BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pecking Order Theory Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Donaldson pada tahun 1961, sedangkan penanaman pecking order theory dilakukan oleh Myers pada tahun 1984. Menurut Myers (1996) dalam Prabansari dan Kusuma (2005), seorang manajer lebih menyukai penggunaan pendanaan dari modal internal, yakni dana yang berasal dari aliran kas dan laba ditahan. Urutan pendanaan dengan mengacu pada pecking order theory adalah internal fund, debt (hutang), equity (modal sendiri). Menurut pecking order theory, semakin tinggi profitabilitas perusahaan, maka akan cenderung tidak menggunakan hutang untuk membiayai investasinya. Hal ini menurut Setiawan (2006) disebabkan karena perusahaan dengan profitabilitas tinggi mempunyai dana internal yang besar. Sesuai dengan pecking order theory profitabilitas yang tinggi akan menghasilkan laba ditahan yang cukup besar sehingga dapat menggunakan dana internalnya terlebih dahulu sebelum mengambil pembiayaan eksternal melalui hutang. Menurut pecking order theory, terdapat urutan dalam memilih sumber pendanaan, yaitu:
9
10
1. Perusahaan lebih memilih untuk menggunakan sumber dana dari dalam atau pendanaan internal daripada pendanaan eksternal. Dana internal tersebut diperoleh dari laba ditahan yang dihasilkan dari kegiatan operasi perusahaan. 2. Apabila pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan memilih pertama kali dari sekuritas yang paling aman, yaitu hutang yang paling rendah risikonya, turun ke hutang yang lebih berisiko, sekuritas hybrid seperti obligasi konversi, saham preferen, dan yang terakhir saham biasa. 3. Terdapat kebijakan dividen yang konstan, yaitu perusahaan akan menetapkan jumlah pembayaran dividen yang konstan, tidak terpengaruh besarnya untung/rugi perusahaan. 4. Untuk mengantisipasi kekurangan persediaan kas karena adanya kebijakan dividen yang konstan dan fluktuasi dari tingkat keuntungan, serta kesempatan investasi, maka perusahaan akan mengambil portofolio investasi lancar yang tersedia. 2.1.2 Signaling Theory Birgham dan Houston (2006) menjelaskan bahwa teori sinyal adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana menajemen memandang prospek perusahaan. Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara-cara lain termasuk penggunaan hutang yang melebihi target struktur modal yang normal. Perusahaan dengan prospek yang kurang menguntungkan cenderung untuk menjual sahamnya. Pengumuman emisi saham oleh suatu perusahaan
11
umumnya merupakan suatu isyarat (signal) bahwa manajemen memandang prospek perusahaan tersebut suram. Menurut Hanafi (2008:316) menyatakan bahwa struktur modal merupakan signal yang disampaikan manajer ke pasar. Jika manajer mempunyai keyakinan bahwa prospek perusahaan baik, dan ingin harga saham meningkat, manajer mengkomunikasikan hal tersebut kepada investor. Salah satu cara yang paling sederhana adalah dengan mengatakan secara langsung perusahaan mempunyai prospek yang baik. Tentu saja investor tidak akan percaya begitu saja. Dengan demikian, manajer ingin memberi signal yang lebih dipercaya (credible). Manajer dapat menggunakan liabilitas lebih banyak sebagai signal yang lebih credible. Jika liabilitas meningkat, maka perusahaan kemungkinan akan bangkrut semakin meningkat. Jika perusahaan mengalami kebangkrutan, maka manajer akan kehilangan kepercayaan, misal reputasi akan hancur dan tidak bisa dipercaya menjadi manajer lagi. Karena itu perusahaan yang meningkatkan liabilitas dapat dipandang sebagai perusahaan yang yakin dengan prospek perusahaan dimasa mendatang.
Karena
cukup
yakin,
manajer
perusahaan
tersebut
berani
menggunakan liabilitas yang lebih besar. Investor diharap menangkap signal tersebut, signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik. Dengan demikian merupakan tanda atau signal positif. 2.1.3 Agency Theory Menurut Rahayu dan Faisal (2005) toeri agensi merupakan penjelasan yang sering digunakan dalam melihat variasi struktur modal pada berbagai perusahaan. Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak antara prinsipal dengan agen. Toeri
12
Keagenan yang dikemukanan oleh Jansen dan Meckling (1976) dalam Wahidawati
(2002),
dinyatakan
bahwa
perusahaan
memisahkan
fungsi
pengelolaan dan fungsi kepemilikan akan rentan terhadap konflik keagenan. Penyebab konflik antara manajer dengan pemegang saham diantaranya adalah pembuatan keputusan yang berkaitan dengan bagaimana dana yang diperoleh tersebut diinvestasikan. Penggunaan instrumen hutang dan ekuitas akan menimbulkan biaya keagenan. Biaya ini adalah biaya yang dikeluarkan oleh prinsipal untuk mengawasi kinerja agen. Agency Cost sendiri merupakan biaya yang timbul akibat dari adanya pemberian amanat yang diberikan oleh pemegang saham kepada pihak lain untuk melaksanakan pengelolaan perusahaan demi kelangsungan hidup perusahaan serta demi kepentingan-kepentingan pemegang saham. Menurut Jensen dan Meckling (1976) terdapat tiga macam kos keagenan (agency cost), antara lain: 1. Bonding cost Biaya ini ditanggung oleh perusahaan yang timbul akibat sikap manajer yang berani memberikan jaminan kepada pemilik perusahaan (principal) untuk tidak membuat perusahaan yang dikelola manajer tersebut merugi. Contoh: Membayar kewajiban hutang perusahaan secara teratur, melaksanakan kegiatan operasional sesuai jadwal atau bahkan lebih cepat dari jadwal yang telah ditentukan. 2. Monitoring cost Biaya ini ditanggung oleh perusahaan yang muncul akibat pemegang saham mengawasi segala tindakan yang dilakukan oleh manajerial diperusahaan.
13
Contoh: Menyewa akuntan publik untuk melakukan audit terhadap laporan keuangan perusahaan. 3. Residual loss Biaya ini ditanggung oleh perusahaan yang muncul karena perbedaan keputusan antara pihak pemegang saham dengan pihak manajerial dimana seharusnya keputusan tersebut memberikan keuntungan yang maksimal bagi pemegang saham. Contoh: Pengeluaran tambahan biaya produksi dan inovasi perusahaan demi meningkatkan produktivitas perusahaan. Menurut Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa agency problem akan terjadi bila proporsi kepemilikan manajer atas saham perusahaan kurang dari 100% sehingga manajer cenderung bertindak untuk mengejar kepentingan dirinya dan sudah tidak berdasarkan maksimalisasi nilai dalam pengambilan keputusan pendanaan. Kondisi tersebut merupakan konsekuensi dari pemisahan fungsi pengelola dengan fungsi kepemilikan, manajemen tidak menanggung resiko atas kesalahan dalam mengambil keputusan, dan resiko tersebut ditanggung sepenuhnya oleh pemegang saham (prinsipal). Oleh karena itu, manajemen cenderung melakukan pengeluaran yang bersifat konsumtif dan tidak produktif untuk kepentingan pribadinya, seperti peningkatan gaji dan status.
2.1.4 Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah informasi terpenting yang disusun perusahaan berupa ringkasan data keuangan yang disusun secara sistematis. Laporan keuangan ini disusun oleh pihak manajemen perusahaan sebagai tanggung jawab dari tugas yang dibebankan oleh pemilik perusahaan tersebut. Di sisi lain laporan
14
keuangan digunakan untuk tujuan lain yaitu melaporkan kepada pihak eksternal perusahaan. Jadi, laporan keuangan adalah suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Proses laporan keuangan adalah bagian dari laporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan posisi keuangan, laporan aliran kas, dan catatan atas laporan integral dari laporan keuangan (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2009). Komponen laporan keuangan yang lengkap dihasilkan oleh suatu perusahaan secara umum terbagi menjadi lima bentuk (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2009) antara lain: 1. Laporan Posisi Keuangan Laporan posisi keuangan merupakan laporan yang menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada kurun waktu tertentu yang meliputi aset perusahaan, modal perusahaan, dan kewajiban perusahaan. 2. Laporan Laba Rugi Komprehensif Laporan laba rugi komprehensif merupakan salah satu komponen laporan keuangan yang terpenting bagi pengguna informasi laporan keuangan. Karena laporan laba rugi komprehensif menunjukkan pendapatan dari penjualan perusahaan dari berbagai biaya dan laba yang diperoleh selama periode tertentu. 3. Laporan Perubahan Ekuitas Komponen laporan perubahan ekuitas perusahaan terdiri dari: a. Laba atau rugi komprehensif selama periode bersangkutan
15
b. Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian yang diakui secara langsung dalam ekuitas c. Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan terhadap kesalahan mendasar sebagaimana yang sudah diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) terkait d. Transaksi modal dengan pemilik distribusi perusahaan e. Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode beserta perubahannya f. Rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham biasa, agio saham, dan cadangan pada awal dan akhir periode yang diungkap secara terpisah setiap perubahan 4. Laporan Arus Kas Laporan arus kas merupakan salah satu komponen laporan keuangan yang memberi informasi historis mengenai saldo perubahan kas dan setara kas pada kurun waktu tertentu. Setiap perusahaan diwajibkan menyusun laporan arus kas karena merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari laporan keuangan pada setiap akhir periode penyajian laporan keuangan. Laporan aliran kas perusahaan diklasifikasi dalam tiga kelompok yaitu penerimaan dan pengeluaran kas yang berasal dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. 5. Catatan Atas Laporan Keuangan Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian jumlah yang tertera dalam neraca (laporan posisi keuangan), laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas serta informasi
16
tambahan seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen. Catatan atas laporan keuangan perusahaan juga mencakup informasi yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) serta pengungkapan-pengungkapan lain yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar. 2.1.5 Struktur Modal 1. Pengertian Struktur Modal Menurut Riyanto (2001) struktur modal adalah pembelanjaan permanen yang mencerminkan perbandingan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Struktur modal menunjukan proporsi atas penggunaan utang untuk membiayai investasinya, sehingga dengan mengetahui struktur modal investor dapat mengetahui keseimbangan antara risiko dan tingkat pengembalian investasinya. Struktur modal dalam penelitian ini diproksikan dengan debt to equity ratio (DER) dikarenakan DER mencerminkan perbandingan antara total debt (total hutang) dengan total shareholder’s equity (total modal sendiri) sehingga dari informasi tersebut dapat menunjukkan apakah perusahaan didanai lebih banyak dari hutang atau modal sendiri. Dalam perhitungannya DER dihitung dengan cara hutang dibagi dengan modal sendiri, artinya jika hutang perusahaan lebih tinggi daripada modal sendirinya besarnya rasio DER berada diatas satu, sehingga dana yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan lebih banyak dari unsur hutang daripada modal sendiri (equity). Oleh karena itu, investor cenderung lebih tertarik pada tingkat DER yang besarnya kurang dari satu, karena jika DER lebih dari satu
17
menunjukkan jumlah hutang yang lebih besar dan resiko perusahaan semakin meningkat. 2. Komponen Struktur Modal Struktur modal suatu perusahaan secara umum terdiri atas beberapa komponen menurut Riyanto (2011:238), yaitu: a. Utang jangka panjang Utang jangka panjang adalah utang yang memiliki jangka waktu lebih dari 1 tahun. Umumnya, digunakan untuk membiayai perluasan perusahaan (ekspansi) dan modernisasi perusahaan karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut meliputi jumlah yang besar. Adapun jenis atau bentuk utama dari kewajiban jangka panjang antara lain: 1) Pinjaman obligasi Pinjaman obligasi adalah pinjaman uang jangka waktu yang panjang, dimana pihak debitur mengeluarkan surat pengakuan hutang yang memiliki nominal tertentu. Ada beberapa jenis obligasi, antara lain: a) Obligasi biasa yaitu obligasi yang bunganya tetap dibayar oleh debitur atau perusahaan yang mengeluarkan surat obligasi tertentu, dengan tidak memandang apakah debitur memperoleh keuntungan atau tidak. b) Obligasi pendapatan yaitu jenis obligasi dimana pembayaran bunga hanya dilakukan pada waktu-waktu debitur atau perusahaan yang mengeluarkan surat obligasi tersebut mendapatkan keuntungan.
18
c) Obligasi yang dapat ditukarkan adalah obligasi yang memberikan kesempatan kepada pemegang surat obligasi tersebut untuk pada suatu saat tertentu menukarkannya dengan saham dari perusahaan yang bersangkutan. 2) Pinjaman hipotik Pinjaman hipotik adalah pinjaman jangka panjang dimana kreditur diberi hak hipotik terhadap suatu barang tidak bergerak, dan apabila pihak debitur tidak memenuhi kewjibannya, barang tersebut dapat dijual dan dari hasil penjualan tersebut dapat digunakan untuk menutup tagihannya. b. Modal Sendiri Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan yang tertanam dalam perusahaan untuk waktu yang tidak ditentukan. Dalam perusahaan berbentuk perseroan, modal sendiri terdiri dari: 1) Saham Biasa Saham biasa merupakan tanda kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan tanpa hak istimewa. Pemilik perusahaan adalah pemegang saham biasa yang menginvestasikan uangnya dengan harapan mendapat pengembalian dimasa yang akan datang. Pemegang saham biasa kadangkadang disebut pemilik residual sebab mereka hanya menerima sisa setelah seluruh tuntutan atas pendapatan dan aset telah dipenuhi. 2) Saham Preferen (preferred stock) Saham preferen adalah saham dimana pemegang sahamnya memiliki hak istimewa terutama dalam hal pembagian dividen. Saham preferen memberikan para pemegang sahamnya beberapa hak istimewa yang
19
menjadikannya lebih senior atau lebih diprioritaskan daripada pemegang saham biasa. Oleh karena itu, perusahaan tidak memberikan saham preferen dalam jumlah yang banyak. c. Cadangan Cadangan dibentuk dari keuntungan yang diperoleh perusahaan selama beberapa waktu yang lampau atau dari tahun berjalan. Cadangan yang termasuk modal sendiri antara lain cadangan ekspansi, cadangan modal kerja, cadangan selisih kurs, dan cadangan untuk menampung hal-hal atau kewajiban yang tidak diduga sebelumnya. d. Laba Ditahan Laba ditahan merupakan modal yang berasal dari dalam perusahaan yaitu kumpulan laba dan rugi sampai saat tertentu dikurangi dividen yang dibagi dan jumlah yang dipindahkan ke rekening modal. 2.1.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Brigham dan Houston (2006) menunjukkan faktor-faktor yang umumnya dipertimbangkan oleh perusahaan ketika mengambil keputusan mengenai struktur modal yaitu antara lain : 1. Stabilitas penjualan Perusahaan yang memiliki tingkat penjualan yang relatif stabil akan membuat perusahaan berani untuk mengambil lebih banyak hutang dan siap untuk menanggung beban tetap yang lebih tinggi daripada perusahaan yang memiliki tingkat penjualan yang tidak stabil.
20
2. Struktur aktiva Perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit cenderung lebih banyak menggunakan hutang. 3. Leverage operasi Perusahaan yang memiliki leverage operasi yang lebih rendah dapat meningkatkan tingkat leverage keuangannya karena perusahaan tersebut memiliki risiko bisnis yang lebih kecil. 4. Tingkat pertumbuhan Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang pesat akan mengandalkan modal eksternal karena membutuhkan banyak dana daripada perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih lambat. 5. Profitabilitas Perusahaan yang memiliki tingkat pengembalian yang cenderung untuk menggunakan hutang yang relatif kecil, karena perusahaan dapat membiayai sebagian besar pendanaannya melalui dana internal yang berupa laba ditahan yang tinggi. 6. Pajak Adanya biaya bunga yang timbul akibat penggunaan hutang dapat mengurangi pajak perusahaan. Sehingga dengan adanya pajak memberikan keuntungan atas penggunaan pajak dan semakin besar pula tingkat penggunaan hutang. 7. Pengendalian Pengaruh yang ditimbulkan dari penerbitan surat-surat hutang versus saham terhadap pengendalian manajeman dapat mempengaruhi struktur modal.
21
Karena jenis modal yang akan digunakan perusahaan dapat bervariasi sesuai dengan kondisi situasi yang terjadi. 8. Sikap manajemen Sikap manajemen yang lebih konservatif daripada lainnya menyebabkan lebih kecil dalam penggunaan hutang daripada rata-rata perusahaan dalam industri mereka. 9. Sikap pemberi pinjaman dan lembaga penilai peringkat Sikap para pemberi pinjaman dan perusahaan penilai peringkat (rating agency) sering kali mempengaruhi keputusan struktur keuangan. 10. Kondisi pasar Kondisi pasar saham dan obligasi mengalami perubahan jangka panjang dan jangka pendek yang sangat berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan yang optimal. 11. Kondisi internal perusahaan Perusahaan pada suatu saat perlu menanti waktu yang tepat untuk mengeluarkan saham atau obligasi tergantung dari kondisi internnya. 12. Fleksibilitas keuangan Mempertahankan fleksibilitas keuangan dilihat dari sudut pandang operasional berarti mempertahankan kapasitas cadangan yang memadai untuk melakukan pinjaman. Menurut Riyanto (2011:297) struktur modal suatu perusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor dimana faktor-faktor yang utama, antara lain:
22
1. Tingkat Bunga Dalam pemenuhan kebutuhan modal sangat dipengaruhi oleh tingkat bunga yang berlaku pada waktu itu. Tingkat bunga akan mempengaruhi pemilihan jenis modal apa yang akan ditarik, apakah perusahaan akan mengeluarkan saham atau obligasi. 2. Stabilitas dari “Earning” Perusahaan yang memiliki laba yang stabil akan dapat memenuhi kewajiban finansialnya sebagai akibat dari penggunaan modal asing. Sebaliknya perusahaan yang mempunyai laba yang tidak stabil akan menanggung risiko tidak dapat membayar beban bunga atau angsuran-angsuran pinjaman pada tahun atau keadaan yang memburuk. 3. Susunan dari Aktiva Perusahaan yang sebagian besar modalnya tertanam dalam aktiva tetap akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan modalnya dari modal yang permanen, yaitu modal sendiri, sedang modal asing hanya sebagai pelengkap. Perusahaan yang sebagian besar dari aktivanya sendiri dari aktiva lancar akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan dananya dengan pinjaman jangka pendek. 4. Kadar Risiko dari Aktiva Tingkat risiko dari setiap aktiva didalam perusahaan adalah tidak sama. Semakin panjang jangka waktu penggunaan suatu aktiva di dalam perusahaan, maka semakin besar derajat risikonya.
23
5. Besarnya Jumlah Modal yang Dibutuhkan Besarnya jumlah modal yang dibutuhkan juga mempunyai pengaruh terhadap jenis modal yang akan ditarik. Apabila jumlah modal yang dibutuhkan dapat dipenuhi hanya dari satu sumber saja, maka tidak perlu mencari sumber lain. Sebaliknya, apabila jumlah modal yang dibutuhkan sangat besar, sehingga tidak dapat dipenuhi dari satu sumber saja, maka perlu mencari sumber lain. 6. Keadaan Pasar Modal Keadaan pasar modal sering mengalami perubahan disebabkan karena adanya gelombang konjungtor. Apabila gelombang meninggi para investor lebih tertarik untuk menanamkan modalnya dalam saham. 7. Sifat Manajemen Sifat manajemen akan mempunyai pengaruh langsung dalam pengambilan keputusan mengenai cara pemenuhan kebutuhan dana. 8. Besarnya suatu Perusahaan Perusahaan yang besar dimana sahamnya tersebar sangat luas akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhannya untuk membiayai pertumbuhan penjualan di bandingkan dengan perusahaan yang kecil. Dalam penelitian ini, hanya menggunakan variabel kebijakan dividen, profitabilitas, ukuran perusahaan, dan struktur aset yang mempengaruhi struktur modal. a) Kebijakan Dividen Kebijakan dividen adalah keputusan dimana laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan ke pemegang saham sebagai dividen atau laba
24
tersebut ditahan sebagai laba ditahan untuk pendanaan perusahaan periode berikutnya. Pengambilan keputusan terhadap kebijakan dividen dapat memberikan sinyal atau informasi terhadap pihak luar mengenai kondisi perusahaan. Hal tersebut berkaitan dengan teori pengisyaratan (signaling theory). Suhadak dan Darmawan (2011:79) menyatakan dalam dividen signaling theory, “naiknya pembayaran dividen oleh perusahaan kepada investor dianggap sebagai berita baik, karena mengindikasikan kondisi dan prospek perusahaan dalam keadaan yang baik, sehingga dapat menarik para investor. Kebijakan dividen menyangkut keputusan tentang penggunaan laba yang menjadi hak pemegang saham. Pembayaran dividen ini terkait dengan jumlah arus kas didalam perusahaan. Ketika perusahaan memiliki dana yang ada tidak untuk membagikan kepada pemilik saham, maka modal sendiri perusahaan akan semakin besar. Demikian juga sebaliknya ketika dana yang ada justru dibagikan sebagai dividen, maka modal sendiri perusahaan akan semakin sedikit. Menurut Hidayati (2006) mengemukakan bahwa informasi yang diberikan pada saat pengumuman dividen lebih berarti daripada pengumuman earning. Bagi para investor, dividen merupakan hasil yang diperoleh dari saham yang dimiliki, selain capital gain yang didapat apabila harga jual saham lebih tinggi dibanding harga belinya. Dividen tersebut didapat dari perusahaan sebagai distribusi yang dihasilkan dari operasi perusahaan. Rasio atau proporsi kebijakan dividen (dividend payout ratio) menunjukkan persentase laba
25
perusahaan yang dibayarkan kepada pemegang saham secara tunai dan merupakan dividen tunai tahunan yang dibagi dengan laba tahunan, atau dividen per lembar saham yang dibagi dengan laba per lembar saham. b) Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total asset maupun modal sendiri. Perusahaan yang memiliki tingkat pengembalian yang tinggi cenderung menggunakan hutang yang relatif kecil karena tingkat profitabilitas yang tinggi menyedikan sejumlah dana internal yang relatif besar yang diakumulasikan sebagai laba yang ditahan (Mayangsari, 2001). Sebaliknya jika laba yang dihasilkan perusahaan rendah, maka perusahaan cenderung menggunakan hutang yang lebih besar karena dana internal yang dimiliki tidak cukup untuk mendanai kegiatan perusahaan. Hal ini sesuai dengan teori struktur modal yaitu pecking order theory yang menyatakan perusahaan dengan tingkat profit tinggi cenderung menggunakan sumber pendanaan internal terlebih dahulu yaitu seperti laba yang ditahan untuk membiayai kegiatan investasi dan pembelanjaan perusahaan. Profitabilitas suatu perusahaan merupakan pencerminan kemampuan modal perusahaan untuk mendapatkan keuntungan. Sehingga mempunyai kesempatan yang lebih baik untuk mengadakan pinjaman atau penarikan modal asing. Dengan demikian, perusahaan akan dapat memenuhi kewajiban finansilnya sebagai akibat dari penggunaan modal asing. Salah satu rasio profitabilitas adalah Return On Assets. Menurut Sutrisno (2009:222), Return on
26
assets juga disebut sebagai rentabilitas ekonomis merupakan ukuran kemampuan perusahaan dengan menghasilkan laba dengan semua aset yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam hal ini laba yang dihasilkan adalah laba sesudah bunga dan pajak. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi pengelolaan aset yang dilakukan oleh perusahaan. Semakin besar ROA maka semakin besar tingkat keuntungan dan semakin baik posisi perusahaan dari segi penggunaan aset. c) Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan perusahaan dalam menentukan berapa besar kebijakan keputusan pendanaan (struktur modal) dalam memenuhi ukuran atau besarnya aset perusahaan. Jika perusahaan semakin besar maka semakin besar pula dana yang akan dikeluarkan. Salah satu alternatif pemenuhan kebutuhan dana tersebut adalah dengan menggunakan utang. Perusahaan yang lebih besar cenderung memiliki permodalan yang lebih terdisverivikasi. Hal ini memperkecil kemungkinan untuk bangkrut dan lebih mampu memenuhi kewajibannya, sehingga perusahaan besar cenderung mempunyai utang yang lebih besar daripada perusahaan kecil. Menurut Riyanto (2001: 299) perusahaan yang lebih besar dimana sahamnya tersebar sangat luas akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhannya untuk membiayai pertumbuhan penjualannya dibandingkan perusahaan yang lebih kecil. Sehingga semakin besar ukuran
27
perusahaan, kecenderungan untuk memakai dana eksternal juga semakin beasr. Hal tersebut dikarenakan perusahaan besar memiliki kebutuhan dana yang besar dan salah satu alternatif pemenuhan dananya adalah dengan menggunakan dana eksternal yaitu dengan menggunakan hutang. Sehingga semakin besar ukuran perusahaan kecenderungan untuk menggunakan hutang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan dananya daripada perusahaan kecil. Dalam penelitian ini, ukuran perusahaan diukur dengan nilai logaritma natural dari total asset (natural logarithm of asset). Logaritma dari total assets dijadikan indikator dari ukuran perusahaan karena jika semakin besar ukuran perusahaan maka asset tetap yang dibutuhkan juga akan semakin besar. d) Struktur Aset Struktur aset menggambarkan proporsi atau perbandingan antara total aset tetap yang dimiliki perusahaan dengan total aset perusahaan (Joni dan Lina, 2010). Struktur aset merupakan salah satu faktor yang penting dalam struktur modal, karena apabila perusahaan dihadapkan pada kondisi kesulitan keuangan dalam membayar hutangnya, aset-aset berwujud atau aset tetap yang dimiliki perusahaan dapat bertindak sebagai jaminan dalam memberikan jaminan kepada pihak luar yang memberikan pinjaman (Sartono, 2001). Brigham dan Houston (2011) menyatakan bahwa suatu perusahaan dengan aktiva yang bisa dijadikan jaminan hutang dapat menggunakan hutang lebih besar. Struktur aset perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap kebijakan hutang perusahaan terutama bagi perusahaan yang memiliki aktiva tetap dalam jumlah yang besar. Aktiva tersebut dapat dijadikan sebagai jaminan oleh
28
manajer kepada kreditur sehingga manajer dapat memperoleh pinjaman dengan mudah. Struktur aktiva juga dapat mempengaruhi fleksibilitas perusahaan dalam menentukan alternatif pendanaan eksternal karena dianggap memiliki tingkat risiko kebangkrutan yang relatif kecil daripada aktiva tetap yang rendah. Menurut Riyanto (2008: 298), perusahaan yang sebagian besar asetnya berasal dari aset tetap akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan dananya dengan hutang. Perusahaan dengan jumlah aset tetap yang besar dapat menggunakan hutang lebih banyak karena aset tetap dapat dijadikan jaminan yang baik atas pinjaman-pinjaman perusahaan. Ketika perusahaan memiliki proporsi aset berwujud yang lebih besar, penilaian asetnya menjadi lebih mudah sehingga permasalahan asimetri informasi menjadi lebih rendah. Dengan demikian, perusahaan akan mengurangi penggunaan hutangnya ketika proporsi aset berwujud meningkat. Struktur aset dapat digunakan untuk menentukan seberapa besar kewajiban jangka panjang yang dapat diambil dan hal ini akan berpengaruh juga terhadap penentuan besarnya struktur modal. 2.1.7 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menguji pengaruh variabelvariabel yang mempengaruhi struktur modal perusahaan diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Hadianto (2008) dengan judul pengaruh struktur aktiva, ukuran perusahaan, dan profitabilitas terhadap struktur modal pada perusahaan sektor telekomunikasi. Hasil penelitian menunjukkan struktur
29
aktiva
dan profitabilitas berpengaruh positif terhadap struktur modal.
Sedangkan ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap struktur modal. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Widjaja dan Kasenda (2008) dengan judul pengaruh kepemilikan institusioanl, aktiva berwujud, ukuran perusahaan, dan profitabilitas terhadap struktur modal pada perusahaan dalam industri barang konsumsi di BEI. Hasil penelitian menyatakan bahwa variabel kepemilikan institusional, aktiva berwujud, dan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal. Sedangkan variabel profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Mas’ud (2009) dengan judul faktor-faktor penentu struktur modal serta dampaknya terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor cost of financial distress mempunyai pengaruh negatif terhadap struktur modal. Sedangkan faktor-faktor yang mempunyai pengaruh positif terhadap struktur modal adalah profitability, size, growth opportunities, asset structure, tax, dan nilai perusahaan. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Joni dan Lina (2010) dengan judul faktor-faktor yang
mempengaruhi
struktur
modal.
Hasil
penelitian
menunjukkan
pertumbuhan aktiva dan struktur aktiva memiliki pengaruh positif terhadap struktur modal. Sedangkan ukuran perusahaan, profitabilitas, risiko bisnis tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal. 5. Penelitian yang dilakukan oleh Seftianne dan Handayani (2011) dengan judul faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan publik sektor manufaktur. Hasil penelitian menunjukkan growth opportunity dan
30
ukuran perusahaan mempengaruhi struktur modal. Profitabilitas, tingkat likuiditas, risiko bisnis, kepemilikan manajerial dan struktur aktiva tidak mempengaruhi struktur modal. 6. Penelitian yang dilakukan oleh Rahman dan Triani (2014) dengan judul pengaruh arus kas bebas, kebijakan dividen dan ukuran perusahaan terhadap struktur modal perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012. Hasil penelitian menunjukan arus kas bebas dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap struktur modal, sedangkan kebijakan dividen memiliki pengaruh yang negatif terhadap struktur modal. 7. Penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari et al. (2016) dengan judul pengaruh profitability, tangible, leverage, corporate tax dan inflation rate terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesoa. Hasil penelitian menunjukan profitability, tangible, leverage, corporate tax memiliki pengaruh positif terhadap struktur modal, sedangkan inflation rate tidak berpengaruh terhadap struktur modal. 8. Penelitian yang dilakukan oleh sari dan Haryanto (2013). Dengan judul pengaruh profitabilitas, pertumbuhan aset, ukuran perusahaan, struktur aktiva dan likuiditas terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010. Hasil penelitian ini menunjukan pengaruh profitabilitas, pertumbuhan aset, likuiditas memiliki pengaruh negatif terhadap struktur modal. Sedangkan ukuran perusahaan, struktur aktiva memiliki pengaruh yang positif terhadap struktur modal.
31
9. Penelitian yang dilakukan oleh Bhawa dan Dewi (2015) dengan judul pengaruh ukuran perusahan, likuiditas, profitabilitas, dan risiko bisnis terhadap struktur modal perusahaan farmasi. Hasil penelitian ini menunjukan ukuran perusahan, profitabilitas memiliki pengaruh negatif terhadap struktur modal. Sedangkan likuiditas, risiko bisnis memiliki pengaruh yang positif terhadap struktur modal. 10. Penelitian yang dilakukan oleh Indrajaya et al. (2011) dengan judul pengaruh struktur aktiva, ukuran perusahaan, tingkat pertumbuhan, profitabilitas dan risiko bisnis terhadap struktur modal : studi empiris pada perusahaan sektor pertambangan yang listing di Bursa Efek Indonesia peridoe 2004-2007. Hasil penelitian ini menunjakan struktur aktiva, ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap struktur modal dan profitabilitas memiliki pengaruh negatif terhadap struktur modal. Sedangkan tingkat pertumbuhan dan risiko bisnis tidak berpengaruh terhadap struktur modal.
32
2.2 Rerangka Pemikiran
Perusahaan
Keputusaan Pendanaan
Faktor-Faktor Yang Perlu Dipertimbangkan dalam Struktur Modal
Ukuran Perusahaan
Kebijakan Dividen
Profitabilitas
Struktur Aset
Pecking Order Theory
Signalling Theory
Struktur Modal
Gambar 1 Diagram Rerangka Pemikiran
33
2.3 Perumusan Hipotesis 2.3.1 Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Struktur Modal Dividen adalah bagian dari laba perusahaan yang dibagikan kepada para pemegang saham. Rasio pembayaran dividen akan menjadi acuan bagi para investor untuk menanamkan modalnya pada sebuah perusahaan karena perusahaan yang melakukan pembayaran dividen secara rutin diasumsikan memilik dana internal yang mencukupi dan hal ini akan menarik minat para investor. Jika
investor menaruh minat pada parusahaan tersebut maka harga
saham perusahaan akan naik. Jika harga pasar saham perusahaan naik maka manajer akan memilih untuk menerbitkan saham baru untuk keputusan pendanaan maupun investasinya (Joni dan Lina, 2010). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahman dan Triani (2013) menunjukkan bahwa kebijakan dividen berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Hal ini dikarenakan pembagian dividen akan meningkatkan kesejahteraan pemegang saham dan menimbulkan ekspektasi positif dipasar, sehingga memudahkan perusahaan untuk menerbitkan sekuritas modal dan menurunkan hutang. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H1 : Kebijakan dividen berpengaruh negatif terhadap struktur modal.
34
2.3.2 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Struktur Modal Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total asset maupun modal sendiri. Perusahaan yang memiliki tingkat pengembalian yang tinggi cenderung menggunakan hutang yang relatif kecil karena tingkat profitabilitas yang tinggi menyedikan sejumlah dana internal yang relatif besar yang diakumulasikan sebagai laba yang ditahan (Mayangsari, 2001). Sebaliknya jika laba yang dihasilkan perusahaan rendah, maka perusahaan cenderung menggunakan hutang yang lebih besar karena dana internal yang dimiliki tidak cukup untuk mendanai kegiatan perusahaan. Hal ini sesuai dengan teori struktur modal yaitu pecking order theory yang menyatakan perusahaan dengan tingkat profit tinggi cenderung menggunakan sumber pendanaan internal terlebih dahulu yaitu seperti laba yang ditahan untuk membiayai kegiatan investasi dan pembelanjaan perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Sari dan Mulyo (2013) menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal, namun menurut penelitian Puspitasari et al. (2016) menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap struktur modal. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H2 : Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal.
35
2.3.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya perusahaan dimana perusahaan yang besar lebih mudah mendapatkan pinjaman dari kreditur. Ukuran perusahaan juga menggambarkan kemampuan keuangan perusahaan dalam periode waktu tertentu (Ruslim, 2010). Semakin besar ukuran perusahaan, maka dana yang dibutuhkan untuk operasi perusahaan juga semakin besar. Hal ini dikarenakan perusahaan besar memiliki kebutuhan dana yang besar dan salah satu alternatif pemenuhan dananya adalah dengan menggunakan hutang. Menurut Riyanto (2001: 299) perusahaan yang lebih besar dimana sahamnya tersebar sangat luas akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhannya untuk membiayai pertumbuhan penjualannya dibandingkan perusahaan yang lebih kecil. Sehingga semakin besar ukuran perusahaan, kecenderungan untuk memakai dana eksternal juga semakin besar. Hal tersebut dikarenakan perusahaan besar memiliki kebutuhan dana yang besar dan salah satu alternatif pemenuhan dananya adalah dengan menggunakan dana eksternal yaitu dengan menggunakan hutang. Sehingga semakin besar ukuran perusahaan kecenderungan untuk menggunakan hutang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan dananya daripada perusahaan kecil. Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Ruslim (2010) yang menyatakan ukuran perusahaan mempunyai pengaruh postif terhadap struktur modal. Oleh karena itu, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: H3 : Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal.
36
2.3.3 Pengaruh Struktur Aset Terhadap Struktur Modal Menurut Joni dan Lina (2010), struktur aset merupakan variabel yang penting dalam keputusan pendanaan perusahaan karena aktiva tetap menyediakan jaminan bagi pihak kreditur. Pihak kreditur akan memberikan pinjaman jika mendapat keamanan dengan rasio aktiva tetap yang tinggi dimana jika perusahaan tidak dapat melunasi kewajibannya maka aktiva tetap perusahaan diharapkan dapat untuk menutupinya. Menurut Riyanto (2008: 298), perusahaan yang sebagian besar asetnya berasal dari aset tetap akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan dananya dengan hutang. Perusahaan dengan jumlah aset tetap yang besar dapat menggunakan hutang lebih banyak karena aset tetap dapat dijadikan jaminan yang baik atas pinjaman-pinjaman perusahaan. Ketika perusahaan memiliki proporsi aset berwujud yang lebih besar, penilaian asetnya menjadi lebih mudah sehingga permasalahan asimetri informasi menjadi lebih rendah. Dengan demikian, perusahaan akan mengurangi penggunaan hutangnya ketika proporsi aset berwujud meningkat. Struktur aset dapat digunakan untuk menentukan seberapa besar kewajiban jangka panjang yang dapat diambil dan hal ini akan berpengaruh juga terhadap penentuan besarnya struktur modal. Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Mas’ud (2008) menunjukan hasil bahwa struktur aset berpengaruh positif terhadap struktur modal. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut : H4 : Struktur aset berpengaruh positif terhadap struktur modal.