1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang PT. Setia Pratama Lestari Pelletizing ( SPLP ) adalah perusahaan yang menghasilkan produk pendukung
bagi perusahaan – perusahaan kabel di
Indonesia. Produksi utamanya adalah PVC compound yang dipakai untuk selubung isolasi dan selubung kabel. Dalam rangka penerapan sistem mutu ISO 9001 dan SGS maka perusahaan ini berusaha menghasilkan produk dengan kualitas yang tinggi guna memberikan kepuasan kepada pelanggan. Untuk mewujudkan hal
tersebut
maka hal utama yang harus dilakukan perusahaan adalah memberikan perhatian besar terhadap setiap mesin dan peralatan produkasi yang digunakan, mengingat hal ini adalah pendukung utama dalam proses produksi. Dengan sistem perawatan yang baik maka dapat dipastikan bahwa selama proses produksi berlangsung, mesin dan peralatan produksi
dapat berjalan dalam kondisi
optimal dan sesuai dengan harapan. Keadaan mesin dan alat produksi yang kondusif
tentunya
akan
memepermudah
operator
dalam
menjalankan
pekerjaannya dan perusahaan dapat mencapai tujuan akhir yakni memenuhi pesanan sesuai dengan waktu dan kualitas yang diharapkan dengan biaya produksi seminimal mungkin.
2
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah Mesin – mesin produksi pada PT. SPLP terbagi menjadi 3 lini dimana pada awalnya, mesin pada lini 1 dan 2 digunakan untuk memproduksi PVC ( Polyvynilchloride ) compound sedangkan line 3 digunakan untuk proses produksi XLPE ( CrossLinked Polyethylene ). Namun saat ini PT. SPLP tidak lagi memproduksi XLPE karena perusahaan ini sedang melakukan perluasan perusahaan yang khusus hanya memproduksi XLPE ; sehingga saat ini ketiga lini yang tersedia digunakan sepenuhnya untuk memenuhi permintaan produk PVC compound. Kebanyakan mesin yang digunakan pada perusahaan ini dibeli dari Negara Jerman dan selama ini PT. SPLP melakukan perawatan mesin dan penggantian komponen mesin berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan, namun dalam kenyataannya kerusakan mesin dan peralatan produksi tetap saja terjadi, bahkan dalam frekuensi yang cukup tinggi ; dimana perbaikannya memerlukan waktu yang cukup lama sehingga akan terjadi keterlambatan dalam produksi bahkan menyebabkan terhentinya aktifitas produksi. Tentu saja hal ini akan mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit baik dari segi biaya dan waktu. Maka dalam menghadapi permasalahan ini, diperlukan revisi dan evaluasi terhadap sistem perawatan yang selama ini diberlakukan pada PT. SPLP. Dalam hal ini, maka perusahaan perlu melakukan preventive maintenance dengan memperhitungkan waktu yang tepat untuk melakukan perawatan. Dengan melakukan preventive maintenance maka perusahaan akan mencegah
3
atau meminimalisasi kemungkinan terjadinya kerusakan mesin (breakdown) sewaktu mesin sedang beroperasi. Sehingga
perumusan
masalah
dalam
skripsi
adalah
bagaimana
memprediksikan waktu yang tepat dalam menentukan penjadwalan perawatan mesin dan penggantian komponen mesin agar dapat meminimasi kerusakan mesin pada PT. SPLP.
1.3 Ruang Lingkup Dalam pembahasan skripsi ini telah dilakukan pengumpulan data kerusakan mesin dari bagian maintenance selama 1 tahun mulai tanggal 1 januari 2004 sampai dengan 31 Desember 2004. Pengumpulan data juga dilakukan pada bagian produksi untuk mengetahui dengan jelas apa saja jenis mesin dan komponen mesin yang terdapat pada perusahaan ini. Oleh karena itu saya sebagai penulis mencoba untuk menguraikan beberapa metode perhitungan untuk menentukan jadwal perawatan mesin yang siap diterapkan langsung di perusahaan. Agar dapat lebih terarah dan terfokus dalam pembahasan skripsi ini serta mengingat adanya keterbatasan kemampuan dan waktu yang dimiliki maka penulis memberikan ruang lingkup atau batasan masalah sebagai berikut : 1. Observasi dilakukan pada ketiga mesin PVC compound pada PT. SPLP namun pembahasan hanya dibatasi pada mesin dan komponen kritis saja.
4
2. Data waktu downtime hanya dihitung pada saat mesin berhenti karena rusak dan tidak termasuk pada saat set up atau pemeriksaan terjadwal. 3. Tidak memperhitungkan biaya simpan dan biaya pesan komponen mesin kritis karena komponen yang diperlukan dianggap telah tersedia. 4. Tidak membahas mengenai kemungkinan terjadinya kesalahan manusia ( Human Error ) saat pengoperasian mesin berlangsung pada masa yang akan datang. 5. Penentuan penjadwalan perawatan mesin yang baru adalah merupakan usulan dan perbaikan dari yang telah berjalan.
1.4 Tujuan dan Manfaat Adapun beberapa tujuan yang dapat diambil dari pembahasan skripsi ini, diantaranya adalah : 1. Meminimasi kerusakan mesin yang terjadi secara mendadak pada PT. SPLP. 2. Mengetahui jenis mesin dan komponen mesin yang sering mengalami kerusakan. 3. Menentukan selang waktu penggantian komponen kritis pada mesin kritis. 4. Menentukan selang waktu pemeriksaan optimal pada komponen kritis dari mesin kritis. 5. Memberikan biaya yang lebih rendah bagi perawatan fasilitas produksi.
5
Sedangkan manfaat dari penulisan skripsi adalah : 1. Bagi perusahaan Penelitian ini dapat bermanfaat bagi PT. SPLP, sebagai masukkan dan pertimbangan dalam membuat kebijakan-kebijakan dimasa mendatang. 2. Bagi universitas Penelitian ini dapat menambah daftar pustaka bagi Universitas Bina Nusantara khususnya jurusan Teknik Industri. 3. Bagi penulis Penelitian ini berguna untuk menambah pengalaman dan wawasan berpikir serta mencoba untuk mengaktualisasikan teori dan ilmu yang didapat selama perkuliahan dengan dunia kerja yang sesungguhnya.
1.5 Gambaran Umum Perusahaan PT. Setia Pratama Lestari Pelletizing atau yang lebih dikenal dengan nama PT. SPLP telah berdiri dan memulai produksi komersial sejak tahun 1986. Produksi utama dan mula – mula adalah PVC compound yang dipakai untuk selubung isolasi dan selubung kabel. Saat ini produksinya mencapai 15.000 ton per tahun dan mensuplai produsen – produsen kabel di Indonesia. Untuk mengantisipasi kebutuhan pasar yang meningkat maka pada tahun 1997 PT. SPLP memperluas bisnisnya dengan mendirikan divisi kayu yang menghasilkan haspel dan peti kayu untuk packaging kabel.
6
Pengawasan terhadap mutu dan penerapan sistem mutu menjadi perhatian utama dalam produksi PVC compound ini demi kepuasan pelanggan. Oleh karena itu pada tahun 1997, perusahaan ini menerapkan persyaratan sistem mutu ISO 9001 dan telah terdaftar dalam lembaga sertifikasi mutu internasional SGS.
1.5.1 Proses Produksi Pada PT. SPLP terdapat 3 lini
mesin yang mengolah PVC
compound. Mesin ini mengolah formulasi yang telah ditentukan dengan skala pabrik ( produksi massal / mass production ). Proses dimulai dari mulai bahan baku, yang dipasok oleh supplier menggunakan truk, datang ke pabrik dan masuk ke gudang penyimpanan bahan baku ( WH 1 ) untuk bahan baku yang berupa powder ataupun butiran ( granules ). Sedangkan bahan baku yang berupa cairan seperti Plasticizer : DOP, DINP, dan TOTM, dipasok menggunakan mobil tangki ( MT ) dan dimasukkan kedalam tangki penimbunan masing –masing ( T1, T2, T3 ). Semua bahan baku yang datang baik yang berupa cair maupun butiran / powder diuji dahulu ( Incoming Material Test ) oleh departemen QC. Setelah QC menyatakan lulus uji, mobil pengangkut bahan baku diijinkan masuk ke gudang untuk melakukan pemboongkaran bahan baku.
7
Bahan baku PVC resin dan Filler
CaCO 3
dari gudang
penyimpanannya ( WH1 ) dikirim menggunakan forklift ( F ) ke gudang Debagging ( D ). Debagging ini digunakan untuk mengisi / menaikkan PVC resin dan Filler CaCO 3 ke tempat penimbunan bahan baku ( silo ), yaitu silo PVC resin ( B1 ) dan silo filler CaCO 3 , dengan cara menghisap bahan baku tersebut menggunakan pompa vakum ( PV ) secara bergantian. Dari silo, PVC resin dan filler CaCO 3 dialirkan dan ditimbang di penimbangan / weighting ( W1 ) sesuai dengan berat yang diperlukan, kemudian masuk ke Mixer ( M1 ). Plasticizer DOP, DIDP, TOTM maupun DINP dialirkan dari tangki penimbunan masing – masing
melalui pipa ke tangki
pencampuran Plasticizer ( TM ) sesuai dengan takaran formulasi dan jenis Plasticizer yang diperlukan. Dari tangki pencampuran Plasticizer, campuran Plasticizer ini dialirkan ke tangki Mixer ( M1 ) pada saat tertentu untuk diaduk bersama dengan PVC resin, filler CaCO 3 dan additive. Penuangan Plasticizer maupun additive dilakukan secara manual oleh operator. Sistem proses di dalam Mixer ( M1 ) dilakukan secara batch dimana kapasitasnya adalah ± 300 kg.
Plasticizer diukur secara
8
volumetric dari masing – masing tangki penimbunannya, sedangkan takaran dalam formulasi dinyatakan dalam satuan massa. Adonan bahan baku yang telah diaduk di Mixer ( M 1) dikeluarkan dan masuk ke hooper ( HP ) yang berfungsi menampung adonan untuk dialirkan secara kontiniu ke proses berikutnya. Dari hooper ( HP ) adonan masuk ke mesin ekstruder ( EXT ). Disini bahan diolah menjadi compound melalui pengaturan suhu dan kecepatan putaran screw ( rpm ). Ada 2 screw yang harus dilewati adonan ini yaitu : twin screw dan single screw. Setelah melalui screw, adonan yang telah menjadi compound dipotong dengan pisau menjadi bentuk pallet. Tahap selanjutnya setelah keluar dari ekstruder ( EXT ) maka pellet ini dialirkan ke mesin pendingin / cooler ( C ) dengan didorong oleh hembusan udara dari blower ( BL2 dan BL 3 ). Pendinginan di dalam cooler menggunakan udara dan dari cooler, pellet compound ini masuk ke bagian penimbangan ( T ) dan packaging. Packing PVC compound ada 2 jenis yaitu ukuran 500 kg dan 25 kg. PVC compound yang telah dipacking diberi identifikasi nomor lot dan dikirim ke gudang barang jadi ( WH 2 ) untuk disimpan dan dikirim ke pelanggan. Aliran proses pembuatan produk ini dapat dilihat pada lampiran B.
9
1.5.2 Bahan Baku Bahan baku pembuatan PVC compound dikelompokkan menjadi : 1. PVC resin ( powder ) PVC resin merupakan bahan baku utama pembuatan PVC compound dan khusus untuk aplikasi kabel digunakan PVC resin dengan kriteria tertentu yang telah ditetapkan. 2. Filler CaCO 3 ( powder ) Calcium carbonat dibuat dari limestone / batu kapur dan calcite crystal. 3. Plasticizer ( liquid ) Plasticizer yang digunakan pada PT. SPLP adalah Di-Octhyl Phtalate ( DOP ), Di-Isononyl Phtalate ( DINP ) dan Tri-Octhyl Tri-Mellitate ( TOTM ). 4. Additives ( powder ) Additives yang digunakan adalah :
Antioxidant,
berfungsi
untuk
mencegah
oksidasi
secara
berlebihan terhadap suatu bahan, karna oksidasi ini dapat merusak sifat fisik dan sifat kimia bahan.
10
DBL, berfungsi sebagai stabilizer panas dan meningkatkan efek librikasi/ pelumasan pada compound, sehingga ketika diproses dapat berjalan dengan lancar.
TLS, digunakan agar PVC compound mempunyai ketahanan listrik yang baik, tahan panas, UV dan warna tidak pudar.
Antitermites, bertujuan memberikan PVC compound ketahanan yang baik terhadap serangan serangga.
Calcium Stearate, memberikan fungsi sebagai stabilitas panas dan efek lubrikasi.
Kronos 2220, memberikan brightness dan kesan natural pada warna putih dan terang yang baik.
Flame retardant, digunakan pada plastik dan textile.
1.5.3 Struktur organisasi Untuk mendukung produksi, mutu dan penjualan diperlukan tim manajemen yang terwujud dalam departemen – departemen ; dimana departemen ini mempunyai struktur organisasi fungsional dan tidak berdasarkan produk sebab perusahaan ini merupakan perusahaan yang hanya memproduksi satu produk, walaupun degan jenis yang berbeda – beda. Model struktur organisasi ini akan memudahkan para manajer untuk
melaksanakan
tugasnya
karena
masing-masing
manajer
ditempatkan pada bidangnya sendiri-sendiri sesuai dengan keahlian dan
11
keterampilan mereka, sehingga hasil pekerjaan dapat lebih optimal. Struktur organisasi perusahaan ini dapat dilihat pada lampiran C. Pada perusahaan ini tim manajemen atau departemen yang terkait dengan produksi, mutu dan penjualan meliputi : 1. QA ( Quality Assurance ) Merupakan departemen yang menjamin mutu produk dengan menerapkan sistem mutu dan pedoman mutu ( kualitas manual ) yang mengacu kepada standar internasional dan memberikan kepuasan pelanggan di setiap departemen. Dengan sistem mutu dan pedoman mutu ini, QA mengkoordinir dan mengawasi bahwa sistem atau prosedur
mutu tersebut berjalan sesuai dengan yang
direncanakan dan memastikan bahwa produk yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan sehingga produk yang dihasilkan adalah produk yang bermutu sesuai dengan keinginan pelanggan. 2. Purchasing Purchasing adalah bagian penyediaan / pembelian bahan baku yang diperlukan, bekerja sama dengan
produksi ntuk mengatur
kedatangan bahan baku, mencari supplier baru yang mampu memberikan harga yang lebih kompetitif, menentukan supplier yang mampu memenuhi persyaratan untuk bahan baku yang dibutuhkan dan meminta harga yang kompetitif.
12
3. Gudang Gudang bertugas menyimpan bahan baku dan bahan jadi, menjaga mutu dan jumlah stock bahan baku untuk mendukung proses produksi. Untuk penyimpanan ini diperlukan pengaturan – pengaturan sedemikian rupa untuk kelancaran keluar masuk barang. 4. Marketing Marketing bertugas melakukan pemasaran ataupun order ke customer. Order yang diterima dari customer ke marketing harus disertai juga dengan persyaratan
/ sifat mutu ( customer
spesification ) yang diinginkan customer. Bila order yang datang pernah dibuat sebelumnya maka marketing dapat menentukan harga dan menyanggupinya.. Bila order yang datang adalah spesifikasi baru yang belum pernah dibuat sebelumnya maka marketing bekerja sama dengan product design. 5. Product Design Product design sesuai dengan namanya bertugas merancang formula PVC compound. Melakukan riset dan pengembangan formula dan melakukan efisiensi terhadap suatu formula dengan melihat pada sifat bahan baku, reaksi yang terjadi dan harga, terlebih bila ada suatu spesifikasi customer yang baru dan belum pernah dibuat sebelumnya.
13
6. Produksi Produksi bertugas mengolah bahan baku dan menghasilkan PVC compound sesuai dengan persyaratan mutu yang diminta customer. 7. QC / Laboratorium QC / Laboratorium bertugas menjaga dan memeriksa mutu sejak bahan baku datang hingga menjadi barang jadi. Sesuai dengan komitmen untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan maka pengawasan mutu dimulai sejak bahan baku datang dimana dilakukan pengujian bahan sesuai dengan persyaratan
yang
diperlukan untuk masing – masing bahan baku. 8. Maintenance Maintenance merupakan bagian pendukung kelancaran proses produksi, bertugas melakukan perawatan secara berkala terhadap mesin – mesin produksi dan diesel, meminimumkan downtime, melakukan modifikasi terhadap mesin agar efisiensi meningkat dan memberikan usulan / ide untuk modifikasi mesin, jadwal perawatan serta meningkatkan ketrampilan / pengetahuan teknisi maintenance.
1.5.4 Tata letak pabrik PT. SPLP memiliki tata letak pabrik berdasarkan produk ( product layout ) dimana pada masing – masing lini, letak fasilitas produksinya didasarkan kepada urutan proses dari bahan baku
14
sampai menjadi produk akhir, mulai dari pencampuran bahan baku sampai pada penimbangan produk PVC compound. Penempatan mesin dan peralatan produksi yang dipergunakan pada pabrik tersebut didasarkan kepada urutan proses yang ada di dalam perusahaan tersebut. Dengan tata letak jenis ini maka pengawasan mesin-mesin lebih mudah karena rute dari bahan-bahan telah fixed dan dapat disederhanakan. Namun kekurangan tata letak yang berorientasi produk ini adalah ketika terjadi kerusakan pada salah satu titik atau mesin maka seluruh pekerjaan akan terhenti pada saat itu juga. Gambar tata letak PT. SPLP dapat dilihat pada lampiran D.