BAB 2
BAHAN DAN METODA
2.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi sampling untuk pengambilan sampel ikan adalah “Purpossive Random Sampling” dengan menentukan tiga stasiun pengamatan. Pada masing-masing stasiun dilakukan 30 kali ulangan pengambilan sampel per hari yang dilaksanakan pada bulan April 2010.
2.2 Deskripsi Area
Pulau Sembilan merupakan salah satu pulau yang berada di gugusan pulau-pulau di Kabupaten Langkat. Secara Administrasi terletak di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Propinsi Sumatera Utara. Jarak Pulau Sembilan dengan ibu kota kecamatan Pangkalan Susu sejauh ± 6 km. Secara Geografis terletak pada 04º 13,5’ 90,0” LU dan 98º 25’ 28,3” BT. Di Pulau ini terdapat hutan mangrove antara lain tanaman bakau (Avicenia sp., Rhizophora sp., Bruguiera sp.), api-api (Avicenia marina), buta-buta (Excocaria agallocha) dan nipah (Nypha sp.).
a. Stasiun 1
Stasiun ini merupakan daerah bebas aktifitas dimana tidak dijumpai aktifitas manusia namun didominasi oleh mangrove. Secara geografis terletak pada 04º 08’ 01,0” LU dan 98º 15’ 08,6” BT. Substrat dasar pada lokasi ini berupa lumpur dan pasir.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1. Stasiun Daerah Kontrol (Mangrove)
b. Stasiun 2
Stasiun ini merupakan wilayah yang banyak dijumpai keramba ikan. Secara geografis terletak pada 04º 07’ 27,7” LU dan 98º 12’ 46,3” BT. Substrat dasar pada lokasi ini berupa batuan dan pasir berlumpur.
Gambar 2. Stasiun Daerah Keramba Ikan
Universitas Sumatera Utara
c. Stasiun 3
Stasiun ini merupakan daerah pemukiman masyarakat. Secara geografis terletak 04º 08’ 18,4” LU dan 98º 14’ 50,5” BT. Substrat dasar pada lokasi ini berupa pasir berlumpur.
Gambar 3. Stasiun Daerah Pemukiman Penduduk
2.3 Pengambilam Sampel
Adapun cara pengambilan sampel ikan yaitu menggunakan jala dengan luas 7,065 2
m dengan ukuran mata jala 1,5 cm. Pengambilan ikan menggunakan jala tebar sebanyak 30 kali ulangan setiap stasiun. Tiap pengambilan sampel dibuat jarak 10 m secara acak dengan selang waktu sekitar 5 menit. Adapun waktu pengambilan ikan dilakukan pada siang hari sebagai data pokok untuk mengetahui jenis ikan yang aktif pada siang hari sedangkan untuk data tambahan diambil ikan pada malam hari berdasarkan informasi yang diperoleh dari nelayan setempat, ikan yang didapat diambil 3-5 ekor dari tiap jenisnya dengan ukuran minimun berkisar antara 10 cm sehingga dapat diidentifikasi ciricirinya, kemudian ikan yang didapat dimasukkan ke dalam botol sampel yang berisi alkohol 70% sebagai pengawet. Hasil ikan yang didapat diambil untuk dikoleksi dan dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi dengan menggunakan buku Identifikasi menurut Saanin (1984), Kottelat (1982), Allen (1990).
Universitas Sumatera Utara
2.4 Pengukuran Faktor Fisik dan Kimia Perairan
Faktor fisik dan kimia perairan yang diukur mencakup:
a. Suhu (ºC)
Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan termometer air raksa berskala 0-100ºC. Termometer dimasukkan ke dalam air selama 3 menit ataupun sampai penunjuk pada skala konstan.
b.
pH (Derajat Keasaman)
Pengukuran pH dengan menggunakan pH meter yaitu dengan memasukkan pH meter ke dalam sampel air yang diambil. Kemudian dibaca angka konstan yang tertera pada pH meter tersebut.
c. Salinitas
Pengukuran salinitas dilakukan dengan menggunakan refraktometer, kemudian diambil sampel air sebanyak 1 tetes lalu diteteskan pada permukaan alat refraktometer tersebut dan dilihat batas akhir pada skala.
d. Intensitas Cahaya
Pengukuran intensitas cahaya dilakukan dengan menggunakan luxmeter. Dinyalakan tombol power pada alat tersebut. Dicatat angka yang sering muncul.
e. Penetrasi cahaya (m)
Universitas Sumatera Utara
Pengukuran penetrasi cahaya dilakukan dengan menggunakan keping sechii yang dimasukkan ke dalam air hingga tidak terlihat lagi dari permukaan, kemudian diukur panjang tali sebagai kedalaman penetrasi cahaya.
f.
Oksigen Terlarut atau DO (mg/l)
Pengukuran oksigen terlarut dilakukan dengan menggunakan metode Winkler, yaitu dengan memasukkan sampel air ke dalam botol winkler, lalu ditambahkan masingmasing 1 ml MnSO4 dan KOH-KI ke dalam botol tersebut dan dihomogenkan. Didiamkan sebentar hingga terbentuk endapan coklat atau putih, kemudian ditambahkan 1 m H2SO4, dihomogenkan dan didiamkan hingga terbentuk larutan coklat keruh. Sampel air diambil 100 ml dan dimasukkan kedalam erlenmeyer lalu dititrasi dengan Na2S2O3 0,0125 N hingga terbentuk larutan berwarna kuning pucat, lalu diberikan amilum sebanyak 2-3 tetes dan dihomogenkan hingga terbentuk larutan biru. Kemudian dititrasi kembali menggunakan Na2S2O3 0,0125 N hingga sampel air seperti warna air semula. Banyaknya kadar Na2S2O3 yang dipakai menunjukkan kadar oksigen terlarut.
g.
BOD5 Pengukuran BOD5 dilakukan dengan menggunakan metode Winkler. Sampel air
diinkubasi selama 5 hari pada suhu 20oC kemudian diukur nilainya dengan metode winkler dimana nilai BOD5 didapat dari pengurangan DO awal – DO akhir.
Secara keseluruhan pengukuran faktor fisik kimia berserta satuan dan alat yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2.4 faktor fisik-kimia perairan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.4 Alat dan Satuan yang dipergunakan dalam Pengukuran Faktor Fisik – Kimia Perairan Parameter Tempat No Satuan Alat Fisik – Kimia Pengukuran 1. Suhu Air °C Termometer In-situ 2. pH pH meter In-situ 0 3. Salinitas /00 Refraktometer In-situ 4. Intensitas Cahaya Candela Luxmeter In-situ 5. Penetrasi Cahaya M Keping Sechii In-situ 6. DO (Oksigen Terlarut) mg/l Metoda Winkler In-situ 7. BOD5 mg/l Metoda Winkler Laboratorium
2.5 Analisis Data
Data ikan yang diperoleh dihitung nilai Kepadatan Populasi, Kepadatan Relatif, Frekuensi Kehadiran, Indeks Diversitas Shannon-Wienner, Indeks Ekuitabilitas, Indeks Similaritas dan Analisa Kolerasi dengan persamaan menurut Michael (1984) dan Krebs (1985) sebagai berikut:
a. Kepadatan Populasi (K) Jumlah individu suatu jenis K= Jumlah unit sampel
b. Kepadatan relatif (KR)
Kepadatan suatu jenis KR =
x 100 % Jumlah kepadatan semua jenis
Universitas Sumatera Utara
c. Frekuensi Kehadiran (FK) Jumlah plot yang ditempati suatu jenis FK =
x 100 % Jumlah total plot
FK :
0 % - 25 % 25 % - 50 % 50 % - 75 % 75 % - 100 %
: sangat jarang : jarang : banyak : sangat banyak
d. Indeks Diversitas Shannon-Wiener (H’) H’ = - ∑ pi ln pi dimana : H’ Pi Ln Pi
= indeks diversitas Shannon-Wiener = proporsi spesies ke-i = logaritma Nature = ∑ ni / N (Perhitungan jumlah individu suatu jenis dengan keseluruhan jenis) Dengan nilai H’: 0
6,907 = keanekaragaman tinggi Klasifikasi tingkat pencemaran berdasarkan nilai indeks diversitas Shannon-Wienner (H’), dimana: Dengan nilai H’: >2,0 = Tidak Tercemar 1,6 - 2,0 = Tercemar Ringan 1,0 - 1,6 = Tercemar Sedang <1,0 = Tercemar Berat
e. Indeks Equitabilitas / Indeks Keseragaman (E) H’ E = H max dimana : H’ = indeks diversitas Shannon-Wienner H max = keanekaragaman spesies maximum = ln S (dimana S banyaknya spesies dengan nilai E berkisar antara 0-1) Universitas Sumatera Utara
f. Indeks Similaritas (IS) 2 c E =
x 100 % a + b
dimana: a b c
Bila:
IS IS IS IS
= jumlah spesies pada lokasi a = jumlah spesies pada lokasi b = jumlah spesies yang sama pada lokasi a dan b
= 75 - 100% = 50 - 75 % = 25 - 50 % = < 25 %
: sangat mirip : mirip : tidak mirip : sangat tidak mirip
Kriteria pola distribusi dikelompokkan sebagai berikut: Jika: Id = 1 (distribusi diacak) Id < 1 (distribusi normal) Id > 1 (distribusi bergerombol)
h. Analisa Korelasi
Analisa korelasi dianalisa menggunakan Analisa Korelasi Pearson dengan metode komputerisasi SPSS Ver.13.00. Analisa Korelasi digunakan untuk melihat hubungan antara faktor fisik-kimia dengan keanekaragaman ikan.
Universitas Sumatera Utara