3
BAB 2 PENDAHULUAN
2.1 Sumber data Data dan informasi yang digunakan untuk mendukung proyek tugas akhir ini berasal dari berbagai sumber yaitu : 1. Pengamatan langsung dilapangan 2. Wawancara dari pihak terkait 3. Literatur : buku dan artikel dari media elektronik.
2.1.2 Sejarah Keroncong Keroncong merupakan nama dari alat musik sejenis ukulele dan juga sebagai nama dari jenis musik khas Indonesia yang menggunakan instrumen musik keroncong, flute, dan seorang penyanyi wanita.
Asal-usul Akar keroncong berasal dari sejenis musik Portugis yang dikenal sebagai fado yang diperkenalkan oleh para pelaut dan budak kapal niaga bangsa itu sejak abad ke-16 ke Nusantara. Dari daratan India (Goa) masuklah musik ini pertama kali di Malaka dan kemudian dimainkan oleh para budak dari Maluku. Melemahnya pengaruh Portugis pada abad ke-17 di Nusantara tidak dengan serta-merta berarti hilang pula musik ini. Bentuk awal musik ini disebut moresco, yang diiringi oleh alat musik dawai. Musik keroncong yang berasal dari Tugu disebut keroncong Tugu. Dalam
4
perkembangannya,
masuk
sejumlah
unsur
tradisional
Nusantara,
seperti
penggunaan seruling serta beberapa komponen gamelan. Pada sekitar abad ke-19 bentuk musik campuran ini sudah populer di banyak tempat di Nusantara, bahkan hingga ke Semenanjung Malaya. Masa keemasan ini berlanjut hingga sekitar tahun 1960-an, dan kemudian meredup akibat masuknya gelombang musik populer (musik rock yang berkembang sejak 1950, dan berjayanya musik Beatles dan sejenisnya sejak tahun 1961 hingga sekarang). Meskipun demikian, musik keroncong masih tetap dimainkan dan dinikmati oleh berbagai lapisan masyarakat di Indonesia dan Malaysia hingga sekarang.
Alat-alat musik Dalam bentuknya yang paling awal, moresco diiringi oleh musik dawai, seperti biola, ukulele, serta selo. Perkusi juga kadang-kadang dipakai. Set orkes semacam ini masih dipakai oleh keroncong Tugu, bentuk keroncong yang masih dimainkan oleh komunitas keturunan budak Portugis dari Ambon yang tinggal di Kampung Tugu, Jakarta Utara, yang kemudian berkembang ke arah selatan di Kemayoran dan Gambir oleh orang Betawi berbaur dengan musik Tanjidor (tahun 1880-1920). Tahun 1920-1960 pusat perkembangan pindah ke Solo, dan beradaptasi dengan irama yang lebih lambat sesuai sifat orang Jawa. Pem-"pribumi"-an keroncong menjadikannya seni campuran, dengan alat-alat musik seperti
5
sitar India ▪
rebab
▪
suling bambu
▪
gendang, kenong, dan saron sebagai satu set gamelan
▪
gong.
Saat ini, alat musik yang dipakai dalam orkes keroncong mencakup ▪
ukulele cuk, berdawai 3 (nilon), urutan nadanya adalah G, B dan E;
sebagai alat musik utama yang menyuarakan crong - crong sehingga disebut keroncong (ditemukan tahun 1879 di Hawai, dan merupakan awal tonggak mulainya musik keroncong) ▪
ukulele cak, berdawai 4 (baja), urutan nadanya A, D, Fis, dan B. Jadi
ketika alat musik lainnya memainkan tangga nada C, cak bermain pada tangga nada F (dikenal dengan sebutan in F); ▪
gitar akustik sebagai gitar melodi, dimainkan dengan gaya kontrapuntis
(anti melodi); ▪
biola (menggantikan Rebab);
▪
flut (mengantikan Suling Bambu);
▪
selo; betot menggantikan kendang
6
▪
kontrabas (menggantikan Gong)
Penjaga irama dipegang oleh ukulele dan bas. Gitar dan selo yang ritmis mengatur peralihan kunci . Biola berfungsi sebagai penuntun melodi, sekaligus hiasan/ornamen bawah. Flut mengisi hiasan atas, yang melayang-layang mengisi ruang melodi yang kosong. Bentuk keroncong yang dicampur dengan musik populer sekarang menggunakan organ tunggal serta synthesizer untuk mengiringi lagu keroncong (di pentas pesta organ tunggal yang serba bisa main keroncong, dangdut, rock, polka, mars).
Jenis keroncong Musik keroncong lebih condong pada progresi akord dan jenis alat yang digunakan. Sejak pertengahan abad ke-20 telah dikenal paling tidak tiga macam keroncong, yang dapat dikenali dari pola progresi akordnya. Bagi pemusik yang sudah memahami alurnya, mengiringi lagu-lagu keroncong sebenarnya tidaklah susah, sebab cukup menyesuaikan pola yang berlaku. Pengembangan dilakukan dengan menjaga konsistensi pola tersebut. Selain itu, terdapat pula bentuk-bentuk campuran serta adaptasi.
Tokoh keroncong Salah satu tokoh Indonesia yang memiliki kontribusi cukup besar dalam membesarkan musik keroncong adalah bapak Gesang. Lelaki asal kota Surakarta
7
(Solo) ini bahkan mendapatkan santunan setiap tahun dari pemerintah Jepang karena berhasil memperkenalkan musik keroncong di sana. Salah satu lagunya yang paling terkenal adalah Bengawan Solo. Lantaran pengabdiannya itulah, oleh Gesang dijuluki "Buaya Keroncong" oleh insan keroncong Indonesia, sebutan untuk pakar musik keroncong. Gesang menyebut irama keroncong pada MASA STAMBUL (1880-1920), yang berkembang di Jakarta (Tugu , Kemayoran, dan Gambir) sebagai Keroncong Cepat; sedangkan setelah ousat perkembangan pindah ke Solo (MASA KERONCONG ABADI: 1920-1960) iramanya menjadi lebih lambat. Di sisi lain nama Anjar Any (Solo, pencipta Langgam Jawa lebih dari 2000 lagu yang meninggal tahun 2008) juga mempunyai andil dalam keroncong untuk Langgam Jawa beserta Waljinah (Solo), sedangkan R. Pirngadie (Jakarta) untuk Keroncong Beat, Manthous (Gunung Kidul, Yogyakarta) untuk Campursari dan Koe Plus (Solo/Jakarta) untuk Keroncobg Rock, serta Didi Kempot (Ngawi) untuk Congdut.
Keroncong Tugu Kisahnya berawal saat jatuhnya Malaka dari kekuasaan Portugis ke tangan Belanda pada 1648. Orang-orang Portugal yang umumnya tentara keturunan berkulit hitam dari Bengali, Malabar, dan Goa ditawan kemudian dibawa ke Batavia. Sekitar 1661 mereka dibebaskan kemudian dimukimkan di rawa-rawa sekitar Cilincing, sekarang disebut Kampung Tugu. Komunitas yang mempertahankan bahasa dan
8
kebudayaan Portugis ini awalnya menjadi sedemikian ekslusif. Bahkan menempati jabatan-jabatan rendah di pemerintahan yang waktu itu tentu tertutup untuk pribumi. Pihak Belanda memaksakan agama serta nama-nama keluarga yang baru kepada mereka. Namun musik Portugis dan kesadaran akan darah Portugis tetap hidup. Dari sinilah dendang Keroncong Tugu ditabuh. Selama abad ke-18 dan 19, komunitas Tugu mempunyai pengaruh kultural yang relatif kuat di Jakarta. Merekalah yang mempopulerkan “Kroncong Mourisko” (Mourisco dalam bahasa Portugis berarti “berasal dari orang Moro”) yang ritme dasarnya dijadikan latar belakang sebagian musik modern Indonesia. Seperti halnya keroncong lama “Nina Bobo” yang dinyanyikan banyak orang. Kata “Nina” berasal dari kata Portugis “Menina” yang berarti anak gadis kecil. Pada masa kemerdekaan komunitas ini terpecah dan sebagian menyebar ke beberapa daerah. Hal ini disebabkan kedekatan mereka dengan pihak Belanda yang tentunya waktu itu sangat dibenci. Satu kelompok (26 keluarga) berangkat ke Belanda dan kelompok lain (19 keluarga) pindah ke Bandung dan Irian Jaya. Adalah Samuel Quiko, 60 tahun, salah satu bagian keluarga besar fam Quiko yang masih tinggal di Tugu dan memimpin Musik Keroncong Cafrinho Tugu. Sebagai generasi ke-7 Keroncong Tugu usahanya tak kenal lelah untuk terus menghidupkan kesenian ini. Ada tiga hal yang bertahan dalam tradisi Keroncong Tugu, yaitu alat musik, lagulagu (repertoar), dan kostum pemainnya. Alat musiknya masih tetap seperti tiga
9
abad yang lalu, yakni keroncong, biola, okulele dengan lima senar, banyo, gitar, rebana, kempul dan sello. Lagu-lagu yang tidak pernah ditinggalkan adalah lagulagu lama, Kaparinyo, Moresco, dan lagu-lagu stambul Betawi. Sedangkan kostumnya, memakai baju koko, topi baret dan syal yang mengantung di leher. Meskipun tidak setenar diawal abad kemunculannya, Keroncong Tugu kini tetap eksis dan masih dapat dinikmati. Bersama 8 orang anggotanya kelompok Samuel sesekali ditanggap di berbagai tempat di luar kampungnya. Saat ini di dalam komunitas Keroncong Tugu tidaklah melulu berisi keluarga saja, beberapa adalah kerabat jauh yang bahkan tanpa ikatan darah. Mereka ini sama sekali tidak menggantungkan nafkahnya dari pentas keroncong, tetapi mencari nafkah utama dengan berbagai pekerjaan. Undangan pentas keroncong hanya sebagai selingan. Di luar undangan pentas, kelompok ini melakukan latihan setiap Selasa malam. Bagi masyarakat Kampung Tugu sendiri, keroncong sudah menjadi bagian dari hidup mereka. Orang-orang yang lewat bisa saja numpang mampir menyanyi atau menari ketika kelompok ini sedang melakukan latihan di kampung mereka. Setelah itu, ngeloyor begitu saja melanjutkan aktivitas lainnya. Akhirnya alunannya seperti denyut kehidupan itu sendiri. Sesekali menghiasi malam penuh kenangan.
2.2
Data Kuesioner Dari kuesioner yang dilakukan, sebagian besar responden (90%) sebagai
mahasiswa dan mempunyai uang saku 500.000-1.000.000 (60%). Aliran musik yang disukai oleh para responden adalah pop dan rock kemudian jazz dan R&B. hanya 5%
10
yang menjawab menyukai keroncong. Penyanyi / Grup keroncong yang mereka favoritkan ( Setidaknya tahu ) adalah Gesang, Sundari Sukoco, Mamiek Marsoedi Keroncong Chaos, Pancaran Sinar Petromax. 97%% dari responden mengaku pernah mendengarkan musik keroncong tapi hanya 16% yang menyukai musik keroncong. 35% responden mengaku pernah menonton acara keroncong secara langsung, 52% mengaku pernah melalui televisi. dan sebagian besar dari mereka tidak menyukai acara tersebut karena terkesan ‘tua’ dan membosankan, Para responden mengaku akan datang menonton konser keroncong jika penyajiannya tidak ‘seperti acara kawinan’ dan lebih dinamis, dan artis-artisnya pun tidak dari kalangan keroncong saja, bisa dari genre pop, rock, jass ataupun hip-hop, Sebagian besar dari mereka tidak tahu bahwa negara seperti Belanda dan Jepang setiap tahunnya membuat acara penghargaan untuk keroncong, Gesang yang lebih spesifiknya.
2.3
Event ‘International Keroncong Festival’ Event ‘International Keroncong Festival’ adalah acara Keroncong dengan skala
Internasional, dihadiri oleh orang orang yang sudah berkecimpung lama di bidang ini, maupun artis-artis muda berbakat. Acara ini akan berlangsung selama 3 hari, dari 12 November 2010sampai 14 november 2010.
Jakarta, 10 September 2009. Tebet Timur Dalam Raya, no.6 Jakarta Selatan 12820 INDONESIA
11
Susunan artis pengisi acara: •
14.00-15.00
: Pembukaan oleh Gesang
•
15.00-16.30
: Bangkutaman
•
16.30-18.00
: Dutch Keroncong Grup (Belanda)
•
18.00-18.30
: Keroncong Ensemble
•
18.30-20.00
: Keroncong Johor
•
20.00-21.30
: Ballads of the Cliche
•
21.30-23.00
: Sundari Sukoco
•
23.00-00.30
: Sore
Hari Kedua: •
14.00-15.00
: Anda
•
15.00-16.30
: Grup Keroncong dari Yogyakarta
•
16.30-18.00
: Mantra
•
18.00-18.30
: The Trees and The Wild
•
18.30-20.00
: Grup Keroncong dari Medan.
•
20.00-21.30
: Mamik Marsoedi
•
21.30-23.00
: C’mon Lennon
•
23.00-00.30
: Grup Keroncong dengan personil dari berbagai macam
negara
12
Hari Kedua: •
14.00-15.00
: Monolog dari Satriyo ( Pure Saturday) dengan iringan
musik keroncong
2.4
•
15.00-16.30
: Tika
•
16.30-18.00
: Grup Keroncong dari Cina
•
18.00-18.30
: Keroncong Toegoe
•
18.30-20.00
: Mocca
•
20.00-21.30
: Mocca & Keroncong Toegoe
•
21.30-23.00
: Lain
•
23.00-00.30
: Keroncong Allstar
Data Penyelenggara
Tentang HAMKRI & KC ( Keroncong Cyber ) Himpunan Artis Musik Keroncong Indonesia (HAMKRI) didirikan di Jakarta tanggal 13 Juli 1975 dengan pengesahan Menteri Kehakiman tertanggal 16 September 1976 nomor: Y.A.5/430/11 jo. Tambahan Berita Negara RI tanggal 19 Oktober 1976 No. 84. Pendirian Hamkri dipelopori oleh Bapak R. Maladi (mantan Menpora) dan tokoh-tokoh nasional diantaranya M. Said Reksohadiprodjo (Tokoh Taman Siswa), Sudiro (Tokoh ‘45), Mayjen (TNI-AD) P. Sobiran, Mayjen (TNI-AD) Drs. Umar Said, Brigjen (TNIAD) Muljosudjono, Ibu Sud, Sudharnoto, Kusbini, H.A. Sa’ali (anggota DPR), Soerojo Wongsowidjojo, Drs. Soemadi (Dirjen TRF), Drs. Soewandono (Dir. Kebudayaan), Drs. Budiman (Kadin Kebudayaan DKI Jaya).
13
Pendirian Hamkri didasarkan pada suatu tujuan yang mulia yaitu bermaksud melestarikan citra musik keroncong yang diyakini mengandung nilai-nilai luhur budaya bangsa Indonesia yang ramah, sopan, santun dan beradab. Namun, ditengah perkembangan masa 90-an seni keroncong justru mulai terasa asing di telinga kaum muda Indonesia dengan sebutan ‘musik jadul’. Kondisi ini tidaklah menyurutkan semangat para pecinta keroncong yang dikenal memiliki loyalisme dan nasionalisme terhadap bangsa ini. Dari kondisi keterpurukan itulah, di akhir era 90-an semangat kebangkitan keroncong mulai dikumandangkan dengan harapan jiwa santun karakter asli bangsa Indonesia dapat menjadi potensi dalam mengisi pembangunan dan mampu mengangkat kembali keharuman/citra Indonesia yang lebih baik, dengan tujuan akhir kita bangga menjadi bangsa Indonesia yang berkepribadian luhur.
Muktamar Nasional Himpunan Artis Musik Keroncong Indonesia (HAMKRI) yang direncanakan selama 2 (dua) hari di Jakarta pada tanggal 20-21 Juni 2009, dimaksudkan untuk meningkatkan soliditas dan profesionalisme organisasi yang lebih baik. dengan tujuan :
• Memperluas jaringan komunikasi regional, nasional, maupun internasional. • Menjadikan keroncong sebagai sebuah produk unggulan pariwisata Indonesia • Menjadikan keroncong sebagai media persatuan dan kesatuan bangsa • Menjadikan keroncong sebagai media persahabatan antar bangsa.
14
• Menjaga dan melestarikan nilai-nilai luhur budaya bangsa Indonesia yang ramah, sopan, santun, dan beradab. Keroncong Cyber (KC) Keroncong Cyber adalah komunitas pecinta keroncong maya yang terbentuk pada 18 Januari 2006, dan yang terbesar pada saat ini. berawal dari sebuah komentar seseorang sehingga menjadi titik awal terbentuknya Komunitas Keroncong Cyber (KC). Dari hanya seorang anggota, perlahan namun pasti anggota KC dari hari ke hari semakin bertambah jumlahnya. Satu per satu kegiatan pun dirancang dan dilakukan oleh KC. Munculnya kegiatan-kegiatan tersebut tidak terlepas dari keinginan yang begitu kuat semua anggota untuk kembali mengangkat citra Musik Keroncong yang semakin redup, menjadi musik yang kembali diminati oleh banyak orang dan dari banyak kalangan.
Kegiatan pertama KC adalah membuat kaos yang bertuliskan kata-kata ajakan melestarikan keroncong “Play Music Keroncong, Save Indonesian Heritage”. Kaos ini kemudian menjadi semacam tanda khas KC. Di setiap kesempatan, anggota KC yang tersebar di banyak kota selalu mencoba untuk memakai kaos ini, demi mensosialisasikan Musik Keroncong. Hal ini juga dilakukan, ketika KC berkesempatan hadir pada acara Gebyar Keroncong, yang saat itu masih di siarkan secara live oleh TVRI. Sayang, acara itu kini tinggal kenangan.
Kegiatan berikutnya, yang tidak kalah pentingnya adalah ketika KC mampu menerbitkan Buletin Keroncong pertama di Indonesia dan juga di Dunia. Tidak jauh dari tujuan pembuatan Kaos, pembuatan buletin ini juga bertujuan untuk sosialisasi
15
keroncong. Maka sasaran pembacanya pun adalah anak-anak muda dan juga orang tua yang awam terhadap Musik Keroncong. Melalui proses demokrasi yang berakhir manis, nama Tjroeng akhirnya disepakati sebagai nama Buletin ini. Buletin yang disebarkan secara gratis, dan biaya untuk produksinya didapat dari donatur, ternyata diminati oleh banyak kalangan. Meski proses publikasinya dilakukan secara sangat sederhana, “dari mulut ke mulut”, namun Buletin ini sudah di baca oleh penggemar keroncong di luar negeri, seperti di Malaysia dan di Belanda.
Kehadiran Tjroeng menjadi pertanda baik bagi perkembangan keroncong. Melalui keseriusan pegiatnya, perlahan KC pun mulai terlibat pada kegiatan-kegiatan Keroncong di tanah air. Keterlibatan KC di mulai dari pementasan Keroncong di Kota Bogor, Konser Keroncong 2008 di Pura Mangkunegaran yang digagas Sundari Soekotjo, Kegiatan Republik Keroncong di Bandung, Festival Kampung Toegoe di Jakarta Utara, dan Internasional Keroncong Festival di Solo.
KC, melalui Rencana Strategis Komunitas Keroncong, ke depan akan berupaya membuat kegiatan yang bermanfaat, baik untuk keroncong itu sendiri maupun untuk pegiatnya. KC berharap, di masa yang akan datang keroncong bisa menjadi musik yang digemari oleh banyak orang, sehingga seluruh Sistem Musik Keroncong, mulai dari musiknya, penyanyinya, dan pemainnya akan kembali mengalami kejayaan seperti era tahun 60-an.
16
Tujuan dari didirikannya komunitas Keroncong Cyber adalah kurang lebih sebagai berikut:
Pertama, mengenai existensi dari keroncong itu sendiri di mata dunia. Dengan adanya komunitas seperti ini maka akan semakin membuktikan dan menguatkan bahwa musik keroncong memang musik asli bangsa Indonesia. Melalui proses akulturasi yang cukup lama serta berbagai adaptasi terhadap instrument yang digunakan sehingga terciptalah musik keroncong tersebut. Kedua, terjalinnya silahturahmi antar penikmat, musisi, pemerhati serta penggemar musik keroncong di seluruh tanah air bahkan dunia. Komunitas ini bersifat independen serta terbuka dengan menjunjung tinggi asas pluralisme, non partisan, dan non sektarian. Karena internet merupakan sarana yang hampir tiada batas dimanapun kita berada. Selama ada koneksi maka kita akan bisa terhubung dengan Kominitas Keroncong Cyber ini. Terbukti anggota yang tergabung dalam komunitas cyber ini tidak melulu datang dari Indonesia, ada juga yang dari Malaysia bahkan Belanda. Dan untuk saat anggotanya sudah mencapai 350 lebih. Ketiga, sebagai sarana tukar menukar pendapat serta diskusi mengenai musik keroncong dan kelanjutannya di masa depan. Keempat, sebagai sarana edukasi/ pembelajaran keroncong dalam berbagai bidang. Hingga saat ini sudah banyak kegiatan yang telah dilakukan oleh Komunitas Keroncong Cyber ini, mulai dari bidang pendidikan seperti pelatihan musik keroncong untuk anakanak sekolah, diskusi, sarasehan dan juga seminar.
17
2.5 Target Sasaran ·
Demografi Sex
: Laki-Laki dan Perempuan
Usia
: 18-35 tahun sebagai target primer ( audiens )
Pendidikan
: Sma/setara, Kuliah
Kelas social
: B, A
Geografi
: Tempat tinggal : kota-kota besar (Jakarta, Bandung, Surabaya,
Yogyakarta, Palembang) ·
Psikografi Secara garis besar Personality : Terbuka, kreatif, kritis, eksperimental, sensitif, emosionil, imajinatif, memiliki selera humor yang bagus Behaviour : mempunyai ketertarikan dan pengetahuan tentang sejarah seni, musik dan film, idealis, tertarik kepada berbagai gadget dan game, menyukai berbagai barang-barang koleksi, rajin menggali berbagai informasi melalui buku, internet, dan media lainnya (baik itu tentang musik, seni atau apapun) Lifestyle : Suka bergaul, mempunyai selera musik dan cita rasa seni tinggi, tidak terpaku pada satu brand, pola tidur tidak teratur, cara hidup modern namun suka mengunjungi tempat budaya maupun museum.
2.6 Event Pembanding Event pembanding ada yang bersifat langsung maupun tak langsung, yang bersifat langsung adalah Event keroncong lokal lain.
18
Yang tak langsung adalah Event musik dengan genre lain secara luas, dan event keroncong yang berlangsung di luar negeri (internasional)
2.7 Analisa SWOT 2.7.1 Strength · Acara ini dihadiri oleh orang-orang yang sudah cukup lama berkecimpung dalam jenis musik ini ·
Acara keroncong ini merupakan salah satu yang terbesar.
· Konsep dan tema visual dari acara keroncong ini dibuat menarik sedemikian rupa untuk memberikan angin segar dalam event event keroncong yang biasanya cenderung stagnan.
2.7.2 Weakness ·
Karakter musik yang cenderung tidak easy listening dan bagi beberapa orang
sulit dicerna. ·
Keroncong masih memiliki imej musik ‘tua’ dan berbagai kesan negatif bagi
kebanyakan orang
2.7.3 Opportunities ·
Belum terlalu banyak acara musik dengan genre ini
·
Nilai historis dan budaya tinggi mempunyai nilai lebih dan diharapkan akan
jadi salah satu faktor pemikat audiens
19
2.7.4 Threat ·
Selera masyarakat masih di dominasi oleh lagu-lagu pop melayu
·
Pesan yang disampaikan akan cenderung lebih sulit untuk tersampaikan,
melihat masyarakat masih meraba-raba persepsi dari musik keroncong itu sendiri, dan banyak dari mereka masih membangun sendiri imej negatif tentang jenis musik ini.