BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis Pada bagian ini akan dijelaskan beberapa tinjauan teoretis yang mendasari penelitian ini, yaitu sebagai berikut: 2.1.1 Pasar Modal Pemilik modal atau yang biasa disebut investor yang ingin melakukan investasi dapat dilakukan pada aktiva riil (real assets) contohnya membangun pabrik, membuat produk baru, menambah saluran distribusi dan sebagainya. Investasi juga dapat dilakukan pada aktiva finansial (financial assets) contohnya membeli sertifikat deposito, saham, obligasi, sertifikat reksadana, commercial papper, dan sebagainya. Tempat atau wadah dari proses transaksi jual beli aktiva finansial berlangsung di dalam pasar modal. 1. Pengertian Pasar Modal Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas, atau pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki unsur lebih dari satu tahun seperti saham dan obligasi (Tandelilin, 2010). Dalam hal ini pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menggunakan dananya untuk diinvestasikan di pasar modal guna mendapatkan return yang optimal. Bahkan seorang investor dapat memilih akan menginvestasikan dananya dimana sesuai dengan risiko yang akan dihadapi dengan tingkat pengembalian (return) yang diharapkan.
13
14
2. Jenis Pasar Modal Pasar modal dapat dibagi ke dalam dua jenis yaitu pasar perdana dan pasar sekunder. Pasar perdana terjadi saat emiten pertama kali menjual sekuritasnya kepada investor. Pasar sekunder terjadi saat emiten yang kekurangan dana menawarkan sekuritasnya dan diperjualbelikan oleh atau antar investor yang ada di pasar modal (Jogiyanto, 2014:33). Pasar modal tidak hanya untuk mempertemukan pihak yang kelebihan dana maupun pihak yang kekurangan dana, pasar modal juga digunakan oleh pemerintah untuk menilai kinerja perekonomian suatu negara. Perekonomian suatu negara dikatakan baik jika nilai saham gabungan negara tersebut terus mengalami peningkatan dan semakin banyak investor asing yang melakukan investasi di negara tersebut. Menurut Samsul (2006:45) bentuk instrumen di pasar modal disebut efek, yaitu surat berharga yang berupa: Saham, Obligasi, Bukti right, Bukti Waran, Produk turunan atau derivative. Pasar modal memiliki kaitan dengan pasar efisien. Konsep pasar efisien mengindikasikan proses penyesuaian harga suatu sekuritas menuju keseimbangan yang baru. Teori pasar yang efisien tergantung pada asumsi bahwa semua pelaku pasar mengolah informasi secara rasional dan secara rata-rata informasi yang dimiliki semua pelaku pasar adalah benar. Pasar yang efisien juga memerlukan sekelompok pelaku yang dengan cepat akan meng-arbitrage bila kemungkinan arbitrage (keuntungan tanpa risiko) muncul. Terdapat dua daya tarik pasar modal yaitu:
15
a. Pasar modal ini diharapkan akan bisa menjadi alternatif penghimpunan dana selain sistem perbankan. Pasar modal memungkinkan perusahaan menerbitkan sekuritas yang berupa surat tanda hutang (obligasi) ataupun surat tanda kepemilikan (saham). Dengan demikian, perusahaan bisa menghindarkan diri dari kondisi debt to equity ratio yang terlalu tinggi sehingga justru membuat cost of capital of the firm tidak lagi minimal. b. Pasar modal memungkinkan para pemodal mempunyai berbagai pilihan investasi yang sesuai dengan preferensi risiko mereka. Dengan adanya pasar modal, para investor memungkinkan untuk melakukan diversifikasi investasi, membentuk portofolio yaitu gabungan dari berbagai investasi sesuai dengan risiko yang mereka bersedia tanggung dan tingkat keuntungan (return) yang diharapkan. Disamping itu investasi pada sekuritas mempunyai daya tarik pada likuiditasnya. Sehubungan dengan itu maka pasar modal memungkinkan terjadinya alokasi dana yang efisien. 3. Pasar Modal Indonesia Secara historis pasar modal telah hadir di Indonesia .sejak tahun 1912, namun pada beberapa periode pasar modal Indonesia mengalami kevakuman dan baru aktif kembali pada tahun 1977. Pada tahun 2007 setelah diadakannya RUPSLB ( Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa), Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) bergabung menjadi BEI (Bursa Efek Indonesia). BEI akan memperdagangkan seluruh produk investasi seperti Saham, Kontrak Opsi Saham (KOS), Exchange Traded Funds (ETF), Obligasi, Kontrak Futures baik Nikkei-225 Futures atau LQ-45 Futures. Setelah diadakan penggabungan
16
diharapkan nilai kapitalisasi pasar BEI mencapai 2 triliun dan diharapkan terus berkembang sesudahnya. 4. Indeks Pasar Modal Suatu indeks diperlukan sebagai sebuah indikator untuk mengamati pergerakan harga dari sekuritas-sekuritas (Jogiyanto, 2014:150). Saat ini BEI mempunyai beberapa indeks yaitu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks Liquid 45 (ILQ-45), Indeks IDX (Indonesia Stock Exchange) Sektoral, Indeks Jakarta Islamic Index (JII), Indeks Papan Utama dan Indeks Papan Pengembangan, Indeks Kompas 100, Indeks BISNIS-27, Indeks PEFINDO25, Indeks SRI-KEHATI, Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI), Indeks IDX 30, Infobank 15, SMintra 18 dan MNC36. a. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI meliputi pergerakan harga untuk saham biasa dan preferen. IHSG mulai diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983 dengan menggunakan landasan dasar tanggal 10 Agustus 1982 dan menggunakan nilai 100 sebagai indeks dasar. IHSG selalu disesuaikan untuk kejadian seperti Initial Public Offering (IPO), right issues, partial/company listing, konversi dari warrant dan convertible bond dan delisting (mengundurkan diri dari pencatatan di BEI misalnya karena kebangkrutan). Kejadian-kejadian seperti pemecahan lembar saham (stock splits) dividen berupa saham (stock dividends), bonus issue, nilai dasar dari IHSG tidak berubah karena peristiwaperistiwa tersebut tidak merubah nilai pasar total.
17
b. Indeks Liquid-45 (ILQ-45) Pasar modal di Indonesia masih tergolong pasar modal yang transaksinya tipis yaitu pasar modal yang sebagian besar sekuritasnya kurang aktif diperdagangkan. IHSG yang mencakup semua saham yang tercatat dianggap kurang tepat sebagai indikator kegiatan pasar modal. Tanggal 24 Februari 1997 diperkenalkan alternatif indeks yang lain yaitu Indeks Liquid-45 (ILQ-45). Indeks LQ-45 dimulai tanggal 13 Juli 1994 dan dengan indeks dengan nilai awal 100. Indeks ini dibentuk hanya darj 45 saham-saham yang paling aktif diperdagankan. ILQ-45 diperbarui setiap 6 bulan sekali yaitu pada awal bulan Februari dan awal bulan Agustus. Pertimbangan yang mendasari pemilihan saham adalah likuiditas dan kapitalisasi pasar dengan kriteria sebagai berikut: 1) Selama 12 bulan terakhir rata-rata transaksi sahamnya masuk dalam urutan 60 terbesar di pasar regular. 2) Selama 12 bulan terakhir rata-rata nilai kapitalisasi pasarnya masuk dalam urutan 60 terbesar di pasar regular. 3) Telah tercatat di BEI paling tidak selama 3 bulan. c. Indeks IDX Sektoral Indeks-indeks ini adalah bagian dari IHSG yang diklasifikasikan ke dalam sembilan sektor industri menurut JASICA (Jakarta Stock Exchange Industrial Classification). Indeks ini dikenalkan pada tanggal 2 Januari 1996 dengan tanggal basis 28 Desember 1995. Nilai basis untuk masing-masing sektor adalah 100. Indeks ini dikaji setiap tahunnya pada awal bulan Juli. Kesembilan sektor indeks ini adalah sektor pertanian; sektor pertambangan; sektor industri dasar dan kimia;
18
sektor aneka industri; sektor industri barang konsumen; sektor properti, real estate dan kostruksi bangunan; sektor infrastruktur, utiliti dan transportasi; sektor keuangan dan sektor perdagangan, jasa dan investasi 2. 1. 2 Investasi Dengan berkembangnya pasar modal maka alternatif investasi bagi para pemodal saat ini tidak lagi terbatas pada aktiva riil dan simpanan pada sistem perbankan melainkan dapat menanamkan dananya di pasar modal baik dalam bentuk saham, obligasi maupun sekuritas aktiva finansial lainnya. Berinvestasi di pasar modal tidak saja memerlukan pemikiran yang lebih rumit dan informasi yang lebih kompleks, namun juga menghadapi risiko yang relatif besar bila dibanding dengan bentuk-bentuk simpanan pada sistem perbankan karena return yang diharapkan apad investasi saham relatif lebih besar dibandig tingkat bunga simpanan pada perbankan. 1. Pengertian Investasi Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa depan. Investor membeli sejumlah saham saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun sejumlah deviden di masa depan, sebagai imbalan atas waktu dan risiko yang terkait dengan investasi tersebut (Tandelilin, 2010:3). Menurut Jogiyanto (2014:5) investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu. Dewasa ini banyak negara-negara yang melakukan kebijaksanaan yang
19
bertujuan untuk meningkatkan investasi baik domestik atau asing. Hal ini dilakukan oleh pemerintah sebab kegiatan investasi akan mendorong pula kegiatan ekonomi suatu negara, penyerapan tenaga kerja, peningkatan output yang dihasilkan, penghematan dan atau penambahan devisa. 2. Proses Investasi Menurut Tandelilin (2010:9) hal mendasar dalam proses keputsan investasi adalah pemahaman hubungan antara return harapan dan risiko suatu investasi. Hubungan risiko dan return yang diharapkan dari suatu investasi merupakan hubungan yang searah dan linier. Artinya semakin besar risiko yang harus ditanggung, semakin besar pula return yang diharapkan. Investor tidak hanya memperhatikan return yang tinggi tetapi juga harus mempertimbangkan risiko yang harus ditanggung. Proses keputusan investasi, meliputi: a. Penentuan Tujuan Investasi Investor harus menentukan tujuan investasi yang akan dilakukan. Tiap investor memiliki tujuan yang berbeda-beda. b. Penentuan Kebijakan Investasi Tahap ini merupakan tahap penentuan kebijakan untuk memenuhi tujuan investasi yang telah ditetapkan. c. Pemilihan Strategi Portofolio Strategi portofolio yang dipilih harus konsisten dengan dua tahap sebelumnya. Terdapat strategi portofolio yang dapat dipilih, yaitu strategi portofolio aktif dan strategi portofolio aktif.
20
d. Pemilihan Aset Tahap ini membutuhkan pengevaluasian setiap sekuritas yang dimasukkan dalam portofolio. Tujuan dari tahap ini adalah mencari kombinasi portofolio yang efisien, yaitu portofolio yang menawarkan return yang diharapkan tinggi dengan tingkat risiko rendah. e. Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Portofolio Dalam tahap ini investor melakukan evaluasi kinerja terhadap portofolionya, baik dalam aspek tingkat pengembalian (return) maupun risiko yang ditanggung. 3. Tipe Investor Investasi kedalam aktiva dapat berupa investasi langsung, yaitu dengan membeli langsung aktiva keuangan dari suatu perusahaan. Investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli surat-surat berharga dari perusahaan investasi, yaitu perusahaan yang menyediakan jasa financial dengan cara menjual sahamnya ke publik dan menggunakan dana yang diperoleh untuk diinvestasikan ke dalam portofolionya. Dalam kaitan ini dapat dibedakan tiga tipe investor yaitu: (Halim, 2005:5) a. Investor yang menyukai risiko (risk seeker) yaitu investor yang apabila dihadapkan
pada
suatu
pilihan
investasi
yang
memberikan
tingkat
pengembalian yang sama dengan risiko yang berbeda, maka dia akan lebih suka mengambil investasi dengan risiko yang lebih tinggi. Investor ini bersifat agresif karena tahu bahwa hubungan tingkat pengembalian dan risiko adalah positif.
21
b. Investor yang netral terhadap risiko (risk neutral) yaitu investor akan meminta kenaikan pengembalian yang sama untuk setiap kenaikan risiko. Investor ini bersifat fleksibel dan berhati-hati dalam pengambilan keputusan investasi. c. Investor yang tidak menyukai risiko (risk averter) yaitu investor yang bila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang sama dengan risiko yang berbeda, maka dia akan memilih investasi dengan risiko yang lebih rendah, cenderung mempertimbangkan keputusan investasinya secara matang dan terencana. 2.1.3 Saham Saham adalah surat bukti atau kepemilikan bagian modal suatu perusahaan. Saham merupakan salah satu sumber dana yang diperoleh perusahaan yang berasal dari pemilik modal dengan konsekuensi perusahan harus membayarkan deviden kepada para pemegang saham. Menurut Husnan (2010) saham menunjukkan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau badan usaha dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak pemberi dana memiliki klaim (hak tagih) atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam rapat umum pemegang saham. Terdapat dua jenis saham berdasarkan hak tagih atau kemampuan klaim yaitu:
22
1. Saham Biasa (Common Stock) Saham jenis ini yang paling sering digunakan dan popular di pasar modal karena pemilik saham jenis ini akan menerima dividen jika perusahaan memperoleh keuntungan/laba dan tidak memperoleh dividen ketika perusahaan dalam kondisi buruk serta pemilik saham jenis ini memiliki hak suara pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Apabila suatu saat perusahaan dilikuidasi/bangkrut maka para pemegang saham ini akan menerima hak atas sisa dari aset perusahaan atau setelah melunasi hutang pada pihak lain. 2. Saham Preferen (Preffered Stock) Pemegang saham jenis ini akan memperoleh hak istimewa dan pasti dalam pembayaran dividen dibandingkan dengan jenis saham biasa. Jika suatu saat perusahaan dilikuidasi/bangkrut maka para pemegang saham jenis ini akan mendapatkan ha katas sisa aset perusahaan terlebih dahulu sebelum pemegang saham biasa dan besarnya dividen yang diterima telah ditetapkan terlebih dahulu. 2.1.4 Return Saham Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi, return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspetasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa depan, return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Salah satu pengukuran return realisasi adalah return total. Return total adalah return keseluruhan dari suatu invesati dalam suatu periode tertentu. Return total terdiri dari capital gain (loss) dan yield (presentasi dividen terhadap harga saham periode sebelumnya) (Jogiyanto, 2014:107).
23
Perhitungan return saham (total return) terdiri dari capital gain (loss) dan yield (Jogiyanto, 2014:110). Capital gain (loss) merupakan selisih antara nilai pembelian saham dengan nilai penjualan saham. Pendapatan yang berasal dari capital gain disebabkan harga jual saham lebih besar dari harga belinya. Sebaliknya jika harga jual saham lebih kecil dari harga beli disebut capital loss. Sedangkan yield (dividen) merupakan pembagian laba bersih badan usaha kepada pemegang saham yang diputuskan melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Return dapat dihitung menggunakan rumus: Rit=
Pit-Pi(t-1) Pi(t-1)
Dimana: Rit
= Return saham pada periode ke-t
Pit
= Harga saham periode pengamatan
Pi(t-1) = Harga saham periode sebelum pengamatan 2.1.5 Risiko Sistematik (RIS) Risiko adalah kemungkinan yang dapat diukur dari diperoleh tidaknya suatu nilai. Investasi saham merupakan investasi yang berisiko. Risiko tersebut timbul dari ketidakpastian ekonomi yang menyebabkan tingkat pengembalian aktual yang diperoleh tidak sesuai dengan yang diharapkan. Menurut Tandelilin (2010) hubungan antara risiko dan return yang diharapkan merupakan hubungan yang bersifat searah dan linier yang berarti semakin besar risiko suatu aset, maka semakin besar pula return yang diharapkan aset tersebut. Sebaliknya, semakin kecil risiko maka return yang diharapkan investor juga semakin kecil.
24
Menurut Jogiyanto (2014) risiko dibedakan menjadi risiko tidak sistematik dan risiko sistematik. Risiko tidak sistematik (unsystematic risk) merupakan risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena risiko ini ada dalam satu perusahaan atau industri tertentu. Risiko ini merupakan risiko yang unik bagi perusahaan seperti pemogokan kerja, tuntutan hukum atau bencana alam. Risiko sistematik (systematic risk) merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor-faktor makro yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan. Risiko yang termasuk risiko sistematik antara lain: Risiko pasar, Risiko suku bunga dan Risiko daya beli. Risiko sistematik sebagai bagian dari perubahan aktiva yang dapat dihubungkan dengan faktor umum yang juga disebut sebagai risiko pasar atau risiko yang tidak dapat dibagi. Besarnya risiko sistematik dapat diukur dengan indeks risiko sistematik yang sering disebut Beta saham. 2.1.6 Beta Saham Beta saham merupakan ukuran risiko suatu saham yang menunjukkan kepekaan suatu return saham terhadap return pasar. Beta juga berfungsi sebagai pengukur volatilitas return saham, atau portofolio terhadap return pasar. Volatilitas merupakan fluktuasi return suatu saham atau portofolio dalam suatu periode tertentu, jika secara statistik fluktuasi tersebut mengikuti fluktuasi dari return-return pasar, maka dikatakan Beta dari sekuritas tersebut bernilai satu (Jogiyanto, 2014).
25
Menurut Husnan (2010) penilain terhadap Beta sendiri dapat dikategorikan ke dalam tiga kondisi, yaitu: a.
Apabila Beta = 1, berarti tingkat keuntungan saham i (saham perusahaan properti) berubah secara proporsional dengan tingkat keuntungan pasar. Ini menandakan bahwa risiko sistematik saham i sama dengan risiko sistematik pasar.
b.
Apabila Beta > 1, berarti tingkat keuntungan saham i meningkat lebih besar dibandingkan dengan tingkat keuntungan keseluruhan saham di pasar. Ini menandakan bahwa risiko sistematik saham i lebih besar dibandingkan dengan risiko sistematik pasar, saham jenis ini sering disebut sebagai saham agresif.
c.
Apabila Beta < 1, berarti tingkat keuntungan saham i meningkat lebih kecil dibandingkan dengan tingkat keuntungan keseluruhan saham di pasar. Ini menandakan bahwa risiko sistematik saham i lebih kecil dibandingkan dengan risiko sistematik pasar, saham jenis ini sering disebut sebagai saham defensif. Dengan mengetahui Beta suatu sekuritas dapat digunakan untuk
menganalisa sekuritas tersebut. Beta suatu sekuritas menunjukkan risiko sistematiknya yang tidak dapat dapat dihilangkan dengan diversifikasi. Mengetahui Beta masing-masing sekuritas juga berguna untuk pertimbangan memasukkan sekuritas tersebut ke dalam portofolio yang akan dibentuk. Risiko sistematik sebagai bagian dari risiko pasar sangat bergantung pada investor dalam mendefinisikan kondisi pasar dan ini berpengaruh dalam
26
perubahan harga saham yang berkaitan juga dengan perubahan dalam pengharapan investor terhadap prospek perusahaan. Untuk mengetahui kondisi pasar dipergunakan indeks pasar sebagai indikator keadaan pasar modal di Indonesia. Perhitungan Beta menggunakan teknik regresi yaitu mengestimasi Beta sekuritas dengan menggunakan return-return sekuritas sebagai variabel terikat dan return-return pasar sebagai variabel bebas. Penelitian ini Beta akan dihitung menggunakan model indeks tunggal dengan persamaan sebagai berikut (Tandelilin, 2010):
π
ππ‘ = πΌπ + π½π π
ππ‘ + πππ‘ Dimana: Rit
= Return Saham pada perusahaan ke-i pada periode ke-t
RMt
= Return indeks pasar pada periode ke-t
Ξ±i
= Intersep dari regresi untuk masing-masing perusahaan ke-i
Ξ²i
= Beta untuk masing-masing perusahaan ke-i
ei
= Kesalahan residu untuk setiap persamaan regresi tiap-tiap perusahaan ke-i pada periode ke-t
2.1.7 Laporan Keuangan Investor harus dapat menganalisa laporan keuangan perusahaan dengan baik dalam proses pengambilan keputusan dengan tujuan memperoleh return yang tinggi. Penggunaan laporan keuangan tersebut akan memberikan informasi kepada investor tentang kinerja keuangan suatu perusahaan dan dapat digunakan sebagai
27
bahan pertimbangan untuk memilih saham-saham perusahaan yang mampu memberikan tingkat pengembalian yang tinggi. 1. Pengertian Laporan Keuangan Menurut Munawir (2014:5) laporan keuangan adalah laporan keuangan itu sendiri terdiri dari neraca dan perhitungan rugi laba seta laporan perubahan modal, dimana neraca menunjukkan atau menggambarkan jumlah aktiva, hutang dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan perhitungan (laporan) rugi laba memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang terjadi selama periode tertentu, dan laporan perubahan modal menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal perusahaan. Pada sisi manajemen keuangan, kinerja keuangan dapat tercermin dari kinerja keuangannya. Kinerja keuangan yang baik dari sebuah perusahaan merupakan pertimbangan utama bagi investor. Kinerja keuangan suatu perusahaan yang semakin baik maka diharapkan harga saham meningkat dan akan memberikan tingkat return saham. Bagi para investor, kebutuhan akan informasi tentang kondisi keuangan perusahaan sangatlah penting untuk pengambilan keputusan investasi. Penilaian kinerja keuangan didasarkan pada data keuangan historis yang tujuan utamanya adalah memberi suatu indikasi kinerja perusahaan pada masa yang akan datang. Menurut Kasmir (2012:7) laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Maksud laporan keuangan yang menunjukkan kondisi perusahaan saat ini
28
adalah merupakan kondisi terkini. Kondisi perusahaan terkini adalah keuangan perusahaan pada tanggal tertentu (untuk neraca) dan periode tertentu (untuk laporan laba rugi). 2. Jenis Laporan Keuangan Menurut Kasmir (2012:28) secara umum laporan keuangan dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu: a.
Neraca Neraca (balance sheet) adalah laporan yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada periode tertentu. Maksud dari posisi keuangan adalah posisi jumlah dan jenis aktiva (harta) dan pasiva (kewajiban dan ekuitas) suatu perusahaan. Penyusunan komponen di dalam neraca didasarkan pada tingkat likuiditas dan jatuh tempo artinya penyusunan komponen necara harus didasarkan likuiditasnya atau komponen yang paling mudah dicairkan. Sementara itu, berdasarkan jatuh tempo, yang menjadi pertimbangan adalah jangka waktu, terutama pada sisi pasiva.
b.
Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi (income statement) merupakan laporan keuangan yang menggambarkan hasil usaha perusahaan dalam suatu periode tertentu. Dalam laporan laba rugi ini tergambar jumlah pendapatan dan sumber-sumber pendapatan yang diperoleh. Kemudian juga tergambar jumlah biaya dan jenis-jenis biaya yang dikeluarkan selama periode tertentu. Dari jumlah pendapatan dan jumlah biaya ini terdapat selisih yang disebut laba atau rugi.
29
c.
Laporan Perubahan Modal Laporan perubahan modal merupakan laporan yang berisi jumlah dan jenis modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini. Laporan ini juga menjelaskan perubahan modal dan sebab-sebab terjadinya perubahan modal di dalam perusahaan. Laporan perubahan modal jarang dibuat bila tidak terjadi perubahan modal.
d.
Laporan Arus Kas Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan, baik yang berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap kas. Laporan arus kas disusun berdasarkan konsep kas selama periode laporan. Laporan kas terdiri dari arus kas masuk (cash in) dan arus kas keluar (cash out) selama periode tertentu. Kas masuk yang terdiri dari uang yang masuk ke dalam perusahaan, seperti hasil penjualan atau penerimaan lainnya, sedangkan kas keluar merupakan sejumlah pengeluaran dan jenis-jenis pengeluarannya, seperti pembayaran biaya operasional perusahaan.
e.
Laporan Catatan Atas Laporan Keuangan Laporan catatan atas laporan keuangan merupakan laporan yang memberikan informasi apabila terdapat laporan keuangan yang memerlukan penjelasan tertentu. Artinya bila ada komponen atau nilai dalam laporan keuangan yang perlu diberi penjelasan terlebih dahulu sehingga jelas. Hal ini perlu dilakukan agar pihak-pihak yang berkepentingan tidan salah dalam menafsirkannya.
30
2.1.8 Teori Persignalan (Signaling Theory) Menurut Pramestuti (2007) Prinsip signaling ini mengajarkan bahwa setiap tindakan mengandung informasi. Hal ini disebabkan karena adanya asymmetric information. Tingkat asymmetric information ini bervariasi dari sangat tinggi ke sangat rendah. Asymmetric information adalah kondisi dimana suatu pihak memiliki informasi yang lebih banyak daripada pihak lain, misalnya pihak manajemen perusahaan memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan pihak investor di pasar modal. Salah satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat menjadi signal bagi pihak di luar perusahaan terutama bagi pihak investor adalah laporan tahunan. Laporan tahunan hendaknya memuat informasi yang relevan dan mengungkapkan informasi yang dianggap penting untuk diketahui oleh pengguna laporan baik pihak dalam maupun pihak luar. Teori signaling menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik akan dengan sengaja memberikan sinyal kepada pasar, diharapkan pasar dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk. Hubungan signaling theory dengan rasio keuangan adalah sinyal informasi dari suatu perusahaan dapat ditunjukkan dengan menganalisis laporan keuangan dimana rasio keuangan tersebut dapat menjelaskan informasi tentang perusahaan. Semua investor memerlukan informasi untuk mengevaluasi risiko relatif setiap perusahaan sehingga dapat melakukan diversifikasi portofolio dan kombinasi investasi dengan preferensi risiko yang diinginkan. Perusahaan harus melakukan pengungkapan laporan keuangan secara terbuka dan transparan jika ingin sahamnya dibeli oleh investor.
31
2.1.9 Analisis Fundamental Analisis fundamental adalah analisis untuk menghitung nilai intrinsik saham dengan menggunakan data keuangan perusahaan. Hasil estimasi nilai intrinsik kemudian dibandingkan dengan harga pasar sekarang. Analisis fundamental umumnya dilakukan dengan tahapan melakukan analisis ekonomi terlebih dahulu diikuti dengan analisis industri dan analisis perusahaan yang menerbitkan saham tersebut (Jogiyanto, 2014:337). Analisis fundamental berlandaskan kepercayaan bahwa nilai saham dipengaruhi oleh kinerja keuangan perusahaan yang menerbitkannya (Husnan, 2010:92). Analisis fundamental memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang dan menerapkan hubungan variabelvariabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Penggunaan pendekatan fundamental didasarkan atas pemikiran bahwa kondisi perusahaan tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor internal perusahaan tetapi faktor-faktor eksternal yaitu kondisi ekonomi/pasar dan industri juga ikut mempengaruhi kondisi perusahaan. Penelitian ini hanya akan menggunakan lima faktor fundamental yaitu: 1. Debt to Equity Ratio (DER) Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio yang menggambarkan perbandingan hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Rasio DER merupakan salah satu ukuran yang paling mendasar
32
dalam keuangan perusahaan yang merupakan pengujian terbaik bagi kekuatan keuangan perusahaan. Rasio DER bertujuan untuk mengukur tingkat leverage (penggunaan hutang perusahaan terhadap seluruh ekuitas yang dimiliki perusahaan). Semakin tinggi rasio tersebut semakin banyak uang kreditur yang digunakan dalam usaha menghasilkan laba, maka semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya. Bagi seorang investor sangat penting memperhatikan rasio DER suatu perusahaan, karena bila perusahaan memiliki nilai rasio yang tinggi berarti perusahaan tersebut mempunyai hutang yang besar jika dibandingkan dengan modal yang dimilikinya. DER dihitung menggunakan rumus: DER=
Total Hutang Total Ekuitas
2. Return On Equity (ROE) Return On Equity (ROE) adalah rasio yang menggambarkan sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan modal saham tertentu yang bisa diperoleh pemegang saham. Rasio ROE adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan berapa persen perolehan laba bersih bila diukur dari modal pemilik (Harahap, 2007:305). Rasio ROE merupakan ukuran profitabilitas yang sangat menarik bagi pemegang saham maupun calon pemegang saham. Rasio yang tinggi menunjukkan kemampuan modal sendiri yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan laba yang baik. ROE dihitung menggunakan rumus :
33
ROE=
Laba Bersih Total Ekuitas
3. Earning Per Share (EPS) Earning Per Share (EPS) adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham dari setiap lembar yang dimiliki (Fahmi dan Hadi, 2011:138). EPS merupakan proksi bagi laba per saham perusahaan yang dapat memberikan gambaran kepada investor mengenai bagian keuntungan yang dapat diperoleh dalam suatu periode tertentu dengan memiliki suatu saham. Kemampuan sebuah perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dalam per lembar saham merupakan indikator fundamental keuangan perusahaan yang nantinya menjadi acuan para investor dalam memilih saham. Menurut Darmadji (2001:139) Rasio EPS adalah perbandingan antara keuntungan bersih setelah pajak yang diperoleh perusahaan dengan jumlah saham yang beredar. Semakin tinggi nilai EPS maka semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham. Nilai EPS cenderung memiliki hubungan positif dengan harga saham sehingga apabila nilai EPS naik maka harga saham akan naik dan diikuti kenaikan return saham. Earning per share (EPS) dihitung menggunakan rumus EPS=
Laba bersih Jumlah lembar saham beredar
4. Price Earning Ratio (PER) Price Earning Ratio (PER) adalah perbandingan antara harga pasar per lembar saham dengan laba per lembar saham. Bagi para investor, nilai PER yang tinggi maka pertumbuhan laba yang diharapkan juga akan mengalami kenaikan.
34
Rasio PER juga digunakan untuk melihat bagaimana pasar menghargai kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh EPS nya. Nilai PER perusahaan yang tinggi juga menggambarkan peluang tingkat pertumbuhan yang tinggi pula, dan hal ini menunjukkan bahwa pasar mengharapkan pertumbuhan laba di masa depan. Sebaliknya perusahaan dengan PER yang rendah maka tingkat pertumbuhan nya cenderung rendah pula (Munawir, 2014). Semakin baik kinerja per lembar saham akan mempengaruhi banyak investor untuk membeli saham tersebut. PER dihitung menggunakan rumus: PER=
Harga saham per lembar Laba bersih
5. Price to Book Value (PBV) Price to Book Value (PBV) adalah rasio yang menunjukkan seberapa kali seorang investor bersedia membayar sebuah saham untuk setiap nilai buku per saham nya. Nilai PBV yang tinggi akan dinilai tinggi pula oleh investor berdasarkan pada peningkatan rasio PBV berarti upaya peningkatan nilai perusahaan. Rasio ini digunakan investor untuk mengetahui berapa kali market value dihargai dari book valuenya. Rasio PBV memberikan potensi pergerakan harga suatu saham sehingga dari gambaran tersebut, secara tidak langsung rasio PBV memberikan pengaruh terhadap harga saham dan juga pada return saham. PBR dihitung menggunakan rumus: PBV=
harga pasar saham nilai buku per saham
35
2.1.10 Pengaruh Risiko Sistematik (RIS) terhadap Return Saham (RS) Risiko Sistematik (RIS) merupakan suatu pengukur volatilitas return suatu sekuritas atau return portofolio terhadap return pasar. Dengan demikian beta merupakan pengukur risiko sistematik (systematic risk) dari suatu portofolio terhadap risiko pasar. Volatilitas dapat didefinisikan sebagai fluktuasi dari return-return suatu portofolio dalam suatu periode tertentu. Jika fluktuasi return-return sekuritas atau portofolio secara statistik mengikuti fluktuasi dari return-return pasar, maka RIS dari sekuritas atau portofolio tersebut dikatakan bernilai 1. RIS bernilai 1 menunjukkan bahwa risiko sistematik suatu sekuritas atau portofolio sama dengan risiko pasar. RIS saham berbanding lurus dengan return saham, sehingga apabila RIS saham yang merupakan alat ukur risiko sistematik mengalami kenaikan maka return saham juga akan mengalami kenaikan (Husnan, 2010:174). 2.1.11 Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return Saham (RS) Menurut Kasmir (2012:158) semakin besar Debt to Equity Ratio (DER) maka risiko gagal bayar yang dihadapi oleh perusahaan akan semakin besar. Semakin tinggi nya nilai DER perusahaan juga harus membayar bunga yang tinggi. Hal tersebut dapat mengakibatkan penurunan pembayaran dividen. Investor melihat hal tersebut sebagai informasi yang buruk sehingga permintaan terhadap saham perusahaan akan mengalami penurunan yang berakibat pada penurunan return saham. Sehingga dalam hal ini terjadi hubungan yang berlawanan arah dan signifikan DER terhadap return saham. Namun demikian, beberapa investor memandang bahwa perusahaan yang tumbuh pasti akan
36
memerlukan hutang sebagai dana tambahan untuk memenuhi pendanaan pada perusahaan. 2.1.12 Pengaruh Return On Equity (ROE) terhadap Return Saham (RS) Menurut Kasmir (2012:204) rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi nilai return on equity (ROE) suatu perusahaan menunjukkan semakin tumbuh dan semakin baik, begitupun sebaliknya bila nilai ROE suatu perusahaan rendah menunjukkan penurunan suatu perusahaan. Pendapatan bersih dan modal saham yang dimiliki perusahaan mengakibatkan fluktuasi harga suatu saham. Profitabilitas digunakan untuk mengukur tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan (Bringham, 2006). Semakin tinggi profitabilitas menunjukkan semakin efisien perusahaan menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan laba bagi perusahaan. ROE merupakan tolak ukur bagi investor yang ingin mengetahui tingkat profitabilitas modal saham dan keuntungan yang telah mereka investasikan dalam bentuk laba yang ditanam. Apabila saham suatu perusahaan yang diperdagangkan di bursa saham dapat dilihat tinggi dan rendahnya nilai ROE perusahaan akan mempengaruhi tingkat permintaan saham dan harga jual saham tersebut. 2.1.13 Perngaruh Earning Per Share (EPS) terhadap Return Saham (RS) Earning Per Share (EPS) dengan nilai yang rendah berarti manajemen belum berhasil untuk memuaskan para pemegang saham, sebaliknya dengan nilai EPS yang tinggi, kesejahteraan para pemegang saham akan meningkat. Dengan
37
pengertian lain, pengembalian yang didapat oleh pemegang saham meningkat. Semakin tinggi nilai dari EPS mengidentifikasikan bahwa perusahaan telah mampu mesejahterakan para pemegang sahamnya dan apabila EPS rendah maka perusahaan belum bisa memberikan keuntungan yang maksimal bagi pemegang saham (Kasmir, 2012:207). Nilai EPS yang semakin besar akan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih setelah pajak mengalami peningkatan., dengan meningkatnya laba bersih setalah pajak yang dihasilkan tersebut maka total return yang akan diterima oleh para pemegang saham juga akan semakin meningkat. 2.1.14 Pengaruh Price Earning Ratio (PER) terhadap Return Saham (RS) Price earning ratio (PER) yang semakin tinggi menggambarkan pertumbuhan laba yang diharapkan juga akan mengalami peningkatan. PER adalah perbandingan antara harga pasar per lembar saham (market price per share) dengan laba per lembar saham (EPS) (Kasmir, 2012:207). PER juga merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan. Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung memiliki nilai PER yang tinggi pula dan hal ini menunjukkan bahwa pasar mengharapkan pertumbuhan laba di masa depan. Sebaliknya, perusahaan dengan nilai PER yang rendah cenderung memiliki peluang tingkat pertumbuhan yang rendah pula. 2.1.15 Pengaruh Price to Book Value (PBV) terhadap Return Saham (RS) Menurut Jogiyanto (2014:89) Price to Book Value (PBV) merupakan rasio perbandingan antara nilai buku per saham dengan harga pasar saham. PBV dihitung dengan membagi nilai buku (book value) dengan harga penutupan saham
38
(closing price). Portofolio saham dengan nilai PBV yang tinggi maka akan memperoleh return yang lebih baik dibandingkan dengan saham yang memiliki PBV rendah. Posisi modal (shareholder equity) yang tinggi di dalam perusahaan yang bernilai tinggi, karena pasar dapat menyerap saham perusahaan tersebut dalam jumlah yang relatif tinggi dibandingkan saham yang lain. Penilaian pasar yang tinggi atas perusahaan dengan nilai PBV yang tinggi menyebabkan harga saham meningkat sehingga return saham akan meningkat pula. 2.1.16 Penelitian Terdahulu Sebagai acuan dalam penelitian ini dikemukakan hasil-hasil penelitian yang dilakukan pada waktu sebelumnya yaitu: 1. Penelitian yang dilakukan Dyatri Utami et al. (2012) dengan judul Analisis Pengaruh Faktor Fundamental dan Risiko Sistematis Terhadap Return Saham. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Risiko Sistematik, Current Ratio (CR), Firm Size, Debt to Equity Ratio (DER), Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER) dan Price to Book Value (PBV). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Risiko Sistematik dan Earning Per Share (EPS) berpengaruh signifikan terhadap Return Saham. Variabel Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Return On Equity (ROE), Price Earning Ratio (PER) dan Firm Size tidak berpengaruh signifikan terhadap Return Saham. 2. Penelitian yang dilakukan Dwi Budi et al. (2012) dengan judul Pengaruh Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik Terhadap Return Saham Syariah. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Risiko Sistematik, Debt to
39
Equity Ratio (DER), Earning Per Share (EPS) dan Return On Equity (ROE). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Risiko Sistematik, Debt to Equity Ratio (DER), Earning Per Share (EPS) dan Return On Equity (ROE) tidak berpengaruh signifikan terhadap Return Saham. 3. Penelitian yang dilakukan Imron Joko dan Triyonowati (2013) dengan judul Pengaruh Risiko Sistematik dan Faktor Fundamental Terhadap Return Saham Perusahaan Otomotif di BEI. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Beta, Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio (PER). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Risiko Sistematik dan PER tidak berpengaruh signifikan terhadap Return Saham. Variabel lain yaitu EPS berpengaruh signifikan terhadap Return Saham. 4. Penelitian yang dilakukan Kurnia Lestari et al. (2016) dengan judul Analisis Likuiditas, Leverage, Profitabilitas, Aktivitas, Firm Size dan Penilaian Pasar Terhadap Return Saham. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Return On Equity (ROE), Inventory Turn Over (ITO), Firm Size, Price to Book Value (PBV) dan Price Earning Ratio (PER). Hasil dari penelitian ini adalah variabel Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Return On Equity (ROE), Inventory Turn Over (ITO), Price to Book Value (PBV) dan Price Earning Ratio (PER) tidak berpengaruh terhadap Return Saham. Variabel Firm Size berpengaruh terhadap Return Saham. 5. Penelitian yang dilakukan Ni Wayan Sri Karlina dan AAGP Widanaputra (2016) dengan judul Pengaruh Dividend Per Share, Return On Equity dan Price to
40
Book Value terhadap Return Saham. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Dividend Per Share (DPS), Return On Equity (ROE), Price to Book Value (PBV). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Dividend Per Share (DPS), Return On Equity (ROE) dan Price to Book Value (PBV) berpengaruh terhadap Return Saham. 6. Penelitian yang dilakukan Azwar Habib (2016) dengan judul Pengaruh Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik Terhadap Return Saham. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Risiko Sistematik, Return On Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER) dan Current Ratio (CR). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Risiko Sistematik, Return On Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER) dan Current Ratio (CR) berpengaruh terhadap Return Saham. Pada tabel berikut ini dapat dilihat ringkasan hasil penelitian terdahulu sebagai berikut:
41
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Nama, Tahun dan Judul Penelitian Azwar Habib. 2016. Pengaruh Faktor Fundamental Dan Risiko Sistematis terhadap Return Saham. Ni Wayan Sri Karlina dan AAGP Widanaputra. 2016. Pengaruh Dividend Per Share, Return On Equity dan Price to Book Value terhadap Return Saham.
Obyek Penelitian Perusahaan Properti yang terdaftar di BEI
Variabel Penelitian ROE, DER, CR, Beta dan Return Saham
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI
DPS, ROE, PBV dan Return Saham
DPS, ROE, PBV berpengaruh positif terhadap Return Saham
3
Kurnia Lestari, Rita Andini, Akbar Oemar. 2016. Analisis Likuiditas, Leverage, Profitabilitas, Aktivitas, ukuran perusahaan dan penilaian pasar terhadap Return Saham
Perusahaan Properti yang terdaftar di BEI
Likuiditas, Leverage, Profitabilitas, Aktivitas, Firm Size dan Nilai Pasar
4
Imron Joko dan Triyonowati. 2013. Pegaruh Risiko Sistematik dan Faktor Fundamental terhadap Return Saham Perusahaan Otomotif Dwi Budi, M.Nuryatno. 2012. Pengaruh Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik terhadap Return Saham Syariah Dyatri Utami, Made Sudarma, Grahita C. 2012. Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Perusahaan dan Risiko Sistematik terhadap Retrun Saham.
Perusahaan Otomotif yang terdaftar di BEI
Beta, EPS, PER dan Return Saham
Rasio Likuiditas, Leverage, Profitabilitas, Aktivitas dan penilaian pasar tidak berpengaruh terhadap Return Saham. Ukuran Perusahaan berpegaruh terhadap Return Saham. Risiko Sistematik dan PER tidak berpengaruh signifikan, sedangkan EPS berpengaruh signifikan terhadap Return Saham
Perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI
Beta, DER, EPS, ROE dan Return Saham
No 1
2
5
6
Sumber : Diolah Peneliti (2017)
Beta, CR, DER, ROE, PER, EPS, Firm Size dan Return Saham
Hasil Penelitian ROE. DER, CR dan Beta memiliki pengaruh terhadap Return Saham
Risiko Sistematik dan Faktor Fundamental berpengaruh tidak signifikan tehadap Return Saham.. EPS dan Beta berpengaruh signifikan terhadap Return Saham. CR, DER, ROE, PER dan Firm Size tidak berpengaruh terhadap Return Saham.
42
2.2 Rerangka Pemikiran Berdasarkan tinjauan teoritis yang diuraikan diatas, pada penelitian ini diduga ada beberapa faktor yang mempengaruhi return saham perusahaan properti di BEI, diantaranya adalah Risiko Sistematik (RIS) dan faktor fundamental perusahaan yang meliputi DER, ROE, EPS, PER dan PBV. Rerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Investasi di pasar modal
Perusahaan Properti
Laporan Keuangan
Analisis Kinerja Saham
Faktor Fundamental
Risiko Sistematis
DER
ROE
Return Saham
Analisis Regresi Linear Berganda
Kesimpulan
Gambar 2.1 Rerangka Pemikiran
EPS
PER
PBV
43
2.2.1 Rerangka Konseptual Rerangka konseptual adalah penjelasan secara teoritis model konseptual variabel-variabel penelitian tentang bagaimana hubungan antara teori-teori dengan variabel bebas dan variabel terikat yang akan diteliti. Rerangka konseptual dalam penelitian ini terdiri dari beberapa tahap. Tahap pertama adalah dikumpulkannya informasi-informasi dari berbagai penelitian terdahulu dan literatur yang berkaitan dengan topik yaitu mengenai risiko sistematik dan faktor fundamental yang berpengaruh terhadap return saham, lalu dilakukan studi kepustakaan serta mengumpulkan semua laporan tahunan perusahaan properti yang terdaftar di BEI. Tahap selanjutnya adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang akan dianalisis, kemudian dikembangkan hipotesis mengenai pengaruh setiap faktor yang telah diidentifikasi terhadap return saham. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan bantuan SPSS (Statistical Program for Social Science) dilakukan Uji Asumsi Klasik, Analisis Regresi Linier Berganda dan Analisis Koefisien Regresi. Setelah dilakukan pengujian hipotesis, maka diketahui hasil penelitian yang telah dilakukan dan dibandingkan dengan penelitian terdahulu serta memberi simpulan dan saran untuk penelitian selanjutnya. Rerangka konseptual pada penelitian ini ditentukan Risiko Sistematik (RIS) dan Faktor Fundamental yang diproksikan ke dalam DER, ROE, EPS, PER dan PBV terhadap Return Saham (RS).Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka model rerangka konseptual mengenai pengaruh Risiko Sistematik dan Faktor Fundamental terhadap Return Saham adalah sebagai berikut:
44
Risiko Sistematik (RIS)
H1
Debt to Equity Ratio (DER)
H2
Return On Equity (ROE)
H3
Earning Per Share (EPS)
Return Saham H4
Price Earning Ratio (PER)
H5
Price to Book Value (PBV)
H6
(RS)
Gambar 2.2 Rerangka Konseptual Sumber: Diolah Peneliti (2017) 2.3 Perumusan Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : H1 : Risiko Sistematik berpengaruh signifikan terhadap Return Saham. H2 : Debt to Equity Ratio berpengaruh signifikan terhadap Return Saham. H3 : Return On Equity berpengaruh signifikan terhadap Return Saham. H4 : Earning Per Share berpengaruh signifikan terhadap Return Saham. H5 : Price Earning Ratio berpengaruh signifikan terhadap Return Saham. H6 : Price to Book Value berpengaruh signifikan terhadap Return Saham.