BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1
Teori-teori Dasar/Umum
Pada bab ini penulis akan menjelaskan masalah yang teridentifikasi yang terdapat pada bab1 latar belakang, dengan menjelaskan beberapa teori yang berkaitan dengan penelitian
yang
berjudul
“ANALISIS
PROSES
PRODUKSI
OFF
AIR
INTERNATIONAL CLASSIC CAR SHOW 2011 ‘’CLASSIC FOR ALL, ALL FOR
CLASSIC’’
WIRASWASTA)”
OLEH
OTOBLITZ
(PT.
WAHANA
ADIREKSA
dimana Otoblitz sebagai media harus mampu memberikan
informasi kepada khalayak dalam jumlah besar seperti dipaparkan oleh Cangara (2003 : 134) dimana media adalah suatu alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Dimana disini komunikator bukan satu individu, tapi lebih ke gabungan antarberbagai macam unsure dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga (Nurudin, 2009 : 19) Sementara Otoblitz merupakan suatu media yang berbentuk lembaga atau organisasi yang membentuk suatu event. Dan berikut teori – teori yang ditinjau dari segi organisasi.
2.1.1
Komunikasi Organisasi Kata komunikasi berasal dari bahasa Latin: communicatio dan bersumber dari
kata communis yang berarti sama. Sama disini berarti adalah sama makna. Untuk menjalin suatu komunikasi, harus terdapat adanya kesamaan makna dan arti dalam penyampaian komunikasi, agar unsur-unsur saat melakukannya tidak terabaikan dan 9
10
menjadi benang merah antara komunikator (pengirim pesan) dengan komunikan (penerima pesan). Menurut Lasswell komunikasi memiliki arti proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu (Effendy, 2004:10) Dari penjelasan diatas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada penerima pesan atau komunikan melalui suatu media perantara dimana di dalamnya ada kesamaan makna dan isi yang berakhir dengan pertukaran pikiran untuk mendapatkan hasil tertentu. Dalam proses komunikasi ini ada kemungkinan terjadinya misscommunication antar crew yang mempengaruhi kinerja crew OTOBLITZ yang berujung terhambatnya proses produksi off air OICCS 2011. Komunikasi sangat erat kaitannya dengan proses produksi, karena dalam kegiatan proses produksi mulai dari pra produksi, produksi dan post produksi, apabila adanya hambatan-hambatan dalam proses tersebut, maka komunikasi adalah sarana yang paling tepat untuk menyelesaikan masalahnya. Oleh karena itu, setiap crew selain memahami jobdesk masing-masing, dapat berkomunikasi secara efektif agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik. Sementara Organisasi berasal dari bahasa latin, organizare yang berarti to form as or into a whole consisting of interpendent or coordinated parts ( membentuk sebagai atau menjadi keseluruhan dari bagian – bagian harus yang saling bergantungan atau terkoordinasi). Jadi secara harafiahnya organisasi dapat disebutkan sebagai paduan dari bagian – bagian yang antara satu sama lainnya bergantungan. menurut Evert M. Roger dan Rekha Agarwala Rogers, organisasi didefinisikan sebagai suatu sistem yang mapan
11
dari mereka yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui suatu jenjang kepangkatan dan pembagian tugas (Effendy, 2004:114).
2.1.2 Teori Komunikasi Dalam melakukan komunikasi sehari – hari, ada 4 macam komunikasi yang biasanya digunakan didalam suatu organisasi, yaitu: 1. Komunikasi ke Bawah Komunikasi ke bawah dalam sebuah organisasi berarti mengalir dari jabatan yang lebih tinggi kepada mereka yang berotoritas yang lebih rendah. Disini bukan berarti informasi bergerak dari manajemen kepada para pegawai , namun lebih kepada hubungan yang ada pada kelompok manajemen Ada lima jenis informasi yang biasanya dilakukan oleh atasan kepada bawahan yaitu a. informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan b. informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan c. informasi mengenai kebijakan-kebijakan dan praktik praktik organisasi d. informasi mengenai kinerja pegawai e. informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas (sense of mission).
Setiap pegawai dari setiap tingkatan pasti membutuhkan informasi, sementara manajemen puncak hidup dalam dunia informasi. Maka dari itu agar dapat membuat keputusan yang cermat dan bermanfaat, maka kualitas dan kuantitas informasi haruslah tinggi. Untuk para pemegang jabatan yang lebih tinggi yang harus memberikan informasi dengan tingkat yang tidak kalah tinggi juga kepada para bawahan, harus
12
menggunakan beberapa metode, dimana ada beberapa kriteria yang sering digunakan untuk memilih metode penyampaian informasi kepada para pegawai:
a. Ketersediaan. Metode-metode yang tersedia dalam organisasi cenderung dipergunakan. Setelah menginventarisasikan metode yang tersedia, organisasi dapat memutuskan metode apa yang dapat ditambahkan untuk suatu program keseluruhan yang lebih efektif. b. Biaya. Metode yang dinilai paling murah cenderung dipilih untuk penyebaran informasi rutin dan yang tidak mendesak. Bila diperlukan atau diinginkan penyebaran informasi yang tidak rutin dan mendesak, metode yang lebih mahal tetapi lebih cepat dapat digunakan. c. Pengaruh. Metode yang tampaknya memberi pengaruh atau pesan paling besar sering dipilih daripada metode yang baku. d. Relevansi. Metode yang tampak paling relevan dengan tujuan yang ingin dicapai akan lebih sering dipilih. Bila tujuannya singkat dan sekedar menyampaikan informasi, dapat dilakukan dengan pembicaraan diikuti oleh memo. Bila tujuannya menyampaikan masalah yang rinciannya rumit, metode laporan teknis tertulis adalah metode yang mungkin akan dipilih e. Respons. Metode yang dipilih akan dipengaruhi oleh ketentuan apakah dikehendaki atau diperlukan respons khusus terhadap informasi tersebut. f. Keahlian. Metode yang tampaknya sesuai dengan kemampuan pegirim untuk menggunakannya dan dengan kemampuan penerima untuk memahaminya cenderung digunakan daripada metode yang tampaknya diluar kemampuan
13
komunikator
atau
diluar
kemampuan
pemahaman
pegawai
yang
menerimanya. Brosur-brosur yang berkilat-kilat sebaiknya tidak digunakan bila komunikator merasa tidakk mampu membuatnya; bila tingkat pendidikan pegawai terbatas, instruksi manual yang rumit mungkin bukan metode yang baik untuk digunakan. 2. Komunikasi ke Atas Komunikasi ke atas dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari tingkat yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang lebih tinggi (penyelia). Setiap bawahan dapat mempunyai alasan yang baik atau meminta informasi dari atau memberi informasi kepada seseorang yang otoritasnya lebih tinggi daripada dia. Ada beberapa alasan penting yang membuat komunikasi ke atas menjadi penting, yaitu :
-
Aliran informasi ke atas memberi informasi berharga untuk pembuatan keputusan oleh mereka yang mengarahkan organisasi dan mengawasi kegiatan orang-orang lainnya.
-
Komunikasi ke atas memberitahukan kepada penyelia kapan bawahan mereka siap menerima informasi dari mereka dan seberapa baik bawahan menerima apa yang dikatakan kepada mereka.
-
Komunikasi ke atas memungkinkan –bahkan mendorong- omelan dan keluh kesah muncul ke permukaan sehingga penyelia tahu apa yang mengganggu mereka yang paling dekat dengan operasi-operasi sebenarnya.
14
-
Komunikasi ke atas menumbuhkan apresiasi dan loyalitas kepada organisasi dengan memberi kesempatan kepada pegawai untuk mengajukan pertanyaan dan menyumbang gagasan serta saran-saran mengenai operasi organisasi
-
Komunikasi ke atas mengizinkan penyelia untuk menentukan apakah bawahan memahami apa yang diharapkan dari aliran informasi ke bawah.
-
Komunikasi ke atas membantu pegawai mengatasi masalah pekerjaan mereka dan memperkuat keterlibatan mereka dengan pekerjaan mereka dan dengan organisasi tersebut.
Dari beberapa poin diatas, kita dapat melihat alasan-alasan penting yang terkadang menjadi masalah mengapa komunikasi dalam suatu organisasi sering terhambat, dengan intinya bahwa apa yang menghambat mengapa para penyelia atau atasan sulit menerima informasi dari bawah :
- kecenderungan bagi pegawai untuk menyembunyikan pikiran mereka - perasaan bahwa penyelia dan manajer tidak tertarik kepada masalah pegawai. - kurangnya penghargaan bagi komunikasi ke atas yang dilakukan pegawai. - perasaan bahwa penyelia dan manager tidak dapat dihubungi dan tidak tanggap pada apa yang disampaikan pegawai.
3. Komunikasi Horisontal Komunikasi horisontal merupakan komunikasi yang setara atau sejawat dalam suatu unit kerja. Komunikasi horisontal dapat berupa komunikasi antar mahasiswa, antar
15
dosen sampai komunikasi antar crew dalam divisi produksi. Karena disini kita membahas suatu proses dalam memproduksi acara off air maka kita akan lebih mengarah kepada komunikasi antar crew produksi. -
Tujuan Komunikasi Horisontal Berikut tujuan komunikasi horisontal yang paling sering muncul dalam suatu organisasi (Pace&Faules, 2006, 195) a) Untuk mengkoordinasikan penugasan kerja. b) Berbagi informasi mengenai rencana dan kegiatan. c) Untuk memecahkan masalah. d) Untuk memperoleh pemahaman bersama. e) Untuk mendamaikan, berunding, dan menengahi perbedaan f) Untuk menumbuhkan dukungan antar pesona.
Bentuk-bentuk komunikasi horisontal di atas sering kita temui saat crew sedang beristirahat, dimana mereka mengbrol, saling bertukar pikiran, melalui sms atau memo, sampai melalui bbm. Untuk hambatan-hambatan yang sering ditemui di komunikasi horisontal, mempunyai kesamaan dengan komunikasi ke atas dan komunikasi ke bawah.
4. Komunikasi Lintas Saluran Selain komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas, dan komunikasi horisontal, ada komunikasi lintas saluran. Dalam kebanyakan organisasi, baik dalam organisasi formal maupun informal, pasti ada keinginan dari setiap indivdu untuk melewati batasbatas fungsional maupun struktural. Misal bagian editing ingin menyampaikan pesan
16
atau ide kepada koordinator perlengkapan. Mereka melakukan komunikasi lintas saluran dimana koordinator program, bukan merupakan atasan langsung dari crew editing. Dan begitu juga sebaliknya. Mereka mempunyai mobilitas tinggi, namun tidak mempunyai otoritas atas apa yang mereka sampaikan, sehingga mereka hanya terlibat dalam komunikasi informal. Agar suatu komunikasi lintas saluran dapat berjalan dengan baik dan membantu komunikasi dalam suatu organisasi menjadi lebih lancar, maka ada kondisi yang harus dilakukan seperti yang kita lihat di table 2.1 : A
B
D
C
E
F
H
G
I
K
L
Table 2.1 jembatan fayol komunikasi lintas saluran
Kondisi tersebut adalah : a. Setiap pegawai yang ingin berkomunikasi lintas saluran harus meminta izin terlebih dahulu dari atasan langsungnya ( dalam table 2.1, crew editing(H) harus mendapatkan izin dari penyelianya(C) ). Dalam beberapa kasus, izin ini dapat
17
diberikan dalam bentuk pernyataan kebijakan umum, yang menunjukkan keadaan yang membenarkan komunikasi lintas saluran. b. Setiap
crew
yang
terlibat
dalam
komunikasi
lintas
saluran,
harus
memberitahukan hasi-hasil atau informasi-informasi yang didapat kepada penyelia atau atasannya.
Dari beberapa teori diatas kita dapat membuat suatu table secara keseluruhan yang menggambarkan keterkaitan satu sama lain, mulai dari komunikasi ke bawah, atas, horisontal, sampai dengan lintas saluran. Tabel ini disebut sebagai table 4 arah dan tabelnya adalah sebagai berikut: A
B
E
F
D
C
G
H
I
J
L
K
Komunikasi Komunikasi
horisontal
Ke atas
Komunikasi Komunikasi
Ke bawah Table 2.2
Table 2.2 Table 4 arah
Lintas saluran
18
Komunikasi disebut efektif apabila penerima menginterpretasikan pesan yang diterimanya sebagaimana dimaksudkan oleh pengirim. Kenyataannya, sering kita gagal saling memahami. Sumber utama kesalahfahaman dalam komunikasi adalah cara penerima menangkap suatu pesan berbeda dari yang dimaksud oleh pengirim, karena pengirim gagal mengkomunikasikan maksudnya dengan tepat. Menurut Johnson seperti yang dikutip di dalam buku berjudul komunikasi antarpribadi (Supratiknya, 2005: 35) ada tiga syarat yang harus dipenuhi dalam kita mengirimkan pesan secara efektif, yaitu -
Kita harus mengusahakan agar pesan – pesan yang kita kirimkan mudah dipahami.
-
Sebagai pengirim kita harus memiliki kredibilitas di mata penerima
-
Kita harus berusaha mendapatkan umpan balik yang optimal tentang pengaruh pesan kita di dalam diri penerima. Dengan kata lain, kita harus memiliki kredibilitas dan terampil mengirimkan pesan.
2.2
Teori-teori Khusus yang Berhubungan dengan Topik yang Dibahas
Sesuai dengan judul penelitian yang penulis teliti, yaitu Analisis Proses Produksi off air International Classic Car Show 2011, “CLASSIC FOR ALL, ALL FOR CLASSIC” oleh Otoblitz (PT. Wahana Adireksa Wiraswasta), dibawah ini merupakan teori – teori yang berhubungan denagn topik yang akan dibahas :
19
2.2.1 Teori SWOT Teori SWOT merupakan teori strategi yang biasa diterapkan oleh setiap organisasi guna mencari startegi yang paling cocok dalam menghadapi ancaman baik dari luar maupun dari dalam. Teori Analisis SWOT adalah sebuah teori yang digunakan untuk merencanakan sesuatu hal yang dilakukan dengan SWOT. SWOT ini biasa digunakan untuk menganalisis suatu kondisi dimana akan dibuat sebuah rencana untuk melakukan sesuatu, sebagai contoh, program kerja. Kepanjangan dari SWOT adalah
-
-
Strength atau Kekuatan
-
Weakness atau kelemahan
-
Opportunity atau Kesempatan
-
Threat atau ancaman
Strenght atau Kekuatan. Kekuatan ini merupakan kekuatan yang dimiliki dari organisasi tersebut. Dimana
ia mempunyai kelebihan, disitulah ia menonjollkan kelebihannya tersebut, dengan tujuan untuk menutupi dari kekurangan yang ia punya. Biasanya kekuatan ini bias kita ambil dari contohnya manajemen yang kuat, loyalitas karyawan, dll.
-
Weakness atau Kelemahan. Kelemahan harus diketahui oleh setiap organisasi, dimana ia harus dapat
menutupi kekurangannya dengan kelebihan agar tidak dimanfaatkan oleh organisasi lain. Apabila suatau organisasi tidak dapat menemukan kelemahannya, maka organisasi itu
20
tidak akan bertahan lama karena kelemahan dia akan digunakan oleh organisasi lain, atau jatuh seiring dengan berjalannya waktu. Contoh dari weakness ini adalah tidak ada atau kurangnya biaya, karyawan yang tidak terampil, struktur yang malfungsi, dll.
-
Opportunitiy atau Kesempatan. Setiap organisasi dari yang baik mapun buruk, kecil ataupun besar mempunyai
kesempatan yang sama untuk mengembangkan “diri” mereka sendiri, tergantung dari bagaimana mereka menggunakan kesempatan yang tersedia dengan sebaik-baiknya. Kesempatan yang ada pastinya tidak akan datang untuk yang kedua kalinya, maka dari itu apabila ada kesempatan yang dapat diambil, apapun resikonya, harus digunakan dengan sebaik mungkin. Contoh untuk opportunity ini adalah adanya tambahan dana apabila diminta, atau tawaran untuk bekerja sama atau merger dari organisasi lain dengan tujuan keuntungan bersama.
-
Threat atau Ancaman. Ancaman ada di setiap organisasi, baik dari luar ataupun dari dalam. Tapi
ancaman yang mempunyai kemungkinan merusak organisasi secara besar berasal dari dalam. Ancaman juga dapat diartikan sebagai sesuatu hal yang menghambat dan juga mengancam kelangsungan kinerja organisasi, sebagai contoh anggota yang tidak aktif atau adanya alat – alat yang sudah tidak menunjang.
Dalam sebuah organisasi biasanya setiap awal periode kepengurusan akan dilaksanakan pembuatan rencana program kerja, untuk itu biasanya akan dilakukan
21
sebuah analisis kondisi mengenai suatu organisasi tersebut. Analisis SWOT biasanya dicantumkan dalam GBHK (Garis-garis Besar Haluan Kerja) yang menjelaskan tentang kondisi lingkungan organisasi baik kondisi internal maupun external. Analisis SWOT juga dapat mengurangi gangguan – gangguan yang berasal dari dalam dan luar. Untuk itu lebih baik bagi setiap organisasi untuk menerapkan SWOT dalam setiap program kerjanya.
Disini penulis dapat menarik kesimpulan bahwa pada setiap aspek organisasi penetapan analisis SWOT sangat berguna untuk mengurangi ancaman dan gangguan yang berpotensi untuk merusak suatu organisasi dan juga berguna untuk menggali potensi untuk mengembangkan kekuatan dan kesempatan yang dimiliki oleh organisasi tersebut. SWOT juga merupakan dasar dari penerapan strategi suatu organisasi yang akan melebarkan sayapnya terutama organisasi yang membuat event-event besar dengan skala international classic car show oleh Otoblitz dan merupakan jalan keluar bagi setiap organisasi ketika akan melaksanakan program kerja sesuai dengan S.O.P. (Wibowo, 2009 : 21) dan apabila dilakukan dengan sangat baik maka akan menjadi senjata bagi organisasi tersebut untuk dapat mengatasi saingan-saingannya.
2.2.2 Teori Produksi
Disini penulis menyimpulkan bahwa, tahap produksi televisi, sama halnya dengan teknik memproduksi suatu event. Maka dari itu penulis mengambil tahap produksi Suatu produksi program, baik on air maupun off air yang melibatkan banyak peralatan, orang, dan dengan sendirinya biaya yang besar, selain memerlukan suatu organisasi yang rapi
22
juga perlu suatu tahap pelaksanaan produksi yang jelas dan efisien. Setiap tahap harus jelas kemajuannya dibandingkan dengan tahap sebelumnya. Tahapan produksi terdiri dari tiga bagian yang lazim disebut sebagai standard operation system (SOP) (Wibowo, 2009: 38), sebagai berikut :
a. pra-produksi ( ide, perencanaan dan persiapan )
b. produksi ( pelaksanaan )
c. pasca-produksi ( penyelesaian dan penayangan )
1. Pra-produksi (perencanaan dan persiapan)
Tahap ini sangat penting sebab jika tahap ini dilaksanakan dengan rinci dan baik, sebagian pekerjaan dari produksi yang direncanakan sudah terselesaikan.
Tahap pra-produksi meliputi 3 bagian, yaitu :
-
Penemuan ide
Dalam tahap penemuan ide ini beberapa hal yang dilakukan yaitu menentukan tema, mengadakan penelaahan, pemilihan EO, penetapan Jenis Pameran, Menentukan SDM, menentukan desain dan ukuran stand, dan technical meeting.
23
-
Perencanaan
Tahap ini meliputi penetapan jangka waktu kerja ( time schedule ), menentukan acara pendukung dan proposal. Selain estimasi biaya, penyediaan biaya dan rencana alokasi merupakan bagian dari perencanaan yang perlu dibuat secara teliti.
-
Persiapan
Tahap ini meliputi pemberesan semua kontrak, perijinan dan surat menyurat. Kemudian membuat manual book atau buku panduan untuk peserta dan technical meeting.
Kunci keberhasilan suatu produksi, baik itu merupakan on air maupun off air, sangat ditentukan dari keberesan dan kesiapan pada tahap perencanaan ini. Orang yang begitu percaya pada kemampuan teknis sering mengabaikan hal yang sifatnya pemikiran di atas kertas. Perencanaan dan persiapan dapat memakan waktu beberapa minggu dengan lebih banyak menggunakan kertas-kertas dan pena daripada kamera atau peralatan teknis lainnya.
2. Tahap produksi
Baru setelah perencanaan dan persiapan selesai dengan baik, maka pelaksanaan produksi dimulai. Divisi produksi bekerja sama dengan EO untuk pembuatan floor plan yang berupa Teknis dan skalatis secara keseluruhan mulai dari ukuran stand, Jenis Stand, Bentuk Stand dan lainnya.
24
Dalam pelaksanaan produksi ini, setelah bentuk stand selesai kemudian dilanjutkan dengan marking atau penanda untuk batas sebuah stand di event.setelah marking selesai kemudian masuk ke tahap Loading barang. Dimana jadwal dan jalur masuk barang harus diatur jauh – jauh hari sebelum waktu pembangunan stand. Beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :
-
informasi kepada EO atau peserta tentang ukuran pintu masuk barang.
-
Atur jadwal dan alur masuk barang berdasarkan lokasi atau area nya.
-
Jadwal dan alur ditentukan berdasarkan stand.
-
Jangan biarkan EO atau peserta meletakkan barangnya di gang way atau stand orang lain.
-
Dahulukan barang – barang yang lebih besar.
Setelah loading barang maka tahap selanjutnya yatu set up atau pebangunan stand. Beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :
- Stand harus dibangun sesuai dengan layout - Bila tidak ada kesesuaian harus segera ditangani, karena bila stand sudah berdiri 100% maka akan sulit untuk diubah. - Waktu pembangunan stand harus tepat waktu, karena waktunya biasanya sangat pendek - Perhatikan instalasi listrik, air dan lainnya - Melakukan pengawasan tehadap suluruh proses pembangunan stand.
25
Setelah pembangunan stand, kemudian masuk ke parkir dan keamanan, dimana harus ada pengamanan agar mendhindari hal – hal yang tidak diinginkan dan perhatian kepada tempat parkir. Biasanya pengelola gedung akan memberikan jatah pasrkir gratis dan tempat khusus bagi pihak yang terkait.
Serah terima barang. Inti dari serah terima barang yaitu pameran yang dilaksanakan lebih dari satu hari, display pameran tidak dibawa pulang semuanya dan dititipkan kepada pihak penyelenggara dan dicatat dalam formulir isian yang ditanda tangani oleh perwakilan penyelenggara dan dari pihak yang menjaga stand tersebut.
Hal – hal lain yang harus diperhatikan yaitu konsumsi, agenda acara, konsumsi, informasi, peralatan komunikasi, kebersihan dan kenyamanan ruang pameran, dan sarana umum ( restoran, kantin, toilet, dan ATM)
3. Pasca Produksi
Tahap pasca produksi atau post production ini, dilakukan kegiatan evaluasi. Dimana tahap evaluasi ini membahas seputar kegiatan yang dilakukan dari tahap pra produksi sampai dengan produksi, membahas mulai dari kendala – kendala yang ditemukan, mengenai budget yang sudah dikeluarkan, target yang telah dicapai, sampai dengan kinerja per individu. Pebisnis event yang yang mempunyai jadwal pameran tiap tahun perlu mengadakan evaluasi karena evaluasi ini dilakukan dengan tujuan untuk mencari jalan keluar seputar kendala – kendala yang ditemukan, transparasi tentang keuangan, dan hal lainnya agar apabila ada kesalahan atau error, hal tersebut tidak akan terulang lagi di masa – masa mendatang.
26
2.2.3 Teori Event atau Pameran
Event adalah melakukan kegiatan promosi di bidang produk dan jasa secara langsung kepada masyarakat umum (Evelina, 2005: 25). Suatu Event akan efektif apabila event tersebut dapat menjangkau masyarakat umum terutama peserta yang ikut meramaikan dan pengunjung yang menghadiri event ini. Karena peserta dapat bertatap muka dan berdialog secara langsung dan memberikan informasi yang sejelas – jelasnya kepada pengunjung yang hadir. Namun, dalam membuat event atau pameran kita perlu memperhatikan 8 (delapan) raga dan jenis, yaitu :
1. Berdasarkan Target Pengunjung : Business to Business , Business to Customer, dan Government to Goverment
2. Berdasarkan jenisnya : Pameran barang dan Pameran Jasa 3. Berdasarkan Sifatnya : Pameran Umum, Pameran Khusus, Pameran Bersama, Pameran Patungan. 4. Berdasarkan Frekuensinya : Pameran berkala dan Pameran Insidental 5. Berdasarkan Lingkup Geografis : Pameran Lokal dan Pameran Internasional 6. Berdasarkan Skala : Pameran Berskala Besar dan Pameran Berskala Kecil 7. Berdasarkan Lokasi : Pameran di Luar Ruangan, Pameran Terbatas, dan Pameran Keliling 8. Berdasarkan Waktu : Pameran Jangka Waktu Lama dan Pameran Jangka Waktu Pendek.