BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Di Indonesia telah dipersetujui bahwa penduduk lanjut usia adalah mereka
yang berumur 60 tahun ke atas. Sesuai dengan undang-undang Nomor 13 tahun 1998 pasal 1 mengenai pengertian lanjut usia, yaitu seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Nugroho, 2008). Berdasarkan data United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific UNESCAP tahun 2011, jumlah penduduk di kawasan Asia mencapai sebanyak 4,22 miliar jiwa atau 60% dari penduduk dunia. Indonesia selama empat dasawarsa terakhir menempati posisi empat jumlah populasi terbesar di dunia menurut US. Cencus bureau. Tercatat bahwa penduduk Indonesia pada tahun 2010 berdasarkan data sensus penduduk 2010 yang diselenggarakan Badan Pusat Statistika di seluruh wilayah Indonesia berjumlah 237.641.326 jiwa dengan jumlah penduduk Lansia sebanyak 18.118.699 jiwa, jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,18%. Pada tahun 2010 jumlah lansia sebanyak 14,439.967 jiwa (7,18%) dan mengalami peningkatan menjadi 23.992.553 jiwa (9,77%) sementara menurut Depkes pada tahun 2011 jumlah lansia sebesar 20 juta jiwa (9,51%). hasil Susenas tahun 2009, menurut jenis kelamin jumlah lansia perempuan 10,44 juta orang atau 8,96 % dari seluruh penduduk perempuan. Jumlah lansia perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki yang hanya 8,88 juta orang atau 7,76 % dari seluruh penduduk
Universitas Sumatera Utara
laki-laki, hal ini disebabkan karena usia harapan hidup lansia perempuan lebih tinggi dibandingkan lansia laki-laki. Menurut Badan Pusat Statistika Indonesia meningkatnya umur harapan hidup (UHH) adalah salah satu indikator utama tingkat kesehatan masyarakat. Semakin tinggi jumlah Lansia, maka semakin baik tingkat kesehatan masyarakatnya. Jumlah penduduk Lansia Indonesia pada tahun 2020, berdasarkan proyeksi penduduk Indonesia 2000-2025 diperkirakan akan mencapai 28,99 juta jiwa, dengan usia harapan hidup 67,4 tahun dan pada tahun 2020 diperkirakan sebesar 28,8 juta (11,34%), dengan usia harapan hidup 71,1% tahun. Pertambahan penduduk Lansia ini mungkin disebabkan oleh semakin membaiknya pelayanan kesehatan dan meningkatnya usia harapan hidup orang Indonesia. Kehilangan penglihatan menempati posisi urutan ketiga setelah arthritis dan penyakit jantung sebagai kondisi-kondisi kronis yang umunya membutuhkan bantuan didalam aktivitas sehari-hari. Penyebab penurunan penglihatan bisa terjadi karena kongenital maupun aquired glaukoma dan Age Related Macular Degeneratif (AMD) terjadi 45 % pada penurunan penglihatan retino diabetik merupakan penyebab paling sering setelah Age Related Machular Degeneratif (Hazaria, 2009). Di Amerika Serikat lebih dari 6 juta orang mengalami gangguan penglihatan tetapi diklasifikasikan buta. Penyebab penglihatan kurang yang sering juga ditemukan adalah katarak berpenyulit, distrofi kornea, glaukoma, retinopati diabetik, atropi optik (Vaughan, 2009). Prevalensi gangguan penglihatan di Indonesia meliputi gangguan penglihatan berat (Visual acuity 6/60 - > 3/60)
Universitas Sumatera Utara
adalah 2.200.000 orang. Ganguan penglihatan sedang (Visual acuity < 6/18- > 6/60) adalah 3.600.000 orang. Jadi jumlah keseluruhan penyandang LowVision adalah 5.800.000 orang (Depkes, 2002). Menurut data sensus 2010 oleh Badan Pusat Statistik di Sumatera Utara jumlah penduduk lansia yang berumur 60 sampai diatas 90 tahun sebanyak 765.822 jiwa dan yang mengalami kesulitan melihat sebanyak 192.113 dengan tingkat penurunan penglihatan sedang 174.847 jiwa dan tingkat berat 17266 jiwa. data Susenas tahun 2009 mencantumkan jenis gangguan/kesulitan/kecacatan pada usia lanjut, yaitu penglihatan, pendengaran, sendi, sesak nafas dan pikun. Hasil penelitian Rinajumita 2009 wilayah kerja puskesmas payakumbuh gangguan penglihatan (78,8%), nyeri pada sendi pinggul (70%), nyeri pinggang atau punggung (67,8%), Mulai usia dekade keempat pupil akan mulai mengecil dan perlu waktu untuk bereaksi terhadap cahaya. Dengan adanya perubahan ini, umumnya orang tua memerlukan 3 kali jumlah penerangan untuk melihat dibandingkan dengan dewasa muda. Selain itu untuk fokus terhadap sesuatu pun perlu lebih banyak waktu dan jarak yang lebih dekat. Perubahan lain yang terjadi adalah proses penebalan dan kekeruhan lensa mata atau terjadinya proses koagulasi protein pada lensa, glaukoma dan bermacam-macam perubahan pada retina seperti degenerasi makula retinopati (Kosasih et al, 2002). Komplikasi soal mata dengan kemunduran visus (daya penglihatan) terutama untuk membaca (presbiopi) yang biasanya dimulai sejak usia 40 tahun, sehingga memerlukan kaca mata dengan lensa “plus” khusus untuk membaca. Proses menua hanya sedikit melemahkan daya penglihatan (ketajaman) dan
Universitas Sumatera Utara
mungkin memerlukan cahaya lampu lebih terang ditempat-tempat strategis seperti daerah bekerja, menaiki tangga rumah, tempat membaca (Stanley, 2006). UPT Pelayanan Sosial Lansia dan anak Balita Binjai merupakan unit pelaksannan teknis dibidang pembinaan kesejahteraan bagi para lanjut usia/ jompo. Berdasarkan penelitian Inta et al (2012) di PSWT Mulia Dharma Kabupaten Kubu Raya dengan mengukur aktivitas fisik lansia sehari-hari dengan indeks barthel didapatkan hasil responden mayoritas dengan ketergantungan ringan 27 (62%), ketergantungan sedang 25,6%, berat 7% dan total 5% . lain halnya penelitian Suhartini (2004) di Jombang Hampir seluruh responden mandiri dalam melakukan aktifitas dasar seperti bangun dari tempat tidur, berdandan, berkomunikasi yaitu (95,5%), buang air kecil / besar kekamar mandi, makan (94,4%), mandi (93,3%), berpindah tempat/berjalan (90%) Sedangkan aktifitas Instrumen yang paling sedikit dilakukan secara mandiri adalah menangani keuangan (32,2%). Dari data UPT Pelayanan Sosial Binjai terdapat 180 jumlah lansia. Perubahan penuaan normal dan masalah kesehatan yang sering tercermin dalam penurunan dalam kemampuan fisik para lansia, yang dapat membuat mereka kurang mandiri, kurang aman dan dapat membuat tugas-tugas sehari-hari jauh lebih sulit bagi mereka. Hal tersebut tentunya juga akan berpengaruh pada aktivitas hidup sehari-hari sehingga dapat menurunkan kualitas hidup lansia yang berimplikasi pada kemandirian dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari (Nugroho 2008). Kemampuan dan ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari dapat diukur dengan menggunakan indekz Barthel meliputi transfer
Universitas Sumatera Utara
(tidur – duduk), mobilisasi (berjalan), penggunaan toilet (pergi ke/dari WC, melepaskan/ mengenakan celana, menyeka, menyiram), membersihkan diri ( lap muka, sisir rambut, sikat gigi), mengontrol BAB, mengontrol BAK, mandi, berpakaian, makan, dan naik turun. Berdasarkan fenomena di atas penulis tertarik untuk meneliti tentang gambaran aktivitas hidup sehari-hari dan gangguan penglihatan pada lansia sesuai indeks Barthel untuk mengetahui ketergantungan klien
dari mandiri,
ketergantungan ringan, ketergantungan sedang dan ketergantungan total.
1.2
Pertanyaan Penelitian Bagaimana
gambaran
aktivitas
hidup
sehari-hari
dan
gangguan
penglihatan pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak balita wilayah Binjai dan Medan.
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum Untuk mengidentifikasi gambaran aktivitas hidup sehari-hari dan
gangguan penglihatan pada lansia yang tinggal di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita wilayah Binjai dan Medan.
Universitas Sumatera Utara
1.3.2
Tujuan Khusus Untuk mengidentifikasi gangguan penglihatan yang dialami lansia di UPT Pelayanan Sosial dan Anak Balita Binjai.
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi yang berguna untuk meningkatkan mutu pendidikan keperawatan, Menambah kepustakaan khususnya tentang gambaran aktivitas hidup sehari-hari lansia yang mengalami gangguan penglihatan sehingga informasi ini dapat dikembangkan dalam praktek belajar diUPT Pelayanan sosial Lansia. 1.4.2
Bagi Pelayanan Keperawatan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan masukan dalam
memberikan intervensi keperawatan dengan mempertimbangkan berbagai aspek sebagai upaya meningkatkan kebutuhan aktivitas sehari-hari pada lanjut usia yang mengalami gangguan penglihatan. 1.4.3
Bagi Penelitian Keperawatan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi lanjutan penelitian
selanjutnya yang meneliti tentang topik dan ruang lingkup kemandirian dalam pemenuhan aktivitas hidup sehari-hari pada klien lanjut usia yang mengalami gangguan penglihatan.
Universitas Sumatera Utara