4
BAB II DATA DAN ANALISA
2.1 Data dan Literatur Sebagai bahan pendukung pembuatan Tugas Akhir ini maka penulis melakukan riset, mencari referensi dan mengumpulkan data serta informasi yang berhubungan dengan kebahagiaan. Data – data tersebut antara lain diperoleh dari internet, buku, artikel serta makalah, maupun wawancara dengan pakar dan psikolog yang mengerti mengenai bagaimana menciptakan kebahagiaan melalui pendekatan psikologi.
2.1.1 Kebahagiaan berdasarkan sudut pandang dan tinjauan 2.1.1.1 Kebahagiaan dari tinjauan agama Kebahagiaan hakiki berarti dekat dengan Tuhan Maha Kasih & Maha Pemilik Kebahagiaan.
Setiap agama mengajarkan dan mengajak umatnya agar dapat hidup bahagia. Mendekatkan diri pada Tuhan, melakukan ritual keagamaan, berbuat baik kepada sesama, melakukan pelayanan,memelihara lingkungan dan berdoa, hal – hal ini adalah cara – cara yang diajarkan setiap agama yang apabila dijalankan dengan ikhlas, tulus, dan sungguh – sungguh, maka akan memberikan kebahagiaan bagi setiap individu yang menjalankan.
5
Berikut merupakan beberapa
perspektif mengenai kebahagiaan yang
dikutip dari buku “Meraih Kebahagiaan” karya Jalaluddin Rakhmat.
BUDHA 1. Kurangi penderitaan dengan mengurangi keinginan. 2. Mengendalikan hawa nafsu. 3. Mengurangi angan-angan masa depan. 4. Keinginan untuk sukses pada masa kini. 5. Raihlah kebebasan jiwa melalui latihan-latihan ruhani.
YAHUDI 1. Kebahagiaan dicapai dengan mematuhi hukum Tuhan, dengan begitu kamu mengabdikan dirimu kepada Tuhanmu. 2. Jalan-jalan-NYA adalah jalan kebahagiaan yang penuh dengan rasa kedamaian.
KRISTEN 1. Menekankan pentingnya berbuat baik dan bahayanya berbuat buruk. 2. Menurut ayat-ayat Perjanjian Lama, misalnya Mazmur 128 ayat 1-2: “Berbahagialah setiap yang takut akan Tuhan, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya. Apabila engkau memakan hasil jerih payah tanganmu, berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu”.
6
Perjanjian Baru, khotbah Yesus di Bukit: “Berbahagialah orang yang berduka cita karena mereka akan dihibur”. “Berbahagialah orang yang murah hatinya karena mereka akan beroleh kemurahan”.
ISLAM Kata yang paling tepat menggambarkan kebahagiaan adalah “aflaha”, kata ini adalah derivasi dari akar kata “falah” yang artinya kemakmuran, keberhasilan, atau pencapaian.
Sesuatu yang dengannya kita berada dalam kondisi tentram, bahagia. Contoh: seruan azan, Q.S. Al-Fajr/89: 27-3.
“hayya ‘ala falah, hayya ‘ala khairil ’amal” (orang yang bahagia cenderung berbuat baik)
Ajakan Tuhan meraih kebahagiaan agar dapat berbuat baik pada orang lain.
Agama memberikan tuntunan untuk menemukan kebahagiaan yang genuine dengan mengamalkan segala perintah–Nya dan menjauhi
7
Larangan-Nya. Karena Tuhan adalah “Sumber Sang Maha Bahagia” dia adalah kesempurnaan cinta, harmonis dan keindahan.
Jika seseorang yang beragama selalu murung dan sedih, berarti sikap keberagamaannya tersebut tidak memberikan kedamaian, sekalipun dia mengikuti syariatnya (form), dia seperti tidak menemukan ruh agamanya. Pemahaman yang holistik menghasilkan penghayatan yang “dalam”. Sehingga dapat menolong untuk menemukan “Sumber Sang Maha Bahagia”.
Setiap manusia mendambakan kebahagiaan di dunia dan di akhirat, maka Tuhan “membuka pintu-pintu” untuk manusia mendekatkan diri kepadaNya. Manusia memiliki kebebasan untuk menentukan apa yang terbaik bagi dirinya. Kebahagiaan adalah pilihan.
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadan sesuatu kaum sampai mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (QS. Al-Ra’ad/13 : 11)
8
“Pintu-pintu” menuju Tuhan : •
Nama-Nya
•
Sifat-Nya
•
Ciptaan-Nya
•
Firman-Nya
•
Cara-cara beribadah kepada-Nya
•
Cahaya-Nya
•
Utusan-Nya
Melalui “pintu-pintu” itu manusia mengenal Tuhannya. Agama adalah cara terbaik untuk mendekatkan diri kepada-Nya dalam meraih kebahagiaan yang hakiki.
“Aku ada pada prasangka hambaku, dan Aku bersamanya ketika dia menyebut-Ku. Jika ia menyebut-Ku dalam hatinya, Kusebut ia dalam hatiKu, dan jika ia menyebut-Ku di hadapan khalayak, Kusebut ia di hadapan khalayak yang lebih baik. Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekatnya sedepa. Jika ia mendatangi-Ku berjalan, Ku- songsong ia dengan berlari” (Hadits Qudsi)
9
2.1.1.2 Kebahagiaan dari tinjauan psikologi Berdasarkan Martin E.P Seligman dalam bukunya “Authentic Happiness” kebahagiaan adalah ganjaran atas berhasilnya mengembangkan hidup dengan cara memaknai peristiwa – peristawa yang terjadi dalam hidup kita. Makna Hidup terdapat dalam setiap kondisi kehidupan, baik menyenangkan maupun tak menyenangkan seperti :
•
Makna Kerja (Meaning of Work)
•
Makna Cinta (Meaning of Love)
•
Makna Hidup (Meaning of Life)
•
Makna Kematian (Meaning of Death)
•
Makna dalam Derita (Meaning in Suffering)
•
Hikmah dalam Musibah (Blessing in Disguise)
Pemaknaan hidup berporos pada bagaimana kita menjalani hidup. Dengan sikap yang penuh dengan keikhlasan, menerima dengan tabah dan sabar
penderitaan yang tak dapat dihindari lagi setelah upaya
maksimal yang dilakukan.
Sikap optimistik dengan selalu mempunyai harapan dan meyakini ada perubahan keadaan yang lebih baik di masa mendatang termasuk dalam bentuk syukur dan pemaknaan hidup.
10
Selama kita hidup, hendaknya kita menanamkan prinsip bahwa hidup adalah berkarya, bekerja, mencipta, dan berbuat kebajikan kepada orang lain. Selama kita melakukannya dengan penuh rasa cinta, keyakinan, penghayatan, maka itu yang disebut pemaknaan hidup dan tidak lain hal tersebut adalah kebahagiaan itu sendiri.
Cara Pengembangan Hidup Bermakna :
Pemahaman Diri Menyadari keunggulan dan kelemahan pribadi (dan lingkungan), baik yang potensial maupun yang aktual. Sehingga secara maksimal dapat melakukan pengembangan pribadi yaitu meningkatkan keunggulan dan mengurangi kelemahan.
Bertindak Positif Menjabarkan dalam tindakan-tindakan nyata hal-hal yang dianggap baik & bermanfaat dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pengakraban Hubungan Meningkatkan hubungan baik dengan pribadi-pribadi tertentu (keluarga, rekan, tetangga) sehingga masing-masing merasa saling percaya, saling menghargai, saling menyayangi dan bersedia bantu-membantu.
11
Memenuhi Catur Nilai Mendalami, memahami, menjabarkan sumber-sumber makna hidup: •
Nilai-nilai Penghayatan
•
Nilai-nilai Sikap
•
Nilai-nilai Harapan
•
Nilai-nilai Karya
Dan merealisasikannya dalam kehidupan.
Ibadah •
Mendekatkan diri pada Tuhan
•
Melakukan ritual keagamaan
•
Berbuat baik kepada sesama
•
Melakukan pelayanan
•
Memelihara lingkungan
•
Berdoa
Kebahagiaan sejati tidaklah berasal dari faktor eksternal – dari luar diri., melainkan sesuatu yang menjadi faktor internal – dari dalam diri.
Banyak orang sibuk mencari kebahagiaan dan kesenangan yang bersifat termporer, dengan bekerja keras, membanting tulang dan sebagainya, dengan harapan, dirinya akan bahagia saat menerima hasilnya, yaitu material yang bersifat sementara. Kesibukannya tersebut, membuat lupa
12
dirinya akan misi mencari kebahagiaan yang sejati, kebahagiaan yang hakiki, yang tidak bergantung pada apapun yang berasal dari luar dirinya, melainkan hanya bergantung pada kesiapan, kematangan, dan kekuatan fikiran untuk memilih menjadi seorang yang bahagia.
Kebahagiaan sangat berhubungan dengan kesuksesan seseorang, baik ditempat kerja, sekolah atau universitas, serta lingkungan sosial dan pertemanan. Survei membuktikan bahwa orang yang bahagia memiliki tingkat kesehatan yang lebih baik, lebih sukses di kelas maupun di tempat kerja, lebih kreatif, produktif, lebih popular, mudah untuk bergaul, panjang umur, dan sangat mempunyai sangat sedikit potensi , untuk menjadi seorang kriminal, ataupun pencandu obat – obatan.
2.1.2 Kebahagiaan dari perspektif filosofi Jalaluddin Rakhmat ( Meraih Kebahagiaan, 2004 ) 2.1.2.1 Aristoteles Segala sesuatu mengarah pada satu tujuan unik, masing-masing sama seperti sebilah pisau yang dimaksudkan untuk memotong dengan baik. Manusia merasa bahagia jika mereka berfungsi dengan baik.
2.1.2.2 Plato Socrates mengajarkan kebahagiaan dengan contoh perilakunya. Dari perilakunya seolah-olah mengatakan bahwa Anda bahagia, jika dalam
13
pandangan Anda tidak ada bedanya hidup dan mati, penjara dan istana, miskin dan kaya, racun dan madu.
•
Kebahagiaan adalah anugerah Tuhan karena kita hidup dengan baik.
•
Berfungsinya seluruh bagian jiwa secara harmonis.
•
Kita bisa hidup dengan “mengikuti alam”, yakni mengalami fitrah kemanusiaan kita (Aristoteles).
2.1.2.3 Socrates “Kebahagiaan adalah anugerah Tuhan, berfungsinya seluruh bagian jiwa secara harmonis, menghormati alam, menjalankan fitrah kemanusiaan kita”.
Orang dewasa lebih suka mencari uang dan terbenam dalam kehidupan rutinnya untuk menyongsong masa depan. Kita punya “diri yang nyata”, yang dapat kita temukan sendiri. Kebahagiaan yang nyata terdapat dalam kebahagiaan meraih kesempurnaan diri yang nyata atau “jiwa sejati” atau “the true self”.
2.1.2.4 Filsafat Humanisme Kebahagiaan berpusat pada pencapaian dan pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri – individu meraih kesempatan menggali potensi diri – mengaktualisasikan bakat dan minat yang inheren.
14
2.1.2.5 Etika Hellenistik Menurut Kaum Sinis, Kebahagiaan terdapat dalam ketidak-pedulian terhadap ambisi duniawi, karena kita tidak akan bisa menguasai hal-hal ini selamanya.
S.T. Thomas Aquinas (1224–1274) Tugas manusia adalah meraih kepuasan dan kebahagiaan pribadi dengan menerapkan “nilai-nilai luhur” mereka secara moderat.
2.1.2.6 Utilitarianisme Jeremi Bentham (1748 – 1832) JS Mill (1806 – 1873)
Kebahagiaan sering berbentuk “kebaikan umum”: perpustakaan, rumah sakit, sekolah, sistem lalu lintas, dan lain-lain, yang bersifat manfaat untuk publik.
Tugas utama pemerintah adalah menjadikan mayoritas penduduk bahagia.
15
Utilitarianis Konsep baik berarti “kebahagiaan terbesar dalam jumlah terbesar”Ketika kita menginginkan kebahagiaan kita sendiri, apakah ini dengan otomatis berarti kita menginginkan kebahagiaan orang lain?
2.1.3 Ciri-ciri orang yang bahagia Berdasarkan Martin E.P Seligman ( Authentic Happiness , 2005 ) beberapa ciri2 orang yang bahagia adalah :
•
Mampu menertawakan diri sendiri.
•
Terbuka terhadap pandangan orang lain yang berbeda.
•
Mau mencoba hal-hal yang baru.
•
Rasa ingin tahu di atas rata-rata orang kebanyakan/ di sekelilingnya.
•
Menikmati kesendirian.
•
Produktif dalam bekerja.
•
Optimis/ penuh harapan.
•
Humor
•
Jarang sekali sakit (daya tahan tubuh yang prima).
•
Asyik dengan pekerjaannya dan menikmatinya (flow).
•
Memiliki konsep diri yang positif.
•
Mampu mengendalikan nafsu.
16
•
Berfikir positif terhadap orang lain/ memandang hal-hal yang positif dari orang lain.
2.2 Data Proyek / Isi Buku Buku “ Making Happy People” The Nature of Happiness and its Origins in Childhood, adalah karya dari seseorang yang bernama Paul Martin.
Buku ini membahas hal – hal dan pemahaman yang mendasar mengenai kebahagiaan yang terkadang dilupakan oleh orang – orang yang hidup di kota urban yang memiliki tingkat stress yang tinggi. Buku ini juga memberikan tips – tips yang bersifat praktikal, sehingga mudah untuk dilakukan dan di praktikan dalam keseharian manusia.
Paul Martin berusaha untuk membalikan dan menyadarkan pembacanya akan arti kebahagiaan yang sesungguhnya, yang tidak berkaitan dengan hal yang bersifat eksternal. Karena sesungguhnya kebahagiaan datang dari dalam diri. Dalam keadaan apapun kita, bahkan dalam keadaan susah sekalipun, kekuatan fikiran kita yang memutuskan apakah kita ingin menjadi bahagia atau tidak.
Paul Martin membahas bahwa kebahagiaan adalah suatu pilihan, bukan cita – cita. Kebahagiaan yang sejati haruslah menjadi tujuan hidup dalam keseharian hidup manusia. Sedikit pembahasan dari buku “ Making Happy People” dari Bab 3, Mengapa Kebahagiaan Penting? “....Bukti dari survei menunjukan bahwa rata – rata orang yang berbahagia, lebih sukses dari pada yang tidak. Rata – rata, mereka memiliki karir yang bagus, juga memiliki
17
keseheatan yang baik serta hidup lebih lama. Sekarang mungkin anda berfikir bahwa orang – orang yang sukses pasti lebih bahagia karena mereka sukses dan kaya, dan itu membuat mereka bahagia. Hal diatas tidak lebih dari setengah cerita. Intinya adalah hubungan antara kebahagiaan dan kesuksesan memiliki faktor kuat yang justru sebaliknya : Kebahagiaan berujung kesuksesan, lebih dari kesuksesan menghasilkan kebahagiaan.”
2.3 Target Audience 1..Psikografi a. Tingkat publik : Menengah ke atas ( B + ) b. Gaya hidup : - Berambisi - Berfikiran terbuka - Shopaholic dan Matrealistic Minded : Fashion : Baju, Tas, Sepatu Otomotif : Mobil Sport, Motor Sport / Harley Gadget : Handphone , Laptop , Video Game : 2 . Demografi a. Usia : 18 – 35 b. Jenis Kelamin : Pria dan Wanita c. Pendidikan : SMU sampai pendidikan yang lebih tinggi
18
3.Geografi a. Domisili : Kota Besar b. Wilayah : Jakarta
2.4 Analisa SWOT Strenght :
• Buku berisi mengenai hal – hal mendasar dan fundamental. Menjadikan materi tidak terasa berat untuk dikonsumsi.
• Buku berisi hal –hal yang bersifat praktikal, sehingga mudah untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari – hari.
• Buku ini dibuat dengan format bahasa yang sederhana dan menarik, sehingga mudah untuk dipahami dan mengerti.
•
Buku berisi visual lucu serta menarik untuk dilihat dan dimengerti berdasarkan context yang terdapat dalam buku.
• Layout yang terdapat dalam buku ini, membuat Target Audience tidak lelah dalam membaca setiap halamannya.
Weakness :
• Banyak orang beranggapan untuk menjadi bahagia, harus melalui proses yang panjang dan bersusah – susah dahulu
19
• Masih banyak masyarakat kota besar yang tidak terlalu peduli dengan apa yang dinamakan sebagai “kebahagiaan yang sesungguhnya”. Mereka berfikir bahwa selama mereka senang, mereka bahagia.
Opportunity :
• Banyak masyarakat yang hidup di kota urban mulai lelah akan kehidupan yang bersifat duniawi dan matrealistik, dan mencari alternatif
jawaban akan
kebahagiaan yang sesungguhnya, yang berhubungan dengan spiritualisme, dan aktualisasi diri.
• Masih sedikitnya buku self motivation lokal yang menarik.
Threat : •
Buku self motivation yang berasal dari luar negri.
•
Banyak orang yang merasa tidak ada yang salah dalam persepsi mereka mengenai kebahagiaan.