BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1
Teori – teori Dasar/Umum Pada teori dasar atau umum ini, peneliti membahas mengenai kerangka teori -
teori yang berhubungan dengan topik skripsi yaitu content anayisis program siaran televisi / radio. Peneliti membahas mengenai teori dasar atau umum menurut para ahli komunikasi, komunikasi massa dan media massa dari pakar-pakar tertentu mengenai hal yang berkaitan dengan topik tersebut secara detail dari para narasumber ataupun sumber – sumber yang berkaitan dengan penelitian tersebut.
2.1.1
Pengertian Komunikasi Komunikasi sangat penting dalam kehidupan sehari-hari sebagai sarana
untuk menerima dan memberi pesan kepada orang lain, sehingga tanpa adanya komunikasi segala kegiatan manusia akan terhenti dengan sendirinya. Sebelum menganalisis lebih jauh mengenai efek komunikasi terhadap Audiens, terlebih dahulu kita harus mengetahui pengertian komunikasi. Istilah komunikasi dalam bahasa inggris Communication yang berasal dari kata Latin Communicatio, bersumber dari kata communis yang berarti sama, maksudnya adalah sama makna atau sama arti. Jadi, komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu peran yang di sampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan (Effendy, 2001 : 09) Carl I. Hovland mendefinisikan komunikasi sebagai proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang (biasanya
13
14 lambang dalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku orang lain (komunikan).
Definisi
tersebut
menunjukkan
bahwa
ilmu
komunikasi
mempelajari dan meneliti perubahan sikap dan pendapat akibat informasi yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain. Carl Hovland secara terpisah menyebutkan bahwa efek atau dampak yang ditimbulkan oleh komunikasi massa dapat dilihat dari perubahan pada apa yang diketahui, dipahami atau dipersepsi oleh khalayak, efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan dan informasi, sedangkan dampak efektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak. Efek ini berhubungan dengan emosi, sikap atau nilai seseorang. Efek behavioral berhubungan dengan perilaku nyata yang berhubungan dengan perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola, tindakan, kegiatan atau kebiasaan berperilaku (Effendy, 1986 : 12) Definisi Hovland mengenai proses dan fungsi komunikasi diperkuat dan dikembangkan oleh Harold D Laswell. Menurut Laswell, cara terbaik untuk menerangkan kegiatan komunikasi ialah menjawab pertanyaan : “Who say what in which channel to whom whit what Effect?”. Kesamaan dengan definisi Hovland ialah selain unsur-unsur komunikasi, juga keharusan adanya efek, yakni perubahan tingkah laku (Effendy,1986 : 12) Sebagai jawaban dari pertanyaan yang di ajukan tersebut Paradigma Laswell menunjukkan bahwa komunikasi meliputi 5 unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan (Effendy, 1984 : 10), yaitu : 1)
Komunikator (Communicator, Source)
2)
Pesan (Massage)
15 3)
Media (Channel)
4)
Komunikan (Communican, receivere)
5)
Effek (Effect,Impact, Influence) Jadi
menurut
paradigma
Laswell,
komunikasi
adalah
“Proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu (Effendy, 2001 : 10)
2.1.2
Unsur-unsur Komunikasi Berdasarkan paradigma Harold Lasswell menampilkan model proses
komunikasi.
(Philip
mengklasifikasikan
Kotler,
Marketing
unsur-unsur
dalam
Management proses
).
komunikasi
Beliau
juga
yang
dapat
membentuk keefektifan dalam komunikasi yang meliputi: 1) Sender: Komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang
atau
sejumlah orang. 2) Encoding: Penyandian, yakni proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk lambang, atau usaha mengubah pesan yang abstrak menjadi konkret 3) Message: Pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator 4) Media: Saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan. 5) Decoding: Penguraian sandi, yakni proses di mana komunikan menetapkan makna pada lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya. 6) Receiver: Komunikan yang menerima pesan dari komunikator.
16 7) Response: Tanggapan, seperangkat reaksi dari komunikan setelah diterpa pesan 8) Feedback: Umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator 9) Noise: Gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.
2.1.3
Tujuan Komunikasi Tujuan orang berkomunikasi tidak hanya untuk mengubah perilaku saja.
(Onong Uchjana Effendy, 2003 : 55) tujuan komunikasi adalah : 1)
Mengubah sikap
2)
Mengubah opini / pendapat / pandangan
3)
Mengubah perilaku
4)
Mengubah masyarakat
2.1.4
Fungsi Komunikasi
1)
Pengawasan (surveillaince)
2)
Interpretasi (interpretation)
3)
Hubungan (linkage)
4)
Sosialisasi
5)
Hiburan (entertainment) Dari definisi fungsi komunikasi, maka penulis dapat simpulkan bahwa
fungsi komunikasi yang paling utama adalah dalam mengamati lingkungan,
17 kemudian mengkorelasikan antara informasi dari data yang diperoleh dengan kebutuhan khalayak, karena komunikator lebih menekankan pada seleksi evaluasi dan interpretasi. Fungsi yang terakhir adalah menyalurkan nilai-nilai budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya.
2.2
Komunikasi Massa 2.2.1 Definisi Komunikasi Massa Komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa atau komunikasi dengan menggunakan media massa. Massa di sini adalah kumpulan orang-orang yang hubungan antar sosialnya tidak jelas dan tidak mempunyai struktur tertentu. Menurut Gerbner (1967), seorang ahli komunkasi, “Mass communication is the technologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continuous flow of messages in industrial societies” Jadi, Gerbner berpendapat bahwa komunikasi massa adalah suatu produksi dan distribusi pesan yang terus menerus dalam masyarakat industri yang berlandaskan teknologi dan lembaga. Joseph Devito seperti dikutip oleh Nurudin, memberikan definisi yang lebih detail tentang komunikasi massa. ”First, mass communication is communication addressed to masses, to an extremely large society. This does not mean that the audience include all people or everyone who reads or everyone who watches television; rather it means an audience that is large and generally rather poorly defined. Second, mass communication is communication mediated by audio and or visual transmitter. Mass communivation is perhaps most easily
18 and most logically defined by its; television, radio, newspaper, magazines, films, books, tapes” Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa komunikasi massa merupakan komunikasi yang ditujukan kepada khalayak yang sangat banyak, atau biasa disebut massa. Tapi ini tidak berarti bahwa massa yang dimaksud adalah orangorang yang menonton televisi atau membaca koran, melainkan berarti masyarakat yang besar dan umumnya agak kurang jelas. Lalu disebutkan juga bahwa komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancarpemancar audio dan atau visual. Komunikasi mungkin akan lebih mudah dimengerti apabila didefinisikan dengan media penunjangnya, seperti televise, radio, koran, majalah, buku, dan film. Dari kedua pendapat ahli komunikasi tentang komunikasi massa tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa komunikasi massa adalah sebuah bentuk komunikasi yang disampaikan melalui media massa sebagai media penunjang, dan disampaikan secara terbuka kepada masyarakat luas di berbagai wilayah.
2.2.2
Fungsi Komunikasi Massa
1) Informasi Dengan komunikasi massa kita dapat mengetahui berbagai informasi yang terjadi baik di dalam maupun luar negeri. 2) Sosialisasi (pemasyarakatan) Komunikasi massa membuat kita aktif masyarakat.
bersosialisasi di dalam
19 3) Motivasi Memotivasi masyarakat melakukan kegiatan individu maupun kelompok. 4) Perdebatan dan Diskusi. Memungkinkan terjadinya diskusi atau perdebatan mengenai suatu hal. 5) Pendidikan Komunikasi massa dapat membentuk watak, pendidikan keterampilan, serta kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan. 6) Memajukan kebudayaan Dengan komunikasi massa maka kita dapat memajukan suatu kebudayaan. 7) Hiburan Pesan yang disampaikan dapat menjadi hiburan individu atau kelompok. 8) Integrasi Memberi kesempatan kepada masyarakat agar saling kenal dan mengerti serta menghargai kondisi, pandangan, dan keinginan orang lain.
2.2.3 Karakteristik Komunikasi Massa Pada prinsipnya definisi komunikasi massa yang diungkapkan oleh ahliahli komunikasi mengandung makna yang saling melengkapi antara satu dan lainnya. Melalui definisi-definisi tersebut maka dapat kita ketahui bahwa karakteristik komunikasi massa sebagai berikut :
20 1) Komunikator Terlembagakan Komunikasi massa melibatkan suatu lembaga dan komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks, sehingga komunikasi massa merupakan komunikator terlembagakan. 2) Pesan Bersifat Umum Komunikasi massa itu bersifat terbuka artinya komunikasi massa ditujukan untuk semua orang bukan hanya pada satu pihak. Oleh karena itu, pesan dalam komunikasi massa bersifat umum. 3) Komunikannya Anonim dan Heterogen Bersifat anonim karena komunikator dan komunikan tidak saling mengenal dan heterogen karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya. 4) Media Massa Menimbulkan Keserempakan Maksudnya adalah keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator dan penduduk satu sama lain berada dalam keadaan terpisah. 5) Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan Dalam komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan harus disesuaikan dengan karakteristik media massa yang akan digunakan. 6) Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah Karena komunikasinya melalui media massa, maka komunikator dan komunikannya tidak dapat berhubungan secara langsung. Dengan kata lain, komunikasi massa itu bersifat satu arah.
21 7) Stimulasi Alat Indra Terbatas Pada surat kabar dan majalah kita hanya bisa melihat dan pada radio siaran kita hanya mendengar, sedangkan pada media televisi dan film, kita menggunakan indra penglihatan dan pendengaran. 8) Umpan Balik Tertunda (Delayed) dan Tidak Langsung (Indirect) Umpan balik bersifat tidak langsung (indirect) dan tertunda (delayed). Artinya komunikator tidak dapat segera mengetahui bagaimana reaksi khalayak terhadap pesan yang disampaikannya.
2.3
Media Massa 2.3.1
Pengertian Media Massa Media massa adalah alat komunikasi yang bekerja dalam berbagai skala,
mulai dari skala terbatas hingga dapat mencapai dan melibatkan siapa saja di masyarakat, dengan skala yang sangat luas. Istilah media massa mengacu kepada kepada sejumlah media yang telah ada sejak puluhan tahun yang lalu dan tetap dipergunakan hingga saat ini, seperti surat kabar, majalah, film, radio, televisi, internet, dan lain-lain. Pengertian media massa mulai menunjukkan batasan yang tidak jelas atau dianggap tidak jelas oleh sebagian orang, dengan munculnya sejumlah media baru yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan media massa yang sudah ada sebelumnya. Media massa baru atau lebih sering disebut dengan ‘media baru’ (new media) ini bersifat lebih individual, lebih beragam (diversified) dan lebih interaktif. Salah satu contoh penting media massa baru saat ini adalah internet. Walaupun media baru menunjukkan pertumbuhan yang
22 cepat, namun belu terlihat tada-tanda bahwa media massa lama aka berkurang peranannya disbanding sebelumnya. Peranannya tetap bertahan dengan cara terus menerus menambah kemampuannya dalam upaya menghadapi tantangan yang dimunculkan media baru. Menurut Denis McQuail (2000), media massa adalah media yang mampu menjangkau massa dalam julah besar dan luas (university of reach), bersifat public dan mampu memberikan popularitas kepada siapa saja yang muncul di media massa. Karakteristik media tersebut memberikan konsekuensi bagi kehidupan politik dan budaya masyarakat kontemporer dewasa ini. Dari perspektif budaya, media massa telah menjadi acuan utama untuk menentukan definisi-definisi terhadap suatu perkara dan media massa memberikan gambaran atas realitas social. Media massa juga menjadi perhatian utama masyarakat untuk mendapatkan hiburan dan menyediakan lingkungan budaya bersama bagi semua orang. Peran media massa dalam ekonoi juga terus meningkat bersamaan dengan meningkatnya pertumbuhan industry media, diversifikasi media massa, dan konsolidasi kekuatan media massa di Indonesia.
2.3.2
Efek Media Massa Steven M. Chafree (Wilhoit dan Harold de Bock, 1980:78) berpendapat
seperti yang dikutip oleh Jalaludin Rahmat, bahwa ada empat efek dari Komunikasi Massa, yaitu efek kehadiran media massa, efek kognitif komunikasi massa, efek afektif komunikasi massa, dan efek behavioral komunikasi massa.
23 1) Efek Kehadiran Media Massa “The medium is the message”, pendapat McLuhan tersebut menjelaskan bahwa bentuk media saja sudah mempengaruhi kita. Dia berpendapat bahwa media adalah perluasan dari alat indra manusia; telepon adalah perpanjangan telinga dan televisi adalah perpanjangan mata. Ada beberapa efek dari kehadiran media massa di masyarakat, seperti efek sosial berupa kehadiran televisi meningkatkan status sosial pemiliknya. Lalu kehadiran media massa juga menimbulkan penjadwalan kembali kegiatan sehari-hari,, Scramm, Lyle, dan Parker (1961) menunjukkan dengan cermat bagaimana kehadiran televise telah mengurangi waktu bermain, tidur, membaca, dan menonton film pada sebuah kota di Amerika. Efek lainnya adalah hilangnya perasaan tidak enak dan tumbuhnya perasaan tertentu pada media massa. Orang seringkali menggunakan media untuk memuaskan kebutuhan psikologis. Sering terjadi juga orang menggunakan media massa untuk mengatasi perasaan tidak enak, misalnya kesepian, marah, kecewa, dan sebagainya. Tidak hanya menghilangkan perasaan, ia pun menumbuhkan perasaan tertentu. Kita memiliki perasaan positif atau negatif pada media tertentu. 2) Efek Kognitif Komunikasi Massa Efek kognitif media massa berkaitan erat dengan pembentukan dan perubahan citra. Citra terbentuk berdasarkan informasi yang kita terima. Media massa bekerja untuk menyampaikan informasi. Untuk Khalayak, informasi tersebut dapat membentuk, mempertahankan, atau meredefinisikan citra. Realitas yang ditampilkan media adalah realitas yang sudah diseleksi.
24 Gerbner (1978) melaporkan penelitian berkenaan dengan persepsi penonton televisi tentang realitas sosial. Ia menemukan bahwa penonton televise kelas berat (heavy viewers) cenderung memandang lebih banyak orang yang berbuat jahat, lebih merasa bahwa berjalan sendiri berbahaya, dan lebih berpikir bahwa orang hanya memikirkan dirinya sendiri. Lazarfeld dan Merton (1948) juga membicarakan fungsi media dalam memberikan status (status conferral). Karena namanya, gambarnya, atau kegiatannya dimuat oleh media, maka orang, organisasi, atau lembaga mendadak mendapat reputasi yang tinggi. 3) Efek Afektif Komunikasi Massa Yang dimaksud dengan efek ini adalah media massa mempengaruhi pembentukan dan perubahan sikap. Apabila dilihat dari segi afektif, pengaruh media massa dapat disimpulkan pada lima prinsip umum : a.
Pengaruh komunikasi massa diantarai oleh faktor-faktor seperti predisposisi personal, poses selektif, keanggotaan kelompok.
b.
Komunikasi massa biasanya berfungsi memperkokoh sikap dan pendapat yang ada, walupun kadang-kadang berfungsi sebagai media pengubah (agent of change).
c.
Bila komunikasi massa menimbulkan perubahan sikap, perubahan kecil pada intensitas sikap lebih umum terjadi daripadaperubahan seluruh sikap dari satu sisi masalah ke sisi yang lain.
d.
Komunikasi massa cukup efektif dalam mengubah sikap pada bidangbidang di mana pendapat orang lemah, misalnya pada iklan komersial.
25 e.
Komunikasi massa cukup afektif dalam menciptakanpendapat tentang masalah-masalah baru bila tidak ada predisposisi yang harus diperteguh (Oskamp, 1977:149)
4) Efek Behavioral Komunikasi Massa Bandura menjelaskan melalui teori belajar sosial, bahwa kita belajar bukan saja dari pengalaman langsung, tetapi dari peniruan atau peneladanan (modelling). Jadi menurut teori tersebut orang cenderung meniru perilaku yang diamatinya. Efek perilaku yang paling sering ditimbulkan adalah efek komunikasi massa pada perilaku sosial yang diterima (efek proporsional behavioral) dan pada perilaku agresif. Perhatian saja tidak cukup menghasilkan efek proporsional. Khalayak harus sanggup menyimpan hasil pengamatannya dalam benaknya dan memanggilnya kembali tatkala mereka akan bertindak sesuai dengan teladan yang diberikan. Peneladanan tertangguh (delayed modeling) hanya terjadi bila mereka sanggup mengingat peristiwa yang diamatinya.
2.3.3
Televisi Televisi merupakan salah satu penemuan yang baru mulai berkembang
setelah perang dunia kedua, dan menempatkan diri sebagai alat komunikasi massa. Dari semua media komunikasi yang ada televisi adalah yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia. Televisi mengalami perkembangan yang dramatis, terutama melalui pertumbuhan televisi kabel. Transmisi program televisi kabel menjangkau seluruh pelosok negeri dengan bantuan satelit dan diterima langsung pada layar televisi di rumah dengan menggunakan wire atau
26 microwave (wireless cables) yang membuka tambahan saluran televisi bagi pemirsa. Saat ini menjadi lebih marak setelah dikembangkannya Direct Broadcast Satellite (DBS) (Onong Uchjana Effendy, 1989 : 386) mendefinisikan televisi sebagai “Medium komunikasi jarak jauh dengan penayangan gambar dan pendengaran suara, baik melalui kawat maupun secara elektronik magnetik. Sedangkan (J.B Wahjudi, 1986 : 49) mendefinisikan televisi sebagai berikut : “ Televisi berasal dari dua kata yang berbeda, yaitu tele yang artinya adalah jauh, dan visi yang artinya adalah perhatian. Dengan demikian televisi dalam bahasa inggris berarti television yang diartikan melihat jauh. Melihat jauh disini diartikan dengan melihat gambar, suara yang diproduksi di suatu tempat (studio televisi), dan dapat dilihat di tempat lain melalui sebuah perangkat penerima. Pemerintah Indonesia menempatkan media massa televisi, sebagai media informasi yang efektif. Dalam hal in Departemen penerangan menggariskan isi siaran televisi harus mengandung unsur pendidikan, penerangan atau berita dan hiburan. (JB. Wahyudi, 1998 : 9). Sebagai produk teknologi modern wajar bila televisi telah menjadi situs atau tempat baru bagi banyak keluarga di negri ini. Acara televisi telah menyita waktu seluruh anggota keluarga, anak-anak pun menghabiskan waktunya dalam sehari di depan televisi. Selain itu seakan menjadi pelayan setia bagi pemirsanya, televisi juga mempunyai kekuatan besar untuk merubah pendapat dan perilaku seseorang dan dapat mempengaruhi pemirsa agar memilih tayangan televisi kesukaannya.
27 2.3.4
Program Acara Televisi Pengertian Program ialah berasal dari bahasa inggris, “programme” atau
“program” yang artinya rencana atau acara. Program adalah segala hal yang ditampilkan oleh stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiensnya (Morissan, 2005). http://digilib.petra.ac.id, 27/02/2011 ; 10:59:46) Pengertian Program Televisi adalah
tayangan acara – acara yang
ditayangkan atau disiarkan oleh stasiun televisi. Dan secara garis besar, program televisi dibagi menjadi program berita dan program non berita. Pengaturan penayangan program televisi di sebuah stasiun televisi biasanya diatur oleh bagian pemrograman siaran atau bagian perencanaan siaran. Pihak perencanaan siaran mengatur jadwal penayangan satu program televisi berdasarkan perkiraan kecendrungan
menonton
peminat
program
tersebut.
(
http://id.wikipedia.org/wiki/Acara_televisi, 27/02/2011). Pengaruh televisi terhadap sistem komunikasi tidak pernah lepas dari pengaruh terhadap aspek-aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Menurut Prof. Dr. R. Mar’at acara televisi pada umumnya mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi, dan perasaan bagi para penontonnya. Hal ini disebabkan oleh pengaruh psikologis di mana televisi seakan-akan menghipnotis pemirsa sehingga mereka hanyut dalam keterlibatan akan kisah atau peristiwa yang disajikan oleh televisi (Effendy, 2002 : 122). Menurut Frank Jefkins (Jefkins, 2003 : 105), televisi memiliki sejumlah karakteristik khusus, yaitu : 1)
Selain menghasilkan suara, televisi juga menghasilkan gerakan, visi dan warna.
28 2)
Pembuatan program televisi lebih mahal dan lama.
3) Mengandalkan tayangan secara visual, maka segala sesuatu yang tampak haruslah dibuat semenarik mungkin.
2.3.5
Macam – Macam Program Acara Televisi
1) Program Seni Budaya Merupakan produksi karya artistik. Secara garis besar materi produksi seni budaya dibagi 2, yaitu : a.
Seni pertunjukan, seperti seni musik, tari dan pertunjukan boneka dengan segala jenisnya.
b.
Seni pameran antara lain seni lukis, patung, dan sejenisnya.
2) Program Mimbar televisi Yaitu
program
televisi
dengan
mengetengahkan
pembicaraan
seseorang/lebih mengenai suatu topik yang menarik/sedang hangat dibicarakan di masyarakat. 3) Program Berita Program yang menyajikan laporan berupa fakta dan kejadian yang mempunyai niali- nilai berita (aktual, faktual, esensial) dan disajikan melalui media secara periodik. 4) Program Dokumenter Program yang menyajikan suatu kenyataan berdasarkan pada fakta yang memiliki nilai esensial, artinya menyangkut kehidupan, lingkungan hidup dan situasi nyata.
29 5) Program Features Membahas suatu pokok bahsan, suatu tema diungkap lewat berbagai format seperti wawancara, show, vox-pop, puisi, musik nyanyian, sandiwara, pendek atau fragmen. 6) Program Magazine Di Indonesia dikenal dengan program majalah udara, yang tidak hanya menyoroti satu bidang kehidupan, seperti wanita, film, pendidikan, musik yang ditampilkan dalam rubrik-rubrik tetap dan disajikan lewat berbagai format. 7) Program spot Adalah program yang ingin mempengaruhi/mendorong penonton untuk tujuan-tujuan tertentu. Spot merupakan program yang sangat pendek dengan durasi berkisar antara 10 detik sampai 1,5 menit. 8)
Program Dokudrama Dokudrama atau Dokumenter drama, adalah dokumenter yang di dramakan. Merupakan
suatu kejadian yang sungguh-sungguh pernah
terjadi, terdapat peninggalan-peninggalan dan bekas-bekasnya secara nyata, beberapa tokoh masih hidup namun kejadiannya sudah lampau. 9) Program Sinetron Sinema
elektronik,
penggarapannya
tidak
jauh
berbeda
dengan
pembuatan sinetron layar lebar hanya penyajiannya dipancarkan melalui stasiun - stasiun televisi
30 2.3.6
Dampak Program Acara Televisi Ada tiga dampak yang ditimbulkan dari acara televisi terhadap pemirsa
yaitu: 1) Dampak Positif, yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan. 2) Dampak peniruan, yaitu pemirsa yang diharapkan pada trend aktual yang ditayangkan televisi. 3) Dampak perilaku, yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan seharihari (La Gosse. 1998 p. 49).
2.3.7
Film Televisi / FTV Film Televisi
atau lebih
sering
dikenal
sebagai
FTV
adalah
jenis film yang diproduksi untuk televisi yang dibuat oleh stasiun televisi ataupun rumah produksi berdurasi 120 menit sampai 180 menit dengan tema yang beragam seperti remaja, tragedi kehidupan, kebudayaan, cinta dan agama. Film layar lebar yang ditayangkan di televisi tidak dianggap sebagai FTV. Produksi FTV lebih murah dan lebih mudah jika dibandingkan dengan produksi film layar lebar karena tidak memerlukan teknologi yang canggih seperti jika memproduksi film layar lebar. Kebanyakan film televisi diproduksi dengan biaya rendah dan berorientasi pada profit sehingga kadang-kadang penggarapan dari segi teknisnya kurang diperhatikan namun mengandalkan alur cerita yang menarik. Film ini biasa diproduksi pada pita film 35 mm sehingga
31 tidak terlalu banyak efek film yang bisa dimasukan. Alternatif lain dalam proses pembuatan film ini adalah video yang merupakan media baru dalam pembuatan film. Film Televisi mulai banyak diproduksi di Indonesia pada awal tahun 1995 yang dipelopori oleh SCTV. Hal ini dilakukan untuk menjawab kejenuhan masyarakat atas sinetron. Sejak saat itu banyak film televisi yang bermunculan. Hampir semua stasiun TV memiliki plot waktu setiap minggunya untuk penayangan film televisi. Contohnya di SCTV terdapat slot acara Gala sinema, di Trans TV ada slot Bioskop Trans TV dalam negeri dan masih banyak plot acara lain yang sejenis di stasiun televisi di Indonesia. Di Indonesia film televisi sangat digemari terutama film televisi dengan tema percintaan remaja dan film televisi dengan tema religius. Berikut adalah perbedaan Film Televisi (FTV) dengan Film Layar Lebar: 1) Film televisi diproduksi oleh stasiun televisi ataupun rumah produsi untuk disiarkan melalui televisi, film bioskop dibuat untuk ditayangkan di bioskop. 2) Proses pembuatan film televisi lebih singkat daripada film layar lebar. 3) Biaya pembuatan film televisi lebih murah daripada film layar lebar. 4) Cara menonton film televisi berbeda dengan film layar lebar karena saat menonton film layar lebar tidak terdapat iklan seperti halnya saat menonton film televisi. (http://id.wikipedia.org/wiki/Film_televisi, 14/03/2011)
32 FTV adalah Sinetron dengan konsep film berdurasi pendek. FTV memang banyak digemari pemirsa televisi berbagai usia terutama remaja. Banyak remaja yang selalu menonton tayangan FTV. Berikut ini 5 Alasan banyak remaja Indonesia suka menonton FTV : 1) Cerita tentang cinta yang ringan, Alasan ini menjadi alasan utama karena remaja yang sedang masanya ingin mengerti lebih dalam tentang cinta, sangat cocok dengan cerita yang disajikan FTV. 2)
Cerita yang ringan. FTV juga menyajikan hal hal yang ringan serta lucu di setiap 'scene' nya, tidak seperti sinetron yang bercerita berat , menyebalkan dan membosankan seakan dunia ini penuh dengan penderitaan.
3) Pengambilan gambar di tempat yang pemandangannya indah. Tempat pengambilan gambar pada FTV dapat dibilang indah. Beberapa rumah produksi FTV mengambil gambar di Bali, Jogja, Bromo, Bogor, Puncak, Bandung, suasana pantai, pegunungan dan keindahan alam. Hal ini menyebabkan pemirsa FTV menjadi rileks saat menontonnya. 4) Akrtis/Aktor FTV yang cantik, tampan, dan menarik. Hal
ini
menjadi
alasan
banyak
remaja
yang
menonton
FTV.
Aktris dan Aktor FTV sangat bersikap natural saat berperan, hal ini menyebabkan kecantikan ataupun ketampanan mereka pun juga terlihat natural dan banyak artis FTV yang juga masih muda. (http://asemanisblog.blogspot.com/2010_07_01_archive.html, 21/03/2011)
33 Masih banyak puluhan judul FTV yang telah ditayangkan oleh SCTV. Judul cerita yang dominan bertemakan percintaan dan remaja merupakan salah satu strategi agar karya-karyanya dapat diterima dengan antusias oleh khalayak khususnya remaja yang dominan sebagai koresponden terbesar yang menonton FTV
2.4
Teori Khusus yang Berhubungan dengan Topik / Judul yang Dibahas Pada teori khusus ini yang Berhubungan dengan Topik / Judul yang dibahas,
peneliti akan membahas kerangka teori dari perilaku dan teori dasar agenda setting dan kultivasi berdasarkan teori yang sudah ada ataupun dari narasumber dan sumber – sumber lainnya yang lengkap, relevan, dan berhubungan dengan pokok bahasan.
2.4.1
Teori Kultivasi Atas dedikasi terhadap kebebasan, kejujuran, dan keadilan dalam media,
George Gerbner mempelopori lahirnya teori kultivasi. Meskipun banyak teoritikus telah ikut serta membuktikan kebenaran dari analisis kultivasi Gerbner bertanggung jawab atas hasil ciptaannya. Sebenarnya, Gerbner merupkan penyair asal hongaria yang bermimigrasi ke Amerika Serikat dan memulai pendidikan jurnalisnya di berkely. Setelah bekerja di San Fransisco Chronicle ia kembali melanjutkan pendidikan untuk mengambil gelar master dan melanjutkan lagi ke jenjang Doctor dimana ia menulis Toward a General Theory of Communication bersama James D. Finn ( www.Colostate.edu ). Dari tulisan inilah teori kultivasi bermula. Penelitian pertamanya yang berjudul Cultural Indicators Project pada awal 1960an membuka jalan untuk menambah riwayat kerjanya pada
34 pelaksanaan metode penelitian analisis kultivasi. Gerbner menghabiskan waktunya di The Annenberg School of Communication University of Pensylvania. Dimana ia bertugas sebagai dekan sambil melanjutkan penelitian kultivasi sosial pada televisi, yang menekankan pada kekerasan dan efek televisi. Para teoritikus mencoba untuk membuktikan pemikiran seputar peristiwa kekerasan. Penyelidikan DR. Wade Kenny menunjukan contoh dimana seorang anak yang merupakan heavy viewers mempercayai bahwa tak masalah baginya dipukul bila hal ini memang harus terjadi padanya. Contoh lainnya adalah semakin bertambahnya ketakutan berjalan sendirian di malam hari dan tidak percaya pada semua orang secara umum. Teoritikus kultivasi membedakan antara efek “first order” (kepercayaan khalayak tentang kehidupan dunia seperti kelaziman dari kekerasan) dan efek “second order” (sikap- sikap khusus seperti hukum dan tata tertib atau keamanan pribadi). Gerbner membuktikan bahwa media massa mengolah sikap- sikap dan nilai-nilai yang sudah ada dalam suatu kebudayaan : media memelihara dan menyebarkan nilai-nilai ini di antara anggota- anggota dari suatu kebudayaan, kemudian mengikatnya bersama-sama (www.aber.ac.uk ). Gerbner melihat televisi telah mendominasi ‘lingkungan simbolis’ kita. Gerbner membuktikan bahwa kekerasan yang sangat sering ditayangkan di televisi merupakan pesan simbolis tentang hukum dan tata tertib daripada suatu penyebab sederhana dan sikap agresif penonton (seperti yang telah dibuktikan oleh Albert Bandura). Contohnya, aliran action – adventure dibuat untuk memperkuat kepercayaan terhadap hukum dan tata tertib, status quo dan keadilan sosial.
35 Perbedaan pola reaksi antara light viewers dan heavy viewers adalah perbedaan pengolahan (cultivation diffrential), menggambarkan ditingkatan mana suatu sikap itu dibentuk dengan menonton televisi. Orang tua cenderung digambarkan secara negatif di televisi dan heavy viewers (khususnya anak-anak muda ) cenderung mempunyai pandangan negatif tentang orang tua dibandingkan light viewers. Banyak heavy viewers tidak menyadari pengaruh tayangan televisi terhadap sikap – sikap dan nilai – nilai dalam hidup mereka. Teoritikus membuktikan bahwa heavy viewing, tidak menghiraukan tingkat pendidikan atau penghasilan, mengendalikan penonton kepada opini yang seragam, sementara light viewing mengendalikan penonton kepada opini yang beragam. Efek kultivasi dari tayangan televisi adalah keseragaman pendapat. Gerbner dan kawan – kawan memperlihatkan bahwa kepercayaan heavy viewers yang menonton kekerasan di televisi terhadap munculnya kekerasan didalam kehidupan sehari – hari lebih tinggi dibandingkan light viewers yang mempunyai kesamaan latar belakang dengan heavy viewers. Teoritikus mengarahkan hal ini kepada efek mainstreaming. Mean World Syndrome merupakan salah satu efek utama dari teori kultivasi. Hal ini terjadi ketika heavy viewers menganggap dunia sebagai suatu tempat yang keji sedangkan light viewers tidak menganggapnya demikian. Teoritikus menghubungkan dengan kenyataan bahwa televisi melukiskan dunia sebagai suatu tempat yang kejam dan bengis oleh karena itu heavy viewers terlalu takut dan terlalu berhati – hati dalam aktifitasnya sehari-hari. Gerbner melaporkan bukti dari “resonance” – suatu efek “double dose” yang dapat mendorong terjadinya kultivasi. Hal ini terjadi ketika kehidupan sehari-hari
36 penonton sama dengan yang ditayangkan televisi. Contohnya, semenjak wanita sering dijadikan korban kejahatan di tayangan televisi, heavy viewers tidak hanya terpengaruh oleh efek mainstreaming tetapi juga merasa ketakutan karena dirinya adalah wanita. Efek kultivasi juga menjadi sangat kuat ketika lingkungan penonton sama seperti yang ditampilkan televisi. Kejahatan yang ditayangkan ditelevisi sebahagian besar terjadi dikota besar, sehingga heavy viewers yang tinggal di kota besar adalah subjek dari double dose, dan teoritikus kultivasi membuktikan bahwa kekerasan ‘resonantes’ yang lebih bagi heavy viewers.
2.4.2
Elemen-elemen teori kultivasi Di dalam teori, George Gerbner menyatakan bahwa setiap tayangan yang
ditayangkan televisi dapat mempengaruhi khalayak yang menontonnya. Pengaruh yang disebabkan oleh televisi ini ternyata bukan sampai pada kognitif atau efektif saja, tetapi juga sampai kepada efek konatif (behavioural). Sebelum sampai pada tahap behavioural ini, Gerbner menyatakan ada beberapa tahapan yang harus dilalui yang secara sistematis dapat digambarkan sebagai berikut :
37 1. Attention 2. Capacity 3. Focusing Startegic 4. Involvement
Ketika sebuah tayangan ditayangkan di televisi (TV viewing), terjadi sebuah proses belajar (learning) di dalam benak khalayak yang menontonnya. Proses learning yang diajukan oleh Gerbner ini hampir sama seperti teori belajar sosialyang dikemukakan oleh Albert Bandura, kita belajar bukan saja dari pengalaman langsung tetapi dari peniruan atau peneladanan (modelling). Perilaku merupakan hasil faktor – faktor kognitif dan lingkungan. Artinya, kita mampu memiliki ketrampilan tertentu, bila terdapat jalinan positif antara stimuli yang kita amati dengan karakteristik kita. Permulaan proses belajar adalah munculnya peristiwa yang dapat diamati secara langsung atau tidak langsung oleh seseorang. Peristiwa ini dapat berupa tindakan tertentu atau gambaran pola pemikiran, yang disebut Bandura sebagai abstract modelling (Rakhmat, 1993 : 241). Di dalam proses ini, Gerbner menyatakan ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan yaitu : 1. Attention. Tahap attention merupakan bagian dari tahap social learning. Secara sederhana tahap ini menjelaskan bahwa kita baru dapat mempelajari sesuatu bila kita memperhatikannya. Setiap saat, kita menyaksikan berbagai peristiwa yang dapat kita teladani. Akan tetapi tidak seluruh peristiwa kita perhatikan. Stimuli yang dapat dijadikan teladan ( modelling stimuli ) diperhatikan
38 karena karakteristik orang yang menangkap stimuli. Menurut Bandura, peristiwa yang menarik perhatian adalah yang tampak menonjol dan sederhana, terjadi berulang – ulang, atau menimbulkan perasaan positif pada pengamatnya. 2. Capacity. Menurut Gerbner, jumlah frekwensi menonton (capacity) khalayak terhadap suatu tayangan juga mempengaruhi terjadinya proses kultivasi. Karenanya Gerbner membagi khalayak penonton kedalam tiga kategori, yaitu ( www.colorado.edu ) : a. Heavy Viewers : khalayak yang menonton televisi lebih dari 4 jam sehari. b. Moderate Viewers : khalayak yang menonton televisi selama 2 – 4 jam dalam sehari. c. Light Viewers : khalayak yang menonton televisi kurang dari 2 jam dalam sehari. Dalam hal ini, Gerbner menyatakan bahwa khalayak yang tergolong dalam kategori heavy viewers lebih mudah mempercayai realitas yang ditayangkan oleh televisi daripada light viewers dan moderate viewers. 3. Focusing strategic Setelah dari frekuensi menonton khalayak, Gerbner menyatakan bahwa proses kultivasi juga dipengaruhi oleh cara khalayak ketika menonton televisi. Hal ini disebabkan oleh setiap oarang mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam menyerap suatu informasi. Bukan hanya itu saja, kondisi seseorang ketika menyerap suatu informasi juga sangat mempengaruhi. Misalnya saja, ketika sedang belajar masing – masing orang memiliki cara
39 yang berbeda-beda. Ada yang lebih konsentrasi bila sambil mendengarkan musik dan adapula yang lebih senang dengan keadaan yang sunyi senyap. 4. Involvement Involvement disini berbicara tentang keterlibatan orang lain (orang tua, teman, saudara, dan lain-lain) yang berada di sekitar khalayak ketika ia sedang menonton sebuah tayangan di televisi. Keterlibatan orang lain dalam menonton juga mempengaruhi terjadinya proses kultivasi dalam diri seseorang. Setelah proses belajar ini selesai, maka khalayak dapat memutuskan informasi-informasi apa saja yang akan ia ambil (incidental information holding). Ketika proses pemilihan selesai, dalam benak khalayak terjadi proses constructing. Dalam tahap ini, khalayak diajak untuk mengindentifikasi
informasi-informasi
yang
sudah
dipilihnya
tadi.
Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun batiniah. Sehingga pada saat inilah terdorong untuk menjadi sama dengan apa yang ditayangkan. Setelah mengidentifikasi, ternyata khalayak belum langsung bertindak. Khalayak memerlukan peneguhan (reinforcement) untuk melakukannya. Apabila ia melihat lingkungan sosialnya mengadopsi apa yang sudah ditayangkan ditelevisi atau film, maka akhirnya khalayak memutuskan untuk mengubah prilakunya sesuai dengan infomasiinformasi yang sudah dipilihnya tadi. Sebagai respon dari kritik Hirsch, Gerbner merevisi teori kultivasi dengan menambahkan dua konsep tambahan yaitu mainstreaming dan resonance yang disebut the double-dose effect. Mainstreaming merupakan efek lanjutan dari kultivasi. Efek Mainstreaming yang dikemukakan oleh Gerbner menggambarkan proses pengaburan,
40
pencampuran dan pembelokan yang dialami oleh kelompok heavy viewers. Gerbner menyatakan bahwa terpaan yang konstan terhadap hal yan sama membentuk pandangan yang sama pula dibenak khalayaknya, sehingga bagi mereka yang sering menonton televisi memiliki orientasi, perspektif dan pengertian yang sama pula. Gerbner mengilustrasikan efek mainstreaming ini dengan mengaburkan perbedaan ekonomi dan politik. Televisi terlalu membesar – besarkan kelas menengah yang tergolong dalam kelompok heavy viewers sehingga mereka memiliki kecenderungan untuk bermalasmalasan dan tidak perduli lagi dengan masa depannya. Sementara itu, para light viewers yang bekerja sebagai pekerja kasar akan memposisikan dirinya sebagai golongan pekerja keras. Resonance muncul ketika media meneguhkan kejadian-kejadian yang ada pada kehidupan sehari-hari. Hal ini ternyata memberi efek ganda karena sudah mengalami pengulangan (resonance) berdasarkan pengalaman langsung. Kemunculan efek ini didasarkan pada kekerasan fisik yang dialami seseorang sebelumnya, baik itu pemerkosaan, pencopetan, perkelahian, perampokan, dan lain-lain. Trauma yang masih tersimpan di dalam benak khalayak ternyata mengalami pengulangan. Efek ini muncul ketika media meneghkan apa yang terdapat dalam kehidupan sehari – hari ketik khalayak menonton tayangan yang mengandung kekerasan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa heavy viewers yang pernah mengalami efek kultivasi yang ganda.
2.5
Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran penelitian ini menunjukkan bahwa dalam penelitian ini
menggunakan 2 variabel yakni : variabel Independen (X) yang terdiri dari variabel intensitas menonton FTV di SCTV, serta variabel dependent (Y) yaitu variabel perilaku
41
remaja. Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa masing-masing variabel independen berpengaruh secara serempak terhadap variabel dependen. Tujuan penelitian, seperti halnya tujuan teori,adalah menjelaskan dan memprediksikan fenomena. Penjelasan dan prediksi fenomena secara sistematis digambarkan dengan variabelitas variabel-variabel dependen yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel-variabel independen. Bentuk hubungan antara variabelvariabel Independen dengan variabel-variabel dependen, dapat berupa hubungan korelasional dan hubungan sebab- akibat. Sesuai dengan fenomena sosial yang dijelaskan, bentuk hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dapat bersifat positif atau negatif (Indrianto dan Supomo 1999 : 63)
Variabel Independen (X) Intensitas menonton tayangan FTV di SCTV
Variabel Dependen (Y) Perilaku remaja
Gambar 2.1 Bagan Sketsa Hubungan Antar Variabel
Keterangan : Variabel Independen : a. Pengaruh intensitas menonton tayangan FTV di SCTV merupakan variabel Independen (X) yang mempengaruhi variabel dependen (Y) Variabel Dependen : b. Perilaku remaja yang dipengaruhi oleh intensitas menonton FTV (X) merupakan variabel dependen (Y)
42
2.6
Operasional Konsep Tabel 2.1 Operasional Konsep
Variabel
Dimensi Frekuensi
Intesitas Menonton FTV
Durasi
Variabel X Atensi
Kognitif
Afektif Perilaku Remaja Variabel Y
Konatif
Indikator 1. Seberapa sering menonton FTV 2. Menonton FTV pada siang hari 3. Menonton FTV pada malam hari 1. Menonton FTV dari awal sampai akhir 2. Ketika menonton FTV saat jeda iklan tidak pernah mengganti ke stasiun televisi yang lain 3. Konsentrasi pada saat menonton FTV tanpa melakukan kegiatan lain 1. Menyediakan waktu luang yang khusus untuk menyaksikan FTV 2. Memilih menonton FTV dibandingkan belajar di malam hari Ketertarik dengan alur cerita FTV yang menarik 3. Ketertarikan dengan performa pemeran FTV 1. Pengetahuan tentang lokasi shooting FTV 2. Adanya informasi – informasi baru 3. Informasi tentang identitas pemeran FTV 4. Dengan menonton FTV mempengaruhi kepercayaan seseorang 1. Kisah percintaan dalam FTV mempengaruhi perasaan romantisme seseorang 2. Kisah perseteruan antar pemeran FTV mempengaruhi emosi seseorang 3. Adegan sedih yang ditampilan mempengaruhi sensitifitas perasaan seseorang 4. nilai tayangan FTV adalah penting karena mengajarkan kita cara bersosialisasi 5. adanya nilai-nilai budaya baru yang dirasakan oleh khalayak 1. Kebiasaan pemeran FTV bisa menyebabkan perubahan kebiasaan seseorang 2. Tindakan yang diperankan pemeran FTV dapat mempengaruhi tindakan keseharian penontonnya 3. Pola kegiatan yang dilakukan 4. Kebiasaan berpakaian pemeran FTV berpengaruh terhadap cara berpakaian seseorang 5. Kebiasaan tingkah laku pemeran FTV berpengaruh terhadap sikap seseorang 6. Kebiasaan tutur kata pemeran FTV berpengaruh terhadap cara berkomunikasi seseorang