BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1 Pengertian sistem Sistem adalah sekelompok dua atau lebih komponen-komponen yang saling berkaitan atau subsistem-subsistem yang bersatu untuk mencapai tujuan yang sama (Hall, 2001:5). W Gerald Cole (1971) dalam Zaki Baridwan (2009:3) mengatakan bahwa sistem adalah suatu kerangka dari prosedur yang saling berkaitan dan disusun sesuai dengan skema yang menyeluruh untuk melaksanakan suatu kegiatan atau fungsi utama perusahaan. Prosedur dalam pengertian ini adalah urutan-urutan pekerjaan yang biasa melibatkan beberapa orang dalam satu bagian atau lebih, disusun untuk menjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap transaksi-transaksi perusahaan yang terjadi. Jogiyanto (2000:7) menyatakan suatu sistem mempunyai karakteristik atau sifat tertentu yaitu: 1) Komponen sistem Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang artinya saling bekerjasama membentuk satu kesatuan. Komponen-komponen sistem dapat berupa suatu subsistem atau bagian dari sistem. 2) Batas sistem Batas sistem merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya dan memungkinkan suatu sistem dipandang sebagai satu kesatuan.
9
3) Lingkungan luar sistem Lingkungan luar sistem adalah apapun diluar batas dari sistem yang mempengaruhi operasi sitem. 4) Penghubung sistem Penghubung sistem merupakan media penghubung antara suatu subsistem dan subsistem yang lainnya. Melalui penghubung ini memungkinkan sumber-sumber daya mengalir dari suatu subsistem ke subsistem yang lainnya. 5) Masukan sistem Masukan sistem adalah energi yang dimasukkan ke dalam suatu sistem. Masukan dapat berupa masukan perawatan dan masukan sinyal. 6) Keluaran sistem Keluaran sistem adalah hasil dari energi yang diolah atau diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna dari sistem pembuangan. 7) Pengolah sistem Suatu sistem dapat mempunyai suatu bagian pengolah sistem itu sendiri yang berperan sebagai pengolahannya yang mengubah masukan menjadi keluaran. 8) Sasaran sistem Suatu sistem pasti mempunyai tujuan atau sasaran karena operasi sistem tidak akan ada gunanya tanpa adanya sasaran atau tujuan. Sasaran sistem sangat menentukan sekali masukan yang akan dibutuhkan dan keluaran yang akan dihasilkan dari suatu sistem.
10
Dari pengertian tersebut, menunjukkan bahwa sistem adalah kumpulan dua atau lebih komponen-komponen atau unsur-unsur yang memiliki sifat atau karakteristik tertentu yang saling berkaitan, berhubungan erat satu sama lainnya dan tidak dapat berdiri sendiri. Mereka saling berinteraksi dan saling bekerjasama sehingga tujuan atau sasaran suatu sistem dapat tercapai. 2.1.2 Pengertian sistem informasi akuntansi Definisi sistem informasi akuntansi menurut beberapa ahli, antara lain yaitu menurut Bodnar (1995) dalam Amin Yusuf dan Rudi M Tambunan (2000:1), sistem informasi akuntansi adalah sumber daya, seperti manusia, dan peralatan yang diatur untuk mengubah data menjadi informasi yang ditujukan kepada pihak intern maupun eksternal perusahaan. Mulyadi (2008:30) menyatakan bahwa sistem informasi akuntansi adalah subsistem dari sistem akuntansi manajemen yang terdapat dalam suatu organisasi yang mengolah data keuangan menjadi informasi keuangan untuk memenuhi pemakai intern dan ekstern, sedangkan Nugroho Widjajanto (2001:4) menyatakan sistem informasi akuntansi adalah susunan berbagai dokumen alat komunikasi, tenaga pelaksana dan berbagai laporan yang di desain untuk mentransformasikan data keuangan menjadi informasi keuangan. Dari definisi yang telah diuraikan, maka sistem informasi akuntansi adalah suatu komponen atau susunan berbagai dokumen yang mengubah data menjadi informasi yang digunakan oleh pihak yang membutuhkan seperti pihak intern dan pihak ekstern dalam suatu perusahaan. Adapun tujuan sistem akuntansi adalah untuk menghasilkan umpan balik dalam bentuk laporan-laporan dan informasi
11
kepada pihak yang berkepentingan. Adapun tujuan umum penyusunan sistem akuntansi menurut Mulyadi (2008:19) adalah sebagai berikut: 1) Untuk menyediakan informasi bagi pengelola usaha baru jika perusahaan tersebut baru didirikan, atau suatu perusahaan yang sudah ada melakukan diversifikasi usaha. 2) Untuk memperbaiki informasi yang dihasilkan oleh suatu sistem yang sudah ada baik dalam hal mutu, ketepatan penyajian, maupun sistem informasi yang terdapat dalam laporan, 3) Untuk memperbaiki pengawasan akuntansi dan pengecekan intern yaitu untuk memperbaiki tingkat keandalan informasi akuntansi dan untuk menyediakan catatan lengkap mengenai pertanggungjawaban dan perlindungan harta kekayaan perusahaan. 4) Untuk mengurangi biaya klerikal dalam penyelenggaraan catatan akuntansi. Adapun unsur-unsur sistem akuntansi menurut Mulyadi (2008:214) adalah sebagai berikut: 1) Formulir-fomulir Fomulir merupakan dokumen yang digunakan untuk mencatat terjadinya transaksi. Fomulir juga disebutkan dengan istilah media karena merupakan media untuk mencatat peristiwa dalam organisasi ke dalam catatan. Contoh formulir seperti faktur penjualan, bukti kas keluar, dan cek.
12
2) Catatan-catatan Catatan yang digunakan oleh perusahaan yang menunjang kelancaran informasi dalam penerapan sistem akuntansi penjualan yaitu: (1) Jurnal penjualan merupakan catatan akuntansi yang digunakan untuk mencatat penjualan, baik penjualan tunai maupun kredit. (2) Kartu piutang, merupakan buku pemantu yang berisi rincian mutasi piutang perusahaan kepada tiap-tiap debiturnya. (3) Kartu persediaan, merupakan buku pembantu yang berisi rincian mutasi setiap jenis persediaan. (4) Kartu gudang, catatan ini diselenggarakan oleh fungsi gudang untuk mencatat mutasi dan persediaan fisik barang yang disimpan di gudang. (5) Jurnal umum, catatan akuntansi ini digunakan untuk mencatat harga pokok produk yang dijual selama periode akuntansi tertentu. 3) Prosedur-prosedur Prosedur adalah suatu urutan-urutan klerikal yang biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih untuk menjamin penanganan yang seragam atas transaksi perusahaan yang terjadi secara berulang-ulang. Suatu prosedur biasanya bersifat sangat sederhana dan terdiri dari jumlah kegiatan yang terindentifikasi dengan baik. Yang termasuk kegiatan klerikal adalah seperti kegiatan tulis
13
menulis dalam administrasi. Jaringan prosedur yang membentuk sistem penjualan kredit adalah sebagai berikut: (1) Prosedur order penjualan. Dalam prosedur ini, fungsi penjualan menerima order dari pembeli dan menambahkan informasi penting pada surat order dari pembeli. Fungsi penjualan kemudian
membuat
surat
order
pengiriman
dan
mengirimkannya kepada berbagai fungsi yang lain untuk memungkinkan fungsi tersebut memberikan kontribusi dalam melayani order dari pembeli. (2) Prosedur persetujuan kredit. Dalam prosedur ini, fungsi penjualan meminta persetujuan penjualan kredit kepada pembeli tertentu dari fungsi kredit. (3) Prosedur pengiriman. Dalam prosedur ini, fungsi pengiriman mengirimkan barang kepada pembeli sesuai dengan informasi yang tercantum dalam surat order pengiriman yang diterima dari fungsi pengiriman. (4) Prosedur penagihan. Dalam prosedur ini, fungsi penagihan membuat faktur penjualan dan mengirimkannya kepada pembeli. Dalam metode tertentu faktur penjualan dibuat oleh funsgi penjualan sebagai tembusan pada waktu bagian ini membuat surat order pengiriman. (5) Prosedur pencatatan piutang. Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi mencatat tembusan faktur penjualan ke dalam kartu
14
piutang atau dalam metode pencatatan tertentu mengarsipkan dokumen tembusan menurut abjad yang berfungsi sebagai catatan piutang. (6) Prosedur distribusi penjualan. Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi mendistribusikan data penjualan menurut informasi yang diperlukan oleh manajemen. (7) Prosedur pencatatan harga pokok penjualan. Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi mencatat secara periodik total harga pokok produk yang dijual dalam periode akuntansi tertentu. 2.1.3 Pengertian sistem pengendalian intern Pengendalian (control) secara umum menurut Gudono (1993), dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan manajemen agar pelaksanaan tidak menyimpang dari rencana. Menurut Mulyadi (2008:163) sistem pengendalian intern
meliputi
sistem
organisasi,
metode
dan
ukuran-ukuran
yang
dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Bambang Hartadi (2004:75) mendefinisikan sistem pengendalian intern dalam arti sempit dan sistem pengendalian intern dalam arti luas, yaitu: 1) Dalam arti sempit, sistem pengendalian intern dapat dipandang sama dengan internal check yang merupakan prosedur-prosedur mekanis untuk memeriksa ketelitian data administrasi seperti misalnya mencocokkan
15
penjumlahan mendatar (horizontal) dengan penjumlahan menurun (vertikal). 2) Dalam arti luas, sistem pengendalian intern dapat dipandang sebagai sistem social yang mempunyai wawasan atau makna khusus yang berada dalam organisasi perusahaan. Sistem tersebut terdiri dari kebijakan teknik, prosedur, alat-alat fisik, dokumentasi orang-orang yang berinteraksi satu sama lain diarahkan untuk melindungi harta, menjamin terhadap terjadinya hutang yang layak, menjamin ketelitian dan dapat dipercayainya data akuntansi, dapat diperolehnya operasi yang efisien dan menjamin ditaatinya kebijakan perusahaan. Menurut American Institute of Certified Public Accountans (1949) dalam Zaki Baridwan (2009:13) pengendalian intern meliputi sistem organisasi dan semua cara-cara serta alat-alat yang dikoordinasikan yang digunakan dalam perusahaan dengan tujuan untuk menjaga keamanan harta milik perusahaan, memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi, memajukan efisiensi di dalam operasi, dan membantu menjaga dipatuhinya kebijaksanaan manajemen yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Pengendalian intern dapat digolongkan menjadi dua bagian seperti yang di paparkan Zaki Baridwan (2009:13) yaitu: 1) Dalam
arti
sempit,
pengendalian
intern
merupakan
pengecekan
penjumlahan, baik penjumlahan mendatar (crossfooting) maupun menurun (footing).
16
2) Dalam arti luas, pengendalian intern mencakup semua unsur yang digunakan manajemen untuk melakukan pengawasan. Manajemen pada umumnya menginginkan adanya jaminan yang memadai bahwa tujuan sistem pengendalian akan dapat tercapai. Adanya jaminan yang memadai untuk mencapai tujuan tersebut sangat logis karena pengakuan bahwa biaya dari pengendalian tidak boleh melebihi dari manfaat yang diperkirakan akan diperoleh dan adanya kenyataan bahwa pengendalian tidak boleh mempunyai pengaruh yang berlawan terhadap efisiensi dan profitabilitas. Yadnyana (2009:84) menyebutkan bahwa pengendalian intern adalah suatu proses dari aktivitas operasional organisasi dan merupakan bagian integral dari proses manajemen seperti perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian. Pengendalian intern merupakan bagian integral dari proses manajemen karena konsep dasar dari pengendalian intern meliputi: berbagai kegiatan, dipengaruhi oleh manusia, dan diharapkan dapat mencapai tujuan. Menurut Widjajanto (2001) dalam Idar Yahya (2009), pengendalian intern adalah suatu sistem pengendalian yang meliputi struktur organisasi beserta semua metode dan ukuran yang ditetapkan dalam perusahaan. Orchard (2009) menyatakan, “evaluation of internal control using the three component: internal control framework, identification of fraud indicator, and concideration of the likhood of fraud occurrence”. Artinya evaluasi dari pengendalian
intern
menggunakan
tiga
komponen
meliputi:
kerangka
pengendalian intern, indikator identifikasi kecurangan, dan mempertimbangkan kemungkinan terjadinya kecurangan.
17
Untuk membahas sistem pengendalian intern yang lebih mendalam maka sebaiknya diketahui terlebih dahulu pengertian pengecekan intern/internal check yang mempunyai korelasi yang sangat signifikan dengan sistem pengendalian intern. Maksud dari pengecekan intern disini adalah suatu alat akuntansi atau pembukuan untuk memperoleh bukti ketelitian dari angka melalui orang yang berbeda dengan hasil yang sama. 2.1.4 Pentingnya pengendalian intern Menurut Iriyadi (2004), struktur pengendalian intern merupakan suatu alat atau sarana yang digunakan secara efektif untuk mencegah penggelapan maupun penyimpangan. Menurut Barra (2010), ”management of all company must design and implement an internal assessment program”. Artinya manajemen perusahaan hendaknya
merancang
dan
melaksanakan
pengendalian
intern
dengan
menggunakan program yang sudah ditetapkan. Tsay (2010) menyatakan bahwa ”after an internal control has been designed and implemented, management must continue to monitor the efectiveness of the system”. Artinya setelah pengendalian intern dirancang dan dilaksanakan, manajemen perusahaan harus terus memonitor efektifitas sistem tersebut. Menurut Abdul Halim (2008:206) pengendalian intern penting bagi manajemen dan auditor dalam berbagai literature yang berkaitan dengan pengendalian intern karena: 1) Lingkup dan ukuran entitas bisnis semakin kompleks. Hal ini mengakibatkan manajemen harus mengandalkan laporan dan analisis yang banyak jumlahnya agar peranan pengendalian dapat berjalan efektif.
18
2) Pemeriksaan dan penelaahan bawaan dalam sistem yang baik memberikan perlindungan terhadap kelemahan manusia dan mengurangi kemungkinan kekeliruan dan ketidakberesan yang terjadi. 3) Pengendalian intern yang baik akan mengurangi beban pelaksanaan audit sehingga dapat mengurangi biaya ataupun fee audit. Menurut Bierstaker (2004) ”internal control help management to improvement about financial reporting and commonly used to combat frauds”. Artinya pengendalian intern membantu manajemen untuk memperbaiki laporan keuangan dan biasanya digunakan untuk mengurangi kecurangan-kecurangan. Hith (2009) menyatakan bahwa ”the structure of internal control over financial reporting will prompt companies to build better control system trough cooperation betwen the directors, company auditors, and outside accounting auditors”. Artinya struktur pengendalian intern atas laporan keuangan mendorong perusahaan untuk membangun sistem kontrol yang lebih baik melalui kerjasama antara direktur, auditor perusahaan dan auditor akuntansi eksternal. Arti pentingnya
pengendalian intern bagi manajemen dan auditor
independen menurut Munawir (2008:231) sudah lama diakui dalam profesi akuntansi, dan pengakuan tersebut semakin meluas dengan alasan: 1) Semakin luas lingkup dan ukuran perusahaan mengakibatkan didalam banyak hal manajemen tidak dapat melakukan pengendalian secara langsung atau secara pribadi terhadap jalannya operasi perusahaan. Manajemen hanya harus mempercayai berbagai laporan dan hasil analisis mengenai keefektifan operasinya. Sedangkan tanggung jawab yang utama
19
untuk menjaga keamanan harta milik perusahaan dan untuk mencegah kesalahan-kesalahan dan ketidakberesan terletak ditangan manajemen. 2) Pengecekan dan review yang melekat pada sistem pengendalian intern yang baik akan dapat melindungi dari kelemahan manusia dan mengurangi kemungkinan kekeliruan dan penyimpangan yang akan terjadi. Oleh karena itu bagi manajemen mempertahankan terus adanya sistem pengendalian intern termasuk sistem pelaporan yang baik adalah sangat diperlukan agar dapat melepaskan, menyerahkan atau mendelegasikan wewenang dan tanggung jawabnya dengan tepat. 2.1.5 Tujuan pengendalian intern Menurut Furukawa (2009) “the structure of internal control help the company to implemented effective control over financial reporting”. Artinya struktur
pengendalian
intern
membantu
perusahaan
untuk
menerapkan
pengendalian terhadap laporang keuangan secara efektif. Menurut American Institute of Certified Public Accountants (1987) dalam Hall (2009:181) tujuan pengendalian intern: 1) Menjaga aktivitas perusahaan. 2) Memastikan akurasi dan keandalan catatan serta informasi akuntansi. 3) Mendorong efisiensi dalam operasional perusahaan 4) Mengukur kesesuaian dengan kebijakan serta prosedur yang ditetapkan oleh pihak manajemen. Secara khusus, tujuan pengendalian intern adalah dapat mencapai tujuan manajemen. Menurut Mulyadi (2008:164) tujuan dari suatu sistem yang baik dari
20
pengendalian intern seperti yang sering diperhatikan oleh manajemen dapat dikategorikan sebagai berikut: 1) Menjaga kekayaan perusahaan. 2) Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. 3) Mendorong efisiensi. 4) Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. 2.1.6 Ruang lingkup pengendalian intern Mulyadi (2008:163) membagi pengendalian intern menjadi dua bagian yaitu: 1) Pengendalian intern akuntansi (intern accounting control), merupakan bagian dari sistem pengendalian intern, meliputi sistem organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang di koordinasikan terutama untuk menjaga kekayaan organisasi dan mengecek ketelitian dan keandalan akuntansi. 2) Pengendalian intern administratif (intern administrative control), meliputi sistem organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama
untuk
mendorong
efisiensi
dan
dipatuhinya
kebijakan
manajemen. 2.1.7 Komponen proses pengendalian intern Sistem pengendalian intern terdiri dari unsur-unsur yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk mencapai tujuan perusahaan. Menurut Bodnar dan Hopwood (2006:133), sistem pengendalian intern memiliki lima unsur/komponen yang saling terkait, yaitu: 1) Lingkungan pengendalian
21
Lingkungan pengendalian adalah tindakan, kebijakan, dan prosedur yang merefleksikan seluruh sikap top manajemen, dewan komisaris, dan pemilik entitas yang mencakup: (1) Integritas dan nilai etika Efektifitas pengendalian intern bersumber dari dalam diri orang yang mendesain dan melaksanakannya. Pengendalian intern yang memadai desainnya, namun dijalankan oleh orang-orang yang tidak menjujung tinggi integritas dan tidak memiliki etika, akan mengakibatkan tidak terwujudnya tujuan pengendalian intern. Oleh karena itu, tanggung jawab manajemen adalah menjujung tinggi nilai integritas, suatu kemampuan untuk mewujudkan apa yang dikatakan atau telah menjadi komitmennya. (2) Komitmen terhadap kompetensi Untuk mencapai tujuan entitas, personel di setiap tingkat organisasi harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan
tugasnya
secara
efektif.
Komitmen
terhadap
kompetensi mencakup pertimbangan manajemen atas pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan, dan panduan antara kecerdasan, pelatihan, dan pengalaman yang dituntut dalam pengembangan kompetensi. (3) Partisipasi dewan komisaris atau komite audit Komposisi dewan komisaris dan komite audit serta bagaimana mereka melakukan tanggung jawab pengawasan memiliki dampak
22
yang besar terhadap lingkungan pengendalian. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas dewan komisaris dan komite audit meliputi independensi mereka dari manajemen yang berkaitan dengan proporsi anggota dewan yang berasal dari luar, pengalaman serta tingginya kedudukan mereka, seberapa jauh keterlibatan dan ketajaman pengamatan atas aktivitas manajemen, dan sifat serta luasnya interaksi dengan auditor intern maupun auditor ekstern. (4) Filosofi dan gaya operasi manajemen Filosofi adalah seperangkat keyakinan dasar yang menjadi parameter bagi perusahaan dan karyawannya. Filosofi merupakan apa yang seharusnya dikerjakan dan apa yang seharusnya tidak dikerjakan oleh perusahaan. Gaya operasi mencerminkan ide manajer tentang bagaimana operasi suatu entitas harus dilaksanakan. Ada manajer yang memilih gaya operasi yang sangat menekankan pentingnya pelaporan keuangan, penyusunan dan penggunaan anggaran sebagai alat pengukur kinerja manajer, dan pencapaian tujuan yang telah dicanangkan dalam anggaran. (5) Struktur organisasi Organisasi dibentuk oleh manusia untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Orang bergabung dalam suatu organisasi dengan maksud utama untuk mencapai tujuan-tujuan yang tidak dapat dicapainya dengan kemampuan yang dimilikinya sendiri. Sistem organisasi memberikan kerangka untuk perencanaan, pelaksanaan, pengendalian,
23
dan pemantauan aktivitas entitas. Pengembangan sistem organisasi suatu entitas mencakup pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab di dalam suatu organisasi dalam mencapai tujuan organisasi. (6) Pembagian wewenang dan tanggung jawab Pembagian wewenang dan tanggung jawab merupakan perluasan lebih lanjut pengembangan sistem organisasi. Dengan pembagian wewenang yang jelas, organisasi akan dapat mengalokasikan berbagai sumber daya yang dimilikinya untuk mencapai tujuan organisasi. Disamping itu, pembagian wewenang yang jelas akan memudahkan pertanggungjawaban konsumsi sumber daya organisasi dalam pencapaian
tujuan
organisasi.
Jika
kepada
seorang
manajer
dibebankan wewenang yang terlalu banyak, hal ini akan berakibat terjadinya ketidakberesan pelaksanaan wewenang tersebut. (7) Kebijakan dan praktek sumber daya manusia Karyawan merupakan unsur penting dalam setiap pengendalian intern. Jika perusahaan memiliki karyawan yang kompeten dan jujur, unsur pengendalian intern yang lain dapat dikurangi sampai batas minimum, dan perusahaan tetap mampu menghasilkan pertanggung jawaban keuangan yang dapat diandalkan. Pengendalian intern yang baik tidak akan menghasilkan informasi keuangan yang handal jika dilaksanakan oleh karyawan yang tidak kompeten dan tidak jujur.
24
2) Penaksiran risiko Penaksiran risiko dalam pengendalian intern adalah usaha manajemen untuk mengidentifikasi dan menganalisis risiko yang mempengaruhi tujuan perusahaan. Tahapan yang paling kritis dalam menaksir risiko adalah mengidentifikasi perubahan kondisi eksternal dan internal serta mengidentifikasi tindakan yang diperlukan. 3) Aktivitas pengendalian Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dibangun oleh manajemen untuk mencapai tujuan laporan keuangan yang objektif. Aktivitas pengendalian dapat digolongkan dalam pemisahan tugas yang memadai,
otorisasi
yang
tepat
atas
transaksi
dan
aktivitas,
pendokumentasian dan pencatatan yang cukup, pengawasan aset antara catatan dan fisik, serta pemeriksaan independen atas kinerja. 4) Informasi dan komunikasi Informasi dan komunikasi dalam pengendalian intern adalah metode yang dipergunakan untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, mengklasifikasi, mencatat dan melaporkan semua transaksi entitas, serta untuk memelihara akuntabilitas yang berhubungan dengan aset. Sedangkan komunikasi terkait dengan memberikan pemahaman yang jelas mengenai semua kebijakan dan prosedur yang terkait dengan pengendalian. 5) Pengawasan Pengawasan kegiatan pengendalian intern secara periodik harus dipantau oleh manajemen. Pemantauan meliputi penilaian atas kualitas kinerja
25
pengendalian intern untuk menentukan apakah operasi pengendalian memerlukan modofikasi atau perbaikan. 2.1.8
Kelemahan dalam rancangan sistem pengendalian intern Kelemahan dalam rancangan sistem pengendalian intern menurut Ikatan
Akuntan Indonesia (2001:3112) dalam SPAP (Standar Profesional Akuntan Publik), yaitu: 1) Tidak memadainya rancangan sistem pengendalian intern secara keseluruhan. 2) Tidak adanya pemisahan tugas yang tepat dan konsisten dengan tujuan pengendalian yang baik. 3) Tidak adanya verifikasi dan tujuan transaksi, jurnal pencatatan, atau sistem pelaporan yang tepat. 4) Tidak memadainya prosedur untuk menetapkan dan menerapkan prinsip akuntansi yang berlaku umum secara tepat. 5) Tidak memadainya ketentuan untuk perlindungan keamanan aktiva perusahaan. 6) Tidak adanya teknik pengendalian tertentu yang dipandang tepat untuk jenis dan tingkat kegiatan transaksi. 2.1.9 Pengertian penjualan kredit Selain melakukan penjualan secara tunai, perusahaan dapat melakukan penjualan secara kredit untuk meningkatkan laba sehingga dapat memenangkan persaingan bisnis. Penjualan kredit yang agresif dapat merangsang minat calon pembeli untuk melakukan pembelian produk secara langsung tanpa harus
26
menyediakan uang tunai. Penjualan kredit dilakukan oleh perusahaan dengan cara mengirimkan barang sesuai pesanan yang diterima dari pembeli dan untuk jangka waktu tertentu perusahaan mempunyai tagihan kepada pembeli tersebut. Menurut Bambang Riyanto (2001:76) penjualan kredit merupakan penjualan yang tidak segera menerima uang kas tetapi menimbulkan piutang langganan dan baru kemudian jatuh temponya aliran kas yang berasal dari pengumpulan piutang tersebut. Menurut Mulyadi (2008:210), penjualan kredit dilaksanakan oleh perusahaan dengan cara mengirimkan barang sesuai dengan order yang diterima dari pembeli dan untuk jangka waktu tertentu perusahaan mempunyai tagihan kepada pembeli tersebut. Berdasarkan pengertian tersebut maka disimpulkan bahwa penjualan kredit adalah penjualan barang dari pihak produsen kepada pihak yang memerlukan dengan tidak membayar tunai, tetapi pembayaran ditangguhkan atau diangsurkan dalam jangka waktu tertentu disertai dengan bunga. 2.1.10 Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam penjualan kredit Menurut Bambang Riyanto (2001:83), faktor-faktor yang mempengaruhi penjualan kredit sebagai berikut : 1) Syarat pembayaran penjualan kredit Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat lunak. Apabila perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat berarti bahwa perusahaan mengutamakan keselamatan kredit daripada pertimbangan profabilitas. Syarat yang ketat misalnya dalam bentuk batas waktu pembayaran piutang yang terlambat. Syarat yang lunak biasanya tidak memperhatikan faktor keuangan maupun resiko yang akan timbul.
27
2) Ketentuan tentang pembatasan kredit Dalam penjualan kredit, perusahaan dapat menetapkan batas waktu minimal atau plafon bagi kredit yang diberikan kepada pelanggannya. Semakin tinggi plafon yang ditetapkan bagi masing-masing pelanggan berarti semakin besar pula dana yang diinvestasikan dalam piutang. Dengan demikian pembatasan kredit untuk kreditur dapat bersifat kuantitatif maupun kualitatif. 3) Kebijakan dalam pengumpulan piutang Perusahaan dapat menjalankan kebijakan dalam pengumpulan piutang secara aktif atau pasif. Prosedur pengumpulan piutang yang aktif akan menyebabkan biaya yang lebih besar untuk membiayai aktivitas pengumpulan piutang tersebut. Perusahaan yang disebutkan terdahulu kemungkinan akan memperoleh investasi dalam piutang yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang disebutkan kemudian. Tetapi biasanya
perusahaan
hanya
mengadakan
usaha
tambahan
dalam
pengumpulan piutang yang lebih besar dari pada yang akan dikeluarkan untuk memperoleh piutang tersebut. 4) Kebiasaan membayar dari para pelanggan Adanya sebagian pelanggan yang mempunyai kebiasaan membayar dengan menggunakan kesempatan mendapat cash discount dan ada sebagian
lain
tidak
menggunakan
kesempatan
tersebut.
Apabila
perusahaan menetapkan syarat pembayaran 2/10 net 30, para pelanggan
28
dihadapkan pada dua alternatif yaitu mereka membayar pada hari ke-10 atau pada hari ke-30 sesudah barang diterima. Alternatif pertama adalah mereka membayar pada hari ke-30. Ini berarti mereka membayar pembelian sepenuhnya dengan kredit penjualan. Alternatif kedua adalah jika mereka membayar pada hari ke-10 sehingga akan mendapatkan cash discount sebesar 2%. Pada umumnya pelanggan lebih menyukai pembayaran pada hari ke-10 karena mendapatkan potongan 2.1.11 Fungsi penjualan kredit Menurut Mulyadi (2008:211), fungsi yang terkait dalam sistem akuntansi penjualan kredit terdiri dari: 1) Fungsi kredit Dalam transaksi penjualan, fungsi ini bertanggungjawab untuk meneliti status kredit pelanggan dan memeriksa otoritas pemberian kredit kepada pelanggan. Fungsi kredit berada di tangan bagian kredit. 2) Fungsi Penjualan Dalam sistem penjualan, fungsi penjualan bertanggungjawab untuk melayani kebutuhan barang pelanggan yaitu dari menerima order pembeli, meminta otoritas kredit, menentukan tanggal pengiriman, dan mengisi surat order pengiriman. Fungsi penjualan mengisi faktur penjualan. Fungsi penjualan berada di tangan bagian order pembelian.
29
3) Fungsi Gudang Fungsi ini bertanggungjawab untuk menyimpan dan menyiapkan barang yang dipesan oleh pelanggan, serta menyerahkan barang kepada fungsi pengiriman. 4) Fungsi Pengiriman Bertanggungjawab untuk menyerahkan barang atas dasar surat order pengiriman yang diterima dari fungsi penjualan dan menjamin tidak adanya barang yang keluar tanpa otoritas dari yang berwewenang. 5) Fungsi Akuntansi Fungsi ini bertanggungjawab untuk mencatat transaksi bertambahnya piutang pelanggan dalam kartu piutang berdasarkan faktur penjualan, serta membuat laporan penjualan. Fungsi ini berada di tangan bagian piutang. 6) Fungsi Penagihan Fungsi ini bertanggungjawab untuk membuat suatu tagihan secara periodik kepada pelanggan. Fungsi berada di tangan bagian penagihan 2.1.12 Formulir-formulir penjualan kredit Formulir- formulir penjualan kredit (Mulyadi, 2001:218) meliputi: 1) SOP (Surat Order Pengiriman) merupakan dokumen pokok untuk memproses penjualan kepada pelanggan. 2) FP (Faktur Penjualan) merupakan dokumen yang dipakai sebagai dasar untuk mencatat timbulnya piutang.
30
3) Rekapitulasi harga pokok penjualan merupakan dokumen yang digunakan untuk menghitung total harga pokok produk yang dijual selama periode akuntansi tertentu. 4) Bukti memorial merupakan dokumen sumber untuk dasar pencatatan ke dalam jurnal umum. 2.1.13 Catatan-catatan penjualan kredit Catatan-catatan penting yang digunakan dalam sistem akuntansi penjualan kredit menurut Mulyadi (2008:218) meliputi: 1) Jurnal penjualan digunakan untuk mencatat transaksi penjualan baik tunai maupun kredit. 2) Kartu piutang merupakan buku pembantu yang berisi rincian mutasi piutang perusahaan kepada setiap debiturnya. 3) Kartu persediaan merupakan buku pembantu yang berisi rincian mutasi dan persediaan fisik barang yang disimpan di gudang. 4) Kartu gudang merupakan catatan yang berisi mutasi dan persediaan fisik barang yang disimpan di gudang. 5) Jurnal umum yang digunakan untuk mencatat harga pokok produk yang dijual selama periode akuntansi tertentu. 2.1.14 Sistem pengendalian intern penjualan kredit Unsur-unsur pengendalian yang harus diterapkan dalam sistem penjualan kredit menurut Krismaji (2005:280) adalah:
31
(1) Otorisasi transaksi Manajer penjualan mengotorisasi transaksi penjualan dan manajer kredit menyetujui permohonan kredit oleh pelanggan. (2) Pengamanan aktiva dan catatan a) order hanya dipenuhi atas dasar order penjualan yang disetujui, b) kuantitas barang dihitung secara independent, c) barang hanya dikirimkan ke pelanggan setelah diterimanya order penjualan dari bagian pesanan. (3) Pemisahan tugas a) fungsi penerimaan pesanan dan otorisasi kredit, b) fungsi gudang dan fungsi pengiriman, c) fungsi piutang dagang dan fungsi pencatatan buku besar. (4) Dokumen dan catatan yang memadai a) faktur penjualan (a) dibuat berdasarkan penerimaan oleh pembeli, (b) bernomor urut cetak, (c) kredit telah disetujui, (d) dicocokkan dengan daftar harga, (e) diverfikasi sebelum dikirim ke lapangan. b) piutang dagang (a) transaksi diposting tiap hari, (b) total control dibuat setiap hari, (c) laporan bulanan dikirim setiap bulan,
32
(d) daftar umur piutang dibuat setiap bulan. c) Buku besar (a) digunakan jurnal voucher standar (b) total control dibandingkan setiap hari (c) jurnal transaksi dibuat tiap hari Seperti yang dipaparkan oleh Mulyadi (2008:221), bahwa unsur pokok pengendalian intern dalam sistem penjualan kredit terdiri dari organisasi, sistem otorisasi dan prosedur pencatatan, serta praktik yang sehat. Unsur-unsur tersebut lebih lanjut akan dirinci sebagai berikut: 1) Organisasi (1) Fungsi penjualan harus terpisah dari fungsi kredit. (2) Fungsi akuntansi harus terpisah dari fungsi penjualan dan fungsi kredit. (3) Fungsi akuntansi harus terpisah dari fungsi kas. (4) Transaksi penjualan kredit harus dilaksanakan oleh fungsi penjualan, fungsi kredit, fungsi pengiriman, fungsi penagihan, dan fungsi akuntansi. Tidak ada transaksi penjualan kredit yang dilaksanakan secara lengkap hanya oleh satu fungsi tersebut. 2) Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan (1) Penerimaan order dari pembeli diotorisasi oleh fungsi penjualan dengan menggunakan formulir surat order pengiriman.
33
(2) Persetujuan pemberian kredit diberikan oleh fungsi kredit dengan membubuhkan tanda tangan pada credit copy (yang merupakan tembusan surat order pengiriman). (3) Pengiriman barang kepada pelanggan diotorisasi oleh fungsi pengiriman dengan cara menandatangani dan membubuhkan cap “sudah dikirim” pada copy surat order pengirirman. (4) Penetapan harga jual, syarat penjualan, syarat pengangkutan barang, dan potongan penjualan berada di tangan Direktur Pemasaran dengan penerbitan surat keputusan mengenai hal tersebut. (5) Terjadinya piutang diotorisasi oleh fungsi penagihan dengan membubuhkan tanda tangan pada faktur penjualan. (6) Pencatatan ke dalam kartu piutang dan ke dalam jurnal penjualan, jurnal penerimaan kas, dan jurnal umum diotorisasi oleh fungsi akuntansi dengan cara memberikan tanda tangan pada dokumen sumber (faktur penjualan, bukti kas masuk, dan memo kredit). (7) Pencatatan terjadinya piutang didasarkan pada faktur penjualan yang didukung dengan surat order pengiriman dan surat kami. 3) Praktik yang sehat (1) Surat order pengiriman bernomor urut tercetak dan pemakaiannya dipertanggungjawabkan oleh fungsi penjualan. (2) Faktur penjualan bernomor urut tercetak dipertanggungjawabkan oleh fungsi penagihan.
34
dan pemakaiannya
(3) Secara periodik fungsi akuntansi mengirim pernyataan piutang (account receivable statement) kepada setiap debitur untuk menguji ketelitian catatan piutang yang diselenggarakan oleh fungsi tersebut. (4) Secara periodik diadakan rekonsiliasi kartu piutang dengan rekening control dalam buku besar. 2.1.15 Prosedur penjualan kredit Adapun beberapa rangkaian jaringan prosedur yang diterapkan dalam pelaksanaan sistem akuntansi penjualan kredit (Mulyadi, 2008:219) diantaranya: 1) Prosedur order penjualan berfungsi untuk menerima order penjualan dari pembeli dan menambahkan informasi penting pada surat order dari pembeli. 2) Prosedur persetujuan kredit. Fungsi penjualan meminta persetujuan penjualan kredit kepada pembeli dari fungsi kredit. 3) Prosedur pengiriman. Fungsi pengiriman melaksanakan pengiriman barang sesuai informasi yang tercatum dalam surat order pengiriman yang diterima dari fungsi pengiriman. 4) Prosedur penagihan. Fungsi penagihan membuat faktur penjualan atau mengirimkannya kepada pembeli. 5) Prosedur pencatatan piutang. Fungsi akuntansi mencatat tembusan faktur penjualan ke dalam kartu piutang atau dalam metode pencatatan tertentu mengarsipkan dokumen tembusan menurut urutan abjad yang berfungsi sebagai catatan piutang.
35
6) Prosedur distribusi penjualan. Fungsi akuntansi bertugas untuk mendistribusikan data penjualan menurut informasi yang diperlukan oleh manajemen. 7) Prosedur pencatatan harga pokok penjualan. Fungsi akuntansi bertugas untuk mencatat secara periodik total harga produk yang dijual dalam periode akuntansi tertentu. Prosedur penjualan kredit dalam suatu perusahaan melibatkan beberapa bagian, dimana diantara bagian yang satu dengan bagian yang lain saling berkaitan dan berhubungan. Terjalinnya kerjasama yang baik antara bagian yang satu dengan bagian yang lain akan menunjang kelancaran proses penjualan kredit dalam suatu perusahaan. Bagian-bagian yang terkait dalam
sistem penjualan
kredit adalah: (1) bagian penjualan, (2) bagian kredit, (3) bagian gudang, (4) bagian pengiriman, (5) bagian penagihan, (6) bagian akuntansi, (7) bagian kartu persediaan, dan (8) bagian jurnal. Penjualan kredit yang dilaksanakan oleh perusahaan adalah penjualan yang pembayaranya dilakukan setelah penyerahan barang dengan jangka waktu yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Untuk menghindari tidak tertagihnya piutang, setiap penjualan kredit yang pertama kepada seorang pembeli selalu didahului dengan analisis terhadap dapat atau tidaknya pembeli tersebut diberi kredit. Umumnya perusahaan melakukan penjualan produknya dengan sistem penjualan kredit ini. Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam flowchart mengenai prosedur penjualan kredit dan alur dokumen yang digunakan pada Gambar 2.1 berikut.
36
Gambar 2.1. Prosedur Penjualan Kredit Bagian Order Penjualan 4
Mulai
Bagian Kredit 6
3
Bagian Gudang
Bagian Pengiriman
3
2
5 Bersama dengan barang
Surat Order Pengiriman
Menerima order dari langganan
7
2 Surat Order 1 Pengiriman
Surat Order 7 Pengiriman (Credit Copy)
Surat Order Pengiriman
Surat Order Pengiriman
1
5
1 4 3 Surat Order Pengiriman
Surat Order Memeriksa status kredit
Menyiapkan barang
Menempel surat order pengiriman pada pembungkus barang
Menerima order dari pengiriman dan faktur
Menerima order dari pengiriman dan faktur
Memberi otorasi kredit
Menyerahkan barang kepada perusahaan angkutan umum
Menyerahkan barang
37
2
9
Surat Order 1 Pengiriman
8 7 6
Ditempel pada pembungkus barang sebagai slip pembukus
5
5
4
4
3
3
2 Surat Order 7 Pengiriman (Credit Copy)
2 Surat Order 1 Pengiriman
Surat Order Pengiriman
1
Surat Order 1 Pengiriman
2
A
Bersama dengan barang
Ke pelanggan 1
2
Diserahkan kepada perusahaan angkutan umum
3 T A
37
7
4
Kartu Gudang
5
6
Prosedur Penjualan Kredit (Lanjutan) Bagian Penagihan
Bagian Piutang
7
Bagian Kartu Persediaan 7
8
7
3
2 Surat Order Pengiriman
Bagian Kartu Persediaan
Surat Muat
1
SOP
2
11
Rekap. HPP
4
Faktur
Faktur
Bukti Memorial
1
Faktur Kartu Persediaan
Membuat faktur
Membuat rekapitulasi harga pokok penjualan
N
Secara periodik
N
38 Rekapitulasiha harga pokok penjualan 5 4 Membuat bukti memorial
3 2 Faktur
1
Rekap. HPP Bukti Memorial Dikirim ke pelanggan
9
Dikirim ke waraniaga 10
Kartu Piutang 8
Jurnal Penjualan
N 11
Sumber : Mulyadi (2008:227) 38
Selesai
Jurnal Umum
N
Dari Gambar 2.1 dapat dijelaskan arus penjualan kredit. Adapun bagianbagian yang terkait dalam prosedur penjualan kredit tersebut adalah sebagai berikut: 1) Fungsi penjualan Fungsi bagian penjualan menerima order dari pelanggan kemudian membuat surat order pengiriman rangkap 9 dan faktur. (1) Lembar 1 dikirim ke fungsi gudang. (2) Lembar 2, 3, 4, dan 5 dikirim ke penerimaan. (3) Lembar 6 ke pelanggan. (4) Lembar 7 ke fungsi kredit. (5) Lembar 8 dan 9 diarsip sementara menurut tanggal. (6) Setelah otorisasi kredit diberikan, surat order pengiriman yang diberikan oleh bagian pengiriman diarsip secara tetap bersama dengan surat order. (7) Surat order pengiriman lembar 1 dan 2 yang diterima dari fungsi pengiriman kemudian dicatat tanggal pengiriman pada surat order pengirirman lembar ke 9 kemudian dikirim ke fungsi penagihan. 2) Fungsi kredit, dimana tugasnya adalah: Berdasarkan surat order pengiriman dari fungsi order penjualan, fungsi kredit memeriksa status kredit dan memeberi otorisasi kredit setelah itu surat order tersebut dikirim kembali ke fungsi order penjualan.
39
3) Fungsi gudang, dimana tugasnya adalah: Surat order pengiriman yang diterima dari fungsi order penjualan dan setelah mendapat otorisasi oleh fungsi gudang menyiapkan barang dan menyerahkan barang bersama-sama dengan surat order pengiriman ke fungsi pengiriman. Surat order pengiriman dicatat dalam kartu gudang. 4) Fungsi pengiriman Surat order yang diterima bersamaan dengan barang dari fungsi gudang dibandingkan dengan surat order pengiriman lembar 2, 3, 4 dan 5 yang diterima dari fungsi bagian order penjualan oleh fungsi pengiriman menempelkan surat order pengiriman lembar 5 tersebut pada pembungkus barang yang akan diserahkan ke perusahaan angkutan umum. Surat order pengiriman lembar 1 dan 2 dikirim ke fungsi order penjualan. Surat pengiriman lembar 3 diserahkan pada perusahaan angkutan umum dan surat order pengiriman lembar 4 diarsip tetap oleh fungsi pengiriman menurut nomor. 5) Fungsi penagihan, dimana tugasnya adalah: Surat pengiriman lembar 1 dan 2 yang diterima di fungsi order penjualan dibuatkan faktur rangkap 5 (1) Lembar 1 dikirim ke pelanggan. (2) Lembar 2 bersama-sama dengan surat order pengiriman lembar 1 dan 2 dikirim ke fungsi gudang. (3) Lembar 3 dikirim ke fungsi kartu persediaan. (4) Lembar 4 dikirim ke fungsi jurnal.
40
(5) Lembar 5 dikirim ke wiraniaga. 6) Fungsi piutang, dimana tugasnya adalah: (1) Faktur yang diterima dari fungsi penagihan dicatat dalam kartu piutang. (2) Faktur dan surat order pengiriman lembar 1 dan 2 yang dikirim oleh fungsi penagihan diarsip tetap menurut nomor. 7) Fungsi kartu persediaan, dimana tugasnya adalah: (1) Faktur yang dikirim oleh fungsi penagihan diarsip tetap menurut nomor dan dicatat dalam kartu persediaan. (2) Membuat rekapitulasi harga pokok penjualan dan bukti memorial dan kemudian dikirim ke fungsi jurnal. 8) Fungsi jurnal, dimana tugasnya adalah: (1) Faktur yang dikirim fungsi penagihan dicatat dalam jurnal penjualan dan diarsip tetap menurut nomor. (2) Rekapitulasi harga pokok penjualan dan bukti memorial dicatat dalam jurnal umum dan diarsip tetap menurut nomor.
2.2
Penelitian Sebelumnya Penelitian mengenai sistem pengendalian intern sudah pernah dilakukan
sebelumnya oleh Ni Komang Desi Erawati (2010) meneliti “Analisis Struktur Pengendalian Intern Persediaan dan Penjualan Barang pada CV. Bali Teknik”. Objek dari penelitian tersebut adalah sistem pengendalian intern pada CV. Bali Teknik Denpasar. Variabel yang diteliti adalah lingkungan pengendalian,
41
penaksiran risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, dan pemantauan. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis kualitatif bersifat deskriptif komparatif. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa penerapan struktur pengendalian intern persedian dan penjualan barang dagangan belum sepenuhnya diterapkan pada CV. Bali Teknik Denpasar. Perusahaan perlu meningkatkan struktur pengendalian intern dengan memisahkan fungsi-fungsi yang ada pada sistem, sehingga kemungkinan terjadinya kecurangan-kecurangan dapat diminimalisasi. Peneliti lainnya Wayan Ari Sanjaya (2010) meneliti ”Evaluasi Pengendalian Intern Persediaan Obat-obatan pada RSUD Wangaya Denpasar”. Objek dari penelitian tersebut adalah sistem pengendalian intern persediaan obatobatan pada RSUD Wangaya Denpasar. Variabel yang diteliti adalah lingkungan pengendalian,
penaksiran
risiko,
aktivitas
pengendalian,
informasi
dan
komunikasi, dan pemantauan. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis kualitatif bersifat deskriptif komparatif. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan sistem pengendalian intern persediaan obatobatan RSUD Wangaya Denpasar telah memadai dan sesuai dengan prosedur yang di tetapkan, namun masih ada beberapa variabel yang masuk dalam kriteria cukup memadai yaitu variabel panaksiran risiko dan pemantauan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama menganalisis komponen prosedur pengendalian intern sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah terletak pada lokasi penelitian, waktu penelitian, dan variabel penelitian.
42
Persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya dapat di lihat pada Tabel 2.1 Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Sekarang dengan Penelitian Sebelumnya No
1
Hal yang Diperhatikan Nama Peneliti
2
Judul
3
Pokok Permasalahan
4
Lokasi penelitian
5
Objek Penelitian
Penelitian Sebelumnya
Penelitian Sebelumnya
Ni Komang Desi Erawati (2010) Analisis Struktur Pengendalian Intern Persediaan dan Penjualan Barang pada CV. Bali Teknik
Wayan Ari Sanjaya (2010) Evaluasi Pengendalian Intern Persediaan Obat-obatan pada RSUD Wangaya Denpasar
Penelitian Sekarang
Luh Eka Juliani Waringin (2012) Evaluasi Sistem Pengendalian Intern Penjualan Kredit pada PT. Coca-Cola Distribition Indonesia Balinusa Sales Center Denpasar Bagaimanakah Apakah Bagaimanakah Penerapan Pelaksanaan Penerapan Sistem Struktur Struktur Pengendalian Pengendalian Pengendalian Intern Penjualan Intern dan Intern Kredit pada PT. Penjualan Persediaan Coca-Cola Barang Obat-obatan Distribition Dagangan pada pada RSUD Indonesia CV. Bali Teknik Wangaya Balinusa Sales Denpasar Denpasar Center Denpasar CV. Bali Teknik RSUD PT. Coca-Cola Denpasar Wangaya Distribition Denpasar Indonesia Balinusa Sales Center Denpasar Struktur Sistem Sistem Pengendalian Pengendalian Pengendalian Intern pada CV. Intern Intern Penjualan Bali Teknik Persediaan Kredit pada PT. Denpasar Obat-obatan Coca-Cola pada RSUD Distribition Wangaya Indonesia Denpasar Balinusa Sales Center Denpasar
43
6
Variabel
7
Teknik Analisis
Lingkungan Pengendalian, Penaksiran Risiko, Aktivitas Pengendalian, Informasi dan Komunikasi, dan Pemantauan
Lingkungan Pengendalian, Penaksiran Risiko, Aktivitas Pengendalian, Informasi dan Komunikasi, dan Pemantauan Teknik Analisis Teknik Analisis Kualitatif Kualitatif Bersifat Bersifat Deskriptif Deskriptif Komparatif Komparatif
44
Lingkungan Pengendalian, Penaksiran Risiko, Aktivitas Pengendalian, Informasi dan Komunikasi, dan Pemantauan Teknik Analisis Kualitatif Bersifat Deskriptif Komparatif