BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Konsep – Konsep Umum Pada teori- teori dasar atau umum ini, penulis akan menggunakan teori- teori yang berkaitan dengan topik skripsi tersebut secara mendetail dan menjelaskan teori dari narasumber yang berhubungan dengan penelitian yang penulis akan lakukan, penulis akan menggunakan teori- teori yang berhubungan dengan metode penelitian content analisis siaran produksi televisi dan radio. 2.2 Komunikasi Massa Komunikasi massa diambil dari istilah bahasa Inggris, mass communication, sebagai kependekan dari mass media communication (komunikasi massa). Artinya, komunikasi yang menggunakan media massa atau komunikasi yang mass mediated. Istilah mass communications dapat diartikan sebagai salurannya, yaitu media massa (mass media) sebagai kependekan dari media of massa. (Wiryanto,2005:69). Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (majalah, surat kabar) atau elektronik (radio, televisi) yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang tersebar di banyak tempat, anonim dan heterogen. Pesan- pesannya bersifat umum, disampaikan secara tepat, serentak, dan selintas khususnya media elektronik. (Mulyana,2005:75).
7
8 Menurut Nurudin (Nurudin,2007:3-4), pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Massa dalam arti komunikasi massa lebih menunjukan pada penerima pesan yang berkaitan dengan media massa. Dengan kata lain, massa yang dalam sikap dan perilakunya berkaitan dengan peran media massa. Oleh karena itu, massa di sini menunjukan kepada khalayak, audience, penonton, pemirsa, atau pembaca. Berdasarkan beberapa definisi yang di tulis di atas mengenai komunikasi massa, penulis memahami bahwa komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan untuk khalayak luas dan bukan hanya tertuju untuk satu orang atau pun perorangan, yang isi pesan atau informasinya umum dan berguna untuk banyak orang. 2.2.1 Ciri- ciri Komunikasi Massa Komunikasi
antarpesona
(interpersonal
communication),
proses
komunikasinya berlangsung dua arah (two way traffic communication), yang berarti komunikasi dapat secara langsung terjadi, antar pesan dari komunikator dan respon komunikan atau audience dapat segera diketahui. Kondisi tersebut, menurut Effendi (1986), tidak ditemukan dalam komunikasi massa yang memiliki ciri khusus, yaitu berlangsung searah, komunikator melembaga, pesan bersifat umum, menimbulkan keserempakan, dan komunikasi heterogen. Sedangkan ciri-ciri komunikasi massa, menurut Elizabeth Noelle Neumann (Jalaluddin Rakhmat, 1994) adalah sebagai berikut: · Bersifat tidak langsung, artinya harus melalui media teknis · Bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi antara peserta-peserta
9 komunikasi · Bersifat terbuka, artinya ditujukan pada publik yang tidak terbatas dan anonim. · Mempunyai publik yang secara tersebar. Pesan-pesan media tidak dapat dilakukan secara langsung artinya jika kita berkomunikasi melalui surat kabar, maka komunikasi kita tadi harus diformat sebagai berita atau artikel, kemudian dicetak, didistribusikan, baru kemudian sampai ke audience. Antara kita dan audience tidak bisa berkomunikasi secara langsung, sebagaimana dalam komunikasi tatap muka. Istilah yang sering digunakan adalah interposed. Konsekuensinya adalah, karakteristik yang kedua, tidak terjadi interaksi antara komunikator dengan audience. Komunikasi berlangsung satu arah, dari komunikator ke audience, dan hubungan antara keduanya impersonal. Karakteristik pokok ketiga adalah pesan-pesan komunikasi massa bersifat terbuka, artinya pesan-pesan dalam komunikasi massa bisa dan boleh dibaca, didengar, dan ditonton oleh semua orang. Karakteristik keempat adalah adanya intervensi pengaturan secara institusional antara si pengirim dengan si penerima. Dalam berkomunikasi melalui media massa, ada aturan, norma, dan nilai-nilai yang harus dipatuhi. Beberapa aturan perilaku normatif ada dalam kode etik, yang dibuat oleh organisasi-organisasi jurnalis atau media. Dengan demikian, komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah audience yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektrolit sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.
10 2.2.2 Unsur-unsur Komunikasi Massa Harold D. Lasswell (dalam Wiryanto, 2005) memformulasikan unsur-unsur komunikasi dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut ”Who Says What in Which Channelto Whom With What Effect?” 1) Unsur who (sumber atau komunikator). Sumber utama dalam komunikasi massa adalah lembaga atau organisasi atau orang yang bekerja dengan fasilitas lembaga atau organisasi (institutionalized person). Yang dimaksud dimaksud dengan lembaga dalam hal ini adalah perusahaan surat kabar, stasiun radio, televisi, majalah, dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud institutionalized person adalah redaktur surat kabar (sebagai contoh). Melalui tajuk rencana menyatakan pendapatnya dengan fasilitas lembaga. Oleh karena itu, ia memiliki kelebihan dalam suara atau wibawa dibandingkan berbicara tanpa fasilitas lembaga. 2) Pers atau media massa sering disebut lembaga sosial. Dalam UU RI no 40 tahun 1999 tentang pers, pasal 1 ayat (1) menyatakan: ”Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, megolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.” bentuk institusi media massa dipertegas lagi pada pasal 1 ayat (2) yang menyatakan: ” Perusahaan pers adalah badan hukum Indonesia yang menyelenggarakan usaha pers meliputi perusahaan media cetak, media elektronik, dan kantor berita, serta perusahaan media lainnya yang secara khusus menyelenggarakan, menyiarkan atau menyalurkan informasi.”
11 McQuail (1987) mentebutkan ciri-ciri khusus institusi (lembaga) media sebagai berikut: 1) Memproduksi dan mendistribusikan pengetahuan dalam wujud informasi, pandangan, dan budaya. Upaya tersebut merupakan respon terhadap kebutuhan sosial kolektif dan permintaan individu. 2) Menyediakan saluran untuk menghubungkan orang tertentu dengan orang lain: dari pengirim ke penerima, dari anggota audience ke anggota audience lainnya, dari seseorang ke masyarakat dan institusi masyarakat terkait. Semua itu bukan sekedar saluran fisik jaringan komunikasi, melainkan juga merupakan saluran tatacara dan pengetahuan yang menentukan siapakah sebenarnya yang patut atau berkemungkinan untuk mendengar sesuatu dan kepada siapa ia harus mendengarnya. 3) Media menyelenggarakan sebagian besar kegiatannya dalam lingkungan publik, dan merupakan institusi yang terbuka bagi semua orang untuk peran serta sebagai penerima (atau dalam kondisi tertentu sebagai pengirim). Institusi media juga mewakili kondisi publik, seperti yang tampak bilamana media massa menghadapi maslah yang berkaitan dengan pendapat publik (opini publik) dan ikut berperan membentuknya (bukan masalah pribadi, pandangan ahli, atau penilaian ilmiah). 4) Partisipasi anggota audience dalam institusi pada hakikatnya bersifat sukarela, tanpa adanya keharusan atau kewajiban sosial. Bahkan lebih bersifat suka rela daripada beberapa institusi lainnya, misalnya pendidikan, agama atau politik. Pemakaian diasosiasikan orang dengan waktu senggang dan
12 santai, bukannya dengan pekerjaan dantugas. Hal tersebut dikaitkan juga dengan ketidakberdayaan formal institusi media: media tidak dapat mengandalkan otoritasnya sendiri dalam masyarakat, serta tidak mempunyai organisasi yang menghubungkan pameran-serta ”lapisan atas” (produsen pesan) dan pemeran-serta ”lapisan bawah” (audience). 5) Industri media dikaitkan dengan industri dan pasar karena ketergantungannya pada imbalan kerja, teknologi, dan kebutuhan pembiayaan. 6) Meskipun institusi media itu sendiri tidak memiliki kekuasaan, namun institusi ini selalu berkaitan dengan kekuasaan negara karena adanya sinambungan pemakaian media, mekanisme hukum, dan pandanganpandangan menentukan yang berbeda antara negara yang satu dengan lainnya. Komunikator dalam proses komunikasi massa selain merupakan sumber pesan, mereka juga berperan sebagai gate keeper (lihat McQuail, 1987; Nurudin, 2003). Yaitu berperan untuk menambah, mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami oleh audience-nya. Bitner (dalam Tubbs, 1996) menyatakan bahwa pelaksanaan peran gate keeper dipengaruhi oleh: ekonomi; pembatasan legal; batas waktu; etika pribadi dan profesionalitas; kompetisi diantara media; dan nilai berita. 1) Unsur says what (pesan). Pesan-pesan komunikasi massa dapat diproduksi dalam jumlah yang sangat besar dan dapat menjangkau audience yang sangat banyak. Pesan-pesan itu berupa berita, pendapat, lagu, iklan, dan sebagainya. Charles Wright (1977) memberikan karakteristik pesan-pesan komunikasi
13 massa sebagai berikut: 1. Publicly: Pesan-pesan komunikasi massa pada umumnya tidak ditujukan kepada orang perorang secara eksklusif, melainkan bersifat terbuka, untuk umum atau publik. 2. Rapid: Pesan-pesan komunikasi massa dirancang untuk mencapai audience yang luas dalam waktu yang singkat serta simultan. 3. Transient: Pesan-pesan komunikasi massa untuk memenuhi kebutuhan segera, dikonsumsi sekali pakai dan bukan untuk tujuan yang bersifat permanen. Pada umumnya, pesan-pesan komunikasi massa cenderung dirancang secara timely, supervisial, dan kadang-kadang bersifat sensasional.
2) Unsur in which channel (saluran atau media). Unsur ini menyangkut semua peralatan yang digunakan untuk menyebarluaskan pesan-pesan komunikasi massa. Media yang mempunyai kemampuan tersebut adalah surat kabar, majalah, radio, televisi, internet, dan sebagainya. 3) Unsur to whom (penerima atau mass audience). Penerima pesan-pesan komunikasi massa biasa disebut audience atau khalayak. Orang yang membaca surat kabar, mendengarkan radio, menonton televisi, browsing internet merupakan beberapa contoh dari audience. Menurut Charles Wright (dalam Wiryanto, 2005), mass audience memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut: 1)
Large yaitu penerima-penerima pesan komunikasi massa berjumlah banyak, merupakan individu-individu yang tersebar dalam berbagai lokasi.
2)
Heterogen yaitu penerima-penerima pesan komunikasi massa terdiri dari berbagai lapisan masyarakat, beragam dalam hal pekerjaan, umur, jenis
14 kelamin, agama, etnis, dan sebagainya. 3)
Anonim yaitu anggota-anggota dari mass audience umumnya tidak saling mengenal secara pribadi dengan komunikatornya.
Unsur with what effect (dampak). Dampak dalam hal ini adalah perubahan-perubahan yang terjadi di dalam diri audience sebagai akibat dari keterpaan pesan-pesan media. David Berlo (dalam Wiryanto, 2005) mengklasifikasikan dampak atau perubahan ini ke dalam tiga kategori, yaitu: perubahan dalam ranah pengetahuan; sikap; dan perilaku nyata. Perubahan ini biasanya berlangsung secara berurutan.
2.2.3 Fungsi Komunikasi Massa Fungsi komunikasi massa dalam dua kategori, yaitu fungsi komunikasi massa untuk
masyarakat
dan
fungsi
komunikasi
massa
untuk
individu.
(McQuail.Prakosa,2006:8-9) Fungsi komunikasi massa untuk masyarakat meliputi: 1. Informasi tentang peristiwa dan kondisi dalam masyarakat dunia, memudahkan inovasi, adaptasi, dan kemajuan. 2. Korelasi: menjelaskan, mengomentari makna peristiwa dan informasi, melakukan sosialisasi. 3. Kesinambungan: mengekspresikan budaya dominan dan mengakui keberadaan khusus (subculture) serta perkembangan budaya baru, meningkatkan dan melestarikan nilai- nilai. 4. Hiburan: meredakan ketegangan sosial, pengalihan perhatian, dan saran relaksasi.
15 5. Mobilisasi: mengkampanyekan tujuan masyarakat dalam bidang politik, perang, perkembangan ekonomi, pekerjaan, dan kadang juga di bidang agama. Fungsi komunikasi massa untuk individu meliputi: 1. Informasi: mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia. Memuaskan rasa ingin tahu dan minat belajar, pendidikan diri sendiri. Memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan. 2. Identitas
pribadi:
menemukan
penunjang
nilai-
nilai
pribadi,
meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri. 3. Integritas dan interaksi sosial: memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain, menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial. 4. Hiburan: melepaskan diri dari permasalahan, bersantai, memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis, mengisi waktu.
Fungsi komunikasi massa pasti tidak akan jauh dari fungsi media massa karena komunikasi massa dapat diartikan komunikasi menggunakan media massa. Komunikasi massa tidak akan ditemukan maknanya tanpa menyertakan media sebagai elemen terpenting dalam media massa. Fungsi komunikasi massa secara umum dapat di katakan sebagai pemberi informasi, pendidikan, dan hiburan kepada masyarakat. Menurut Alexis S. Tan fungsi komunikasi massa bisa beroperasi dalam empat hal. Penerima pesan dalam komunikasi massa bisa kumpulan orang atau disebut juga mass audience, sedangkan pengirim pesan atau komunikatornya termasuk kelompok
16 orang atau media massa. Jadi penerima pesan (komunikan) dan pengirim pesan dalam komunikasi massa bukan hanya seseorang tetapi bisa juga kumpulan orang atau kelompok.
No 1.
Tujuan Komunikator Memberi Informasi
Tujuan Komunikan Mempelajari
ancaman
dan
peluang,
memahami lingkungan, menguji kenyataan, meraih keputusan. 2.
Memperoleh pengetahuan dan keterampilan
Mendidik
yang berguna memfungsikan dirinya secara efektif dalam masyarakatnya, mempelajari nilai, tingkah yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya. 3.
Memberi
Mempersuasi
keputusan,
mengadopsi
nilai,
tingkah laku dan aturan yang cocok agar diterima oleh masyarakat. 4.
Menyenangkan,
memuaskan Menggembirakan, mengendorkan urat syaraf,
kebutuhan komunikan
menghibur, dan mengalihkan perhatian dari masalah yang dihadapi.
Tabel 2.1 Fungsi Komunikasi Massa Alexis S. Tan
17 2.3 Televisi Sebagai Media Massa Media massa adalah media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat secara massal. (Bungin,2006:7). Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, dan televisi. (Cangara, 2008:126). Istilah televisi terdiri dari dua suku kata, yaitu “tele” yang berarti jauh dan “vision” yang berarti penglihatan. Televisi adalah salah satu bentuk media komunikasi massa yang selain mempunyai daya tarik yang kuat, disebabkan unsurunsur kata, musik, dan sound effect, juga memiliki keunggulan yang lain yaitu berupa unsur visual berupa gambar hidup yang menimbulkan pesan yang mendalam bagi pemirsanya dalam usaha untuk mempengaruhi khalayak dengan mengubah emosi dan pikiran pemirsanya. (Effendy, 2003:192) Televisi adalah suatu bentuk media massa yang dinilai paling efektif saat ini. Melalui sifat audio visualnya yang tidak dimiliki media massa lain, perkembangan teknologinya yang begitu cepat dan penayangannya yang mempunyai jangkauan yang relatif tidak terbatas, televisi dapat menarik banyak simpatik dari kalangan masyarakat luas. (Darwanto, 2007:27) Televisi adalah medium komunikasi massa yang paling akrab dengan masyarakat
karena
kemampuannya
mengatasi
faktor
jarak
dan
waktu.
(Surbakti,2008:78) Televisi sebagai bagian dari kebudayaan audio visual merupakan medium paling berpengaruh dalam membentuk sikap dan kepribadian masyarakat secara luas.
18 Hal ini disebabkan oleh satelit dan pesatnya perkembangan jaringan televisi yang menjangkau masyarakat hingga ke wilayah terpencil. (Wibowo, 2009:17) Televisi memang memiliki beberapa keunggulan antara lain sebagai berikut: (Mondry, 2008:21). Keunggulannya antara lain adalah: 1) Lebih “Hidup” Informasi televisi dapat dilihat dengan lebih lengkap dan lebih “hidup” karena ada gambarnya (visual), sehingga pemirsa dapat melihat langsung informasi yang ditayangkan. 2) Lebih “Dekat” Dengan visualisasi yang bagus dari tayangan televisi, pemirsa dapat merasa lebih “dekat”, baik terhadap lokasi peristiwa maupun dengan “perasaan” sesuatu yang ditayangkan. Tanpa memerlukan banyak informasi tambahan, pemirsa sudah paham dengan apa yang tertampil di layar televisi. Sedangkan kelemahan televisi relatif sama dengan radio, yaitu seperti selintas, besifat global, memiliki batasan waktu, beralur linear, serta mengandung gangguan. Kelemahan lain yang dimiliki televisi terkait dengan gambar, yaitu terjadinya gangguan gambar. Seandainya terjadi gangguan terhadap gambar televisi, media itu fungsinya menjadi seperti radio. Dari beberapa definisi di atas mengenai televisi sebagai media massa, penulis menyimpulkan bahwa televisi merupakan suatu media yang lebih spesifik yaitu gabungan antara audio dan visual, dapat memberikan informasi dan dapat
19 membentuk sikap masyarakat baik dalam hal positif atau negatif sesuai apa yang masyarakat lihat. 2.3.1 Jenis Program Televisi Setiap harinya, televisi menyajikan berbagai jenis program yang jumlah nya sangat banyak dan jenis yang beragam. Secara garis besar dapat dikelompokkan berdasarkan jenisnya menjadi dua bagian, yaitu program informasi dan program hiburan. (Morrisan, 2008:208) Jenis-jenis program televisi dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya yaitu: 1. Program informasi (berita), program informasi dibagi lagi menjadi dua jenis yaitu: - Hard news Merupakan laporan berita terkini yang harus segera disiarkan - Soft news Merupakan kombinasi dari fakta, gossip, dan opini. 2. Program hiburan (entertainment), program hiburan adalah segala bentuk siaran yang dibentuk untuk menghibur audien dalam bentuk musik, lagu, cerita dan permainan yang termasuk dalam ketegori hiburan adalah drama, musik, dan permainan (game).
2.3.2 Televisi Sebagai Program Hiburan Televisi sebagai salah satu contoh media komunikasi massa yang berbasis elektronik, ternyata mendapatkan dampak yang paling besar dari perkembangan teknologi informasi. Keberadaan televisi telah mendapatkan tempat di hati
20 masyarakat sebagai salah satu media komunikasi yang memberikan informasi aktual dan faktual serta hiburan dimana proses penyebaran informasi tersebut merupakan penyebaran paling cepat daripada media sebelumnya yaitu media cetak. Keberadaan televisi hingga kini dianggap sebagai salah satu media komunikasi elektronik yang paling banyak digemari oleh masyarakat, hal ini dikarenakan bahwa karakter televisi dianggap satu-satunya media informasi yang menyajikan suatu peristiwa dalam deretan dinamisasi frame hingga pemirsanya bisa terbius dan terprovokasi terhadap isi tayangan yang divisualisasikan. Tidak dapat dibohongi, bahwa si kotak kecil berintelijen tinggi ini telah menjadi suatu kebutuhan hidup masyarakat, mulai dari perkotaan hingga sampai ke pedesaan semua merasa membutuhkannya. Dewasa ini keberadaan televisi sebagai satu-satunya penyebar informasi tercepat itu telah menjangkau hampir keseluruh belahan dunia. Kecepatan informasi yang disampaikan itu berkat adanya teknologi canggih berupa “satelit komunikasi”. Teknologi inilah yang dipakai oleh dunia penyiaran televisi untuk menyampaikan suatu peristiwa penting kepada masyarakat dengan hitungan detik. Inilah yang pernah
dicanangkan
oleh
Marshal
Mac
Luhan
pada
pertengahan
abad
modern, tentang konsep “Global Village” telah menjadi suatu kenyataan. Konsep tersebut mengisyaratkan bahwa dunia ini terlihat dekat seperti dalam suatu genggaman tangan, dimana segala sesuatu yang ada dipermukaan bumi ini dapat berkomunikasi “tanpa batas”, pandangan ini didasarkan pada kenyataan bahwa teknologi yang terlahir membawa arus informasi dan komunikasi dunia melanda ke semua Negara tanpa bisa dibendung lewat jaringan-jaringan Cyber virtual. Teori tentang “Global Village” akan mematahkan konsep sebelumnya, dimana sejak awalnya televisi merupakan barang yang langkah dan mahal, oleh karena itu sasarannya pun terbatas pada kalangan tertentu saja. Namun keberadaan televisi saat
21 ini dapat dinikmati dan sangat mudah dijangkau oleh seluruh kalangan masyarakat tanpa ada batasan usianya. Melihat antusiasnya masyarakat menikmati siaran televisi, maka para pengelolah penyiaran televisipun ikut berbenah untuk merebut pangsa pasarnya dengan penyajikan acara-acara yang dapat mempengaruhi pemirsanya, hingga terlahirnya siaran-siaran televisi akan selalu memanjakan bagi semua orang. Jam penayangannya pun sudah tidak ada batasan, bahkan ada beberapa stasiun televisi yang mengudara sampai 24 jam siaran. Oleh karena itu siaran-siaran televisi bisa ditonton kapan saja, pada saat-saat luang seperti saat liburan atau saat sehabis bekerja, bahkan dalam menyempatkan
suasana
bekerjapun terkadang orang-orang masih
diri untuk menonton program-program televisi, hal tersebut
dikarenakan selain memberikan informasi secara aktual dan faktual, televisi juga menyajikan acara yang menghibur sehingga masyarakat selalu merindukannya. Sebuah lembaga penyiaran televisi, tentunya mempunyai program-program siaran yang akan dikomunikasikan kepada masyarakat luas. Tujuan diproduksinya sebuah program acara televisi antara lain sebagai materi acara dalam melangsungkan terselenggaranya siaran televisi, dimana keberadaanya merupakan sebuah media ruang publik yang berfungsi menyebarkan informasi secara aktual dan faktual serta sebagai sarana hiburan yang murah dan meriah bagi masyarakat luas. Secara umum, lembga penyiaran televisi mempunyai klasifikasi program acaranya yaitu dibagi menjadi tiga jenis diantaranya program acara fiksi, program acara non fiksi dan program acara berita. Dari ketiga jenis tersebut, masing-masing jenis mempunyai bentuk atau format sendiri-sendiri beserta karakteristiknya. Misalkan Produk dari program acara fiksi sendiri antara lain terdiri dari film serial, film televisi (FTV), film pendidikan, film dokumenter dan sinetron seri. Untuk program acara non fiksi sendiri menggarap variety show, kuis, talkshow, reality show, musik dan lawak.
22 Sedangkan untuk program berita terdiri dari paket berita, dialog, diskusi, investigasi dan feature. Suguhan berbagai macam program acara televisi dengan kekarakteristikannya itu, akan membuat orang merasa terhibur dan mau untuk meluangkan waktunya duduk berlama-lama didepan televisi menikmati beragam tayangan. Namun perlu diwaspadai, bahwa apa yang telah disajikan oleh lembaga penyiaran televisi pada masyarakat dan dibalik itu semua dengan disdari atu tanpa disadari, televisi telah memberikan banyak pengaruh kepada tagetnya, ia bisa merubah pola hidup seseorng baik yang bersifat positif maupun negatif dalam kehidupan masyarakat, siapapun sasarannya entah anak-anak, remaja ataupun orang dewasa kesemuanya itu tak luput dari pengaruhnya. Dampak tayangan negatiflah yang banyak membahayakan bagi psikologi manusia atau pemirsa, perlu dicermati dan diapresiasi oleh kalangan orangtua ataupun remaja. Betapa tidak kalau kita amati dan cermati, mutu perencanaan program acara dari beberapa stasiun televisi, belakangan ini konsep program acara yang telah dibuatnya kurang mendidik, sehingga menimbulkan pengaruh cukup besar terutama pada kalangan remaja dan anak-anak. Suatu fakta telah terjadi dewasa ini adalah banyak perubahan pola hidup konsumtif, glamour, intanis telah berkembang pesat di lingkungan remaja baik perkotaan maupun pedesaan dan kesemuanya itu merupakan hasil dari peniruan mereka melihat suatu cerita dari penayangan televisi. Fakta lain menggambarkan, suatu tindak kekerasan oleh perlakuan anak kecil kepada temannya, hal itu terjadi semata-mata dikarenakan meniru adegan dari film cerita dalam televisi. Dari beberapa fakta tersebut, banyak kalangan yang mengkhawatirkan akan perkembangan mutu acara program televisi, dimana dalam implementasinya tidak memperhatikan rambu-rambu “kode etik” dan diluar kontrol oleh pihak KPI itu sendiri, sehingga hasil tayangannya akan
23 berdampak negatif bagi kalangan pemirsa. Dampak dari hal itu, maka perlu diupayakan adanya suatu apresiasi atau diskusi yang membahas tentang perencanaan program acara televisi dari berbagai macam profesi, sehingga nantinya akan terlahir suatu program acara terobosan baru dengan mensinergikan berbagai macam profesi dalam suatu perencanaan program acara televisi yang baik, baik dikaji dari aspek pengemasannya
maupun dari aspek isinya
dimana
nanti
hasilnya
dapat
mencerminkan pesan positif dan akan menjadi magnit pencerahan berpikir dalam kehidupan masyarakat.
2.4 Program Acara Non Fiksi Diantara pengkategorian program-progran tayangan televisi yang disiarkan oleh beberapa stasiun televisi secara meluas itu, program acara non fiksi ternyata mendapat perhatian sebagaian besar masyarakat Indonesia, khususnya para remaja. Perencanaan progam acara non fiksi telah menduduki peringkat tertinggi di hati para penonton remaja atau muda. Program yang tergolong dalan kategori ini banyak variasinya kebanyakan sasaran atau target marketnya adalah anak muda atau remaja. Pada jenis ini banyak dampak sosial yang ditimbulkan terhadap generasi muda, hal itu disebabkan program perancangannya terkadang melenggar etika penyiaran. Tetapi anehnya para pengelola media begitu saja meremehkan pengaruh tersebut, karena selama tidak ada peringatan dari Lembaga Komisi Penyiaran Indonesia secara resmi, program tersebut akan jalan terus walaupun masyarakat tidak menerimanya. Karena sebagian besar masyarakat Indonesia bisa menerimanya. Inilah kecerobohan dari pengelola media televisi yang tidak mau menyeimbangkan antara kepentingan bisnis dan kepentingan sosialnya. Psnyiaran televisi bukanlah semacam perusahaan produk makanan instan misalnya, akan tetapi bersifat penyiaran
24 publik, dimana produknya berinteraksi secara langsung dengan konsumen, apalagi produk penyiaran tersebut diperoleh secara gratis, masyarakat tentu akan senang menerimanya baik anak-anak, remaja atau orang tua. Bayangkan dari beberapa program tersebut, orientasi perancangannya sekitar masalah hura-hura saja jauh dari ktifitas mengasah daya nalar tinggi. Bahkan ada acara dengan pengemasan menyodorkan presenter atau nara sumbernya berpakaian seronok,mengumbar aura sehingga penayngan itu tak pantas diperlihatkan secara umum melalui media publik semacam televisi. Kalau itu yang menjadi magnit sebagai daya tarik masyarakat, lalu apa makna pesan dari acara tersebut untuk kepentingan masyarakat umum, hasil penerimaan acara tersebut hanyalah pernik-pernik peradaban setan dengan segala atribut terhadap trendnya budaya populer hingga para remaja menjadi ketagihan dibuatnya, untuk kemudian diturunkan menjadi jati diri baru dan menularkannya kepada teman-temannya sampai lahirlah masyarakat cuek, masa bodoh, dangkal daya nalar, dan pengaruh pengaruh negatif lainnya maka lahirlah generasi bangsa ini dengan sertifikat resmi namun kemampuannya dipertanyakan ketika lulus dan memasuki dunia kerja yang sebenarnya. Inilah cara media menerapkan ideologinya ke dalam praktik-praktik penyiaran, agar kelak televisinya dapat tumbuh dan berkembang. Pasa saat bersamaan terkadang diluar pengetahuan pengelolah media, apapun bentuk produk media televisi itu dilahirkan dengan menonjolkan kegendengan, kegilaan, kemaksiatan atau pengertian lainnya selalu berdampak pada para remaja sebagai targetnya, karena pada dasarnya manusia selalu mencontoh, atau meniru dan mencoba-coba untuk kemudian diaplikasikan dalam kehidupan. Lembaga Komisi Penyiaran Indonesia yang membawai keberadaan televisi itu, dalam implementasinya tidak punya nyali untuk menyerang dan membekukan permainan media dalam menyebarkan suatu informasi atau hiburan dengan mengabaikan
25 kepatutan penerapan ideologi bangsa yang menjadi dasar perancangan setiap programnya itu. Kita semua tahu banyak program-program hiburan yang ditayangkan oleh beberapa stasiun televisi itu pada dasarnya adalah menghibur untuk masyarakat dengan cara media, karena kurannya apresiasi, maka masyarakat tidak tahu apa pesan dibalik dari tayangan tersebut yang penting penonton hanya bisa menonton dan senang dibuatnya. Program dari jenis ini adalah Termehek-mehek dari Trans TV, Indonesia Idol dari RCTI, Kontes Dangdut dari MNC TV, Bukan Empat mata dari Trans-7 serta program acara dari televisi lainnya.
2.4.1 Program Variety Show Bagian dari program acara non fiksi dimana dalam pengemasannya berorientasi pada imajinasi kreatif terhadap topik tertentu dengan dengan menyertakan suatu permainan tertentu dalam penyajiannya sehingga hassilnya bisa dinikmati oleh masyarakat. Bentuk penyajian program acara jenis ini mempunyai banyak varian dalam penampilannya, selalu ada paduan dalam menjalankan acara tersebut yang menjadi peraturan. Biasanya untuk jenis ini bias berbentuk perlombaan yang diikuti oleh beberapa peserta dan salah satunya akan menjadi juaranya. Materi topik terdiri bermacam-macam seperti lomba menjawab pertanyaan seputar masalah ibu rumah tangga, masalah pengetauan alam, kesenian termasuk menebak lagu dan penyanyinya serta topik lainnya. Pada kesempatan laian program jenis ini bisa mengupas pengalaman seseorang dimulai dari masa perjuangan sampai mencapai kesuksesan. Acara dipandu dengan seorang presenter bisa satu atau dua orang yang berfungsi mengatur jalannya pertandingan atau mengatur jalannya pertanyaan dari pementasan tersebut. Dalam keadaan tertentu bisa menghadirkan bintang tamu sebagai dewan juri atau komentator. Paket penayangannya bervariatif bisa 30 menit
26 dan juga bisa 60 menit. tentu saja waktu tersebut juga dikurangi untuk penayangan iklan, seperti waktu tayang 30 menit dikurangi 6 menit untuk iklan dan waktu 60 menit dikurangi 12 menit untuk penayangan iklan. Penayangan program tergantung dari masing-masing stasiun televisi ada yang satu minggu sekali atau 2 minggu sekali. Program non fiksi dalam model Variety Show ini antara lain Gong Show dari Trans TV, Dahsyat dari RCTI, Raja Gombal dari Trans-7, INBOX SCTV dan masih banyak lagi..
2.4.2 Program Talk Show Adalah suatu jenis acara televisi atau radio yang berupa perbincangan atau diskusi seorang atau sekelompok orang "tamu" tentang suatu topik tertentu (atau beragam topik) dengan dipandu oleh pemandu gelar wicara. Tamu dalam suatu gelar wicara biasanya terdiri dari orang-orang yang telah mempelajari atau memiliki pengalaman luas yang terkait dengan isu yang sedang diperbincangkan. Suatu gelar wicara bisa dibawakan dengan gaya formal maupun santai dan kadang dapat menerima telepon berupa pertanyaan atau tanggapan dari pemirsa atau orang di luar studio. Beberapa contoh program talk show antara lain Bukan Empat Mata, Kick Andy, Ceriwis dll.
2.4.3 Program Reality Show Program Reality Show adalah jenis acara televisi yang menggambarkan adegan yang seakan-akan benar-benar berlangsung tanpa skenario, dengan pemain yang umumnya khalayak umum biasa, bukan pemeran. Acara dokumenter dan acara seperti berita dan olahraga tidak termasuk acara realitas. Acara realitas umumnya menampilkan kenyataan yang dimodifikasi, seperti
27 menaruh partisipan di lokasi-lokasi eksotis atau situasi-situasi yang tidak lazim, memancing reaksi tertentu dari partisipan, dan melalui penyuntingan dan teknikteknik pasca produksi lainnya. Acara realitas biasanya menggunakan tema seperti persaingan, problema hidup, kehidupan sehari-hari seorang selebritis, pencarian bakat, pencarian pasangan hidup, rekayasa jebakan, dan diangkatnya status seseorang dengan diberikan uang banyak, atau yang perbaikan kondisi barang kepemilikan seperti perbaikan rumah atau perbaikan mobil. 2.4.4 Program Musik Program acara yang isi acaranya hanya seputar musik, kehadiran band band baru, bintang tamu penyanyi, biasanya acara ini juga mendatangkan artis artis yang sedang eksis pada waktunya, misalkan girlband atau boyband masa kini, sehingga para penonton yang menggemari musik dapat mengikuti perkembangan jenis musik yang sedang in. Program musik juga menggunakan presenter agar acara dapat dibawakan dengan lebih meriah dan menyenangkan. 2.5 Teori Khusus 2.5.1 Teori Produksi Program Televisi Tahapan produksi terdiri dari tiga bagian di televisi yang lazim disebut standard operation procedure (SOP), seperti berikut: (Wibowo, 2009:38-45) a) Pra Produksi (ide, perencanaan, dan persiapan) Tahapan ini sangat penting, sebab jika tahap ini dilaksanakan dengan rinci dan baik, sebagian pekerjaan dari produksi yang direncanakan sudah selesai. Tahap – tahap pra produksi meliputi tiga bagian, sebagai berikut: -
Penemuan Ide, tahap ini dimulai dalam suatu rapat redaksi, ketika seorang produser menemukan ide atau gagasan,
28 membuat riset dan menuliskan naskah atau meminta penulis naskah mengembangkan gagasan menjadi naskah sesudah riset. -
Perencanaan, tahap ini meliputi penetapan jangka waktu kerja (time schedule), penyempurnaan naskah, pemilihan crew – crew yang bertugas, lokasi dan peralatan.
-
Persiapan, tahap ini meliputi melengkapi peralatan yang diperlukan, perijinan dan surat – menyurat dalam melakukan proses peliputan nantinya. Semua persiapan ini paling baik diselesaikan menurut jangka waktu kerja (time schedule) yang sudah ditetapkan.
b)
Produksi Setelah proses pra produksi yang meliputi perencanaan dan persiapan telah selesai dilakukan dengan baik dan benar, maka apa dalam tahapan ini adalah merealisasikan apa yang telah direncakana dalam proses pra produksi. Crew – crew yang bertugas akan diarahkan oleh produser yang bertugas untuk mendapatkan hasil yang terbaik dalam peliputan, dan eksekutif produser akan memantau terus kinerja tim peliputan yang mencari materi berita agar sesuai dengan wishlist – wishlist yang ditentukan pada proses pra produksi. Reporter akan bekerja sama dengan cameraman untuk mendapatkan hasil peliputan yang baik dan gambar yang layak untuk ditayangkan nantinya. Rekaman pada saat on air akan dilakukan di lapangan dan juga di dalam Master Control Room (MCR).
29 A.
Video Tape Recording (VTR) Material Room
Bagian ini merupakan tempat penyedian materi-materi program siaran yang berbentuk tape atau kaset siap tayang seperti sinetron, program non-drama. VTR berfungsi merekam dan melihat rekaman pada proses produksi, dapat juga digunakan untuk meng-capture (mengubah rekaman dari kaset pita ke digital). Format yang digunakan, antara lain VHS, S-VHS, dan MiniDV. Kaset-kaset tersebut di barcode atau dikomputerisasikan sehingga terdapat pembagian segmen untuk sebuah program acara. Kemudian setelah dibagi, di input ke Flexicart atau mesin pemutar materi program. Misalnya suatu program sinetron akan tayang pada tanggal 7 November pukul 7 malam, dengan durasi 64 menit dan akan dibagi menjadi lima segmen untuk Running File program tersebut. Selain membagi segmen program, bagian VTR juga menyuplai keperluan materi iklan. Apabila ada materi iklan yang tidak sesuai dengan format yang ada pada ruangan VTR, maka meteri kaset tersebut akan diubah menjadi materi yang siap tayang. Kebayakan stasiun televisi saat ini, sudah meminta perusahaan iklan yang ingin memasuki iklan, agar memasukkan format iklan yang sesuai. 1. Studio Studio merupakan tempat untuk memproduksi dan menyuplai program-program stasiun televisi. Proses produksi di studio harus terkoneksi dengan MCR. Ketika program acara diproduksi di studio, MCR menjadi penting untuk mengatur jalannya produksi. Video dan audio akan dikirim ke MCR. Produksi program di studio dapat secara live (langsung disiarkan ke pemirsa) misalnya program musik, olahraga, dan berita ataupun secara recording (program acara direkam terlebih dahulu atau dikenal dengan taping). Di dalam studio terdapat beberapa sistem yang terintegrasi yaitu audio (system mixer), video (system camera), pencahayaan (system lighting) dan seni
30 (art design). 1) Siaran Langsung (Live Event) Siaran langsung merupakan suatu proses produksi yang sesuai dengan kenyataan saat itu sehingga apa yang dilihat di televisi pemirsa merupakan gambaran nyata baik waktu maupun lokasi. Siaran langsung memiliki risiko kegagalan baik masalah teknis maupun operasional. Siaran langsung mempunyai slot waktu program yang sulit diprediksi ketepatan selesainya, sehingga seandainya acara langsung gagal, otomatis mengganggu runtutan acara berikutnya. 1. Presentasi Presentasi merupakan pengendali utama sebuah siaran berlangsung. Bagian ini merupakan pengatur waktu baik kapan program acara on air (berupa live atau taping) maupun waktu iklan atau komersial akan ditayangkan.Selain itu, bagian presentasi juga bertugas mengatur naik atau turunnya logo televisi, running text. Sistem presentasi memiliki main switcher atau switcher utama yang saling terhubung dengan computer control switcher dan computer control superimpossed. Switcher merupakan alat untuk memilih satu gambar dari berbagai sumber untuk disiarkan atau direkam. Untuk sumber lainnya seperti logo, running text, bumper, dan sebagainya juga akan masuk ke main switcher. B. Master Control Console Bagian ini sebagai pemantau alur sinyal audio dan video. Master control console sebagai penyangga utama penyelenggaraan siaran, membagi sinyal input kebagian lain (studio, presentasi, transfer room), koordinasi utama saat siaran langsung. C. Ruang Transfer (Transfer room) Ruang transfer atau transfer room disebut juga sebagai bagian rekam atau recording.
31 Bagian transfer memberikan input untuk materi siaran yang siap tayang. Bagian transfer dapat merekam materi live atau siaran tunda, merekam acara off air (hasil on air yang sudah ke masyarakat) guna keperluan saksi ke pemasang iklan (Broadcast On Air Whitness). Bagian transfer sebagai perekam materi acara yang belum berformat digital. D. Transmisi Up-link Ruang transmisi merupakan bagian yang menyiarkan sinyal-sinyal audio dan video ke masyarakat. Bagian ini berhubungan dengan frekuensi, daya pancar transmitter, gelombang pemancar, converage area pancaran stasiun televisi, perizinan alokasi frekuensi dengan departemen perhubungan dan lain-lain. Dalam penyiaran televisi, transmisi sebagai pemancar gelombang elektromagnetik dengan dua tipe, yaitu pola penyiaran tatap muka langsung (line off sight) dan pola satelit uplink dan downlink. Line off sight menggunakan gelombang pendek (microwave) yang biasanya untuk keperluan stasiun relay dalam kota (TX Site). Satelit uplink dan downlink menggunakan media satelite repeater untuk keperluan televisi daerah (TX Relay).
c)
Pasca Produksi Pasca produksi memiliki tiga langkah utama, yaitu editing offline, editing online, dan mixing. Berikut penjabarannya. -
Editing Offline Proses editing ini merupakan proses memadukan antara gambar satu dengan gambar yang lain serta pemotongan dan memperpadukan gambar agar menjadi satu kesatuan gambar yang bercerita, sehingga hasilnya nanti akan dapat dimengerti
32 dan dinikmati oleh pemirsanya. -
Editing Online Berdasarkan naskah editing, editor mengedit hasil shooting asli. Sambungan-sambungan setiap shoot dan adegan (scene) dibuat tepat berdasarkan catatan time-code dalam naskah editing. Demikian pula sound asli dimasukkan dengan level yang seimbang dan sempurna. Setelah editing online ini siap, proses berlanjut dengan mixing.
-
Mixing Narasi yang sudah direkam dan ilustrasi musik yang juga sudah direkam, dimasukkan ke dalam pita hasil editing online sesuai dengan petunjuk atau ketentuan yang tertulis dalam naskah editing. Keseimbangan antara sound effect, suara asli, suara narasi dan musik harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak saling mengganggu dan terdengar jelas. Sesudah proses mixing ini boleh dikatakan bagian yang penting dalam pasca produksi sudah selesai.
Sedangkan teknik pengeditan yang sering dilakukan untuk mengedit suatu berita terdapat dua macam teknik editing yaitu: -
Editing Linear (Analog). Proses pengeditan gambar satu persatu secara berurutan dari awal hingga akhir. Sehingga seandainya terjadi kesalahan dalam menyusun gambar maka kita harus mengulang kembali dari awal. Contoh: menggunakan dua buah VTR satu sebagai
33 master shot dan satu lagi sebagai perekam. -
Editing Non Linear (Digital). Adalah proses pengeditan gambar secara acak (tidak berurutan). Pada proses ini kita tidak harus memulai dari awal berurutan hingga akhir. Kita bisa memulainya dari mana saja tergantung materinya mana yang sudah siap. Contoh: Pinnacle, Adobe Premiere,Avid, Final Cut dan lain – lain.
Pada tahap pasca produksi semua bahan mentah produksi dikumpulkan untuk diolah. Analoginya, ialah seorang koki yang membawa semua bahan masakan dan bumbu ke dapur, untuk diolah sesuai resep yang telah ada. Berikut ini merupakan beberapa fungsi dalam tahapan editing video.
1) Fungsi Editing Video: Editing video merupakan proses menggerakan dan menata video shoot atau hasil rekaman gambar menjadi suatu rekaman gambar yang baru dan enak untuk dilihat. secara umum pekerjaan editing adalah berkaitan dengan proses pasca produksi, seperti, colour correction, sound mixing, dan capture video. 2) Fungsi Sound Fungsi sound meliputi sejumlah keperluan seperti, pembuatan musik ilustrasi, pembuatan sound efek, dan sound recording (untuk keperluan dubbing narasi). 3) Fungsi Image Editing Merupakan penunjang elemen grafis untuk keperluan editing video yang dipergunakan dalam pembuatan judul dan ilustrasi. 4) Fungsi Animasi dan Visual Efek Merupakan bagian video yang berupa animasi atau visual efek merupakan klip video berdurasi tertentu yang ditambahkan pada proyek video editing.
34 5) Fungsi Distribusi Produk video yang telah dibuat mungkin selanjutnya akan didistribusikan kepada pemirsa yang merupakan target komunikasi dari produk video tersebut. Setelah proses editing video menghasilkan format file tertentu, file ini kemudian dapat diproses lanjut dalam usaha pembuatan vcd/dvd agar kelak dapat digandakan atau didistribusikan secara massal.