BAB 2
DATA DAN ANALISA
2.1
Data dan Literatur Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari
berbagai sumber, antara lain: 1
Literatur
: Buku, artikel elektronik maupun non elektornik, dan makalah
2
Survei lapangan
: Toko buku, angket pada anak-anak, angket pada orang tua, acara pembacaan dongeng, dan surat kabar
2.1.1
Tradisi Mendongeng Apa itu mendongeng? Kisah yang kita sebarkan pada orang lain memberikan nilai dalam kebudayaan,
kepercayaan, tujuan, dan tradisi kita. Mengikat kita dalam sebuah masyarakat yang terpadu, membuat kita bekerja sama untuk sebuah tujuan yang serupa. Mendongeng hidup dalam pusat pengalaman manusia―sebuah bentuk dorongan komunikasi personal yang sama tuanya dengan bahasa itu sendiri. Dalam dunia yang bermacam-macam dan kompleks ini terdapat sesuatu yang kita semua miliki yang berperan dibalik suksesnya kebudayaan kita. Sebuah cara yang hampir ajaib dimana kita saling berkomunikasi dan mengerti satu sama lain. Dengan kata lain, itu adalah mendongeng.
3
4 Mendongeng adalah tindakan manusia baik itu lisan atau visual yang menunjukkan perasaan dan pikiran; sama fleksibelnya seperti air yang selalu berubah bentuk dari tarian sampai ukiran. Dongeng dan mendongeng hidup dalam pusat eksistensi manusia. Sejak awal mula spesies manusia, kita telah berbagi cerita yang berisi tentang kejadian-kejadian, kepercayaan, dan nilai yang dipegang oleh keluarga, komunitas, dan kebudayaan kita. Sebagian dari dongeng ini telah terkumpul dalam mitos dan dibukukan dalam kitab. Yang lain menjadi kisah klasik. Sisanya menjadi kisah heroik dan dongeng jenaka. Dari dalam, pola dongeng dan karakternya terkait dengan kekuatan yang sulit dimengerti yang membentuk hidup kita. Dari luar, ikatan dongeng menyatukan kita dalam ikatan budaya. Dongeng yang terpenting justru merupakan cerita yang kita bagi bersama sahabat dan keluarga, namun kesemuanya membantu memelihara ingatan, menjelaskan kehadiran kita, dan membayangkan masa depan kita. Dibentuk melalui perjalanan waktu, ikatan ini membentuk seseorang menjadi keluarga, dan keluarga menjadi masyarakat, menjelaskan nilai kebersamaan, kepercayaan, tujuan dan tradisi kita. Mendongeng, seperti yang ada sekarang ini; terkadang menunjuk pada pengalaman interaktif antara pendongeng dan pendengarnya. Banyak media seperti novel dan televisi yang juga mengandung cerita-cerita, tidak mendapatkan keistimewaan yang sama; yakni memiliki nilai kesakralan yang sama dengan “mendongeng”, yang memperbolehkan pencerita untuk mengubah cerita mereka berdasarkan reaksi pendengarnya. Sebagian besar dari kita mengenal cerita dalam setiap sisi kehidupan. Seorang penulis dan psikiater Amerika, Robert Coles mengatakan bahwa dongeng, apakah itu tertulis atau tertutur merupakan pertemuan dengan metafora yang berasal dari
5 kehidupan sehari-hari. Beberapa dari kita yang cukup teliti akan melihat kehidupan manusia seperti sebuah cerita―dimana saat kita bicara satu sama lain sesungguhnya kita telah menceritakan kisah kita, dan cerita yang kita telah raih dan kita kenali bersama, membantu kita untuk menentukan pilihan, menemukan arah, meluruskan moral kita, dan mengenal kehidupan pribadi kita dengan lebih jernih.
Sejarah dongeng Para antropolog, psikolog, dan ahli sejarah percaya bahwa mendongeng telah dilakukan semenjak manusia ada―bahkan mendongeng menjelaskan keberadaan kita sebagai manusia. Selama ribuan tahun, seiring dengan usaha manusia untuk bertahan hidup, dongeng berkembang melalui kisah-kisah tentang kebijakan dan pengetahuan yang dikumpulkan oleh manusia. Di waktu terdahulu, mendongeng dilakukan untuk menjelaskan kejadian-kejadian penting yang terkadang membingungkan seperti petir, pasang-surut, kilat, dan api. Tipe-tipe cerita tertentu tentang pahlawan dan dewa-dewi dikisahkan untuk mengikat seseorang terhadap sebuah sistem kepercayaan. Cerita-cerita moral menyampaikan pasal-pasal hukum pertama yang menjamin harmoni, kerja sama, dan kesuksesan besar populasi manusia pada awal zaman. Semenjak zaman prasejarah, dongeng telah mengambil banyak bentuk, dari teks tertulis sampai aplikasinya pada arsitektur, dan lukisan. Mungkin bentuk tertuanya adalah tradisi lisan turun terumun yang membawa kebijaksanaan, pengetahuan dan budaya melalui bahasa lisan. Kisah tertua yang dituturkan adalah mitos, legenda dan cerita rakyat. Setiap kebudayaan memiliki kumpulan cerita yang diturunkan melalui mulut ke mulut. Tujuan dari cerita-cerita ini sangat bermacam-macam dan kompleks, termasuk kisah yang
6 menitikberatkan pada penciptaan dunia dan alam semesta, penciptaan manusia, kematian dan penghakiman mereka, pelajaran moral, dan kisah-kisah yang dibuat untuk tujuan menghibur belaka.
Timeline dongeng 100 – 200 S.M Kisah mitos, Cupid and Psyche, ditulis oleh Apuleius dan termasuk dalam cerita Metamorphoses (juga dikenal sebagai The Golden Ass). Beberapa akademisi beranggapan kisah ini sebagai dongeng pertama yang ditulis, dan sangat serupa dengan dongeng Si Cantik dan Si Buruk Rupa. 200 – 300 S.M Koleksi cerita Hindu berjudul Panchatantra, ditulis. Beberapa dari cerita ini dianggap sebagai pelopor sejumlah dongeng Eropa. 850-860 Cina Versi tertulis pertama Cinderella di dunia dibuat di Cina Sekitar tahun 1300 Gesta Romanorum, karya berbahasa Latin, diproduksi. Merupakan koleksi berbagai cerita dan anekdot yang diperkirakan mempengaruhi William Shakespeare dan Edmund Spenser, pengarang The Faerie Queen Sekitar tahun 1500 Kisah Seribu Satu Malam pertama kali didokumentasikan
7 1550 & 1553 Italia Gianfrancesco Straparola menerbitkan dua buku Le Piacevoli Notti atau The Pleasant Nights, juga memiliki judul lain The Facetious Nights dan The Delightful Nights. Buku pertamanya muncul di Perancis di awal tahun 1560 dan buku keduanya di tahun 1573. 1690-1710 Perancis Salon-salon Perancis dipenuhi dengan cerita dongeng yang biasanya ditulis para penulis wanita. Yang paling ternama diantaranya adalah Marie-Catherine D'Aulnoy. 1696-1698 Perancis Marie-Catherine D'Aulnoy, penulis cerita dongeng ternama di salon Perancis menerbitkan dua buku dongeng. Diterjemahkan ke bahasa Inggris di tahun 1699. 1697 Perancis Histoires ou Contes du temps passe ciptaan Charles Perrault, dikenal juga dengan judul Mother Goose Tales, diterbitkan di Perancis. Cerita ini langsung terkenal. Beberapa dari koleksi cerita ini termasuk Cinderella, Putri Tidur, Si Tudung Merah, Jenggot Biru, dan Kucing Bersepatu Bot. 1740 Perancis Madame Gabrielle de Villeneuve menerbitkan cerita Si Cantik dan Si Buruk Rupa versi pertama yang berjumlah 362 halaman.
8 Versi yang pertama ini tidak ditujukan untuk anak-anak karena plotnya yang panjang, dan beberapa subjek dalam ceritanya ditujukan pada pembaca dewasa. 1756 Perancis Madame Le Prince de Beaumont menerbitkan versi Si Cantik dan Si Buruk Rupa yang sudah diringkas. Versi inilah yang nantinya sangat dikenal dan digunakan di masa depan. Cerita ini ditulis untuk pembaca muda, dengan pesan yang lebih mendidik dan plot yang lebih sederhana. Buku ini merupakan contoh pertama dari dongeng yang ditulis khusus untuk anak-anak. 1812 & 1815 Jerman Jacob dan Wilhelm Grimm menerbitkan dua buku berjudul Kinder und Hausmarchen (Childhood and Household Tales). Cerita yang terkenal dari koleksi ini adalah Pangeran Katak, Hansel dan Gretel, Rumpelstiltskin dan Putri Salju. 1835 Denmark Dongeng Hans Christian Andersen diterbitkan. Banyak dari ceritanya adalah karangan sendiri, tapi beberapa berasal dari cerita rakyat tradisional. 1867-76 Inggris Walter Crane menerbitkan ilustrasi berwarnanya yang dibuat berdasarkan dongeng termasuk Si Cantik dan Si Buruk Rupa, Putri Tidur, Kucing Bersepatu Bot, dan Cinderella.
9 1890 Rusia Peter Ilyich Tchaikovsky meluncurkan opera Putri Tidur di St. Petersburg, Rusia pada tanggal 15 Januari 1890. Beberapa dari lagu Tchaikovsky nantinya muncul pada film animasi Walt Disney yang mengadaptasi cerita yang sama. 1890 Inggris Joseph Jacobs menerbitkan English Fairy Tales, diikuti More English Fairy Tales, Celtic Fairy Tales, Indian Fairy Tales, dan European Folk and Fairy Tales. Semua bukunya diberi ilustrasi oleh John Batten. 1937 Amerika Serikat Film animasi Walt Disney pertama, Putri Tidur diluncurkan. Film ini kemudian sukses secara komersial dan diikuti oleh film-film Disney hasil adaptasi dongeng lainnya. Tujuh kurcaci yang sebelumnya tidak bernama diberikan nama dalam film ini oleh Walt Disney. (Dikutip
dari
Heiner,
Anne,
Heidi,
2003,
A
Fairytale
Timeline,
www.surlanufairytales.com)
Tradisi Lisan Saat ini, ketika kita mendengar kata mendongeng pada umumnya masyarakat akan merujuk pada tradisi lisan. Hampir semua kebudayaan memiliki tradisi lisan yang kaya, meskipun terkadang sejarah lisan kebudayan kita telah berubah menjadi teks tertulis atau telah punah bersama nenek moyang kita.
10 Masyarakat di setiap tempat dan zaman telah melakukan kegiatan bertutur. Dalam tradisi lisan, mendongeng melibatkan penutur dan pendengarnya. Sang penutur menciptakan sebuah pengalaman, dan secara bersamaan juga para pendengar menerima pesan dan menciptakan bentuk khayalan masing-masing dari kata-kata yang didengar dan bahasa tubuh yang dilihat. Dalam situasi ini, pendengar turut ambil bagian dalam penciptaan seni ini. Terkadang penutur berdialog dengan pendengar, untuk mengatur kalimat mereka atas respon terhadap pendengarnya atau situasi di sekitarnya. Bertutur merupakan bentuk seni yang selalu bergerak mengikuti keadaan, kondisi ini terkadang bisa disejajarkan dengan musik, seorang penutur tidak menghapal sejumlah tulisan, tapi mempelajari sejumlah kejadian yang serupa dengan sekenario untuk membentuk sebuah plot naratif yang menghibur dari awal sampai akhir, kemudian menggambarkan karakter-karakter dan situasi dimana kisahnya mengambil tempat. Oleh karena itu tidak pernah ada dua cerita lisan yang benar-benar sama. Tujuan dari tradisi lisan adalah untuk menghibur, mendidik, memelihara kebudayaan, dan untuk menanamkan pengetahuan serta nilai-nilai moral; membantu orang-orang dari generasi sesudahnya untuk mengerti darimana asal mereka dan apa yang bisa mereka capai nantinya.
Mengapa Kita Mendongeng? Kita suka mendongeng dan tertarik dengan cerita-cerita di dalamnya karena dongeng memberikan kita tempat dalam masyarakat: memberikan kita predikat dalam pertentangan, ambiguitas, dan keraguan, cerita dapat menerima kondisi yang ditentang oleh masyarakat―serupa seperti masyarakat yang menerima sekaligus menentang keberadaan kita sebagai pribadi. (Michael Roemer, Telling Stories)
11 Yang lain percaya bahwa cerita membantu kita untuk mengenal diri kita diantara orang-orang lain dalam setiap kebudayaan dimanapun di dunia. Membentuk dan mengekspresikan kisah nyata tentang kehidupan kita dan orang-orang yang kita kenal dapat mendekatkan kita satu sama lain; membangun kreativitas kita, meningkatkan rasa humor, keberanian dan percaya diri, dan memelihara kenangan kita. Banyak kebudayaan di seluruh dunia memelihara kenangan mereka melalui cerita. Orang-orang Indian menggunakan dongeng untuk mengajarkan kepercayaan, perdagangan, dan yang lainnya. Orang-orang Afrika yang selama berabad-abad tidak mengenal budaya tulisan bergantung pada dongeng untuk mengajar dan memerintah anggota kelompok mereka. Sebagai hasilnya, dongeng telah diturunkan dari satu generasi ke generasi lainnya.
2.1.2
Bentuk-bentuk Cerita Dalam Folklor Secara umum terbagi 8 genre, yakni: 1. Fabel Fabel adalah cerita singkat, dalam bentuk prosa atau syair, yang menonjolkan binatang, tumbuhan, objek tak bergerak, atau kekuatan alam yang diberi sifat seperti manusia, dan menguraikan sebuah pelajaran moral, yang pada akhir cerita disebutkan secara jelas dalam bentuk peribahasa singkat. 2. Dongeng Dongeng adalah cerita yang menonjolkan karakter seperti bidadari, peri, pertapa bijak, raksasa, binatang yang bisa bicara, dan terkadang sihir. Dalam kebudayaan dimana naga dan dukun sihir dianggap nyata, dongeng bisa menyatu menjadi legenda naratif, dimana ceritanya dipercaya memiliki konteks aktual sejarah.
12 Namun, tidak seperti legenda atau epik, dongeng tidak memiliki hubungan yang jelas dengan kepercayaan ataupun dengan tempat-tempat, orang-orang, dan kejadian tertentu; dongeng mengambil tempat di suatu wilayah waktu yang tidak jelas (‘pada zaman dahulu’) ketimbang waktu yang aktual. 3. Cerita hantu Berupa kisah fiksi atau drama yang melibatkan hantu, atau mengambil kepercayaan tentang keberadaan hantu atau mengambil karakteristik hantu. 4. Kisah Jenaka Merupakan cerita pendek yang ditujukan semata-mata untuk menghibur pendengarnya saja dengan aspek humor dan canda yang terkandung di dalamnya. 5. Legenda Sebuah narasi tentang perilaku manusia yang dipercaya sungguh-sungguh terjadi di suatu waktu dalam sejarah, baik oleh penutur dan pendengarnya. Legenda tidak mempersoalkan apakah kisahnya masuk akal atau tidak dengan sejumlah parameter yang selalu berubah-berubah. Cerita dalam legenda bisa melibatkan sejumlah keajaiban yang dipercaya benar-benar terjadi bersama dengan tradisi dimana legenda tersebut berasal dan dapat diubah seiring perjalanan waktu, untuk mengikuti zaman. 6. Mitos Mitos adalah cerita mengenai dewa atau pahlawan, disusun dalam sistem yang saling terkait, diwariskan secara turun temurun, dan berkaitan dengan kehidupan spritual sebuah komunitas, didukung oleh para penguasa ataupun pemimpin spiritual. Ketika keagungan hubungan spiritual ini putus, maka cerita itu kehilangan kualitas mitologinya dan menjadi cerita rakyat atau dongeng saja.
13 7. Perumpamaan Perumpamaan adalah cerita pendek dalam bentuk prosa ataupun puisi yang memberikan gambaran mengenai pelajaran moral ataupun keagamaan. Berbeda dengan fabel, perumpamaan meniadakan keterlibatan binatang, tumbuhan, benda tak bergerak, dan kekuatan alam sebagai karakternya yang memiliki kemampuan berbicara dan bertindak seperti layaknya manusia. 8. Legenda Kontemporer / Kisah Masyarakat Kisah masyarakat atau mitos masyarakat adalah sejenis cerita rakyat modern yang dianggap pernah terjadi oleh orang-orang yang menyebarkannya. Sebutan ini terkadang bisa disamakan dengan istilah ‘cerita yang kebenarannya diragukan’. Meskipun tidak semua kisah masyarakat itu bualan, tapi banyak sekali yang palsu, kehilangan arah, dibesar-besarkan atau hanya mencari sensasi. Tidak seperti namanya, tempat dalam kisah masyarakat tidak harus berada di lingkungan masyarakat. Istilah ini muncul untuk membedakan kisah masyarakat dengan cerita rakyat yang berasal dari zaman sebelum revolusi industri. (dikutip dari Wikipedia Foundation Inc., 5 Maret 2007, Storytelling, en.wikipedia.org)
2.1.3
Tradisi Mendongeng Di Indonesia Indonesia memiliki tradisi lisan yang sangat kaya, dipengaruhi oleh berbagai
kebudayaan yang melintasi sejarah negeri kita seperti India, Cina, Arab, dan Eropa. Karena memiliki banyak suku bangsa dan budaya, Indonesia memiliki jumlah folklor yang sangat banyak karena tiap-tiap kebudayaan itu menyumbang folklor mereka masing-masing.
14 Namun secara umum, cerita rakyat Indonesia dapat dibagi menjadi 3 kategori umum: 1. Fabel Tipe cerita yang mengajarkan moral dan menggunakan binatang untuk menjelaskan sifat-sifat manusia. Contohnya cerita si kancil. 2. Mitos / legenda Penuturan kreatif untuk menjelaskan kondisi alam sekitar. Contohnya Legenda Malin Kundang yang menceritakan asal mula batu berbentuk manusia yang berlutut di pantai daerah Padang. 3. Dongeng Cerita yang memiliki pola dongeng, seperti Keong Mas. Subyek yang biasanya diangkat sebagai tema diskusi oleh para pendongeng Indonesia umumnya adalah: -
Memelihara cerita-cerita tradisional
-
Pandangan orangtua dan anak tentang kegiatan mendongeng
-
Bagaimana meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa mendongeng tidaklah sekadar tradisi kuno
-
2.1.4
Mendongeng dan pemeliharaan nilai-nilai lingkungan hidup
Pengaruh Mendongeng Pada Anak-anak Kegiatan mendongeng melibatkan tiga unsur utama: cerita, pendongeng, dan
pendengar. Ketepatan pemilihan cerita yang kemudian dituturkan oleh pendongeng yang baik akan menarik perhatian anak-anak dan tiga unsur diatas akan bekerja secara
15 harmonis. Agar anak bisa menghayati cerita, sebaiknya anak-anak dibiarkan ikut berinteraksi dengan pendongeng. Begitu banyak keajaiban mendongeng termasuk saat-saat dimana suasana dipenuhi rasa ingin tahu dan kegembiraan akan cerita yang dituturkan, kebenaran universal dan moral untuk diingat dan digunakan seumur hidup, kemudian munculnya hubungan khusus antara pendongeng dan pendengarnya.
Kekuatan Mendongeng Mendongeng merupakan media yang sangat kuat. Cerita yang dituturkan secara tepat dapat mengilhami sebuah perbuatan, meningkatkan rasa menghargai kebudayaan, memperluas pengetahuan anak, atau menyenangkan mereka. Mendengarkan cerita membantu anak memahami dunia di sekitar mereka dan bagaimana orang-orang berhubungan satu dengan yang lainnya. Ketika anak-anak mendengarkan cerita, mereka menggunakan imajinasi mereka. Mereka membayangkan ‘putri jelita’ atau ‘anak yang lahir dari buah timun’ dari penuturan sang pendongeng. Kreativitas ini bergantung pada cara bercerita sang pendongeng dan pemahaman aktif si pendengar tentang apa yang sudah didengarkan. Semakin menarik cerita dan pendongengnya, semakin banyak pengalaman yang didapat anak-anak. Mendongeng juga membantu anak-anak membangun apresiasi mereka terhadap bentuk-bentuk cerita. Karena anak-anak lebih melibatkan diri mereka dalam berfantasi, mereka cenderung lebih mengingat karakter-karakternya, urutan cerita, dan moral didalamnya. Pendongeng dapat memotivasi anak-anak untuk mendalami berbagai tipe literatur dan menjadi pendongeng, pembaca, dan penulis cerita.
16 Peranan Ilustrasi Dalam Buku Dongeng Buku-buku dongeng biasanya selalu berilustrasi atau bergambar besar dan lucu dengan warna-warni menawan, sedangkan teks bukunya atau isi ceritanya tidak terlalu banyak supaya mudah diserap anak-anak. Ilustrasi yang diperuntukkan anak-anak sendiri baru berkembang setelah era Victorian. Sebelum era ini, kebanyakan negara-negara barat memiliki kecenderungan untuk menganggap anak-anak sebagai ‘orang dewasa mini’. Di era Victorian anggapan ini mulai berganti sehingga masyarakat perlahan membangun sikap lembut terhadap anak-anak mereka, hal ini muncul dengan diluncurkannya buku mainan dan buku cerita bergambar untuk anak-anak prasekolah. Salah satu ilustrator buku anak-anak pertama yang secara luas dikenal adalah Walter Crane (1845 – 1915) karya-karyanya sangat berpengaruh sampai sekarang. Jika dulu gambar untuk anak-anak selalu dipenuhi dengan petuah moral dan kebajikan sehingga terkesan menguliahi, maka Walter Crane memperuntukkan karyanya khusus hanya untuk menghibur anak-anak. Kemudian Randolph Caldecott (1846 – 1886), bila Walter Crane menghibur anak-anak maka Caldecott memikat mereka dengan ilustrasinya yang ekspresif dan imajinatif. Caldecott menciptakan ilustrasi dimana peralatan makan hidup dan berlari, kucing bermain musik, anak-anak merupakan pusat masyarakat dan orang dewasa adalah pelayan mereka. Gaya menggambar Caldecott inilah yang nantinya menjadi dasar dari seluruh ilustrasi buku anak-anak dan film animasi di masa mendatang. Ilustrator yang juga sangat dikenal saat itu adalah Kate Greenaway (1846 – 1901). Karya Greenaway menangkap ekspresi dan imajinasi dari era Victorian. Meskipun karya-karyanya tidak selucu Caldecott, Greenaway selalu berusaha
17 menyesuaikan ilustrasinya dengan layout buku. Baju-baju yang dibuatnya dalam ilustrasi bahkan mempengaruhi desain baju anak-anak di masa itu. Bagi Greenaway, masa kanak-kanak adalah dunia fantasi yang ideal dan penuh dengan kebahagiaan. Greenaway begitu dikenal luas sehingga bahkan sampai kini karya-karyanya masih dicetak ulang. Terakhir adalah Helen Beatrix Potter (1866 –1943), seorang illustrator sekaligus penulis cerita anak-anak yang sampai kini karya-karyanya tetap diminati dan karakterkarakter dalam ilustrasinya sering tampil pada sejumlah merchandise. Beatrix Potter menciptakan ilustrasi dimana karakternya adalah hewan-hewan anthropomorphis dimana karakter dalam ceritanya melibatkan manusia dan hewan-hewan yang bisa bicara dan mengenakan baju seperti layaknya manusia. Bearix Potter menulis dan sekaligus ilustrator bagi ke-23 buku ceritanya. Cerita pertamanya berjudul The Tales of Peter Rabbit, diterbitkan pada tahun 1902, beberapa karyanya yang terkenal adalah The Tale of Squirrel Nutkin (1903), The Tailor of Gloucester (1903), The Tale of Mr. Jeremy Fisher (1906), The Tale of Tom Kitten (1907), The Tale of Mrs. Tittlemouse (1910), dan The Fairy Caravan (1929). Berbicara soal ilustrasi, tidak kecil perannya dalam bacaan anak. Ilustrasi pada bacaan anak tidak hanya semata-mata berfungsi untuk melengkapi teks, namun justru menjadi satu kesatuan dengan cerita. Menurut Murti Bunanta, salah seorang pengamat dan praktisi bacaan anak, setidaknya terdapat tiga peran ilustrasi bagi anak. Pertama, ilustrasi harus mampu memberi ruang pada anak untuk berimajinasi. Kedua, ilustrasi harus mampu menimbulkan rangsangan bagi anak untuk mengenal estetika. Dan terakhir, ilustrasi harus mampu memberi kenikmatan bagi anak yang membaca.
18 2.1.5
Memilih Cerita Untuk Mendongeng Menilai cerita yang baik antara lain dilihat dari bahasanya. Jangan mengandung
kekerasan, kekejaman, dan pelecehan. Temanya bisa apa saja, mau cerita rakyat, fiksi ilmiah, legenda, atau misteri Cerita yang tepat untuk anak-anak biasanya memiliki karakteristik sebagai berikut: -
Jalan cerita yang mudah dipahami
-
Kosakatanya tidak rumit
-
Ceritanya kumulatif dan bisa ditebak
-
Terdapat aksi petualangan
-
Terkadang jenaka
-
Memiliki peristiwa yang menarik dan menghibur didalamnya
-
Memiliki akhir yang menarik dengan kesimpulan yang jelas, dan
-
Mengandung pesan atau moral cerita yang jelas (diambil dari Raines, C., Shirley dan Isbell, Rebecca, 1999, p 8)
Klasifikasi Umur < 5 tahun Umumnya anak balita belum bisa mengerti isi cerita sehingga porsi kegiatan bermain atau bernyanyi lebih besar dibandingkan porsi berceritanya. Untuk kelompok usia ini dongeng yang diceritakan bertujuan untuk memperkenalkan mereka pada lingkungan alam sekitar, dongeng-dongeng ini dapat dikarang sendiri.
19 6 – 9 tahun Pada tahapan ini anak sudah mulai kritis dan sangat menyukai dongeng yang menyenangkan. Mereka sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk dari cerita yang mereka dengar. Untuk kelompok usia ini, dongeng yang cocok bisa berupa legenda, cerita rakyat, dan fabel. 9 – 12 tahun Pada tahapan ini pendongeng memerlukan pendekatan yang agak berbeda, anakanak dalam rentang usia ini sudah bersifat kritis dan daya nalar mereka sangat peka meskipun mereka bersedia mendengarkan. Untuk itu, cara mendongeng harus dimulai dengan dialog. Untuk kelompok ini, cerita yang cocok dibawakan adalah cerita fiksi, seperti petualangan, detektif, serial misteri, atau cerita-cerita lainnya yang penuh tantangan. (diambil dari Pustaka Lebah, 2005, Memilih Dongeng, www.lebah.formasi.com)
2.1.6
Festival Festival atau feast (pesta) adalah sebuah acara, biasanya diadakan oleh
komunitas lokal yang mengangkat aspek unik komunitas tersebut. Bagi orang-orang saleh, sebuah feast atau festival merupakan kumpulan perayaan untuk memuja Tuhan atau dewa. Makna feast dan festival secara sejarah dapat ditukar. Bagaimanapun, makna “feast” sendiri telah masuk dalam percakapan umum sebagai sinonim dari makan besar atau rumit. Ketika digunakan dalam makna festival, maka maknanya berubah menjadi festival keagamaan ketimbang festival film atau seni.
20 Kata fest diturunkan dari bahasa Inggris pertengahan, yang berasal dari bahasa Perancis pertengahan festivus, dari bahasa Latin festivus. Festival tercatat sebagai kata benda di tahun 1585. Sebelumnya kata itu digunakan sebagai kata sifat dari abad keempat belas, yang berarti perayaan hari besar gereja. Etimologi dari fesat sangat mirip dengan festival. Kata feste (hanya berbeda satu huruf dari fest) berasal dari bahasa Inggris pertengahan yang diturunkan dari bahasa Perancis pertengahan, dari bahasa Latin festa. Feast digunakan sebagai kata benda sekitar tahun 1200 dan kemudian digunakan sebagai kata kerja sekitar tahun 1300. Festival, dalam banyak bentuk memaknai kebutuhan sosial dan pekerjaan secara spesifik, sama halnya untuk memaknai hiburan. Perayaan masa kini menawarkan rasa kebersamaan akan kelompok keagamaan, sosial atau geografis. Festival modern yang memusatkan perhatian pada topik budaya atau etnik memberi informasi terhadap anggota mereka mengenai tradisi. Di masa lalu, festival merupakan saat dimana orangorang tua berbagi cerita dan pengetahuan kepada generasi muda. Pesta di masa lalu memberikan makna kebersamaan diantara keluarga dan bagi masyarakat untuk bertemu dengan jodohnya. Peringatan ulang tahun seringkali dipilih untuk mengadakan festival tahunan sebagai peringatan akan hal-hal penting di masa lalu.
2.1.7
Festival Mendongeng Festival mendongeng adalah acara tahunan yang menampilkan pendongeng
lokal, daerah, atau nasional. Setiap pendongeng akan dijadwalkan untuk tampil dalam waktu tertentu. Para pendongeng yang ditampilkan biasanya profesional, tapi pendongeng semi-profesional atau amatir juga bisa ditampilkan.
21 Festival ini bisa diadakan selama satu hari sampai beberapa hari. Tergantung dari banyaknya acara, jadwal festival diatur dalam selang waktu tertentu bagi para pendongeng untuk tampil. Para pendongeng diatur untuk bergantian atau orang-orang dapat berpindah dari tempat satu ke tempat lainnya. Tenda atau sebuah ampliteater dapat digunakan untuk acara mendongeng luar ruang. Auditorium, teater, bangungan bersejarah, ruang kelas, atau gymnasium dapai dijadikan acara mendongeng dalam ruangan. Terkadang festival mendongeng memasukkan acara “bertukar cerita”, sebuah kesempatan bagi para amatir untuk berbagi cerita mereka atau memamerkan kemampuan dari pemenang lomba mendongeng. Berikut ini beberapa festival mendongeng yang ada di dunia, sifatnya beragam mulai dari level nasional sampai level lokal. Festival Mendongeng di Amerika Serikat 1. The National Storytelling Festival di Jonesborough, Tennessee. Perhelatan ini sudah ada sejak tahun 1973. Diadakan tiap tahun setiap akhir minggu pertama di bulan Oktober. 2. Tellabration, An Evening of Storytelling for Adults Merupakan festival mendongeng yang diadakan di Amerika Serikat, Jepang, Kanada, dan beberapa negara lainnya. Diadakan pada hari Sabtu sebelum Hari Thanksgiving bulan November. 3. The Bristol Hills Storytelling Club festival, di Bristol, Indiana. Setiap akhir minggu pertama setelah Hari Buruh di Congdon Park, telah diadakan sejak tahun 1990.
22 4. Winter Storytelling Festival, di Atlanta, Georgia Setiap akhir minggu di akhir bulan Januari. 5. Tennessee Winter Storytelling, di Pidgen Forge. Diadakan setiap akhir minggu Valentine di bulan Februari. 6. Stephen Foster State Park Storytelling Festival di White Springs, Florida. Diadakan setiap akhir minggu di bulan April. 7. Celtic Festival Oglethorp College di Atlanta, Georgia. Diadakan setiap akhir minggu di minggu ketiga bulan Mei. 8. Folk Life Center of the Smokes - Harp and Dulcimer Festival with Storytelling. Diadakan setiap akhir minggu Hari Ayah, pertengahan bulan Juni. 9. Cherokee Rose Storytelling Festival diadakan di West Georgia College di Carrolton, Georgia. Diadakan tiap akhir minggu di minggu terakhir bulan September. 10.Cracker Storytelling Festival di Homeland, Florida. Diadakan di akhir minggu di akhir bulan Oktober 11.Gifts Without Wrappings - Storytelling The Carter Center di Atlanta, Georgia Diadakan tiap bulan Desember.
Festival Mendongeng di Inggris 1. Beyond the Border International Festival of Storytelling. Diadakan selama tiga hari di awal Juli, dalam suasana yang sederhana dan menyenangkan; sebuah kastil Wales tua. Para pendongengnya berasal dari
23 seluruh dunia dengan pendekatan tradisi lisan kuno. Termasuk salah satu festival istimewa di Inggris. 2. Festival At The Edge, di Much Wenlock, Shropshire. Diadakan setiap akhir minggu ketiga bulan Juli selama tiga hari. Festival ini juga termasuk festival utama di Inggris, bertempat di bukit pertanian kecil dengan iringan musik rakyat. 3. Tales at Martinmas, festival mendongeng di Ross-shire, Skotlandia. Diadakan selama satu hari di bulan November dengan cerita-cerita yang dikhususkan pada tradisi orang Scotlandia perantauan. Festival Mendongeng di Kanada 1. Yukon International Storytelling Festival Diadakan tiap akhir minggu pertama di bulan Juni. Merupakan festival mendongeng terbesar di Kanada dan satu-satunya yang bertaraf internasional. 2. Storytelling Through the Age Setiap tiga bulan pertama tiap tahun. Bulan Januari bertemakan dongeng Odyssey, Februari dan Maret bertemakan dongeng yang memiliki latar belakang sejarah sepeti Beowulf, Raja Kera, Mitologi Norse. 3. Fort Edmonton Storytelling Festival, Edmonton, Alberta. Diadakan setiap awal bulan September. 4. North Bay Storytelling Festival, diadakan oleh organisasi pendongeng NearNorth, di North Bay, Ontario. Setiap akhir bulan Juli. 5. London Storytelling Festival, di London, Ontario Setiap pertengahan bulan October
24 6. Toronto Jewish Storytelling Festival, di North York, Ontario Festival Mendongeng di Australia Australian National Festival of Story di wilayah barat daya Australia, kota Sydney atau Canberra, tiap akhir September atau pertengahan Oktober. Diadakan oleh Australian Storytelling Guild (NSW) Inc. Festival Mendongeng di Singapura Asian Congress of Storytellers, diadakan selama dua hari di pertengahan bulan November. Dengan pengantar bahasa Inggris dengan para pembicara kunci, dua puluh lokakarya dari para pendongeng Asia dan internasional. Disusul dengan pertunjukan mendongeng. Festival Mendongeng di Indonesia Minggu Mendongeng Nusantara diadakan oleh Rumah Dongeng Indonesia, tiap pertengahan Oktober selama delapan hari di Jakarta. Termasuk diantaranya Festival Mendongeng Indonesia dengan acara mendongeng menggunakan topeng, Teater Anak. Dongeng yang diambil berasal dari Indonesia, dan pesertanya berasal dari Australia dan Jepang; Taman Kreativitas, camping sambil mendongeng, kompetisi menggambar, permainan tradisional; lokakarya mendongeng dan seminar. Festival mendongeng lainnya adalah festival dwi-tahunan yang diadakan oleh Kelompok Pecinta Bacaan Anak (KPBA) sejak tahun 1993. Salah satunya yang cukup dikenal adalah Festival Mendongeng V di Bentara Budaya Jakarta (BBJ), 17-20 Juli 2003. Festival yang didukung oleh Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, Departemen Pendidikan Nasional, ini akan menggelar 35 pementasan cerita rakyat nusantara. Selain itu, juga akan dibacakan delapan cerita rakyat
25 mancanegara. Mereka yang akan membacakan cerita di antaranya Duta Besar Inggris untuk Indonesia Richard Gozney CMG, Dr Dusan Dacho (konselor dari Kedubes Slovakia), dan Dr Margaret MacDonald (pendongeng asal Amerika Serikat). Festival Mendongeng V digelar dalam dua sesi, yaitu sesi pagi (10.00-12.30) dan sesi siang (14.00-16.30). Pada masing-masing sesi akan ditampilkan lima cerita. Kemudian Festival Mendongeng VI tanggal 23 Juli - 26 Juli 2005, bertempat di Bentara Budaya, mengetengahkan pementasan 40 dramatisasi cerita rakyat dari Bengkulu, Jawa, Sulawesi Selatan, Kalimantan Barat, Aceh, Sumatera Utara, Kalimantan Tengah, Riau, Bali, Sabah, India, Singapura, Jepang, Amerika, Vietnam, dan lainnya. Setiap hari dibagi menjadi dua sesi, Pagi pk. 09.30 - 12.30, Siang pk. 14.00 - 16.30.
2.2 Survei Data Pembagian angket terhadap 378 responden anak-anak dalam rentang usia 8 – 12 tahun, seluruh responden berdomisili di Jakarta. Tujuan yang ingin dicapai dari pembagian angket ini adalah: -
Melihat apakah anak-anak pernah didongengi
-
Apakah anak-anak menyukai aktivitas pembacaan dongeng itu
-
Mencari tahu respon anak-anak tentang cerita rakyat Indonesia
Terdapat enam buah pertanyaan yang dijawab dengan cara memilih oleh anak-anak, sebagai berikut:
26 1. Kalian pernah diceritain dongeng, nggak? Grafik 2. 1 100
89.42
80 Ya
60
Tidak pernah 40
Tidak tahu
20
8.46
2.11
0
2. Kalau pernah, siapa yang ceritain? Grafik 2. 2 100 80
76.03 Mama/papa Nenek/kakek
60
Suster/pembantu 40
Lain-lain 19.82
20
Tidak jawab
16.56 7.39
0.88
0
3. Kamu senang diceritain dongeng? Grafik 2. 3 100 80
72.48 Senang Lumayan
60
Biasa saja 40 20
Tidak 15.38
Tidak tahu 10.35 0.88
0
0.88
27 4. Kalian tahu nggak cerita rakyat Indonesia? Grafik 2. 4 100
89.41
80 60
Tahu Tidak tahu
40 20
10.58
0
5. Kalau tahu, darimana kalian tahu ceritanya? Grafik 2. 5 100 80
Pelajaran 57.69
60 40
Baca bukunya Diceritakan
35.79
33.13
Nonton TV 21.89
Lain-lain
20 2.95 0
6. Apakah kalian suka dengan cerita rakyat Indonesia? Grafik 2. 6 100 80 58.87
Senang
60 40 20 0
Lumayan Biasa saja
29.88
Tidak 9.76
1.77
28 Setelah melakukan penelitian dalam bentuk pembagian angket, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Sebagian besar anak-anak mengaku pernah didongengi oleh orangtuanya, dan mereka mengaku bahwa pengalaman itu menyenangkan bagi mereka. 2. Sebagian besar anak-anak mengaku tahu apa itu cerita rakyat Indonesia, dan kebanyakan dari mereka mereka mengetahuinya dari buku cerita, sesudah itu pelajaran di sekolah dan mendengar ceritanya dari orang lain. 3. Anak-anak mengakui suka dengan cerita rakyat Indonesia.
Pembagian angket terhadap 50 responden orangtua dengan anak usia pra-sekolah sampai kelas enam SD yang berdomisili di Jakarta. Tujuan yang ingin dicapai dari pembagian angket ini adalah: -
Melihat apakah ada budaya mendongeng di kalangan orang tua
-
Apakah orangtua mengenalkan cerita rakyat Indonesia pada anak-anak mereka
-
Mencari tahu kesadaran masyarakat mengenai festival mendongeng yang sudah ada
-
Mencari tahu apresiasi orangtua terhadap pengadaan festival mendongeng
Terdapat duabelas pertanyaan yang harus dijawab dengan cara memilih oleh orangtua, sebagai berikut:
29 1. Apakah Anda pernah mendongeng untuk anak Anda? Grafik 2. 7 100 88 80 60
Ya Tidak
40 20
12
0
2. Jika ya, berapa kali Anda melakukannya? Grafik 2. 8 100 80 Tiap hari 60
Cukup sering
50
Kadang-kadang
31.8
40
Sekali-sekali 20
11.34
6.8
0
3. Kenapa Anda melakukannya? Apa tujuan utama Anda mendongengi anak Anda? Grafik 2. 9 100 80
Untuk pertumbuhan dan perkembangan anak
75
Hiburan bagi anak
60 38.63 40 20.45 20 0
2.27
Saya memang suka bercerita saja Lain-lain
30 4. Kenapa Anda tidak melakukannya? (ditanyakan pada yang menjawab ‘tidak’) Grafik 2. 10 100 80 60
Tidak ada waktu
50
Tidak biasa mendongeng 33.33
40
Lain-lain 16.67
20 0
5. Menurut Anda, perlukah mendongeng bagi anak-anak? Baik itu dilakukan oleh orangtua atau orang lain? Grafik 2. 11 100 100 80 Perlu
60
Tidak perlu 40
Tidak tahu
20 0 0
0
31 6. Apakah Anda pernah membelikan anak Anda buku-buku cerita? Grafik 2. 12 100
90
80 Ya
60
Tidak 40
Tidak jawab
20
8
2
0
7. Pernahkah Anda membelikan buku cerita/mendongengi cerita rakyat Indonesia pada anak-anak Anda? (ditanyakan pada yang menjawab ‘ya’) Grafik 2. 13 100 80
80
60
Ya Tidak
40 20 20 0
8. Apakah Anda tahu mengenai festival mendongeng anak? Grafik 2. 14 100 78
80
Ya
60
Tidak 40 20
Tidak jawab 18 4
0
32
9. Apakah Anda pernah mengajak anak Anda pergi ke festival mendongeng anak? (ditanyakan pada yang menjawab ‘ya’ ) Grafik 2. 15 100
88.89
80 60
Ya Tidak
40 20
11.1
0
10. Apakah Anda puas dengan acara-acara dalam festival mendongeng yang pernah Anda ikuti? (ditanyakan pada yang menjawab ‘ya’ ) Grafik 2. 16 100 100 80 Puas 60
Lumayan Biasa saja
40
Tidak puas 20 0 0
0
0
Catatan: Dari 50 orang yang ditanyakan hanya satu orang yang pernah mengikuti acara festival dongeng, orang itu menjawab ‘lumayan’ saat ditanya pendapatnya mengenai festival yang diikutinya.
33 11. Menurut Anda apakah festival mendongeng dan semacamnya perlu diadakan? Grafik 2. 17 100 80 80 Perlu 60
Tidak perlu Tidak tahu
40
Tidak jawab 12
20 2
6
0
12. Jika ya, menurut Anda berapa kali selayaknya acara tersebut perlu diadakan? (ditanyakan pada yang menjawab ‘ya’) Grafik 2. 18 100 80 1x setahun 60 40
2x setahun 35
40
3x setahun >3x setahun
20
12.5
12.5
0
Setelah melakukan penelitian dalam bentuk pembagian angket, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Sebagian besar responden mengaku pernah mendongengi anaknya meskipun tidak teratur dan mereka tampaknya sadar bahwa kegiatan mendongeng memiliki dampak positif terhadap tumbuh kembang anak mereka 2. Umumnya responden memperkenalkan dongeng Indonesia kepada anak-anak mereka baik itu dalam bentuk bacaan ataupun diceritakan
34 3. Semua responden setuju bahwa kegiatan mendongeng adalah kegiatan yang perlu dilaksanakan 4. Umumnya responden tidak menyadari adanya kegiatan festival mendongeng yang sudah ada sebelumnya, tapi mereka umumnya setuju bahwa acara seperti itu perlu dilaksanakan 2 kali setahun. 5. Hampir semua responden yang tahu tentang kegiatan festival mendongeng tidak mengajak anaknya menghadiri festival tersebut
2.3 Data Pendukung 2.3.2
Manfaat Mendongeng Pada Anak Melalui dongeng banyak manfaat yang bisa didapat untuk pertumbuhan anak-
anaknya kelak. Tak hanya soal kemampuan berpikir, namun juga karakternya. Tokoh dongeng Kusumo Priyono Ars atau Kak Kusumo menjelaskan, kegiatan mendongeng sebenarnya tidak sekedar bersifat hiburan belaka, melainkan memiliki tujuan yang lebih luhur, yakni pengenalan alam lingkungan, budi pekerti dan mendorong anak berperilaku positif. Menurut dia, cakrawala pemikiran anak dapat berkembang sesuai dengan nalurinya. Apabila diperhatikan, anak-anak mempunyai jiwa perasaan halus dan mudah terpengaruh. Sudah menjadi sifat mereka untuk suka mencontoh atau meniru. Begitu pula mereka memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap sesuatu yang menarik minal anak sehingga menumbuhkan fantasi serta imajinasinya. Mendongengi anak-anak sejak masa usia prasekolah memang banyak mendatangkan manfaat bagi perkembangan otak dan mental anak.
35 Bagi anak usia prasekolah, perkembangan bahasanya tumbuh sangat pesat. Mendengarkan dongeng bisa menjadi stimulasi yang sangat bermanfaat bagi perkembangan kemampuannya berbahasa. Kemampuan berbahasa sejak usia dini memang tidak bisa dianggap sepele. Sebab, melalui berbahasalah anak mulai mengasah nalarnya dengan belajar mengungkapkan pikiran dan emosinya. Sebab itu, dalam mendongeng sebaiknya orangtua atau orang yang mendongengi tidak sekadar membacakan cerita dari sebuah buku saja dengan datar. Melalui mimik dan intonasi kita saat bercerita, stimulasi melalui dongeng menjadi lebih kaya. (Psikolog anak dari Universitas Indonesia, Dini Daeng) Dongeng juga memancing daya imajinasi anak. Dibandingkan misalnya dengan melulu menonton cerita kartun di televisi yang sudah lengkap dengan suguhan visual. Namun, jika suatu dongeng atau cerita dibangun hanya dengan bertutur, anak bisa belajar mengembangkan imajinasinya. Hal itu memungkinkan anak berlatih membangun sendiri gambaran-gambaran di pikirannya berdasarkan gagasan-gagasan dalam cerita. Budaya bercerita sudah sejak dini dikenal anak-anak. Dengan cerita, dongeng, anak lalu bertahap jadi cinta dengan buku, setelah itu bertahap dia jadi terbiasa dengan menulis, menuangkan gagasannya, imajinasinya. (Isa, seorang ibu yang anaknya telah menulis buku berjudul Dunia Caca) Seiring dengan pertambahan usia anak, dongeng menjadi lebih dari sekadar merangsang perkembangan bahasanya. Melalui dongeng, orangtua bisa menyisipkan ajaran ataupun nilai-nilai yang ingin diberikan kepada anak-anaknya.
36 Suasana yang akrab dan intim, adanya kontak emosi dengan orangtua saat didongengi, membuat perasaan anak merasa tenteram. Suasana perasaan seperti itulah yang menurut Dini sangat kondusif untuk menanamkan pada anak nilai-nilai melalui dongeng. Meski dongeng bisa menjadi sarana pendidikan bagi anak, namun pemerhati dongeng dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Prof Riris K Toha Sarumpaet PhD, berpendapat, sebaiknya nilai-nilai ataupun ajaran moral yang ingin diberikan orangtua kepada anak hendaknya tidak disampaikan secara gamblang, dogmatis, sehingga lama-lama bisa menjadi memuakkan. Dongeng harus bersifat menyenangkan, tidak menggurui. Tak perlulah bilang misalnya, ’pesan moral dari cerita itu adalah…’ atau ’makanya jadi anak harus..blabla..’. Ajaran atau nilai tersebut biarkan menjadi bagian dari keseluruhan bangunan cerita, tidak perlu dikonfirmasi dalam kalimat penegas yang menggurui. Agar anak bisa menghayati cerita, sebaiknya dia dibiarkan ikut berinteraksi dengan pendongeng. Anak sebaiknya diberi kesempatan memberi komentar atas dongeng yang disajikan. Anak biasanya ingin menjadi bagian dari cerita atau menirukan tokoh. Jadi, biarkan saja itu terjadi, ini juga tidak merusak cerita. Mendongeng secara interaktif, apalagi dengan media atau alat peraga, biasanya sulit diusahakan orangtua, apalagi jika mereka sibuk bekerja. Namun, sebenarnya orangtua bisa membuat media yang sederhana, seperti boneka, tali, kertas warna, atau manik-manik. Orangtua bisa menyiapkan media itu kala senggang. Anne Pellowski, pendongeng dari New York, Amerika Serikat menekankan bahwa alat peraga sangat penting. Kalau sekadar membacakan cerita, anak bisa bosan.
37 Untuk membuat wayang beber, jika sulit dengan bahan kain, orangtua bisa menggantinya dengan kertas, lalu digambari seperti adegan dalam cerita. Jika orangtua tak bisa atau tak punya waktu, biasanya sekolah mempunyai jadwal mendongeng. Manfaat lain mendongeng adalah melatih anak agar tak malu dan percaya diri. Awalnya, anak mungkin diam saja. Namun, lama-lama anak mulai bertanya dan menirukan tokoh dalam cerita. Selain itu, mendongeng juga bisa menjadi wahana membangun karakter anak. Guru dan orangtua bisa menilai bagaimana sikap anak dengan menanyakan pendapatnya tentang sesuatu hal setelah dia didongengi. Setelah pendongeng selesai bercerita, anak sebaiknya ditanya, tokoh mana dalam cerita yang disukai dan mengapa. Orangtua bisa menilai kecenderungan anak terhadap sesuatu hal. Apa yang dia sukai dan tidak, apa yang dia anggap baik atau buruk. Apalagi jika cerita itu menyelipkan petuah. Dengan kata lain, tujuan utama mendongeng adalah memperkaya pengalaman batin anak dan menstimulir reaksi sehat atasnya. Tentu, hasilnya jelas tidak dapat dilihat seketika. Berdasarkan kecenderungan dari sifat-sifat anak, jelaslah bahwa mendongeng bukanlah perkara gampang. Di dalam memilih cerita dongeng misalnya, orang tua dituntut selektif dan jangan asal memilih cerita. Sebab, bisa jadi suatu cerita justru merangsang perilaku negatif anak
38 2.4 Data Penyelenggara Kementerian Negara Kebudayaan dan Pariwisata
Landasan Hukum Surat Menteri PAN No. B/768/M.PAN/4/2005 tanggal 27 April 2005 Surat Menteri PAN No. B/768/M.PAN/4/2005 tanggal 27 April 2005, menyetujui Struktur Organisasi Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Kemudian disahkan melalui Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: PM.17/HK.001/MKP2005, tanggal 27 Mei 2005, tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Kedudukan, Tugas, Fungsi, Dan Kewenangan Pasal 1 Departemen Kebudayaan dan Pariwisata merupakan unsur pelaksana pemerintah, dipimpin oleh Menteri yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Pasal 2 Departemen Kebudayaan dan Pariwisata mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang kebudayaan dan kepariwisataan. Pasal 3 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata menyelenggarakan fungsi:
39 a. perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dan kebijakan teknis di bidang kebudayaan dan kepariwisataan; b. pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidang tugasnya; c. pengelolaan barang milik/kekayaan Negara yang menjadi tanggung jawabnya; d. pengawasan atas pelaksanaan tugasnya; e. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden.
PT Gramedia Pustaka Utama
Jl. Palmerah Barat 33 – 37 Gedung Gramedia Lt. 2 – 3 Jakarta 10270 Telp. (021) 5367834 www.gramedia.com Sejarah Perusahaan Penerbit Gramedia mulai menerbitkan buku sejak tahun 1974. Buku pertama yang diterbitkan adalah novel Karmila, karya Marga T. Sedangkan untuk buku non-fiksi pertama adalah Hanya Satu Bumi, yang ditulis oleh Barbara Ward dan René Dubois (diterbitkan bekerjasama dengan Yayasan Obor). Yang kemudian disusul oleh buku seri anak-anak pertama Cerita dari Lima Benua, dan kemudian seri-seri yang lain. Visi dan Misi Ikut mencerdaskan dan memajukan kehidupan bangsa serta masyarakat Indonesia
40 Gramedia Pustaka Utama berusaha keras untuk menjadi agen pembaruan bagi bangsa ini dengan memilih dan memproduksi buku-buku yang berkualitas, yang memperluas wawasan, memberikan pencerahan, dan merangsang kreativitas berpikir. Melalui pengalaman jatuh-bangun dan melihat kebutuhan pasar, Gramedia Pustaka Utama akhirnya mengkonsentrasikan diri untuk menggarap dua bidang utama, yakni fiksi dan non-fiksi. Bidang fiksi dibagi menjadi fiksi anak-anak dan pra-remaja, remaja, dewasa. Bidang non-fiksi dibagi menjadi humaniora, pengembangan diri, bahasa dan sastra Indonesia, bahasa Inggris/ELT, kamus dan referensi, sains dan teknologi, kesehatan, kewanitaan (masakan, busana), dsb. Karena misi dan visi itu pula, Gramedia berusaha memilih penulis-penulis yang berkualitas. Di deretan fiksi kita mengenal nama-nama yang memiliki reputasi internasional seperti: John Grisham (penulis legal thriller), Sidney Sheldon, Agatha Christie, Danielle Steel, Sir Arthur Conan Doyle, dll.; dan lima penulis wanita paling top di Indonesia: Marga T., Mira W, Maria A. Sardjono, V. Lestari, dan S. Mara Gd. Di deretan non-fiksi untuk penulis lokal ada Hermawan Kartajaya, Kwik Kian Gie, Rhenald Kasali, Husein Umar, Vincent Gaspers, Andreas Harefa, Anand Krishna, Hembing W., Nila Chandra, Marry Winata, Rudy Choirudin, dll.; dan untuk penulis asing (terjemahan) ada: Jack Canfield & Mark Victor Hansen (Seri Chicken Soup for the Soul), John Gray, Daniel Goleman, John P. Kotter, Joe Girard, Andrew Weil, dll.
41 PT Elex Media Komputindo
Jl. Palmerah Selatan 22 – 28 Gedung Gramedia III Lt. 6 Telp. (021) 5480888 www.elexmedia.co.id Sejarah Perusahaan PT Elex Media Komputindo didirikan pada tanggal 15 Januari 1985 dengan certificate ID 03/0151 dan ISO 9001:2000. Pada awal berdirinya PT Elex Media Komputindo, selaku penerbit melakukan kegiatan menerbitkan berbagai buku komputer dan makalah komputer dan Elextronika yaitu majalah Elex dan Mikrodata, kemudian berkembang dengan menerbitkan buku komik, buku anak dan buku manajemen. Pada tahun 1991 berdirilah divisi Software (program / perangkat lunak) dan Multimedia yang dibentuk untuk mengantisipasi perkembangan teknologi multimedia. Produk yang dihasilkan diantaranya Software pendidikan untuk kebutuhan sekolah dan keluarga dan Software aplikasi untuk kalangan bisnis seperti aplikasi untuk akuntansi. Pada tahun 1994 PT Elex Media Komputindo membuka divisi Merchandise (barang hadiah) untuk menangani merchandise produk lisensi dari Jepang seperti Kung Fu Boy, Dora Emon, Winnie the Pooh, Mickey Mouse dan sebagainya. Dalam kegiatan operasionalnya selain menjalin kerjasama dengan pengarang atau penerbit lokal seperti Grasindo, Gramedia Pustaka Utama, Kompas dan lain-lain, PT Elex Media Komputindo juga menjalin kerjasama yang baik dengan penerbit dari luar
42 negeri seperti Amerika Serikat (Sybex, Microsoft Press, Ziff Davis, Prentince Hall, Addison Wesley, The Economist Book, Harvard Business School, Wordware, Sterling Paperback), Jerman, dan negara lain (Markt & Technik, Henzeis Verlag, Pittman Publishing, Asiapac, Canfonian) serta Jepang (Kondansha, Shogakukan, Sueisha, Tohan, Gakkensha, Joei, Ohmsha, Kaisei-sha, Akita Shoten, Hakusansha) dalam hal penjualan dan pembelian hak cipta. Visi dan Misi Visi PT Elex Media Komputindo adalah “Manusia pada hakekatnya terpanggil untuk bersama sesamanya berkarya demi pengembangan diri dan lingkungan ke arah kebaikan yang bersumber pada Tuhan Yang Maha Esa”. Sedangkan Misinya adalah “Elex bergerak di bidang penerbitan dan multimedia yang mencerahkan kehidupan bangsa yang dijalankan dengan etika usaha bersih, profesional serta bertanggung jawab sosial”.
Majalah Bobo
Gedung Gramedia Majalah Jl. Panjang 8 A Kebun Jeruk Jakarta 11530 Telp. (021) 5330170 Fax. (021) 5320627 e-mail:
[email protected]
43 Sejarah Perusahaan Majalah Bobo terbit pertama kali pada tanggal 14 April 1973. Cikal bakal majalah ini adalah halaman anak-anak di Harian Kompas. Atas prakarsa Bapak PK Ojong bersama Bapak Jakob Utama, pendiri Kompas, halaman anak-anak ini dikembangkan menjadi majalah anak-anak. Bekerja sama dengan Majalah Bobo Belanda, pengasuh halaman anak-anak Kompas kemudian membuat Majalah Bobo Indonesia. Pada mulanya Majalah Bobo terdiri dari 16 halaman kertas koran. Majalah Bobo adalah majalah anak-anak pertama yang berwarna di Indonesia. Sebagian isinya berasal dari bahan-bahan di Majalah Bobo Belanda yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Sebagiannya lagi meneruskan rubrik dari halaman anak-anak Kompas. Bapak Adi Subrata dan Ibu Tineke Latumeten lah yang pertama-tama mengasuh majalah anak-anak ini. Kini isi Majalah Bobo seluruhnya dibuat dan dikerjakan oleh staf redaksi Bobo Indonesia. Isi dan penampilannya pun semakin bervariasi. Hanya nama dan karakter tokohnya tetap Bobo. Majalah Bobo bervisi ikut mencerdaskan bangsa dengan memberi bacaan yang menghibur, sehat, dan bermanfaat dalam tumbuh kembang anak. Visi dan Misi -
Menemani anak dalam bermain dan belajar.
-
Membantu anak dalam mengembangkan keterampilan, pengetahuan, dan kreativitas.
-
Mengajak anak berpikir logis dan bernalar. Peka terhadap sesama.
-
Menghargai keragaman dan hidup yang bermartabat.
44 Surat Kabar Kompas
Jl. Palmerah Selatan 26 – 28 Jakarta 10270 Telp. (021) 5347710, 5347720, 5347730 Fax. (021) 5486085, 5483581 www.kompas.co.id Sejarah Perusahaan Surat kabar Kompas diterbitkan pada tanggal 28 Juni 1965, di tengah usaha untuk menembus situasi keterbatasan informasi yang terjadi pada saat itu oleh PK Ojong (alm), Jakob Oetama (saat ini Presdir KKG) dkk. Saat ini Kompas terkenal sebagai koran berskala nasional terbesar di Indonesia, dengan oplah lebih dari 550.000 per-hari. Visi Menjadi agen pembaharu dalam rangka ikut serta menciptakan masyarakat baru Indonesia. Masyarakat baru Indonesia adalah masyarakat yang berwatak baik, profesional, menjunjung tinggi demokrasi, terbuka mengakui kemajemukan masyarakat tanpa membedakan sara dan setia pada negara. Misi Atas dasar azas solidaritas dan kemanusiaan mencerdaskan dan memajukan kehidupan bangsa melalui bidang informasi dan bidang lain.
45 Kelompok Pecinta Bacaan Anak (KPBA)
ITC Permata Hijau Ruko Diamond No. 21 – 22 Jakarta Selatan Telp. (021) 53664109 e-mail:
[email protected] Sejarah Lembaga Kelompok Pecinta Bacaan Anak (KPBA) adalah kelompok yang didirikan pada tahun 1987 oleh Suyadi atau Pak Raden bersama DR. Murti Bunanta SS. MA, seorang penulis buku cerita anak; GM Sudarta, kartunis; dan Geni Junait, seorang ilustrator buku, ini sejak awal memandang perlu menyediakan bacaan yang baik untuk anak-anak. Sejak terbentuknya KPBA, mereka mulai memopulerkan bacaan anak apa saja yang dianggap baik. KPBA sendiri terus berupaya menggeluti bacaan anak secara nonkomersial. Sampai saat ini KPBA menerbitkan buku-buku cerita bergambar yang dibiayai oleh kalangan pengusaha. Buku-buku yang dicetak dibagikan secara cuma-cuma pada perpustakaan di sekolah-sekolah dasar di daerah-daerah luar Jakarta. KPBA juga memiliki sejumlah perpustakaan keliling yang disebarkan di daerah-daerah Jawa dan Tangerang.
2.5 Target Audience Wanita dan pria berusia 30 – 45 tahun yang telah berkeluarga dan memiliki anak-anak yang masih kecil berusia 4 – 12 tahun. Memiliki minat baca dan intelektualitas yang
46 cukup tinggi. Kemudian guru-guru TK dan SD, yang diharapkan akan menggalang anak didiknya untuk menghadiri acara ini.
2.6 Faktor Pendukung dan Penghambat Pendukung -
Bermunculannya kegiatan mendongeng di berbagai tempat membuat masyarakat tidak asing lagi dengan kegiatan mendongeng
-
Anak-anak sesungguhnya suka dengan cerita rakyat Indonesia
-
Orangtua merasa bahwa festival dongeng dan semacamnya perlu diadakan
-
Adanya yayasan dan lembaga non-profit independen yang mendukung semua kegiatan mendongeng
-
Sebelumnya festival mendongeng sudah pernah diadakan sehingga acara ini tidak terlalu asing di mata masyarakat
Penghambat -
Ketidakkonsistenan acara-acara festival mendongeng untuk anak-anak sehingga festival yang ada tidak mendapat tempat di mata masyarakat
-
Ilustrasi buku dongeng yang kurang menarik menurunkan citranya di mata anakanak dan orang tua
-
Minimnya pendongeng di Indonesia yang sungguh-sungguh menekuni pekerjaannya
-
Anggapan bahwa cerita rakyat atau tradisi sudah ketinggalan zaman
-
Kecenderungan orang Indonesia terutama orang dewasanya untuk tidak menghargai budaya sendiri
-
Orang tua atau bahkan anak-anak mereka lebih tertarik pada festival lain yang mengambil tema kebudayaan mancanegara