BAB 2 DESKRIPSI PROYEK 2.1
Pengertian Judul
Pada pembahasan ini, akan diuraikan secara teoritis mengenai pengertian Medan Hydroponic Research Center, yaitu sebagai berikut: 1. Medan 4 adalah ibukota Provinsi Sumatera Utara.
2. Hydroponic Dari Bahasa Yunani hydro (air) dan ponos (mengerjakan). Hydroponic adalah cara budidaya tanaman dengan menggunakan medium air. Hydroponic adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan metode bercocok tanam tanpa tanah tetapi menggunakan air atau bahan porous lainnya dengan pemberian unsur hara terkendali yang berisi unsur-unsur esensial yang dibutuhkan tanaman. 5 Hydroponic merupakan metode bercocok tanam tanpa tanah. Bukan hanya dengan air sebagai media pertumbuhannya, seperti makna leksikal dari kata hydro yang berarti air, tapi juga dapat menggunakan media-media tanam selain tanah seperti kerikil, pasir, sabut kelapa, zat silikat, pecahan batu karang atau batu bata, potongan kayu dan busa.6 3. Research 7 adalah penelitian, riset. Penelitian atau riset adalah terjemahan dari Bahasa Inggris, research, yang merupakan gabungan dari kata re (kembali) dan to search (mencari). Beberapa sumber lain menyebutkan bahwa research adalah berasal dari Bahasa Perancis recherche. Intinya penelitian adalah “mencari kembali”. Definisi tentang penelitian yang muncul sekarang ini bermacam-macam, salah satu yang cukup terkenal adalah menurut Webster’s New Collegiate Dictionary yang mengatakan bahwa penelitian adalah “penyidikan atau pemeriksaan bersungguh-sungguh, khususnya investigasi atau eksperimen yang bertujuan menemukan dan menafsirkan fakta, revisi atas teori atau dalil yang telah diterima”. Dalam buku berjudul Introduction to Research, T. Hillway menambahkan bahwa penelitian adalah “studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu 4
Kamus Besar Bahasa Indonesia http://www.aero-kalijati.com/joomla-overview/web-links.html, diunduh pada 4 Maret 2010 6 http://shanushy0809.blogspot.com/2009/08/hidroponik-alternatif-media-tanam.html, diunduh pada 4 Maret 2010 7 Kamus Inggris-Indonesia 5
Universitas Sumatera Utara
masalah, sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap suatu masalah tersebut”. Ilmuwan lain bernama Woody memberikan gambaran bahwa penelitian adalah “metode menemukan kebenaran yang dilakukan dengan critical thinking (berpikir kritis)”. 8 4. Center 9 adalah pusat, bagian tengah. Suatu tempat dimana sesuatu yang menarik aktivitas atau fungsi terkumpul atau terkonsentrasi. Jadi, Medan Hydroponic Research Center adalah wadah yang menjadi pusat dilakukannya kegiatan penelitian dan pengembangan pertanian di bidang hidroponik dengan kegiatan penunjang lain seperti pendidikan dan kegiatan yang bersifat rekreatif, yang akan ditempatkan di ibukota Provinsi Sumatera Utara. 2.1.1
Studi Kelayakan
Proyek ini dibawahi oleh lembaga Food and Fertilizer Technology Center yang merupakan pusat penelitian pertanian yang menangani pertanian di kawasan Asia Pasific. yang berpusat di Taiwan. Selama 35 tahun belakangan ini, FFTC telah memerankan peranan penting dalam pengumpulan, pertukaran, penyebaran informasi mengenai perkembangan pertanian dalam jangkauan yang luas di negaranegara Asia Pasific. Kebanyakan pusat penelitian pertanian mempunyai spesialisasi dan penelitian pada satu jenis tanaman, FFTC menawarkan teknologi-teknologi praktik yang di sesuaikan dengan kebutuhan masing-masing daerah. Sudah selam 3 dekade FFTC memberi donasi untuk kepentingan pengembangan pertanian di kawasan Asia Pasific. Aktivitas utama FFTC antara lain adalah seminar dan workshop, traininig dan survei kawasan. Ilmuwan, admin, pembuat kebijakan dan pekerja tambahan tidak hanya mempunyai kesempatan untuk belajar mengenai perkembangan pertanian tetapi juga yang terpenting adalah mereka mempunyai kesempatan untuk belajar dari negara tetangga dan juga menemukan ahli-ahli baru dari negara lain. FFTC juga melakukan berbagai penelitian di bidang pertanian, salah satunya adalah penelitian di bidang hidroponik. Penelitian di bidang hidroponik sudah banyak dilakukan dan dapat dibuat kesimpulan sistem hidroponik di masing-masing kawasan adalah berbeda. Sesuai tugas FFTC yang disebut di atas yaitu menawarkan teknologi-teknologi praktik yang di sesuaikan dengan kebutuhan 8 9
http://www.scribd.com/community, diunduh pada 13 Februari 2010 Kamus Inggris-Indonesia
Universitas Sumatera Utara
masing-masing daerah, maka penelitian hidroponik yang dibuat di Kota Medan ini akan disesuaikan dengan karakteristik iklim lokal. Pertanian dengan teknik hidroponik merupakan metode pertanian yang paling intensif dalam perkembangan produksi
industri pertaniaan saat ini. Dengan
kombinasi antara rumah kaca dan penutup pelindungnya, serta menggunakan teknologi canggih. Hidroponik merupakan metode yang sangat produktif, konservatif terhadap tanah dan air serta protektif terhadap lingkungan. Ketertarikan terhadap penggunaan teknologi hidroponik telah meningkat untuk memproduksi ladang pertanian dengan menggunakan media rumah kaca. Pertumbuhan hidroponik di masa yang akan datang sangat bergantung
pada
pengembangan sistem produksi yang kompetitif pada dengan sistem pertanian dengan lahan terbuka. Keutamaan bertani secara hidroponik antara lain adalah penanaman dengan kepadatan yang tinggi, hasil panen yang maksimal, menanam tanpa menggunakan media tanah, terlindung dari pengaruh suhu dan musim, penggunaan air dan pupuk yang lebih efisien, penggunaan lahan yang minimal dan pengendalian produksi dan hama yang berkelanjutan. Beberapa hal di atas dapat memenuhi tujuan akhir proyek ini yaitu pertanian berkelanjutan. 2.1.2 2.1.2.1
Tinjauan Teoritis Hidroponik
1. Sejarah dan Perkembangan Hidroponik telah berkembang secara sederhana sejak zaman Babilonia dengan taman gantung dan suku Aztek dengan rakit rumput. Tahun 1600-an diketahui tanaman yang diairi dengan air berlumpur tumbuh lebih bagus dibanding air bening karena tanaman menyerap sesuatu dari air berlumpur yang berisi nutrisi untuk tanaman. Tahun 1860 Sach dan pada tahun 1861 Knop memperkenalkan susunan hara untuk tanaman yaitu nutrikultur. Tahun 1925 Gericke University, California, memperkenalkan hidroponik di luar laboratorium yaitu yang diperuntukkan tentara Amerika di samudra Pasifik. Bertanam secara hidroponik telah dikenal lebih dari 100 tahun yang lalu. Namun, kepopulerannya baru berlangsung sejak tahun 1936, saat Dr. W.F. Gericke berhasil menumbuhkan
tanaman
tomat
dalam
kolam
berisi
air
dan
nutrien
di
Universitas Sumatera Utara
laboratoriumnya. Hasil percobaan ini membuktikan bahwa sebenarnya yang dibutuhkan tanaman bukanlah tanah, tetapi nutrien yang dilarutkan dalam air. Dr. W.F. Gericke menamakan cara bertanam tersebut dengan istilah aquaculture. Akan tetapi, karena istilah ini telah dipakai untuk menumbuhkan tanaman dan binatang air maka diganti dengan hydroponics. Dalam bahasa Indonesia istilah ini disesuaikan dengan kaidah tata bahasa menjadi hidroponik. Awalnya istlah ini berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata hydros yang berarti air dan ponos yang berarti kerja. Dengan demikian hydroponics atau hidroponik berarti pengerjaan dengan air. Setelah perang dunia II hidroponik berkembang pesat. Dalam penerapannya tidak hanya menggunakan air, tetapi didukung media lain yang bukan tanah sebagai penopang tanaman. Media yang digunakan dapat berupa pasir, kerikil, perlit, zeolit, sabut, kelapa, spon, batu apung, dan sebagainya. Media ini harus steril, tidak memengaruhi jumlah unsur hara yang diberikan, porus, dan dapat menyimpan serta mengairkan air dan udara. Selain perkembangan pemakaian media, jenis penerapan hidroponik tidak terbatas dalam skala laboratorium, tetapi juga untuk skala komersial. Sebelum memasuki skala komersial ini orang melakukannya secara coba-coba terlebih dahulu ataupun masih dalam taraf hobi. Cara hidroponik banyak dipergunakan untuk memproduksi bunga-bungaan, seperti carnation, gladioli, chrysantemum. Hidroponik bunga-bungaan diusahakan oleh Amerika Serikat, Itali, Spanyol, Perancis, Inggris, Jerman, Swedia. Hidroponik sayuran diusahakan di Jepang, Teluk Arabia, Israel, Indonesia. 2. Keunggulan dan Keuntungan Bertanam secara hidroponik banyak dilirik orang karena banyak keuntungan yang dapat diperoleh dibandingkan bertanam secara biasa di tanah. Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dalam berhidroponik adalah sebagai berikut: 1) Sesuai untuk penanaman di tempat yang terbatas Dengan
tidak
memakai
media
tanah,
hidroponik
lebih
efisien
dalam
menggunakan lahan. Umumnya, tanaman hidroponik ditempatkan dalam pot sehingga penempatannya di halaman dan teras, serta diletakkan secara
Universitas Sumatera Utara
bersususn. Dengan demikian hidroponik lebih sesuai untuk daerah perkotaan dimana lahan berkurang untuk pertanian maupun perumahan semakin sempit. 2) Lebih bersih Oleh karena dilakukan tanpa menggunakan tanah maka hidroponik lebih bersih. Bila meenyiram, tdak ada media yang terpercik keluar. Media hidroponik yang berwarna, seperti zeolit yang berwarna kebiruan atau batu apung yang berwarna putih, akan menambah penampilan hidroponik semakin bersih dan menawan. 3) Pemakaian pupuk atau nutrien lebih efisien, awet, dan terkontrol Penggunaan pupuk atau nutrien dalam hidroponik disesuaikan dengan kebutuhan tanaman. Hal ini dapat dilakukan karena sumber unsur hara hanya satu yaitu dari pupuk. Berbeda dengan menanam ditanah yang didalamnya juga terkandung unsur hara. Bila dalam hidroponik pemberian pupuk dilakukan secara berlebihan maka kelebihan pupuk tersebut masih dapat dipakai ulang. 4) Gulma tidak ada, hama dan penyakit lebih sedikit Gulma yang biasanya hidup di tanah tidak mungkin ada dalam media hidroponik. Demikian juga hama dan penyakit yang hidup di tanah kecil kemungkinannya menyerang tanaman hidroponik. Dengan demikian hama dan penyakit dalam tanaman hidroponik lebih sedikit. 5) Kegiatan pemeliharaan lebih sedikit Tidak adanya gulma dan sedikitnya hama dan penyakit menyebabkan kegiatan pemeliharaan lebih sedikit. 6) Hasil produksinya lebih seragam Adanya pengontrolan dalam pemberian pupuk dan pemeliharaan menyebabkan tanaman tumbuh lebih seragam dengan kualitas yang lebih baik dibandingkan tanaman yang ditanam di tanah. 3. Klasifikasi Hidoponik Terdapat bermacam-macam cara klasifikasi, salah satu diantaranya berdasarkan media, yaitu: a. Kultur air (true hydroponics, Dr. Gericke): flood and drain, NFT (Nutrient Film Technic)
Universitas Sumatera Utara
b. Kultur tanpa tanah (soillessculture) atau kultur agregat (aggregate culture): menggunakan medium padat untuk tempat tumbuh tanaman. 1) Kultur pasir (sand culture) atau vermiculite culture 2) Kulturkerikil(gravel culture) –sub irrigation, dikemukakan oleh Dr. A J Cooper dkk. di Glasshouse Crops Research Institute, Inggris pada tahun1960-an c. Aeroponik: medium gas 1. Kultur air
Flood and drain
NFT (Nutrient Film Technic 2. Kultur tanpa tanah atau kultur agregat
Sistem Wick 3. Aeroponik
Aeroponik Sumber: Didik Indradewa Eka Tarwaca SP Gambar 2.1 Klasifikasi hidroponik
4. Media Hidoponik a. Media organik 1) Kelebihan media organik antara lain:
−
1)
Kemampuan menyimpan air dan nutrisi tinggi
2)
Baik bagi perkembangan mikroorganisme bermanfaat (mikroriza dll)
3)
Aerasi optimal (porus)
4)
Kemampuan menyangga pH tinggi
5)
Sangat cocok bagi perkembangan perakaran
6)
Digunakan pada tipe irigasi drip
7)
Lebih ringan
Kekurangan media organik
Universitas Sumatera Utara
1)
Kelembaban media cukup tinggi, rentan serangan jamur, bakteri, maupun virus penyebab penyakit tanaman
2)
Sterilitas media sulit dijamin
3)
Tidak permanen, hanya dapat digunakan beberapa kali saja, secara rutin harus diganti
Contoh: arang sekam, serbuk gergaji, sabut kelapa, akar pakis, vermikulit, gambut dll. b. Media non-organik 2) Kelebihan media non-organik
−
1)
Permanen, dapat dipakai dalam jangka waktu yang lama
2)
Porus, aerasi optimal
3)
Cepat mengatuskan air, media tidak terlalu lembab
4)
Sterilitasnya lebih terjamin
5)
Jarang digunakan sebagai inang bagi jamur, bakteri, dan virus
Kekurangan media non-organik 1)
Bukan media yang baik bagi perkembangan organisme bermanfaat seperti Mikoriza
2)
Media lebih berat, karena umumnya berupa batuan
3)
Terlalu cepat mengatuskan air, nutrisi yang diberikan sering terlindi
4)
Kurang baik bagi perkembangan sistem perakaran
Contoh media non-organik antara lain perlit, rockwool, clay granular, sand, gravel, batu apung, batu bata, batu karang, dll. 1. Media Organik
Media sekam
Media campuran
Media vermikulit
Media sabut kelapa
Media tanam perlit
Media tanam clay-granular
2. Media non organik
Media tanam rockwool Sumber: Didik Indradewa Eka Tarwaca SP
Gambar 2.2 Media tanam hidroponik
Universitas Sumatera Utara
5. Peralatan dan Perlengkapan
Pupuk hidroponik
Nutrisi dan bahan kimia
Tipe penetes dalam drips irrigation
Pompa (udara dan air)
Beberapa tipe springkle
Tipe penetes dalam drips irrigation
Stick penopang penetes
Beberapa tipe timer
Stick penopang penetes
Penunjuk tekanan aliran air pada drips irrigation Sumber: Didik Indradewa Eka Tarwaca SP Gambar 2.3 Peralatan dan perlengkapan hidroponik
6. Tipe tanaman hidoponik 1) Golongan tanaman hortikultura 2) Meliputi: tanaman sayur, tanaman buah, tanaman hias, pertamanan, dan tanaman obat-obatan. 3) Pada hakekatnya berlaku untuk semua jenis tanaman baik tahunan, biennial, maupun annual. 4) Pada umumnya merupakan tanaman annual (semusim). Contoh tanaman hidroponik antara lain: •
Sayuran: selada, sawi, pakchoi, tomat, wortel, asparagus, brokoli, cabai, seledri, bawang merah, bawang putih, bawang daun, terong dll.
•
Buah: melon, tomat, mentimun, semangka, strawberi, paprika dll.
Universitas Sumatera Utara
•
Tanaman hias: krisan, gerberra, anggrek, kaladium, kaktus dll.
•
Pada umumnya merupakan tanaman annual (semusim).
Pada proyek ini jenis tanaman yang akan dikembangkan adalah: 1) Sayuran −
Kelompok selada
Romaine
−
Butterhead
Red Oaklef
Lolo Rossa
Kelompok non-selada
Bayam Hijau
Kangkung
Pak-choi
Caism
2) Buah −
Melon
−
Semangka
−
Strawberry
−
Tomat
−
Timun
−
Cabai
Golden Unique,
Golden Shine
Strawberry
Timun
Red Cluster
Red Unique
Universitas Sumatera Utara
2) Tanaman hias −
Krisan
−
Gladiol
−
Anggrek
Komoditi Sayuran
Buah-buahan
Jenis tanaman Anggrek Gladiol Krisan
Selada Bayam Kangkung Sawi Kubis Melon Semangka Strawberry Timun Cabai Tomat
2002 1.228 Ha 2.474 Ha 1.843 Ha 4.718 Ha 8.699 Ha
Luas panen 2003 1.612 Ha 2.586 Ha 2.042 Ha 6.835 Ha 10.027 Ha
2004 1.492 Ha 2.477 Ha 1.917 Ha 5.313 Ha 7.377 Ha
3.629 Ha 14.009 Ha 5.963 Ha
3.182 Ha 17.345 Ha 6.524 Ha
3.339 Ha 16.518 Ha 4.365 Ha
Tahun 2006 Luas panen Produksi (m²) (tangkai) 1.120.630 10.903.444 743.332 11.195.483 1.939.039 63.716.256
Tahun 2007 Luas panen Produksi (m²) (tangkai) 1.222.102 9.484.393 636.824 11.271.385 4.279.390 66.979.260
Tanaman yang akan dikembangkan diambil sekitar 0,0005% untuk sayuran dan buah-buahan dari produksi yang sudah ada dan 0,005% dari tanaman hias. 2.1.2.2
Laboratorium
1. Klasifikasi Laboratorium a. Berdasarkan buku Building Type Basics for Research Laboratories, Daniel D. Watch, Perkins & Will, terdapat tiga tipe laboratorium yaitu laboratorium swasta, laboratorium pemerintah dan laboratorium pendidikan. 1) Laboratorium swasta Desain laboratorium untuk sektor swasta yang dijalankan oleh perusahaan swasta biasanya melakukan kegiatan dengan kebutuhan untuk memajukan penelitian yang mempunyai potensi untuk memperoleh keuntungan. Perusahaan swasta mengkhususkan penelitian dalam membuat penemuan, menciptakan inovasi dan memperkenalkannya ke pasar juga memperoleh keuntungan dari pemegang saham penelitian. Karena laboratorium swasta
Universitas Sumatera Utara
lebih dijalankan untuk kepentingan memperoleh keuntungan, dibandingkan dengan laboratorium pemerintah dan laboratorium pendidikan, laboratorium swasta lebih ditekankan untuk lebih inovatif dan memiliki keinginan untuk mengeksplorasi lingkungan penelitian yang baru. 2) Laboratorium pemerintah Laboratorium pemerintah melakukan penelitian untuk kepentingan umum. Fasilitas penelitian pemerintah sama dengan laboratorium di sektor swasta, biasanya terdapat hanya atau tidak terdapat lab untuk mengajar. Laboratorium
pemerintah
biasanya
mengikuti
sektor
swasta
dalam
mengembangkan fasilitas dan inovasi baru. 3) Laboratorium pendidikan Laboratorium pendidikan selain mempunyai fasilitas untuk belajar-mengajar tetapi juga mempunyai fasilitas penelitian untuk kepentingan umum atau penelitian
untuk
mengembangkan
potensi
yang
dapat
memperoleh
keuntungan. b. Berdasarkan “Time Savers Standard for Building Type” membagi fasilitas laboratorium menjadi 4 kelas: 1) Laboratorium kelas A Laboratorium khusus untuk penelitian ilmu pengetahuan dasar dan penerapannya seperti biologi, kimia dan fisika. Laboratorium ini didesain dengan tujuan mencegah terjadinya infeksi pada penelitian yang akan dilakukan. 2) Laboratorium kelas B Laboratorium yang digunakan untuk penelitian yang tidak begitu luas seperti laboratorium kesehatan, sosial, psikiatri, epidemilogi, dll. 3) Laboratorium kelas C Lebih banyak digunakan sebagai fasilitas pelengkap untuk gudang barang, kandang dan juga bengkel pesawat. 4) Laboratorium kelas D Jenis laboratorium ini adalah untuk penelitian tertentu yang membutuhkan lingkungan sendiri. Laboratorium jenis ini hanya memiliki satu jenis penelitian seperti penelitian biotron, betatron, ruang hyperbaric, dll.
Universitas Sumatera Utara
Jenis laboratorium yang akan digunakan adalah laboratorium swasta dan dan kelas A, yaitu laboratorium yang digunakan untuk pengembangan penelitian ilmu pengetahuan di bidang pertanian. Untuk kepentingan penelitian hidroponik lab yang dibutuhkan adalah lab fisiologi tumbuhan 10 dan lab patologi tumbuhan. 1) Lab fisiologi tumbuhan Lab fisiologi tumbuhan digunakan untuk meneliti mekanisme yang ditimbulkan oleh
variael
leingkungan
(seperti
air,
nutrisi
mineral,
garam)
yang
mempenganruhi pertumbuhan tanaman. Fasilitas yang disediakan antara lain psychrometers dan pressure bombs untuk tekanan terhadap air; sebuah multichannel
extensiometer
mendeterminasi
pertumbuhan
daun
dan
karakteristik selnya; dan sebuah ruangan untuk mengontrol pertumbuhan tanaman. Selain itu lab fisiologi tumbuhan juga digunakan untuk mengetes bioefficacy dari bahan kimia yang berbeda. Mempelajari toleransi desikrasi, phytotoxicity. Lab ini juga dilengkapi dengan transpiration measurement systems, osmometer, cold centrifuges, plant canopy analyzer and sapflow systems. Working areas: Small area for dangerous substances (wet area) Dry area (small equipment) Large equipment/possibly wet area Writing desk FF&E: Working desks with stoneware or melamine tops Laboratory sink Tall laboratory cupboard Sumber: Research and Technology Buildings Manual Gambar 2.4a1 Layout lab
Sumber: http://www.recourcesdet/ht, http://www.crida.ernet.in/more2.htm Gambar 2.4a2 Lab fisiologi tumbuhan 10
Hasil survey dan wawancara di Fakultas Pertanian USU
Universitas Sumatera Utara
2) Lab patologi tumbuhan Lab ini digunakan untuk mengisolasi, mengkultur dan mengidentifikasi jamur patogen dan bakteri patogen mendeteksi virus daun, menemukan penyakit melalui piranti lunak komputer. Mengembangkan metode bio-control untuk pengendalian
penyakit
tanaman.
Meningkatkan
efisiensi dari fungisida.
Mengontol kerusakan panen dan mengetes bio-efficacy fungisida. Working areas: Small area for dangerous substances (wet area) Dry area (small equipment) Large equipment/possibly wet area Writing desk FF&E: Working desks with stoneware or melamine tops Laboratory sink Tall laboratory cupboard Sumber: Research and Technology Buildings Manual Gambar 2.4b1 Layout lab
Sumber: http://www.recourcesdet/htm Gambar 2.4b2 Lab patologi tumbuhan
2. Persyaratan Bangunan Laboratorium a. Dalam “Himpunan Peraturan Pengelolaan Lingkungan Hidup” menyebutkan bahwa persyaratan bangunan berdasarkan: 1) Jenis kegiatan dan beban laboratorium 2) Jenis, dimensi dan jumlah peralatan 3) Jumlah sumber daya manusia laboratorium 4) Faktor keselamatan 5) Jarak meja analisis dan koridor 6) Rencana pengembangan laboratorium
Universitas Sumatera Utara
b. Lantai laboratorium harus memenuhi persyaratan, yaitu: 1) Permukaannya rata dan halus serta kedap air 2) Tidak bereaksi dengan bahan kimia yang digunakan 3) Mempunyai daya tahan struktur dan mekanik 4) Kompatibel cara kerja di laboratorium dan keamanan personil 5) Anti slip 6) Sambungan papan sebaiknya dihindari, namun bila harus juga digunakan maka pelu ditutup dan terhindar dari penerasi bahan berbahaya 7) Perlu dibuat dan dirancang lubang di lantai untuk mengantisipasi seandainya terjadi tumpahan cairan 8) Resiko terjadinya tumpahan cairan mungkin tidak dapat dihindari sehingga sambungan antara lantai, dinding dan tiang yang terbuka, harus dibuat saluran kecil untuk mempermudah pembersihan c. Dinding di area kerja laboratorium harus mempunyai persyaratan sebagai berikut: 1) Permukaan rata dan halus serta kedap air 2) Tidak bereaksi dengan bahan kimia yang digunakan 3) Mudah dibersihkan d. Langit-langit area kerja laboratorium harus mempunyai konstruksi yang kuat, permukaan yang halus, tidak menyerap bahan kimia, dilapisi eternit, dicat dengan bahan cat yag halus dan mudah untuk dibersihkan, serta berwarna terang. Secara utilitas terdiri dari sistem penghawaan, sistem penerangan, sistem pengadaan air bersih dan tata ruang. Sistem penghawaan terdiri dari 2 cara: e. Lemari asam, digunakan untuk keamanan bagi pelaksana laboratorium saat melakukan pekerjaannya dan juga untuk personil laboratorium lainnya. Secara
teknis,
alat
ini
bekerja
dengan
cara
menangkap
uap,
mengencerkannya dan membuang semua resid yang bisa menyebabkan kontaminasi udara, khususnya yang mengandung bahan berbahaya. Efisiensi dan keamanan dari alat ini tergantung pada kelancaran udara yang masuk, daya tampung efektif, pemilihan kontaminan udara dari raungan, hal tersebut berkaitan dengan mekanisme pergerakan udara dan sistem pengahawaan, bahan yang dipakai dalam konstruksi, sistem pembuangan kontaminan dan keamanan serta radius penyebaran kontaminan ke atmosfir.
Universitas Sumatera Utara
f.
Sistem penghawaan 1) Sistem penghawaan alami yaitu sistem yang dilengkapi: −
Ventilasi terbuka yang memiliki luas minimal 10% dari luas lantai diding dan letaknya berseberangan agar terjadi perubahan udara yang memadai.
−
Proses laboratorium dan instrumentasi yang tidak memiliki kontrol temperatur dan kelembaban yang wajib dipenuhi sesuai dengan metode tertentu.
−
Ventilasi alamiah tidak digunakan sebagai cara utama untuk pengenceran kontaminan atau kontrol.
−
Ventilasi laboratorium terpisah dari ruangan non-laboratorium. Partisi antar laboratorium dan non-laboratorium tidak mempunyai akses terbuka dan tidak ada pintu.
2) Sistem mekanik, yaitu sistem penghawaan mekanik untuk laboratorium yang dirancang sebagai berikut: −
Memenuhi kecepatan suplai udara minimum.
−
Dilengkapi dengan ventilasi exhaus lokal sesuai dengan As 1668.2 dan kebutuhan proses khusus yang dihasilkan di laboratorium.
−
Mencegah dispersi yang tidak terkontrol dan akumulasi udara yang berbahaya.
−
Mencegah pencampuran resirkulasi udara dengan udara lain untuk suplai area non-laboratorium.
3) Sistem penghawaan buatan, kebutuhan AC diperhitungkan berdasarkan perhitungan 1 PK untuk 20 m². Penggunaan AC terutama ditujukan untuk memperoleh suhu optimal yang dibutuhkan dalam proses pengukuran dan pengujian serta untuk memberikan perlindungan terhadap alat-alat instrumentasi serta ruang-ruang lain yang tidak memungkinkan memakai penghawaan alami maupun mekanik. g. Sistem penerangan laboratorium, harus dilengkapi dengan pencahayaan yang memenuhi nilai iluminasi yang direkomendasikan dalam AS 1680.1. Sistem penerangan terdiri dari 2 jenis, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1) Sistem penerangan alami, yaitu sistem yang memanfaatkan cahaya matahari dengan jarak jangkauan sinar (sky light) dan ruang tepi berkisar antara 6-7,5 m. 2) Sistem penerangan buatan (listrik),
diperlukan untuk
membantu
penerangan ruangan terutama pada malam hari. Standar minimal penerangan adalah LUX (lumen/m²) atau 5 watt/ m², kebutuhan listrik lingkungan laboratorium sebaiknya 40 kVA. Sebagai cadangan sumber listrik mati diperlukan generator set yang disesuaikan dengan kebutuhan laboratorium. h. Sistem pengadaan air bersih, kebutuhan air bersih yang dipakai untuk kegiatan laboratorium dan staff diperkirakansekitar 50-100 liter/orang/hari. i.
Tata ruang, pembagian ruang terdiri dari bagian administrasi, laboratorium dan bagian penunjang. Bagian administrasi terdiri dari ruangan yang terdiri atas ruang pimpinan, tata usaha, penerimaan contoh, pengelolaan data, ruang rapat, perpustakaan dan penyimpanan arsip.
3. Tipikal laboratorium −
Lab single corridor
S umber: Laboratory Design Guide Gambar 2.4c Lab single corridor
Universitas Sumatera Utara
−
Lab double corridor
Sumber: Laboratory Design Guide Gambar 2.4d Lab double corridor
2.1.2.3
Greenhouse
Istilah Greenhouse berasal dari kata “green” yang berarti hijau dan ”house” yang berarti rumah. Jadi, istilah itu biasa diterjemahkan sebagai rumah hijau. Selain itu, penamaan ini juga disebabkan oleh adanya tanaman yang ditanam di dalamnya yang terlihat hijau dari luar karena diding greenhouse yang tembus pandang, (tembus cahaya) dengan memanfaatkan radiasi matahari untuk pertumbuhan tanaman. Pengertian “green house” di negara empat musim pada umumnya mengacu pada suatu bentuk naungan dengan atap kaca. Greenhouse tersebut biasanya dibuat permanen dari bahan-bahan yang kuat dan awet , serta dilengkapi dengan peralatan canggih seperti heater, blower, alat penyiram otomatis dan lainnya. Greenhouse dapat menciptakan iklim mikro yang diinginkan. Di daerah tropis, greenhouse berfungsi sebagai pelindung tanaman terhadap curah hujan dan sinar matahari yang berlebihan. Selain itu greenhouse juga mempunyai fungsi tambahan seperti: 1)
Menghindari terpaan air hujan yang dapat merusak tanaman.
2)
Menghindarkan lahan dari kondisi yang becek.
3)
Mencegah masuknya air hujan ke dalam media tumbuh (karena dapat mengencerkan larutan hara).
4)
Mengurangi intensitas cahaya yang masuk sehingga daun tidak terbakar pada saat terik.
5)
Mengurangi tingkat serangan OPT.
6)
Fotosintesis dapat berlangsung sempurna.
Universitas Sumatera Utara
1. Gambaran Umum Greenhouse Ilkim mikro ysng diinginkan pada sebuah greenhouse juga bertujuan untuk meningkatkan hasil budidaya tanaman baik secara kualitas maupun kuantitas. Sebuah rumah kaca pada daerah subtropis harus dilengkapi dengan alat pengatur iklim, sedangkan di daerah tropis seperti di Indonesia, yang harus dipenuhi oleh sebuah greenhouse adalah melindungi tanaman dari guyuran hujan, tiupan angin yang langsung dan intensitas sinar matahari yang berlebihan. Lebar standar untuk rumah kaca komersil berdasarkan penelitian di Belanda adalah 3.2 m, 6.4 m, 9.6 m dan seterusnya. Ukuran ini dinilai efisien dari segi produktivitas dan kenyamanan kerja. Selain itu dengan ukuran tersebut, penggunaan rumah kaca dapat bersifat fleksibel yaitu dapat digunakan untuk berbagai jenis tanaman, seperti tanaman buah, bunga ataupun sayuran. Rumah kaca berbentuk rumah lebih cocok diterapkan pada daerah yang bersuhu panas, karena mempertimbangkan pertukaran udara dalam ruangan melalui lubang ventilasinya. Sedangkan pada daerah dataran tinggi dengan suhu udara yang relatif dingin, rumah kaca sebaiknya berbentuk hanggar. Greenhouse lebih efektif diterapkan pada daerah dengan topografinya merata, karena mempertimbangkan produksi pembuatan rumah kaca lebih mudah dan murah di daerah yang topografinya rata daripada daerah yang topografinya yang bergelombang, selain itu juga mempertimbangkan penerimaan cahaya matahari yang lebih merata. Yang utama daripada pembangunan greenhouse adalah harus mendapatkan sinar matahari yang cukup dari pagi sampai sore, ini berarti bahwa greenhouse tidak boleh terhalang oleh bangunan yang lain atau kerindangan pohon yang dapat menghalangi cahaya matahari. Selain itu bahan atap greenhouse tidak hanya dapat dibuat dari kaca, salah satu pertimbangannya adalah biaya. Pemilihan bahan untuk atap juga bertujuan untuk menyeseuaikan dengan kebutuhan tanaman terhadap iklim yang berbeda (terutama kebutuhan sinar matahari). 2. Klasifikasi Greenhouse a. Klasifikasi greenhouse (berdasarkan bahan atapnya)
Universitas Sumatera Utara
1) Greenhouse kaca Greenhouse kaca mempunyai kelebihan dari greenhouse dengan material lain, kelebihannya adalah awet, tahan terhadap curah hujan dan sinar matahari, kuat dan bersifat permanen. Namun greenhouse kaca biayanya lebih mahal, maka penggunaanya juga terbatas misalnya untuk kegiatan penelitian.
Gambar 2.4e Greenhouse dengan atap kaca
Jenis kaca yang dapat digunakan adalah single strength, double strength, heavy strength, polished plate dan heavy plate. Namun yang sering digunakan adalah double stregth. Jenis kaca pada umumnya yang sering digunakan di Indonesia adalah yang mempunyai ketebalan 2-5 mm, yang dapat menyerap sinar matahari 80%. Penggunaan kaca untuk atap mempunyai beberapa kelebihan. Salah satu kelebihannya adalah mampu meneruskan cahaya matahari yang diterimanya dengan presentasi cukup tinggi. Dari 100% sinar matahari yang diterima kaca, bagian terbesar diteruskan 90-92% dan sebagian dipantulkan 8-10%. Selain itu dapat mengurangi intensitas cahaya matahari yang masuk, atap kaca juga mempunyai sifat selektif terhadap spektrum cahaya tertentu, sekaligus dapat mengurangi permeabilitasnya. Dengan demikian, akan terbentuk iklim mikro yang khas. 2) Greenhouse plastik Jenis rumah kaca ini sering digunakan untuk kepentingan komersial, karena materialnya yang murah namun dapat juga digunakan untuk melindungi tanaman yang terdapat di dalamnya dari faktor-faktor iklim. Jenis plastik yang sering digunakan antara lain plastik UV, plastik film, polyethylene, polyethylene terepthalate, PVC (polyvynyl chloride), rigid PVC, PVF (polyvynyl fluoride), FRP (fiberglass reinforced plastic) dan sebagainya. Dan yang sering digunakan di Indonesia adalah jenis plastik UV dan fiberglass. −
Plastik UV (ultra violet)
Universitas Sumatera Utara
Intensitas sinar matahari yang dapat diteruskan plastik jenis ini adalah 80%. Jenis plastik UV yang umumnya diperdagangkan di Indonesia untuk kebutuhan greenhouse adalah jenis UV 6%, 8% dan 12% dengan ketebalan sekitar 0.15 mm. −
Plastik UV (ultra violet)
Jenis plastik ini terbuat dari akrilik atau polyester. Seperti jenis plastik lain, fiberglass juga transparan dan tahan terhadap pelapukan hkan oleh bahan kimia sekalipun. Dalam pemakaiannya, fiberglass relatif lebih tahan dari bahan lainnya. Penggunaan rumah plastik di Indonesia mempunyai keterbatasan, terutama di dataran rendah. Efek rumah kaca dapat meningkatkan suhu di dalam rumah plastik yang akan memberikan lingkungan yang kurang cocok karena suhu terlalu tinggi disamping kelembaban tinggi. Sehingga pada umumnya rumah plastik yang ada di Indonesia ditujukan untuk perlindungan tanaman dari faktorfaktor lingkungan yang kurang cocok bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman, dan terhadap ganguan hama dan penyakit. Dinding rumah plastik biasanya terbuat dari kassa atau screen dengan tingkat kejarangan 1mm x 1mm berwarna hijau. Dindingnya hanya menutupi 2/3 bagian bawah tiap sisi rumah plastik. Penutupan dinding yang hanya 2/3 ini dimaksudkan untuk mendapatkan sirkulasi udara dari lingkungan luar sehingga suhu di dalam rumah plastik tidak terlalu tinggi.
Gambar 2.4f Rumah plastik
Betuk rumah plastik di atas adalah bentuk rumah plastik yang banyak digunakan di Indonesia. Bentuknya umum disebut rumah plastik monitor yaitu rumah plastik
Universitas Sumatera Utara
dengan tipe atap berganda atau model rumah plastik piggi back. Sedangkan berdasarkan klasifiksi Nelson termasuk dalam bentuk even-span yaitu rumah plastik yang kedua atapnya membentuk sudut tertentu dengan lebar dan tinggi yang sama. Bentuk ini cukup bagus untuk daerah tropis dilihat dari segi pemanfaatan cahaya matahari. Bentuk ini juga cukup baik untuk daerah musim dingin karena memudahkan salju berlalu dari atap rumah plastik. Sejumlah energi radiasi yang memasuki rumah plastik sebagian dipantulkan oleh bermacam-macam permukaan di dalam struktur bangunan dan dilakukan keluar menembus penutup. Sisanya akan diserap oleh tanaman, tanah, benda yang ada dalam rumah plastik. Energi akan dikeluarkan sebagai panas laten oleh transpirasi, hal tersebut memanasi udara rumah plastik oleh konduksi dan konveksi intrenal, atau hal itu diemisikan sebagai gelombang pendek, mengalami perubahan ketika diserap dan dikonversi menjadi bahang, dan suatu bagian dari yang ada saat itu adalah radiasi gelombang panjang yang terperangkap di dalam struktur tanaman. Kejadian terperangkapnya gelombang panjang di dalam rumah plastik, dan meningkat temperatur udara di dalam ruangan di kenal sebagai efek rumah kaca.
Gambar 2.4g Keseimbangan radiasi dan pemanasan pada rumah plastik (Tinus dam Donal, 1979)
3) Greenhouse paranet Paranet terbuat dari bahan yang mengandung polyethylene dan dibuat dengan cara dianyam. Sebenarnya paranet lebih sring digunakan sebagai shading (peneduh) tanaman untuk mengirangi sinar matahari yang diterima. Paranet untk atap dapat diterapkan pada greenhouse kaca. Di Indonesia paranet banyak digunakan sebagai atap ledhouse yaitu bangunan pelindung tanaman. Jenis paranet yang dierdagankan antara lain paranet 55%, 65% dan 75%.
Universitas Sumatera Utara
4) Greenhouse asbes Keuntungannya adalah mudah untuk mendapatkannya. Dibanding dengan kaca, asbes memiliki resiko yang lebih rendah. Namun sifat asbes yang menyimpan panas dalam waktu lama menyebabkan bahan ini tidak dapat dipakai untuk melindungi seluruh jenis tanaman, hanya tanaman yang tahan panas saja yang dapat diletakkan didalamnya. 5) Greenhouse kasa Tipe greenhouse seperti ini akan menghasilkan sinar masuk yang sangat optimal buat produksi sayuran atau bunga. Sumber: Yustina Erna Widyastuti
b. Klasifikasi greenhouse (berdasarkan bentuk) 1) Campuran (single span dan multispan) Desain tipe ini boleh dikatakan adalah campuran antara tipe tunnel dengan tipe piggy back. Dari desainnya terlihat tampak, bahwa tipe ini seakan-akan paduan (hybrid) antara tipe tunnel dengan tipe piggy back. Karena itu, maka tipe green house ini memeliki kelebihan dari tipe tunnel dan tipe piggy back, yaitu strukturnya kuat tetapi tetap memiliki ventilasi yang maksimal.. Kelebihan lain dari tipe ini adalah beberapa unit green house (single span) dapat disatukan menjadi satu blok green house besar (multi span) dimana hal ini sulit dilakukan pada greenhouse tipe tunnel. Dibandingkan tipe piggy back, selain struktur lebih kuat biaya pembuatan tipe campuran ini lebih hemat. Sehingga pada bidang kegiatan yang membutuhkan greenhouse luas, maka tipe multispan adalah tipe yang paling sesuai.
Gambar 2.4h Rumah kaca tipe campuran
Universitas Sumatera Utara
Tipe ini dari depan tampak seperti lorong setengah lingkaran. Kelebihannya adalah memiliki struktur sangat kuat. Atapnya yang berbentuk melengkung kebawah merupakan bentuk yang sangat ideal dalam menghadapi terpaan angin. Sementara struktur busur dengan kedua kaki terpendam ketanah memegang bangunan lebih kuat. Kelemahan dari tipe ini adalah minimnya system ventilasi. Jika digunakan pada daerah tropis dibutuhkan alat tambahan berupa exhaust fan atau cooling system untuk mengalirkan dan menurunkan suhu udara di dalam green house.
Gambar 2.4i Rumah kaca tipe tunnel
2) Piggy back Green house tipe ini banyak digunakan di daerah tropis, dapat dikatakan tipe ini adalah tropical greenhouse. Keunggulan tipe ini pada ventilasi udara yang sangat baik. Banyak memiliki struktur bukaan, sehingga memberikan lingkungan mikroklimat yang kondusif bagi pertrumbuhan tanaman. Selain memiliki keunggulan, banyaknya struktur bukaan, merupakan kelemahan dari tipe ini. Pada daerah dengan tiupan angin yang kuat green house tipe piggy back
kurang
disarankan.
Karena
dengan
banyaknya
struktur
terbuka
menyebabkan struktur rentan terhadap terpaan angin. Selain itu dari segi biaya dengan penggunaan material atap sama, greeen house tipe ini relatif lebih mahal dibanding tipe lain karena penggunaan material struktur lebih banyak.
Gambar 2.4j Rumah kaca tipe Piggy back
Universitas Sumatera Utara
Lokasi Proyek
2.2
Pada pembahasan ini akan diuraikan tentang deskripsi/tinjauan lokasi proyek. 2.2.1
Kriteria Pemilihan Lokasi Proyek
Dalam penentuan lokasi, menurut Hari (2003) ada beberapa kriteria sebagai berikut: −
Sumber bahan baku.
−
Ketersediaan tenaga kerja.
−
Lokasi pemasaran produk.
−
Keunggulan relatif lainnya, ketersediaan tenaga listrik, air, sarana transportasi dan sebagainya.
2.2.1.1
Tinjauan terhadap Struktur ruang Kota
Sebagai sebuah sarana yang dibangun di dalam sebuah kota ada baiknya proses perencanaannya perlu diperhatikan sehingga tidak menggangu tata guna lahan yang telah direncanakan untuk sebuah wilayah kota. Sebagai sebuah sarana penelitian, maka pusat penelitian hidroponik tersebut harus direncanakan di wilayah yang secara tata guna lahan memang diperuntukkan bagi pengembangan pendidikan. Tabel 2.1 Pembagian Wilayah Pengembangan dan Pembangunan (WPP) Kota Medan WPP
Cakupan Kecamatan
Pusat Pengembangan Belawan
A
1. Kec. Medan Belawan 2. Kec. Medan Marelan 3. Kec. Medan Labuhan
B
Kec. Medan Deli
Tanjung Mulia
C
1. Kec. Medan Timur 2. Kec. Medan perjuangan 3. Kec. Medan Tembung 4. Kec. Medan Area 5. Kec. Medan Denai 6. Kec. Medan Amplas
Aksara
Sasaran Peruntukkan Pelabuhan, industri, pemukiman, rekreasi, maritim, usaha kegiatan pembangunan jalan baru, jaringan air minum, septic tank, sarana pendidikan Kawasan perkantoran, perdagangan, rekreasi indoor, pemukiman, pembangunan jalan baru, jaringan air minum, pembuangan sampah, dan sarana pendidikan Pemukiman, perdagangan, dan rekreasi, pembangunan sambungan air minum, septic tank, jalan baru, rumah permanen, sarana pendidikan dan kesehatan
Universitas Sumatera Utara
D
1. 2. 3. 4. 5.
Kec. Medan Johor Kec. Medan Kota Kec. Medan Baru Kec. Medan Maimoon Kec. Medan Polonia
Inti Kota
E
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kec. Kec. Kec. Kec. Kec. Kec.
Sei Sikambing
Medan Barat Medan Petisah Medan Sunggal Medan Selayang Medan Tuntungan Medan Helvetia
Kawasan perdagangan, perkantoran, rekreasi indoor dan pemukiman, dengan program kegiatan pembangunan perumahan permanen, penanganan sampah dan sarana pendidikan Kawasan pemukiman, perdagangan, dan rekreasi dengan program kegiatan sambungan air minum, septic tank, jalan baru, rumah permanen, sarana pendidikan dan kesehatan
Sumber: RUTRK Kodya Tk II Medan 2005
Berdasarkan dari tinjauan struktur kota, untuk kasus proyek ini lebih cocok di kawasan WPP E, yaitu: Kec. Medan Barat, Kec. Medan Petisah, Kec. Medan Sunggal, Kec. Medan Selayang, dan Kec. Medan Tuntungan. Dalam hal ini lokasi diambil di kawasan Medan Tuntungan yang merupakan gerbang Kota Medan. 2.2.1.2
Pencapaian
Pencapaian menuju lokasi sangat mudah. Tidak ditemukan titik kemacetan di kawasan WPP E. Sasaran pengguna adalah tenaga kerja yang akan bekerja di lokasi proyek dan pengunjung yang akan datang di lokasi proyek. Pencapaian masuk dan keluar didukung oleh transportasi berupa angkutan umum di jalan ateri yaitu Jl. Letjen. Jamin Ginting. 2.2.1.3
Status Kepemilikan
Pembangunan fasilitas pusat penelitian hidroponik merupakan tanggung jawab dan bagian perencanaan dari badan swasta yang mempunyai fokus di bidang pertanian dan atas dasar kerja sama dengan Food and Fertilizer Technology Center yaitu badan mengembangkan penelitian di bidang pertanian dengan jangkauan AsiaPasific.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2
Analisis Pemilihan Lokasi
Berikut akan diuraikan tentang analisis pemilihan lokasi yang tepat untuk pusat penelitian hidroponik. 2.2.2.1
Alternatif Pemilihan Lokasi
Site 3
Site 2
Utara Site 1 Sumber: Peta Kota Medan Gambar 2.5a Kecamatan Medan Tuntungan
2.2.2.2
Penilaian Alternatif Lokasi
Ketiga alternatif lokasi ini akan dinilai untuk mendapatkan lokasi perancangan yang tepat. Tabel 2.2 Penilaian alternatif lokasi Penilaian Lokasi Peruntukan site (RUTRW)
Site 1 Jl. Letjen Jamin Ginting A
Site 2 Jl. Bunga Lou
Site 3 Jl. Bunga Stela
A
A
Universitas Sumatera Utara
Kondisi lahan Pencapaian Utilitas Akses perairan Jarak terhadap permukiman Aksessibilitas moda transportasi Kebisingan Luas lahan Sirkulasi
A A A A A
A B A B B
C B A B A
A
B
B
B ± 2,7 ha Kendaraan kecil dan pejalan kaki
B ± 2 ha Kendaraan kecil dan pejalan kaki
B ± 2 ha Kendaraan kecil dan besar, pejalan kaki Sumber: Hasil olah data primer Keterangan: A = Baik B = Sedang C = Kurang Baik
Berdasarkan potensi kawasan yang ada dan juga berbagai pertimbangan atas dasar kriteria pemilihan lokasi proyek maka lokasi tapak di Jl. Letjen Jamin Ginting Kecamatan Medan Tuntungan dipilih menjadi lokasi proyek. 2.2.3
Kondisi Eksisting Lokasi Proyek
Lokasi proyek
: Jl. Letjen Jamin Ginting
Batas-batas tapak −
Utara
: permukiman, lahan kosong
−
Timur
: permukiman, area komersil
−
Selatan
: gerbang Kota Medan
−
Barat
: permukiman, lahan kosong
Luas tapak Tugas Akhir
: 2 ha
Garis sempadan jalan
: 4 meter
BCR/KDB
: 60%
Zoning tapak
: permukiman, area komersil
Universitas Sumatera Utara
Utara
Sumber: Peta Kota Medan Gambar 2.5b Lokasi tapak usulan di Kecamatan Medan Tuntungan
Utara
Sumber: Google Earth Gambar 2.5c Foto udara tapak di Jl. Letjen Jamin Ginting
Untuk lebih menjelaskan keadaan atau suasana tapak dapat dilihat pada gambar di bawah berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
11 6
5
7 8 9
4 3 2
10
1
1. Gerbang Kota Medan
2. Warung
3. Toko kelontomg
4. Gereja
5. Jl. Letjen Jamin Ginting
6. Permukiman
7. Jalan kecil di samping tapak
8. Permukiman
9. Permukiman
10. Pertigaan menuju terminal sayuran
10. Tapak berupa lahan permukiman
Sumber: Hasil olah data primer Gambar 2.5d Lokasi tapak dan suasana
Berdasarkan analisa terhadap lokasi, lokasi merupakan yang paling sesuai untuk dijadikan sebagai site plan untuk Medan Hydroponic Reseach Center, karena: 1)
Lokasi sangat strategis, berada perbatasan Kota Medan.
2)
Lokasi lahan diperuntukkan untuk pengembangan pendidikan.
3)
Arus sirkulasi dan pencapaian cukup baik, dapat ditempuh melalui kendaraan umum maupun kendaraan pribadi.
Universitas Sumatera Utara
4)
Berdekatan dengan terminal sayuran.
5)
Sirkulasi kendaraan yang tidak mengalami kemacetan.
2.3
Studi Banding Proyek Sejenis
1. Donald Danforth Plant Science Center, St. Louis, Missouri, USA Client Architects Completion Net floor area Cubic content
: Donald Danforth Plant Science Center : Nicholas Grimshaw & Partners : 2001 : 15,500 m² : 62,000 m³ (greenhouses not included)
Donald Danforth Plant Science Center adalah sebuah lembaga penelitian non-profit yang berdiri secara independen dan bekerja sama dengan sebuah lembaga penelitian besar yang mempunyai fokus di bidang pertanian. Badan ini mempunyai tujuan untuk mengembangankan dan meningkatkan standar nutrisi dan kesehatan manusia sebaik efisiensi dari produksi pertanian. Di tengah kompleks yang simetris terdapat sebuah penutup atrium di sepanjang bangunan. Ruang ini berfungsi sebagai akses terbuka untuk semua orang dan merupakan pusat tempat berkomunikasi internal dan eksternal. Kantor dan laboratorium disusun berdasarkan kebutuhan servis mesin antara atrium timur dan barat. Bangunan dibuat dengan bahan yang terbuka dan transparan, dengan atrium yang diberi bahan kaca. Cahaya alami dapat masuk ke atrium melalui atapnya yang transparan. Sirkulasi vertikal seperti halnya sirkulasi horizontal antara area publik dan area riset dihubungkan dengan galeri terbuka, jembatan penghubung dan dua tangga “Jacob”. Di bagian selatan, terdapat kanopi kantilever yang lebar di pintu masuk utama. Kanopi berfungsi sebagai penyaring sinar matahari langsung dari bagian bangunan depan yang berbahan kaca, sehingga panas yang masuk ke ruangan akan berkurang. Kombinasi antara atap transparan dan kanopi, dan sebbuah kolam air yang menimbulkan refleksi menyeimbangkan suhu bangunan. Di bagian utara, bangunan memanfaatkan tapak yang miring untuk mengakomodasi sumur bawah tanah yang dilindungi dari keadaan iklim luar. Terdapat green roof yang menyediakan insulasi termal. Dengan barisan greenhouse yang klasik membuat hubungan bangunan utara dan selatan sangat sempurna. Bangunan dibuat dengan struktur yang diperkuat dengan beton dan dengan insulasi termal dan pelinding hujan terracota dengan substruktur bahan aluminium.
Universitas Sumatera Utara
Kombinasi dari teknologi canggih dan tradisional, material alami akan mendukung gagasan dan tujuan dari pusat riset tersebut.
1. Gound Floor
3. Cross Section facing north
4. Longitudinal Section with greenhouses and plant growth chambers
5. Lab Interior
6. Building Eksterior Sumber: Research and Technology Buildings Manual Gambar 2.6 Donald Danforth Plant Science Center
Universitas Sumatera Utara
2. Graz Research Centre of the Austrian Academy of Sciences, Graz, Austria Client Architects Completion Net floor area Cubic content
: Österreichische Akademie der Wissenschaften : Architectenbureau cepezed b.v. : 1998 -2000 : 6,000 m² : 23,600 m³
Pusat riset ini mengakomodasi salah satu bagian dari Institute for Space Science, the Institute of Biophysics and X-ray Structure Research seperti halnya lima tim proyek yang bergerak di bidang kemanusiaan. Parameter desain utama untuk konsep desain merupakan kebutuhan ruang yang berbeda. Bangunan ini mempunyai fleksibilitas yang tinggi dan ukuran institut yang beragam, area komunikasi internal dianggap sebagai hal yang penting. Di dalam bangunan, terdapat koridor single-loaded yang menyediakan akses menuju kantor yang bersifat pribadi yang dapat menerima cahay alami. Kantorkantor tersebut dirancang dengan layout dan geometri yang tidak biasa dan sangat kontras di bagian sayap yang menghasilkan orientasi, pandangan, lingkungan dan pencahayaan yang sangat privat. Lansekap ekterior meningkatkan kualitas ini. Atrium dikelilingi oleh galeri yang didukung dengan area komukasi internal untuk konsep bangunannya. Atrium tersebut merupakan simpul sirkulasi pusat yang berisi tangga utama yang menyediakan akses menuju galeri. Ruangan untuk rapat dan untuk percakapan yang bersifat informal diletakkan ujung sayap; ruang servis diletakkan di bagian interseksi sayap. Basemen yang di bawah atrium digunakan secara bersama-sama untuk fungsi perpustakaan, kantin dan ruang seminar. Fasad dibuat dengan komponen yang solid dan transparan: secara termal diinsulasi oleh panel beton yang berpenutup alumunium dan elemen kaca yang diberi finishing atau panel alumunium yang movable yang juga digunakan sebagai jendela, dinding atau alat pelindung dari panas. Di area kerja, biasanya panel-panel tersebut digunakan sebagai sumber panas dan panel power listrik. Untuk keseluruhan, struktur bangunannya terdiri dari elemen pracetak-untuk lantai tambahan-elemen sandwich yang tinggi yang dipasangi dengan finishing yang lengkap di bagian lain. Atrium bagian dalam membuat penggunaan efek kumpulan termal untuk ventilasi alami dan dapat memasukkan pengudaraan malam melalui ventilasi louver selama musim panas.
Universitas Sumatera Utara
1. Gound Floor
2. First Floor
3. Third Floor
4. Longitudinal Section
5. Eksterior and atrium
6. Building Eksterior Sumber: Research and Technology Buildings Manual Gambar 2.7 Österreichische Akademie der Wissenschaften
Universitas Sumatera Utara
2. Degussa Construction Chemicals Competence Centre Trostberg, Germany Client Architects Construction period Total floor area Cubic content
: Degussa Construction Chemicals GmbH : Raupach + Schurk Architekten : 2001-2002 2 : 9,500 m 3 : 50,500 m
Pusat berada kira-kira di dekat Technical University Munich, dimana memudahkan perusahaan menemukan bantuan dan sponsor untuk posisi universitas dalam kimia konstruksi. Sayap di sekitar utara dari pusat mengakomodasi fasilitas untuk posisi ini, bagian sekitar selatan yaitu area gedung penelitian dari Degussa Construction Chemicals GmbH. Pusat memperkuat posisi lokasi Trostberg, membentuk kerja yang atraktif, dan memperkuat gambaran perusahaan melalui arsitektur yang tidak konvensional. Pengecualian bentuk dari pusat membentuk ciri khas dari identitas dan tempat secara pasti mendukung strategi pemasaran Degusa dan identitas korporasi. Pusat penelitian tersebut terletak di area tua Degusa Selatan dari Trostberg. Lokasinya dibentuk oleh taman dari bangunan sebelumnya dan jalur kereta sepanjang sungai Alz. Pusat kota bersejarah berada di seberang dari sungai tersebut. Arsiteknya ingin mempertahankan area hijau yang baik dari eksisting taman dan memposisikan bangunan baru pada bagian sisi utara dari area kota bersejarah. Area tersebut terbentang sepanjang rel kereta dan pada orientasi serata fasadenya. Bangunannya terdiri dari stuktur baja dengan bentang 30 m; yang didasarkan atas grid stuktur dasar 7.2 m dan grid interior 1.2 m. Bangunan tersebut menerima insulasi tinggi, kaca penuh double fasade dengan u-value 1.0. di bawah kulit fasade, sebuah penelitian lansekap memecah kosep keuda desain layout baru dan realisasi arsitekturalnya. Dan intinya berupa multi struktur multi tingkat yang mengakomodasi laboratori, kantor, dan area sekunder. Penurunan level membuat pengoptimalan sinar matahari masuk dan menarik vies yang baik dari lansekap dan kota yang berada disekelilingnya. Bangunan tersebut diakses dari dua entrance pada area yang berbeda. Kedua entrance tersebut terhubung ke pusat area foyer, yang mana kedua koridor tersebut mengarahkan ke tiap-tiap sirkulasi utama. Dua tangga utama dan sebuah lift core yang menyediakan akses vertikal; area keluar tamabhan disediakan melalui jalan keluar dari akhir gable. Sistem sirkulasi ini menciptakan sebuah rencana layout yang jelas yang menyediakan orientasi yang baik dan mengurangi jarak antara ruang individual.
Universitas Sumatera Utara
Sebuah pusat, zona servis linear dengan jelas membagi bangunan dalam dua bagian, sebuah laboratorium dan sebuah area manajemen. Ruang laboratorium dan ruang servis dilayani melalui dua instalasi dinding yang ganda terhubung ke ruang tanam di basement dan lantai paling atas. Konsep sustainable dari area tersebut terefleksi dalam mesin bangunan tersebut. Pembukaan pada bagian atas dan bawah menciptakan ventilasi natural.vegetasi interior secara pasti mempengaruhi energi dan keseimbangan kelembutan serta mengurangi suhu dan konsumsi energi. Stuktur terrace membuat sinar matahari masuk ke dalam semua labaoratorium dan area kantor. Bangunan tersebut menggunakan pendingin core melalui bentuk massanya, menggunakan ducting yang tersembunyi. Keseluruhan konsumsi energi dikurangi dari pertukatan panas dan penggunaan energi pasif seperti angin, air dan cahaya alami. Air hujan dikumpulkan melalui sebuah celah di bagian depan fasade. Pada fasade timur, struktur kaku utama dari bangunan diubah menjadi kolom dan balok fasade dengan tambahan proteksi solar. Mengeluarkan udara dari exhaust dengan pemipaan yang tersembunyi pada ruang tanaman dan laboratorium kimia. Dua tingkat kotak yang keluar dari core solid menandakan entrance dari sisi ini. Komposisi dari fasade tersebut dari gable end nya membuat interior layoutnya. View yang baik dari luar dan kedalam bangunan, area yang tersembunyi dan keluar, interios mediteranian dan bukit dari Bavarian Alps diluar menciptakan area singular yang secara reguler membuat stage pertunjukan budaya.
1. Gound Floor
2. Top Floor with plant concept
3. Cross Section
4. Perspektive
Universitas Sumatera Utara
5. Esterior and atrium
6. Interior
Universitas Sumatera Utara
7. Building Eksterior Sumber: Research and Technology Buildings Manual Gambar 2.8 Degussa Construction Chemicals Competence Centre Trostberg, Germany
Pet Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara