3 BAB 2 DATA DAN ANALISA
2.1. Data dan Literatur Data dan literatur dalam memperoleh informasi yang mendukung proses perancangan serial animasi anak Buku Harian Kiki diperoleh dari sumber: a. Kepustakaan: buku-buku referensi yang berhubungan dengan topik. b. Survey: survey online c. Internet: website, jurnal/blog, forum, artikel, profile instansi.
2.1.1. Pemilihan Media Dalam menyampaikan informasi dan pengetahuan kepada anak dapat dilakukan melalui berbagai media, di antaranya seperti buku cerita, komik, majalah, film animasi atau kartun baik berupa film pendek, film layar lebar, maupun serial.
2.1.2. Data Umum Serial Definisi umum serial ialah suatu cerita yang diceritakan secara bertahap dan berurutan dengan pokok permasalahan yang berkelanjutan dan periodik.
Sejarah Serial Gagasan dari suatu cerita diceritakan dalam bentuk serial berawal dari kisah One Thousand and One Night (Arabian Night) atau di Indonesia
4 lebih dikenal dengan Kisah 1001 Malam, yang terdiri atas sebuah rangkaian dari beberapa cerita yang diserialisasikan. Berkisah tentang Sheherazade, seorang ratu Persia yang bercerita kepada Raja Shahriyar, dan ia harus membuat suaminya itu terus tertarik dengan setiap ceritaceritanya, demi mencegah dirinya dieksekusi pada keesokan harinya. Sheheraze sering bercerita dalam bentuk serial, masing-masing cerita dimulai dengan pancingan narasi, kemudian diakhiri dengan ending yang menggantung, kemudian melanjutkan cerita malam berikutnya, sehingga sang raja menjadi penasaran dan menunggu malam berikutnya untuk mendengar kelanjutan ceritanya. Pada abad ke-19, banyak penulis yang mencari nafkah dengan menulis cerita dalam bentuk serial untuk beberapa majalah yang sedang populer mada masa itu. Di masa sekarang, kesempatan para penulis untuk mempublikasikan cerita mereka dalam bentuk serial jauh lebih mudah, yaitu dengan adanya teknologi internet yang di mana terdapat akses pada majalah online atau kerap disebut online magazine.
Serial Film Serial film atau film seri merupakan film-film pendek yang pada awalnya ditayangkan di teater-teater yang dihubungkan dengan film tertentu yang berhubungan dengan realisasi suatu cerita fiksi pada majalah. Film seri terbagi menjadi beberapa segmen yang disebut chapter atau episode.
5 Setiap episode akan ditayangkan di teater yang sama selama satu minggu. Setiap episode berakhir dengan ending yang menggantung, di mana sang hero dan heroin akan berada pada suatu situasi yang menegangkan. Penonton akan kembali minggu depannya untuk mengetahui bagaimana sang hero dan heroine akan berhasil lolos dari situasi yang gawat dan menghadapi tokoh antagonis sekali lagi. Serial sangat populer di kalangan anak-anak, dan di awal pertengahan abad ke-20, setiap hari Sabtu di bioskop akan menayangkan setidaknya satu episode dari sebuah serial, beserta animasi kartun, film warta berita, dan dua film utama.
Serial Animasi Serial animasi atau kartun merupakan sebuah bentuk dari acara televisi berupa film animasi yang ditayangkan secara reguler, mengadaptasi atau diadaptasi untuk tayangan televisi, dengan judul yang umum dan biasanya berhubungan satu sama lain. Durasi setiap episode bervariasi tergantung pada serial itu sendiri. Biasanya, serial dibuat untuk mengisi program setengah jam, namun banyak serial kartun yang dibuat berupa animasi pendek dengan durasi 15 menit bahkan kurang, yang kemudian dipasangkan dengan animasi pendek lain untuk memenuhi jatah waktu yang ada. Pada umumnya, kartun adalah suatu karya seni yang biasanya dikembangkan dengan dipenuhi unsur humor dengan tujuan untuk menghibur. Dimulai pada tahun 1843 pada saat majalah Punch menerapkan
6 fungsi kartun yang digambarkan pada halamannya untuk menyindir sesuatu. Sejak itulah, kartun, dan kemudia serial kartun, digunakan untuk kepentingan komedi. Namun kemudian, serial animasi berkembang menjadi genre lainnya juga seperti serial laga (action) atau petualangan (adventure), contohnya, Speed Racer dan G.I.Joe. Pada tahun 1990-an merupakan masa renaisans dari serial kartun untuk anak maupun orang dewasa. Berbagai macam perusahaan media dan jaringan penyiaran mulai membuat format dan saluran televisi yang didesain secara spesifik untuk menyiarkan serial kartun. Beberapa serial kartun yang terkenal di tahun 1990-an antara lain, Teenage Mutant Ninja Turtles, Garfield and friends, Tiny Toon Adventures, Animaniacs, Chip 'N Dale Rescue Rangers, TaleSpin, Goof Troop, Duck Tales, The Ren and Stimpy Show, dan Rugrats. Beberapa serial kartun seperti The Simpsons, Beavis and Butt-head, King of the Hill, Family Guy, dan South Park juga diproduksi pada tahun 1990-an. Beberapa serial kartun yang disebutkan diatas mengandung unsur yang lebih dewasa (mature content) dibanding serial kartun tradisional. Serial ReBoot, yang bermula sebagai acara anak yang “aman” pun merubah target usiaaudien mereka menjadi 12 tahun ke atas, dan dibuat dengan storyline yang lebih dark dan mature.
7 Serial Animasi di Indonesia Pada tahun 1980-an, terdapat serial animasi Indonesia yang berjudul “Si Huma” dan digemari anak-anak pada masa itu, namun hanya dibuat beberapa episode saja dikarenakan biaya yang relatif tinggi. “Si Huma” dahulu diproduksi dengan celluloid dan kamera 35 mm. Pada tahun 2008, TVRI menanyangkan serial anak yang berjudul “Kabayan Lip Lap” sebanyak 52 episode periode September – Desember 2008, kemudian berlanjut pada tahun 2009 di Global TV. Seluruh produksi serial animasi buah karya Castle Production ini berjumlah 104 episode dan sebagian diproduksi menjadi DVD atau VCD Home Edition. Pihak Global TV sendiri bersedia menayangkan serial ini karena ingin ikut mendukung produk animasi dalam negeri. Sarity, selaku Foreign Acquisition khusus untuk animasi dari Global TV, menyatakan bahwa pertimbangan lain dari stasiun televisi ini untuk adalah karena program ini mempunyai poin lebih yaitu dari segi pengeksplorasian budaya Indonesia yang kaya dan berlimpah dan juga sikap teladan yang harus dimiliki sebagai anak indonesia.
2.1.3. Data Umum Animasi Animasi merupakan suatu rangkaian gambar yang dipertunjukkan dengan cepat untuk menciptakan ilusi pergerakan.
8 Sejarah Animasi Animasi pada dasarnya sudah ada sejak zaman dahulu kala, termasuk tampilan pada dekorasi tembok di Mesir sekitar 2000 tahun lalu sebelum masehi, yang menceritakan banyak hal yang terjadi di Mesir pada waktu itu mulai dari tata cara kehidupan sehari-hari, pemerintahan, hingga pertarungan antar prajurit. Seiring perjalanan waktu, manusia mencoba tidak hanya membuat atau merekam gambar melainkan juga berupaya membuat karya artistiknya menjadi hidup dan tampak bergerak. Animasi tidak akan terwujud tanpa didasari pemahaman mengenai prinsip fundamental kerja mata manusia atau lebih dikenal dengan nama The Persistance of Vision. Seperti ditunjukan pada Thaumatrope (Peter Mark Roget - 1824). Sebuah alat berbentuk kepingan yang dikaitkan dengan tali pegas diantara kedua tepinya. Kepingan itu memiliki dua buah gambar pada masingmasing sisinya. Satu sisi bergambar burung, satu sisi lainnya bergambar sangkar burung. Ketika kepingan berputar maka burung seolah berada si dalam sangkarnya. Proses ini dapat ditangkap oleh mata manusia apabila kepingan diputar dengan secara cepat dan konstan. Dua
penemuan
berikutnya
sudah
mengalami
kemajuan.
Phenakistoscope (Joseph Plateu dan Simon von Stampfer – 1832), merupakan kepingan kartu berbentuk lingkaran dengan sekelilingnya di penuhi lubang-lubang dan gambar berbentuk objek tertentu. Mata akan melihat gambar tersebut melalui cermin dan pegas membuatnya berputar sehingga satu serial gambar yang terlihat secara progresif menjadi gambar
9 yang bergerak kontinyu. Teknik yang sama di tampilkan pada Zoetrope (Pierre Desvignes – 1834). Alat ini berupa selembar kertas bergambar yang dimasukkan pada sebuah tabung. Sejarah film animasi dimulai pada tahun 1890. Film animasi yang pertama, dibuat oleh Charles-Émile Reynaud, penemu Praxinoscope, yaitu sebuah sistem gerakan yang menggunakan perputaran dari 12 gambar. Pada awal abad ke dua puluh, popularitas kartun animasi mulai menurun sementara film layar lebar semakin merajai sebagai alternatif media hiburan. Publik mulai bosan dengan pola yang tak pernah berganti pada animasi tanpa didalamnya terdapat alur yang jelas dan pengembangan karakter. Industri animasi mulai kembali menanjak di Amerika pada saat komersialiasi mulai merambah dunia tersebut. Cerita and alurnya pun mulai beragam disesuaikan dengan permintaan publik. Industri-industri film raksasa mulai membuat standardisasi animasi yang laku di pasaran. Biaya produksi pun dapat ditekan dan tidak setinggi dulu. Akhirnya kartun mulai memasuki era manufaktur di pertengahan abad ke dua puluh.
2.1.4. Data Umum Anak Menurut buku Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, anak-anak merupakan sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan yang pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya.
10 Masa Kanak-kanak Dari buku Psikologi Perkembangan Anak, menurut Papalia dan Old (1987) masa kanak-kanak dibagi dalam lima tahap: 1. Masa prenatal, yaitu diawali dari masa konsepsi sampai masa lahir. 2. Masa bayi dan tatih, yaitu pada saat usia 18 bulan pertama merupakan masa bayi, di atas usia 18 bulan sampai dengan 3 tahun merupakan masa tatih. Saat tatih adalah saat di mana anak-anak menuju pada penguasaan bahasa dan motorik serta kemandirian. 3. Masa kanak-kanak pertama, yaitu pada rentang usia 3-6 tahun. Disebut juga sebagai masa prasekolah. 4. Masa kanak-kanak kedua, yaitu pada usia 6-12 tahun yang disebut juga sebagai masa sekolah. Pada masa ini, anak-anak telah mampu menerima pendidikan formal dan menyerap berbagai hal yang ada di lingkungannya. 5. Masa remaja, yaitu pada rentang usia 12-18 tahun, di mana anak mulai mencari identitas dirinya dan banyak menghabiskan waktu dengan teman sebaya dan berusaha lepas dari kungkungan orangtua.
Aspek Perkembangan Anak Menurut buku Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, terdapat enam aspek perkembangan anak usia dini, yaitu: a. Kesadaran Personal Dapat dikembangkan melalui permainan kreatif, di mana bermain dapat mendukung anak untuk tumbuh secara mandiri dan memiliki
11 control atas lingkungannya, menemukan hal baru, bereksplorasi, meniru, dan mempraktikkan kehidupan sehari-hari sebagai sebuah langkah untuk membangun keterampilan dalam menolong dirinya sendiri sehingga membuat anak merasa kompeten. b. Pengembangan Emosi Anak mulai dapat belajar menerima, berekspresi, dan mengatasi masalah secara positif. Selain itu anak juga mulai dapat mengenal diri mereka sendiri untuk mengembangkan pola perilaku yang memuaskan dalam hidup. c. Membangun Sosialisasi Anak mulai mengalami perkembangan sosial di mana mereka mulai berbagi dengan anak lain. Anak dapat belajar perilaku prososial seperti menunggu giliran, kerja sama, saling membantu, dan berbagi. d. Pengembangan Komunikasi Anak belajar kemampuan berbahasa. Melalui komunikasi, anak dapat memperluas kosakata dan mengembangkan daya tangkap serta mengekspresikan kemampuan berbahasa mereka melalui interaksi dengan anak lain atau pun orang dewasa Perkembangan dari segi komunikasi meliputi: 1. Bahasa reseptif (penerimaan): mengikuti
petunjuk-petunjuk
dan memahami konsep dasar. 2. Bahasa ekspresif: kebutuhan
mengekspresikan
keinginan,
perasaan, penggunaan kata-kata atau kalimat, berbicara secara jelas dan terang.
12 3. Komunikasi nonverbal: penggunaan
komunikasi
meng-
gunakan ekspresi muka, isyarat tubuh, dan isyarat tangan. 4. Memori pendengaran: memahami
bahasa
berbicara
dan
membedakan suara. e. Pengembangan Kognitif Anak terlibat secara aktif terhadap lingkungan, untuk bermain dan bekerja dalam menghasilkan suatu karya. Anak menerima pengalaman baru, berinteraksi dengan orang lain dan mulai merasakan dunia mereka. Anak mulai mengembangkan pemahaman terhadap diri mereka sendiri, orang lain, dan lingkungan. f. Pengembangan Kemampuan Motorik Kesempatan yang luas untuk bergerak, meliputi aktivitas sensori motor yang meliputi penggunaan otot-otot besar dan kecil.
Berbagai perkembangan yang sudah dialami anak usia sekolah yang memperlihatkan: 1. Perkembangan fisik: a. Melompat dengan kaki yang saling bergantian b. Mengendarai sepeda roda dua c. Bermain skate atau sepatu roda d. Melakukan lemparan dengan wajar dan teliti e. Menangkap bola dengan tangan f. Melakukan putaran atau jungkir balik g. Turut andil dalam permainan yang menuntut keterampilan fisik
13 h. Menguasai penggunaan alat, seperti: dapat menggunakan palu, pensil, gunting, dan lain-lain. i. Dapat menjiplak gambar geometris j. Membuat surat k. Dapat bermain pasta dan lem l. Mulai ganti gigi susu menjadi gigi tetap m. Pekerjaan keterampilan tangan semakin baik 2. Perkembangan sosial: a. Menyatakan gagasan yang kaku tentang jenis kelamin b. Memiliki teman baik c. Sering bertengkar namun dalam waktu yang singkat d. Dapat berbagi dan mengambil giliran e. Mulai ikut ambil bagian dalam setiap kegiatan di sekolah f. Menjadi lebih posesif terhadap barang-barang miliknya g. Lebih sering bersaing dengan teman sebaya h. Masih bergantung pada orang tua untuk perluasan minat dan aktivitas i. Masih dipengaruhi oleh pendapat teman sebaya j. Masih sering bermain dengan lawan jenis k. Mulai bisa mempersilakan orang lain l. Lebih mandiri di lingkungannya belajar dan bermain m. Mulai membentuk kelompok-kelompok 3. Perkembangan emosional: a. Dapat menyatakan perasaan
14 b. Dapat mengendalikan sikap agresif dengan lebih baik c. Dapat menyatakan lelucon d. Dapat mengatakan omong kosong e. Belajar mengenai hal yang benar dan yang salah f. Bersikap lebih sensitif saat ditertawakan atau dikritik g. Menyatakan kekhawatiran terhadap suatu hal secara berlebihan h. Lebih tekun i. Mulai dapat berempati atau melihat dari sudut pandang orang lain 4. Perkembangan intelektual/kognitif: a. Dapat mengurutkan dan menggolongkan suatu objek b. Masih sering kesulitan membedakan antara khayalan dan kenyataan c. Mengetahui warna d. Paham akan jumlah e. Dapat menulis dan membaca dan kemampuannya akan terus berkembang f. Dapat menggunakan angka, misalnya untuk jumlah, panjang, dll g. Kemampuan berbahasa semakin baik h. Dapat melakukan diskusi i. Dapat membuat suatu rencana j. Mulai memahami sebab dan akibat k. Mulai menggunakan bahasa pergaulan dan kata-kata yang tidak senonoh l. Mulai paham terhadap waktu dan uang
15 2.1.5. Data Umum Kelas Definisi kelas dalam konteks sekolah adalah suatu tingkatan yang dicapai oleh para siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Syarat kenaikan kelas adalah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan untuk naik kelas ke jenjang berikutnya dalam jangka waktu 1 tahun atau dua semester. Ruang Kelas Ruang kelas dalam konteks sekolah adalah tempat di mana dilakukan proses belajar dan mengajar di dalam sekolah. Kelas memiliki komponen utama yaitu pendidik atau guru dan peserta didik yaitu para siswa. Konflik-konflik yang dapat terjadi di ruang lungkup kelas: a. Konflik intelektual Di mana terdapat konflik antara si bodoh dan si pintar, si aktif dan si pasif, dan lain-lain. b. Konflik emosional Dalam suatu proses interaksi masing-masing individu pada suatu komunitas, pasti terjadi konflik emosional, baik itu senang, sedih, marah, dan lain-lain. c. Konflik sosial dan pertemanan Dalam suatu komunitas, baik itu di dalam kelas maupun tidak, akan terjadi konflik pertemanan, baik itu mencakup kecocokan dan ketidakcocokan antar teman, atau bahkan ketidakmampuan untuk bersosialisasi antar teman.
16 d. Konflik disiplin Dalam konteks kelas, kedisiplinan merupakan hal yang diajarkan di dalam kelas selain mata pelajaran. Beberapa hal yang dapat memicu konflik disiplin seperti, ketaatan dalam mengerjakan tugas yang diberikan, ketaatan terhadap jam masuk kelas, ketaatan dalam menjaga ketenangan kelas, dan lain-lain. e. Konflik ekonomi Dalam suatu komunitas, konflik ekonomi akan terjadi antara pihak yang mampu dengan yang kurang mampu atau antara si kaya dan si miskin. f. Konflik etnis Dalam suatu komunitas, terjadi apa yang disebut dengan konflik etnis, khususnya di Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa, ras, dan budaya. Tidak terkecuali di dalam komunitas kelas, walau bukan mayoritas, tapi cukup menciptakan suatu perbedaan dan warna dalam komunitas.
2.1.6. Data Umum Sekolah Dasar Menurut Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, jalur pendidikan Indonesia terdiri atas pedidikan formal, nonformal, dan informal. Jalur pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Di Indonesia, sekolah di bagi lagi menjadi sekolah negeri dan sekolah swasta.
17 Sekolah Negeri pada dasarnya adalah sekolah yang semua penyelenggaraannya diadakan oleh dan atas dana dari Pemerintah. Dari mulai biaya pembangunan gedung, penyediaan fasilitas, biaya belanja, pembayaran listrik, telepon, gaji guru dan karyawan yang semua adalah pegawai negeri sipil (PNS). Di negara lain pun sekolah negeri adalah milik pemerintah dan semua dana berasal dari pemerintah. Sekolah swasta pada dasarnya adalah dibangun untuk membantu pemerintah dalam menyelenggarakan pendidikan bagi anak-anak bangsa ini, membantu dalam menyediakan daya tampung, membantu mengurangi Anggaran Pengeluaran/Belanja Pendidikan dari mulai anggaran gaji guru, anggaran sarana prasarana sekolah, dan lain-lainnya.
Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Pendidikan dasar mencakup Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Sekolah Dasar Sekolah dasar (SD) merupakan jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia. Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai dengan kelas 6. Saat ini murid kelas 6 diwajibkan mengikuti Ujian Nasional (dahulu disebut Ebtanas) yang mempengaruhi
18 kelulusan siswa. Lulusan sekolah dasar dapat melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah pertama (SMP) atau sederajat. Pelajar sekolah dasar pada umumnya berusia 7-12 tahun.
Staff a. Kepala Sekolah Kepala sekolah mempunyai dua peran utama, pertama sebagai pemimpin institusi bagi para guru, dan kedua memberikan pimpinan dalam manajemen. b. Guru Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini, pendidikan formal, baik pendidikan dasar dan menengah. c. Siswa Siswa merupakan peserta didik pada jalur pendidikan dasar dan menengah. Yang disebut peserta didik ialah anggota masyarakat yang sedang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan, baik pendidikan formal maupun nonformal, pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. d. Karyawan lainnya Karyawan/staff lainnya membantu kelangsungan kegiatan di luar belajar mengajar agar berjalan dengan baik dan seimbang. Biasanya terdiri dari staff tata usaha, pegawai perpustakaan, pekerja kantin, petugas kebersihan, dan lain-lain.
19
e. Di luar itu ada pula yang disebut Komite Sekolah. Komite diharapkan bekerjasama dengan kepala sekolah sebagai partner untuk mengembangkan kualitas. Ketua komite sekolah adalah penguasa setempat, dan terlibat secara penuh dalam perencanaan dan pengawasan keuangan sekolah Seragam Sekolah dasar negeri di Indonesia pada umumnya menggunakan seragam putih-merah untuk hari-hari biasa, seragam coklat untuk pramuka atau hari tertentu, dan pada sekolah-sekolah tertentu menggunakan seragam putih-putih untuk upacara bendera. Di beberapa sekolah swasta biasanya seragam biasanya dibagi 3 macam, untuk hari Senin dan Selasa memakai seragam putih-merah, Rabu-Kamis memakai seragam khas dari sekolah tersebut, Jumat-Sabtu memakai seragam batik.
(Gambar 2.a.)
20 2.1.7. Data Umum Buku Harian Buku harian pada umumnya merupakan catatan kejadian yang kita alami sehari-hari. Kita menulis suatu kejadian yang mengesankan yang terjadi pada suatu hari ke dalam buku harian. Ada yang menyebut buku harian sebagai jurnal. Namun perbedaan spesifik antara buku harian dan jurnal ialah buku harian umumnya ditulis setiap hari karena itulah dinamakan “buku harian”, sedangkan jurnal biasanya ditulis pada saat tertentu saja. Buku harian bersifat pribadi, oleh karena itu biasanya disimpan di tempat yang tersembunyi atau hanya diketahui oleh sang pemilik. Ada pula buku harian yang memiliki kunci di sisinya untuk mencegah dibaca oleh orang lain. Fungsi buku harian pada umumnya adalah untuk mengenang masamasa yang pernah kita alami serta bisa juga sebagai catatan sejarah kehidupan kita. Seiring dengan perubahan zaman, buku harian pun berubah fungsi dari sekedar menyimpan kenangan menjadi sebuah media untuk mencurahkan perasaan seseorang atas masalah yang dihadapinya. Buku harian yang menarik utnuk diterbitkan atau dipublikasikan kepada umum tidak melulu mengisahkan penderitaan dan kebahagiaan penulisnya. Buku harian tadi bisa mengguncang dan punya faedah dibaca orang lain disebabkan penulisnya juga menyentuh sesuatu yang berada di luar dirinya: unsur kemanusiaan dan segala yang terjadi di sekelilingnya. Dengan cara itulah, sebuah buku harian kemudian memiliki - pinjam istilah
21 Talcott Parson - aura "keberartian sosial". Tanpa aura itu, buku harian hanya berarti bagi penulisnya, keluarga, dan orang yang mengenal penulisnya. Yang juga penting adalah "jujur" dan "konsisten". Mengenai kejujuran, buku harian yang berjudul Catatan Seorang Demonstran yang ditulis oleh Soe Hok Gie adalah salah satunya. Karena kejujurannya, maka buku harian Gie bisa jadi rujukan (semacam monografi ringan) bagi siapa pun yang ingin tahu gaya dan pola hidup anak muda dan aktivitas mahasiswa kala itu. Sedangkan konsistensi adalah persoalan yang jauh lebih berat. Menulis memang membutuhkan konsistensi dan persistensi tinggi, dan karenanya mungkin membutuhkan latihan atau proses membiasakan diri, sesederhana apa pun itu. Menurut Ignas Kleden (1999) untuk membangun tradisi membaca dan menulis, kita perlu "wawasan budaya" sebagai provokasi awal. Karena menurut beliau, dorongan wawasan budaya inilah yang mampu menyebabkan seseorang rela menyendiri untuk membaca, meneliti, dan menuliskan pikiran dan penemuan-penemuan dari penelitian dan perenungan, yang tentu saja mau tak mau pasti terhindar dan tersingkir dari pergaulan sosial untuk sementara waktu. Seiring dengan berkembangnya teknologi, buku harian sekarang tidak hanya ditulis pada kertas namun juga bisa berupa data di komputer atau bahkan ada yang berupa fasilitas daring untuk menulis buku harian di internet.
22 Bentuk-bentuk Buku Harian a. Banyak buku harian dari tokoh-tokoh terkenal yang telah diterbitkan berbentuk tulisan autobiografi yaitu menceritakan tentang kehidupan sang penulis. b. Jurnal perjalanan yang merupakan dokumentasi dari perjalanan seseorang dari suatu tempat ke tempat lainnya juga bisa disebut sebagai buku harian. c. Jurnal diet, yang berisi makanan dan minuman yang dimakan setiap harinya untuk mencatat jumlah
kalori yang masuk guna sebagai
panduan untuk mengurangi berat badan maupun memantau nutrisi yang masuk ke dalam tubuh. d. Jurnal kerja, berisi daftar kegiatan atau pekerjaan yang sudah atau sedang dilakukan, termasuk lama waktu kerja dan keterangan lainnya. e. Sleep diary adalah buku harian yang digunakan sebagai media untuk mendiagnosa dan membantu mengatasi masalah sulit tidur atau sleep disorder. f. Jurnal audio Jurnal audio tidak ditulis melainkan dengan berbicara dan merekam suara sendiri. Beberapa orang menggunakan tape recorder atau voice recorder untuk mendokumentasikan hidup mereka.
23 2.1.8. Data Produk Pembanding a. Upin dan Ipin
(Gambar 2.b.) Company
: Les’ Copaque Production
Asal
: Malaysia
Ditayangkan
: 14 September 2007 – sekarang
Jumlah episode : 50 Durasi
: 5 menit
Cerita
: Serial ini menceritakan tentang keseharian anak-anak Malaysia, dengan tokoh utama Upin dan Ipin, sepasang anak lelaki kecil kembar, yang cerdik, sekaligus polos, dan kadang-kadang nakal, beserta teman-temannya yang bernama Mei-Mei, Rajoo, Fizi, dan yang lainnya. Ada pula kakak mereka yang galak, Kak Ros, lalu Opah, dan Cikgu Jasmin yang ramah. Serial ini menggambarkan interaksi Upin dan Ipin terhadap keluarga dan teman-temannya baik di rumah, lingkungan tempat tinggal mereka, maupun di sekolah.
24 Pesan moral
: Mengajarkan berbagai hal kepada banyak orang, seperti nilai kejujuran, kebersamaan, rasa simpati, dan lain-lain.
Faktor pendukung: a. Karakter dengan kegiatan sehari-hari mendekatkan anak sebagai penonton. b. Mengandung humor sehingga bersifat menghibur. c. Setiap topik dibagi menjadi cerita-cerita pendek sehingga penonton tidak terikat dengan cerita panjang yang harus disimak setiap episodenya untuk mengetahui jalan cerita seutuhnya. Faktor penghambat: a. Banyak karakter film animasi lain dengan tokoh-tokoh terkenal yang lebih dikenal anak.
b. Chibi Maruko-chan
(Gambar 2.c.)
25 Company
: Nippon Animation
Asal
: Jepang
Ditayangkan
: 7 Januari 1990 – 27 September 1992
Jumlah episode : 142 Durasi
: 23 menit
Cerita
: Serial ini menceritakan tentang keseharian seorang anak kecil bernama Momoko Sakura yang kerap dipanggil Maruko, seorang anak yang malas, tidak rapi, dan sering terlambat ke sekolah. Serial ini menggambarkan berbagai hal yang terjadi antara interaksinya dengan keluarga dan teman-temannya di sekolah.
Pesan moral
: Mengajarkan
kepada
banyak
orang,
seperti
persahabatan, kebersamaan, cinta keluarga, dan lainlain. Faktor pendukung: a. Karakter dengan kegiatan sehari-hari mendekatkan anak sebagai penonton. b. Ada narator yang bersifat seperti “suara hati” karakternya. c. Mengandung humor sehingga bersifat menghibur. d. Setiap topik dibagi menjadi cerita-cerita pendek sehingga penonton tidak terikat dengan cerita panjang yang harus disimak setiap episodenya untuk mengetahui jalan cerita seutuhnya.
26
Faktor penghambat: a. Di Jepang terdapat banyak serial animasi tentang keseharian anak yang lain sehingga persaingan sangat ketat. b. Banyak karakter film animasi lain dengan tokoh-tokoh terkenal yang lebih dikenal anak. c. Tidak di semua episode mengandung pesan moral yang berarti. d. Karakter sangat banyak sehingga sulit diingat satu-persatu.
c. Rugrats
(Gambar 2.d.) Company
: Klasky Csupo
Channel
: Nickelodeon
Asal
: Amerika
Ditayangkan
: 11 Agustus 1991 – 8 Juni 2004
Jumlah episode : 351 episode Durasi
: 22-24 menit
27 Cerita
: Serial ini menceritakan karakter-karakter balita menjalani keseharian. Berfokus pada sebuah grup anak balita, termasuk Tommy, Chuckie, si kembar Phil dan Lil, Angelica, sepupu Tommy yang lebih tua di antara yang lainnya dan senang menjahili para bayi, Susie, rival Angelica yang seumur, Dil, adik Tommy, dan Kimi. Di Rugrats, para balita dapat berkomunikasi satu sama lain, namun orang dewasa tidak memahami bahasa mereka.
Pesan moral
: Mengajarkan banyak hal kepada anak, seperti persahabatan, kebersamaan, akibat dari perbuatan yang buruk, dan lain-lain.
Faktor pendukung: a. Ceritanya unik, dengan menggunakan karakter para balita yang seharusnya tidak bisa melakukan hal-hal yang mereka lakukan, seperti Tommy yang masih berusia 1 tahun namun bisa mengasuh adiknya yang masih bayi, dan lain sebagainya. b. Jarang film kartun yang menggunakan karakter bayi dan balita namun (seolah) bisa bicara satu sama lainnya dengan lancar. c. Setiap topik dibagi menjadi cerita-cerita pendek sehingga penonton tidak terikat dengan cerita panjang yang harus disimak setiap episodenya untuk mengetahui jalan cerita seutuhnya. Faktor penghambat:
28 a. Karena menggunakan karakter bayi, seolah cerita tersebut hanya untuk anak-anak balita, dan orang menjadi kurang tertarik, yang sebenarnya tidak demikian. b. Banyak karakter film animasi lain dengan tokoh-tokoh terkenal yang lebih dikenal anak.
d. Pocoyo
(Gambar 2.e.) Company
: Zinkia Entertainment
Asal
: Spanyol
Jumlah episode : 104 Durasi
: 7 menit
Cerita
: Serial ini menggambarkan interaksi antara Pocoyo dengan teman-temannya, atau bahkan dengan sebuah benda. Pocoyo ialah seorang anak laki-laki kecil yang memakai baju serba biru dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Pocoyo sangat suka bermain dan menemukan hal baru. Ia selalu dikelilingi teman akrabnya, yaitu Pato, seekor bebek kuning yang memiliki karakter yang tidak sabaran, Elli, gajah
29 merah muda yang sabar, dan Lola, anjing peliharaan Pocoyo. Ada pula Sleepy Bird, seekor burung berwarna biru kehijauan, yang kerjanya hanya tidur dan terkadang terbang dengan matanya yang tertutup. Penonton diajak untuk menyadari situasi di mana Pocoyo berada dan hal-hal yang terjadi di sekitarnya. Masing-masing karakter memiliki tariannya sendiri, dan sebagian besar episode diakhiri dengan karakterkarakternya yang menari. Pesan moral
: Mengandung pembelajaran bagi anak-anak usia balita atau masa prasekolah.
Faktor pendukung: a. Masing-masing karakter memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri. b. Warna yang dipilih menarik dan sesuai untuk usia target audience. c. Ada narator yang membantu menjelaskan masalah yang diceritakan. d. Karakter berupa anak kecil dan hewan mendekatkan anak pada cerita. e. Setiap topik dibagi menjadi cerita-cerita pendek sehingga penonton tidak terikat dengan cerita panjang yang harus disimak setiap episodenya untuk mengetahui jalan cerita seutuhnya. f. Gaya penceritaan yang unik dan menarik sehingga selain dapat ditonton oleh anak kecil, orang dewasa yang mencoba menonton pun akan menyukainya. Faktor penghambat:
30 a. Karena menggunakan karakter balita, hewan, dan pemilihan warna yang pastel serta background putih sehingga terkesan sangat sederhana sehingga penonton di atas usia prasekolah mungkin kurang tertarik, padahal tidak demikian. b. Banyak karakter film animasi lain dengan tokoh-tokoh terkenal yang lebih dikenal anak.
e. Kabayan Lip Lap
(Gambar 2.f.) Company
: Castle Production
Asal
: Indonesia
Ditayangkan
: tahun 2009
Stasiun TV
: Global TV
Jumlah episode : 104 Durasi
: 15-20 menit
Cerita
: Kabayan yang berumur 10 tahun, bertubuh gemuk, rajin, jujur, dan bijaksana. Dia pun tetap nakal sewajarnya anak-anak seumurnya. Kabayan memiliki teman imajinasi seekor kunang-kunang bernama Lip
31 Lap. Dia selalu mengikuti dan menemani Kabayan ke mana pun. Lip Lap sering menyemangati Kabayan bila sedang putus asa dan mengingatkan bocah tersebut bila berbuat salah. Selain Lip Lap, ada tiga teman Kabayan lainnya yang digambarkan berasal beragam daerah dan suku bangsa. Sami dari papua, Naya dari Kalimantan, dan Ling Ling yang keturunan Tionghoa. Serial ini menggambarkan bahwa
Kabayan
dan
para
sahabatnya
sangat
mencintai Indonesia. Mereka kerap bertualang ke sejumlah daerah untuk melihat kebudayaannya. Tak hanya itu, mereka juga mengunjungi tempat-tempat menarik
yang
dapat
mengingatkan
anak-anak
Indonesia untuk bangga menggunakan produksi dalam negeri. Pesan moral
: Mengajarkan banyak hal kepada anak, seperti persahabatan
tanpa
membeda-bedakan
suku,
menanamkan kecintaan dan kebanggaan terhadap tanah air. Selain itu, anak-anak Indonesia juga diajak untuk menghargai dan mencintai produk serta budaya dalam negeri. Faktor pendukung:
32 a. Karakter dengan kegiatan sehari-hari mendekatkan anak sebagai penonton. b. Setiap topik dibagi menjadi cerita-cerita pendek sehingga penonton tidak terikat dengan cerita panjang yang harus disimak setiap episodenya untuk mengetahui jalan cerita seutuhnya. c. Memperkenalkan budaya Indonesia. Faktor penghambat: a. Banyaknya tayangan animasi luar negeri di Indonesia. b. Banyak karakter film animasi lain dengan tokoh-tokoh terkenal yang lebih dikenal anak.
2.1.8. Data Survey Survey Online Berdasarkan data survey online melalui SurveyMonkey, yang sudah dilakukan dan sudah diisi oleh sekitar 100 orang, kesimpulan yang dapat saya ambil yaitu: a. Serial animasi cukup diminati oleh masyarakat (67%). b. Serial animasi yang diminati oleh masyarakat Indonesia sebagian besar berasal dari Jepang, menduduki peringkat pertama (83%), yang kedua adalah Amerika (63%). c. Acara televisi anak di Indonesia yang mendidik dan pantas untuk dikonsumsi anak masih kurang memadahi (65%). d. Buruknya pengaruh dari banyaknya sinetron yang ditayangkan di Indonesia terhadap anak (100%).
33 e. Masyarakat cukup tertarik mengenai cerita dengan tema kejadian pada kehidupan sehari-hari yang biasa terjadi pada masa kanak-kanak (52%). f. Masyarakat umumnya menggemari cerita humor/lucu (98%). g. Serial animasi anak Indonesia yang mengangkat tema kehidupan seharihari anak-anak, humoris, dan mengandung pesan moral belum banyak berkembang (80%). h. Masyarakat cukup berminat menonton serial animasi anak Indonesia yang mengangkat tema keseharian anak-anak, humoris, dan mengandung moral yang mendidik (54%).
2.2. Data Produk Serial animasi anak Buku Harian Kiki akan dibuat sebanyak 21 episode pada season pertama dengan durasi 5 menit setiap episodenya. Serial animasi ini bertema kehidupan anak sehari-hari, mencakup hal-hal yang biasa dialami oleh anak, sifat anak pada umumnya, terdapat unsur mendidik, dan disertai humor untuk menghibur. Serial animasi anak Buku Harian Kiki mencoba menargetkan pada penayangan di salah satu stasiun televisi lokal yang berpotensi menayangkan acara animasi anak. Usulan jadwal tayang pada hari Sabtu, pukul 17.00 dengan target anak-anak sudah pulang sekolah dan keesokan hari Minggu sehingga tidak mengganggu jadwal belajar. Serial animasi anak Buku Harian Kiki juga akan dipasarkan dalam bentuk DVD per 7 episode. Karena berupa serial yang dengan setiap topik yang dibagi menjadi cerita-cerita pendek dan mencapai penyelesaian masalah (resolusi) di
34 akhir episodenya, penonton tidak akan terikat dengan cerita panjang yang harus disimak setiap episodenya untuk mengetahui jalan cerita seutuhnya. Serial animasi anak Buku Harian Kiki berfokus pada keseharian di dalam kelas, dengan tokoh utama seorang gadis kecil yang periang dan cuek bernama Kiki. Ia memiliki sahabat yang kalem bernama Ratna. Ada pula Ujang, si anak nakal dan jahil dan Atong si anak pintar yang pengecut, serta Bu Guru Tias, wali kelas ke empat anak tersebut yang baik dan bijak. Serial ini berfokus pada keseharian dan konflik-konflik yang terjadi di dalam kelas di mana sebagian besar waktu anak-anak di sekolah dihabiskan di dalam kelas.
2.3. Target Audience Target primer dalam serial animasi anak Buku Harian Kiki adalah anakanak, baik laki-laki maupun perempuan, berusia 6-10 tahun, kondisi ekonomi menengah ke atas, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, aktif, dan menyukai film atau serial animasi. Target sekunder dalam serial animasi anak Buku Harian Kiki adalah orangtua dari target primer yang memiliki keinginan dalam membimbing, dan menanamkan sikap disiplin dan moral pada anak.
2.4. Faktor Pendukung dan Penghambat Faktor pendukung: a. Memiliki unsur edukasi moral. b. Menggunakan karakter dan pemilihan warna yang menarik, local content, dan menggambarkan karakteristik anak pada umumnya.
35 c. Sedang berkembangnya industri animasi di Indonesia. d. Mampu menjadi sarana hiburan yang aman di kalangan anak-anak, khususnya di Indonesia. Faktor penghambat: a. Banyak negara lain sudah membuat serial yang menerapkan tema tentang keseharian anak. b. Banyaknya serial animasi negara lain yang membanjiri acara anak di televisi. c. Sudah banyak serial animasi anak dengan tokoh-tokoh terkenal dan dianggap lebih menarik. d. Kurangnya rasa menghargai masyarakat terhadap karya bangsa sendiri. e. Keterbatasan waktu sehingga serial animasi anak Buku Harian Kiki dalam pengerjaannya mungkin tidak mencapai detil yang diharapkan.