BAB 2 LANDASAN TEORI
Berikut ini penulis akan memaparkan mengenai, budaya kaum muda Jepang, subkultur, westernisasi, eropanisasi, perubahan sosial budaya, pengertian dan sejarah Gothic Lolita, serta ciri khas dan jenis-jenis mode busana Gothic Lolita di Jepang. Teoriteori ini akan Penulis jadikan dasar analisis di bab 3 2.1 Budaya Jepang 2.1.1Kesederhanaan Pada Pakaian Tradisional Jepang Pakaian tradisional Jepang memiliki sifat sederhanaan (Christina,2005:41). Yang dimaksud dengan kesederhanaan di sini adalah kesederhanaan dalam bentuk pakaian. ひつよう
Makna sederhana itu sendiri menurut Kindaichi Kyousuke (1997:297) :簡素は、必要 たっせい
もと
ふくざつか
たよう
さ
な目的が達成されれば十分という考え方に基づいて、複雑化(多様化)を避け ようす
てやりくりする様子 。Yang terjemahannya adalah pola cara berpikir yang cukup dengan memilikki tujuan yang ada di dalam kebutuhan yang berdasarkan dari keadaan sebelumnya, terutama terhadap kebudayaan yang rumit dan perbedaan budaya (khususnya dalam kasus busana Gothic Lolita). 2.1.2 Budaya Kaum MudaJepang Menurut http://ja.wikipedia.org/wiki, 若者文化、9Juni2006,
-9-
若者文化とは、それまで世間に広く認知されてきた「既存の」文 化からは異端と見なされるような「新しい」価値観を13歳から 25 歳程度の青年が支持することによって成立する文化。 Kebudayaan kaum muda Jepang adalah kebudayaan yang sebelumnya sudah ada yang diakui oleh masyarakat luas, yang merupakan hasil perwujudan dari budaya baru yang didukung oleh kaum muda yang berusia kira-kira 13 sampai 25 tahun yang membentuk nilai budaya baru.
Dalam http://ja.wikipedia.org/wiki、若者文化、9Juni2006 dijelaskan bahwa kebudayaan kaum muda Jepang mulai muncul pada tahun 1960. Budaya ini semakin berkembang hingga saat ini. Contohnya dapat dilihat dari banyaknya majalah-majalah、 acara televisi dan siaran radio yang ditujukan untuk kaum muda. Hal ini memberikan pengaruh yang besar kepada perkembangan budaya individualis.
2.2 Subkultur Dalam http://ja.wikipedia.org/wiki/、サブカルチャー、9Juni 2006, menurut Roszak (1968), subkultur adalah kebudayaan mayoritas masyarakat yang menyimpang dari nilai sosial seperti, Children Street, Minority Ethnic, Gay yang merupakan perilaku yang meniru gaya Barat, cara berbicara, dan lain-lain. Gaya Gothic Lolita yang akan dianalisis pada skripsi ini termasuk subkultur kebudayaan hasil westernisasi di Jepang.
2.3 Westernisasi Selanjutnya Penulis akan menjelaskan mengenai pengertian westernisasi dan eropanisasi yang merupakan salah satu jenis westernisasi. Pada bab 3 skripsi ini, Penulis akan memaparkan analisis unsur westernisasi dari mode busana Gothic Lolita.
- 10 -
2.2.1
Pengertian Westernisasi Menurut http://www.wikipedia.com/westernization, Westernization, 8 Juni 2006,
westernisasi adalah sebuah proses perubahan dari suatu masyarakat yang sebelumnya telah memiliki kebudayaan sendiri yang kemudian terpengaruh kebudayaan Barat (western culture) dalam bidang industri, teknologi, hukum, politik, ekonomi, gaya hidup, bahasa,
agama,
serta
nilai-nilai
sosial.
Menurut
http://www.wikipedia.com/westernculture, Western Culture, 8 Juni 2006, kata West di sini lebih mengarah kepada Western Europe (Eropa Barat) tetapi akhir-akhir ini lebih ditujukan kepada masyarakat Barat dan Eropa tengah. Yang termasuk dalam peradaban Barat adalah negara Amerika Utara (USA, Kanada, Greenland), Eropa Barat dan Tengah, Australia dan New Zealand. Westernisasi telah meresap dan memberikan pengaruh yang cukup besar di berbagai negara dunia selama berabad-abad. Jepang terkadang juga disebut sebagai negara Barat. Hal ini dikarenakan berbagai sebab, yaitu Jepang pernah mendukung negara Barat ketika perang dingin (Cold War) sehingga sering dianggap sebagai negara Barat, memiliki sistem ekonomi dan kekayaan yang sama dengan negara Barat, memiliki sistem demokrasi yang stabil, melindungi hak-hak asasi manusia, dan merupakan anggota dari organisasi negara Barat (seperti OECD). Dalam http://www.wikipedia.com/westernization, Westernization, 8 Juni 2006, juga dijelaskan bahwa westernisasi juga dapat diartikan sebagai proses akulturasi. Akulturasi adalah perubahan yang terjadi di dalam suatu masyarakat dimana terdapat dua grup berbeda yang membaur menjadi satu kebudayaan baru. Secara khusus, westernisasi lebih mengarah kepada pengaruh
- 11 -
pendudukan dan kolonialisme Barat di suatu negara. Westernisasi juga dapat menyebabkan eropanisasi, kolonialisasi, globalisasi, dan lain-lain.
2.3
Eropanisasi Menurut http://www.wikipedia.com/westernization, Westernization, 8 Juni 2006,
dipaparkan tentang sejarah terjadinya eropanisasi sejak tahun 1492. Eropanisasi adalah proses masuknya budaya Eropa ke dalam suatu kebudayaan negara tertentu. Pada saat itu eropanisasi dan kolonialisasi semakin meluas ke seluruh penjuru dunia. Selama periode ini pengaruh eropanisasi yang besar merasuki kebudayaan asli di negara-negara koloni. Banyak negara-negara koloni yang dipaksa (atau akhirnya menerima) asimilasi elemen-elemen kebudayaan Eropa, seperti bahasa eropa maupun agama Kristen. Dalam banyak kasus yang ada, akhirnya penduduk pribumi negara-negara koloni tercampur dengan para imigran eropa. Perang Dunia kedua melemahkan kekuatan eropa pada saat itu, sehingga banyak negara-negara koloni, yang terinspirasi oleh pergerakan nasionalisme, mengambil kesempatan ini untuk membebaskan dirinya dari pendudukan Eropa. Pada akhir tahun 1960-an, sebagian besar negara-negara koloni telah mampu berdiri sendiri. Meskipun demikian, negara-negara tersebut tetap menerapkan berbagai kebudayaan Barat yang telah mereka adaptasi sebelumnya, seperti dasar konstitusi negara Barat. Reaksi
yang
menolak
westernisasi
antara
lain
fundamentalisme
dan
proteksionisme. Negara-negara seperti Jepang dan Cina berusaha mengadopsi isolasionisme, tetapi mereka tetap tidak dapat menolak masuknya berbagai aspek dari kebudayaan Barat.
- 12 -
2.4
Akulturasi Menurut Soerjono Soekanto (1990: 88-89), akulturasi ialah proses sosial yang
timbul apabila suatu kelompok masyarakat dengan suatu kebudayaannya dihadapkan pada unsur-unsur kebudayaan asing. Dengan demikian, lambat laun unsur-unsur kebudayaan asing tersebut melebur ke dalam kebudayaan asli, dengan tidak menghilangkan kepribadian kedua unsur kebudayaan tersebut. Unsur-unsur kebudayaan yang mudah diterima dalam akulturasi adalah : 1.
Kebudayaan materiil
2.
Teknologi ekonomi yang manfaatnya cepat dirasakan dan mudah dioperasikan, misalnya kebutuhan pertanian (alat-alat, benih, pupuk, dan obat pemberantas hama).
3.
Kebudayaan yang mudah disesuaikan dengan kondisi setempat, misalnya kesenian, olahraga, dan hiburan
4.
Kebudayaan yang pengaruhnyanya kecil, misalnya model pakaian dan model potongan rambut.
Ciri-ciri individu yang mudah menerima budaya asing adalah: 1.
Golongan muda yang belum identitas dan kepribadian yang mantap (masa berjiwa labil atau emosional).
2.
Golongan masyarakat yang hidupnya belum memiliki status
3.
Kelompok masyarakat yang hidupnya tertekan, misalnya, kaum
penting.
minoritas, pengangguran, dan penduduk terpencil.
- 13 -
2.5
Perubahan Sosial Budaya Berikut ini Penulis akan menjelaskan mengenai bentuk-bentuk perubahan social
budaya dan faktor pendorong terjadinya perubahan social budaya dalam suatu masyarakat. 2.5.1
Bentuk-bentuk perubahan sosial budaya Menurut Prof. Dr. Soerjono Soekanto (1990: 345-352) ,
beberapa bentuk
peruahan sosial dan kebudayaan adalah sebagai berikut: Perubahan yang berlangsung secara cepat dan lambat Perubahan sosial budaya secara lambat sering disebut dengan istilah perubahan sosial budaya secara evolusi. Ciri-ciri perubahan evolusi antara lain perubahan itu seolah-olah tidak terjadi, berlangsung secara lambat dan umunya tidak menimbulkan disintegrasi kehidupan. Contohnya, perubahan sosial budaya pada masyarakat tradisional atau primitive. Perubahan sosial budaya secara cepat sering disebut dengan istilah perubahan secara revolusi, yaitu terjadi secara cepat, menyangkut hal-hal yang mendasar, dan sering menimbulkan disintegrasi dalam kehidupan sosial, ekonomi dan politik. Contohnya perubahan karena revolusi politik (Revolusi Perancis). 2.
Perubahan yang pengaruh yang kecil dan besar. Perubahan yang pengaruhnya kecil adalah perubahan sosial budaya yang tidak menyangkut berbagai aspek kehidupan, dan perubahan itu tidak membawa perubahan pada struktur sosial. Contohnya, perubahan mode pakaian. Perubahan yang pengaruhnya besar adalah perubahan sosial budaya yang dapat membawa perubahan dalam berbagai aspek kehidupan dan membawa - 14 -
perubahan pada struktur sosial. Contohnya, proses industrialisasi akan membawa pengaruh perubahan pada berbagai lembaga kemasyarakatan. 3.
Perubahan yang dikehendaki (direncanakan) dan perubahan perubahan yang tidak dikehendaki (tidak direncanakan). Perubahan sosial yang dikehendaki adalah proses perubahan yang memang dikehendaki oleh pihak-pihak yang ingin mengadakan perubahan. Contohnya, di dunia medis telah ditemukan teknologi baru bernama Da Vinci yang digunakan untuk mengangkat tumor dalam rahim perempuan. Sebelumnya, operasi pengangkatan tumor yang menggunakan bantuan dokter (hysterectomy) dapat mempersempit peluang untuk mengandung karena seluruh kandungan akan terangkat. Akan tetapi, operasi dapat berjalan tanpa merusak rahim. Perubahan yang tidak dikehendaki adalah perubahan yang muncul di luar jangkuan pengawasan (kemunculan yang tidak diinginkan). Contohnya kesenjangan sosial dan angka pengangguran yang semakin membengkak.
2.5.2 Faktor Pendorong Terjadinya Perubahan Sosial Budaya Menurut Soerdjono Soekanto (1990: 311-325), faktor-faktor yang mendorong terjadinya perubahan sosial dan kebudayaan antara lain sebagai berikut: 1.
Faktor intern Faktor intern perubahan sosial budaya bersumber dari dalam masyarakat antara lain sebagai berikut: a.
Bertambah atau berkurangnya penduduk.
b.
Penemuan-penemuan budaya baru (discovery dan invention).
c.
Pertentangan-pertentangan dalam masyarakat. - 15 -
d. 2.
Terjadinya pemberontakan atau revolusi di dalam tubuh masyarakat.
Faktor ekstern Faktor ekstern perubahan sosial budaya bersumber dari luar masyarakat, antara lain sebagai berikut: a.
Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan fisik yang ada di sekitar bertambah atau berkurangnya penduduk, contohnya gunung meletus.
2.6
b.
Peperangan yang terjadi antarnegara.
c.
Pengaruh dari kontak kehudayaan masyarakat lain (luar).
Gothic Lolita Gothic Lolita adalah hasil dari modifikasi gaun yang tadinya hanya sebuah gaun
panjang dengan renda dan pita yang minim diubah menjadi sebuah gaun yang dilengkapi dengan motif yang lebih bervariasi beserta aksesoris yang lengkap, sehingga membuat gaun itu menjadi anggun dan terkesan mewah. Selain itu, untuk menampilkan kesan lebih gelap dan pucat, pemakai Gothic Lolita mendandani wajah mereka dengan bedak yang tebal dengan warna-warna tertentu sesuai dengan jenis gaya Gothic Lolita yang mereka gunakan, eyeshadow dan eyeliner yang tebal untuk memberikan kesan “pshyco”. Sebagian besar dari mode gaun Gothic Lolita terinsipirasi dari gaun hitam panjang yang sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh kerajaan Inggris untuk dipakai sebagai pakaian berkabung nasional. Selain gaun yang berwarna hitam pekat dipakai untuk berkabung pada zaman Victoria dan menjadi gaun yang dipakai oleh para putri dan gadis bangsawan yang kini berubah menjadi sebuah gaun yang digemari baik pria maupun wanita di Jepang dan di luar Jepang. Meskipun gaun yang dipakai oleh gadis bangsawan pada abad ke-18 zaman Victoria telah dimodifikasi sedemikian rupa, gaun ini masih tetap memelihara nilai tradisional dari style tersebut, yaitu, masih menggunakan renda, - 16 -
pita dan motif kain berwarna cerah yang menjadi aksesoris utama pada model gaun ini. Model gaun ini terinspirasi dari mode pakaian boneka manekin zaman Victoria pada abad ke-18, yang pada saat itu menjadi mainan yang digemari oleh gadis-gadis bangsawan di zaman Victoria dan negara Perancis. Jika gaya Gothic lebih terkesan glamour tetapi suram, lain hal dengan gaya Gothic Lolita. Gothic Lolita justru lebih menggambarkan kesan manis. 2.6.1
Pengertian Gothic Lolita Gothic Lolita terdiri berasal dari kata “Gothic” dan “Lolita”. Gothic adalah suatu
aliran yang berasal dari negara Barat yang terletak benua Eropa khususnya pada negara Inggris dan Perancis, yang mencakup gaya arsitektur rumah, bangunan-bangunan pada abad 19, bentuk kuburan, gaya arsitektur gereja, bentuk peralatan rumah tangga dan mode baju,.sedangkan Lolita adalah nama dari seorang tokoh gadis berusia 12 tahun dalam novel karya Vladimir Nabokov pada tahun 1955. Jadi, pengertian kata Gothic Lolita adalah gaya yang menyerupai gadis zaman Victoria di negara Eropa pada abad ke-18 Dalam novel berjudul “Lolita”, yang dikarang oleh seorang penulis ternama dari Rusia bernama Vladimir Vladimirovich Nabokov (1899-1997), kata Gothic Lolita sering dihubungkan dengan “Lolita complex”. Vladimir adalah anak dari Vladimir Dmitrievich Nabokov, seorang politisi liberal yang dipenjara selama 90 hari pada tahun 1908 pada saat pemerintahan Tsar Nicholas II dikarenakan oleh manifest politik yang dilakukannya. Nama “Lolita” diambil dari nama seorang gadis berusia 12 tahun yang ternyata mempunyai hubungan percintaan dengan seorang pria setengah baya. Tetapi pada kenyataannya, kata “Lolita” di dalam fesyen Gothic Lolita sama sekali tidak berhubungan dengan “Lolita complex”, yaitu perasaan menyukai gadis di - 17 -
bawah umur. Lolita di sini menunjukkan kesan kekanak-kanakan dan kepolosan dari seorang gadis seperti wajah seorang gadis pada zaman Victoria dan negara Barat di benua Eropa. Bagi orang Jepang, terutama para penggemar mode busana Gothic Lolita, berpendapat bahwa gaya adalah gaya dan sama sekali tidak ada hubungannya dengan kelainan seksual ataupun kehidupan pribadi. 2.6.2
Sejarah Gothic Lolita Mode busana Gothic Lolita mulai muncul di Jepang sekitar tahun 1997 atau 1998,
dan menjadi salah satu budaya trend bagi kaum muda di Jepang. Orang-orang Jepang menyebut Gothic Lolita dengan sebutan "Gosurori", yaitu singkatan dari Gothic Lolita. Pada tahun 1999, dimana mulai bermunculan band-band aliran musik rock di Jepang yang menggunakan mode busana Gothic Lolita, ada seorang anggota band rock Jepang bernama Mana, yang merupakan mantan gitaris band Malice Mizer. Mana adalah salah seorang penggemar mode busana Gothic Lolita dan ia membuat label merek pakaian Gothic Lolita yang ia desain sendiri dengan rnama “Moi meme Moitie”. Style yang diperkenalkan oleh Mana adalah EGL (Elegant Gothic Lolita), yaitu salah satu jenis fesyen Gothic khusus untuk wanita dan EGA (Elegant Gothic Aristocrat), yaitu fesyen Gothic yang pada umumnya bisa dipakai baik pria maupun wanita, tetapi di Jepang mayoritas EGA (Elegant Gothic Aristocrat) ditujukan untuk pria. Mode busana Gothic yang didesain oleh Mana ini terinspirasi dari mode pakaian yang dipakai oleh kalangan kelas menengah sampai kelas atas di Inggris pada abad ke18. Mode pakaian ini diterima dengan baik oleh kaum muda Jepang, dan dalam perkembangannya mode busana Gothic terus mengalami modifikasi yang semakin unik dan disesuaikan dengan kebutuhan si pemakainya. Bahkan mode busana Gothic Lolita di - 18 -
Jepang
ini juga merambah ke negara-negara lain, seperti Amerika, Inggris, China,
Singapura, Indonesia dan masih banyak negara-negara maju yang lainnya. 2.6.3 Komunitas Gothic Lolita di Jepang Gothic Lolita di Jepang semakin diminati oleh kaum muda, bahkan kaum muda Jepang mulai membuat suatu komunitas Gothic Lolita di daerah-daerah terkenal di wilayah kota Tokyo seperti Harajuku, Shinjuku dan Shibuya. Ketiga tempat tersebut yang merupakan pusat perbelanjaan di Jepang, sering digunakan oleh komunitaskomunitas pecinta Gothic Lolita sebagai sarana untuk memperlihatkan fesyen yang dipakai oleh mereka. Biasanya kaum muda Jepang ini berkumpul di daerah Harajuku setiap malam minggu dan berkeliaran di daerah itu bersama dengan komunitas mereka, seolah-olah mereka menjadikan tempat tersebut sebagai panggung catwalk untuk memamerkan fesyen yang mereka pakai. Harajuku adalah tempat yang paling diminati oleh komunitas pecinta Gothic Lolita. Harajuku terletak di utara Shibuya. Tempat ini mulai terkenal sebagai pusat perbelanjaan sejak tahun 1964. Daerah-daerah yang banyak dikunjungi oleh pecinta Gothic Lolita di Jepang adalah Takeshita street, Meiji Dori Avenue, Omatesendo Dori dan Avenue Street. Harajuku merupakan sarana penting bagi komunitas-komunitas pecinta Gothic Lolita sebagai tempat untuk mempertontonkan fesyen yang mereka kenakan kepada orang-orang di sekitar mereka. Oleh karena itu, Harajuku memiliki peminat Gothic Lolita yang lebih banyak dan para pemakai busana Gothic Lolita-nya juga menampilkan bermacam-macam variasi mode yang lebih baik dan unik.
- 19 -
Gambar 2.1 Komunitas Gothic Lolita di Jepang
(http://mataair.blogspot.com/2004/05/ini-bukan-jepang-ini-harajuku.html)
2.6.4 Mode Busana Gothic Lolita Berikut ini akan dipaparkan mengenai ciri khas mode busana Gothic Lolita di Jepang beserta jenis-jenisnya. Penulis akan menganalisis unsur-unsur westernisasi mode busana Gothic Lolita berdasarkan jenis-jenisnya di bab 3 skripsi ini. 2.6.5 Ciri khas Mode Busana Gothic Lolita Dalam http://d.hatena.ne.jp/keyword, Lolita Fashion, 9 Juni 2006, dijelaskan mengenai ciri khas mode busana Gothic Lolita, antara lain :
1. Gaya rambut biasanya lurus atau keriting spiral. Terkadang juga digunakan pita besar atau bonnets di kepala.
- 20 -
Gambar 2.2 Model Bonnets Zaman Victoria
(Fashion_Era.com)
2. Untuk Ama-Rori (Sweet Lolita) banyak yang menggunakan make-up dan aksesori yang serba pink, dan untuk Kuro-Rori terkadang juga menggunakan dandanan seperti Ama-Rori. 3. Banyak yang sering menggunakan motif seperti “Alice in Wonderland”, atau pola desain seperti salib, mawar, mahkota dan lain-lain. 4. Untuk aksesoris, sering digunakan benda-benda yang terbuat dari emas. 5. Biasanya menggunakan kaus kaki panjang yang berenda atau bertali, dan menggunakan sepatu yang menyerupai bentuk sepatu ala ballerina. 6. Rok yang digunakan biasanya berbentuk melebar menyerupai payung. 2.5.6 Jenis-jenis Mode Busana Gothic Lolita Menurut http://ja.wikipedia.org/wiki/,9Juni2006, mode busana Gothic Lolita modern terbagi dalam enam jenis, yaitu: 1.
Sweet Lolita Yaitu mode busana Gothic Lolita yang memiliki nuansa manis dan sifat polos dari seorang gadis kecil. Merek-merek terkenal yang mengeluarkan mode busana ini adalah Angelic Pretty, BABY THE STAR SHINE BRIGHT. - 21 -
2.
Shiro-Rori, Kuro-Rori, Pink-Rrori, Mizuiro-Rori Pada mode busana Shiro-Rori, Kuro-Rori, dan Pink-Rori ini memiliki persamaan pada jenis busana dan aksesoris. Sepatu yang dikenakan selalu sesuai dengan warna busana yang dikenakannya. Namun untuk kaos kaki sering digunakan kaos kaki yang sebatas lutut dan berenda atau stocking, dan biasanya digunakan warna yang kontras, misalnya jika sepatu berwarna hitam maka digunakan kaos kaki yang berwarna putih.
3.
Princess & Prince Lolita Merek yang mengeluarkan mode busana untuk Princess Lolita adalah JANE MARPLE sedangkan untuk Prince Lolita adalah MIHO MATSUDA.
4.
Classic Lolita Mode busana ini merupakan gambaran dari mode busana yang dipakai oleh rakyat jelata pada zaman Victoria abad 18. Merek yang mengeluarkan mode busana ini seperti Victorian Maiden, Juliette et Justine, Mary Magdalene, dan Innocent world..
Selanjutnya Penulis akan menganalisis unsure-unsur mode busana Gothic Lolita berdasarkan jenis-jenis busana
Gothic Lolita modern dalam bab 3
- 22 -