3 BAB 2 DATA DAN ANALISA
2.1
Sumber Data Data dan informasi untuk menunjang proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain 1. Literatur : buku, Artikel elektronik maupun non elektronik. 2. Wawancara Narasumber 3. Pengamatan langsung
2.2
Kondisi Transportasi Jakarta Seperti yang telah lama kita dengar, Jakarta mengalami masalah yang sangat rumit terkait dengan sistem transportasinya. Kondisi tersebut seperti dibawah ini : -
Perkembangan jumlah kendaraan bermotor terus meningkat. Saat ini berjumlah sekitar 4,5juta. Rata-rata meningkat 7% per tahun. (Sumber : Data Polda dari tahun 1998 s/d 2004)
-
Setiap harinya tidak kurang dari 684 kendaraan mengajukan STNK baru yang memerlukan jalan sepanjang 1.616m. (Sumber : Data Polda dari tahun 1998 s/d 2004)
-
Saat ini setiap hari 700.000 orang melakukan perjalanan menuju Jakarta.
-
Rasio jumlah kendaraan pribadi dibandingkan kendaraan umum adalah 98,6% berbanding 1,4% (Sumber : Polda 2004 dan Dishub 2004)
4 -
Dari jumlah perjalanan sebesar 17juta, rasio penggunaan kendaraan pribadi dibandikan kendaraan umum adalah 43,6% berbanding 56,4% (Sumber : Final Report Sitramp 2002-JICA)
-
Kondisi angkutan umum khususnya bus besar sangat memperihatinkan
-
Kemampuan menambah ruas jalan semakin sulit dibandingkan penambahan kendaraan (panjang jalan hanya bertambah kurang 1%, penambahan kendaraan rata-rata 7% pertahun) Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso mengatakan bahwa pemilik kendaraan
pribadi di Jakarta tidak akan mengeluarkan kendaraan pribadinya ke jalan karena Jakarta akan mengalami kemacetan total pada tahun 2014. Perbaikan sistem angkutan umum merupakan solusi utama yang harus segera dilakukan oleh Pemda DKI. Perilaku masyarakat yang lebih memilih kendaraan pribadi harus segera dirubah. Perubahan tersebut dapat dilakukan dengan paksaan ataupun dengan penyediaan pilihan lain. Transportasi umum yang aman, nyaman dan tepat waktu serta terintegrasi satu sama lainnya merupakan pilihan lain paling logis yang dapat merubah perilaku tersebut. Transportasi umum yang baik juga memberikan peluang bagi semua lapisan masyarakat untuk melakukan perjalanan dengan biaya yang terjangkau dan aksesibilitas yang tinggi dengan dampak lingkungan yang minimal dalam sebuah kesetaraan sosial yang tinggi. Perbaikan sistem transportasi umum yang tepat untuk Jakarta adalah dengan merubah pola penyelenggaraan transportasi umum secara menyeluruh. Komponen utama yang harus dirubah adalah a) Sistem pengoperasian yang memberikan prioritas yang tinggi terhadap angkutan umum,
5 b) management pengoperasian yang memberikan jaminan penyelenggaraan berbasis pada c) jaringan angkutan umum yang mampu menjamin aksesibilitas seluruh warga kota dan terintegrasi dengan sistem tata kota hingga pada akhirnya membuat Jakarta menjadi kota yang sangat nyaman untuk dihuni. Sudah saatnya Jabodetabek memiliki konsep transportasi wilayah terpadu sebagai pemecahan kemacetan lalu lintas di Jakarta dan wilayah sekitarnya. Sistem transportasi wilayah adalah suatu landasan dan kerangka bagi penyusunan program pengembangan jaringan transportasi di tingkat provinsi yang mengacu kepada rencana tata ruang nasional, provinsi, dan kabupaten.
2.2
Pola Transportasi Jakarta A.
Sistem Utama Dengan mempelajari data semenjak 1985, pemerintah DKI mulai menata Jakarta dengan pertama membentuk Pola Transportasi Makro (PTM). Gubernur Sutiyoso yang dibantu oleh Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Rustam Effendi merumuskan langkah yang perlu diambil Pemda DKI sebagai solusi nyata mengatasi permasalahan transportasi kota Jakarta. Langkah atau solusi nyata itu disebut Program Pengembangan Pola Transportasi Makro (PTM) DKI Jakarta atau Jakarta Macro Transportation Scheme (JMaTS). Sebagai mana diatur dalam Perda No. 12 Tahun 2003 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Kereta Api, Sungai, Danau, serta Penyeberangan di
6 Provinsi DKI Jakarta, serta SK Gubernur DKI Jakarta No. 84 Tahun 2004 Tentang Penetapan Pola Transportasi Makro di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Pola Transportasi Makro itu mengintegrasikan empat sistem transportasi umum, yakni bus priority (antara lain busway), Light Rail Transit (LRT) atau Monorail, Mass Rapid Transit (MRT) atau Subway dan Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (ASDP) atau Waterway. Dengan PTM yang memanfaatkan tiga basis transportasi yaitu jalan, rel dan air, ditambah kebijakan traffic restraints (pembatasan lalu lintas), diharapkan kemacetan Jakarta sudah teratasi pada tahun 2007 atau paling lambat tahun 2010.
1.
Transportasi Berbasis Jalan a.
Trans Jakarta Busway Busway sesungguhnya masihlah sebuah milestones
kecil dari grand design baru konsep transportasi yang disebut Pola Transportasi Makro (PTM) DKI Jakarta atau, Jakarta Macro Transportation Scheme (JMaTS) berhorison waktu tahun 2007, 2010, hingga 2020. Dengan embrio dan titik awal busway, tampaklah betapa kuatnya visi Sutiyoso memecahkan persoalan kemacetan Kota Jakarta. Hasil penelitian Japan International for Cooperation Agency (JICA) bekerjasama dengan Bappenas, menunjukkan sebanyak 14% pengguna busway terbukti berasal dari kalangan yang mampu dimana sebelumnya pengendara mobil pribadi. Bagi sang creator
7 (Sutiyoso), busway di luar fungsi teknis membawa misi lain sebagai sarana edukatif masyarakat agar berdisiplin dalam berlalu lintas, mengajak pengguna kendaraan pribadi untuk lebih baik menggunakan angkutan umum (busway), dan sekaligus sebagai bukti keberpihakan Pemerintah Daerah DKI Jakarta terhadap masyarakat pengguna angkutan umum.
Gambar 2.4a Perpindahan moda setelah Busway beroperasi
Gambar 2.4b Faktor yang mempengaruhi pemilihan Busway
8 Busway adalah demonstrasi paling awal aplikasi Pola Transportasi Makro berbasis jalan. Rustam menyebutkan hingga tahun 2010, Dinas Perhubungan DKI Jakarta telah menyiapkan sebanyak 15 corridor bus priority. Busway Koridor-1 sudah operasional sejak 1 Februari 2004, mengambil jurusan Blok M-Kota. Di tahun 2005 tambah lagi beroperasi dua koridor yakni Koridor-2 PulogadungHarmoni dan Koridor-3 Kalideres-Harmoni. Pada kurun waktu tahun 2007 ditambah lagi empat koridor baru operasional. Keempat koridor tambahan itu, Koridor-4 Pasar Baru-Kebun Jeruk, Koridor—5 Kampung Rambutan-Tanjung Priok, Koridor-6 Pulogebang-Bundaran HI dan Koridor-7 jurusan Cililitan-Grogol. Sehingga tahun itu total terdapat tujuh koridor operasional. Pada kurun waktu tahun 2010 akan ada lagi tambahan delapan koridor busway. Kedelapan tambahan busway adalah Koridor-8 jurusan Cililitan-Tanjung Priok, Koridor-9 Pasar Minggu-Manggarai, Koridor-10 Pulogebang-Kampung Melayu, Koridor-11 Ciledug-Blok M, Koridor-12 Warung JatiImam Bonjol, Koridor 13 Kalimalang-Blok M, Koridor-14 Lebak Bulus-Kebayoran Lama, dan Koridor-15 Senayan-Tanah Abang.
9 2.
Transportasi berbasis rel a.
Light Rapid Transit (LRT) Light Rail Transit (LRT), berbasis rel ringan atau biasa
di sebut Monorail. Pada tahun 2007 (bersamaan dengan pembangunan koridor4-7 Busway), dua jalur monorel dimaksud adalah green line, yang bergerak memutar di sepanjang lingkaran dalam kota dan blue line jurusan Kampung Melayu – Tanah Abang – Mangga Dua – sampai Senayan. Gambar
Gambar 2.4c Rute Monorail
b.
Mass Rapid Transit (MRT) Mass Rapid Transit (MRT) berbasis rel berat. Yang termasuk bagian dari MRT adalah Kereta api / train dan kereta bawah tanah / subway. Pada Tahun 2010 jalur subway MRT mulai beroperasi (bersamaan dengan pembangunan koridor8-15 Busway), bermula
10 dari Lebak Bulus-Fatmawati-Blok M terus langsung ke Kota. Dari Lebak Bulus hingga Ratu Plaza MRT masih bersifat elevated, barulah sejak dari Ratu Plaza berubah menjadi subway, bergerak masuk bawah tanah menembus Jalan Sudirman hingga di Harmoni muncul kembali ke permukaan. Dari Harmoni MRT kembali memanfaatkan jalur elevated.
3.
Transportasi berbasis air ASDP Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan / Waterway Transport. Waterway akan memanfaatkan sungaisungai yang sudah ada. Di Jakarta terdapat minimal 13 aliran air memiliki lebar antara 100-300 meter yang dapat dimanfaatkan menjadi waterways transport, sekaligus untuk mengatasi banjir dan menjadi angkutan wisata dan waterfront city. Sungai-sungai itu seperti Banjir Kanal Timur (KBT) mengaliri Cipinang-Laut sejauh 23,6 kilometer, Banjir Kanal Barat (BKB) mengaliri Petamburan-Kapuk Muara 9,2 kilometer, Banjir Kanal Selatan (BKS) mengaliri Karet Tengsin-Cipinang Cempedak 9,6 kilometer, Sodetan Ciiwung-BKT mengaliri Bidara Cina-Cipinang Besar Selatan 2,4 kilometer, Buaran mengaliri Cakung Barat-Duren Sawit 4,3 kilometer, atau Cakung Drain mengaliri Cakung Varat-Laut 11,9 kilometer.
11 Sungai yang akan memberikan fungsi utama menanggulangi banjir, juga berfungsi sebagai alat transportasi. Fungsi transportasi justru dimanfaatkan untuk mengontrol pemeliharaan sungai. Fungsi ekonomis lain adalah pariwisata, yakni dengan memanfaatkan jalur sungai untuk berkeliling menyaksikan Kota Jakarta, atau citytour dari atas kapal sebagaimana masyarakat biasa telah memanfaatkan busway pada hari SabtuMinggu untuk mutar-mutar melihat Jakarta dengan bermodalkan ongkos Rp 2.500 saja. Untuk menyusun rencana makro transportasi, saya mengumpulkan seluruh pakar dari dalam dan luar negeri. Termasuk ahli dari Kolombia dan Brasil yang punya reputasi internasional. Mereka butuh waktu dua tahun membuatnya, karena selalu saya koreksi. Misalnya saja, kalau saya naik angkutan ke suatu tempat, ketika turun akan ketemu moda angkutan apa. Harus intregrated. Sampai pada masalah angkutan air. Naik ke dermaga mesti ketemu bus kecil, lalu busway, terus monorail, hingga subway.
Ketiga basis transportasi itu tadi akan terintegrasi satu sama lain. Contoh nanti, di Dukuh Atas ada lima moda angkutan bertemu, yaitu kereta api, MRT, monorel, waterway, dan busway. Sedangkan di Harmoni akan ketemu tiga moda angkutan, busway yang datang dari Pulo Gadung, Kalideres,
12 dan Blok M. Terminal juga akan terintegrasi seperti di terminal Pulo Gebang, yang akan ada kereta api, bus way, dan water way. Demikian juga di Rawabuaya dan Lebakbulus.
B.
Sistem Pendukung Yang mencangkup dalam pola transportasi mikro adalah pembenahan sistem bus-bus Patas, Mikrolet, Metromini, Taxi, dan lain-lain. Dalam pembenahan sistem transportasi mikro mencangkup didalam pola transportasi makro. Pembenahan-pembenahan yang dilakukan antara lain :
1.
Transportasi Mikro Transportasi Mikro adalah merupakan badan yang tergabung
dari perusahaan-perusahaan transportasi swasta yang berfungsi sebagai feeder / pengumpan dari Trans Jakarta Busway. Perusahaan swasta
13 tersebut antara lain PPD, Hiba Utama, Kopami, Metromini, Mayasari Bhakti, Bianglala, Steady Safe. Dengan berdirinya badan ini maka beberapa rute bus dialihkan sehingga menjadi kendaraan pengumpan untuk busway. Pengalihan rute tersebut adalah : a) Steady Safe P 128 jurusan Lebak Bulus-Senen (6 bus). Rutenya berubah menjadi Blok M-Kampung Rambutan (digabung dengan trayek patas 129) via Terminal Blok M, Jalan Hasanuddin, Jalan Tendean, Jalan Gatot Subroto, Jalan Raya Pasar Minggu, Jalan Kalibata, Jalan Dewi Sartika, Jalan Raya Bogor, Jalan TB Simatupang dan terakhir Terminal Kampung Rambutan. b) PPD Patas 42 jurusan Blok M-Senen (13 bus) rutenya akan berubah menjadi Lebak Bulus-Manggarai via Terminal Lebak bulus, Jalan Pondok Indah, Jalan Radio Dalam, Jalan Kramat Pela, Jalan Panglima Polim, Jalan Melawai, Jalan Iskandarsyah, Jalan Hasanuddin, Jalan Senopati, Jalan Suryo, Jalan Tendean, Jalan Gatot Subroto, Jalan Supono, Jalan Saharjo dan terakhir di terminal Manggarai.
c) Bus Mayasari Bakti P 18 B jurusan Pasar Baru-Ciputat (8 bus) Akan berubah menjadi Ciputat-Karet via Terminal Ciputat, Jalan Ciputat Raya, Jalan RS Fatmawati, Jalan
14 Panglima Polim, Jalan Sisingamangaraja, Jalan Sudirman, dan Jalan Kiai Haji Mas Mansyur. d) Steady Safe Patas AC 58 jurusan Grogol-Ciledug (4 bus) Rutenya akan berubah menjadi Kampung MelayuTangerang (digabung dengan trayek Patas AC 104 jurusan Kampung Melayu-Tangerang) via Terminal Kampung Melayu, Jalan KH Abdullah Safii, Jalan Casablanca, Jalan DR Satrio, Jalan KH Mas Mansyur, Jalan Penjernihan, Jalan Pejompongan, Jalan S Parman, lewat Tomang, tol Tangerang. e) Mayasari Bakti Patas P51 Bekasi-Kota (10 bus) Rutenya akan berubah menjadi Bekasi-Velbak via Sudirman. f) PPD P15 jurusan Depok-Kota (10 bus) Akan berubah menjadi Depok-Karet via Terminal Depok, UI Depok, Lenteng Agung, Tanjung Barat, Pasar Minggu, Kalibata, Sudirman berputar di Sahid. g) Steady Safe 939 jurusan Blok M-Grogol (6 bus) Akan berubah menjadi Blok M-Jalan Veteran via Panglima Polim. h) Selanjutnya, PPD Reguler 10 jurusan Blok M-Senen (12 bus) Rutenya akan berubah menjadi Lebak BulusManggarai via Pondok Indah, Radio Dalam.
15 i) PPD Patas AC 17 jurusan Bekasi Kota (18 bus) Akan berubah rutenya menjadi Bekasi- Velbak via Sudirman. j) Steady Safe Patas AC 22 jurusan Lebak Bulus-Senen (9 bus) Rutenya akan berubah menjadi Lebak Bulus-Stasiun Tebet via Sudirman. k) Hiba Utama P 125 jurusan Tanjung Priok-Blok M (11 bus) Rutenya berubah menjadi Tanjung Priok-Pasar Baru via Gunung Sahari, Jalan DR Sutomo, Jalan Lapangan Banteng Utara, Pasar Baru. l) Dan, terakhir PPD Patas AC 10 jurusan Kampung Rambutan-Kota (24 bus) Rutenya menjadi Kampung Rambutan-Senayan via TB Simatupang, tol Jagorawi, Mayjen Sutoyo, MT haryono, Gatot Subroto, Asia Afrika, dan Sudirman.
Dengan perubahan rute itu ada sejumlah bus yang tidak masuk ke terminal lagi. Sebagian hanya melintas di depan dan belakang terminal. Contohkan trayek bus Hiba Utama 125 yang rute semula Blok MTanjung Priok, tidak lagi masuk terminal. Kini bus tersebut melayani penumpang di jalur Tanjung Priok-Pasar Baru. Sementara
16 PPD 42 dan PPD 10 hanya melintas di depan terminal saja. Sedangkan bus Patas Mayasari Bhakti 18B yang melayani rute Ciputat-Karet melintas di belakang terminal. Namun dengan diberlakukannya perubahan rute bus seperti yang tertulis diatas, masyarakat diberitahu lewat pengeras suara di terminal-terminal seperti yang terjadi di terminal BlokM.
2.
Traffic Restraints / Pembatasan Lalu Lintas Setelah ketiga basis angkutan umum disediakan berikut sarana dan prasarana fisik, sesuai skenario tibalah saatnya giliran Pemda DKI Jakarta membenahi Pola Transportasi Makro dari sisi piranti lunak. Yakni mendayagunakan sejumlah peraturan daerah pembatasan lalu lintas atau traffic restraints. Traffic restraints dimaksudkan untuk mendukung penuh keberhasilan sistem bus priority, LRT, MRT dan waterway. Payung hukum pembatasan lalu lintas dituangkan dalam Perda No. 12 Tahun 2003 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Kereta Api, Sungai Danau, serta Penyeberangan di Provinsi DKI Jakarta, serta SK Gubernur DKI Jakarta No. 84 Tahun 2004 tentang Penetapan Pola Transportasi Makro di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Traffic Restraints dibutuhkan sebab ada titik-titik tertentu di pusat Kota Jakarta tempat dimana orang tumpah ruah dalam ruang dan waktu yang bersamaan. Misalnya di sepanjang jalan Sudirman-Thamrin-Kota, atau di sejumlah
17 pusat perdagangan, keramaian dan sebagainya. Beberapa pembatasan yang segera bisa diterapkan adalah a) Sistem 3 in 1 Sistem 3 in 1 akan diterapkan satu hari penuh. a) Sistem Stiker b) Sistem ganjil – genap Ada penerapan sistem ganjil-genap. Sebagai misal, jika pada hari Senin kendaraan yang boleh lewat di jalur pembatasan lalu lintas adalah yang berpelat nomor polisi akhir ganjil, maka pada hari itu yang berakhiran genap tak boleh lewat. Demikian seterusnya, pada hari Selasa kendaraan yang boleh lewat adalah yang berakhiran genap sedangkan yang ganjil dilarang. c) Area licensing system d) Road pricing Dinas Perhubungan DKI Jakarta akan memberlakukan sistem Electronic Road Pricing (ERP) yang akan memungut tarif bayaran kepada pemilik mobil pribadi yang melintas di Blok M-Kota sejauh 12,5 km. Sistem ini untuk membatasi pergerakan kendaraan, seperti Kebijakan Pembatasan Penumpang (KPP) 3 in 1, berlaku pada 2006.. e) Pajak kepemilikan kendaraan Pengenaan pajak progresif terhadap kendaraan kedua, ketiga, keempat dan seterusnya milik sebuah
18 keluarga. Pajaknya dibuat makin mahal makin mahal dan makin mahal. Tiket parkir di dalam kota akan dinaikkan setinggi mungkin. Hal ini dimaksudkan supaya orang tidak mau membawa kendaraannya. f) Pembatasan umur kendaraan Batasan umur kendaraan termasuk sisi yang ikut dibidik. Pada tahun 2003, ketika Dishub DKI Jakarta mengajukan usulan ini masih ditolak oleh DPRD DKI Jakarta. Namun, sekarang justru DPRD-nya yang telah mengendus bahwa setiap kendaraan usia 15 tahun ke atas tidak lagi boleh berlalu-lalang di Jakarta. g) Multi Trip Card Badan Pengelola (BP) TransJakarta yang mengelola Bus TransJakarta Busway, meluncurkan tiket multi trip pada 1 November 2005. Peluncuran tiket ini untuk Menjawab permintaan warga dalam meningkatkan pelayanan Busway. Kelebihannya, tiket ini mirip voucher pra bayar, berisi nominal perjalanan. Jadi bila sudah memiliki kartu ini, calon penumpang tak perlu lagi antre di loket pembelian. Nilai tiket terdiri minimum 10 trip yakni Rp 25 ribu dan maksimum, 50 trip yakni Rp 125 ribu. Seluruh sistem tiketing termasuk pembelian tiket, dibuat oleh Dinas Perhubungan Pemprov Jakarta. Saat ini, baru tersedia sekitar 16 ribu kartu.
19 Pembelian tiket ini hanya dapat dilakukan di loket penjual tiket bus transjakarta di lobi bawah Terminal Blok M.
3.
Shuttle Bus Di samping itu terdapat sejumlah feeder. Sekarang baru percobaan, point to several points seperti trans Bintaro ada feeder bus way. Nanti, Taman Anggrek ke Polda Metro Jaya akan ada shuttle bus, juga dari Kelapa Gading ke Pulo Mas. Kami juga membentuk trayek baru untuk shuttle bus.
4.
Parking Right Dalam transportasi makro, kami akan membentuk parking right yang ditempatkan di pinggir-pinggir kota agar orang dari luar kota tidak perlu lagi membawa mobilnya ke kota. Di dalam kota ada dua jenis parkir, parkir di jalan dan bukan di jalan. Yang parkir di jalan harus direformasi, dikurangi, agar tidak mengambil badan-badan jalan. Kita akan sampai ke building park.
5.
Plaza Terminal Terminal tak luput dari rencana pembenahan revolusioner transportasi Jakarta. Terminal, khususnya yang berfungsi ganda untuk dalam kota dan luar kota, seperti Pulo Gadung, akan dikondisikan menjadi lebih menyerupai plaza tempat untuk berbelanja atau shopping. Rustam mengatakan,
20 “Nanti, kita akan bentuk di sana plaza, bukan terminal. Jadi, di tengah-tengahnya ada plaza di kiri-kanan baru ada terminal”. Dikatakannya, siapapun yang datang ke sana akan serasa bukan mau masuk ke terminal tetapi masuk ke plaza untuk belanja atau shopping pakaian dan segala macam. Tetapi siapa pun yang mau pergi ke luar kota maka akan ada kendaraan ke luar kota, demikian pula untuk yang dalam kota. Jadi, nantinya kendaraan dari luar kota itu masuk ke tol, lalu dia langsung turun ke basement untuk waiting room. Di waiting room pengemudi dan kernet kendaraan itu boleh makan dulu di kaki lima yang ada di dalam, bukan kaki lima yang semrawut. Baru, kendaraan itu melanjutkan perjalanannya. Sedangkan untuk angkutan dalam kota, diskenariokan bis kota itu turun, masuk ke waiting room, langsung dia ke tempat penjualan karcis. Nah, dari situ ke waiting room lagi, tunggu sampai ada panggilan bahwa kendaraan yang menuju tujuannya sudah akan berjalan. Di sediakan pula counter untuk penitipan barang bagi yang ingin berbelanja. Terminal tersebut akan didirikan di tiga tempat, yakni di Pulo Gebang pengganti Pulo Gadung, di Kampung Rambutan dan di Rawa Buaya.
2.3
Informasi Transportasi Jakarta Melihat perencanaan yang dibuat pemerintah diatas, maka sangat dibutuhkannya media informasi tentang transportasi tersebut. Berdasarkan
21 hasil survei, salah satu media transportasi yang telah di buat oleh pemerintah adalah media papan tanda / signage, namun signage tersebut kurang memenuhi fungsinya sebagai sarana informasi, contohnya pada halte bus hanya terdapat informasi jalur jalur tujuan tertentu ke tujuan tertentu, tapi tidak adanya informasi tentang jalur mana saja bus itu akan melintas. Dan tata letak / peletakkan signage tersebut kurang memenuhi syaratnya sebagai media informasi karena papan tersebut menghadap ke jalanan dengan tinggi yang sulit dijangkau apabila di baca pada jarak yang dekat, dengan kata lain orang harus malihat sampai berdiri melewati trotor kearah jalan. Kurangnya kepedulian pemerintah akan hal ini menyebabkan informasi-informasi sulit disampaikan ke masyarakat. Adapula informasi pergantian jalur pada terminal bus hanya di beritakan lewat pengeras suara dengan kondisi terminal yang bising, akan menyulitkan bila informasi harus sampai kepada masyarakat.
2.4
Target Sasaran Geografi Daerah domisili
:
Indonesia
Ukuran Keluarga
:
Keluarga atau individu
Usia
:
15 – 50 tahun
Gender
:
Laki – laki dan perempuan
Pendapatan
:
Kelas sosial A, B, C
Demografi
22 Pendidikan
:
Minimal Sekolah Dasar
Kewarganegaraan
:
Warga negara Indonesai dan Warga negara asing
:
- Mandiri
Psikografi Gaya hidup
- Penuh rasa ingin tahu - Dinamis