BAB 2
DATA DAN ANALISA
2.1. SUMBER DATA Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis memperoleh data-data dari:
2.1.1. Studi Literatur : • http://id.wikipedia.org/wiki/Bogor • http://ceritaperut.blogspot.com/2012/03/kuliner-bogor-wajib-dikunjungi.html • http://travel.kompas.com/read/2012/09/17/09133712/Kota.Bogor.Dikunjungi.3.Jut a.Wisatawan • http://ceritaperut.blogspot.com/p/wisata-kuliner-bogor.html • http://www.ciputranews.com/ekonomi-bisnis/kunjungan-wisatawan-ke-bogordiharap-pacu-ukm http://sumut.bps.go.id/?qw=brs&no=359 • Dan lain-lain. 2.1.2. Referensi Buku : • 1000 Type Treatments • Teori Warna • Layout and Design Understanding • Grids 2nd Edition • Variation of structural Design • Masakan kaki lima khas Bogor
2.1.3
Wawancara :
• Warga daerah Bogor • Wisatawan local • Pengamat kuliner yang berdomisili di kota Bogor • Dan lain - lain
2.1.3. Sejarah Kota Bogor : Kota Bogor mempunyai sejarah yang panjang dalam Pemerintahan,mengingat sejak zaman Kerajaan Pajajaran sesuai dengan bukti-bukti yang ada seperti dari Prasasti Batu Tulis, nama-nama kampung seperti dikenal dengan nama Lawanggintung, Lawang Saketeng, Jerokuta, Baranangsiang dan Leuwi Sipatahunan diyakini bahwa Pakuan sebagai Ibukota Pajajaran terletak di Kota Bogor.
Pakuan sebagai pusat Pemerintahan Pajajaran terkenal pada pemerintahan Prabu Siliwangi (Sri Baginda Maharaja) yang penobatanya tepat pada tanggal 3 Juni 1482, yang selanjutnya hari tersebut dijadikan hari jadi Bogor, karena sejak tahun 1973 telah ditetapkan oleh DPRD Kabupaten dan Kota Bogor sebagai hari jadi Bogor dan selalu diperingati setiap tahunnya sampai sekarang.
Sebagai akibat penyerbuan tentara Banten ke Pakuan Pajajaran catatan mengenai Kota Pakuan tersebut hilang, baru terungkap kembali setelah datangnya rombongan ekspidisi orang-orang Belanda yang dipimpin oleh Scipio dan Riebeck pada tahun 1687, dan mereka meneliti Prasasti Batutulis dan situs-situs lainya yang meyakini bahwa di Bogorlah terletak pusat Pemerintahan Pakuan Pajajaran. Pada tahun 1745 Gubernur Jendral Hindia Belanda pada waktu itu bernama Baron Van Inhoff membangun Istana Bogor, seiring dengan pembangunan jalan Raya Daenless
yang menghubungkan Batavia dengan Bogor, sehingga keadaan Bogor mulai bekembang.
Pada masa pendudukan Inggris yang menjadi Gubernur Jendralnya adalah Thomas Rafless, beliau cukup berjasa dalam mengembangkan Kota Bogor, dimana Istana Bogor direnofasi dan sebagian tanahnya dijadikan Kebun Raya (Botanikal Garden), beliau juga memperkejakan seorang Planner yang bernama Carsens yang menata Bogor sebagai tempat peristirahatan yang dikenal dengan Buitenzoorg.
Setelah Pemerintahan kembali kepada Hindia Belanda pada tahun1903, terbit Undangundang Desentralisasi yang bertujuan menghapus sistem pemerintahan tradisional diganti dengan sistem administrasi pemerintahan modern sebagai realisasinya dibentuk Staadsgemeente diantaranya adalah.
1. Gemeente Batavia ( S. 1903 No.204 ) 2. Gemeente Meester Cornelis ( S. 1905 No.206 ) 3. Gemeente Buitenzoorg ( S. 1905 No.208 ) 4. Gemeente Bandoeng ( S. 1906 No.121 ) 5. Gemeente Cirebon ( S. 1905 No.122 ) 6. Gemeente 7. Soekabumi ( S. 1914 No.310 )
(Regeringsalmanak Voor Nederlandsh Indie 1928 : 746-748)
Pembentukan Gemeente tersebut bukan untuk kepentingan penduduk Pribumi tetapi untuk kepentingan orang-orang Belanda dan masyarakat Golongan Eropa dan yang dipersamakan (yang menjadi Burgermeester dari Staatsgemeente Buitenzoorg selalu orang-orang Belanda dan baru tahun 1940 diduduki oleh orang Bumiputra yaitu Mr. Soebroto).
Pada tahun 1922 sebagai akibat dari ketidakpuasan terhadap peran desentralisasiyang
ada maka terbentuklah Bestuursher Voorings Ordonantie atau Undang-undang perubahan tata Pemerintahan Negeri Hindia Belanda (Staatsblad 1922 No. 216), sehinga pada tahun 1992 terbentuklah Regentschaps Ordonantie (Ordonantie Kabupaten) yang membuat ketentuan-ketentuan daerah Otonomi Kabupaten (Staatsblad 1925 No. 79).
Propinsi Jawa Barat dibentuk pada tahun 1925 (Staatsblad 1924 No. 378 bij Propince West Java) yang terdiri dari 5 keresidenan, 18 Kabupaten (Regentscape) dan Kotapraja (Staads Gemeente), dimana Buitenzoorg (Bogor) salah satu Staads Gemeente di Propinsi Jawa Barat di bentuk berdasarkan (Staatsblad 1905 No. 208 jo. Staatsblad 1926 No. 368), dengan pripsip Desentralisasi Modern, dimana kedudukan Bugermeester menjadi jelas.
Pada masa pendudukan Jepang kedudukan pemerintahan di Kota Bogor menjadi lemah karena pemerintahan dipusatkan pada tingkat keresidenan yang berkedudukan di Kota Bogor, pada masa ini nama-nama lembaga pemerintahan berubah namanya yaitu: Keresidenan menjadi Syoeoe, Kabupaten/Regenschaps menjadi ken, Kota/Staads Gemeente menjadi Si, Kewedanaan menjadi/Distrik menjadi Gun, Kecamatan/Under Districk menjadi Soe dan desa menjadi Koe.
Pada masa setelah kemerdekaan, yaitu setelah pengakuan kedaulatan RI Pemerintahan di Kota Bogor namanya menjadi Kota Besar Bogor yang dibentuk berdasarakan Udangundang Nomor 16 Tahun 1950.
Selanjutnya pada tahun 1957 nama pemerintahan berubah menjadi Kota Praja Bogor, sesuai dengan Undang-undang Nomor. 1Tahun 1957, kemudian dengan Undang-undang Nomor 18 tahun 1965 dan Undang-undang No. 5 Tahun 1974 berubah kembali menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Bogor.
Dengan diberlakukanya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999, Kotamadya Daerah Tingkat II Bogor dirubah menjadi Kota Bogor.
Sumber1
: http://www.kotabogor.go.id/
Sumber2
:http://juragansejarah.blogspot.com/2012/07/sejarah-kota-bogor-jawa-
barat.html#ixzz2LYWAGXqc
2.2. Data Kasus 2.2.1. Jumlah wisatawan yang berkunjung di kota Bogor. Tingginya tingkat kunjungan wisatawan dalam negeri dan mancanegara ke Kota Bogor diharapkan dapat membangkitkan geliat usaha kecil menengah (UKM) dan ekonomi masyarakatnya
Kota Bogor merupakan daerah tujuah wisata di Indonesia.Tingginya angka kunjungan wisatawan harus memberikan nilai tambah bagi peningkatan perekonomian rakyat. Pemkot Bogor, merilis dalam beberapa tahun terakhir, tingkat kunjungan wisatawan ke Kota Bogor mengalami lonjakan drastis. Pada tahun 2011 tercatat 3.264.169 orang.
Wisatawan dalam negeri mencapai 3.112.414 orang, dan 151.755 orang wisatawan mancanegara.
Pada 2012, jumlah kunjungan wisatawan ke Kota Bogor mengalami peningkatan, yakni menjadi
3,3
juta
orang.
Angka kunjungan 3,3 juta wisatawan ke Kota Bogor menunjukkan daerah penyangga Jakarta dengan curah hujan tertinggi di Indonesia ini sebagai kota tujuan utama
wisata
nasional.
Menurut Dr Ifan Haryanto MSc selaku pengamat bidang pariwisata kota bogor.
Prestasi Kota Bogor di bidang pariwisata dapat terus ditingkatkan. Tingkat kunjungan wisatawan bisa terus berkembang dengan memperbaiki berbagai sarana transportasi publik, infrastruktur kota, wahana wisata, dan berbagai faktor terkait, kata alumnus S3 Fakultas
Ekonomi
dan
Manajemen
Institut
Pertanian
Bogor
(FEM
IPB).
Kota Bogor ke depan, kata dia, dapat dikembangkan sebagai ikon dan tujuan utama dunia pariwisata baik di tingkat regional maupun nasional. "Dengan berbagai keunggulan dan pesona alam yang dimiliki serta jarak yang dekat dari Ibu Kota Jakarta, Bogor dapat dikembangkan sebagai surga pariwisata nasional
masa
depan,"
katanya.
Dikemukakannya, potensi besar di bidang pariwisata yang menjadi daya tarik kunjungan wisatawan ke Kota Bogor, harus bisa dimanfaatkan untuk membangkitkan UKM
dan
ekonomi
kerakyatan.
"Manfaat dan nilai tambah tingginya tingkat kunjungan wisatawan ke Kota Bogor harus dirasakan oleh rakyat banyak, terutama rakyat menengah ke bawah.Pariwisata harus bisa dimanfaatkan untuk menanggulangi masalah pengangguran dan kemiskinan," katanya.
Baru hotel-restoran Tingginya tingkat kunjungan wisatawan ke Kota Bogor sejauh ini, kata dia, baru mendatangkan keuntungan bagi industri hotel dan restoran saja.Mereka yang
meraup
langsung
manfaat
kedatangan
wisatawan.
Sedangkan UKM dan rakyat di lapisan bawah, menurut dia, masih belum bisa merasakan
secara
langsung
manfaatnya
secara
optimal.
"UKM, koperasi dan lembaga-lembaga mikro ekonomi kerakyatan harus merasakan manfaat langsung kedatangan wisatawan ke Kota Bogor.Kunjungan wisatawan harus bisa
membangkitkan
ekonomi
rakyat,"
katanya.
Oleh karena itu, kata dia, diharapkan ke depan Pemkot Bogor dapat melibatkan UKM dan
semua
lapisan
rakyat
dalam
mengelola
potensi
pariwisata.
Hasil kerajinan dan berbagai kuliner UKM dapat dijadikan daya tarik lain untuk memanjakan
para
wisatawan.
"Pemkot Bogor diharapkan dapat mendorong semua restoran dan hotel agar membantu pemasaran berbagai kerajinan dan kuliner rakyat.Hal ini selain akan meningkatkan ekonomi rakyat juga akan semakin membuat dunia pariwisata Kota Bogor kaya
dan
(Sumber
memanjakan
wisatawan,"
demikian
Ifan
Haryanto.
:http://www.ciputranews.com/ekonomi-bisnis/kunjungan-wisatawan-
ke-bogor-diharap-pacu-ukm )
2.3. KHALAYAK SASARAN Penulis melihat karena banyaknya wisatawan local maupun wisatawan asing yang datang ke Medan, dan diharapkan dengan dibuatnya buku ini dapat digunakan menjadi panduan untuk para wisatawan local maupun asing dalam berkunjung ke Bogor, Jawa Barat. Maka dari itu khalayak yang akan disasari oleh media buku ini adalah :
2.3.1 Target Primer 2.3.1.1Demografi •
Laki-laki dan wanita
•
Usia 17 – 25 tahun
•
Wisatawan local yang berkunjung ke Bogor
•
Kelas Ekonomi Sosial A – B
2.3.1.2 Psikografi •
Tidak tahu wisata kuliner yang harus dikunjungi
•
Kurang mengerti kuliner di Bogor
•
Menyukai dunia kuliner
•
Memiliki jiwa petualang kuliner
2.3.2 Target Sekunder 2.3.2.1 Demografi •
Laki-laki dan wanita
•
Usia 25 – 35 tahun
•
Wisatawan lokal yang berkunjung ke Bogor
•
Kelas ekonomi A & B
2.3.2.2 Pikografi •
Tidak tahu wisata kuliner yang harus dikunjungi
•
Kurang mengerti kuliner di Bogor
•
Tidak tahu wisata kuliner yang harus dikunjungi
•
Kurang mengerti kuliner di Bogor
•
Menyukai dunia kuliner
•
Memiliki jiwa petualang kuliner
2.4 ANALISA SWOT
Strength • Melihat jumlah wisatawan Bogor tiap tahun yang terus meningkat, Buku ini akan memiliki nilai jual . • Terus bertambahnya tempat untuk berwisata kuliner di daerah kota Bogor. • Penggunaan bahasa yang santai pada informasi di dalam buku ini menjadikan buku ini semakin menarik untuk di jadikan guide book.
Weakness • Tidak ada buku panduang yang baik untuk di jadikan acuan. • Kurangnya minat pembaca untuk membeli buku bila di bandrol dengan harga yang mahal.
Opportunity •
Pemikiran masyarakat moderen yang lebih terbuka untuk mencoba makanan baru dengan suasana yang baru di kota Bogor.
•
Besarnya angka wisatawan lokal yang berkunjung ke kota Bogor tanpa mengetahui seluk beluk wisata kuliner di kota Bogor.
Treat • Adanya buku serupa yang beredar di pasaran dengani harga yang lebih murah. • Munculnya buku kuliner untuk berwisata kuliner di kota lain.