Bab 2 Landasan Teori
Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam penulisan skripsi ini. Teori tersebut antara lain, Teori Keigo yang berupa sonkeigo (尊敬語) dan kenjoogo (謙譲語), kemudian Teori Parameter Keigo, Konsep Belajar, dan Konsep Kesalahan Berbahasa dalam menggunakan bahasa Jepang. 2.1 Teori Keigo (敬語 敬語) 敬語)
Dalam bahasa Jepang terdapat bahasa sopan atau keigo (敬語). Menurut Hama dan Hirabayashi (1992)
“敬語というのは、話し手と聞き手、および話題の人物との間のさまざまな 関係にもといてことばが使い分け、その人間関係を明らかにする表現形式のこ とである”(hal.1). Artinya, “keigo (敬語) adalah bentuk tata bahasa yang berhubungan dengan manusia. Keigo membagi pemakaian kata-kata yang berhubungan dengan bermacam-macam pada tokoh topik pembicaraan, seperti lawan bicara dan pendengar. Selanjutnya keigo akan di klasifikasikan menjadi sonkeigo dan kenjoogo pada bagian berikutnya.”
Kemudian Hama dan Hirabayashi (1992) mengatakan, “敬語は、尊敬語、謙譲語、丁寧語の三つに分けられる”(hal.1). Artinya, “keigo (敬語) dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu sonkeigo (尊敬語), kenjoogo (謙譲語) dan teineigo (丁寧語).”
Tetapi disini penulis hanya akan membahas dua kelompok keigo (敬語), yaitu sonkeigo (尊敬語) dan kenjoogo (謙譲語).
Teori Sonkeigo (尊敬語 尊敬語) 尊敬語) Masih menurut Hama dan Hirabayashi, (1992)
“尊敬語というのは、聞き手や話題の人物を高めて話し手の敬意を直接表す ことばづかいである”(hal.1). Artinya, “Sonkeigo (尊敬語) adalah kata atau ragam bahasa hormat yang berhubungan dengan seseorang yang sedang dibicarakan atau lawan bicara (termasuk aktifitas dan segala sesuatu yang berkaitan dengan orang tersebut), sonkeigo (尊敬語) merupakan ungkapan secara langsung yang menyatakan rasa hormat terhadap lawan bicara.”
Teori Kenjoogo (謙譲語 謙譲語) 謙譲語) Menurut Hama dan Hirabayashi (1992)
“謙譲語というのは、話し手側を低めることにより、間接的に聞き手や話題の 人物を高めることばづかいである”(hal.1). Artinya, “Kenjoogo (謙譲語) adalah kata atau ragam bahasa yang digunakan untuk meninggikan seseorang yang menjadi topik pembicaraan atau lawan bicara secara tidak langsung dengan merendahkan si pembicara. “
2.2 Teori Verba Keigo Menurut Hama dan Hirabayashi, (1992, hal.16) terdapat beberapa jenis verba keigo, yakni adalah klasifikasi verba keigo yaitu sonkeigo dan kenjoogo. Berikut ini klasifikasi verba sonkeigo dan kenjoogo tersebut
普通語
尊敬語
謙譲語
行きます
いっらしゃいます
まいります
来ます
いらっしゃいます
まいります
います
いらっしゃいます
おります
食べます
めしあがります
いただきます
飲みます
めしあがります
いただきます
いいます
おっしゃいます
もうします
しっています
ごぞんじです
ぞんじております
見ます
ごらんになります
はいけんします
します
なさいます
いたします
くれます
くださいます
-
もらいます
-
いただきます
ききます
-
うかがいます
しりません
-
ぞんじません
あいます
-
おめにかかります
Tabel 2.2.1 Pola Ragam Keigo Tetap (Sumber : Hama dan Hirabayshi, 1992, hal.16-18)
普通語 尊敬語 謙譲語 ききます きかれます ― たべます たべられます ― します されます ― Tabel 2.2.2 Pola Ragam Keigo (-rareru) (Sumber : Hama dan Hirabayashi, 1992, hal. 21)
尊敬語 謙譲語 おーになる おーする おーください ごーする Tabel 2.2.3 Pola Ragam Keigo (o/go-) (Sumber : Hama dan Hirabayashi, 1992, hal.21 dan 22)
Parameter Penggunaan Keigo Dalam menggunakan keigo ternyata tidak akan bisa lepas dari petutur dan penutur. Maka, menurut Mizutani (1987, hal.3-14) dalam keigo, selain verba yang harus diperhatikan, penggunaan keigo juga harus melihat hubungan antara pembicara dan lawan bicara. Oleh karena itu, hubungan antara pembicara dan lawan bicara merujuk pada parameter tolok ukur. Maka faktor-faktor penentu dalam menggunakan keigo dibagi menjadi delapan bagian, yaitu 1. Keakraban Ketika seseorang berbicara dengan seseorang yang asing atau ketika seseorang bertemu dengan seseorang untuk pertama kali bertemu, mereka akan menggunakan bahasa sopan, seperti ketika memperkenalkan diri, pada saat menjawab sebuah telepon, dan pada saat berbicara dengan masyarakat umum. 2.
Umur Seseorang yang lebih tua pada saat merasa akrab dengan orang yang lebih muda dan
orang yang lebih muda berbicara dengan sopan kepada orang yang lebih tua, seperti a. Anak-anak, biasanya mereka menggunakan bahasa biasa untuk semua umur. b. Sekolah Dasar, anak-anak mendapatkan sosialisasi tentang peraturan dalam berbicara pada saat berumur 6 tahun di sekolah dasar. c. Istilah dalam keluarga, mereka selalu memulai menggunakan istilah keluarga yang berbeda tergantung dengan siapa mereka berbicara. d. Senpai, koohai, murid-murid yang lebih diatas, mereka dianggap sebagai orang yang lebih tua dan pemimpin. e. Mahasiswa / murid, senpai sudah pasti menjadi pemimpin dan koohai harus mematuhi senpai apapun kondisinya.
f. Karyawan baru, beberapa orang yang baru masuk kedalam perusahaan disebut sebagai koohai yang harus hormati kepada senpai. 3. Hubungan Sosial Hubungan sosial disini disamakan dengan hubungan antara para pengusaha dan para pekerja, pelanggan dan penjual, dan guru dan murid. Lebih dikenal dengan sebutan ‘hubungan profesional’, seperti atasan dan pekerja yang biasanya menggunakan bahasa biasa tetapi biasanya atasan berbicara sopan, pelanggan dan penjual juga seharusnya menggunakan bahasa sopan, penjual ketika sedang menawarkan barang dagangan. Akan tetapi bila pelanggan adalah anak yang di bawah umur, biasanya pelayan toko menggunakan ragam bahasa biasa. 4. Status Sosial Orang yang memiliki status sosial yang pasti biasanya berbicara dengan menunjukkan kesopanan, seperti berbicara kepada kaisar, pada masyarakat kalangan atas biasanya diperlakukan secara sama tanpa pengecualian, dan pengaruh tak langsung. 5. Jenis Kelamin Menjaga perkataan untuk menjadi lebih akrab diantara orang-orang yang memiliki jenis kelamin yang sama daripada diantara laki-laki dan perempuan. 6. Keanggotaan dalam kelompok a. Perbedaan
diluar
kelompok
dan
didalam
kelompok,
orang-orang
Jepang
menggunakan ekspresi dan ketentuan berbeda ketika sedang berbicara. b. Ketentuan didalam keluarga, anggota keluarga yang lebih tua dan lebih muda dipanggil dengan ketentuan , seperti berikut
Lebih tua
Lebih muda
Otoosan
Yoshiro
Otoosama
Otoochan
(lebih sopan)
(lebih akrab)
Yoshiro-san
Yoshiro-chan
(lebih sopan)
(lebih akrab)
Tabel 2.2.4 Ketentuan didalam Keluarga (Sumber: Mizutani, 1987) c. Ketentuan diluar keluarga, hanya mengikuti situasi mereka menggunakannya dalam percakapan yang sama, seperti ketika pendengar adalah orang yang sangat dekat dan ketika pembicara adalah anak-anak dan tidak cukup umur. d. Identifikasi dengan keluarga, perbedaan ini berdasarkan pemikiran bahwa seseorang seharusnya mengidentifikasi dirinya sendiri dengan keluarga seseorang. e. Identifikasi dengan sebuah organisasi, perbedaan ini dibuat ketika berbicara dengan orang didalam dan diluar sebuah kelompok. 7. Derajat identifikasi Derajat dari pengidentifikasian dengan organisasi seseorang bekerja sangat bervariasi tergantung pada organisasi. 8. Situasi Orang-orang selalu merubah tingkat berbicara sesuai dengan situasi. Ketika dua orang tidak berjumpa satu sama lain, mereka sering merubah bahasa mereka. Contoh Kaeru wa
Kaerimasu
Kaerusete-itadakimasu
(akrab)
(sopan)
(sangat sopan).
Tabel 2.2.5 Situasi Pada Parameter Keigo (Sumber : Mizutani, 1987)
2.3 Konsep Belajar Dalam kegiatan proses belajar mengajar diperlukan suatu usaha dan minat agar dapat tercapai target belajar yang diharapkan. Oleh karena itu, diperlukan suatu program atau konsep dalam belajar agar dapat diperoleh hasil belajar yang ditargetkan. Menurut Sumadi (1983 hal.6-13), berbagai faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, seperti berikut ini a. Bahan atau hal yang baru dipelajari Bahan atau hal yang harus di pelajari ikut menentukan bagaimana proses belajar itu terjadi, dan bagaimana hasilnya yang dapat diharapakan. Taraf kesukaran serta kompleksitas hal yang harus dipelajari juga besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar. b. Faktor-faktor lingkungan Faktor-faktor lingkungan dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu : 1. Lingkungan alami, belajar pada keadaan udara yang segar akan lebih baik hasilnya daripada belajar dalam keadaan udara yang panas dan pengap. 2. Lingkungan sosial, baik yang berwujud manusia dan representasinya (wakilnya) maupun yang berwujud hal lain. c. Faktor-faktor instrumental Faktor-faktor ini dapat terwujud, seperti misalnya gedung perlengkapan belajar, alatalat praktikum, adapun faktor lain seperti, kurikulum, program, pedoman-pedoman belajar, dan sebagainya. d. Kondisi individual si pemelajar
Kondisi individual si pemelajar memegang peranan paling menentukan dan dapat dibedakan menjadi dua kelompok kondisi, yaitu 1. Kondisi fisiologi Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berbeda dengan orang yang dalam keadaan kelelahan. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah kondisi pancaindera, terutama penglihatan dan pendengaran. 2. Kondisi psikologi a. Minat Jika seseorang mempelajari sesuatu dengan penuh minat, maka dapat diharapakn bahwa hasilnya akan lebih baik. b. Kecerdasan Kecerdasan besar peranannya dalam berhasil dan tidaknya seseorang mempelajari sesuatu atau mengikuti sesuatu program pendidikan. c. Bakat Bahwa belajar pada bidang yang sesuai dengan bakat seseorang memperbesar kemungkinan berhasilnya usaha dalam belajar. d. Motivasi Motivasi adalah kondisi psikologi yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Ada dua macam motif, yaitu motif intrinsik adalah motif yang ditimbulkan dari dalam diri orang yang bersangkutan, lebih efektif dalam mendorong seseorang dan motif ekstrinsik adalah motif yang timbul oleh rangsangan dari luar. e. Kemampuan-kemampuan kognitif Pada umumnya kita sangat mengutamakan aspek kongnitif seperti persepsi, ingatan, dan berfikir.
2.4 Konsep Kesalahan Berbahasa Selain konsep belajar, seorang pemelajar khusunya pemelajar yang mempelajari bahasa asing, dalam kegiatan belajar sehari-hari mengalami trial dan error. Menurut Yoshikawa (1997, hal.10-24) penyebab terjadinya kesalahan dalam menggunakan bahasa Jepang oleh pelajar asing adalah sebagai berikut 1. Adanya pengaruh bahasa ibu Adanya pengaruh bahasa ibu, pasalnya pada pelafalan, muncul secara jelas pengaruh bahasa ibu. Contoh kasus pengaruh kesalahan karena bahasa ibu pada mahasiswa Hongkong pada pelafalan チ、シ dan ト. 2. Pengaruh bahasa asing yang dipelajari sebelumnya Pengaruh bahasa asing yang dipelajari sebelumnya, seperti contohnya bahasa Inggris sebagai bahasa asing pertama yang dipelajari oleh mahasiswa Asia Tenggara. Mahasiswa yang sudah mempelajari bahasa Inggris sebelum bahasa Jepang, mereka berfikiran bahwa kesalahan yang pernah dipelajari dalam bahasa tentunya akan berpengaruh ketika mempelajari bahasa Jepang. Contohnya,
ketika
bertemu
dengan
pola
kalimat
pengandaian
(~ば、~たら、~と) dalam bahasa Jepang maka mahasiswa membandingkan bentuk pola tersebut dalam bahasa Inggris. 3. Pengaruh masalah bahasa Jepang yang dipelajari
Adapun pengaruh masalah bahasa Jepang ini berkaitan dengan materi yang ditangkap oleh pemelajar sampai sejauh mana dapat mengerti materi tersebut. Contoh kesalahan yang keluar setelah mempelajari nomina yang bisa dilesapkan, seperti ( わたしのかさ のかさはここにあります ) menjadi (わたしのは のはここにあります ). Jika のかさ のは penghilangan
nomina,
pola
kalimat,
dan
lainnya,
sebaiknya
seorang
guru
menjelaskannya kepada murid. 4. Kurangnya pemahaman Sebenarnya ada banyak penyebab seperti kecerobohan dan kesalahan yang dilakukan oleh pemelajar. Dari 7 penyebab kesalahan berbahasa yang ada, kurangnya pemahaman adalah penyebab kesalahan yang paling banyak dilakukan oleh pemelajar. Cara memperbaiki kesalahan ini adalah pemelajar yang kurang memahami, agar tidak melakukan kesalahan tersebut, maka perlunya proses belajar secara bertahap. 5. Kurangnya penjelasan Adapun kesalahan pada hal kurangnya penjelasan dapat dilihat pada contoh berikut A : この このたてものは倉庫ですか。 B : はい、その そのたてものは倉庫です。 その
Pada saat pertama kali masuk kelas bahasa Jepang , guru memberikan contoh tanya jawab seperti , (これ これはノートですか)(はい、それ それはノートです). Lalu, jika guru これ それ menyatakan dengan (これ) dan kita menjawab dengan (それ)、dan sebaiknya guru memberikan penjelasan mengapa digunakan(これ)dan(それ). Karena jika tidak diberikan penjelasan yang cukup, maka pemelajar akan menganggap itu hal yang aneh.
Kesalahan inilah yang mengakibatkan kurangnya penjelasan menjadi salah satu penyebab terjadinya kesalahan dalam berbahasa. 6. Salah prinsip dalam mengasosiasikan bahasa Murid sedikit banyaknya melakukan asosiasi ketika belajar bahasa, supaya dapat memahami bahasa maka pemelajar sering mengasosiasikan suatu bahasa. Pada awalnya seorang guru memberikan contoh secara real dalam menjelaskan suatu bahasa, dan pada saat pelajaran mengalami tahapan yang lebih tinggi, biasanya guru memberikan penjelasan lebih abstrak kepada pemelajar. Berharap agar pemelajar bisa lebih pandai dalam mengasosiasikan bahasa tersebut, sehingga tidak terjadi kesalahan prinsip dalam proses belajar yang dilakukan oleh pemelajar. 7.
Berlebihan dalam berfikir Penyebab kesalahan berbahasa yang banyak dilakukan oleh pemelajar adalah
kelalaian, kurangnya penjelasan, kurangnya pemahaman. Berkaitan dengan hal tersebut, penting juga menaruh perhatian pada hal berlebihan dalam berfikir. 8. Dan lain-lain.