BAB II DATA DAN ANALISA
2.1
Sumber Data Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain: 1. Literatur : artikel pada koran, majalah, buku, dan artikel elektronik 2. Wawancara dengan narasumber dari pihak terkait : Drs. Suyadi 3. Pengamatan langsung di tempat-tempat yang berkaitan dengan lingkungan tempat tinggal dan kerja Drs. Suyadi.
2.2
PPFN (Perum Produksi Film Negara) Pertama kali bernama Pusat Produksi Film Negara (PPFN), yang dibentuk pada tanggal 16 Agustus 1975. Pusat Produksi Film Negara memproduksi film-film edukasi dan budaya seperti “Kereta Api Terakhir” (The Last Train), “Jakarta 66”, dan “Si Unyil.” Pada tahun 1988, Pusat Produksi Film Negara diubah menjadi Perum Produksi Film Negara, supaya perusahaan tersebut dapat bekerjasama dengan perusahaan swasta, dan menghasilkan keuntungan.
Pada tahun 2001, bersama dengan Helmy Yahya, marketing director dari Perum PFN, berusaha mengangkat kembali film boneka Unyil ini ke layar kaca di Rajawali Citra Televisi (RCTI), yang produksinya dilaksanakan oleh LOWE Lintas bekerjasama dengan Mitra Citra Video. Film boneka Unyil hadir dalam bentuk baru, lebih modern, dan disesuaikan dengan perkembangan jaman. Tetapi 5
6 bagi anak-anak masa sekarang, film boneka Unyil ternyata tidak mampu untuk menarik perhatian mereka, kalah dengan kartun-kartun impor dari Jepang yang lebih ekspresif.
2.3
Icon Anak –Anak Indonesia Tahun 1980-an Antara kurun waktu 1981-1992, film boneka Unyil merupakan film yang sukses di tengah pemirsa anak-anak Indonesia. Stasiun Televisi Republik Indonesia (TVRI), yang menjadi satu-satunya stasiun televisi pada saat itu, membuat film boneka Unyil menjadi film yang fenomenal di jaman itu. Cerita film boneka Unyil memperlihatkan bagaimana masyarakat Indonesia menghadapi perubahanperubahan yang terjadi di negeri ini, lengkap dengan segala permasalahan dan aspirasinya, melalui kacamata anak-anak. Meskipun pada jaman Orde Baru, episode-episode film boneka Unyil ini, sarat akan jargon dan pesan Pemerintah, tetapi ada pula episode-episode tentang dongeng-dongeng yang akrab di telinga anak-anak Indonesia, seperti Timun Mas, Uti dan Raksasa, Atu Belah, Ayu Berubah Rupa, dan sebagainya. Dan tema hari raya umat beragama pun ada.
Film boneka Unyil membumi, menggelitik, dan cemerlang. Tingkah laku dan konflik yang mereka hadapi, menampilkan hiburan menarik bagi keluarga masyarakat Indonesia. Hal ini tidak kurang, karena didukung juga oleh para tokoh di dalamnya, seperti Unyil, Ucrit, Pak Ogah, Bu Bariah, Pak Raden, dan lain-lain. Salah satu tokoh yang berkarakter dan tak terlupakan ialah Pak Raden.
7 2.4
Pak Raden Pak Raden ( bernama lengkap Raden Mas Singomengolo Jalmowono) merupakan tokoh yang diceritakan pelit dan temperamental. Ia merupakan seorang Jawa-feodal yang terkenal dengan istilah-istilahnya, yaitu : ”Air Kendi” (suguhan untuk anak-anak yang bertamu ke rumah Pak Raden, mengingat ia terlampau pelit), dan “Encok Kumat” (jurus Pak Raden untuk menghindar dari kerja bakti). Tak lupa juga ciri khasnya yang suka menyanyikan lagu-lagu berbahasa Belanda.
2.5
Drs. Suyadi Di dunia nyata, pemeran tokoh Pak Raden ini, ialah Drs. Suyadi. Putra patih Surabaya di jaman Belanda ini, lahir pada tanggal 28 November 1932, di Jember, Jawa Timur. Beliau merupakan anak ketujuh dari sembilan bersaudara. Kedelapan saudaranya antara lain: Dr. Kun Suparti Martiono sebagai anak pertama, Pamboedi (almarhum) sebagai anak kedua, Soenardji sebagai anak ketiga, Siswati Soeharjo sebagai anak keempat, Sedjati sebagai anak kelima, Dra. Kartini Sabekti sebagai anak keenam, Ir. Wahyudi sebagai anak kedelapan, dan Dra. Setiati sebagai anak kesembilan.
Diantara saudara-saudaranya, hanya Drs. Suyadi yang menyukai kesenian seperti menggambar,
menonton
pertunjukan
wayang,
menari,
karawitan,
dan
memainkan alat musik gender (gamelan). Sebagai putra patih (pejabat operasional yang mengatur sebuah pemerintahan kota), ia dengan mudah memenuhi kegemarannya menonton film-film Walt Disney. Dari kegemarannya
8 menonton film-film produk Walt Disney itulah, membuat Drs. Suyadi mencintai dunia anak-anak sepanjang hidupnya. Karakter yang kuat di dalam setiap tokoh Disney, adalah luar biasa bagi beliau.
Pada usia tujuh tahun, beliau masuk ELS (Europese Lagere School), setingkat dengan Sekolah Dasar yang khusus untuk anak-anak berkulit putih, atau anakanak Indonesia dari golongan tertentu. Bahasa pengantar yang dipakai ialah bahasa Belanda. Tetapi di rumah, beliau tetap menggunakan bahasa Jawa halus.
Ketika beranjak naik ke kelas tiga, Jepang datang. Keadaan serta merta berubah. Sekolah Drs. Suyadi ditutup dan guru-gurunya ditawan Jepang. Kemudian dibuka Sekolah Rakyat dengan pengantar bahasa Jepang, dan beliau pun mengikuti sekolah ini. Keadaannya berbeda dengan jaman sebelumnya.
Berselang tiga tahun Jepang menduduki Indonesia, setelah itu, Indonesia mencapai kemerdekaan. Namun ternyata tidak berarti semuanya sudah aman. Sebab pada bulan November 1945, Belanda kembali hendak merebut Indonesia dengan membonceng tentara Sekutu yang mendarat di Surabaya. Keadaan pun kembali dilanda kekacauan. Di dalam masa pengungsian, ayahnya Drs. Suyadi meninggal saat berusia 55 tahun.
Kemudian Drs. Suyadi melanjutkan pendidikannya ke VHO (Voorbereidend Hoger Onderwijs), setingkat SMU (Sekolah Menengah Umum) pada tahun 1949. Lalu beliau memulai pendidikan seninya di jurusan Seni Rupa ITB pada bulan
9 Agustus 1952, dan lulus tahun 1960. Di tahun 1961 – 1964, beliau kemudian belajar animasi film kartun di studio-studio Les Cineastes Associes dan Les Films Martin-Boschet, Paris. Sekembalinya dari Perancis, beliau bekerja di Teaching Aids Centre (TAC) sebagai kepala bagian Graphic Arts. Dan di saat yang sama, beliau juga mengajar di ITB Seni Rupa untuk mata pelajaran Ilustrasi, dan Animasi dari tahun 1965 – 1975. Di samping itu, Drs Suyadi membuat film kartun untuk penerangan, Pemilu, dan KB untuk Departemen Penerangan. Tahun 1979 hingga awal tahun 1992, beliau terlibat dalam produksi film serial boneka “Si Unyil” produksi Perum PFN sebagai art director, penulis naskah, serta pengisi suara dan pemeran tokoh Pak Raden.
Drs. Suyadi bergabung dengan Kelompok Pecinta Bacaan Anak (KPBA) sejak didirikan pada tahun 1987. Dan banyak berkarya dengan menghasilkan bukubuku cerita anak, dan pameran.
Di usia lanjut, Drs. Suyadi tetap berkarya dan berkarya. Pada tahun 2007 ini, beliau melakukan syuting sebuah film edukasi anak dengan stasiun televisi Trans 7, untuk acara “Laptop Si Unyil.” Dan di sela waktu-waktu senggangnya, beliau habiskan untuk melukis di rumahnya di Jl. Petamburan III No.27 RT/RW 03 /04 Jakarta 10260, Indonesia.
2.6
Data Mandatories 1. PT. Gramedia Pustaka Utama Jl.Palmerah Selatan 24 – 26, Lt.6, Jakarta 10270
10 2. Perum Produksi Film Negara (PPFN) Jl. Otista Raya 125 – 127, Jakarta Timur
2.7
Struktur Isi Buku Bab 1 Arang, Kapur, dan Pensil Warna Bab 2 Petualang Kecil Bab 3 Figuratif – Naratif Bab 4 Perancis, Tanah Untuk Tempat Tinggal Bab 5 Film Boneka Unyil Bab 6 Pak Raden di Abad ke-21
2.8
Target Audience 1. Demografi •
Individu usia 16 – 22 tahun. Pria, dan Wanita
•
Masyarakat dari golongan ekonomi sosial menengah ke atas (B+)
2. Geografi •
Domisili di DKI Jakarta
•
Domisili di kota-kota besar di luar DKI Jakarta
3. Psikografi •
Suka bermain, suka menggambar, suka membaca cerita dongeng, atau menonton film dongeng.
11 2.9
Keunggulan Produk (Product Benefits) 1. Merupakan buku biografi yang dibawakan dalam bentuk buku dongeng. 2. Dapat menjadi salah satu koleksi dan kenangan bagi para pecinta film boneka Unyil. 3. Merupakan buku yang dapat memberikan informasi kepada generasi muda yang tidak pernah menonton Unyil, bahwa film boneka Unyil pernah ada, dan sukses pada masanya.
2.10
Analisa SWOT 1.
Strength • Isinya tentang perjalanan hidup dari Drs. Suyadi. • Gaya berceritanya dibawakan dengan unik, kreatif, dilengkapi dengan visualisasi foto, dan ilustrasi. • Karakter Pak Raden pada film boneka Unyil merupakan salah satu karakter yang paling diingat oleh para penontonnya. • Salah satu kenangan akan film boneka Unyil.
2. Weakness • Memerlukan promosi yang giat. Drs. Suyadi lebih dikenal sebagai tokoh Pak Raden pada film boneka Unyil, dan masa kejayaan film boneka Unyil sudah lewat, sehingga dibutuhkan promosi untuk mengembalikan ingatan orang yang sudah pernah menonton, dan memberikan pengenalan bagi orang –orang yang belum pernah menonton.
12 • Tokoh Drs. Suyadi sebagai sosok orang biasa, kurang dikenal oleh masyarakat.
3. Opportunity • Kenangan akan film boneka Unyil akan datang kembali, karena di tahun 2007 ini, pada stasiun Trans 7, akan ada film edukasi anak-anak berjudul “Laptop Si Unyil”, dan “Buka Harian Si Unyil.”
4. Threat • Generasi muda sekarang lebih menyukai film televisi dari luar negeri, seperti Dora The Explorer, Telletubies, Sponge Bob Square Pants, dan sebagainya, daripada yang buatan dalam negeri, sehingga popularitas tokoh Pak Raden dalam film boneka Unyil dapat terlupakan.