BAB 2 DATA DAN ANALISIS
2.1 Data dan Literatur Data dan informasi yang dikumpulkan untuk mendukung proyek tugas akhir ini diperoleh melalui tinjauan pustaka, wawancara dengan narasumber, pencarian data dari internet, pengamatan video, survey di beberapa toko buku terkemuka di Jakarta maupun toko buku online dan hasil pengisian kuesioner oleh beberapa pengunjung toko buku. Tinjauan pustaka menggunakan buku-buku berikut: •
Balinese Dance, Drama and Music: A Guide to the Performing Arts of Bali, I Wayan Dibia dan Rucina Ballinger, 2004
•
Bali: Pariwisata Budaya dan Budaya Pariwisaya, Michel Picard 2006
•
Perempuan dalam Seni Pertunjukkan di Bali, I Wayan Senen 2005
•
Child Development 11th Edition, John W. Santrock 2007 Wawancara dilakukan dengan narasumber I Nyoman Winyana, Skar., M. Si,
seorang dosen Bandung yang merupakan pelaku seni Bali sejak beliau masih kelas 4 SD. Pencarian data di internet ditemui dari website-website berikut: •
http://www.indo.com/bali/culture/barong.html
•
http://www.99bali.com/dance/barong/story.html
•
http://www.geocities.com/vision_bali/barong_dance.html
•
http://www.astabali.com/bali-information/balidances.html#barongdance
•
http://glennh.tripod.com/wa_bali_barong.htm
•
http://www.kayuaya.com/print/bali-dance/dance/Barong_Dance.html
•
http://www.balidwipa.com/news/15/bali-dances-and-performances.html
•
http://www.plasabali.com/bali/dance-drama.htm
•
http://id.wikipedia.org/wiki/Ilustrasi
•
http://id.wikipedia.org/wiki/Buku Pengamatan video menggunakan video-video berikut:
• Natinal Geographic - Bali: Masterpiece of Gods • The Best of Barong and Kris Dance – Catur Eka Budhi, Kesiman – Denpasar • Video-video amatir tentang pertunjukkan Tari Barong dan Keris di Youtube Berikut adalah data dan informasi tersebut yang nantinya akan digunakan penulis dalam merancang dan membentuk isi buku yang akan dibuat:
2.1.1 Pemilihan Media Buku Ada berbagai sumber yang menguak sejarah tentang buku. Buku pertama disebutkan lahir di Mesir pada tahun 2400-an SM setelah orang Mesir berhasil menciptakan kertas papirus. Kertas papirus yang berisi tulisan ini digulung dan gulungan tersebut merupakan bentuk buku yang pertama. Ada pula yang mengatakan buku sudah ada sejak zaman Sang Budha di Kamboja karena pada saat itu Sang Budha menuliskan wahyunya di atas daun dan kemudian membacanya berulang-ulang. Berabad-abad kemudian di Cina, para cendekiawan menuliskan ilmu-ilmunya di atas lidi yang diikatkan menjadi satu. Hal tersebut mempengaruhi sistem penulisan di Cina di mana huruf-huruf Cina dituliskan secara vertikal yaitu dari atas ke bawah. Buku yang terbuat dari kertas baru ada setelah Cina berhasil menciptakan kertas pada tahun 200-an SM. Kertas membawa banyak perubahan pada dunia. Pedagang
muslim membawa teknologi penciptaan kertas dari Cina ke Eropa pada awal abad 11 Masehi. Disinilah industri kertas bertambah maju. Apalagi dengan diciptakannya mesin cetak oleh Gutenberg perkambangan dan penyebaran buku mengalami revolusi. Kertas yang ringan dan dapat bertahan lama dikumpulkan menjadi satu dan terciptalah buku. (dikutip dari http://id.wikipedia.org/wiki/Buku)
2.1.2 Seni Pertunjukan Bali Tari, drama dan musik adalah hal-hal yang lebih dari sekedar pertunjukan. Mereka merupakan sebuah persembahan warna dan suara, dengan tujuan utamanya adalah untuk menyenangkan para dewa dan roh leluhur. Seni jika bukan merupakan sebuah ritual itu sendiri, merupakan bagian dari sebuah ritual. Seni dapat mengekspresikan kepercayaan-kepercayaan yang masih dipegang erat oleh penduduk Bali, seperti keseimbangan dan harmoni. Taksu, atau karisma spiritual, adalah sebuah energi yang berusaha dipersembahkan setiap pelaku pertunjukan Bali untuk memukau penonton, baik manusia maupun makhluk-makhluk spiritual. Hampir setiap ritual mempunyai sejenis bentuk seni yang dapat dihubungkan. Perayaan di kuil-kuil menggunakan musik gamelan dan mungkin wayang dan tarian bertopeng. Sebuah pernikahan mungkin dimeriahkan dengan joged, dan upacara kremasi ditemani dengan iring-iringan musik gamelan yang menemani perjalanan sampai ke pekuburan. Penduduk Bali mencintai segala seuatu yang ramai, semakin ramai semakin bagus. Tidak mengherankan jika bisa saja terdapat dua macam musik yang berbeda bermain secara bersamaan pada sebuah perayaan di kuil. (diterjemahkan dari Balinese Dance, Drama and Music, I Wayan Dibia dan Rucina Ballinger, 2004).
2.1.3 Tari Barong dan Keris Tari Barong dan Keris merupakan seni pertunjukkan tari Bali sekunder, dalam arti bukan tari yang sangat disakralkan atau dilakukan dalam upacara-upacara adat tertentu, meskipun tentunya tetap dilaksanakan dengan etika-etika tertentu yang telah diatur. Hal ini dikarenakan walaupun tari ini hanya tari sekunder, dipercaya bahwa hal-hal magis dan gaib tetap dipergunakan guna mendukung pertunjukkan tari ini. Tari Barong dan Keris sendiri diciptakan untuk memenuhi permintaan wisatawan-wisatawan sehingga berdurasi lebih singkat dan dapat dipentaskan setiap hari. Dalam tari Barong dan Keris diceritakan pertempuran abadi antara kebaikan dan kejahatan yang diwakilkan oleh tokoh Barong dan Rangda yang juga sangat populer sebagai makhluk mitos dan dibawakan dalam tarian-tarian lainnya. Masyarakat Bali percaya bahwa untuk mencapai keseimbangan dalam hidup di dunia dibutuhkan kebaikan dan juga kejahatan. Kebaikan tidak bisa ada tanpa kejahatan maupun sebaliknya.
2.1.4 Kuesioner Sebuah kuesioner dibagikan kepada total 20 orang pengunjung toko buku, masing-masing 5 orang pengunjung di 4 toko buku berbeda secara random. Adapun pertanyaan dan hasil dari pengisian kuesioner tersebut adalah sebagai berikut: 1. Apakah profesi Anda sekarang? a. Pekerja negeri/swasta: 5 b. Wiraswastawan: 1 c. Pelajar/Mahasiswa: 11
d. Ibu rumah tangga: 2 e. Lainnya: 1 2. Apakah Anda penggemar buku lokal atau buku asing terjemahan? a. Buku lokal: 3 b. Buku asing terjemahan: 6 c. Keduanya: 11 3. Apakah Anda penggemar seni dan budaya tradisional Indonesia: a. Ya: 2 b. Tidak: 8 c. Biasa saja: 10 4. Apakah menurut Anda buku lokal yang mengangkat tema seni dan kebudayaan Indonesia sudah memuaskan (secara kuantitatif maupun kualitatif)? a. Sudah: 5 b. Belum: 11 c. Tidak tahu: 4 5. Apakah Anda menyukai buku bergambar / ilustrasi? a. Ya: 7 b. Tidak: 5 c. Biasa saja: 8 6. Apakah Anda tahu tentang Tari Barong dan Keris? a. Tarian Bali, tapi saya kurang tahu seperti apa: 4 orang b. Tarian Bali, saya tahu yang mana dan cerita yang disampaikan: 3 orang c. Tarian Bali, saya tahu yang mana tapi tidak tahu ceritanya: 11 orang
d. Tidak tahu sama sekali: 2 orang 7. Apakah Anda tertarik untuk bisa lebih mengenal Tari Barong dan Keris melalui media buku bergambar / ilustrasi yang dikemas secara menarik? a. Ya: 8 b. Tidak: 3 c. Biasa saja: 9 Dari data-data di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar dari pengunjung toko buku (yang penulis anggap sebagai calon pembeli buku) memiliki ketertarikan yang kurang akan seni dan budaya tradisional Indonesia tetapi berpotensi untuk mulai tertarik apabila ada bacaan tentang tema tersebut yang dikemas secara menarik.
2.1.5 Buku tentang Tarian Bali maupun Tarian Tradisional Secara umum, buku tentang tarian Bali maupun tarian tradisional buatan lokal yang memuaskan dari segi isi dan visual masih sangat jarang dan cenderung susah untuk ditemukan, rata-rata malah merupakan buatan luar negeri yang harganya sangat mahal dan hanya bisa ditemukan di beberapa toko buku besar terkemuka. Sedangkan dalam bentuk buku bergambar / ilustrasi yang ditujukan kepada anak-anak juga ditemui permasalahan yang serupa.
2.1.6 Sejarah Tari Barong dan Keris Pertunjukkan ini lahir karena minat pengunjung-pengunjung masa lampau terhadap tokoh bertopeng Rangda dan Barong. Sebagian besar dari pemeran kedua makhluk mistis ini menempatkan mereka sebagai tokoh yang melakukan pertarungan
abadi antara seorang tukang sihir perempuan yang jahat di satu pihak dan seekor naga mitis berbudi baik di lain pihak, atau antara pengikut ilmu gaib hitam (pengiwa) dan pengikut ilmu gaib putih (penengen). Dengan demikian, yang ditekankan ialah pertentangan antar unsur perusak dan unsur pelindung. Untuk mempermudah pemahaman orang asing, salah satu penari terkemuka dari Singapadu, I Made Kredek, menyusun suatu pertunjukkan yang dibatasi hanya satu jam dengan tema cerita Kunti Sraya. Dalam pertunjukkan itu dialog narasi dibatasi seminimum mungkin, yang segera ditiru oleh kelompok-kelompok dari Batubulan. Maka lahirlah tarian yang dikenal wisatawan-wisatawan asing sebagai Barong and Kris Dance (Tari Barong dan Keris), yang sejak waktu itu tidak pernah menurun kesohorannya.
2.1.7 Tokoh-Tokoh dalam Tari Barong dan Keris
Barong Barong adalah sejenis makhluk mitos yang melambangkan kebaikan, pelindung umat manusia, roh-roh penolong dan ilmu putih. Tidak ada yang bisa menjelaskan apa sebenarnya arti nama Barong, tetapi nama Barong yang ditampilkan tergantung pada topeng atau wujud binatang apa yang sedang dipakai. Misalnya apabila topengnya berwujud harimau (dalam bahasa Bali: Macan) maka akan disebut Barong Macan, sedangkan apabila berwujud babi hutan (dalam bahasa Bali: Celeng, Bangkal) maka akan disebut Barong Bangkal. Topeng Barong yang dianggap paling suci dan dipakai dalam pementasan disebut Barong Ket, topeng ini berwujud binatang buas yang tidak dikenali.
Monyet Teman Barong yang menolongnya pada saat Barong diserang oleh tiga orang pria bertopeng yang marah pada Barong.
Calonarang Seorang ratu yang merupakan ibunda dari Erlangga, raja Bali pada abad kesepuluh. Sang ratu yang berlatih ilmu hitam kemudian diusir oleh ayahanda Erlangga dari kerajaan. Tetapi ada juga kisah yang mengatakan bahwa Calonarang sempat membunuh ayahanda Erlangga dengan mengusungkan tangan kirinya. Setelah menjadi janda, Calonarang mengumpulkan semua roh-roh jahat yang berada di dalam hutan untuk membalas dendam kepada Erlangga.
Rangda Perwujudan dari penyihir jahat yang berkuasa atas para penyihir dan roh-roh jahat yang menggentayangi pekuburan di malam hari. Ia tinggal dalam kegelapan dan mempunyai keahlian khusus yaitu ilmu hitam yang bersifat merusak.
Kunti Seraya / Dewi Kunti Ibunda dari Pandawa Lima yang merupakan tokoh dari epik Hindu Mahabharata. Karena sesuatu hal ia setuju untuk mengorbakan salah satu anaknya yang bernama Sadewa kepada seorang penyihir jahat. Namun sebenarnya ia sangat sedih dan tidak ingin melakukan hal itu.
Sadewa / Sahadeva Anak dari Dewi Kunti. Seorang pangeran yang akan dikorbankan kepada seorang penyihir jahat. Di pertarungan akhir, demi mengalahkan Rangda, Sadewa merubah dirinya menjadi Barong.
Punta dan Wijil Pelayan-pelayan dari keluarga kerajaan Dewi Kunti dan Pangeran Sadewa.
Kaleka / Kalika Murid dari sang Penyihit Jahat (Rangda) yang selalu berusaha menghalangi agar Sadewa tidak jadi dikorbankan pada gurunya. Pada pertempuran akhirnya, ia berubah menjadi seekor babi hutan dan burung raksasa.
Patih Patih kerajaan Dewi Kunti dan Pangeran Sadewa yang diutus untuk mengantarkan Pangeran Sadewa kepada penyihir jahat untuk dikorbankan.
Dewa Shiva (Pendeta) Seorang dewa yang menyamar menjadi seorang pendeta untuk menolong Sadewa. Karena kasihan kepada Sadewa, Dewa Shiva memberikan kehidupan kekal padanya. Dalam pementasan, bunga-bunga dilemparkan ke atas panggung untuk mengingatkan
bahwa meskipun dalam wujud seorang pendeta sebenarnya tokoh yang sedang diperankan adalah seorang dewa.
Penari Keris Para pemeran pengikut Barong yang dipanggil untuk membantu Barong mengalahkan Rangda. Mereka mempunyai senjata ajaib berupa sejenis pisau yang disebut Keris. Pada pertempuran, Rangda menyihir mereka sehingga mereka menggunakan keris mereka untuk menyerang diri mereka sendiri.
2.1.8 Cerita Kunti Seraya dan Pementasannya dalam Tari Barong dan Keris Kunti Seraya adalah sebuah episode dari epik Mahabharata yang ceritanya menjadi dasar Tari Barong dan Keris yang dipentaskan tiap hari di daerah Batubulan dan Singapadu, Bali. Tari Barong dan Keris yang dimaksud merupakan sebuah seni pertunjukkan tari wisata yang menggunakan lakon Kuntiseraya dan diiringi dengan sebuah gamelan Babarongan. Cerita ini menceritakan seorang Dewi Kunti, ibunda dari Pandawa Lima, yang setuju untuk mengorbankan salah satu anaknya kepada Dewi Durga. Dewi Durga yang tidak yakin Dewi Kunti akan memenuhi janjinya mengirim salah seorang muridnya untuk memastikan hal itu. Untuk cerita selengkapnya dan bagaimana pementasannya berikut: Prolog
dalam Tari Barong dan Keris akan dijabarkan sebagai
Barong dan temannya, sang Monyet, sedang bercengkrama di dalam hutan ketika muncul tiga orang pria bertopeng yang marah dan menyerang Barong. Sang Monyet menolong Barong dengan mengigit hidung salah satu dari ketiga pria tersebut. Intermezzo Dua orang gadis yang mengenakan pakaian tradisional menarikan tarian Legong. Mereka adalah pelayan-pelayan Rangda yang sedang mencari pelayan-pelayan Dewi Kunti dalam perjalanan mereka untuk bertemu sang Patih.
Babak 1 Alkisah Pangeran Sadewa, putra Dewi Kunti, akan dikorbankan kepada seorang penyihir jahat. Untuk mencegah hal ini, dua orang pelayan keluarga kerajaan bernama Punta dan adiknya, Wijil, berusaha mencarikan jalan keluar. Mereka menunggu sang Patih yang diminta untuk datang kepada mereka.
Babak 2 Tiba-tiba terdengar sebuah lolongan keras! Sang Patih muncul, lalu berjongkok dan membuat gerakan-gerakan pemujaan menghadap gerbang kuil. Dewi Kunti memasuki panggung dengan ditemani salah seorang pelayannya dan diikuti Sadewa beberapa saat kemudian. Sebagai ibu yang baik dan penuh kasih sayang, Dewi Kunti sangat sedih dan tidak tega untuk mengorbankan Sadewa. Ia tidak ingin kehilangan anak yang disayanginya. Menyaksikan gelagat Dewi Kunti, sang Penyihir Jahat menampakkan diri dan menyihir Dewi Kunti. Maka dalam sekejab Dewi Kunti berubah perangainya menjadi
pemarah dan memukuli Sadewa. Ia kemudian menyuruh sang Patih untuk mengantarkan Sadewa ke hutan, tempat sang Penyihir Jahat tinggal.
Babak 3 Tentu saja sang Patih yang juga menyayangi Pangeran Sadewa tidak tega dan merasa keberatan melakukan perintah Dewi Kunti. Sang Patih menjadi sangat sedih dan hampir menangis ketika sang Penyihir Jahat menampakkan diri kembali dan menyihir sang Patih. Sang Patih yang menjadi pemarah seperti Dewi Kunti kemudian membawa Pangeran Sadewa ke hutan dan mengikatnya pada sebuah pohon.
Babak 4 Pangeran Sadewa yang malang kini terikat tak berdaya menunggu datangnya maut pada sebuah pohon di pekuburan kediaman sang Penyihir Jahat. Menyaksikan hal ini, Dewa Shiva jatuh hati kepada Pangeran Sadewa dan memutuskan untuk datang menolong dalam penjelmaan seorang pendeta. Pendeta itu kemudian memberikan Pangeran Sadewa kehidupan yang abadi. Meskipun dalam wujud pendeta, bunga-bungaan dilemparkan ke atas panggung pementasan setiap kali tokoh ini muncul untuk mengingatkan bahwa sesungguhnya peran yang dibawakan adalah peran seorang dewa.
Babak 5
Dengan digendong di atas bahu-bahu para pengikutnya, sang Penyihir Jahat keluar dari dalam kediamannya dalam wujud Rangda. Ia sangat bernapsu untuk membunuh Pangeran Sadewa. Tetapi ketika ia menyadari bahwa ia tidak bisa membunuh sang Pangeran yang telah diberikan kehidupan abadi, ia mengakui kekalahannya dan meminta pada Pangeran Sadewa untuk dimaafkan sehingga jiwanya dapat diterima di surga. Pangeran Sadewa yang murah hati memaafkan sang Penyihir itu dan jiwa sang Penyihirpun dapat pergi ke surga.
Babak 6 Salah seorang murid sang Penyihir yang bernama Kaleka melihat hal itu dan ia pun ingin dimaafkan oleh Pangeran Sadewa, tetapi Pangeran Sadewa menolaknya. Kaleka yang marah karena permintaannya ditolak kemudian menyerang Pangeran Sadewa sehingga terjadilah pertempuran yang sengit. Kaleka yang kesulitan untuk menang merubah dirinya menjadi seekor babi hutan dan burung raksasa tetapi Pangeran Sadewa tetap mengalahkannya. Pada kesempatan yang ketiga Kaleka mengubah dirinya menjadi Rangda yang sangat kuat, bahkan terlalu kuat untuk dikalahkan Pangeran Sadewa. Pangeran Sadewa yang kini mulai terdesak bermeditasi dan mengubah dirinya menjadi Barong. Maka terjadilah peperangan sengit antara Rangda dan Barong di mana keduanya seri, tidak bisa saling mengalahkan. Akhirnya Barong memutuskan untuk pergi dan memanggil pengikut-pengikutnya, para Penari Keris, untuk membantunya mengalahkan Rangda.
Babak 7 Para Penari Keris bermunculan dan mulai menyerang Rangda. Namun Rangda menggunakan ilmu hitamnya untuk menyihir para Penari Keris. Mereka disihir sehingga menggunakan keris mereka untuk menyerang diri mereka sendiri. Barong pun tak tinggal diam, ia menggunakan ilmu putihnya untuk menolong para pengikutnya agar kulit mereka menjadi kebal terhadap tusukan-tusukan keris. Penari Keris berada dalam keadaan kerasukan untuk dapat melakukan adegan berbahaya ini. Sering kali kekuatan yang memasuki tubuh mereka sangat besar sehingga mereka harus dipegangi oleh banyak orang.
Penutup Pada akhirnya, Rangda kalah, tidak musnah, dan melarikan diri untuk mengembalikan kekuatannya dan menyerang kembali di kesempatan lain. Para Penari Keris yang masih berada dalam keadaan kerasukan lalu digiring ke tempat Barong berdiri dan seorang Pemangku (pendeta kuil) akan memberikan sesajen di lantai. Setelah selesai membacakan mantra-mantra, Pemangku mencipratkan air suci kepada para Penari Keris sampai mereka sadar kembali. Sebelum pementasan ini sepenuhnya selesai, Pemangku akan mengorbankan seekor ayam hitam dan menumpahkan darahnya di lantai sebagai persembahan untuk menyenangkan roh-roh jahat.
2.1.9 Topeng dan Kostum Barong dan Rangda
Adapun Rangda dan Barong pada galibnya merupakan kekuatan bersisi dua, yaitu pelindung dan sekaligus perusak, oleh karena orang Bali menganggap kedua makhluk itu secara bergantian menjadi penyebab wabah atau bencana lainnya, maupun sebagai perlindungan terhadap petaka tersebut. Topeng yang merupakan wujud mereka diupacarai sedemikian rupa (pasupati) sehingga menjadi penampung kekuatan gaib. Setelah berisi kesaktian tersebut, untuk memainkan topeng itu menjadi berbahaya (tenget) dan hanya dapat dilakukan oleh lelaki yang telah melalui upacara pembayatan (dikutip dari Bali, Pariwisata Budaya dan Budaya Pariwisata, Picard 2006 (Belo 1949, 1960; Emigh 1984; Geertz 1994; Lovric 1987; Rickner 1972)). Topeng Barong ditemukan dalam beberapa wujud binatang, yang paling umum dan juga yang paling sakti adalah Barong Ket, yang bukan merupakan wujud suatu binatang tertentu, melainkan mirip lambang Kala-Boma, suatu simbol pelindung yang wujudnya menghiasi gapura-gapura dan tempat antar ruang lainnya. Barong Ket berwujud makhluk menakjubkan yang digerakkan oleh dua penari laki-laki, dibawa berak-arakan sekeliling desa (nglawang) pada waktu perayaan Galungan dan menari di depan ambang pintu setiap rumah penduduk. Ritus perlindungan ini bertujuan untuk menaklukkan para Buta Kala, roh-roh jahat yang menularkan wabah dan menimbulkan berbagai jenis petaka. Kostum Barong beratnya diperkirakan sekitar 40 kg. Bagian badannya terbuat dari rangkaian bambu dan kayu yang dilapisi praksok, daun dari sejenis pohon keluarga pandan-pandanan. Beberapa Barong menggunakan bulu-bulu burung gagak atau burung merak sebagai pengganti praksok. Di atas bulu-bulu buatan itu terdapat beberapa potongan kulit dan kaca yang dapat menangkap cahaya. Kostum Barong digerakkan oleh
2 orang penari, satu di bagian depan / kepala dan satunya lagi di bagian belakang / ekor. Penari di bagian belakang hanya bisa melihat kaki dari penari di depannya sehingga ia mharus mengandalkan irama dari musik pengiring dan petunjuk-petunjuk yang diberikan kaki penari di depannya sebagai acuannya untuk menari. Sedangkan penari di bagian depan mengendalikan topeng kepala Barong dengan kedua tangan melalui pegangan kayu yang terletak di bagian belakang rahang topeng. Dibutuhkan stamina yang kuat untuk menari dengan kostum Barong. Topeng Rangda adalah penampung kesaktian Batari Durga. Asal dipuja dan dipersembahkan sesajen seperti semestinya, Durga diharapkan melindungi masyarakat setempat dari wabah yang mengancamnya. Topeng ini juga dianggap dapat mengontrol para leak, tukang sihir perempuan yang mempelajari ilmu pengiwa (ilmu sihir kiri), konon bisa berubah bentuk dan menularkan wabah-wabah. Kostum Rangda dikatakan lebih diberatkan karena peran yang dimainkan itu sendiri dari pada karena berat kostum secara harafiah. Berat topeng dan hiasan kepala Rangda diperkirakan sekitar 10-12 kg, tetapi tantangan magis dan spiritual yang harus dihadapi penarinya lebih berat lagi. Kostum Rangda mempunyai rambut dari buku kambing, payudara yang menjuntai, celana dari bahan bulu serta kuku buatan yang panjang. Lidahnya yang panjang dan terjuntai menggambarkan bahwa ia selalu lapar dan mencari korban. Lidah-lidah api yang keluar dari lidahnya merupakan simbol dari api yang tak kenal ampun. Matanya yang melotot menggambarkan kemarahan dan kegalakan. Ia selalu menempatkan dirinya terlebih dahulu dan tidak percaya bahwa ada orang lain yang kekuatannya lebih hebat daripadanya. Di atas rambutnya terdapat lidahlidah
api
(swidwara)
yang
melambangkan
kekuatannya
spiritual
magisnya.
(diterjemahkan dari buku Balinese Dance, Drama and Music: A Guide to the Performaing Arts of Bali, Picard 2006).
2.1.10 Pendukung dan Persiapan dalam Tari Barong Persiapan Tari Barong dan Keris tidak bisa dilakukan sembarangan karena menggunakan ilmu magis atau gaib untuk mendukung pertunjukkannya. Ada persiapanpersiapan dan ritual-ritual khusus yang harus dilakukan seperti pengendalian roh yang mendiami topeng-topeng yang akan dimainkan, sesajen dan dupa yang harus diberikan, air suci dari Gunung Agung yang dicelupkan janggut Barong guna memulihkan para Penari Keris yang kerasukan, sampai penyembelihan ayam hitam dan menumpahan darah ayam tersebut guna menyenangkan roh-roh jahat.
2.1.11 Ilustrasi Ilustrasi adalah hasil visualisasi dari suatu tulisan dengan teknik drawing, lukisan, fotografi, atau teknik seni rupa lainnya yang lebih menekankan hubungan subjek dengan tulisan yang dimaksud daripada bentuk. Tujuan ilustrasi adalah untuk menerangkan atau menghiasi suatu cerita, tulisan, puisi, atau informasi tertulis lainnya. Diharapkan dengan bantuan visual, tulisan tersebut lebih mudah dicerna. Fungsi khusus ilustrasi antara lain: •
Memberikan bayangan setiap karakter di dalam cerita
•
Memberikan bayangan bentuk alat-alat yang digunakan di dalam tulisan ilmiah
•
Memberikan bayangan langkah kerja
•
Mengkomunikasikan cerita.
•
Menghubungkan tulisan dengan kreativitas dan individualitas manusia.
•
Memberikan humor-humor tertentu untuk mengurangi rasa bosan.
•
Konsep ilustrasi bisa ditinjau kembali ke masa silam melalui lukisan dinding prasejarah dan konsep tulisan hierioglif. Masa keemasan ilustrasi Amerika Serikat berlangsung pada tahun 1880, setelah
perang dunia I. Hal ini terjadi seiring dengan populernya surat kabar, majalah, dan buku berilustrasi yang memungkinkan adanya eksperimen teknik oleh senimannya. Pada saat inilah banyak ilustrator yang menjadi kaya dan terkenal. Tema yang banyak muncul adalah aspirasi bangsa Amerika saat itu. Di Eropa, seniman pada masa keemasan dipengaruhi oleh kelompok PreRaphaelite dan gerakan-gerakan yang berorientasi kepada desain seperti Arts and Crafts Movement, Art Nouveau, dan Les Nabis. Contohnya Walter Crane, Edmund Dulac, Aubrey Beardsley, Arthur Rackham dan Kay Nielsen. Pada masa kini, ilustrasi semakin berkembang dengan penggunaan banyak software pembantu seperti Adobe Illustrator, Photoshop, CorelDraw, dan CAD. Namun ilustrasi tradisional yang dibuat dengan tangan tetap memiliki nilai yang tinggi. Di Indonesia, sejarah tradisi ilustrasi dapat merujuk kepada lukisan gua yang terdapat di Kabupaten Maros, provinsi Sulawesi Selatan dan di pulau Papua. Jejak ilustrasi yang berumur hampir 5000 tahun itu menggambarkan tumpukan jari tangan berwarna merah terakota. Selain lukisan gua, wayang beber dalam hiburan tradisional Jawa dan Bali dilihat sebagai ilustrasi yang merepresentasikan alur cerita kisah Mahabarata, tradisi yang kira-kira muncul bersamaan dengan berdirinya kerajaan
Sriwijaya yang menganut agama Hindu di Pulau Sumatera bagian Selatan. (dikutip dari http://id.wikipedia.org/wiki/Ilustrasi).
2.1.11 Data Penerbit Penerbit Gramedia mulai menerbitkan buku sejak tahun 1974. Buku pertama yang diterbitkan adalah novel Karmila, karya Marga T. Sedangkan untuk buku non-fiksi pertama adalah Hanya Satu Bumi, yang ditulis oleh Barbara Ward dan René Dubois (diterbitkan bekerjasama dengan Yayasan Obor). Yang kemudian disusul oleh buku seri anak-anak pertama Cerita dari Lima Benua, dan kemudian seri-seri yang lain. Dengan misi “Ikut mencerdaskan dan memajukan kehidupan bangsa serta masyarakat Indonesia” , Gramedia Pustaka Utama berusaha keras untuk menjadi agen pembaruan bagi bangsa ini dengan memilih dan memproduksi buku-buku yang berkualitas, yang memperluas wawasan, memberikan pencerahan, dan merangsang kreativitas berpikir. Melalui pengalaman jatuh-bangun dan melihat kebutuhan pasar, Gramedia Pustaka Utama akhirnya mengkonsentrasikan diri untuk menggarap dua bidang utama, yakni fiksi dan non-fiksi. Bidang fiksi dibagi menjadi fiksi anak-anak dan pra-remaja, remaja, dewasa. Bidang non-fiksi dibagi menjadi humaniora, pengembangan diri, bahasa dan sastra Indonesia, bahasa Inggris/ELT, kamus dan referensi, sains dan teknologi, kesehatan, kewanitaan (masakan, busana), dsb. Karena misi dan visi itu pula, Gramedia berusaha memilih penulis-penulis yang berkualitas. Di deretan fiksi kita mengenal nama-nama yang memiliki reputasi internasional seperti: John Grisham (penulis legal thriller), Sidney Sheldon, Agatha
Christie, Danielle Steel, Sir Arthur Conan Doyle, dll.; dan lima penulis wanita paling top di Indonesia: Marga T., Mira W, Maria A. Sardjono, V. Lestari, dan S. Mara Gd. Di deretan non-fiksi untuk penulis lokal ada Hermawan Kartajaya, Kwik Kian Gie, Rhenald Kasali, Husein Umar, Vincent Gaspers, Andreas Harefa, Anand Krishna, Hembing W., Nila Chandra, Marry Winata, Rudy Choirudin, dll.; dan untuk penulis asing (terjemahan) ada: Jack Canfield & Mark Victor Hansen (Seri Chicken Soup for the Soul), John Gray, Daniel Goleman, John P. Kotter, Joe Girard, Andrew Weil, dll.
2.2 Target Komunikasi Menurut buku Child Development 11th Edition karangan John W. Santrock, perkembangan anak pada umumnya dapat digolongkan menjadi 5 periode, yaitu: 1.
Periode prenatal atau sebelum kelahiran, yaitu waktu di mana anak masih dalam
kandungan ibunya sampai ia dilahirkan. Periode ini biasanya berlangsung selama 9 bulan. Sebuah sel tumbuh menjadi sebuah organisme, lengkap dengan otak dan kapabilitas bertingkah laku. 2.
Periode infancy atau bayi, yaitu waktu sejak seorang bayi dilahirkan sampai ia
berusia 18-24 bulan. Dalam periode inibayi sangat bergantung terhadap orang tua yang merawatnya. Aktivitas psikologi mulai berkembang seperti kemampuan berbicara, merasakan sensasi, serta aktivitas fisik seperti berpikir menggunakan symbol, meniru dan belajar dari orang-orang di sekitarnya. 3.
Periode early childhood atau balita, yaitu waktu sejak seorang anak mengakhiri
masa bayi sampai ia berumur 5-6 tahun. Terkadang periode ini disebut sebagai periode sebelum sekolah. Pada masa ini anak belajar untuk lebih mandiri dan mengurus dirinya
sendiri, ia mulai mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan untuk memulai sekolah seperti mengikuti instruksi-instruksi, mengenali huruf, dan banyak menghabiskan waktu untuk bermain dan bersama orang-orang disekitarnya. SD kelas 1 biasanya menandakan berakhirnya periode ini pada seorang anak. 4.
Periode middle & late childhood atau anak usia sekolah dasar, yaitu ketika anak
berumur 6-11 tahun. Anak mempelajari kemampuan-kemampuan dasar untuk membaca, menulis, aritmatika, dan mereka juga diperkenalkan dengan lingkungan yang lebih luas secara formal termasuk budaya yang berkembang di lingkungan tersebut.
5.
Periode adolescence atau remaja, yaitu waktu transisi seorang anak tumbuh
menjadi seorang manusia dewasa awal. Periode ini dimasuki pada umur 10-12 tahun dan berakhir pada umur 18-22 tahun. Remaja mengalami perkembangan fisik secara bertahap seperti pertumbuhan tinggi dan berat badan yang drastic, perubahan bentuk tubuh, karakteristik seksual seperti misalnya tumbuhnya buah dada bagi yang anak perempuan dan tumbuhnya bulu wajah dan bertambah beratnya suara bagi anak laki-laki. Pencarian kebebasan dan identitas diri menjadi penting dalam periode ini. Remaja akan menghabiskan lebih banyak waktu di luar keluarga mereka dan pikiran mereka akan berkembang menjadi abstrak, idealis, dan logis. Berdasarkan data di atas, maka periode anak yang paling tepat sebagai target komunikasi adalah periode middle & late childhood atau anak usia sekolah dasar di mana ia telah mampu membaca dan menyerap bermacam hal yang ia temukan tetapi juga belum sibuk dengan masalah pubertas dan pencarian jati diri. Dikarenakan target komunikasi masih mengandalkan orang tua mereka untuk membelikan barang-barang
yang mereka inginkan, makan target komunikasi dibagi menjadi dua yaitu target komunikasi primer dan sekuder. Target primer adalah anak-anak yang tinggal di kota-kota besar dan bergaya hidup modern namun senang membaca dan punya rasa keingintahuan yang besar akan seni dan budaya Indonesia maupun hal-hal baru lain yang belum mereka ketahui sebelumnya, sedangkan target sekunder adalah para orang tua yang membelikan produk untuk target primer.
2.3 Analisa SWOT 1. Strength (Kelebihan): - Cerita dalam Tari Barong dan Keris menarik dan mempunyai nilai moral yang unik. - Barong dan Rangda sudah sangat terkenal dan iconic di Bali. - Tari Barong dan Keris sangat popular di kalangan turis-turis Bali. - Langkanya buku-buku sejenis yang memuaskan baik dari segi isi maupun visual. 2. Weakness (Kelemahan): - Begitu banyaknya versi cerita Barong sehingga sulit menyampaikan detail yang akurat. - Penampilan topeng-topeng dan kostum pada tarian ini memang agak menyeramkan aslinya, tetapi dapat sedikit dibuat lebih lucu pada ilustrasi buku sehingga lebih disukai anak-anak. 3. Opportunity (Peluang): - Peminat budaya tradisional dan atau buku ilustrasi cukup besar.
- Seni dan budaya Bali sangat terkenal di mancanegara sehingga memungkinkan buku ini untuk dijadikan komoditas ekspor. 4. Threat (Ancaman): - Buku ini kemungkinan tidak akan digubris oleh masyarakat yang tidak mempunyai ketertarikan akan seni dan budaya tradisional ataupun buku bergambar/ ilustrasi. - Golongan bawah yang tidak mampu membeli dan atau buku buta huruf akan kesulitan menikmati bacaan ini.