8
BAB 2 TINJAUAN TEORI PROPOSISI PENELITIAN
2.1
Konsep Dasar Pengendalian Intern
2.1.1 Pengertian & Tujuan Sistem Pengendalian Intern 1.
Pengertian Sistem Pengendalian Intern Menurut Krismiaji (2005 : 215 ) mendefinisikan pengendalian intern adalah rencana organisasi dan metode yang digunakan untuk menjaga atau melindungi aktiva, menghasilkan informasi yang akurat dan dapat dipercaya Sedangkan menurut Baridwan (2000 : 13) pengendalian intern itu meliputi struktur organisasi dan semua cara-cara serta alat-alat yang dikoordinasikan yang digunakan didalam perusahaan dengan tujuan untuk menjaga keamanan harta milik perusahaan dengan tujuan untuk menjaga keamanan harta milik perusahaan, memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi, memajukan efisiensi didalam operasi, dan membantu menjaga dipatuhinya kebijakan manajemen yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
2. Tujuan Sistem Pengendalian Intern Menurut A.Hall (2007 : 181 ) Pengendalian intern adalah berbagai kebijakan, praktik dan prosedur yang diterapkan oleh perusahaan untuk mencapai empat tujuan umumnya yaitu : a.
Menjaga Aktiva Perusahaan Kekayaan perusahaan dapat berupa kekayaan berwujud maupun kekayaan yang tidak berwujud. Kekayaan perusahaan sangat diperlakukan untuk
9
menjalankan kegiatan perusahaan. Bangunan, peralatan, mesin-mesin, semuanya bernilai sangat material dari segi keuangan dan sangat diperlukan dalam segi teknis operasional. b.
Memastikan akurasi dan keandalan catatan serta informasi akuntansi Informasi menjadi dasar pembuatan keputusan. Apabila informasi salah, keputusan yang diambil, baik oleh manajemen maupun pihak lain, dapat salah. Keputusan yang salah akan sangat merugikan perusahaan. Agar informasi tidak salah, perlu dilakukan pengawasan terhadap sistem informasi yang dimiliki oleh perusahaan.
c.
Mendorong efisiensi dalam operasional perusahaan Efisiensi merupakan suatu perbandingan antara besarnya pengorbanan dan hasil yang diperoleh. Semakin kecil pengorbanan namun hasil yang diperoleh tetap sama, menunjukkan perusahaan efisien. Perusahaan yang efisien akan lebih mudah mendapatkan laba yang besar. Laba yang besar sangat diharapkan oleh pemegang saham atau pemilik perusahaan dan jajaran karyawan.
d. Mengukur kesesuaian dengan kebijakan serta prosedur yang ditetapkan oleh pihak manajemen. Secara berkala, manajemen telah menetapkan tujuan yang akan dicapai oleh perusahaan Bekerja sama dengan baik. Didalam suatu perusahaan terdapat banyak orang yang memiliki berbagai kepentingan,namun kepentingan mereka tidak boleh bertentangan dengan kepentingan perusahaan. Disisi lain manajemen juga harus menetapkan tujuan yang tidak terlalu tinggi, selain juga tidak terlalu rendah.
10
2.1.2
Elemen-elemen Sistem Pengendalian Intern
Elemen sistem pengendalian intern menurut George H. Bodnar Dan William S. Hopwood Dalam Amir Abadi Yusuf dan Rudi M. Tambunan (2000:174) adalah terdiri dari : 1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment) Lingkungan pengendalian merupakan sarana dan prasarana yang ada didalam organisasi atau perusahaan untuk menjalankan sistem pengendalian intern yang baik. Tanpa lingkungan yang baik, sistem pengendalian intern yang sangat bagus pun tidak dapat dijalankan dengan baik. Beberapa komponen yang mempengaruhi lingkungan pengendalian intern adalah : a.
Komitmen manajemen terhadap intergrasi dan nilai-nilai etika
b.
Filosofi yang dianut oleh manajemen dan gaya operasional oleh manajemen
2.
c.
Struktur organisasi
d.
Komite Audit untuk Dewan Direksi
e.
Metode pembagian tugas dan tanggungjawab
f.
Kebijakan dan praktek yang menyangkut sumber daya manusia
g.
Pengaruh dari luar
Kegiatan Pengawasan (Control Activities) Kegiatan pengawasan merupakan berbagai proses dan upaya yang dilakukan oleh
manajemen
perusahaan
untuk
menegakkan
pengawasan
atau
pengendalian operasi perusahaan. Lima hal yang dapat diterapkan didalam kegiatan pengawasan. Adalah : a.
Pemberian otorisasi atas transaksi dan kegiatan
11
b.
Pembagian tugas dan tanggungjawab
c.
Perancangan dan penggunaan dokumen dan catatan perusahaan
d.
Perlindungan yang cukup terhadap kekayaan dan catatan perusahaan.
e. 3.
Pemeriksaan independent terhadap kinerja perusahaan.
Pemahaman Resiko (Risk Assessment) Setiap perusahaan memiliki resiko yang melekat pada karakteristik bisnisnya. Manajemen perusahaan harus dapat mengidentifikasi resiko yang dihadapi oleh perusahaan. Dengan memahami resiko, manajemen dapat mengambil tindakan pencegahan, sehingga perusahaan dapat menghindari kerugian besar. Ada tiga kelompok resiko yang dihadapi perusahaan yaitu : a.
Resiko Strategi Yaitu mengerjakan sesuatu dengan cara salah (misalnya : harusnya dikerjakan dengan komputer, ternyata dikerjakan secara manual). Kesalahan seperti ini akan menyebabkan perusahaan tidak dapat mencapai tujuannya dengan baik.
b. Resiko Finansial Resiko menghadapi kerugian keuangan. Hal ini disebabkan karena uanghilang,
dihambur-hamburkan,
atau
dicuri.
oieh
karenanya
perusahaanharus menghindari penggunaan uang. Uang kas hanya diperlukan untukkeperluan yang tidak material, sehingga hanya perlu ada kas kecil. c.
Resiko informasi
12
Yaitu menghasilkan informasi yang tidak relevan, atau informasi yangkeliru, atau bahkan sistern informasinya tidak dapat dipercaya. Karenaakurasi informasi penting, maka harus dijaga jangan sarnpai ada informasi keliru. 4.
Informasi dan Komunikasi ( Information and communication) Perancang
sistem
informasi
perusahaan
dan
manajemen
puncak
harusmengetahui hal - hal dibawah ini : a. Bagaimana transaksi diawali. b. Bagaimana data dicatat ke dalam formulir yang siap di-input ke sistemkomputer atau langsung, dikonversikan ke sistem komputer c. Bagaimana file data dibaca, diorganisasi, dan diperbaharui isinya. d. Bagaimana data diproses dan agar menjadi informasi yang berguna bagipembuat keputusan. e. Bagaimana informasi yang baik dilaporkan. f. Bagaimana transaksi berakhir. Semua hal tersebut diatas dapat dimunculkan jejak audit ( audit trail )-nya. Oleh karena perancang sistem perlu menanamkan suatu fasilitas yang memungkinkan digunakannya jejak audit tersebut. 5.
Pemantauan ( Monitoring) Pemantauan
adalah
kegiatan
untuk
mengikuti
jalannya
sistem
informasiakuntansi,sehingga apabila ada sesuatu berjalan tidak seperti yang diharapkan,dapat diambil tindakan segera. Sedikit saja penyirnpangan
13
dibiarkan,akanmenjadi besar, dan penyimpangan besar akan menyebabkan sistem tergangguatau tidak berfungsi. 2.1.3 Model Pengendalian Intern Ada beberapa model pengendalian intem untuk.pencegahan-pendeteksianperbaikan( A.Hall, 2007 :182 ) : l. Pengendalian Pencegahan Pencegahan
adalah
pertahanan
pertama
dalam
struktur
pengendalian.Pengendalian pencegahan adalah teknik pasif yang didesain untukmengurangi frekuensi terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan. Mencegah kesalahan dan penipuan jauh lebih efektif dari segi biaya daripada mendeteksi serta memperbaiki masalah setelah terjadi. 2. Pengendalian Pemeriksaan Pengendalian Pemeriksaan adalah sebagai alat, teknik dan prosedur yang didesain untuk mengidentifikasi derta mengekspos berbagai peristiwa yang tidak diinginkan dan yang lepas dari pengendalian pencegahan. Pengendalian ini mengungkap berbagai jenis kesalahan tertentu melalui perbandingan kejadian sesungguhnya dengan standar yang ditetapkan. 3. Pengendalian Perbaikan Pengendalian Perbaikan adalah tindakan yang diambil untuk membalik berbagai pengaruh kesalahan yang terdeteksi dalam tahap sebelumnya. 2.1.4 Keterbatasan Pengendalian Intern Menurut Romney dan Steinbart (2003:313) adabeberapa batasan batasan pengendalian intern, antara lain sebagai berikut :
14
1.
Kesalahan dalam Pertimbangan, Seringkali manajemen dan personel lain, dapat melakukan kesalahan dalam melakukan pertimbangan keputusan bisnis yang diambil atau dalam melaksanakan tugas rutin, karena tidak memadainya informasi, keterbatasan waktu, atau tekanan lain.
2.
Gangguan lain dalam pengendalian yang telah ditetapkan dapat terjadi karena personel secara keliru memahami perintah atau membuat kesalahan karena kelalaian, tidak adanya perhatian, atau kelelahan. Perubahan yang bersifat sementara atau permanen dalam personel ataudalam sistem dan prosedur dapat pula mengakibatkan gangguan.
3.
Kolusi. Tindakan yang dilakukan bersama-sama oleh beberapa individuuntuk tujuan kejahatan disebut dengan kolusi. Kolusi dapat mengakibatkan bobolnya pengendalian intern yang dibangun untuk melindungi kekayaan entitas dan tidak terungkapnya ketidakberesan atau tidak terdeteksinya kecurangan oleh pengendalian intern yang dirancang.
4.
Pengabaian oleh manajemen. Manajemen dapat mengabaikan kebijakan yang telah ditetapkan untuk tujuan yang tidak sah seperti keuntungan pribadi manajer, penyajian kondisi keuangan yang berlebihan, atau kepatuhan semu. Contohnya di sini manajemen melaporkan laba yang lebih tinggi dari jumlah yang sebenarnya untuk mendapatkan bonus yang lebih tinggi bagi dirinya, atau untuk menutupi ketidakpatuhannya terhadap peraturan yang berlaku.
5.
Biaya vs Manfaat. Biaya diperlukan untuk mengoperasikan pengendalian intern yang tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian intern tersebut. Karena pengukuran secara tepat baik biaya maupun manfaat biasanya tidak mungkin dilakukan, manajemen harus memperkirakan dan
15
mempertimbangkan secara kuantitatif dan kualitatif dalam mengevaluasi biaya dan manfaat pengendalian intern. Oleh karena itu, walaupun pengendalian untuk suatu hal diperlukan namun, kadang-kadang tidak diterapkan oleh perusahaan karena biaya penyelenggaraan atau pengorbanan tidak sepadan dengan manfaatnya. 2.2
Konsep Dasar Sistem dan Prosedur Penerimaan dan Pengeluaran Barang Pengertian sistem dan prosedur tidak dapat dipisahkan, karena sistem
sendiri terdiri dari prosedur – prosedur yang berkaitan. 1. Sistem adalah suatu kerangka dari prosedur – prosedur yang saling berhubungan yang disusun dengan suatu skema yang menyeluruh, untuk melaksanakan suatu kegiatan dengan suatu skema yang menyeluruh, untuk melaksanakan suatu kegiatan atau fungsi utama dari perusahaan. 2. Prosedur adalah suatu urut – urutan pekerjaan, karena biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu bagian atau lebih, disusun untuk menjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap transaksi – transaksi perusahaan yang sering terjadi (Baridwan, 2008: 3). Pengertian prosedur menurut Mulyadi (2008: 5) yaitu suatu urutan kegitan clerical, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi secara berulang – ulang. Prosedur adalah serangkaian kegiatan yang sudah dibakukan untuk menangani suatu peristiwa atau transaksi (Winarno, 2006: 2.17).
16
3. Pengertian
prosedur
penerimaan
barang.
Merupakan
prosedur
sejak
diterimanya semua barang yang dibeli perusahaan sampai dengan dibuatnya dokumen laporan penerimaan barang oleh bagian penerimaan barang (Baridwan, 2008:174). 4. Pengertian prosedur pengeluaran barang. Prosedur yang dimulai dari keluarnya barang oleh bagian gudang sesuai dengan surat perintah pengiriman yang kemudian barang – barang diserahkan kebagian pengiriman untuk dibungkus dan dikirimkan ke pembeli (Baridwan, 2008: 256).
17
Bagian Produksi
Akuntansi
Bagian Gudang Persediaan
Biaya
BPB
BPB
Kartu Persediaan
Jurnal Pemakaian Bahan
Buku Besar
DKB
BPB
BPB
BPB
Job cost sheet Kartu Gudang
N
Kartu Barang
N
Sumber : Baridwan (2008 : 200)
Gambar 1 Flowchart Prosedur Pengeluaran Barang
Kartu Gudang
18
2.2.1
Dasar – Dasar Penerimaan dan Pengeluaran Barang
1. Prosedur pembelian Prosedur Pembelian dalam suatu perusahaan dilaksanakan oleh bagian pembelian. Bagian ini berfungsi dan bertanggung jawab menempatkan pesanan pembelian setelah ia menerima permintaan tertulis. Suatu permintaan pembelian lebih baik dilaksanakan / dilakukan secara tertulis untuk mencegah kesalahan – kesalahan dalam barang – barang yang diterima. Suatu permintaan pembelian hanya dapat dinyatakan oleh pimpinan perusahaan atau pihak yang berwenang untuk menyatakan suatu permintaan pembelian oleh pimpinan. Bagian pembelian perlu mengetahui siapa saja yang berwenang untuk menyatakan pembelian sebelum menyetujui permintaan pembelian. Dalam melakukan pembelian, bagian pembelian harus memilih pembeli dengan harga yang menguntungkan bagi perusahaan namun memiliki kualitas terbaik. Perlu dipertimbangkan syarat pembayarannya sehingga memberikan keuntungan kepada perusahaan secara maksimal selain itu yang perlu diperhatikan adalah ketepatan waktu sehingga tidak menimbulkan keterlambatan yang membawa kerugian bagi perusahaan. 2. Prosedur Penerimaan Barang Bagian penerimaan barang bertugas untuk menerima semua barang yang dibeli perusahaan. Pada saat menerima barang pesanan, bagian ini harus teliti dengan cara melakukan perhitungan fisik atau barang-barang yang diterima baik itu menghitung, menimbang atau dengan cara-cara yang lain apakah baik sesuai dengan order pembelian. Disamping itu bagian penerimaan juga harus mengadakan pemeriksaan kualitas barang yang diterima. Surat pengakutan atau pengiriman barang dari pihak pengangkut ditanda tangani oleh bagian penerimaan barang.
19
2.2.2
Prosedur Penerimaan dan Pengeluaran Barang
1. Prosedur penerimaan Prosedur ini diawali dari adanya pembuatan dokumen permintaan pembelian oleh petugas pencatat kartu persediaan. Permintaan pembelian pada intinya memberikan informasi bahwa jumlah persediaan digudang sudah menipis sehingga perlu diisi kembali dengan mengadakan pembelian barang. Didalam akuntansi pengertian persediaan adalah barang – barang terwujud yang dimiliki oleh perusahaan pada suatu saat tertentu dengan tujuan untuk dijual kembali baik melalui proses produksi atau secara langsung dalam siklus operasi perusahaan. Setelah ditandatangani oleh kepala gudang lembar dokumen tersebut diserahkan ke bagian pembelian. Berdasarkan surat permintaan pembelian, bagian pembelian menulis surat permintaan penawaran harga kepada beberapa supplier. Jawaban dari supplier yang merupakan penawaran harga diseleksi oleh bagian pembelian untuk menentukan supplier yang menawarkan harga yang paling menguntungkan bagi perusahaan. Kemudian bagian pembelian mempersiapkan dokumen pesanan pembelian. Dokumen pesanan pembelian tersebut dibuat beberapa rangkap. Lembar pertama dan kedua dikirim ke rekanan, dengan pesan agar lembar kedua dikembalikan ke perusahaan disertai catatan sebagai sebagai pemberitahuan bahwa rekanan benar – benar menyanggupi untuk memasok barang ke perusahaan. Satu lembar diarsipkan dibagian pembelian, dan lembar lainnya dikirim kepetugas pencatat kartu persediaan, dan bagian penerimaan.
20
Barang dari supplier tersebut diterima oleh bagian penerimaan barang, bagian penerimaan barang akan menerima dan mengecek barang tersebut berdasarkan arsip dokumen pesanan pembelian tadi. Bagian penerima harus memastikan bahwa barang yang diterimanya itu benar – benar tepat dan yang diinginkan perusahaan. Agar petugas penerimaan barang melakukan perhitungan dengan benar dan cermat, dokumen pesanan pembelian yang digunakan oleh bagian penerimaan tidak memuat data kuantitas barang yang dikirm ke bagian penerimaan itu lazim disebut lembar “lembar buta” (blind copy). Ketika barang sudah diperiksa secara teliti, petugas bagian penerimaan menyiapkan
laporan
penerimaan
barang
(receiving
report).
Bagian
penerimaan barang menurut nomor dokumen lembar lainnya dikirim kebagian pembelian dan petugas pencatat kartu persediaan untuk dicatat pada file persediaan. Lembar terakhir laporan penerimaan barang tersebut dikirimkan kegudang bersama – sama dengan penyerahan barang dari bagian penerimaan kebagian gudang. Penyerahan barang dari bagian penerimaan ke bagian gudang merupakan pengalihan tanggung jawab atas barang yang perlu mendapat perhatian yang seksama. Pengalihan tanggung jawab tersebut harus didukung oleh bukti dalam bentuk tanda tangan petugas gudang pada lembar laporan penerimaan barang. Apabila semuanya telah sesuai, petugas tersebut dapat menandatangani laporan penerimaan barang. Lembar yang telah ditanda tangani itu selanjutnya diteruskan ke bagian utang.
21
Bagian utang menerima faktur dari rekanan yang meminta pembayaran atas harga barang yang telah diserahkan keperusahaan. Sebelum menyetujui pembayaran jumlah yang ditagihkan pada faktur tersebut. Petugas bagian utang mencocokkan data yang tercantum dalam faktur tersebut dengan data yang tercatat pada pesanan pembelian dan laporan penerimaan barang. Jika data tersebut cocok, maka bagian utang dapat membuat voucher yang prinsipnya memberikan persetujuan atas pembayaran faktur tersebut. Dokumen-dokumen faktur, laporan penerimaan barang dan voucher bayar tersebut kemudian disimpan terlebih dahulu (diarsipkan) menurut tanggal jatuh tempo utang. Menjelang tanggal jatuh tempo, dokumen-dokumen tersebut ditarik dari arsip untuk dimintakan pembayaran.
18
Pembelian
Operasi Komputer
Penyusunan Input
Penerimaan Barang
Gudang
Hutang Perintah Pembelian yg disetujui
Perintah Pembelian yg disetujui
Perintah Pembelian yg disetujui Perintah Pembelian
N N
Ke rekanan
Laporan Penerimaan Barang
Laporan Penerimaan Barang
Laporan Penerimaan Barang
N
Pencatatan Persediaan Pengeluaran
Laporan Penerimaan Barang
N
Penerimaan Total Tumpuk
Pencatatan Persediaan
Perintah Pembelian yg disetujui
N
Pengeluaran Penerimaan
Faktur
N
Laporan status persediaan
Pengeluaran Barang
Ke rekanan
Pengeluaran Barang N
Laporan kelambatan penyerahan
Laporan kelambatan penyerahan Pencatatan Persediaan Lainnya
Pencatatan Persediaan Lainnya N
Sumber : Baridwan (2008 : 235)
Gambar 2 Flowchart Prosedur Penerimaan Barang
N
2. Prosedur pengeluaran barang Prosedur ini diawali dengan pembuatan faktur penjualan tunai dengan informasi oleh bagian penjualan tunai. Faktur penjualan tunai ini dibuat oleh bagian penjualan sebanyak 3 lembar. Lembar ke -1 diserahkan kepada pembeli untuk kepentingan pembayaran barang kebagian kasa. Lembar ke-2 diserahkan kepada bagian pembungkusan bersama dengan penyerahan barang yang dipilih oleh pembeli dan lembar-3 ditinggal sebagai arsip bagian penjualan. Dengan alat Bantu register kas (cash register) bagian kasa menghasilkan pita register kas. Kemudian bagian kasa menerima faktur penjualan tunai lembar ke-1 dan uang tunai dari pembeli. Sertelah uang yang diterima sesuai dengan jumlah yang tercantum dalam faktur penjualan tunai, bagian kasa membutuhkan cap lunas dan faktur tersebut dan menyerahkan faktur tersebut dilampiri dengan pita register kas (cash register tape) kepada pembeli. Setelah itu bagian pembungkusan menyerahkan barang dengan membandingkan penjualan tunai (yang telah dibubuhi cap lunas oleh bagian kasa dan dilampiri dengan pita register kas) yang diterima dari pembeli dengan faktur penjualan tunai yang diterima dari bagian penjualan. Bagian pembungkusan membubuhkan cap sudah diambil pada faktur penjualan tunai lembar ke-1 dan ke-2 kepada pembeli. Kemudian bagian pembungkusan menyerahkan faktur penjualan tunai lembar ke-1 beserta pita register kas kepada bagian administrasi dan akuntansi.
Setelah menerima faktur penjualan tunai lembar ke-1 dari bagian pembungkusan, maka
bagian administrasi
dan akuntansi
melakukan
pencacatan transaksi penjualan tunai.
Penyesuaian catatan persediaan Pengeluaran Pengeluaran
Laporan Penerimaan
Penerimaan Dipunch dan diverifikasi
Total tumpukan
Disusun dalam tumpukan Sortir Transaksi yg telah disortir
Total tumpukan dan penyimpangan
Transaksi yang diedit
Program edit
Transaksi yang diedit
Penyimpanan File induk persediaan
Program updating
Laporan status persediaan Rincian perintah pembelian
File induk rekanan
Program perintahpembelian
Perintah pembelian
Updating perintah pembelian
File induk perintah pembelian yg belumdipenuhi
Laporahn Kelambatan
Sumber : Baridwan (2008 : 256)
Gambar 3 Flowchart Prosedur Pengeluaran Barang
2.2.3
Hubungan Antara Sistem Pengendalian Intern dengan Penerimaan dan Pengeluaran Barang Dalam setiap kegiatan operasional perusahaan, sangatlah penting bila
pencapaian suatu tujuan perusahaan dapat terlaksana dengan efisien dan efektif. Seperti diketahui efisiensi dan efektifitas merupakan salah satu kriteria yang digunakan untuk menilai prestasi kerja dari dalam bentuk perbandingan dan tidak pernah digunakan untuk penilaian yang mempunyai pengertian absolut. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa efisiensi adalah bertindak untuk dapat meminimalisir kerugian atau pemborosan sumber-sumber dana atau untuk membuat pengorbanan yang tepat dalam menghasilkan sesuatu yang dikehendaki. Sedangkan efektifitas adalah kegiatan menghasilkan sesuatu yang diinginkan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan baik ditinjau dari segi kualitas hasil kerja, kuantitas hasil kerja maupun batas waktu yang ditargetkan. Dimana efisiensi dan efektifitas merupakan salah satu kriteria yang digunakan dalam menilai prestasi kerja dari suatu pusat pertanggungjawaban. Bila tingkat pengeluaran dari unit kerja tidak mencukupi sasaran yang telah ditetapkan sebagai kontribusi dari unit kerjanya, maka dapat dikatakaan bahwa unit kerja tersebut tidak atau kurang efektif. Struktur pengendalian intern penerimaan dan pengeluaran barang berperan penting dalam menilai efisiensi dan efektifitas pengelolaan barang, karena didalamnya terdapat prosedur-prosedur dan prinsip-prinsip struktur pengendalian intern yang ada, kemungkinan-kemungkinan adanya tindakan penyelewengan dan penyalahgunaan barang akan dapat dihindari, selain itu struktur pengendalian intern data mengefektifkan perusahaan dimana ketika perusahaan membutuhkan
barang untuk memenuhi kebutuhan kegiatan operasional perusahaan selalu tersedia, maka perusahaan akan dapat efektif didalam pengelolaan barang apabila prosedur-prosedur dan prinsip-prinsip yang kurang tepat dalam struktur pengendalian intern penerimaan dan pengeluaran barang akan dapat diperbaiki.
2.3
Penelitian Terdahulu Untuk mendukung dari teori pendukung di atas, maka digunakan
penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian-penelitian sebelumnya diperlukan untuk mengetahui perbedaan dan persamaan penelitian yang dilakukan penulis dengan peneliti lainnya. Elisa Karina (2009) dalam penelitiannya menyimpulkan hasil penelitian menyebutkan bahwa berdasarkan pada masalah yang ditemukan, diketahui bahwa pengendalianinternal atas penerimaan dan pengeluaran barang masih belum cukup memadai. Untuk itu diajukan saran perbaikan kepada pihak perusahaan yaitu perusahaan perlu menerapkan sistem forcasting dengan perhitungan statistik untuk mengurangi terjadinya penumpukan. Perusahaan juga perlu menerapkan suatu perhitungan statistik dengan menggunakan metode statistik atau software yang dapat menghitung penentuan re-order point serta dokumentasi yang dapat mengingatkan manajemen agar dapat mengurangi keterlambatan penerimaan barang. Marlina (2008), dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa fungsi gudang yang bertanggungjawab atas permintaan pembelian bahan tidak mempunyai bukti pertinggal atas surat permintaan pembelian bahan, sehingga tidak dapat melakukan pengecekan atas kesesuaian jumlah dan spesifikasi bahan
yang diminta dengan yang dibeli oleh bagian pembelian (staf pembelian). Bagian akuntansi juga tidak mempunyai tembusan formulir surat permintaan pembelian bahan, sehingga tidak dapat mengecek apakah bahan yang dibeli sesuai dengan permintaan bagian gudang. 2.4
Rerangka Pemikiran Berdasarkan tinjauan teoritis serta permasalahan yang telah dikemukakan
sebelumnya, berikut ini adalah rerangka sistem pengendalian intern dalam menilai efisiensi, dan efektivitas fungsi penerimaan dan pengeluaran barang : PELAKSANAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN TERHADAP PROSEDUR PENERIMAAN DAN PENGELUARAN BARANG PADA UD. DWI JAYA SENTOSA SURABAYA
Tujuan : Menganalisis pelaksanaan aktivitas dokumen perencanaan penerimaan dan pengeluaran barang, prosedur kegiatan penerimaan dan pengeluaran barang, struktur organisasi dan dokumen-dokumen lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana efektivitas, dan efisiensi penerimaan dan pengeluaran barang di UD. Dwi Jaya Sentosa Surabaya.
Identifikasi Masalah, Temuan, dan Program Perbaikan
Evaluasi Pengaruh Perubahan Hasil Pengendalian Intern
Tujuan Perusahaan: Penilaian atas prosedur penerimaan dan pengeluaran barang Gambar 4 Skema Rerangka Pemikiran
Pelaksanaan
pengendalian
intern
atas
prosedur
penerimaan
dan
pengeluaran barang adalah untuk memastikan apakah kebutuhan potensial sumber daya (baik kuantitas maupun kualitas) telah terpenuhi secaraefisien, dan efektif. Kebutuhan operasional perusahaan yang menyangkut besarnya kapasitas sumber daya yang harus tersedia dalam manajemen perusahaan. Untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan ini, proses penerimaan dan pengeluaran barang yang dimulai dari perencanaan sampai dengan produksi harus dilaksanakan selaras dengan tujuan perusahaan secara keseluruhan menurut ketentuan dan hukum yang berlaku secara efisien, dan efektif. Dengan melakukan pengendalian intern sumber daya perusahaan akan tahu kekurangan-kekurangan
yang terjadi dan rekomendasi-rekomendasi
yang
diberikan pada laporan dokumen perencanaan penerimaan dan pengeluaran barang, prosedur kegiatan penerimaan dan pengeluaran barang, struktur organisasi dan dokumen-dokumen lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini digunakan untuk perbaikan kinerja perusahaan di masa depan agar dapat berjalan sesuai dengan prosedur secara efisien, dan efektif.
2.5 Proposisi Penelitian Proposisi yang mempunyai jangkauan yang cukup luas dan telah didukung oleh data empiris dinamakan dengan dalil. Dalil adalah sintesa atau abstraksi dari suatu pengetahuan dengan sifat-sifat tertentu, yang bentuknya lebih umum jika dibandingkan dengan penemuan-penemuan empiris dimana dalil tersebut didasarkan.
Berdasarkan hal-hal di atas, penelitian ini didasarkan atas proposisi sebagai berikut: 1.
Pemilihan metode dan prosedur kegiatan yang tepat pada fungsi penerimaan dan pengeluaran barang dan dilakukan dengan konsisten dapat membentuk perencanaan kebutuhan operasional perusahaan yang efisien, dan efektif serta meningkatkan kesempatan memiliki the right people at the right time and place.
2.
Pengendalian intern merupakan alat bantu pengawasan yang meliputi ; Struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasi untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan atas data akuntansi,
mendorong
dipenuhinya
kebijakan
manajemen
serta
pelaksanaannya secara efisien, dan efektif. Sehingga akan menghasilkan laporan temuan hasil audit dan rekomendasi yang bermanfaat bagi pihak manajemen.