BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Pengertian Televisi Di era moderen ini, salah satu media massa yang sangat mudah diakses dan paling berpengaruh adalah televisi. Televisi ibarat sebuah kotak ajaib yang tanpa kitasadari mampu menyihir begitu banyak orang di berbagai penjuru dunia untuk bersedia duduk manis dan menghabiskan waktunya untuk menatap berbagaimacam program acara yang ditayangkan. Tidak peduli tua ataupun muda, bahkan anak-anak pun hampir menghabiskan sebagian masa pertumbuhan mereka untuk menatap benda yang satu ini. Televisi memiliki unsur-unsur yang menjadi daya tariknya dibanding dengan media massa lainnya. Unsur-unsur itu berupa kata, musik, sound effect serta unsur visual berupa gambar hidup yang mampu menimbulkan kesan yang mendalam kepada pemirsanya. Saat orang pertama kali membuat televisi, mereka menyadari bahwasannya televisi itu hanyalah merupakan suatu alat elektronik yang sama halnya dengan alat elektronik yang lainnya. Akan tetapi dengan kehadiran televisi yang merupakan alat ini, maka impian khalayak untuk dapat “melihat sesuatu dari jarak jauh” telah menjadi kenyataan. Dengan menonton televisi, audience dapat melihat gambaran yang lebih jelas daripada media massa lainnya. Daya tarik ini selain melebihi radio juga melebihi film bioskop. Karena dengan menonton televisi, program acara dapat dinikmati di rumah dengan aman dan nyaman. M eskipun ukuran televisi yang relatif kecil dibandingkan dengan 2 layar bioskop, namun pesawat televisi dapat 1
2 menghidangkan berbagai tayanganprogram acara yang menarik dari berbagai penjuru dunia (Effendy, 1993:177). (Sumber: Biagi, Shirley, Media/Impact, Pengantar Media Massa). Dalam pertelevisian Indonesia saat ini, dalam kurun waktu hampir 20 tahun di Indonesia sudah terdapat sekitar 14 televisi nasional yaitu TVRI, RCTI, SCTV, INDOSIAR, TPI, dan lain sebagainya. Khusus TVRI sebagai televisi pemerintah, saat ini juga tidak ketinggalan terus melengkapi programnya, dengan harapan dapat tetap menjadi tolok ukur industri televisi di Indonesia. Selain itu , dalam beberapa tahun ini pertelevisian Indonesia semakin kreatif dengan bermunculannya beberapa televisi lokal seperti JAK TV, O CHANNEL, ELSHINTA, B TV, dan beberapa tv lokal lainnya. Seiring dengan semakin pesatnya persaingan diantara stasiun televisi, tentunya membuat mereka harus lebih kreatif dan meningkatkan programprogram yang akan ditayangkan dari masing-masing statiun televisi tersebut sesuai dengan target audience mereka. Perkembangan televisi (TV) di Indonesia selama 10 tahun terakhir sampai 2005, mengalami peningkatan yang signifikan. Terutama adanya penambahan secara bertahap stasiun TV baru yang kini mencapai sekitar 86 stasiun tersebar di lebih 50 kota besar dan di hampir semua provinsi di indonesia. Jumlah itu dipastikan akan bertambah lagi, menyusul adanya 218 stasiun TV baru lainnya yang telah mengajukan izin beroperasi. Daerah operasinya pun tersebar, mulai di Jakarta, kota-kota besar seperti ibukota provinsi, sampai tingkat kabupaten dan kotamadya. Itu belum termasuk TV kabel (via parabola atau sinyal berlangganan), dan sejumlah stasiun TV Komunitas,
3 yang jarak pancaran siarannya terbatas di suatu area dalam satu kota saja. (Sumber: Djuana,Ph.D.M dkk, Pengantar Ilmu Komunikasi). Televisi merupakan sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel atau ruang. Sistem ini menggunakan peralatan yang mengubah cahaya dan suara ke dalam gelombang elektronik dan mengkonversinya kembali ke dalam cahaya yang dapat dilihat dan suaranya dapat didengar. Televisi memiliki dua jenis pengiriman, penyiaran gambar dan suara, yaitu penyiaran langsung kejadian atau peristiwa yang kita saksikan sementara ia terjadi dan penyiaran program yang telah direkam di atas pita film atau pita video.(Sumber: Biagi, Shirley, Media/Impact, Pengantar Media Massa)
Televisi adalah sebuah media telekomunikasi terkenal yang berfungsi sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta suara, baik itu yang monokrom (hitam-putih) maupun berwarna. Kata "televisi" merupakan gabungan dari kata tele ("jauh") dari bahasa Yunani dan visio ("penglihatan") dari bahasa Latin, sehingga televisi dapat diartikan sebagai “alat komunikasi jarak jauh yang menggunakan media visual/penglihatan.”
4 Penggunaan kata "Televisi" sendiri juga dapat merujuk kepada "kotak televisi", "acara televisi", ataupun "transmisi televisi". Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia. Di Indonesia 'televisi' secara tidak formal sering disebut dengan TV (dibaca: tivi, teve ataupun tipi.)
Kotak televisi pertama kali dijual secara komersial sejak tahun 1920-an, dan sejak saat itu televisi telah menjadi barang biasa di rumah, kantor bisnis, maupun institusi, khususnya sebagai sumber kebutuhan akan hiburan dan berita serta menjadi media periklanan. Sejak 1970-an, kemunculan kaset video, cakram laser, DVD dan kini cakram Blu-ray, juga menjadikan kotak televisi sebagai alat untuk untuk melihat materi siaran serta hasil rekaman. Dalam tahun-tahun terakhir, siaran televisi telah dapat diakses melalui Internet, misalnya melalui iPlayer dan Hulu.(Sumber Wijaya H.A.W, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat:).
Stasiun televisi adalah tempat dimana gambar dan suara hasil rekaman diolah dan kemudian dipancarkan melalui pemancar untuk dapat diterima oleh televisi-televisi di berbagai tempat dalam jarak tertentu. Stasiun televisi juga merupakan tempat untuk menerima gelombang yang mengirimkan gambar dan suara untuk kemudian dipancarkan kembali agar dapat diterima oleh televisitelevisi di tempat lain dalam jarak tertentu. (Sumber: Uchjana Onong, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek).
5 1.2
Ruang Lingkup Program acara “BUKAN EMPAT MATA” ditayangkan salah satu TV Swasta Jakarta yaitu TRANS |7, merupakan satu lagi alternatif program entertainment yang ada di televisi. Program ini hadir setiap Hari Senin sampai Jumat, dan ditayangkan pada pukul 22.00 WIB. Persepsi adalah inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti persepsi, yang identik dengan penyandian bolak balik dalam proses komunikasi . Hal ini jelas tampak pada definisi John R.Wenburg dan William W. Wilmot : “ Persepsi dapat didefinisikan sebagai cara organisme memberi makna, Rudolph F.Verderber: “Persepsi adalah proses menafsirkan informasi indrawi , atau J.Cohen : “ Persepsi didefinisikan sebagai interpretasi bermakna atas sensasi sebagai representative objek eksternal “ Persepsi adalah pengetahuan yang tampak mengenai apa yang ada di luar sana. Persepsi disebut inti Komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang membuat kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain. (Deddy M ulyana; 2002 : 179). Dalam menonton televisi, pada hakikatnya akan menghasilkan sebuah persepsi dari tayangan program yang telah ditonton pemirsanya. Untuk itu persepsi seseorang dalam menyaksikan sebuah tayangan bisa dijadikan bahan penelitian. Pemahaman yaitu usaha khalayak untuk mengartikan atau memberikan penilaian terhadap stimulus .Pada tahap ini bisa disebut juga tahapan memberikan makna. M akna ini tergantung kepada bagaiman stimulus
6 diklasifikasikan dan dielaborasi dalam kaitannya dengan pengetahuan khalayak. (Sumarwan; 2003: 100). Seseorang bisa dengan berbeda-beda mempersepsikan apa yang didengar dan dilihat, oleh karena itu sebuah program acara televisi harus dikemas dan dikonsep sedemikian rupa agar dapat menarik perhatian pemirsanya sehingga orang mau menonton program acara tersebut. Tayangan yang menarik diharapkan bisa dipersepsikan sebagai tayangan yang mampu membuat pemirsanya ingin terus menonton program tersebut, sehingga persepsi yang timbul dari hasil mereka menonton sebuah program televisi bisa menjadi baik. M isalnya pada program berita kriminal yang menayangkan kasus pembunuhan atau
penculikan,
penonton akan
mempersepsikan tayangan
ini sangat
mengerikan. Pada program acara humor atau komedi, penonton mempersepsikan program ini dengan acara yang menghibur dan penghilang stres. Begitu pula pada program tayangan entertainment, penonton akan mempersepsikan berbedabeda sebuah tayangan entertainment karena penyajiannya ada yang formal, semi formal, dan juga non formal digabung dengan obrolan-obrolan santai.
Bagi
pemirsa yang tidak suka dengan program entertainment yang dibawakan secara formal pasti akan sangat terpenuhi kebutuhannya dengan tayangan entertainment yang lebih santai, begitu pula sebaliknya. Penelitian yang dibuat penulis adalah dengan cara melakukan kuesioner. Dalam menetukan wilayah, penulis melakukan multistage cluster sampel dimana wilayahnya diacak dan diambil secara random. Dari proses multistage cluster sampel penulis mendapat Daerah Kavling Polri Kelurahan Jelambar RW 09,
7 Jakarta Barat. Didaerah yang akan dituju, penulis banyak menemukan anak-anak remaja hingga dewasa mulai usia 15 tahun hingga 29 tahun yang menyukai program “BUKAN EMPAT M ATA”di TRANS|7. 1.3
Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: M engetahui bagaimana Persepsi khalayak tentang tayangan entertainment “BUKAN EM PAT MATA” di TRANS|7. Manfaat Penelitian Dari penelitian yang akan dilakukan ini, maka diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu, manfaat akademis dan manfaat praktis. a.
Manfaat Akademis Berdasarkan penelitian yang akan dibuat oleh penulis, diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi terhadap Ilmu Komunikasi. M emberikan sumbangan pemikiran terhadap studi Ilmu Komunikasi terutama di bidang broadcast yaitu studi mengenai tayangan ”BUKAN EM PAT MATA” di TRANS|7.
b.
Manfaat untuk Praktisi
Berdasarkan penelitian yang akan dibuat oleh penulis ini, diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi terhadap Praktisi Broadcasting maupun insan pertelevisian Indonesia khususnya pada Stasiun TV TRANS|7.
8 Penelitian ini dapat menjadi acuan bagi para praktisi media massa khususnya bagi praktisi program entertainment “BUKAN EMPAT MATA” agar dapat mengetahui bagaimana persepsi khalayak mengenai tayangan entertainment “BUKAN EMPAT MATA” di TRANS|7.
1.4
Metodologi Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendekatan Kuantitatif yang memiliki tujuan untuk mencari kebenaran secara objektif, empiris, sistematis, dan terorganisir. Karena dalam penelitian kuantitatif lebih bersifat konkret yang dapat dikuantitaskan berupa angka-angka sehingga penelitian ini bersifat objektif yang hasilnya dapat digeneralisasikan terhadap populasi dan bisa ditafsirkan sama oleh setiap orang . Penelitian Kuantitatif yaitu sebuah desain survei yang memberikan uraian kuantitatif maupun numerik sejumlah pecahan populasi sampel, melalui proses pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan kepada sampel, melalui proses pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan kepada seseorang. (Cresswell, 2002:111) M etode yang digunakan adalah Survei, yaitu meneliti populasi yang relatif luas dengan cara menentukan sampel yang mewakili (representative) dari populasi yang diteliti. M etode survei ini dilakukan dengan menyebarkan Kuesioner .
9 Secara umum penelitian kuantitatif mempunyai cirri-ciri sebagai berikut : 1.
Hubungan peneliti dengan subjek: jauh. Peneliti menganggap bahwa
realitas terpisah dan ada di luar dirinya, karena itu harus ada jarak supaya objektif. 2.
Penelitian bertujuan untuk menguji teori atau hipotesis, mendukung atau
menolak teori. data hanya sebagai sarana konfirmasi teori atau teori dibuktikan dengan data. 3.
Penelitian harus dapat digeneralisasikan, karena itu menuntut banyak
sampel yang representative dari seluruh populasi ,operasionalisasi serta alat ukur yang valid dan reliebel. M etode kuantitatif yang meliputi metode survey dan eksperimen yang dikemukakan oleh Sugiyono dapat digunakan apabila masalah yang diteliti merupakan
tolak
penelitian
yang
jelas.
M asalah
adalah
merupakan
penyimpangan antara yang seharusnya dengan yang terjadi, antara aturan dengan pelaksanaan, antara teori dengan praktek, antara rencana dengan pelaksanaan. Dalam menyusun proposal penelitian, masalah ini harus ditunjukan dengan data, baik data berupa hasil penelitian itu sendiri maupun dokumentasi. M isalnya akan meneliti untuk menemukan pola pemberantasan kemiskinan, maka data orang miskin sebagai masalah yang harus diteliti. M etode Kuantitatif dengan pendekatan deskriptif yaitu suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variable
10 mandiri, baik hanya pada satu variable atau lebih (variable yang berdiri sendiri). Jadi dalam penelitian ini peneliti tidak membuat perbandingan variable itu pada sample yang lain, dan mencari hubungan variable itu dengan variable yang lain. Penelitian semacam ini selanjutnya dinamakan penelitian deskriptif. M etode penelitian ini peneliti menggunakan survey dengan cara membagikan kuesioner kemudian dihubungkan dengan teori S-O-R, Analisis Univariat dengan tabel distribusi frekuensi. 1.5
Sistematika Penulisan Untuk mempermudah dalam mendapatkan gambaran ringkas keseluruhan dari penelitian ini, maka diberikan sistematika penulisan sebagai berikut : Bab I Pendahuluan merupakan awal bab yang berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah serta tujuan masalah. Selain itu dalam pendahuluan ini penulis menuliskan manfaat akademis dan manfaat untuk M arComm dari penelitian, dan tak lupa sistematika penulisan ini juga dicantumkan oleh penulis. Bab II Lan dasan Teoritis yaitu yang berisi kajian terhadap teori–teori dan studi–studi terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, disertakan definisi-definisi konsep yang tercantum di dalamnya. Adapun tinjauan pustaka dari bab ini adalah mengenai Komunikasi massa, persepsi, infotainment. Bab III Ruang Lingkup Penelitian, berisi ini menguraikan gambaran umum perusahaan atau organisasi yang dibahas dalam penelitian ini (TRANS|7 dan program “Bukan Empat M ata”) .
11 Bab IV Hasil Penelitian, yaitu menganalisis dan interpretasi data dari temuan data lapangan, kemudian dilakukan pembahasan dengan menelaah konsep-konsep yang diuraikan pada bab.III dengan data yang diperoleh di lapangan, sehingga menjadi hasil penelitian yang relevan dengan teori yang ada. Penjelasan
perspektif
atau
pendekatan
metodologi
yang
digunakan,
mendefinisikan unit-unit analisa, metode pengukuran, teknik analisa data, keabsahan penelitian dan keterbatasan penelitian. Bab V Penutup , menguraikan tentang kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian serta saran-saran atau rekomendasi yang ditujukan khususnya untuk program tayangan entertainment “Bukan Empat M ata” di TRANS|7.