BAB 1 PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang Masalah Komunikasi bagi kehidupan manusia sebagai makhluk sosial yang
senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya sudah disadari sejak dahulu. Melalui kegiatan komunikasi kita membentuk saling pengertian, menumbuhkan
persahabatan,
memelihara
kasih
sayang,
menyebarkan
pengetahuan, bertukar pengalaman dan melestarikan peradaban dan kebudayaan. Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam kehidupan umat manusia. Komunikasi juga bisa menyuburkan perpecahan, menghidupkan permusuhan, menanamkan kebencian, merintangi kemajuan, dan menghambat pemikiran (Effendy, 2003 : 18). Saat ini Humas Pemerintah harus merubah paradigma kehumasannya. Humas bukan lagi sebagai lembaga yang melakukan sensor berita dan anti kritik.Tapi, Humas harus menganut prinsip keterbukaan, transparan, dan mampu membangun hubungan yang harmonis dengan masyarakat. Disahkannya Undang-undang No.14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP), membawa konsekuensi terhadap ketentuan-ketentuan hukum yang melindungi hak atas informasi bagi warga negara Indonesia. Badan publik dalam hal ini adalah lembaga-lembaga negara, lembaga publik non pemerintah, dan perusahaan-perusahaan publik yang mendapat dana alokasi dari APBN, APBD, bantuan luar negeri, dan himpunan masyarakat—mempunyai kewajiban untuk memberikan akses informasi yang terbuka dan efisien kepada
1
publik dalam rangka transparansi, akuntabilitas, dan pengelolaan pemerintahan yang semakin baik di Indonesia. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB Bab 19 tentang Hak Asasi Manusia yang paling dasar menyatakan bahwa: Setiap orang mempunyai hak atas kebebasan mengemukakan pendapat dan gagasan; hak ini mencakup hak untuk memegang pendapat tanpa campur tangan, dan mencari, menerima dan menyebarkan informasi dan gagasan melalui media apapun tanpa mempertimbangkan garis batas negara. Disinilah tantangan Humas Pemerintah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi dalam memperoleh keterbukaan informasi, khususnya menyangkut pelayanan terhadap publik. Tentu saja hal ini tidak mudah untuk merubah perilaku pemberi informasi (dalam hal ini adalah pejabat publik), yang semula mereka “lebih senang” dilayani, kini dengan adanya UU KIP mereka harus melayani informasi kepada masyarakat yang membutuhkan informasi. Perubahan perilaku, sikap, mental dan budaya pejabat publik tidak cukup hanya dalam bentuk Peraturan Pemerintah, surat edaran Menteri PAN atau sosialisasi UU KIP. Perubahan ini juga harus diikuti dengan komitmen bersama untuk mendorong semua badan publik bersama-sama merumuskan kebijakan dan implementasi KIP.Humas Pemerintah dapat mengajak kelompok atau organisasi masyarakat bersama-sama membuat sistem keterbukaan informasi publik. Selain itu, capacity building, pelatihan reguler, dan penyediaan fasilitas teknologi komunikasi merupakan hal yang perlu dimiliki oleh Humas Pemerintah, baik di pusat maupaun di daerah. Kegiatan dan fasilitas ini diharapkan dapat
2
meningkatkan
pemahaman
Humas
Pemerintah
terhadap
UU
KIP
dan
implementasinya. Fasilitas teknologi komunikasi yang dapat digunakan adalah media, baik massa maupun cetak. Namun media massa pers, radio, televisi tidak sesuai apalagi jika khalayak tersebut hanya terdiri dari beberapa kelompok kecil saja (Jefkins, 2007:115). Penentuan sebuah media ini dapat membantu kelancaran kegiatan komunikasi dari humas kepada publik yang menjadi sasaran kegiatan komunikasi. Apabila publik yang menjadi sasaran kegiatan komunikasi adalah publik internal yang tidak tersebar terlalu luas mungkin kegiatan komunikasi ini dapat dilakukan dengan menciptakan media sendiri berupa majalah internal (Jefkins, 2007:117). Walaupun ciri komunikasi dalam humas itu two-ways communications tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan media yang bersifat one-way communications dalam memberikan berbagai informasi kepada publik yang menjadi sasaran kegiatan komunikasinya. Media internal pun hendaknya mempunyai fungsi secara umum tidak berbeda dengan fungsi media massa yaitu informasi, pendidikan dan hiburan. Selain itu dalam membuat media internal pun hendaknya bisa menyesuaikan dengan publik secara umum dan rata-rata, sebab media internal ini dapat merupakan salah satu medium komunikasi yang penting dalam rangka menyampaikan informasi yang berhubungan dengan kebutuhan dan kepentingan publik yang berada di lingkungan organisasi atau instansi pemerintahan. Pada dasarnya media internal sama fungsinya dengan media massa. Jika di media massa memberikan pesan-pesan yang seimbang dari sisi informasi, hiburan
3
dan pendidikan, maka pada majalah memuat pesan-pesan yang sifatnya lebih besar pada sisi informasinya. Fungsi informatif bisa lebih menonjol dari pada fungsi pendidikan dan hiburan. Hal ini disesuaikan dengan komunikasi disebuah organisasi atau perusahaan yang lebih cenderung pada komunikasi yang bersifat informatif. Pentingnya sebuah majalah internal dalam menjaga kelancaran kegiatan komunikasi di dalam sebuah instansi pemerintah disadari oleh Humas Pemda Kabupaten Kuningan. Majalah adalah media cetak berupa selebaran atau majalah, berisi warta singkat atau pernyataan tertulis yang diterbitkan secara periodik oleh suatu organisasi atau lembaga untuk kelompok profesi tertentu. Majalah Purbawisesa menjadi media internal yang dipilih Sekretariat Daerah Kabupaten Kuningan yang memiliki fungsi untuk menyebarkan informasi tentang berbagai hal yang berhubungan dengan instansi dan karyawan sebagai publik internal. Sebagai sebuah media internal seharusnya bisa memenuhi kebutuhan informasi tentang perkembangan sekretariat daerah kabupaten Kuningan kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) melalui laporan utama majalahnya. Hal ini merupakan salah satu bagian dari strategi humas untuk memberikan informasi yang maksimal melalui sebuah media majalah internal. Majalah Purbawisesa yang diproduksi oleh Humas Sekretariat Daerah Kabupaten Kuningan berisi berbagai informasi yang amat membantu bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam mengetahui apa dan bagaimana perkembangan bidang yang sedang mereka kerjakan saat ini serta perkembangan instansi Pemerintahan. Kondisi ini berbeda ketika humas Humas Sekretariat
4
Daerah Kabupaten Kuningan belum menerbitkan media internal majalah Purbawisesa, dimana para staf pegawai sulit mencari informasi tentang perkembangan instansi pemerintahan. Dengan mengetahui perkembangan tersebut Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) juga dapat mempersiapkan diri untuk menguasai pengetahuan tersebut guna meningkatkan keahlian. Peran majalah disini sangat berpengaruh terhadap kuantitas pengetahuan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) mengenai perkembangan yang berkaitan dengan bidang yang ditekuninya, Sebagaimana menurut Rosady Ruslan dalam Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi (2005:183). Fungsi media internal adalah sebagai media hubungan komunikasi internal dalam upaya pencapaian pesan-pesan perusahaan kepada khayalak dalam hal ini karyawan (Stakeholder) mengenai aktifitas karyawan dan perkembangan instansi pemerintahan serta media internal berfungsi sebagai ajang komunikasi antar Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), misalnya kegiatan staf karyawan, dan kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Disinilah akan terlihat keefektifan majalah instansi pemerintahan sebagai fungsi informatif. Keberadaan majalah Purbawisesa ini diharapkan dapat memaksimalkan peran dan fungsi humas dalam menjembatani hubungan antara manajemen dengan para Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).
5
Dari latar belakang masalah yang ada, maka penulis mengadakan penelitian di Humas Sekretariat Daerah Kabupaten Kuningan guna mengetahui tentang strategi humas Pemda Kabupaten Kuningan melalui media internal instansi pemerintahan. Penulis mengambil judul “Strategi Humas Sekretariat Daerah Kabupaten Kuningan Dalam Memberikan Informasi Melalui Majalah Purbawisesa’’?
2.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah
penelitian ini adalah: “Bagaimana strategi Humas Sekretariat Daerah kabupaten Kuningan Dalam Memberikan Informasi Melalui Majalah Purbawisesa?”
3.
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang
masalah yang telah dikemukakan, maka
penulis dapat mengidentifikasikan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana Strategi Humas Sekretariat Daerah kabupaten Kuningan dalam menyajikan informasi melalui Majalah Purbawisesa? 2. Bagaimana faktor-faktor penunjang majalah Purbawisesa di Humas Sekretariat Daerah Kabupaten Kuningan? 3. Hambatan- hambatan apakah yang ditemui oleh humas Sekretariat Daerah Kabupaten
Kuningan
dalam
memberikan
pemerintahan melalui melalui majalah Purbawisesa?
6
informasi
kegiatan
4.
Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui bagaimana humas Sekretariat Daerah Kabupaten Kuningan dalam menyajikan informasi di dalam majalah Purbawisesa. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor Penunjang Majalah Purbawisesa di Humas Sekretariat Daerah Kabupaten Kuningan. 3. Untuk mengetahui hambatan - hambatan yang ditemui oleh humas Sekretariat Daerah Kabupaten Kuningan dalam memberikan informasi kegiatan pemerintahan melalui majalah Purbawisesa.
5. Manfaat Penelitian 5.1 Manfaat Teoritis Dapat memberikan gambaran relevansi anatar teori-teori yang berkaitan dengan ilmu komunikasi, khususnya kehumasan dalam bidangnya dengan kenyataan di lapangan. Selain itu menambah wawasan yang berkaitan dengan aplikasi humas bagi penulis, terutama media humas. 5.2 Manfaat Praktis Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi humas Sekretariat Daerah Kabupaten Kuningan
dalam menjaga, memelihara, mengembangkan
komunikasi dan kegiatan humas di lingkungan internal pemerintahan melalui penggadaan majalah internal.
7
6.
Kerangka Pemikiran
6.1. Komunikasi Komunikasi berasal dari kata latin communicatio yang bersumber dari kata communis yang memiliki arti “sama” atau membuat/membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. “sama” disini berarti memiliki kesamaan makna (tuned together). Banyak para ahli yang mencoba untuk mendefinisikan komunikasi. Pengertian komunikasi sebagai sebagai suatu tindakan yang disengaja (intentional act) disampaikan oleh
Hovland (Mulyana, 2003:62)
sebagai berikut: ”Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikan).” Sementara Raymond S. Ross (Mulyana, 2003:63) mengemukakan bahwa: “Komunikasi (intensional) adalah proses menyortir, memilih, dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respons dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan komunikator.” Secara sederhana, Laswell menggambarkan komunikasi sebagai suatu proses yang terdiri dari lima unsur melalui formulasi Who says What In Which Channel To Whom With What effect? yakni: Siapa (Who), berbicara apa (Says what), dalam saluran yang mana (in Which Channel), kepada siapa (to Whom) dan efek apa (What What Effect). Dengan mengikuti formula Laswell dapat dipahami bahwa dalam proses komunikasi massa terdapat lima unsur yang disebut komponen atau unsur dalam proses komunikasi, yaitu komunikator, pesan, media, komunikan atau khalayak, dan efek (Ardiyanto & Erdinaya, 2005:68).
8
Who
Say What
In Which Channe l
To Whom
With What Effect
Gambar 1.1. Komunikasi Harold Lasswell
6.2. Pengertian Humas Pada dasarnya Humas (Public Relations) merupakan bidang atau fungsi tertentu yang diperlukan oleh setiap organisasi atau perusahaan, baik itu organisasi yang bersifat komersial maupun non komersial.Perannya sebagai wahana komunikasi ke dalam dan ke luar. Kebutuhan akan kehadirannya tidak bisa dicegah, karena humas merupakan salah satu elemen yang menentukan kelangsungan suatu organisasi secara positif. Humas merupakan bidang baru yang muncul kurang lebih sejak berakhirnya perang dunia kedua atau pada awal abad dua puluh di Indonesia. Pengertian Humas secara umum disebutkan oleh John E. Marston (dalam Ruslan, 2008:38): “Public Relations is planned, persuasive communication designed to influence significant public.” (Humas adalah komunikasi persuasif terencana yang dirancang untuk mempengaruhi khalayak yang signifikan).
9
Humas merupakan suatu bidang yang memerlukan segi perencanaan yang matang (planned), sama dengan bidang periklanan yang melakukan “komunikasi, yaitu gabungan antara melakukan komunikasi dan sekaligus membujuk (persuasif). Menurut definisi kamus terbitan Institute of Public Relations (IPR), yakni sebuah lembaga humas terkemuka di Inggris dan Eropa, terbitan November 1987 yang di kutip Anggoro (2008), disebutkan bahwa: “Humas adalah keseluruhan upaya yang dilangsungkan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya.”(Anggoro, 2008:116). Pengertian tersebut menjelaskan bahwa humas merupakan rangkaian kegiatan yang diorganisasi sedemikian rupa sebagai suatu rangkaian kampanye atau program terpadu dan semuanya itu berlangsung secara berkesinambungan dan teratur. Jadi, humas sama sekali bukanlah kegiatan yang bersifat sembarangan atau dadakan. Tujuan humas itu sendiri adalah untuk memastikan bahwa niat baik dan kiprah organisasi tersebut senantiasa dimengerti oleh pihak-pihak lain yang berkepentingan (atau umum disebut sebagai ‘khalayak’ atau ‘publik’). Frank Jefkins (2007) secara lebih terperinci mengemukakan pengertian humas sebagai berikut: “PR (humas) adalah semua bentuk komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar, antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian.”Bagian pertama dari definisi ini sama seperti yang telah disebutkan IPR, namun unsur tujuannya lebih diperinci. Tujuan humas tidak hanya terbatas pada saling pengertian saja, melainkan juga berbagai macam tujuan khusus lainnya yang meliputi penanggulangan masalahmasalah komunikasi yang memerlukan suatu perubahan tertentu, misalnya mengubah sikap yang negatif menjadi positif.
10
Adanya definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan humas adalah suatu program dimana semuanya harus dilaksanakan sesuai rencana yang dibuat. Humas juga sebagai kegiatan komunikasi yang dilakukan dalam organisasi agar tercipta saling pengertian, saling percaya dan timbul suatu hubungan yang harmonis antara manajemen dengan publiknya, baik itu publik eksternal maupun internal.Unsur perencanaan dalam humas memperlihatkan bahwa humas memerlukan strategi dan teknik-teknik komunikasi yang efektif untuk mencapai tujuannya tersebut.
6.2.1. Fungsi Humas Edward L. Bernay (Ruslan, 2005:79) mengemukakan tiga fungsi utama humas, yaitu : 1.
Memberikan penerangan kepada masyarakat.
2.
Melakukan persuasi untuk mengubah sikap dan perbuatan masyarakat secara langsung.
3.
Berupaya untuk mengintegrasikan sikap dan perbuatan suatu badan/lembaga sesuai dengan sikap dan perbuatan masyarakat atau sebaliknya. Kemudian, menurut pakar Humas Internasional, Cutlip & Centre ( Ruslan,
2005:139), fungsi humas dapat dirumuskan sebagai berikut: a.
Menunjang aktivitas utama manajemen dalam mencapai tujuan bersama (fungsi melekat pada manajemen lembaga/organisasi).
b.
Membina hubungan yang harmonis antara badan/organisasi dengan publiknya yang merupakan khalayak sasaran.
11
c.
Mengidentifikasi segala sesuatu yang berkaitan dengan opini, persepsi dan tanggapan masyarakat terhadap badan/organisasi yang diwakilinya, atau sebaliknya.
d.
Melayani keinginan publiknya dan memberikan sumbang saran kepada pimpinan manajemen demi tujuan dan manfaat bersama.
e.
Menciptakan komunikasi dua arah timbal balik, dan mengatur arus informasi, publikasi serta pesan dari badan/organisasi ke publiknya atau sebaliknya, demi tercapainya citra positif bagi kedua belah pihak. Selain
itu
humas
harus
cepat
tanggap
terhadap
permasalahan-
permasalahan yang timbul dalam perusahaan.Humas harus dapat merekam pendapat yang dikemukakan oleh publik yang berkepentingan terhadap perusahaan, baik itu pendapat positif maupun pendapat negatif. Dimana selanjutnya pihak humas dapat mengevaluasi opini publik yang diterimanya tersebut, yang kemudian menyampaikan kepada manajemen tentang opini publik.
6.2.2. Khalayak Humas Khalayak (public) adalah kelompok atau orang-orang yang berkomunikasi dengan suatu organisasi, baik secara internal maupun eksternal (Jefkins, 2007:57). Khalayak dari suatu organisasi boleh jadi berbeda dari khalayak organisasiorganisasi lainnya, tetapi Jefkins mengidentifikasi adanya sepuluh khalayak utama yang paling sering menjadi subjek khalayak dari berbagai macam organisasi secara umum, yaitu: a)
Masyarakat luas
12
b) Calon pegawai atau anggota c)
Para pegawai atau anggota
d) Pemasok jasa dan berbagai macam barang e)
Para investor – pasar uang
f)
Para distributor
g) Konsumen dan pemakai produk organisasi h) Para pemimpin pendapat umum i)
Serikat-serikat pekerja
j)
Media massa Sebagaimana telah disebutkan oleh Jefkins, dalam suatu organisasi
terdapat dua macam khalayak, yaitu publik internal dan publik eksternal. Kustadi Suhandang (2004:134) mengidentifikasikannya sebagai berikut: 1.
Publik internal Terdiri dari para pegawai beserta anggota keluarga (employeepublic), serikat buruh dan para pemegang saham perusahaan (stockholderpublic).
2.
Publik eksternal Terdiri dari para relasi perusahaan (customary public), pemasok bahan baku (supplier public), pelanggan (consumer public), penduduk sekitar (community public), opinion leaders dan masyarakat umum (generalpublic). Penelitian ini membahas mengenai strategi Humas Sekretariat Daerah Kabupaten Kuningan dalam Memberikan Informasi melalui majalah Purbawisesa yang hanya ditujukan pada para Satuan Kerja Perangkat
13
Daerah (SKPD) Sekretariat Daerah kabupaten Kuningan sebagai publik internal.
6.3. Strategi Humas Ahmad S. Adnanpura (dalam Ruslan, 2005:99), memberi batasan pengertian tentang strategi humas sebagai berikut: “Alternatif optimal yang dipilih untuk ditempuh guna mencapai tujuan public relations dalam kerangka suatu rencana public relations (public relations plan).”
Public
Relations/Humas
bertujuan
untuk
menegakkan
dan
mengembangkan suatu “citra yang menguntungkan” (favorable image) bagi organisasi/perusahaan, atau produk barang dan jasa terhadap para stakeholdersnya sasaran yang terkait yaitu publik internal dan publik eksternal).Untuk mencapai tujuan tersebut, strategi kegiatan humas semestinya diarahkan pada upaya menggarap persepsi para stakeholder, akar sikap tindak dan persepsi mereka. Jika strategi
tersebut
berhasil,
akan
tercipta
suatu
opini
dan
citra
yang
menguntungkan.Strategi humas dibentuk melalui dua komponen yang saling terkait erat, yakni sebagai berikut:
14
Tabel 1.1 Komponen
Pembentukan Strategi PR/Humas
1. Komponen
Satuan atau segmen yang akan digarap
sasaran Paduan atau bauran sarana untuk 2. Komponen
menggarap suatu sasaran
prasarana Komponen dan Pembentukan Strategi Humas (Sumber: Ruslan, 2005:67)
Tahap-tahap kegiatan humas adalah: pertama, komponen sasaran, umumnya adalah para stakeholder dan publik yang mempunyai kepentingan yang sama. Sasaran umum tersebut dipersempit melalui upaya segmentasi yang dilandasi “seberapa jauh sasaran itu menyandang opini bersama, potensi polemik, dan pengaruhnya bagi masa depan organisasi, lembaga, nama perusahaan dan produk yang menjadi perhatian sasaran khusus”. Maksud sasaran khusus di sini adalah yang disebut publik sasaran (target public). Kedua, komponen sarana (Ruslan, 2005:67) yang pada strategi humas berfungsi untuk mengarahkan ketiga kemungkinan tersebut ke arah posisi atau dimensi yang menguntungkan.Hal tersebut dilaksanakan melalui pola dasar “The 3-C’s option” (Conservation, Change and Crystallization) dari stakeholder yang disgmentasikan menjadi publik sasaran yaitu sebagai berikut.
15
Tabel.1.2 Komponen
Strategi Public Relations/Humas
1.Mengukuhkan
Terhadap opini yang
(conservation)
aktif—Pro (Proponen) Terhadap opini yang
2. Mengubah (change)
aktif—Contra (Oponen) Terhadap opini yang
3. Mengkristalkan
pasif (Uncommited)
(crystallization) The 3-C’s Option (Sumber: Ruslan, 2005:78)
Setelah memilih salah satu komponen sarana atau perpaduan dari sarana humas tersebut, selanjutnya ditentukan sarana taktikal atau strategi humas melalui program dan fungsi-fungsi manajemen humas. Hal tersebut dilakukan dengan merujuk kepada salah satu atau perpaduan strategi: program pendekatan dengan cara membeli/purchasing, jalur penekanan/kekuasaan (pressure/power), jalur membujuk (persuasive), dan hingga taktik merangkul (patronage). Dalam pembentukan strategi korporat, suatu strategi dipengaruhi oleh unsur-unsur tertentu yang berkaitan dengan lingkungan, kondisi, visi atau arah, tujuan dan sasaran dari suatupola yang menjadi dasar budaya perusahaan bersangkutan (corporate culture) yaitu:
16
a.
Secara makro, lingkungan perusahaan/lembaga tersebut akan dipengaruhi oleh unsur-unsur: kebijakan umum (public policy), budaya (culture) yang dianut, sistem perekonomian dan teknologi yang dikuasai oleh organisasi bersangkutan.
b.
Secara mikro, tergantung dari misi perusahaan, sumber-sumber dimiliki (sumber daya manusia dan sumber daya guna lainnya yang dikuasai), sisitem pengorganisasian, dan rencana atau program dalam jangka pendek, serta tujuan dan sasarannya yang hendak dicapai (Ruslan, 2005:127).
6.4. Strategi Komunikasi Humas Khalayak humas terdiri atas publik internal dan publik eksternal seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, karenanya bentuk komunikasi humas ada dua macam, yaitu komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Penerbitan majalah pemerintahan merupakan salah bentuk komunikasi internal. Fungsi utama dari komunikasi internal adalah agar setiap staf/pegawai dapat mengetahui apa yang sedang dikerjakan oleh instansi pemerintahan dan bagaimana staf/pegawai mendukung kebijakan pemerintahan. Untuk mencapai tujuan tersebut, praktisi humas perlu melaksanakan strategi komunikasi yang tepat. Pengertian strategi komunikasi adalah sesuatu yang patut dikerjakan demi kelancaran
komunikasi
(http://www.pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi).Strategi
komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen komunikasi (communication management) untuk mencapai suatu tujuan.Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus
17
dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan, Dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu, bergantung pada situasi dan kondisi. Dalam melaksanakan fungsinya untuk menjaga nama baik dan citra organisasi/perusahaan agar selalu dalam posisi yang menguntungkan, humas perlu melaksanakan strategi komunikasi yang tepat. Salah satu metode yang dipergunakan adalah melalui cara-cara edukatif dan informatif serta persuasif, yang mengandung arti suatu ajakan atau imbauan, bukan merupakan paksaan. Biasanya humas akan melaksanakan strategi komunikasi yang persuasif. Strategi/teknik komunikasi yang persuasif yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1.
Informasi atau pesan yang disampaikan harus berdasarkan pada kebutuhan atau kepentingan khalayak sebagai sasarannya.
2.
PR/humas sebagai komunikator dan sekaligus mediator berupaya membentuk sikap, dan pendapat yang positif dari masyarakat melalui rangsangan atau stimulasi tertentu.
3.
Mendorong
publik
perusahaan/organisasi,
untuk agar
berperan
tercipta
serta
perubahan
dalam sikap
aktivitas
dan penilaian
(perubahan dari situasi negatif diubah menjadi situasi positif). 4.
Perubahan sikap dan penilaian dari pihak publik dapat terjadi maka pembinaan atau pengembangan terus menerus dilakukan agar peran serta tersebut terpelihara dengan baik.
18
Pelaksanaan strategi humas dalam berkomunikasi yaitu menurut Cutlip, Center & Broom (Ruslan, 2005:86) yang dikenal dengan istilah “7-Cs PR Communications”, adalah sebagai berikut: a.
Credibility (Kredibilitas) Komunikasi itu dimulai dari suasana saling percaya yang diciptakan oleh pihak komunikator secara sungguh-sungguh, untuk melayani publiknya yang memiliki keyakinan dan respek.
b.
Context (Konteks) Menyangkut sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan kehidupan sosial, pesan yang harus disampaikan dengan jelas serta sikap partisipasif. Komunikasi efektif diperlukan untuk mendukung lingkungan sosial melalui pemberitaan di media massa.
c.
Content (Isi) Pesannya menyangkut kepentingan orang banyak/publik sehingga informasi dapat diterima sebagai sesuatu yang bermanfaat secara umum bagi masyarakat.
d.
Clarity (Kejelasan) Pesan harus disusun dengan kata-kata yang jelas, mudah dimengerti, serta memiliki pemahaman yang sama antara komunikator dan komunikan dalam hal maksud, tema dan tujuan semua pihak.
e.
Contuinity and Consistency (Kesinambungan dan Konsistensi) Komunikasi merupakan proses yang tidak pernah berakhir, oleh karena itu dilakukan secara berulang-ulang dengan berbagai variasi pesan. Dengan
19
carademikian untuk mempermudah proses belajar, membujuk dan tema dari pesan-pesan tersebut harus konsisten. f.
Channels (Saluran) Mempergunakan saluran media informasi yang tepat dan terpercaya serta dipilih oleh khalayak sebagai target sasaran. Pemakaian saluran media yang berbeda akan berbeda pula efeknya. Dengan demikian seorang humas harus dapat memahami perbedaan dan proses penyebaran informasi secara efektif.
g.
Capability of the Audience (Kapabilitas Khalayak) Memperhitungkan kemampuan yang dimiliki khalayak.Komunikasi dapat menjadi efektif bagi khalayak apabila berkaitan dengan faktor-faktor yang bermanfaat seperti kebiasaan dan kemampuan membaca dan pengembangan pengetahuan. Komunikasi dikatakan efektif atau berhasil apabila pesan yang
disampaikan komunikator itu dapat diterima, adanya saling pengertian sesuai dengan apa yang diharapkan dan diinginkan komunikator serta dapat mengubah sikap komunikan. Keberhasilan kegiatan komunikasi seperti aktivitas humas, secara efektif banyak ditentukan oleh penentuan strategi komunikasi. Dalam strategi komunikasi peranan komunikator sangatlah penting, itulah sebabnya strategi komunikasi harus luwes supaya komunikator sebagai pelaksana dapat segera mengadakan perubahan bila dalam pelaksanaan menemui hambatan. Dalam hal penulisan buletin secara khusus diperlukan strategi perancangan pesan yang akan dijelaskan pada pembahasan selanjutnya di bawah ini.
20
6.5. Majalah Sebagai Media Internal Majalah merupakan salah satu bentuk media internal. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka (2002) dijelaskan mengenai pengertian buletin sebagai berikut: “Majalah adalah media cetak berupa selebaran atau majalah, berisi warta singkat atau pernyataan tertulis yang diterbitkan secara periodik oleh suatu organisasi atau lembaga untuk kelompok profesi tertentu.” Frank Jefkins (2007:172) mengatakan bahwa untuk menjangkau khalayak (publics) tertentu dalam rangka mencapai tujuan-tujuan PR (humas), adakalanya penggunaan media massa melalui pers, radio, atau televisi tidak lagi sesuai, apalagi jika khalayak tersebut hanya terdiri dari beberapa kelompok kecil saja. Contoh dari khalayak seperti ini adalah para staf atau anggota organisasi sendiri yang mungkin hanya dapat dijangkau melalui jurnal internal (Jefkins, 2007:181). Berdasarkan apa yang dikatakan Frank Jefkins di atas, maka majalah merupakan salah satu jurnal internal yang berfungsi sebagai media komunikatif dengan publik internal yang merupakan kalangan terbatas. Untuk dapat menjalin hubungan dengan publik internal salah satu cara yang digunakan oleh humas adalah dengan menerbitkan majalah yang biasanya memuat tulisan atau karangan para karyawan, laporan aktual dari kegiatan-kegiatan perusahaan seperti laporan rapat, kesejahteraan pegawai, dan sebagainya.
21
7. Definisi dan Parameter Konsep 7.1. Strategi Secara sederhana pengertian strategi adalah cara untuk mencapai tujuan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa strategi adalah rencana yang
cermat
mengenai
kegiatan
untuk
mencapai
sasaran
khusus
(http://www.pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi). Ahmad S. Adnanpura (Ruslan, 2005:126) mengatakan bahwa arti strategi adalah bagian terpadu dari suatu rencana (plan), sedangkan rencana merupakan produk dari suatu perencanaan (planning), yang pada akhirnya perencanaan adalah salah satu fungsi dasar dari proses manajemen.
7.2. Humas Pemerintah Menurut Elvinaro Ardianto (2008:47), Humas pemerintah pada dasarnya tidak bersifat politis humas pemerintah dibentuk untuk mempublikasikan atau mempromosikan kebijakan-kebijakan pemerintahan, memberi informasi secara teratur tentang kebijakan, rencana-rencana tentang peraturan dan perundangundangan dan segala sesuatunya yang berpengaruh kepada kehidupan masyarakat.
7.3. Informasi Kata informasi berasal dari kata Perancis kuno informacion yang diambil dari bahasa Latin informationem yang berarti “garis besar, konsep, ide”.Informasi
22
merupakan kata benda dari informare yang berarti aktivitas dalam “pengetahuan yang dikomunikasikan”. Effendy merumuskan pengertian informasi sebagai berikut: 1.
Suatu pesan yang disampaikan kepada seseorang atau sejumlah orang yang baginya merupakan hal yang baru diketahui.
2.
Data yang telah diolah untuk disampaikan kepada seseorang, sejumlah orang yang baginya merupakan hal yang baru diketahui
3.
Kegiatan menyebarluaskan pesan disertai penjelasan, baik langsung maupun melalui media komunikasi kepada khalayak yang baginya merupakan hal atau peristiwa (Effendy, 1989:252).
7.4. Majalah Purbawisesa Majalah Purbawisesa adalah majalah yang diproduksi oleh Humas Sekretariat Daerah Kabupaten Kuningan berisi tentang seputar kegiatan bupati dan wakil bupati, kegiatan pembangunan Kabupaten Kuningan dan berbagai informasi yang amat membantu bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam mengetahui informasi dan bagaimana perkembangan Pembangunan Daerah bidang yang sedang mereka kerjakan saat ini serta perkembangan instansi Pemerintahan.
23
7.5. Parameter Konsep Penelitian Tabel 1.3 Parameter konsep penelitian Variable Konsep
Dimensi
Strategi Komunikasi Humas
Strategi Humas Pemda Kabupaten Kuningan dalam Memberikan Informasi Melalui Majalah Purbawisesa
Opini yang Aktif-Pro (Proponen) Opini yang Aktif-Kontra (Oponen) Opini yang Pasif (Uncommited)
Parameter a. b. c. d. e.
Komunikator Pesan Media Komunikan Efek (Ardiyanto, 2005:62).
.Credibility (kredibilitas) b. Context (konteks) c. content (Isi) d. Clarity (Kejelasan) e. Contiinity and consistency (Kesinambungan dan Konsistensi) f. Channels (saluran) g. Capability of the audience (kapabilitas) (Ruslan, 2005:86)
8.
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dimana fenomena yang
diteliti akan dipahami dengan menyeluruh dan tidak melakukan pengukuran pada bagian-bagian tertentu dari realitas tersebut. Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007:226) mengemukakan bahwa metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.Penelitian komunikasi dengan
24
format kualitatif terdiri dari tiga bentuk desain penelitian, yaitu desain penelitian deskriptif, verifikasi, dan desain penelitian grounded (Burhan Bungin, 2008). Penelitian ini akan menggunakan desain penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan tentang karakteristik (ciri-ciri) individu, situasi atau kelompok tertentu. Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data dan kemudian menggambarkannya dengan penjelasan lebih rinci terkait dengan permasalahan yang diajukan yaitu bagaimana Strategi Humas Sekretariat Daerah Kabupaten Kuningan dalam Memberikan informasi melalui majalah Purbawisesa.
8.1 Teknik Pemilihan Informan Informan dalam penelitian adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah(SKPD) Kabupaten Kuningan. Pemilihan subjek dilakukan secara purposive sampling. Penggunaan teknik purposive ini mempunyai suatu tujuan atau dilakukan dengan sengaja, cara penggunaan sampel ini diantara populasi sehingga sample tersebut dapat mewakili karakteristik populasi sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya. Penggunaan teknik ini senantiasa berdasarkan kepada pengetahuan tentang ciri-ciri tertentu yang telah didapat dari populasi sebelumnya. (Mardalis, 2010:58).
25
8.2 Teknik pengumpulan data Sesuai dengan bentuk pendekatan penelitian kualitatif dan sumber data yang akan digunakan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan analisis dokumen, observasi dan wawancara. Untuk mengumpulkan data dalam kegiatan penelitian diperlukan cara-cara atau teknik pengumpulan data tertentu, sehingga proses penelitian dapat berjalan lancar. Metode pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif pada umumnya menggunakan teknih observasi, wawancara, dan studi pustaka, atas dasar konsep tersebut, maka ketiga teknik pengumpulan data tersebut digunakan dalam penelitian ini.
1) Observasi Observasi sebaga sebagai alat pengumpulan datai alat pengumpulan data harus sistematis artinya observasi serta pencatatanya dilakukan menurut prosedur dan aturan-aturan tertentu sehingga dapat diulang kembali oleh peneliti lain. Selain itu observasi juga harus member kemungkinan untuk menafsirkanya secara ilmiah. (Nasution, 2004:107)
2) Wawancara Wawancara atau interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi.Dalam wawancara pertanyaan diberikan secara verbal. Biasanya komunikais ini dilakukan dalam
26
keadaan saling berhadapan, namun komunikasi dapat juga dilaksanakan melalui telefon. (Nasution, 2004:113)
3) Dokumentasi Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen baik yang berada di perpustakaan kampus ataupun yang berada di luar kampus, yang ada hubungannya dengan penelitian tersebut.Menurut Arikunto (2006: 132), teknik dokumentasi yaitu “mencari data mengenai hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya”.
8.3 Teknik Pengujian Keabsahan Data Pengumpulan dan perekaman data kualitatif dicurigai sering mengandung bias. Maka dari itu, untuk membuat penelitian kualitatif semakin valid, maka dibutuhkan teknik pemeriksaan keabsahan (trustworthiness) melalui triangulasi (Moleong, 2002:173). Dalam menguji keabsahan data peneliti menggunakan teknik triangulasi, yaitu pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut, dan teknik triangulasi yang paling banyak digunakan adalah dengan pemeriksaan melalui sumber yang lainnya. Menurut Moloeng (2007:330), triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.Teknik
27
triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Menurut Denzin (2007:330) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori.Berikut ialah penjelasan mengenai jenis-jenis triangulasi (Moleong, 2002:178): a. Triangulasi sumber ialah membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. b. Triangulasi metode, terdapat dua strategi, yakni pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data & pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. c. Triangulasi penyidik adalah memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Pemanfaatan pengamat lainnya membantu mengurangi kemencengan dalam pengumpulan data. Cara lain ialah membandingkan hasil pekerjaan seorang analisis dengan analisis lainnya. d. Triangulasi teori, yakni memeriksa derajat kepercayaan dengan teori , satu atau bisa lebih.
28
8.4. Teknik Analisis Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara,observasi, dan dokumentasi. Dari data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan analisis isi (content analysis) yang diharapkan mampu memperolah derajat ekspresi perasaandari dalam isi wawancara dan observasi yang dilakukan. Analisis isi yang dilakukan meliputi tiga alur kegiatan yaitu : a)
Reduksi data yang meliputi proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis maupun rekaman lapangan,
b) Penyajian data, merupakansekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan, c)
Penarikan kesimpulan dan verifikasinya berdasar penyajian data. Proses analisis data yang meliputi tiga komponen analisis ini saling menjalin dan dilakukan secara terus menerus sehingga disebut sebagai analisis jalinan.
29
9.Lokasi dan Jadwal Penelitian 9.1. Lokasi Penelian Lokasi penelitian di Sekretariat Daerah Kabupaten Kuningan Jl.Siliwangi no 88. Pemilihan lokasi didasarkan atas pertimbangan keunikan dan kemenarikan yang sesuai dengan topik penelitian. 9.2 Waktu Penelitian Penelitian akan dilaksanakan dalam jangka waktu empat bulan terhitung mulai bulan Februari 2013 sampai dengan mei 2013, dengan tahapan-tahapan sebagai berikut. Tabel 1.4 Jadwal Penelitian
Jenis No Kegiatan
Tahun Bulan Minggu
I
2013 Februari
III
April
Mei
1 2 3 41 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
TAHAP PERSIAPAN
.
II
Maret
1. Studi literatur 2. Pengamatan 3. Penyusunan dan Bimbingan Proposal 4. Seminar proposal TAHAP PELAKSANAAN 1. Penyebaran angket 2. Wawancara 3. Pengolahan data 4. Penyusunan dan bimbingan draft skripsi TAHAP AKHIR 1. Seminar skripsi 2. Sidang skripsi
30
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrachman, Oemi, Dasar-dasar Public Relation, Bandung: Citra Adtya Bakti, 2001. Anggoro, M. Linggar, Teori & Profesi Kehumasan: Serta Aplikasinya di Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara, 2008. Ardianto, Elvinaro & Erdinaya, Lukiati Komala, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005. Bungin, Burhan, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, Jakarta: Prenada Media, 2008. Effendy, Onong Uchjana,Human Relations dan Public Relations, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002. Effendy, Onong Uchjana,Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000. Effendy, Onong, Uchjana, Kamus Komunikasi, Bandung : Mandar Maju, 1989. Ivancevich, John M., Konopaske, Robert, & Matteson, Michael T., Perilaku dan Manajemen Organisasi, Jilid 2, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007. Jefkins, Frank, Public Relations, Edisi Kelima, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002. Kriyantono, Rachmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Prenada Media, 2008. Moleong, Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007. Mulyana, Deddy, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003 Ruslan, Rosady, Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations, Ed. Revisi 6, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008. Ruslan, Rosady, Manajemen Public Relations & Media Komunikasi: Konsepsi dan Aplikasi, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005.
31
Ruslan, Rosady, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004. Siregar, Ashadi & Pasaribu, R., Bagaimana Mengelola Media Korporasi Organisasi, Yogyakarta: Kanisius, 2000. Soemirat, Soleh & Ardianto, Dasar-Dasar Public Relations, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004. Suhandang, Kustadi, Public Relations Perusahaan: Kajian, Program dan Implementasi, Bandung: Nuansa, 2004. Sumber Lain : http://carapedia.com/pengertian_definisi_informasi_menurut_para_ahli_info504. hml Diunduh pada 2 Maret 2013 Jam 20.00 WIB
http://id.wikipedia.org/wiki/Informasi Diunduh pada 2 Maret 2013 Jam 20.10 WIB http://willis.comze.com/pengertian_informasi.html Diunduh pada 2 Maret 2013 Jam 20. 15 WIB http://www.pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi Diunduh pada 4 Maret2013. Jam 20.30 WIB http://kampuskomunikasi.blogspot.com/2008/06/strategi-komunikasi.html Diunduh pada 5 Maret 2013. Jam 20.55 WIB
32