BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian Sistem Menurut O`Brien (2005, p29), sistem adalah sekelompok komponen yang
saling berhubungan, bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama dengan menerima input serta menghasilkan output dalam proses transformasi yang teratur. Menurut Ladjamudhin (2005) sistem adalah kumpulan komponen yang saling berkaitan dan bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu Jadi, dapat disimpulkan bahwa sistem adalah sekelompok komponen yang saling berhubungan serta bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu melalui penerimaan input, pemrosesan, hingga menghasilkan output.
2.2
Pengertian Informasi Menurut O’Brien (2005, p13), informasi adalah data yang telah diproses atau
data yang telah memiliki arti dan kegunaan untuk pengguna akhir tertentu. Menurut Gondodiyoto dan Hendarti (2006, p96), informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna, lebih bermanfaat dan lebih berarti bagi yang menerimanya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data yang telah diolah atau diproses sehingga menjadi bentuk yang lebih berguna, lebih bermanfaat dan dapat digunakan oleh user yang menerimanya.
15
2.3
Pengertian Sistem Informasi Menurut O’Brien (2005,p5) Sistem Informasi dapat merupakan kombinasi
teratur apapun dari orang – orang, hardware, sofware, jaringan komunikasi dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi. Orang tergantung pada sistem informasi untuk berkomunikasi antara satu sama lain dengan menggunakan berbagai jenis alat fisik (hardware), perintah dan prosedur pemrosesan informasi (software), saluran komunikasi (jaringan), dan data yang disimpan (sumber daya data) sejak permulaan peradaban. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi adalah kombinasi teratur dari sumber daya yang ada yaitu: orang - orang, hardware, software, jaringan komunikasi dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah, dam menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi.
2.4
Sistem Informasi Akuntansi 2.4.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Menurut Jones dan Rama (2006, p5), The Accounting Information System is a subsystem of an MIS that provides accounting and financial information, as well as other information obtained in the routine processing of accounting transactions. (Sistem Informasi Akuntansi adalah subsistem dari Sistem Informasi Manajemen yang menyediakan informasi akuntansi dan
16
keuangan sebagaimana informasi lain yang terdapat dalam proses rutin dari transaksi akuntansi). Menurut Romney dan Steinbart (2006, p.6) , “Accounting information system is a system that collects, records, stores and process data to produce information for decision makers”. (Sistem informasi akuntansi adalah suatu sistem yang mengumpulkan, mencatat, menyimpan, dan memproses data untuk menghasilkan informasi bagi para pengambil keputusan). Menurut Gelinas, et al. (2005, p.16), dapat disimpulkan bahwa, “Sistem Informasi Akuntansi adalah suatu subsistem khusus dari Sistem Informasi Manajemen yang bertujuan untuk mengumpulkan, memproses, dan melaporkan
informasi
yang
berhubungan
dengan
transaksi-transaksi
keuangan”. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi adalah suatu sistem berbasis komputer yang mengumpulkan, mencatat, menyimpan, dan memproses data untuk menghasilkan informasi yang dapat digunakan oleh pengguna dalam pengambilan keputusan. 2.4.2 Tujuan dan Kegunaan Sistem Informasi Akuntansi Tujuan sistem informasi akuntansi menurut Romney (2006, p.7), “Collect and store data, transform data into information that is useful for making decisions, provide adequate controls to safeguard the organization’s assets”, yang berarti mengumpulkan, menyimpan dan mengubah data
17
menjadi informasi yang berguna bagi pengambilan keputusan, serta menyediakan pengendalian yang memadai untuk menjaga asset organisasi. Kegunaan Sistem Informasi Akuntansi menurut Jones dan Rama (2006, p.6-7), yaitu: 1. Menghasilkan External Report Bisnis menggunakan sistem informasi akuntansi untuk menghasilkan laporan-laporan khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi investor, kreditor, petugas pajak, agen pengatur dan lain-lain. 2. Mendukung Aktivitas Rutin Manajer membutuhkan sistem informasi akuntansi untuk menangani aktivitas operasional yang rutin dalam siklus operasi perusahaan. 3.
Pengambilan Keputusan Informasi juga dibutuhkan untuk pengambilan keputusan tidak rutin pada semua level dari organisasi.
4.
Perencanaan dan Pengendalian Sebuah sistem informasi dibutuhkan untuk aktivitas perencanaan dan pengendalian.
5. Implementasi Pengendalian Internal Pengendalian internal meliputi kebijakan, prosedur dan sistem informasi yang digunakan untuk melindungi harta (asset) perusahaan dari kerugian atau pencurian dan untuk memelihara keakuratan data keuangan.
18
Menurut Romney dan Steinbart (2006, p.8-9), sebuah sistem informasi akuntansi yang dirancang dengan baik, dapat melakukan hal – hal berikut ini, yaitu : 1.
Meningkatkan kinerja
2.
Meningkatkan efisiensi
3.
Meningkatkan pengambilan keputusan
4.
Membagi pengetahuan
2.4.3 Komponen – Komponen SIA Menurut Romney dan Steinbart (2006, p.6-7) dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi terdiri dari 6 komponen, yaitu: 1.
People, mengoperasikan sistem dan menampilkan berbagai fungsi
2.
Procedures and instructions, baik manual maupun otomatis termasuk dalam kegiatan pengumpulan, pemrosesan dan penyimpanan data tentang kegiatan organisasi
3.
Data, tentang organisasi dan proses bisnis organisasi
4.
Information technology infrastructure, termasuk komputer, perangkat peripheral, dan peralatan jaringan komunikasi yang digunakan untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan dan mentransformasikan data dan informasi.
5.
Internal control and security measure, menjaga keamanan data dalam sistem informasi akuntansi.
2.4.4 Karakteristik Informasi yang Berguna
19
Menurut Romney dan Steinbart (2006, p.6), beberapa karakteristik suatu informasi yang berguna adalah sebagai berikut: 1.
Relevant, informasi disebut relevan apabila informasi tersebut dapat mengurangi ketidakpastian dan mendukung pengambilan keputusan.
2.
Reliable, informasi disebut reliable apabila informasi tersebut bebas dari kesalahan atau bias dan secara akurat menggambarkan kejadian atau aktivitas dalam perusahaan.
3.
Complete, informasi disebut lengkap apabila informasi tersebut tidak menghilangkan aspek penting akan pemahaman kejadian atau aktivitas yang diukurnya.
4.
Timely, informasi disebut tepat waktu apabila informasi tersebut disajikan pada waktu pengambil keputusan hendak membuat keputusan.
5.
Understandable, informasi disebut dimengerti apabila informasi tersebut disajikan dalam format yang bermanfaat dan dimengerti.
6.
Verifiable, informasi dapat diverifikasi apabila 2 orang berpengetahuan bertindak secara independen yang nantinya akan menghasilkan informasi yang sama.
7.
Accessible, informasi dapat diakses apabila informasi tersebut tersedia bagi user ketika mereka membutuhkannya dan dalam format yang dapat digunakan mereka.
2.5
Analisis Kredit pada Koperasi Simpan Pinjam
20
2.5.1 Pengertian Koperasi Simpan Pinjam Menurut Ralona (2006, h.155), koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang usaha pokoknya adalah menggiatkan penabungan dan memberikan pinjaman kepada anggotanya dengan bunga ringan, koperasi ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa koperasi simpan pinjam adalah salah satu bentuk koperasi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota dimana koperasi ini memiliki usaha pokok yakni menggiatkan penabungan berbentuk simpanan dan pemberian pinjaman kepada para anggota dengan bunga ringan. 2.5.2 Pengertian Kredit Menurut Rivai (2006, h.4), kredit adalah penyerahan barang, jasa, atau uang dari satu pihak (kreditor/pemberi pinjaman) atas dasar kepercayaan kepada pihak lain (penerima kredit/borrower) dengan janji membayar dari penerima kredit kepada pemberi kredit pada tanggal yang telah disepakati kedua belah pihak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kredit adalah penyerahan barang, jasa, atau uang dari pihak kreditor kepada pihak penerima kredit, dimana pihak penerima kredit akan melunasi pembayaran pada tanggal yang telah disepakati kedua belah pihak. 2.5.3 Unsur Kredit
21
Menurut Rivai (2006, h5-6), kredit diberikan atas dasar kepercayaan. Hal ini berarti bahwa prestasi yang diberikan benar – benar diyakini dapat dikembalikan oleh penerima kredit sesuai dengan waktu dan syarat – syarat yang telah disepakati bersama. Berdasarkan hal tersebut, unsur – unsur dalam kredit yaitu : 1.
Adanya dua pihak, yaitu pemberi kredit (kreditor) dan penerima kredit (nasabah/debitur). Hubungan pemberi dan penerima kredit merupakan hubungan kerja sama yang menguntungkan.
2.
Adanya kepercayaan pemberi kredit kepada penerima kredit yang didasarkan atas credit rating penerima kredit.
3.
Adanya persetujuan, berupa kesepakatan pihak bank dengan pihak lainnya yang berjanji membayar dari penerima kredit kepada pemberi kredit. Janji membayar tersebut dapat berupa janji lisan, tertulis atau berupa instrumen.
4.
Adanya unsur waktu. Unsur waktu merupakan unsur esensial dalam kredit.
5.
Adanya unsur resiko baik di pihak pemberi kredit maupun di pihak penerima kredit. Resiko di pihak pemberi kredit adalah resiko gagal bayar baik karena kegagalan usaha (pinjaman komersial) atau ketidakmampuan
bayar
(pinjaman
konsumen)
atau
karena
ketidaksediaan membayar. Resiko di pihak nasabah adalah kecurangan dari pihak kreditor, antara lain berupa pemberian kredit yang dari
22
semula dimaksudkan oleh pemberi kredit untuk mencaplok perusahaan yang diberi kredit atau tanah yang dijaminkan. 6.
Adanya unsur bunga sebagai kompensasi (prestasi) kepada pemberi kredit.
2.5.4 Tujuan Kredit Menurut Rivai (2006, h.6-7), tujuan kredit mencakup lingkup yang luas. Tetapi pada dasarnya terdapat dua fungsi yang saling berkaitan dari kredit, yaitu: 1.
Profitability, yaitu tujuan untuk memperoleh hasil dari kredit berupa keuntungan yang diraih dari bunga yang harus dibayar oleh nasabah. Keuntungan merupakan tujuan dari pemberi kredit yang terjelma dalam bentuk bunga yang diterima.
2.
Safety, yaitu keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benar – benar terjamin sehingga tujuan profitability dapat benar – benar tercapai tanpa hambatan yang berarti. Oleh karena itu keamanan ini dimaksudkan agar prestasi yang diberikan dalam bentuk uang, narang atau jasa itu betul – betul terjamin pengembaliannya sehingga keuntungan (profitability) yang diharapkan dapat menjadi kenyataan.
2.5.5 Jenis – Jenis Kredit Menurut Rivai (2006, h.11-16), dalam menjelaskan jenis – jenis kredit dapat dilihat dari jangka waktunya serta tujuan penggunaannya. Jenis kredit dilihat dari jangka waktu, meliputi:
23
1.
Short term credit, ialah suatu bentuk kredit yang berjangka waktu maksimum satu tahun.
2.
Intermediate term credit, ialah suatu bentuk kredit yang berjangka waktu dari satu sampai tiga tahun.
3.
Long term credit, ialah suatu bentuk kredit yang berjangka waktu lebih dari tiga tahun.
4.
Demand loan atau call loan, ialah suatu bentuk kredit yang setiap waktu dapat diminta kembali. Sedangkan jenis kredit dilihat dari tujuan penggunaannya, meliputi:
1.
Kredit modal kerja / kredit eksploitasi Kredit modal kerja (KMK) adalah kredit untuk modal kerja perusahaan dalam rangka pembiayaan aktiva lancar perusahaan, seperti pembelian bahan baku, barang dagangan, biaya eksploitasu barang modal, piutang, dan lain - lain.
2.
Kredit investasi Kredit investasi adalah kredit berjangka menengah atau panjang yang diberikan kepada usaha – usaha guna merehabilitasi, modernisasi, perluasan ataupun pendirian proyek baru, misalnya untuk pembelian mesin – mesin, bangunan, tanah untuk pabrik, pembelian alat – alat produksi baru, perbaikan alat – alat produksi secara besar – besaran.
3.
Kredit konsumsi
24
Kredit konsumsi adalah kredit yang diberikan kepada perorangan untuk keperluan konsumsi berupa barang dan jasa dengan cara membeli, menyewa atau dengan cara lain. Contohnya adalah kredit untuk pembelian kendaraan pribadi serta kredit untuk pembelian alat – alat rumah tangga. 2.5.6 Penggolongan Kualitas Kredit Menurut Rivai (2006, h.42-48), penggolongan kualitas kredit terdiri dari: 1.
Kredit lancar (pass) Kredit digolongkan lancar apabila memenuhi kriteria diantaranya: a. Pembayaran angsuran pokok dan / atau bunga tepat waktu b. Memiliki mutasi rekening yang aktif c. Bagian dari kredit yang dijamin dengan jaminan tunai (cash collateral)
2.
Perhatian khusus (special mention) Kredit yang digolongkan ke dalam kredit dalam perhatian khusus apabila memenuhi kriteria diantaranya: a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan / atau bunga yang belum melampaui 90 hari b. Mutasi rekening relatif aktif c. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan d. Didukung oleh pinjaman baru
25
3.
Kurang lancar (substandard) Kredit yang digolongkan ke dalam kredit kurang lancar apabila memenuhi kriteria antara lain: a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan / atau bunga yang telah melampaui 90 hari b. Frekuensi mutasi rekening relatif rendah c. Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari d. Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi nasabah e. Dokumentasi pinjaman yang lemah
4.
Diragukan (doubtful) Kredit digolongkan ke dalam kredit diragukan apabila memenuhi kriteria antara lain: a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan / atau bunga yang telah melampaui 180 hari b. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari c. Terjadi kapitalisasi bunga d. Dokumentasi hukum yang lemah, baik untuk perjanjian kredit maupun pengikatan jaminan
5.
Macet (loss) Kredit digolongkan ke dalam kredit macet apabila memenuhi kriteria diantaranya:
26
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan / atau bunga yang telah melampaui 270 hari b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru c. Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar 2.5.7 Pengertian Analisis Kredit Menurut Rivai (2006, h.287), analisis kredit adalah kajian yang dilakukan untuk mengetahui kelayakan dari suatu permasalahan kredit. Melalui hasil analisis kreditnya, dapat diketahui apakah usaha nasabah layak (feasible) dan marketable (hasil usaha dapat dipasarkan), dan profitable (menguntungkan) serta dapat dilunasi tepat waktu. Menurut Rivai (2006, h.563-564), analisis kredit adalah usaha untuk mengetahui resiko – resiko yang mungkin menjadi penyebab gagalnya usaha penerima kredit dan untuk mengetahui kondisi cash flow penerima kredit agar diketahui kemampuan melunasi kreditnya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa analisis kredit adalah kajian yang dilakukan oleh pemberi kredit untuk mengetahui kelayakan dari suatu permasalahan kredit penerima kredit untuk melihat apakah usaha penerima kredit layak untuk menerima kredit tersebut, usaha penerima kredit menguntungkan atau tidak sehingga kredit yang diberikan tersebut dapat dilunasi tepat waktu. 2.5.8 Hal – Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Analisis Kredit
27
Menurut Rivai (2006, h.289-293), hal – hal yang perlu diperhatikan dalam penyelesaikan kredit penerima kredit, terlebih dahulu adalah terpenuhinya prinsip 6C’s analysis. Prinsip 6C’s analysis meliputi: 1.
Character Character adalah keadaan watak / sifat dari penerima kredit, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usaha. Kegunaan dari penilaian karakter ini adalah untuk mengethaui sampai sejauh mana itikad / kemauan penerima kredit untuk memenuhi kewajibannya (willingness to pay) sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan. Prinsip ini merupakan prinsip yang paling perlu mendapatkan perhatian, apabila prinsip ini tidak terpenuhi maka permohonan kredit harus ditolak.
2.
Capital Capital adalah jumlah dana / modal sendiri yang dimiliki oleh calon penerima kredit. Semakin besar modal sendiri dalam perusahaan, tentu semakin tinggi kesungguhan calon penerima kredit dalam menjalankan usahanya dan pemberi kredit akan semakin yakin dalam memberikan kredit.
3.
Capacity Capacity adalah kemampuan yang dimiliki calon penerima kredit dalam menjalankan usahanya guna memperoleh laba yang diharapkan. Kegunaan dari penilaian ini adalah untuk mengetahui / mengukur
28
sampai
sejauh
mana
calon
penerima
kredit
mampu
untuk
mengembalikan atau melunasi utang – utangnya (ability to pay) secara tepat waktu dari usaha yang diperolehnya. 4.
Collateral Collateral adalah barang – barang yang diserahkan penerima kredit sebagai agunan terhadap kredit yang diterimanya. Penilaian terhadap collateral ini dapat ditinjau dari dua segi sebagai berikut: a. Segi ekonomis, yaitu nilai ekonomis dari barang – barang yang akan diagunkan b. Segi yuridis, yaitu apakah jaminan tersebut memenuhi syarat – syarat yuridis untuk dipakai sebagai jaminan
5.
Condition of economy Condition of economy yaitu situasi kondisi politik, sosial, ekonomi, budaya yang mempengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat yang kemungkinannya mempengaruhi kelancaran perusahaan calon penerima kredit.
6.
Constraint Constraint adalah batasan dan hambatan yang tidak memungkinkan suatu bisnis untuk dilaksanakan pada tempat tertentu, misalnya pendirian suatu usaha pompa bensin yang di sekitarnya banyak bengkel las atau pembakaran batu bata.
2.5.9 Pengertian Monitoring dan Pengawasan Kredit
29
Menurut Rivai (2006, h.564), monitoring kredit yaitu pemantauan kredit agar dapat diketahui sedini mungkin deviasi yang terjadi akan membawa akibat menurunnya mutu kredit (uncollectible) itu dan kreditor dapat segera menyusun action program untuk memperbaiki kolektabilitas kredit tersebut. Menurut Rivai (2006, h.564), pengawasan kredit yaitu usaha untuk mengendalikan pelaksanaan kredit oleh kreditor dan debitur agar persyaratan dan target yang diasumsikan dapat dipenuhi sebagai dasar persetujuan kredit. Jadi, dapat disimpulkan bahwa monitoring dan pengawasan kredit adalah usaha untuk memantau serta mengendalikan pelaksanaan kredit oleh kreditor terhadap pemberian kredit kepada debitur sesuai persetujuan kredit agar kolektabilitas kredit dapat berjalan dengan baik dan lancar. 2.5.10 Fungsi Monitoring dan Pengawasan Kredit Menurut Rivai (2006, h.565), Monitoring dan pengawasan kredit memiliki fungsi sebagai alat kendali apakah dalam pemberian kredit telah dilaksanakan sesuai dengan perencanaan maupun ketentuan – ketentuan yang telah ditetapkan di bidang pengkreditan, yaitu dalam bentuk surat edaran atau peraturan ataupun ketentuan – ketentuan lain yang berlaku secara umum maupun khusus. Pada hakikatnya kegiatan pengawasan kredit bersifat melekat di dalam masing – masing unit organisasi dan prosedur kerja yang ada dikelola masing – masing level manajemen / individu tersebut. Sementara itu, fungsi pengawasan yang dilakukan oleh unit pengawasan eksternal,
30
internal auditor lainnya merupakan sarana untuk melakukan re-checking dan dinamisator apakah internal kontrol di bidang pengkreditan telah berjalan sebagaimana mestinya.
2.6
Piutang pada Koperasi Simpan Pinjam 2.6.1 Pengertian Piutang Menurut Keiso dan Weygandt (2005,p.318), Receivables are claims held against customers and others for money, goods, or services. (Piutang adalah klaim yang diadakan terhadap pelanggan dan lainnya untuk uang, barang, atau jasa). Jadi, dapat disimpulkan bahwa piutang adalah klaim yang diadakan oleh organisasi atas uang, barang, jasa serta pinjaman yang telah diberikan oleh organisasi kepada pelanggan. 2.6.2 Jenis – Jenis Piutang Menurut Keiso dan Weygandt (2005,p.319), jenis – jenis piutang meliputi: 1.
Trade receivables Trade receivables adalah klasifikasi piutang yang dimiliki organisasi berdasarkan nilai hutang yang dimiliki pelanggan atas sejumlah nilai barang yang dibeli maupun jasa yang diberikan. Trade receivables dibagi menjadi dua macam piutang, yaitu : a. Accounts receivable
31
Accounts receivable adalah janji lisan dari pembeli untuk melakukan pembayaran atas barang dan jasa yang telah dibeli. b. Notes receivable Notes receivable adalah janji tertulis untuk melakukan pembayaran sejumlah uang tertentu pada jangka waktu yang ditentukan. Hal ini muncul dari penjualan, pembiayaan, atau transaksi lainnya. 2.
Nontrade receivables Nontrade receivables ini muncul dari berbagai transaksi, seperti : transaksi kepegawaian, transaksi anak perusahaan, pembayaran deposito untuk menutupi kerugian atau kerusakan, pembayaran deposito untuk jaminan atas kinerja, dividen dan piutang bunga.
2.6.3 Metode Pencatatan Piutang Tak Tertagih Menurut Keiso dan Weygandt (2005,p.322-323), terdapat dua metode untuk melakukan pencatatan piutang tak tertagih, yaitu: 1.
Direct write-off method Direct write-off method adalah metode pencatatan bad debt dimana piutang organisasi tidak dapat terkumpul pada periode yang ditentukan.
2.
Allowance method Allowance method adalah metode pencatatan bad debt dimana bad debt dicatat sesuai dengan tanggal penjualan agar dapat melakukan pencocokan antara expenses dan revenues. Organisasi dapat melakukan
32
estimasi piutang tak tertagih berdasarkan pengalaman masa lampau, kondisi pasar saat ini, dan analisis saldo.
2.7
Sistem Pengendalian Internal pada Koperasi Simpan Pinjam 2.7.1 Pengertian Pengendalian Internal Menurut Romney dan Steinbart ( 2006, p.195 ), Berdasarkan COSO, “ Internal Control is a process effected by an entity’s board of directors, management, and other personnel – designed to provide reasonable assurance regarding the achievement of objectives”. (Pengendalian Internal merupakan proses yang dilakukan oleh entitas dewan direksi, manajemen, dan personel lain – yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tujuan). Menurut Jones dan Rama (2006, p.13), “ Internal Control is the rules, policies, procedures and information system used to ensure that a company’s financial data are accurate and reliable and to protect a company assets from loss or theft”. ( Internal Control adalah peraturan, kebijakan, prosedur dan sistem informasi yang digunakan untuk memastikan bahwa data keuangan perusahaan yang akurat dan handal dan untuk melindungi aset perusahaan dari kehilangan atau pencurian ). Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengendalian internal adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh sumber daya manusia serta sistem teknologi informasi, yang terdiri dari kebijakan dan prosedur dalam operasional
33
organisasi, yang dirancang untuk mencegah dan mendeteksi penggelapan (fraud), melindungi sumber daya organisasi, serta membantu organisasi dalam mencapai tujuannya. 2.7.2 Tujuan Sistem Pengendalian Internal Menurut Romney dan Steinbart ( 2006, p.196 ), berdasarkan COSO, tujuan sistem pengendalian internal adalah: 1.
Laporan keuangan yang dapat dipercaya
2.
Efektifitas dan Efisiensi operasi
3.
Pemenuhan terhadap hukum dan peraturan yang ditetapkan
2.7.3 Komponen Sistem Pengendalian Internal Menurut Romney dan Steinbart (2006, p.196), berdasarkan COSO, komponen - komponen dalam sistem pengendalian internal terdiri dari 5, yaitu: 1.
Control Environment Yang menjadi inti dari semua bisnis terletak pada orang ( user ) nya, seperti sifat masing – masing individu, termasuk integritas, nilai etika, dan kemampuan serta lingkungan dimana mereka beroperasi.
2.
Control Activities Berkaitan dengan prosedur dan kebijakan pengendalian yang dijalankan untuk membantu meyakinkan bahwa tindakan yang dilakukan oleh pihak manajemen untuk menanggulangi resiko dan untuk mencapai tujuan organisasi menjadi efektif.
34
3.
Risk Assessment Berkaitan dengan resiko yang harus diperhatikan perusahaan, dimana perusahaan harus membentuk suatu tujuan, yang digabungkan dengan penjualan, produksi, pemasaran, keuangan dan aktivitas lainnya sehingga dapat beroperasi dengan baik serta harus menyusun sebuah mekanisme untuk mengidentifikasi, menganalisis dan mengatur resiko – resiko yang berhubungan dengan masing – masing bagian.
4.
Information And Communication Berkaitan dengan sistem informasi dan komunikasi perusahaan yang memungkinkan orang – orang perusahaan menerima dan saling bertukar informasi yang dibutuhkan untuk mengatur, memimpin dan mengontrol operasi yang ada.
5.
Monitoring Pemantauan terhadap sistem pengendalian internal akan menemukan kekurangan serta meningkatkan efektivitas pengendalian. Pengendalian internal dapat di monitor dengan baik dengan cara penilaian khusus atau sejalan dengan usaha manajemen.
2.7.4 Penerapan Pengendalian Internal Di Bidang Pengkreditan Menurut Rivai (2006, h.571-575), penerapan pengendalian internal di bidang pengkreditan dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu: 1.
Division of duties
35
Artinya ada pemisahan antara fungsi – fungsi administratif, operasional fungsi penyimpanan, dan dapat juga berupa pembagian tugas dan wewenang berdasarkan tingkat jabatan yang ada. Pemisahan fungsim tugas, dan wewenang dimaksudkan agar tercapai internal check secara otomatis melalui prosedur kerja yang ada. Selanjutnya, dengan penerapan internal check yang baik melalui pemisahan fungsi, wewenang, dan tugas yang jelas, tidak akan terjadi seseorang melaksanakan pekerjaan dari awal sampai selesai tanpa adanya control. Salah satu unsur internal control harus selalu dievaluasi sehingga apabila ditemukan pembagian tugas yang tidak memadai / tidak tepat, dapat segera disusun langkah – langkah yang harus ditempuh oleh manajemen untuk memperoleh pembagian tugas yang efektif. 2.
Dual control Dual control yang dimaksudkan disini adalah pengecekan kembali atas suatu pekerjaan yang telah dilakukan oleh petugas sebelumnya untuk menetapkan hal – hal berikut: a. Apakah petugas pertama tersebut telah bertindak sesuai dengan batas – batas wewenangnya untuk menangani transaksi yang telah dilakukannya? b. Apakah transaksi yang telah terjadi tersebut telah dicatat, dibukukan, diadministrasikan dengan prosedur yang benar?
36
c. Apakah transaksi yang terjadi tersebut telah diselesaikan dengan prosedur yang benar? Dual control ini dapat juga terjadi karena adanya pembagian tugas / fungsi.
2.8
Analisis dan Perancangan Sistem Akuntansi Berbasis Orientasi pada Obyek 2.8.1 Metode Analisis dan Perancangan Berorientasi Objek (OOAD ) Menurut Mathiassen et al (2000, p.12), “Object oriented analysis and design is a collection of general guidelines for carrying out analysis and design”. Menurut Mathiassen, analisis dan perancangan berorientasi objek merupakan
kumpulan
dari
langkah-langkah
secara
umum
untuk
menyelesaikan analisis dan perancangan. Menurut Mathiassen et al. ( 2000, p.5 ), keuntungan dari OOAD adalah: 1.
Menyediakan informasi yang jelas mengenai konteks sistem
2.
Suatu metode yang mempunyai hubungan diantara: a. Analisis berorientasi objek, b. Desain berorientasi objek, c. Tampilan berorientasi objek, dan d. Pemrograman berorientasi objek.
37
3.
Merupakan konsep yang umum yang dapat di gunakan untuk memodel hampir semua fenomena dan dapat dinyatakan dalam bahasa umum (natural language)
4.
Mengurangi biaya maintenance
5.
Memudahkan untuk mencari hal yang akan diubah
6.
Membuat perubahan menjadi local, tidak bepengaruh pada modul yang lainnya Notasi standar yang digunakan dalam OOAD adalah UML (Unified
Modelling Language). UML hanya berfungsi sebagai notasi dan bukan sebagai metode dalam melakukan modeling. Menurut Mathiassen et al. ( 2000, p.15 ), analisis dan perancangan berorientasi objek terdiri dari 4 aktifitas utama yang digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Siklus Pengembangan dengan OOAD
38
Sumber : Mathiassen et al. p15 2.8.2 System Definition Berdasarkan pendapat Mathiassen et al. (2000. p24-25), “System definition: A concise description of a computerized system expressed in natural language.” Dengan demikian, dapat diterjemahkan bahwa system definition
merupakan
suatu
deskripsi
singkat
dari
sistem
yang
terkomputerisasi yang diperlihatkan dalam bahasa natural. System definition seharusnya singkat dan tepat, dan berisikan keputusan yang paling utama (fundamental) mengenai sistem. Terdapat tiga subaktivitas yang harus dilakukan untuk membuat system definition, yaitu usaha untuk mendapatkan gambaran menyeluruh dari situasi, membuat dan mengevaluasi ide-ide untuk perancangan sistem, dan diakhiri dengan memformulasikan dan mengevaluasi system definition sesuai dengan situasi yang ada. System definition dihasilkan melalui iterasi pada tiga subaktivitas tersebut. 2.8.3 Rich Picture Berdasarkan pendapat Mathiassen et al. (2000, p26), “A rich picture is an informal drawing that presents the illustrator’s understanding of a situation.” Dapat diterjemahkan bahwa rich picture merupakan sebuah gambaran informal yang mempresentasikan pemahaman ilustrator dari suatu situasi. Dengan demikian, dapat digunakan untuk memfasilitasi komunikasi
39
di antara pemakai dalam sistem dan mendapatkan sebuah gambaran dari situasi dengan cepat. Untuk memulai rich picture adalah dengan menggambarkan entitas yang penting, seperti orang, objek fisik, tempat, organisasi, peran, dan tugas. Orang dapat berupa pengembang sistem (system developer), pengguna (user), pelanggan, dan lain-lain. Objek fisik dapat berupa mesin, perangkat, atau persediaan di gudang. Tempat mendeskripsikan lokasi orang dan benda. Organisasi dapat berupa keseluruhan perusahaan, departemen, atau proyek yang melibatkan beberapa perusahaan. Peran dan tugas mengikat orang kepada organisasi yang merefleksikan tanggung jawab atas tugas-tugas spesifik. Setelah entitas yang relevan dideskripsikan, lalu hubungan di antara entitas-entitas tersebut dideskripsikan. Proses merupakan hubungan yang paling mendasar di antara entitas dalam suatu rich picture. Sebuah proses mendeskripsikan aspek-aspek dari situasi yang berubah, tidak stabil, atau di bawah pengembangan. Secara grafis, proses dapat diilustrasikan dengan arah panah.
Proses
perencanaan,
meliputi pekerjaan, pengendalian,
proyek
produksi,
pemrosesan
pengembangan,
dan
informasi, perubahan
organisasi. 2.8.4 Factor Criterion Berdasarkan pendapat Mathiassen et al (2000, p39-40), FACTOR criterion terdiri dari 6 elemen sebagai berikut:
40
1.
Functionality: fungsi-fungsi sistem yang mendukung tugas-tugas application domain.
2.
Application domain: bagian-bagian dari sebuah organisasi yang mengelola, mengawasi, atau mengendalikan problem domain.
3.
Conditions: kondisi-kondisi dimana sistem akan dikembangkan dan digunakan.
4.
Technology: baik teknologi yang digunakan untuk mengembangkan sistem dan teknologi dimana sistem akan berjalan.
5.
Objects: objek-objek utama di dalam problem domain.
6.
Responsibility: keseluruhan tanggung jawab sistem dalam hubungan dengan konteksnya.
2.8.5 Problem Domain Analysis Mengacu pada pendapat Mathiassen et al (2000, p47), Problem domain adalah bagian dari konteks yang diadministrasi, dimonitor, dan dikontrol oleh sistem. Tujuan dari aktifitas ini adalah mengidentifikasikan dan memodelkan problem domain. Sedangkan model merupakan gambaran dari class, structure, dan behaviour pada problem domain.
41
Gambar 2.2 Aktifitas Problem Domain Sumber : Mathiassen et al. p46 2.8.5.1 Classes Berdasarkan pendapat Mathiassen et al (2000, p49-55), “Class : A description of a collection of objects sharing structure, behavioral pattern, and attributes”, dapat diterjemahkan sebagai suatu deskripsi dari sekumpulan objek-objek yang berbagi struktur, pola perilaku, dan atribut-atribut. “Event : An instantaneous incident involving one or more objects”, dapat diterjemahkan sebagai suatu peristiwa atau kejadian yang terjadi seketika yang melibatkan satu atau lebih objek. Untuk menjalankan aktivitas classes dapat dimulai dengan mengidentifikasikan kandidat atau calon yang mungkin untuk classes dan events dalam model problem domain. Setelah itu, evaluasi dan
42
pilih secara kritis classes dan events yang benar-benar relevan dengan konteks sistem. Aktivitas classes menghasilkan suatu event table dengan classes dan events yang berkaitan seperti terlihat pada Tabel dibawah ini. Dimensi horizontal terdiri dari classes yang terpilih, dimensi vertikal
terdiri
dari
events
yang
terpilih,
dan
tanda
cek
mengindikasikan objects dari class yang terlibat dalam event spesifik. Abstraksi, klasifikasi, dan seleksi merupakan tugas-tugas utama dalam aktivitas class. Class merupakan kegiatan yang pertama dilakukan di dalam problem domain analysis.
Tabel 2.1 Contoh Event Table untuk sistem Hair Salon Sumber : Mathiassen et al. p100 2.8.5.2 Structure Berdasarkan pendapat Mathiassen et al. (2000, p69), structure bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan struktural di antara classes dan objects dalam problem domain. Prinsip-prinsip yang digunakan dalam structure, yaitu pembelajaran abstrak, hubungan
43
statis di antara classes; pembelajaran konkrit, hubungan dinamis di antara objects; pemodelan hanya hubungan-hubungan struktural yang diperlukan. Hasil dari structure berupa sebuah class diagram dengan classes dan structures. Konsep structure menurut Mathiassen adalah sebagai berikut: 1. Class Structures Class
structures
memperlihatkan
hubungan-hubungan
konseptual yang statis di antara classes, terdiri dari: a. Generalization “Generalization: A general class (the super class) describes properties common to a group of specialized classes (the subclasses)”. Dengan demikian dapat diterjemahkan generalisasi sebagai suatu kelas yang umum (kelas super) yang mendeskripsikan sebuah grup dari kelas-kelas khusus (subkelas).
Gambar 2.3 Contoh Generalization Structure Sumber : Mathiassen et al. p73 b. Cluster
44
“Cluster: A collection of related classes”. Dengan demikian
dapat
diterjemahkan
cluster
sebagai
sekumpulan dari classes yang berhubungan. Pada Gambar berikut ini akan memperlihatkan contoh cluster structure pada suatu automobile register.
Gambar 2.4 Contoh Cluster Structure Sumber : Mathiassen et al. p75 2. Object Structures Object structures menangkap hubungan-hubungan yang dinamis di antara objects dalam problem domain, terdiri dari: a. Aggregation “Aggregation: A superior object (the whole) consists of a number of inferior objects (the parts)”. Dengan demikian dapat diterjemahkan aggregation sebagai suatu objek superior (keseluruhan) yang terdiri dari sejumlah objek-objek inferior (bagian-bagian).
45
Gambar 2.5 Contoh Aggregation Structure Sumber : Mathiassen et al. p76 Terdapat tiga tipe struktur agregasi, yaitu: 1) Whole-Part, dimana whole merupakan jumlah dari parts; jika menambahkan atau menghilangkan salah satu part, berarti mengubah keseluruhan secara mendasar (fundamental). 2) Container-Content,
dimana
whole
merupakan
wadah (container) untuk parts; jika menambahkan atau menghilangkan salah satu content, tidak akan mengubah properties dasar dari keseluruhan. 3) Union-Member, dimana whole merupakan sebuah gabungan (union) dari members yang terorganisasi. Penambahan atau pengurangan beberapa member tidak akan mengubah gabungan secara mendasar. Terdapat batasan yang lebih rendah pada jumlah
46
members karena tidak mungkin sebuah union tanpa members. b. Association “Association: A meaningful relation between a number of objects”. Dengan demikian dapat diterjemahkan bahwa association sebagai suatu hubungan yang berarti di antara sejumlah objects. Struktur asosiasi berikut menunjukkan bahwa car dimiliki oleh satu atau lebih person dan satu person memiliki nol (tidak memiliki) atau lebih banyak car.
Gambar 2.6 Contoh Association Structure Sumber : Mathiassen et al. p77 2.8.5.3 Behavior Berdasarkan pendapat Mathiassen et al. (2000), aktivitas behavior adalah aktivitas terakhir dalam problem domain analysis, bertujuan untuk memodelkan apa yang terjadi (perilaku dinamis) dari suatu problem domain sistem sepanjang waktu. Tugas utama dalam aktivitas ini adalah menggambarkan pola perilaku (behavioral pattern) dan attribute dari setiap class. Hasil dari aktivitas ini adalah sebuah pola perilaku (behavioral pattern) dengan attributes untuk
47
setiap class dalam suatu class diagram, yang dikenal dengan state chart diagram, dapat dilihat pada Gambar berikut ini.
Gambar 2.7 Contoh Statechart Diagram untuk Class Customer Sumber : Mathiassen et al. p90 Event trace merupakan serangkaian events yang melibatkan sebuah object yang spesifik. Behavioral pattern merupakan suatu deskripsi dari event traces yang mungkin untuk seluruh objects dalam sebuah class. Terdapat tiga notasi untuk behavioral pattern, yaitu: 1. Sequence: events muncul satu per satu secara berurutan. Notasinya: “+”. 2. Selection: pemilihan satu event dari sekumpulan event yang muncul. Notasinya: “|”. 3. Iteration: sebuah event muncul sebanyak nol atau berulang kali. Notasinya: “*”. 2.8.6 Application Domain Analysis
48
Mengacu pada pendapat Mathiassen et al (2000, p115), Application domain adalah organisasi yang mengatur, memonitor, atau mengontrol problem domain. Tujuan dari application domain ini adalah untuk menganalisis kebutuhan dari pengguna sistem.
Gambar 2.8 Aktifitas Application Domain Sumber : Mathiassen et al. p117 2.8.6.1 Usage Mengacu pada pendapat Mathiassen et al (2000, p115), use case adalah pola interaksi antara sistem dan actor di dalam application
domain.
Use
case
dapat
digambarkan
dengan
menggunakan spesifikasi use case, dimana use case dijelaskan secara singkat namun jelas dan dapat disertai keterangan objek sistem yang terlibat dan function dari use case tersebut atau dengan diagram statechart karena use case adalah sebuah fenomena yang dinamik. Actor adalah abstraksi dari user atau sistem lain yang berinteraksi dengan target sistem. Cara untuk mengidentifikasi actor adalah dengan mengetahui alasan actor menggunakan sistem. Masing-masing
actor
memiliki
alasan
yang
berbeda
untuk
49
menggunakan sistem. Cara lainnya yaitu dengan melihat peran dari actor seperti yang dinyatakan oleh use case dimana actor tersebut terlibat. Masing-masing actor memiliki peran yang berbeda-beda. 2.8.6.2 Function Mengacu pada pendapat Mathiassen et al (2000, p137-146) kegiatan function memfokuskan pada bagaimana cara sebuah sistem dapat membantu actor dalam melaksanakan perkerjaan mereka. Tujuan dari kegiatan function adalah untuk menentukan kemampuan sistem memproses informasi. Hasil dari kegiatan ini adalah sebuah daftar
function-function
yang
merinci
function-function
yang
kompleks. Daftar function harus lengkap, menyatakan kebutuhan kolektif dari pelanggan dan actor dan harus konsisten dengan use case. 1. Sistem functions. Function memiliki empat tipe yang berbeda, yaitu: a. Update, function ini disebabkan oleh event problem domain dan menghasilkan perubahan dalam state atau keadaan dari model tersebut. b. Signal, function ini disebabkan oleh perubahan keadaan
atau
state
dari
model
menghasilkan reaksi pada konteks.
yang
dapat
50
c. Read,
function
ini
disebabkan
oleh
kebutuhan
informasi dalam pekerjaan actor dan mengakibatkan sistem menampilkan bagian yang berhubungan dengan informasi dalam model. d. Compute, function ini disebabkan oleh kebutuhan informasi dalam pekerjaan actor dan berisi perhitungan yang melibatkan informasi yang disediakan oleh actor atau model, hasil dari function ini adalah tampilan dari hasil komputasi. 2. Menentukan functions Cara untuk mengidentifikasikan function adalah dengan melihat deskripsi problem domain yang dinyatakan dalam kelas dan event, dan melihat deskripsi application domain yang dinyatakan dalam use case. Kelas dapat menyebabkan munculnya function read dan update. Event memungkinkan munculnya kebutuhan terhadap function update. Sementara use case dapat menyebabkan munculnya segala macam tipe function. 2.8.6.3 Interface Menurut Mathiassen et al (2000, p152-153), “Interface is the facilities that make a system’s model and functions availables to
51
actors”. Dengan demikian, interface adalah sebuah fasilitas yang menghubungkan odel sistem dan functions dengan actor. Interface menghubungkan sistem dengan semua actor yang berhubungan dalam konteks digunakan oleh actor untuk berinteraksi dengan sebuah sistem. Oleh karena itu, interface secara garis besar dibagi menjadi ke dalam dua golongan, yaitu: 1. User interfaces merupakan suatu hubungan interaksi antar user. 2. System interfaces merupakan suatu hubungan interaksi antara sistem dengan sistem yang lain. 2.8.7 Architectural Design Pada
architectural
design
tersebut
bertujuan
untuk
menstrukturisasikan suatu sistem yang terkomputerisasi. Aktifitasnya terdiri dari: 1.
Criteria, aktifitas ini mendefinisikan apa saja kondisi dan kriteria yang digunakan pada rancangan yang akan dibuat.
2.
Component, mendefinisikan bagaimana suatu sistem distrukturisasikan menjadi komponen-komponen.
3.
Process, bertujuan untuk mendefinisikan struktur fisik dari suatu sistem arsitektur.
52
Gambar 2.9 Aktifitas Architectural Design Sumber : Mathiassen et al. p176 2.8.7.1 Criteria Mengacu pada pendapat Mathiassen et al (2000, p177-186), dalam menciptakan sebuah desain yang baik diperlukan pertimbangan mengenai
kondisi-kondisi
dari
setiap
proyek
yang
dapat
mempengaruhi kegiatan desain yang meliputi technical, conceptual, dan human. Tabel dibawah ini adalah beberapa kriteria umum yang digunakan dalam kegiatan desain yang berorientasi objek :
53
Tabel 2.2 Criteria dalam perancangan Sumber : Mathiassen et al. p178 2.8.7.2 Component Architecture Menurut Mathiassen et al (2000, p189-206), “Arsitektur komponen adalah sebuah struktur sistem yang terdiri dari komponenkomponen
yang saling berhubungan”.
Komponen
merupakan
kumpulan dari bagian-bagian program yang membentuk suatu kesatuan dan memiliki fungsi yang jelas. Sebuah arsitektur komponen yang baik membuat sistem menjadi lebih mudah untuk dipahami, mengorganisasikan pekerjaan desain, menggambarkan stabilitas dari konteks sistem dan mengubah tugas desain menjadi beberapa tugas yang lebih tidak kompleks. Beberapa pola umum dalam desain komponen arsitektur:
54
1. Arsitektur layered Merupakan bentuk yang paling umum dalam software. Sebuah arsitektur layered terdiri dari beberapa komponen yang dibentuk menjadi lapisan-lapisan dimana lapisan yang berada di atas bergantung kepada lapisan yang ada dibawahnya. Perubahan yang terjadi pada suatu lapisan akan mempengaruhi lapisan yang ada diatasnya.
Gambar 2.10 Layered Architecture Pattern 2. Arsitektur generic Pola ini digunakan untuk merinci sistem dasar yang terdiri dari antar muka, function, dan komponen-komponen model. Dimana komponen model terletak pada lapisan yang paling bawah, diikuti dengan function system dan komponen interface diatasnya.
55
Gambar 2.11 Generic Architecture Pattern 3. Arsitektur client-server Pola ini awalnya dikembangkan untuk mengatasi masalah distribusi sistem di antara beberapa processor yang tersebar secara geografis. Komponen pada arsitektur ini adalah sebuah server dan beberapa client. Tanggung jawab daripada server adalah untuk menyediakan database dan resources yang dapat disebarkan kepada client melalui jaringan. Sementara client memiliki tanggung jawab untuk menyediakan antarmuka lokal untuk setiap penggunanya.
Gambar 2.12 Client – Server Architecture Pattern
56
Berikut adalah beberapa jenis distribusi dalam arsitektur client-server dimana U (user interface), F (function), M (model) :
Tabel 2.3 Jenis Architecture Client - Server 2.8.7.3 Process Architecture Menurut Mathiassen et al (2000, p209-227), “Process architetecture
is
a
system-execution
structure
composed
of
interdependent processes”. Dengan demikian, arsitektur proses adalah struktur dari eksekusi sistem yang terdiri dari proses-proses yang saling bergantung. Untuk mengeksekusi atau menjalankan sebuah sistem dibutuhkan processor. Sedangakan external device adalah processor khusus yang tidak dapat menjalankan program. Arsitektur proses harus dapat memastikan bahwa sistem dapat dijalankan secara memuaskan dengan menggunakan processor yang telah tersedia. Beberapa pola distribusi dalam kegiatan desain process architecture: 1. Centralized pattern Mengacu pada Mathiassen et al (2000, p215), pada pola ini semua data ditempatkan pada server dan client hanya
57
menghandle user interface saja. Keseluruhan model dan semua fungsi bergantung pada server, dan client hanya berperan sebagai terminal.
Gambar 2.13 Deployment Diagram untuk Centralized Pattern 2. Distributed pattern Mengacu pada Mathiassen et al (2000, p217) pola ini merupakan kebalikan dari centralized pattern. Pada pola ini, semua didistribusikan kepada client dan server hanya diperlukan untuk melakukan update model diantara clients.
58
Gambar 2.14 Deployment Diagram untuk Distributed Pattern 3. Decentralized pattern Mengacu pada Mathiassen et al (2000, p219) pola ini dapat dikatakan merupakan gabungan dari kedua pola sebelumnya. Pada pola ini, client mengimplementasikan model yang lokal, sedangkan servernya memakai model common (umum).
59
Gambar 2.15 Deployment Diagram untuk Decentralized Pattern
2.8.8 Component Design Pada component design tersebut bertujuan untuk menentukan sebuah implementasi dari persyaratan di dalam suatu arsitektural frame work. Aktifitas pada component design adalah: 1.
Model
component
adalah
bagian
dari
sistem
yang
mengimplementasikan model pada problem domain. Tujuannya adalah untuk menyampaikan data saat ini dan data yang telah lalu ke function dan ke pengguna sistem lain. Revisi class dapat terjadi pada: a. Generalization, jika terdapat dua class dengan atribut yang sama, maka dapat dibentuk class baru (revised class). b. Association, jika terdapat hubungan many-to-many. c. Embedded Iterations, Yang merupakan embedded di dalam state char diagram. Misalnya, jika sebuah class terdapat statechart diagram yang mempunyai tiga iterated events sehingga dapat dibentuk tiga class dalam perancangan model. 2.
Function
component
adalah
bagian
dari
sistem
yang
mengimplementasikan kebutuhan functions. Tujuan dari function component adalah untuk memberikan ke user interface dan component dari sistem lain untuk mengakses model.
60
3.
Connecting component digunakan untuk menghubungkan komponenkomponen sistem. Pada connecting component ada dua konsep, yaitu : a. Coupling adalah suatu kukuran yang digunakan untuk menentukan bagaimana dekatnya hubungan antara dua class atau component. b. Cohesion merupakan ukuran seberapa kuatnya keterikatan dari suatu class atau component.
Gambar 2.16 Aktifitas Component Design Sumber : Mathiassen et al. p232 2.8.9 Diagram dalam Analisis dan Perancangan Berorientasi Objek Menurut Mathiassen et al (2000, p334), “Ada delapan diagram yang digunakan untuk menggambarkan empat tahap atau aktifitas utama dalam analisis dan perancangan berorientasi objek adalah sebagai berikut:
1.
Rich picture menggambarkan sebuah pandangan menyeluruh dari people, object, process, structure, dan problem domain, system problem dan application domain.
61
2.
Class diagram menggambarkan kumpulan dari class dan hubungan structural yang saling timbal balik.
3.
State chart diagram menggambarkan behavioural yang digunakan pada semua object dalam sebuah class khusus dan diuraikan oleh state dan transisi lainnya.
4.
Use case diagram, model yang digunakan untuk interaksi antara sistem dan actor dalam application domain. Pada use case diagram berisi actor dalam sebuah sistem.
5. Sequence diagram menggambarkan secara grafis bagaimana objek-objek berinteraksi satu sama lain melalui message-message yang dilakukan dari suatu use case atau operasi. 6.
Navigation diagram adalah sebuah statechart diagram khusus yang memfokuskan pada keseluruhan user interface yang dinamis. Navigation diagram menggambarkan semua windows user interface dan hubungan dinamisnya.
7.
Deployment diagram menguraikan sebuah figurasi sistem dalam bentuk processor dan objek yang dihubungkan ke processor. Deployment diagram menggambarkan komponen sistem program, external device dan hubungan struktural timbal balik.
8.
Window diagram adalah sebuah konstruksi dari sebuah window tunggal dan deskripsi dari kegunaanya.”
62
2.9 Kerangka Pikir
Gambar 2.17 Kerangka Pikir