. Hasil analisis secara parsial Return On Asset (ROA) berpengaruh negatif terhadap harga saham pada Perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. c. Hasil analisis secara parsial Earning Per Share (EPS) berpengaruh positif terhadap harga saham pada Perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Adapun persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu dan penelitian sekarang adalah: Persamaan: a. Sama-sama menggunakan analisis linier berganda. Perbedaan a. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan penelitian terdahulu adalah statified random sampling, sedangkan pada penelitian sekarang menggunakan non-probability sampling. b. Obyek penelitian yang dilakukan penelitian terdahulu adalah perusahaan food and beverages, sedangkan pada penelitian sekarang adalah perusahaan manufaktur. c. Variabel bebas yang digunakan penelitian terdahulu adalah CR, ROA, ROE, dan EPS, sedangkan penelitian sekarang menggunakan variabel CR, ROE, DAR, DER, dan EPS.
2) Zuliarni (2012) dengan judul ” Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Mining and Mining Service di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2010.” Adapun simpulan hasil penelitian tersebut adalah : a. Secara parsial (uji t) menunjukkan bahwa hanya dua variabel yaitu ROA dan PER yang berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham, sedangkan DPR tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. b. Secara simultan (uji f) menunjukkan bahwa ROA, PER dan DPR secara bersama-sama berpengaruh terhadap harga saham. Adapun persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu dan penelitian sekarang adalah : Persamaan : a. Sama – sama menggunakan analisis liniear berganda. b. Teknik pengambilan yang dilakukan peneliti terdahulu dan sekarang sama yaitu menggunakan non probability sampling. Perbedaan: a. Obyek penelitian yang dilakukan penelitian terdahulu adalah perusahaan Mining and Mining Service, sedangkan pada penelitian sekarang adalah perusahaan Manufaktur. b. Variabel bebas yang digunakan penelitia terdahulu adalah ROA, PER dan DPR, sedangkan penelitian sekarang menggunakan variabel CR, ROE, DER, DAR dan EPS.
3) Ekawati (2013) dengan judul “ Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di BEI Periode 2007 – 2012 “Adapun simpulan hasil penelitian tersebut adalah : a. variabel Total Assets Turn Over dan Debt to Equity Ratio secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham. b. Sedangkan secara simultan Current Ratio, Total Assets Turn Over, Debt to Equity Ratio dan Return on Equity terbukti secara signifikan berpengaruh terhadap harga saham. Adapun persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu dan penelitian sekarang adalah : Persamaan : a. Sama – sama menggunakan analisis liniear berganda b. Teknik pengambilan yang dilakukan peneliti terdahulu dan sekarang sama yaitu menggunakan non probability sampling. Perbedaan: a. Obyek penelitian yang dilakukan penelitian terdahulu adalah perusahaan Property and Real Estate yang terdaftar di BEI tahun 2007 - 2012 sedangkan pada penelitian sekarang adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. b. Variabel bebas yang digunakan penelitia terdahulu adalah CR, TATO, DER, dan ROE sedangkan penelitian sekarang menggunakan variabel CR, ROE, DER, DAR dan EPS.
2.2 Rerangka Pemikiran Dalam melakukan suatu investasi saham seorang investor akan memilih perusahaan yang memiliki tingkat pengembalian yang tinggi. Dimana perusahaan yang memiliki tingkat pengembalian tinggi akan dianggap sebagai perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang bagus. Indikator yang dapat digunakan yaitu analisis rasio likuiditas (current ratio), rasio profitabilitas (return on equity), rasio solvabilitas (debt to equity rasio, debt to asset ratio), rasio pasar (earning per share) dan tentunya beberapa rasio tersebut akan memberi pengaruh terhadap perubahan harga saham pada perusahaan manufaktur. Berdasarkan tinjauan dari hasil penelitian terdahulu dan landasan teori serta permasalahan yang telah dikemukakan, sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, berikut ini gambar rerangka pemikiran dalam penelitian ini yang digambarkan dalam suatu bagan sebagai berikut :
Informasi Laporan Keuangan INVESTOR
CR
ROE
DAR
Harga Saham Gambar 1 Rerangka Pemikiran
DER
EPS
2.3 Perumusan Hipotesis Berdasarkan uraian diatas, maka penulis menggunakan hipotesis sebagai berikut : H1 : Current Ratio berpengaruh positif terhadap Harga Saham H2 : Return on Equity berpengaruh positif terhadap Harga Saham H3 : Debt to Asset Ratio berpengaruh positif terhadap Harga Saham H4 : Debt toEquity Ratio berpengaruh positif terhadap Harga Saham H5 : Earning Per Share berpengaruh positif terhadap Harga Saham