BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1
Teori Stakeholder
Perusahaan saat ini tidak hanya bertanggung jawab pada stakeholder, namun bertanggung jawab terhadap masyarakat (stakeholder) (Hadi, 2011). Purnomosidhi (2006) mengatakan bahwa teori ini mengharapkan aktivitas perusahaan dilaporkan oleh manajmen kepada stakeholder, meskipun nantinya mereka tidak memakai informasi tersebut. Karena akuntabilitas tidak hanya padakinerja ekonomi atau keuangan saja, namun perusahaan perlu melakukan pengungkapan intellectual capital lebih dari yang diharuskan oleh pihak wewenang. Salah satu faktor yang mempengaruhi intellectual capital dalam laporan keuangan adalah jika semakin baik kinerja intellectual capital dalam suatu perusahaan, maka akan semakin tinggi pengaruhnya dalam laporan keuangan. Hal ini akan berdampak pada peningkatan kepercayaan para stakeholder kepada perusahaan (Ulum, 2009). Dalam menjalankan bisnisnya, perusahaan harus mampu menciptakan keunggulan yang berbeda dengan pesaingnya. Dalam Stakeholder Theory yang dipelopori oleh Penrose (1959) perusahaan akan memiliki keunggulan bersaing apabila mampu mengelola sumber daya dengan baik. Sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan terutama Intellectual capital akan sangat mempengaruhi kinerja perusahaan di masa depan.
14
15
Manajer jika dapat mengelola organisasi secara maksimal maka menciptakan nilai yang dihasilkan semakin baik. Penciptaan nilai adalah memanfaatkan semua potensi yang terdapat di perusahaan, seperti karyawan, aset fisik, atau structural capital. Pengelola yang baik atas potensi perusahaan ini akan mendorong kinerja keuangan peruahaan untuk kepentingan stakeholder (Ulum, 2009). Namun tanggung jawab perusahaan tidak hanya terbatas pada kinerja keuangan perusahaan, tetapi juga harus bertanggung jawab terhadap masalah sosial dan lingkung yang ditimbulkan oleh aktivitas operasional yang dilakukan perusahaan (Cahyono, 2011).. Dalam konteks untuk menjelaskan hubungan VAICTM dengan kinerja keuangan perusahaan, teori stakeholder harus dipandang dari kedua bidangnya, baik bidang etika (moral) maupun bidang manajerial. Bidang etika berargumen bahwa seluruh stakeholder memiliki hak untuk diperlakukan ecara adil oleh organisasi, dan manajer harus mengelola organisasi untuk keuntungan stakeholder. Ketika manajer mampu mengelola organisasi secara maksimal, khususnya dalam upaya penciptan kinerja peruahaa, maka itu artinya manajer telah memenuhi aspek etika dari teori ini, Dengan adanya konsep Intellectual Capital maka perusahaan akan mampu menghasilkan keunggulan kompetitif dan kinerja keuangan yang baik. Semakin baik perusahaan dalam mengelola komponen intelektual kapital maka akan membawa pengaruh terhadap aset perusahaan.
16
2.1.2 Intellectual capital 2.1.2.1 Pengertian Intellectual capital Definisi intellectual capital yang ditemukan dalam beberapa literatur cukup kompleks dan beragam. Secara umum, modal intelektual adalah ilmu pengetahuan atau daya pikir, yang dimliki oleh perusahaan, tidak memiliki bentuk fisik (tidak berwujud), dan dengan adanya modal intelektual tersebut, perusahaan akan mendapatkan tambahan keuntungan atau kemapanan proses usaha serta memberikan perusahaan suatu nilai lebih dibanding dengan kompetitor atau perusahaan lain (Ellanyndra, 2011). “Intellectual capital adalah istilah yang diberikan untuk mengkombinasikan intangible asset dari pasar, property intelektual, infrastruktur dan pusat manusia yang menjadikan suatu perusahaan dapat berfungsi.” Stewart (1997 dalam Tan et al., 2007) menyatakan bahwa secara umum, para peneliti mengidentifikasi tiga konstruk utama dari IC, yaitu: human capital (HC), structural capital (SC), dan customer capital (CC). Menurut Bontis et al. (2000), secara sederhana HC merepresentasikan
individual
knowledge
stock
suatu
organisasi
yang
direpresentasikan oleh karyawannya. HC merupakan kombinasi dari genetic inheritance; education; experience, and attitude tentang kehidupan dan bisnis. Lebih lanjut Bontis et al. (2000) menyebutkan bahwa SC meliputi seluruh nonhuman storehouses of knowledge dalam organisasi. Termasuk dalam hal ini adalah database, organisational charts, process manuals, strategies, routines dan segala hal yang membuat nilai perusahaan lebih besar daripada nilai materialnya. Sedangkan tema utama dari CC adalah pengetahuan yang melekat dalam
17
marketing channels dan customer relationship dimana suatu organisasi mengembangkannya melalui jalannya bisnis (Bontis et al., 2000). Ada sedikit ketidak jelasan dalam membedakan antara IC, aset tidak berwujud (intangible assets), dan kekayaan intelektual (intellectual property). Aset tidak berwujud disisi lain hanya ditujukan pada standar keuangan yang mengakui aset untuk dimasukkan ke dalam neraca (Ting dan Lean, 2009). Kekayaan itelektual dapat didefinisikan sebagai aset tidak berwujud, seperti hak paten, merek dagang dan hak cipta, yang dapat dimasukkan dalam laporan keuangan tradisional. Mengukur kekayaan intelektual adalah penting karena sebuah organisasi mengetahui apa yang dimiliki tetapi tidak mengetahui proses yang diperlukan untuk mencapainya. IC dapat dikatakan sebagai hasil dari proses transformasi ilmu pengetahuan atau ilmu pengetahuan yang bertransformasi menjadi kekayaan intelektual (Ting dan Lean, 2009). PSAK No 19 (Revisi 2000) tahun 2009 tentang aktiva tidak berwujud. Adalah bukti fenomena intellectual capital menjadi perhatian IAI. Menurut PSAK No 19, aktiva tidak berwujud adalah aktiva nonmoneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif (IAI, 2009). Dalam PSAK Nomor 19 (Revisi 2000) tahun 2009 tentang aktiva tidak berwujud, telah disebutkan bahwa komponen intellectual capital merupakan bagian dari kategori intangible asset. Oleh karena itu, pengungkapan informasi mengenai intellectual capital bersifat sukarela,
18
mengingat PSAK Nomor 19 belum mengatur tentang ntellectual capital baik dari cara pengidentifikasiannya maupun dari segi pengukurannya (Ellanyndra, 2011). Keunggulan kompetititf dapat dimiliki perusahaan dengan mengelola intellectual capital yang dimiliki. Informasi terkait dengan kemampuan perusahaan dan bagaimana perusahaan beraktivitas dalam mengembangkan pengetahuan yang dimiiki perusahaan juga bisa didapat dengan pengelolaan intellectual capital.
2.1.2.2 Komponen Intellectual capital Skema modal intelektual menurut (Sveby, 1997), (Stewart, 1997), dan (Edvinson dan Sullivan, 1996) menggambarkan tiga elemen yang sama, yaitu modal intelektual yang melekat pada manusia (human capital), modal intelektual Skema modal intelektual menurut (Sveby, 1997), (Stewart, 1997), dan (Edvinson dan Sullivan, 1996) menggambarkan tiga elemen yang sama, yaitu modal intelektual yang melekat pada manusia (human capital), modal intelektual. Pada umumnya peneliti menyatakan bahwa Intellectual capitalterdiri dari tiga komponen utama, yaitu 1.
Human Capital ((HC) Human Capital merupakan hal yang penting dalam subuah perusahaan.
Elemen pertama dalam tabel diatas adalah human capital, yang meupakan kombinasi dari pengetahuan, keahlian (skill), kemampuan melakukan inovasi, dan kemampuan menyelesaikan tugas, meliputi nilai perusahaan, kultur dan filsafatnya.
19
2.
Structural capital (SC) Structural Capital merupakan kemampuan organisasi atas peruahaan dalam
memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara
keseluruhan,
manufacturing,
misalnya:
budaya
sistem
organisasi,
operasional
dan
filosofi
perusahaan, manajemen
proses menurut
Suwarjuwono dan Kadir (2003). 3.
Relational Capital (RC) atau Customer (CC) Relational capital merupakan hubungan yang harmonis yang dimiliki oleh
perusahaan dengan para mitranya, baik yang berasal dari para pemasok, pelanggan dan juga pemerintah dan masyarakat. Relational capital dapat muncul dari berbagai bagaian diluar lingkungan perushaan yang dapat menambah nilai bagi perusahaan (Suwarjuwono dan kadir, 2003)
2.1.2.3 Pengukuran Intellectual capital Metode pengukuran Intellectual capital dapat dikelompokkan ke dalam dua katagori, yaitu non monetary dan ukuran monetary. Berikut adalah daftar ukuran Intellectual capital yang berbasis non-moneter (Tan et. Al, 2007, dalam Ulum, 2009). 1. The EVA dan MVA model (Bontis et. al, 1999) 2. The Market-to-book Value model (beberapa penulis) 3. Tobin’s Q method (Luthy, 1998)
20
4. Pulic’s VAIC Model (Pulic, 1998,2000) 5. Calculated intangible value (Dzinkowski, 2000) 6. The Knowledge Capital Earnings model (Lev dan Feng, 2001)
2.1.2.4 Value added Intellectual Coefficient (VAIC) Value added intellectual coefficient (VAIC) adalah sebuah metode yang dikembangkan oleh Pulic (1998, 1999, 2000), untuk menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari aset berwujud (tangible asset) dan aset tak berwujud (intangible asset) yang dimiliki oleh perusahaan. Pulic (1998, 2000) mengembangkan "Value added intellectual coefficient" (VAICTM) untuk mengukur IC perusahaan. Pulic berfokus dengan dua aspek penting lainnya dalam penilaian dan penciptaan nilai yang belum terpecahkan oleh metode lain: 1. IC berbasis pasar tidak dapat dihitung untuk perusahaan yang tidak terdaftar di bursa saham. Perusahaan-perusahaan tersebut perlu cara alternatif untuk menentukan IC berbasis pasar. 2. Tidak ada sistem yang memadai untuk pemantauan efisiensi kegiatan bisnis saat ini yang dilakukan oleh karyawan, apakah potensi mereka diarahkan penciptaan nilai atau pengurangan nilai. Model ini dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan value added (VA). VA adalah indikator plaing objektif untuk menilai keberhailan bisnis dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam penciptaan nilai (value creation) (Pulic,1998). VA dihitung sebagi selisih antara output dan input (Pulic,1999).
21
Tan et al. (2007) menyatakan bahwa output (OUT) merepresentasikan revenue dan mencakup seluruh produk dan jasa yang dijual di pasar, sedangkan input (IN) mencakup seluruh beban yang digunakan dalam memperoleh revenue. Menurut Tan et al. (2007), hal penting dalam model ini adalah bahwa beban karyawan (labour expenses) tidak termasuk dalam IN. Karena peran aktifnya dalam proses value creation, intellectual potential (yang direpresentasikan dengan labour expenses) tidak dihitung sebagai cost dan tidak masuk dalam komponen IN (Pulic, 1999). Karena itu, aspek kunci dalam model Pulic adalah memperlakukan tenaga kerja sebagai entitas penciptaan nilai (value creating entity) (Tan et al., 2007). VA dipengaruhi oleh efisiensi Human Capital (HC) dan Structural Capital (SC).
2.1.2.5 Value added of Capital Employed (VACA) Value added of Capital Employed (VACA) adalah indikator untuk VA yang diciptakan oleh satu unit dari physical capital. Dalam penelitian Meta (2010),Pulic (1998) mengasumsikan bahwa jika 1 unit dari CE (Capital Employed) menghasilkan return yang lebih besar daripada perusahaan yang lain, maka berarti perusahaan tersebut lebih baik dalam memanfaatkan CE-nya. Dengan demikian, pemanfaatan IC yang lebih baik merupakan bagian dari IC perusahaan. Berdasarkan konsep RBT, agar dapat bersaing dengan perusahaan lainnya, perusahaan membutuhkan sebuah kemampuan dalam pengelolaan aset baik aset fisik maupun aset intelektual. VACA merupakan bentuk dari kemampuan
22
perusahaan dalam mengelola sumber dayanya yang berupa capital asset. Dengan pengelolaan capital asset yang baik, diyakini peusahaan dapat meningkatkan nilai pasar dan kinerja perusahaannya.
2.1.2.6 Value added Human Capital (VAHU) Value added Human Capital (VAHU) menunjukan berapa banyak VA dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Hubungan antara VA dengan HC mengindikasikan kemampuan HC untuk menciptakan nilai di dalam perusahaan. Berdasarkan konsep RBT, agar dapat bersaing perusahaan membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Selain itu, perusahaan harus dapat mengelola sumber daya yang berkualitas tersebut dengan maksimal sehingga dapat menciptakan value added dan keunggulan kompetitif perusahaan yang pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.
2.1.2.7 Structural Capital Value Addd (STVA) Structural Capital Value added (STVA) menunjukkan kontribusi structural capital (SC) dalam penciptaan nilai. STVA mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai. SC bukanlah ukuran yang independen sebagaimana HC dalam proses penciptaan nilai. Artinya, semakin besar kontribusi HC dalam value creation, maka akan semakin kecil kontribusi SC dalam hal tersebut. Lebih lanjut Pulic menyatakan bahwa SC adalah VA dikurangi HC.
23
2.1.3 Kinerja Keuangan Kinerja keuangan perusahan merupakan penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Menurut Dewi (2011) prestasi perusahaan yang ditunjukkan oleh laporan keuangannya sebagai suatu tampilan keadaan perusahaan selama periode tertentu disebut dengan kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang menunjukkan efektifitas dan efisien suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan perusahaan. Tujuan perusahaan akan sulit tercapai bila perusahaan tersebut tidak bekerja secara efisien, sehingga perusahaan tidak mampu berkompetisi dengan perusahaan pesaing. Pengukuran kinerja perusahaan sangat diperlukan dalam menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menjalankan proses produksinya.. Kinerja perusahaan dapat diukur dengan elemen keuangan maupun non keuangan, elemen keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah return on asset (ROA) . Pengukuran kinerja perusahaan dengan elemen keuangan akan dijelaskan berikut ini: a.
Return on asset (ROA) Return on asset (ROA) merefleksikan keuntungan bisnis dan efisiensi
perusahaan dalam pemanfaatan total asset (Chen et al, 2005). Rasio ini mewakili rasio profitabilitas, yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aset yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi nilai ROA, semakin efisien perusahaan dalam menggunakan assetnya, baik aset
24
fisik maupun aset non-fisik (Intellectual capital) akan menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.
2.1.4 Keunggulan Kompetitif (Competitive Adventage) Dalam mengembangkan proses dalam perusahaan sangat dibutuhkan adanya peningkatan sistem untuk menghasilkan barang dan jasa yang baik. Sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan akan tidak dapat ditiru oleh perusahaan lain apabila perusahaan
meningkatkan
keunikan
dalam
perusahaan
yang
kompleks
(Barney,1991). Lebih jauh lagi diungkapkan oleh bahwa kapabilitas inovasi tidak dapat diperdagangkan , arah perusahaan, tetapi lahir dari pengalaman perusahaan dari masa sebelumnya. Keunggulan kompetitif menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam
menciptakan nilai yang berasal dari pengelolaan sumber daya perusahaan. Menurut
Porter
(1985),
keunggulan
kompetitif
merupakan
kemampuan
perusahaan untuk mendapatkan pengembalian investasi secara berkala diatas ratarata industri. Keunggulan kompetitif digunakan sebagai strategi perusahaan dalam melakukan inovasi yang berbeda dari pesaingnya dan memenangkan pangsa pasar. Differentiation merupakan strategi bisnis yang dilakuka perusahaan untuk menghasilkan produk yang memiliki keunikan atau ciri khas tertentu yang membedakan perusahaan tersebut dengan pesaing lain. Keunggulan biaya bagi perusahaan dapat dihasilkan dengan melakukan reducing cost dan differentiation.
25
2.1.5 Pengertian Bank Syriah Menurut Undang-Undang Perbankan Syariah No. 21 Tahun 2008, perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank syariah dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan ujiannya. Menurut jenisnya bank syariah terdiri atas: a. Bank Umum Syariah (BUS), adalah bank syariah yang kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. b. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), adalah bank syariah yang dalam melaksanakan kegiatan usahanya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. c. Unit usaha syariah (UUS) adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu dan atau unit syariah. Di Indonesia bank syariah lahir pertama kali pada tahun 1992 dipelopori oleh Bank Muamalat Indonesia (BMI). Bank Islam atau bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga (Muhammad, 2005:13). Berdasarkan data Statistik Perbankan Syariah, hingga kini sudah terdapat 12 Bank Umum Syariah dan 22 Unit Usaha Syariah, serta lebih dari 161 BPRS yang siap melayani kebutuhan transaksi perbankan nasabah secara syariah.
26
Bank syariah yang mendapat julukan Bank Tanpa Bunga adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada dalam ajaran Islam, berfungsi sebagai badan usaha yang menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat atau sebagai perantara keuangan (Rivai, 2008). Dalam UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 tahun 1998, yang dimaksud dengan prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah. 2.1.5.1 Karakteristik Bank Syariah Direktorat Perbankan Syariah BI menguraikan ada tujuh karakteristik utama yang menjadi prinsip Sistem Perbankan Syariah di Indonesia yang menjadi landasan pertimbangan bagi calon nasabah dan landasan kepercayaan bagi nasabah yang telah loyal. Ketujuh karakteristik tersebut antara lain: 1. Universal. Memandang bahwa bank syariah berlaku untuk setiap orang tanpa memandang perbedaan kemampuan ekonomi maupun perbedaan agama. 2. Adil. Memberikan sesuatu hanya kepada yang berhak serta memperlakukan sesuatu sesuai dengan posisinya dan melarang adanya unsur maysir (unsur spekulasi atau untung-untungan), ghahar (ketidakjelasan), haram, dan riba. 3. Transparan. Dalam kegiatannya bank syariah sangat terbuka bagi seluruh lapisan masyarakat.
27
4. Seimbang. Mengembangkan sektor keuangan melalui aktifitas perbankan syariah yang mencakup pengembangan sektor riil dan UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah). 5. Maslahat. Bermanfaat dan membawa kebaikan bagi seluruh aspek kehidupan. 6. Variatif. Produk bervariasi mulai dari tabungan haji dan umrah, tabungan umum, giro, deposito, pembiayaan yang berbasis jual-beli, bagi hasil, sewa menyewa, sampai kepada produk jasa custodian, jasa transfer, dan jasa pembayaran (debet card, syariah charge). 7. Fasilitas. Penerimaan dan penyaluran zakat, infaq, sedekah, wakaf, dana kebajikan (qard), memiliki fasilitas ATM, mobile banking, internet banking dan interkoneksi antar bank syariah. Dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat An-Nissa ayat 161, terjemahannya disebutkan
bahwa:
“Dan
disebabkan
mereka
memakan
riba,
padahal
sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.” (Al-Qur’an, surat 4:161) Menurut Antonio (2001) karakteristik yang membedakan bank syariah dengan bank konvensional antara lain: tidak mengenal adanya konsep time value of money, tidak diperkenankan kegiatan yang bersifat spekulatif karena adanya ketidakpastian, serta tidak diperkenankan dua transaksi dan dua harga untuk satu barang.
28
2.1.5.2 Prinsip-prinsip Perbankan Syariah Menurut Muthaher (2012:16) terdapat beberapa prinsip produk bank Islam, antara lain: 1.
Prinsip-prinsip dalam Penghimpunan Dana Bank Syariah a. Prinsip Wadi’ah Prinsip wadi’ah adalah titipan di mana pihak pertama menitipkan dana atau benda kepada pihak kedua selaku penerima titipan dengan konsekuensi titipan tersebut sewaktu-waktu dapat diambil kembali, di mana penitip dapat dikenakan biaya penitipan. Berdasarkan kewenangan yang diberikan maka wadi’ah dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: wadi’ah yad dhamanah dan wadi’ah yad amanah. b. Prinsip Mudharabah Prinsip mudharabah yaitu perjanjian antara dua pihak di mana pihak pertama sebagai pemilik dana/shaahibul maal dan pihak kedua sebagai pengelola dana/mudharib
untuk mengelola suatu kegiatan ekonomi
dengan menyepakati nisbah bagi hasil atas kentungan yang diperoleh. Kerugian yang timbul adalah risiko pemilik dana sepanjang tidak terdapat bukti bahwa mudharib melakukan kecurangan. Berdasarkan kewenangan mudharabah,
yang yaitu:
Terikat/Unrestricted
diberikan
kepada
Mudharabah Investment)
dan
(Investasi Terikat/Restricted Investment).
mudharib, Mutlaqah
ada
dua
(Investasi
Mudharabah
jenis Tidak
Muqayyadah
29
2.
Prinsip Penyaluran Dana atau Pembiayaan (financing) Bank Syariah Penyaluran dana atau pembiayaan adalah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang membutuhkan guna mendukung investasi atau melancarkan usaha yang telah direncanakan (Qodriasari, 2014). a. Prinsip Jual Beli (Al-Buyu’) Prinsip jual beli terdiri atas murabahah, istishna’, dan salam. Murabahah yaitu akad jual beli antara dua belah pihak, pembeli dan penjual menyepakati harga jual yang terdiri dari harga beli ditambah ongkos pembelian dan keuntungan bagi penjual. Istishna’ yaitu pembelian barang melalui pesanan dan diperlukan proses untuk pembuatannya sesuai dengan pesanan pembeli dan pembayaran dilakukan di muka sekaligus atau secara bertahap. Salam yaitu pembelian barang dengan pembayaran di muka dan barang diserahkan kemudian. b. Prinsip Bagi Hasil Mudharabah yaitu perjanjian antara pemilik modal dan pengelola modal untuk memperoleh keuntungan. Bank sebagai shahibul maal dan nasabah sebagai mudharib. Musyarakah yaitu perjanjian antara pihakpihak untuk menyertakan modal dalam suatu kegiatan ekonomi dengan pembagian keuntungan atau kerugian sesuai nisbah yang disepakati.
30
c.
Prinsip-prinsip Penyediaan Jasa 1. Prinsip sewa-ijarah Merupakan kegiataan penyewaan sutu barang dengan imbalan pendapatan sewa. Prinsip sewa terdiri dari Ijarah dan Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik. Perbedaan dari kedua prinsip tersebut yaitu pada Ijarah setelah masa sewa berakhir barang sewaan akan dikembalikan kepada bank (maajir), sedangkan Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik akad sewa menyewa diikuti dengan janji bahwa pada saat yang ditentukan kepemilikan barang sewaan akan berpindah kepada penyewa (mustajir). 2. Prinsip Jasa Perbankan Syariah Prinsip jasa perbankan syariah terdiri dari wakalah yaitu pihak pertama memberikan kuasa kepada pihak kedua (sebagai wakil) untuk urusan tertentu di mana pihak kedua mendapat imbalan berupa fee atau komisi. Kafalah yaitu pihak pertama bersedia menjadi penanggung atas kegiatan yang dilakukan oleh pihak kedua sepanjang sesuai dengan yang diperjanjikan di mana pihak pertama menerima imbalan berupa fee atau komisi (garansi). Sharf yaitu pertukaran/jual beli mata uang yang berbeda dengan penyerahan segera/spot berdasarkan kespakatan harga sesuai dengan harga pasar pada saat pertukaran. (Muthaher, 2012)
31
2.2 Penelitian Terdahulu Tabel 1 Penelitian Terdahulu Peneliti
Judul
Variabel
Hasil
Pengaruh Intellectual capital pada Nilai Perusahaan dan Kinerja Perusahaan
Dependen: MtBV, ROE, ROA, GR, EP, ATO Independen: VAIC, CE, HU, SC, AD
a. ICberpengaruh terhadap ROE & EP b. IC berpengaruh terhadap ROE, EP, ATO & tidak dapat diketahui adanya pengaruh c. AD berpengaruh terhadap ROE, ROA, EP dan ATO d. Tidak ada pengaruh antara IC dengan nilai pasar
Diva (2014) Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening
Dependen:V ACA,VAHU, STVA Independen: PBV Intervening: Kinerja Perusahaan (ROE)
a. Modal Intelektual berpengaruh positif pada kinerja keuangan perusahaan b. Modal intelektual berpengaruh langsung pada nilai perusahaan c. Modal intelekual berpengaruh tidak langsung pada nilai perusahaan
Sunarsih, N.M dan Ni Putu Yuria Mendra (2013)
Dependen: PBV Independen: VACA,VAH U, STVA Intervening: Kinerja keuangan
a. Intellectual capital berpengaruh positif terhadap Kinerja Keuangan b. Intellectual Cpital berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan c. Kinerja Keuangan memediasi hubungan antara Intellectual capital idan Nilai Perusahaan
Iminingati (2007)
Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel Intervening
32
Noolailie Soewarno (2011)
Pengaruh Intellectual capital Terhadap Kinerja Keuangan Dengan Ukuran,Jenis Industri dan Laverage Sevagai Variabel Moderating
Dependen: ROA,ATO, MB Independen: CEE, HCB, SCB Moderating: Ukuran,Jenis Industri, Laverage
a. Intellectual capital Berpengaruh Psitif Terhadap Kinerja Keuangan b. Intellectual capital Berpengaruh Positif Terhadap Ukuran, Jenis Industri, Laverage
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah pada pemilihan variabel penelitian, variabel pada penelitian menggunakan variabel ROA sebagai ukuran kinerja keuangan dan competitive advantage sebagai variabel intervening serta perbedaan dalam hal periode waktu. Penelitian ini menggunakan laporan keuangan periode 2010 hingga 2014
2.3 Rerangka Pemikiran Berdasarkan telaah pustaka serta penelitian terdahulu, maka penelitian ini menjelaskan pengaruh Intellectual capital Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Dengan Competitive advantage sebagai Variabel Intervening . Untuk membantu dalam memahami penelitian ini, diperlukan adanya suatu kerangka pemikiran sebagai berikut:
33
Stakeholder Theory
Pelaporan Aktivitas
Manajemen
Stakeholder
Strategi bisnis
Intellectual capital
VACA
VAHU
STVA
Value Added Intellectual Coefficient
Competitive Advantage
Kinerja Keuangan: ROA
Gambar 1 Rerangka Pemikiran Pengaruh Intellectual capital terhadap Kinerja Keuangan dengan Competitive advantage sebagai Variabel Intervening
34
Keterangan: Suatu perusahaan berkeinginan untuk meningktkan kinerja keuangan agar berjalan baik dengan pendekatan Stakeholder Theory yang mendasari penerapan Intellectual capital yang baik dimana Intellectual capital terdiri atas VACA, VAHU, STVA dengan Competitive advantage sebgai variabel Intervening yang diukur dengan asset utilization capability.
2.4 Perumusan Hipotesis 2.4.1 Pengaruh Intellectual capital terhadap Competitive advantage Dalam Stakeholder Theory yang dipelopori oleh Penrose (1959) perusahaan yang dapat mengolah sumber daya efektif dan efisien dapat menciptakan keunggulan kompetitif dalam dunia bisnis. Keunggulan kompetitif yang dihasilkan perusahaan berasal dari dalam perusahaan berupa Intellectual capital, sehingga perusahaan akan mampu tumbuh dan berkembang apabila mampu menciptakan keunggulan melalui pendayagunaan sumber daya perusahaan. Intellectual
Capital
merupakan
sumber
daya
internal
yang
harus
didayagunakan. Penelitian Edvisson dan Malone (2003) menjelaskan bahwa implementasi dan pengukuran dari Intellectual Capital adalah Human Capital, Structural Capital, dan Customer Capital mengarah pada kemampuan individual, pengetahuan, skill, pengalaman, dan juga kretivitas perusahaan dan inovasi. Adanya peran pendayagunaan Intellectual Capital yang baik akan mempengaruhi
35
kemampuan dalam menciptakan inovasi dan kreativitas perusahaan agar tetap eksis dalam persaingan industri. Perusahaan yang mampu mengelola IC dengan baik maka akan sangat berpengaruh pada Keunggulan Kompetitif pada perusahaan tersebut, semakin tinggi nilai IC maka keunggulan kompetitif perusahaan semakin besar. Hal ini sesuai dengan penelitian Wu (2013) yang menunjukkan bahwa IC memiliki pengaruh positif terhadap keunggulan perusahaan. Dalam penerapannya di Indonesia, hal ini dianggap sangat vital. Pasar Indonesia yang begitu dinamis menuntut perusahaan untuk kreatif dan selalu menampilkan inovasi terbaru. Hal ini dilakukan untuk memperthankan kinerja perusahaan yang lebih baik Dalam hubungannya dengan Competitive advantage maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut : H1 :Intellectual capital berpengaruh positif terhadap Competitive advantage 2.4.2 Pengaruh Intellectual capital terhadap Kinerja Keuangan Intellectual Capital merupakan sumber daya terstrukur yang dapat meningkatkan keunggulan kompetitif dan memberikan kontribusi terhadap kinerja keuangan perusahaan (Chen et al., 2005). Semakin baik perusahaan dalam mengelola komponen intlectual capital maka akan membawa pengaruh terhadap aset perusahaan. Dalam hal ini maka perusahaan akan mengelola aset yang dimiliki perusahaan secara efektif dan efisien yang diukur dengan return on Asset (ROA). Semakin tinggi intellectual capital (VAICTM) maka laba semakin meningkat, yang membuat nilai ROA
36
menjadi meningkat. Dengan demikian Intellectual Capital akan memberikan kontribusi terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Ghosh dan Mondal (2009) yang menyatakan bahwa intellectual capital mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja keuangan. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka disusun hipotesis sebagai berikut. H2: Intellectual Capital berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan 2.4.3 Pengaruh Competitive Advantage terhadap Kinerja Keuangan Dalam menjalankan bisnisnya, perusahaan harus mampu menciptakan keunggulan yang berbeda dengan pesaingnya. Dalam Stakeholder Theory yang dipelopori oleh Penrose (1959) perusahaan akan memiliki keunggulan bersaing apabila mampu mengelola sumber daya dengan baik. Sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan terutama Intellectual capital akan sangat mempengaruhi kinerja perusahaan di masa depan. Dengan adanya konsep Intellectual capital maka perusahaan akan mampu menghasilkan competitive advantage maka akan membawa pengaruh terhadap aset perusahaan. Dalam hal ini maka perusahaan akan mengelola aset yang dimiliki perusahaan secara efektif dan efisie yang diukur dengan return on asset (ROA). Kamukama et al (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa keunggulan kompetitif berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Berdasarkan pernyataan diatas maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut : H3: Competitive advantage berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan.
37
2.4.4 Competitive advantage memediasi hubungan Intellectual Capital dan Kinerja Keuangan Dalam menjalankan bisnisnya, perusahaan harus mampu menciptakan keunggulan yang berbeda dengan pesaingnya. Dalam Stakeholder Theory yang dipelopori oleh Penrose (1959) perusahaan akan memiliki keunggulan bersaing apabila mampu mengelola sumber daya dengan baik. Sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan terutama Intellectual capital akan sangat mempengaruhi kinerja perusahaan di masa depan. Kamukaan et al (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa keunggulan kompetitif perusahaan dapat memediasi hubungan antara modal intelektual dan kinerja perusahaan. Berdasarkan pernyataan diatas maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut : H4: Competitive advantage memediasi hubungan antara Intellectual capital dan