3
BAB 2 DATA & ANALISA
Didalam penyusuna karya tulis ini, penulis mendapatkan informasi dari hasil: 1. Survey lapangan 2. Wawancara 3. Kepustakaan 4. Survey online
2.1
Data dan literatur Mencari data-data yang berkaitan, seperti buku, kliping dan artikel yang
berkaitan dengan keroncong di perpustakaan nasional. Buku-buku, kliping-kliping dan artikel-artikel mengenai apa saja yang berkaitan dengan Keroncong. Data-data mengenai kebudayaan seni Keroncong pada khususnya didapat dari literatur kepustakaan berupa buku-buku lama dan buku-buku langka diberbagai perpustakaan dan lembaga budaya. Buku-buku referensi ini sangat membantu dalam pengambilan data mengenai Keroncong karena selain datanya yang lengkap, buku-buku ini merupakan literatur yang diterbitkan oleh sumber-sumber yang terpercaya.
2.1.1
Tentang Keroncong 2.1.1.1 Sejarah Keroncong Keroncong adalah sejenis musik Indonesia yang memiliki hubungan historis dengan sejenis musik Portugis yang dikenal sebagai
4
fado. Sejarah keroncong di Indonesia dapat ditarik hingga akhir abad ke16, di saat kekuatan Portugis mulai melemah di Nusantara. Keroncong berawal dari musik yang dimainkan para budak dan opsir Portugis dari daratan India (Goa) serta Maluku. Bentuk awal musik ini disebut moresco, yang diiringi oleh alat musik dawai. Dalam perkembangannya, masuk sejumlah unsur tradisional Nusantara, seperti penggunaan seruling serta beberapa komponen gamelan.
Kehadiran keroncong ini berawal dari jatuhnya Malaka dari Portugis ke tangan Belanda pada abad ke 16, sekitar tahun 1590. Orang-orang Portugal yang umumnya tentara keturunan berkulit hitam berasal dari Bengali, Malabar, dan Goa, ditawan dan dibawa ke Batavia. Baru sekitar tahun 1661 mereka dibebaskan setelah diangap tidak berbahaya dan tetap dibiarkan memiliki senjata yang sebelumnya dipergunakan untuk perang. Senjata-sejanta itu kemudian menjadi alat pencari nafkah, yaitu berburu babi hutan.
Mereka bemukim di rawa-rawa teluk Jakarta yang sedang berkecamuk wabah malaria dan influensa. Kawasan itu dinamakan Belanda Tanah Mardika. Dari sinilah menurut Prof. Mr. Dr. Soekanto dalam bukunya Dari Djakarta ke Djajakarta, asal nama mardijker (bahasa Sansekerta mahardhika yang berarti merdeka). Nama itu pada jaman penjajahan Belanda diberikan ke pada budak yang mereka bebaskan, vrijgelentene, yakni yang telah dimerdekakan.
5
Banyak dari orang-orang Portugis bekas tawanan itu pindah ke kawasan lain Jakarta, antara lain Kemayoran. Mereka yang pindah itu berasimilasi dengan golongan Tionghoa dan Belanda. Sementara yang tetap berada di Tanah Merdeka membentuk komunitasnya sendiri, mardikers dan membangun komunitas yang kemudian dikenal sebagai orang Kampoeng Toegoe, dengan pekerjaan sebagai bertani, berburu, dan mencari ikan.
Sebagaimana budak-budak asal Afrika di Amerika yang di kala senggang seusai mengerjakan sawah-ladang atau berburu mengisi waktunya dengan bermain blues, musik ratapan kaum tertindas, begitu pula dengan para mardikers. Dengan peralatan sederhana berupa alat musik petik mirip gitar kecil berdawai lima yang mereka sebut matjina serta djitera (gitar), seruling dan rebana mereka memainkan lagu-lagu dari tanah kelahirannya, dengan musik yang dominan suara crong…crong…crong dari matjina, yang kemudian dikenal sebagai ukulele.
Mereka berusaha membangun suasana gembira di tengah penderitaan sebagai bekas orang buangan di serambi rumah, bawah pohon sambil menikmati indahnya bulan purnama dan sepoi-sepoi angin pesisir membawakan lagu Moresco:
"Anda-anda na boordi de more, Mienya corsan nunka conteti, Yo buska ya mienya camada, Nunka sabe ele ya undi, Yo buska ya minya
6
amada, Yo buska ele tudu banda, isti corsan teeng tantu door, Yo pronto fula e strella, booster nunka ola un tenti? Fula e strella nunka reposta, Mienya corsan nunka contenti, O bie oki mienya amada, Mienya noiba, moleer bonito, Yo espara con esparansa, E canta cantigo moresco
(Berjalan-jalan di pantai, Hatiku gundah gulana, Aku mencari kekasih, Entah berada di mana,Kucari kekasihku, Calon isteri jantung hati, Kucari dimana-mana, Hatiku teramat duka, Kutanya bunga dan bintang, Kau lihatkan seseorang? Bunga dan bintang tak menjawab, Hatiku gundah gulana, O datanglah kekasihku, Calon istriku, O juwitaku, kunanti penuh harapan, Sambil berdendang lagu Moresco).
Syair lagu Moresco berbahasa Portugis dengan dialek Tugu ini diterjemahkan ke bahasa Belanda oleh A.Th Manusama pengarang buku Krontjong als muziekinstrument, als melodie en als gesang (penerbit Boekhandel G. Kolff & Co, Batavia, 1919). Dari bahasa Belanda Kusbini menerjemahkannya ke bahasa Indonesia.
Menurut A,Th Manusama lagu Moresco berasal dari kata Moor, yakni golongan bangsa Arab yang banyak mepengaruhi jalan sejarah dan kebudayaan Eropa Selatan dan Asia. Bangsa Moor pernah menguasai semenanjung Iberia yang terletak antara laut Atlantik dan laut Mideterania di barat-daya Eropa pada bada ke 8, sekarang kawasan ini dikuasai Spanyol dan Portugal. Bangsa Portugis menggolongkan lagu
7
tersebut sejenis lagu gondala (em>gondel lied), lagu pendayung sampan.
Sementara Amir Pasaribu dalam bukunya Musik dan Selingkar Wilayahnya menyatakan moresko berasal dari sebuah tarian Portugis, moreska. Lagu Moresko bersama Nina Bobo, Prounga dan Cafrinho bisa dikatakan adalah lagu-lagu keroncong pertama, yang oleh Kusbini disebut keroncong Portugis, untuk membedakan dengan keroncong asli Indonesia yang lahir kemudian.
2.1.1.2
Kampung Tugu Kampung Tugu terletak di sebelah utara - timur pelabuhan
Tanjung Priok dan terbagi 2 kelurahan, Kelurahan Tugu Utara dan Kelurahan Tugu Selatan yang dibelah jalan Pelumpang Semper dan flyover jalan Tol Pelabuhan. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Lagoa dan Kelurahan Kalibaru, sebelum berhadapan dengan Laut Jawa.
Kawasannya ini tentu bukan lagu rawa-rawa, melainkan sudah menjadi tempat permukiman yang padat penduduk dengan segala fasilitas kehidupan modern seperti Rumah Sakit Tugu, Komplek Perumahan Imigrasi, Komplek Pertamina, gereja, kelenteng, masjid, sekolah, pasar dan komplek Kramat Tunggak yang sekarang menjadi Islamic Center. Lokasinya lebih mudah dicapai dari Kawasan Berikat Nusantara (Nusantara Bonded Warehouse) Cakung. Telusuri saja jalan Cacing (Cakung - Cilincing), begitu bertemu jalan Tugu Raya belok ke kiri.
8
Setelah bertemu pasar dan Rumah Sakit Tugu, di sanalah pemerintahan penjajah Belanda membuang serdadu Portugis yang kalah perang sekitar 4 abad silam.
Disebut Kampung Tugu karena nama Tugu dimaksudkan sebagai tanda batas, versi lain mengatakan Tugu berasal dari kata Portugis, por tugu esa. Dari latar belakang sejarah, katanya di sana pernah ditemukan sebuah batu berukir berbentuk krucut bundar dan bertulis huruf Palawa dalam bahasa Sansekerta dari abad ke 4 dan ke 5 Masehi. Batu itu kemudian disebut sebagai Prasasti Tugu.
Tempat ditermukannya Prasasti Tugu disebut Batu Tumbuh, prasastinya sendiri sudah disimpan di Museum Nasional sejak tahun 1911. Yang memiliki nilai sejarah paling tua di Kampung Tugu sekarang adalah sebuah gereja yang berusia sekitar 3,5 abad, yaitu Salib Suci. Bangunannya memang bukan berasal dari abad ke 17, melainkan sudah dibangun kembali dua kali hingga bentuknya yang sekarang. Meskipun bangunannya yang asli telah beberapa kali direnovasi, sepintas bentuknya mirip bangun yang pertama, sederhana. Dinding dicat putih, dengan jendela dan pintu berwarna coklat. Di depan gereja terdapat kuburan, pendiri gereja, Melchior Leydecker.
9
Kehidupan sehari-hari masyarakat di Kampung Tugu sekarang ini tidak berbeda penduduk ibukota lainnya. Tapi sekarang warga keturunan Portugis menjadi minoritas, karena padatnya penduduk pendatang. Keluarga Andre J Michiels yang tinggal tidak jauh dari Gereja Tugu atau keluarga Martinus Cornelis yang rumahnya berada paling timur di seberang Jalan Cacing, mereka memang terpencar sejak dulu. Ketika nenek moyang mereka mendiami tempat itu pada tahun 1661, masih berupa rawa-rawa. Lalu mereka mengolah lahan menjadi sawah atau kebun.
2.1.1.3 •
Alat Musik Keroncong ukulele cuk, berdawai 3 (nilon), urutan nadanya adalah G, B dan E
•
ukulele cak, berdawai 4 (baja), urutan nadanya A, D, Fis, dan B. Jadi ketika alat musik lainnya memainkan tangga nada C, cak bermain pada tangga nada F (dikenal dengan sebutan in F)
10
•
gitar akustik (Ukulele dan Gitar menggatikan Sitar);
•
biola (menggantikan Rebab);
•
flut (mengantikan Suling Bambu);
•
selo;
11
•
2.2
kontrabas (menggantikan Gong)
Metodologi
2.2.1
Kepustakaan
Pencarian data berawal dari Perpustakaan nasional, Pusat Kebudayaan dan Kesenian yang banyak menyimpan arsip-arsip lama yang tersimpan, dan juga kepustakaan tentang disertasi dan skripsi yang berkaitan tentang keroncong.
2.2.2
Wawancara
Pengambilan data selain melalui kepustakaan juga melalui wawancara dengan tokoh-tokoh yang sangat mengerti mengenai keroncong. Terutama dari pelaku keroncong yang berada dalam komunitas kesenian.
2.2.2
Survey Lapangan
Riset yang dilakukan melalui pengunjungan tempat seperti komunitas keroncong yang masih aktif, kampong tugu yang merupakan asal mula keroncong berasal, dan beberapa tokoh – tokoh keroncong yang berkecimpung cukup lama.
12
2.2.3
Survey Online
Pencarian data melalui internet yang terdapat milis-milis, blog atau web keroncong atau berbagai sumber yang menjadi perkembangan yang baik dalam keroncong.
2.3 Data Penyelenggara (ak.`sa.ra) PT. Panaksara Pustaka, perusahaan pengendali dari Aksara didirikan pada awal 2001. Diambil dari satu arti kata Sansekerta abjad dalam surat, Aksara berawal memulai tugas operasi jual ecerannya sebagai satu toko buku. Cuma pada 2002, Aksara jadi dikenal sebagai Toko Buku Aksara dan Musik Aksara ketika CDs dan Vinil dilemparkan ke dalam campuran. Pada 2004 Aksara dan Prodak, satu pedagang eceran butir data hadiah dan alat-alat mebel, digabungkan operasi jual eceran mereka dan menjadi Aksara: Buku, Musik, Hadiah, dan Homewares. Aksara bertujuan menyediakan satu pilihan dari produk, suasana cozy dan mutu dari pelanggan service Penuh Kasih, Dinamis, Kreatif. Kapal pemimpinnya Aksara menyimpan dan Markas Besar diletakkan pada area Kemang. Kota Aksara Cilandak Persegi dibuka pada ke-18 dengan Agustus 2003 di Kota Cilandak Persegi. Aksara cabang ketiga, Plaza Indonesia Aksara, berawal Juli operasi dari 2004. Berlalu-lalu tahun, langkah strategis telah didirikan untuk meningkat nilainya perusahaan. Mitra yang terbentang dari penyalur ke institusi yang meningkatkan produk.
13
Product •
Books
•
Magazine
•
Gifts
•
Music (CD’s & DVD’s)
•
Homewares
14
2.3.2 Office Kemang (ak.'sa.ra) Kemang Jl. Kemang Raya 8b Jakarta 12730, Telp. +62 21 7199 288, Fax. +62 21 7199 282, Email :
[email protected] Citos (ak.'sa.ra) Citos 2nd Floor. tUnit 153, Jl. TB Simatupang Kav. 17 Jakarta 12430, Telp & Fax. +62 21 759 20347, Email :
[email protected] Plaza Indonesia (ak.'sa.ra) Plaza Indonesia LB. Unit 41 - 42A, Jl. M.H. Thamrin Kav. 28 - 30 Jakarta 10350, Telp & Fax +62 21 310 7711, Email :
[email protected]
2.4
Daftar Isi -
-
-
Pengantar Sejarah Keroncong • Kehadiran Portugis • Kampung Tugu • Pengaruh Musik Portugis Penyebaran Musik Keroncong • Penyebaran Krontjong Toegoe • Buaya Keroncong • Stambul Datang Dari Jauh • OK lief Java • NEXT to// look book B Musik dan Nada • Pengertian Musik • Laras Nada • Bahasa Musik Kondisi dan Posisi • Perhatian Seniman • Perhatian Instansi
15
-
-
2.5
Kebanggaan Bangsa • Gesang Martohartono • Kusbini • OK Dian Irama • Kerinduan Kaum Terdahulu • Pasar Malam Tong Tong • Generasi Biru • Stasiun Televisi TVRI Glossary Daftar Pustaka //Bonus CD track list Keroncong
Target Audience
Pihak yang dituju sebagai target adalah kalangan dewasa baik pria maupun wanita yang berkisar berumur 25 sampai 35 tahun yang berada di daerah perkotaan dan memiliki gensi, wibawa dan martabat. Orang yang terpelajar, berjiwa bebas menyukai seni ingin mempelajari atau sekedar mengetahui dan tertarik akan Sejarah atau budaya seni tradisional indonesia. Dan terbiasa mengkoleksi buku-buku segala sesuatu hal yang berbau tentang seni atau pun kebudayaan tradisional.
2.6
Analisa SWOT
Strenght •
Tema yang tidak umum apa lagi keroncong, sehingga menjadi wancana yang baru bagi kaum muda.
•
Buku pengetahuan sejarah membahas secara khusus kesenian musik keroncong.
16
•
Ilustrasi dan bahasa visual yang menarik mempelajari segala sesuatu tentang keroncong.
Weakness •
Harga buku yang relatif mahal.
•
Ukuran yang besar dan berat sehingga tidak praktis.
•
Tema yang tidak umum juga menjadi sesuatu yang tidak menarik.
Opportunities •
Kesadaran beberapa masyarakat akan pentingnya melestarikan budaya tradisional Indonesia.
•
Buku-buku mengenai keroncong di Indonesia yang ada saat ini relatif sulit ditemukan.
•
Keberadaan komunitas keroncong yang aktif.
Threats •
Masyarakat lebih tertarik dengan hal yang berbau modern dan barat-baratan.
•
Faktor ekonomi
•
Kurangnya keinginan membaca masyarakat
•
Kurangnya minat pada kebudayaan yang berbau nasional.
•
Masih sangat jarang yang mengetahui tentang keroncong.