BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Komunikasi 2.1.1
Definisi Komunikasi Komunikasi adalah salah satu kunci dari kegiatan yang dilakukan untuk
menyampaikan dan memperoleh pesan. Komunikasi selalu akan terjadi dalam kehidupan sehari-hari dalam situasi apapun. Pentingnya sebuah komunikasi dilakukan oleh setiap individu adalah agar kelak tidak terjadi kesalahpahaman ataupun kekeliruan dalam menanggapi adanya suatu informasi. Robbin (2007, dalam Loina, 2011) menyatakan komunikasi merupakan proses berpindahnya serta pemahaman akan pesan yang disampaikan. Sementara Hoveland (1948, dalam Wiryanto, 2004) mendefinisikan komunikasi sebagai berikut : The process by which an individual (the communicator) transmits stimuli (usually verbal symbols) to modify, the behavior of other infividu.” (Komunikasi adalah proses di mana individu mentransmisikan stimulus untuk mengubahj perilaku individu yang lain.) Definisi komunikasi lain yang disampaikan oleh Ross (1983, dalam Wiryanto, 2004) adalah suatu proses menyortir, memilih dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa, sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respons dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh sang komunikator. Longman Dictionary of Contemporary English
(dalam Nurjaman dan
Umam, 2012) memberikan definisi kata communicate sebagai upaya untuk membuat pendapat, mengatakan perasaan, menyampaikan informasi dan
sebagainya agar diketahui dan dipahami oleh orang lain (to make opinions, feelings, information etc, known or understood by others). Oliver, Zelko, and Holtzman (1962, dalam Miller, 2005) mengatakan bahwa komunikasi berarti, pada dasarnya, stimulasi dalam pikiran orang lain dengan kesadaran, pemahaman, dan perasaan dari arti pentingnyasebuah kejadian, perasaan, fakta, pendapat, atau situasi di mana seseorang mencoba untuk menggambarkan Dari sisi Psikologi, dalam kamus Psikologi, Dictionary of Behavioral Science (dalam Rakhmat, 2012) menyebutkan ada enam pengertian komunikasi, yaitu : 1. Penyampaian perubahan energi dari satu tempat ke tempat yang lain seperti dalam sistem saraf atau penyampaian gelombang-gelombang suara) 2. Penyampaian atau penerimaan signal atau pesan oleh organisme 3. Pesan yang disampaikan 4. Proses yang dilakukan satu sistem untuk mempengaruhi sistem yang lain melalui peraturan signal-signal yang disampaikan 5. Pengaruh satu wilayah persona yang lain sehingga perubahan dalam satu wilayah menimbulkan perubahan yang berkaitan pada wilayah lain 6. Pesan pasien kepada pemberi terapi dalam psikoterapi 2.1.2
Unsur – Unsur Komunikasi Dalam sebuah komunikasi ada 3 unsur yang mutlak terlibat di dalamnya
yaitu komunikator, komunikan, dan saluran/media (Nurjaman dan Umam, 2012). Laswell (dalam Mulyana, 2008) mengungkapkan bahwa cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-
pertanyaan berikut : “Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?” atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana? Berdasarakan definisi Laswell tersebut, maka dapat diturunkan lima unsur komunikasi yang saling bergantung satu sama lain, yaitu : 1. Sumber (source) atau biasa disebut komunikator (communicator) Pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi 2. Pesan Apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima 3. Saluran atau media Alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima 4. Penerima (receiver) Orang yang menerima pesan dari sumber 5. Efek Apa yang terjadi pada penerima setelah menerima pesan tersebut, ,isalnya menambah pengetahuan, terhibur, perubahan sikap, dan sebagainya 2.1.3
Bentuk-Bentuk Komunikasi Bentuk-bentuk komunikasi menurut Nurjaman dan Umam (2012) terbagi
menjadi berbagai macam bentuk yang semuanya bergantung pada segi kita memandangnya, yaitu sebagai berikut : 1. Segi penyampaian pesannya, komunikasi dapat dilakukan secara lisan dan secara tertulis, atau secara elektronik.
2. Segi kemasan pesan, komunikasi dapat dilakukan secara verbal atau dengan nonverbal. 3. Segi kemasan keresmian pelaku komunikasi, media komunikasi yang digunakan, dan bentuk kemasan pesan, komunikasi dapat dikategorikan sebagai bentuk komunikasi formal dan nonformal. 4. Segi pasangan komunikasi, komunikasi dapat dilihat sebagai : a. Komunikasi intrapersonal, yaitu proses komunikasi dalam diri komunikator : pengirim dan pesannya adalah dirinya sendiri (Manusia sebagai makhluk rohani). b. Komunikasi interpersonal, yaitu interaksi tatap muka antara dua orang atau lebih. Pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung, sedangkan penerima pesan dapat menerima dan menanggapinya secara langsung pula (Manusia sebagai makhluk sosial). 2.1.4
Aspek-aspek Komunikasi yang Efektif Dalam berkomunikasi, keefektifan komunikasi harus diperhatikan agar
sebuah pesan dapat disampaikan dan di terima dengan baik. Aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam komunikasi yang efektif menurut Nurjaman dan Umam (2012), adalah : 1. Kejelasan (clarity) : bahasa ataupun informasi yang disampikan harus jelas. 2. Ketepatan (accuracy) :bahasa dan informasi yang disampaikan harus akurat 3. Konteks (contex) : bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai dengan keadaan dan lingkungan tempat komunikasi itu terjadi. 4. Alur (flow) : keruntutan alur bahasa dan informasi sangat berarti dalam menjalin komunikasi yang efektif.
5. Budaya (culture) : aspek ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi, tetapi juga tata krama dan etika. Sementara itu menurut Tubbs dan Moss (1974, dalam Rakhmat, 2012) komunikasi yang efektif menimbulkan lima hal, yaitu : 1. Pengertian 2. Kesenangan 3. Memengaruhi sikap 4. Hubungan sosial yang baik 5. Tindakan Sebuah komunikasi yang efektif memiliki beberapa faktor yang menjadi penghambat dari komunikasi tersebut. Robbins dan Judge (2007, dalam Loina, 2012)
mengungkapkan
penghambat
tercapainya
komunikasi
yang
efektif,
diantaranya adalah : 1. Filtering Merujuk kepada pengirim pesan secara sengaja memanipulasi informasi agar tampak lebih berpihak kepada penerima pesan. 2. Selective Perception Hal ini terjadi ketika penerima pesan memproses komunikasi secara selektif berdasarkan
kebutuhan,
motivasi,
pengalaman,
latar
belakang,
dan
karakteristik pribadi lainnya. Penerima pesan juga menerjemahkan pesan sesuai dengan kepentingan dan harapannya dlaam komunikasi tersebut. 3. Information Overload Setiap individu memiliki kapasistas dalam memproses data, maka ketika informasi yang diproses melampaui kapasitas, maka hasilnya adalah kelebihan beban informasi. 4. Emotions
Perasaan
penerima
pesan
saat
komunikasi
berlangsung
dapat
mempengaruhi bagaimana pesan tersebut diintepretasikan. 5. Language Satu kata dapat berbeda makna bagi orang lain. Usia, pendidikan, latar belakang budaya adalah tiga variable yang secara jelas mempengaruhi bahasa yang seseorang gunakan dan definisi yang dipahami oleh orang tersebut. 6. Communication Apprehension Istilah ini dapat juga diartikan sebagai kecemasan (anxiety). Banyak orang merasa takut berbicara di depan umum dan cenderung menghindari percakapan oral, tertulis, atau keduanya. 2.2
Komunikasi Interpersonal Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal, ataupun nonverbal (Mulyana, 2008) Burgon & Huffner (dalam Anisah, 2011) mengungkapkan bahwa komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan kepada pihak lain untuk mendapatkan umpan balik, baik secara langsung (face to face) maupun dengan media. Komunikasi interpersonal menurut Malcolm R. Parks (dalam Budyatna dan Ganiem, 2011) merupakan bentuk komunikasi yang terutama diatur oleh norma relasional atau relational norm. Komunikasi interpersonal biasanya terjadi dalam kerlompok yang sangat kecil. Ini tidak berarti bahwa bentuk komunikasi tersebut tidak dapat terjadi dalam kelompok yang lebih besar. Namun demikian norma-norma hubungan dikembangkan dan dipelihara hanya pada hubungan yang dekat dan akrab (Budyatna dan Ganiem, 2011).
Sedangkan menurut Verderber et al. (2007, dalam Budiyatna dan Ganiem, 2011), komunikasi interpersonal merupakan proses melalui mana orang menciptakan dan mengelola hubungan mereka, melaksanakan tanggung jawab secara timbal balik dalam menciptakan makna. Pendapat lain dikemukakan oleh Miller & Steinberg (1975, dalam Budyatna dan Ganiem, 2011) bahwa hubungan interpersonal adalah hubungan komunikasi meliputi prediksi timbal balik berdasarkan data psikologis. Apabila berbicara tentang pengembangan hubungan interpersonal, maka dapat mengacu kepada proses di mana manusia mengadakan kontak terhadap satu sama lain dan mendasarkan prediksi tentang perilaku komunikasi satu sama lain terutama pada data psikologis. Kesempatan untuk mengadakan kontak jelas sebagai syarat
yang
diperlukan
bagi
pengembangan
setiap
macam
hubungan
komunikasi. Saling memberi informasi adalah penting karena informasi itu menjadi dasar bagi seseorang untuk menentukan hubungan macam apa yang mereka inginkan bersama. 2.2.1
Model Komunikasi Interpersonal Barnlund (dalam Wiryanto, 2004) mengemukakan bahwa komunikasi
interpersonal merupakan kelanjutan dari komunikasi intrapribadi (intrapersonal) di mana unsur-unsur tambahan di dalam proses komunikasi interpersonal adalah pesan dan isyarat perilaku verbal. Barnlund (dalam Wiryanto, 2004), komunikasi interpersonal diartikan sebagai pertemuan antara dua, tiga, atau mungkin empat orang, yang terjadi sangat spontan dan tidak berstruktur. Komunikasi interpersonal mempunyai ciriciri sebagai berikut : 1) Bersifat spontan 2) Tidak berstruktur
3) Terjadi secara kebetulan 4) Tidak mengejar tujuan yang direncanakan 5) Identitas keanggotaannya tidak jelas 6) Terjadinya hanya sambil lalu 2.2.2
Efektifitas Komunikasi Interpersonal Kumar (2002, dalam Wiryanto 2004) mengungkapkan ciri-ciri efektifitas
komunikasi interpersonal sebagai berikut : 1) Keterbukaan (openess) yaitu kemauan untuk menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan antarpribadi Contoh : Dosen dapat memberikan respon yang baik terhadap setiap pertanyaan yang diberikan oleh mahasiswa 2) Empati (emphaty) yaitu merasakan apa yang dirasakan orang lain Contoh : Dosen siap untuk membantu segala kesulitan yang dirasakan oleh mahasiswa baik dalam hubungan di dalam kelas ataupun di luar kelas 3) Dukungan (supportiveness) yaitu situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi agar berlangsung secara efektif Contoh : Dosen dan mahasiswa saling mendukung kegiatan yang dilakukan masing-masing dengan memberikan situasi yang kondusif di dalam kelas sehingga komunikasi yang terjalin berjalan secara efektif 4) Rasa positif (positiveness) di mana seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif Contoh : Dosen memberikan motivasi bagi setiap mahasiswa untuk mencapai prestasi yang diharapkan
5) Kesetaraan (equality) yaitu pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan Contoh : saling menghargai hak dan kewajiban masing-masing antara dosen dan mahasiswa Komunikasi
berlangsung
efektif
apabila
kerangka
pengalaman
peserta
komunikasi tumpang tindih (overlapping), yang terjadi saat individu mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi yang diterima dari lingkungannya (Wiryanto, 2004). 2.3
Prestasi Akademik Prestasi akademik Menurut Setiawan (2006 dalam Chairiyati, 2012) adalah hal
yang menunjukkan suatu pencapaian tingkat keberhasilan suatu tujuan, karena usaha belajar yang telah dilakukan oleh seseorang secara optimal. Menurut Azwar (2004) secara umum ada dua faktor yang mempengaruhi akademik seseorang yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi faktor fisik dan psikologis. Faktor fisik berhubungan dengankondisi fisik umum seperti penglihatan dan pendengaran. Faktor psikologis menyangkut faktor-faktor non fisik, seperti minat, motivasi, bakat, intelegensi, sikap dan kesehatan mental. Sementara itu untuk faktor eksternal meliputi faktor fisik dan faktor sosial. Faktor fisik menyangkut kondisi tempat belajar, materi pelajaran dan kondisi lingkungan belajar. Faktor sosial menyangkut dukungan sosial dan pengaruh budaya Prestasi akademik terfokus pada nilai atau angka yang dicapai mahasiswa dalam proses pembelajaran di sekolah atau Perguruan Tinggi. Nilai tersebut terutama dilihat dari sisi kognitif untuk melihat penguasaan pengetahuan sebagai ukuran pencapaian hasil belajar (Chairiyati, 2012).
Prestasi akademik pada mahasiswa dapat diukur dari nilai IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) yang diperoleh. IPK sering kali dijadikan sebagai tolak ukur dalam penilaian prestasi akademik seorang mahasiswa yang dikelompokkan berdasarkan kemampuan masing-masing individu. Berdasarkan yang telah dijelaskan di atas maka dapat disimpulkan bahwa prestasi akademik adalah hasil dari penguasan materi yang diperoleh oleh mahasiswa berupa nilai angka ataupun skor. 2.4
Kerangka Berpikir
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Efektifitas Komunikasi Interpersonal dan Prestasi Akademik
EFEKTIFITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL
MAHASISWA
DOSEN
PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA
Pada kerangka berpikir di atas menjelaskan tentang hubungan efektifitas komunikasi interpersonal antara dosen dan mahasiswa yang berkorelasi dengan prestasi akademik mahasiswa. Dengan kata lain sebuah hubungan komunikasi
interpersonal yang efektif akan berkaitan atau berdampak pada meningkat atau tidaknya prestasi akademik yang akan dicapai oleh mahasiswa yaitu IPK (Indeks Prestasi Kumulatif). Sesuai dengan kondisi fenomena yang terjadi yaitu di mana adanya ketidakrefektifan komunikasi interpersonal antara dosen dan mahasiswa Psikologi Bina Nusantara yang berkaitan dengan prestasi akademik mahasiswa. Hal ini kemudian menjadi pertanyaan pada penelitian apakah memang ada hubungan antara efektifitas komunikasi interpersonal antara dosen dan mahasiswa dengan prestasi akademik mahasiswa Psikologi Bina Nusantara.