3 BAB 2
DATA DAN ANALISA
2.1 Sumber Data Data-data yang diperoleh dalam bab ini didapat melalui beberapa metode seperti yang dijabarkan sebagai berikut : •
Data Website Data
ini
diperoleh
dari
website
www.walhi.or.id,
www.dephut.go.id,
www.bdg.lapan.go.id, www.student.unimaas.nl/a.andono/global_warming •
Data Riset dan Wawancara Data ini diperoleh dari wawancara dengan anggota pengurus Walhi Nasional, Mas Dinan, Mas Tori, dan Mba. Fai dan pengurus Walhi Jakarta Mas Ponco.
•
Data dari Buku, Koran, dan Majalah
2.2 Pengertian Pemanasan Global Pemanasan Global adalah fenomena dimana naiknya suhu permukaan bumi karena meningkatnya efek rumah kaca. Efek rumah kaca di atmosfer meningkat akibat adanya peningkatan kadar gas-gas rumah kaca, antara lain karbon dioksida, metana, ozon. Pancaran sinar matahari yang sampai ke bumi (setelah melalui penyerapan oleh berbagai gas di atmosfer) sebagian dipantulkan dan sebagian diserap oleh bumi. Bagian yang diserap akan dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di atmosfer akan diserap oleh gas-gas rumah kaca seperti uap
4 air (H2O) dan karbon dioksida (CO2) sehingga tidak terlepas ke luar angkasa dan menyebabkan panas terperangkap di troposfer dan akhirnya mengakibatkan peningkatan suhu di lapisan troposfer dan di bumi. Hal tersebut menyebabkan terjadinya efek rumah kaca di bumi.
2.3 Fungsi Pohon Dalam fungsinya pohon dapat membantu mengurangi pemanasan global, yaitu dengan menyaring polutan-polutan yang menimbulkan efek rumah kaca. Selain itu pohon juga dapat mengurangi suhu yang tinggi, membuat lingkungan sekitar lebih sejuk dan hijau. Pepohonan mempunyai potensi besar untuk mendinginkan lingkungan dengan cara meneduhkan dan melakukan proses evapotranspirasi. Evapotranspirasi terjadi ketika tanaman mengeluarkan uap air lewat pori-pori daun layaknya manusia yang mengeluarkan keringat. Uap air yang keluar dari pori-pori daun ini akan mendinginkan udara. Pohon dengan ketinggian 9 meter dapat ber-evapotranspirasi sampai 150 liter air per hari. Angka tersebut ternyata bisa mereduksi panas yang dihasilkan oleh pemanas listrik selama empat jam. Selain itu fungsi pohon adalah menyerap suara, menahan erosi yang disebabkan hujan, mampu menahan abrasi pantai (bakau), menaungi, dan mengurangi kecepatan angin, sekaligus habitat hewan-hewan seperti burung, serangga dan binatang lainnya.
5 2.4 Data Penyelenggara
2.4.1 Sejarah Walhi Wahana (Walhi)
Lingkungan
Jakarta
diselenggarakan Lingkungan
Hidup
berdiri
setelah
Pertemuan
Daerah
Hidup
(PDLH)
Jakarta pada tanggal
DKI
3 Juli 1989
sebagai respon dari isu desentralisasi Walhi yang merupakan hasil kesepakatan Pertemuan Nasional Lingkungan Hidup tanggal 1 - 5 Juni 1989 di Sawangan Bogor. Walhi Jakarta lahir setelah ada kesepakatan untuk membangun Walhi daerah, sebagai konsekuensi logis dari perjuangan demokratisasi dan desentralisasi oleh Walhi. Pada saat itu Walhi Jakarta beranggotakan 23 NGO dan Kelompok Pencinta Alam. Isu yang diadvokasi adalah urban environment, polusi
industri
(industri
semen)
dan
konservasi
pesisir.
Pada saat diselenggarakan PDLH II tanggal 5 - 6 Juni 1992 di Wisma PKBI, terbentuk fungsionaris baru. Isu yang diadvokasi adalah urban environment, kelautan, dan B3. Tanggal 30 - 31 Mei 1996, diselenggarakan PDLH III, Pada PDLH tersebut sepakat untuk mengembangkan isu peningkatan partisipasi rakyat dalam pengelolaan lingkungan hidup. Isu strategis ini diimplentasikan pada program kelautan yaitu peningkatan partisipasi rakyat dalam pengelolaan potensi lokal dan penguatan organisasi rakyat di kawasan Kepulauan Seribu dan Pantai Utara DKI Jakarta. Hasil yang terukur saat ini
6 adalah tumbuhnya organisasi rakyat di lingkungan Kepulauan Seribu yang aktif dalam mengembangkan potensi lokal serta kritis terhadap berbagai kebijakan pengelolaan sumber daya alam dan pembangunan. Selanjutnya tanggal 30 Juli - 1 Agustus 1999, diselenggarakan PDLH IV, pada saat diselengggarakan PDLH V anggota jaringan berjumlah 45 anggota yang terdiri dari 29 Ornop (NGO) dan 16 Kelompok Pencinta Alam (KPA). Pada pertemuan tersebut selain menghasilkan kesepakatan orientasi dan strategi advokasi dalam 3 tahun kedepan juga memilih fungsionaris periode 2002-2005. Pada saat PNLH VIII telah terjadi pelanggaran statuta sehingga fungsionaris tersebut di nonaktifkan dan dibentuk karateker dan teaminvestigasi.
Akibat kurang terkoordinasi dengan baik dari WALHI Jakarta ketika mengikuti PNLH VIII di Parapat tahun 2002 berimplikasi pada krisis kepercayaan antar satu anggota dengan anggota yang lainnya. Bahkan ada upaya dari kelompok-kelompok tertentu untuk menghancurkan WALHI Jakarta. Masamasa ini adalah kondisi tersulit dalam aktivitas advokasi yang yang pernah ada dalam sejarah WALHI Jakarta. Pasca peristiwa PNLH VIII Parapat, eksistensi WALHI Jakarta nyaris hilang. Kondisi internal semakin tidak bisa dikendalikan karena ada kelompok yang masih menginginkan WALHI Jakarta tetap ada dan dilain sisi ada pihak-pihak tertentu berharap WALHI Jakarta bubar. Dalam kurun waktu 5 bulan team karateker diberi waktu untuk mengkonsolidasikan kekuatan internal WALHI Jakarta dan praktis dalam kurun waktu tersebut careteker tidak dapat melakukan kegiatan advokasi.
7 Atas dukungan anggota-anggota jaringan yang masih menginginkan keberadaan WALHI Jakarta, team karateker dan team investigasi mampu merampungkan tugas-tugas untuk menyelesaikan konflik internal tersebut. Pada tanggal 30 Januari-1 Februari 2003 disepakati untuk diadakan PDLH LB. Dan pada pertemuan tersebut angota yang masih bersedia untuk tetap menjadi anggota secara tertulis berjumlah 38 anggota. Dalam PDLH LB yang diselnggarakan di ruang Adam Malik LBH Jakarta tersebut telah terbentuk fungsionaris baru.
Dalam Pertemuan Nasional Lingkungan Hidup ke VIII di Parapat, Sumatera Utara, akhir Juni yang lalu, diputuskan bahwa WALHI harus melakukan pembenahan diri. Pembenahan itu didasarkan atas kesadaran bahwa ke depan perjuangan untuk merebut dan mempertahankan kelestarian lingkungan dan sumber-sumber kehidupan itu sangat berat. Hal tersebut dikarenakan semakin kukuhnya hegemoni paham liberalisme baru dengan nama globalisasi. Dan yang kedua adalah semakin menguatnya dukungan dan pemihakan kekuatan politik dominan di dalam negeri terhadap kepentingan ekonomi global.
Dua hal itu menjadi landasan langkah WALHI di masa depan, yang semakin disadari tidak mungkin dapat dilaksanakan sendiri oleh WALHI tanpa dukungan luas dari publik. Untuk itulah, dengan kesadaran penuh WALHI membuka diri untuk seluruh masyarakat untuk bersama-sama terlibat dalam proses penyelamatan lingkungan. WALHI membuka seluas-luasnya partisipasi
8 masyarakat untuk berperan aktif, baik dengan menjadi anggota WALHI maupun dengan menjadi donatur terhadap kegiatan-kegiatan penyelamatan lingkungan.
2.4.2 Visi Walhi Walhi mempunyai visi perjuangan untuk merebut dan mempertahankan kedaulatan rakyat atas lingkungan hidup dan sumber-sumber kehidupan rakyat sebagai bagian dari upaya mewujudkan kehidupan yang adil, harus dilakukan secara arif dan berkelanjutan oleh berbagai kelompok masyarakat yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.
Dengan hal ini, jelas bahwa WALHI bukan hanya oleh dan untuk kelompok lingkungan, namun WALHI menjadi milik publik. Di mana publik secara bersama-sama membangun kekuatan untuk melawan ancaman yang tidak hanya datang dari dalam namun juga ancaman yang datangnya dari luar.
2.5 Data Kehutanan Indonesia Indonesia merupakan Negara yang menjadi salah satu paru-paru dunia. Itu terlihat dari luas hutan di Indonesia. Menurut sumber dari Badan Planologi Kehutanan luas hutan di Indonesia mencapai 133.694.685,18 Ha, yang terdiri dari Hutan Lindung 31.604.032,02 Ha, Hutan Produksi Terbatas 22.502.724,26 Ha, Hutan Produksi Tetap 36.649.918,43 Ha, Hutan Produksi Dikonversi 22.795.961,00 Ha, dan Taman Buru 233.814,90 Ha. Namun laju kerusakan hutan di Indonesia pada tahun 2006, sudah dalam taraf megkhawatirkan tersebut angka 2,72 juta hektar dalam setahun atau setara 5 kali
9 luas lapangan sepakbla dalam hitungan menit Indonesia kehilangan hutannya. Ini terlihat dari maraknya illegal logging maupun legal logging.
2.6 Data Hutan Jakarta Kondisi Hutan Mangrove dikutip dari Dinas Kehutanan DKI Jakarta tahun 2007 No.
LOKASI
LUAS
1.
Hutan lindung Angke-Kapuk
50,8 Hektar
2.
Hutan lindung wisata kamal muara
101,6 Hektar
3.
Cagar alam muara angke
25,02 Hektar
4.
Cagar alam pulau Bakor
18 Hektar
5.
Cagar alam pulau Rambut
45 Hektar
6.
TOTAL
240,6 Hektar
2.7 Data Pembanding The Tropical Sierra Foundation merupakan gagasan dari Foy Streetman. Dalam perjalanannya ke utara Costa Rica, Foy mengunjungi Rio Indio. Disinilah ia mempelajari bahwa banyak anak-anak pribumi yang sedang menderita Penyakit rakitis, suatu penyakit disebabkan oleh kekurangan gizi. Suku bangsa pribumi ini juga telah kehilangan hampir semua mata pencarian mereka ketika pohon telah dibakar sepanjang perang Sandinista. Dalam membantu masyarakat sekitar Foy membuat suatu gerakan penanaman pohon
10 jeruk sekitar 400 buah, yang difungsikan sebagai sumber makanan alami. Ia juga mengatur untuk menanam sejumlah jenis pohon di sepanjang sungai untuk membantu mengurangi erosi. Sejak saat itu Foy’S banyak melakukan reboisasi dan setelah itu berdirilah The Tropical Sierra Foundation.
Pada masa sekarang semua orang belajar mengenai pentingnya mereduksi karbon dan bagaimana reboisasi dapat membantu pengurangan karbon di udara. Ini akan terus berlanjut sebagai bagian dari kampanye The Tropical Sierra Foundation yang fokus pada penanaman pohon selama bertahun-tahun untuk kepentingan masa depan.
2.8 Target Premier Geografi:
Sekolah-sekolah dasar di Ibu kota Jakarta
Demografi:
Usia: 6-10 tahun Jenis Kelamin: Pria/Wanita Status Ekonomi: Menengah atas Pendidikan: Anak-anak Sekolah Dasar
Psikografi:
Aktif luar ruangan Semangat tinggi Berkelompok
11 2.9 Target Sekunder Geografi:
Ibu kota Jakarta
Demografi:
Usia: 30 tahun keatas Jenis Kelamin: Pria/Wanita Pekerjaan: Guru, pekerja
Psikografi:
Status Ekonomi: Menengah atas Gaya hidup: Modern Kepribadian: Peka terhadap lingkungan
2.10 Faktor Pendukung 1. Diselenggarakan oleh Walhi, yaitu organisasi nasional yang bergerak khusus di bidang lingkungan hidup. 2. Masalah lingkungan hidup merupakan masalah yang sangat penting bagi kehidupan di masa mendatang. 3. Maraknya isu-isu pemanasan global sehingga tidak asing lagi di telinga masyarakat, khususnya anak-anak. 4. Pemerintah maupun swasta ikut berpartisipasi dalam kampanye maupun eventevent tanam pohon.. 5. Mulai sadarnya masyarakat akan kehidupan yang sehat.
12 2.11 Faktor Penghambat 1. Kampanye atau event-event menanam pohon yang kurang tepat, sehingga fokus hanya pada penanaman saja selanjutnya pohon tidak dirawat dan dibiarkan begitu saja. 2. Masyarakat yang hanya ikut pada awal-awal kampanye saja, selanjutnya melupakan isi pesan dari kampanye tersebut. 3. Anak-anak yang masih sulit memahami lingkungan hidup sebagai suatu permasalahan di masa mendatang. 4. Anak-anak yang masih membutuhkan perhatian lebih dari orang tua dan guru untuk mendukung kampanye tersebut.