BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu media elektronik yang paling digemari saat ini adalah televisi. Di zaman sekarang ini televisi bukanlah barang yang langka dan hanya dimiliki oleh kalangan tertentu saja. Tidak dapat dipungkiri bahwa hampir semua orang memiliki televisi. Bahkan saat ini televisi telah menjangkau lebih dari 90% penduduk di negara berkembang. Televisi yang dulu mungkin hanya menjadi konsumsi kalangan dan umur tertentu saja, saat ini dapat dinikmati dan sangat mudah dijangkau oleh semua kalangan (Wiradono, 2006). Televisi dapat mempengaruhi pola hidup manusia. Bagi individu dewasa, mungkin apa yang ditampilkan oleh televisi tidak seluruhnya memberi dampak bagi pola hidupnya, sebab individu dewasa sudah dapat memilih dan memahami apa yang ditayangkan di layar televisi. Namun, bagaimana dengan anak – anak? Dengan pola pikir yang belum optimal, belum tentu mereka mampu menginterpretasikan apa yang mereka saksikan di layar televisi dengan tepat dan benar (Simatupang, 2012). Tidak semua isi media elektronik terutama televisi bermanfaat bagi khalayak. Banyak di antaranya yang tidak mendidik dan hanya mengedepankan kepentingan pemilik artau pengelola media untuk mendapatkan keuntungan sebanyakbanyaknya. Fungsi media elektronik televisi setidaknya ada empat, yaitu
Universitas Sumatera Utara
menginformasikan (to inform), mendidik (to educate), membentuk opini atau pendapat (to persuade), dan menghibur (to entertain) (Mayohani; Lim, 2008). Anak adalah individu yang unik, yang bergantung pada orang dewasa dan lingkungannya, artinya membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi kebutuhan dasarnya dan belajar mandiri. Perkembangannya pun wajib untuk terus diawasi oleh orang tua. Secara fisik, perkembangan anak yang belum optimal dapat memicu anak untuk mengadopsi bahkan meniru apa yang mereka lihat dan mereka dengar. Hal ini cenderung terjadi pada anak usia remaja, dimana pada dasarnya usia remaja atau yang dikenal dengan masa peralihan merupakan usia tanggung dengan emosi anak yang cenderung labil dan pada masa ini anak berpikir kritis dan menerima dengan mentah apa yang ditemuinya (Desiningrum; Prihatsanti, 2011). Pengaruh media televisi terhadap anak makin besar, terutama dampak negatifnya seiring perkembangan teknologi yang semakin canggih dan intensitasnya yang semakin tinggi, sementara orangtua pada masa kini cederung tidak punya waktu yang cukup untuk memperhatikan, mendampingi dan mengawasi anak, sehingga anak lebih banyak menghabiskan waktu menonton televisi atau bermain game, dibandingkan melakukan hal lainnya. Mereka akan belajar bahwa kekerasan itu menyelesaikan masalah. Mereka juga belajar untuk duduk di rumah dan menonton, bukannya bermain di luar dan berolahraga. Hal ini menjauhkan mereka dari pelajaran-pelajaran hidup yang penting, seperti bagaimana cara berinteraksi dengan teman sebaya, belajar cara berkompromi dan berbagi di dunia yang penuh dengan orang lain (Simatupang, 2012).
Universitas Sumatera Utara
Dampak negatif lainnya pada anak yang timbul akibat menonton televisi adalah anak dapat menunjukkan keegoisannya dalam menonton televisi dan ini berpengaruh pada kondisi kesehatan anak, seperti anak jadi malas makan akibat menonton, anak kurang tidur akibat tidak terbatasnya jam menonton, emosional anak tidak stabil akibat tayangan yang tidak tepat untuk ditonton. Bertolak dari dampak negatif yang ada, dampak positif dari tayangan televisi pada anak dapat dilihat apabila anak menunjukkan perilaku positif, mental anak baik dan kesehatan anak terjaga (Mayohani; Lim, 2008). Besarnya dampak negatif media televisi terhadap anak, telah ditinjau oleh beberapa penelitian. Dikutip dari penelitian Toriza (2010), Hidup pada tahun 2008 menyatakan bahwa setengah dari populasi anak di Amerika memiliki televisi pribadi di kamar dan sepertiganya adalah anak usia prasekolah. Hal ini dapat menimbulkan asumsi bahwa dengan kepemilikan televisi di kamar pribadi anak tidak mendapat pengawasan dalam menonton acara televisi yang layak dan pembatasan jam menonton dari keluarga. Menurut Liebert & Paulos, dikutip dari Surbakti (2008), meskipun rata – rata anak – anak menonton televisi sebanyak dua sampai empat jam perhari, sebetulnya sedikit sekali dorongan intelektual yang mereka dapat dari program yang mereka saksikan. Bahkan anak – anak yang menggunakan waktunya lebih banyak menonton televisi, perkembangan intelektualnya lebih lambat dibanding anak – anak lain yang tidak menonton televisi karena mereka menggunakan waktunya untuk membaca. Masih dari sumber kutipan yang sama, Schramm berpendapat secara umum anak – anak usia tiga tahun menggunakan waktunya
Universitas Sumatera Utara
selama 45 menit untuk menonton televisi perhari, anak usia lima tahun dua jam perhari, dan anak usia enam tahun dua setengah jam perhari. Sementara, Hidup pada tahun 2008 dikutip dari Toriza (2010) menyatakan tak sedikit anak menonton 5 – 6 jam perharinya. Dapat kita lihat pula secara nyata, di hari libur dan akhir pekan waktu menonton anak dapat lebih tinggi lagi dari yang telah disebutkan sebelumnya. Hal ini sekali lagi menimbulkan asumsi bahwa kurangnya perhatian orangtua atau keluarga terhadap pembatasan jam menontona anak. United Nations International Children's Emergency Fund atau dikenal dengan UNICEF, salah satu organisasi resmi PBB (Perserikatan Bangsa – Bangsa), pada tahun 2007 melakukan survei mengenai pengaruh televisi terhadap anak. Hasil yang diperoleh menunjukkan data bahwa anak di Indonesia rata – rata perharinya menghabiskan waktu menonton selama lima jam dengan total jam pertahunnya 1.560 – 1.820 jam. Angka ini sendiri melebihi angka rata – rata jam belajar pertahunnya 1.000 jam. Ini merupakan salah satu potensi awal dampak negatif dari televisi. Toriza (2010) juga melakukan penelitian mengenai hubungan terpaan media televisi dengan belajar kognitif pada siswa di SDN 04 Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Dari 364 siswa populasi sasaran dengan 70 responden, penelitian yang bersifat korelatif ini menyatakan bahwa ada hubungan terhadap penurunan belajar kognitif anak akibat terpaan media televisi. makin tinggi terpaan media televisi maka makin menurun belajar kognitif pada anak. Berdasarkan usia anak sekolah ini, disimpulkan bahwa anak menonton hanya sebagai alternatif hiburan bukan pemenuhan kebutuhan belajar. Hal ini serupa dengan penelitian oleh Ramadhani
Universitas Sumatera Utara
(2010), pada anak – anak usia 6 – 12 tahun di SD Shafiyyatul Amaliyyah, Medan ditemukan adanya hubungan antara lama menonton pada anak dengan penurunan prestasi belajar. Tidak hanya penurunan prestasi yang dapat diukur sebagai dampak negatif anak menonton televisi. Acara di televisi juga dapat mempengaruhi kecerdasan moral seorang anak. Misalkan ketika melihat suatu adegan dalam sebuah sinetron. Anak melihat pemain sinetron berperilaku kasar terhadap lawan bermainnya seperti memukul atau mencaci maki dengan orang yang lebih tua. Ataupun sebaliknya, pemain sinetron berperilaku baik seperti saling membantu terhadap sesama manusia, peduli terhadap orang yang tidak mampu, maupun bertutur kata yang baik terhadap orang yang lebih tua.
Berdasarkan pengalaman peneliti
sewaktu bekerja di salah satu rumah sakit swasta di Medan, dijumpai anak – anak yang sedang dalam perawatan, agresif dalam menonton televisi sehingga berdampak pada lamanya proses penyembuhan. Pengalaman lain yang peneliti temukan yaitu di wilayah Kampung Baru Kecamatan Bajubang, bahwa anak – anak di wilayah ini telah mengalami perubahan yang mencolok seperti penurunan dalam tata krama berkomunikasi dan gaya hidup yang menonjolkan peniruan dari dunia maya. Pengetahuan keluarga terhadap media televisi bagi anak sangatlah penting. Namun, pada kenyataannya tidak sedikit keluarga yang kurang memiliki pengetahuan kurang. Salah satu penelitian terhadap keluarga di Tangerang menyimpulkan bahwa mayoritas keluarga tidak mempunyai cukup pengetahuan tentang dampak program tayangan televisi terhadap perkembangan mental dan
Universitas Sumatera Utara
perilaku anaknya baik acara televisi yang ditonton adalah kartun maupun sinetron. Hal inilah yang perlu diperhatikan bagi setiap keluarga yang memiliki anak (Bintarti; Winataputra; Kusuma; Broto; Budiwati, 2011). Keluarga adalah bagian dari masyarakat yang peranannya penting untuk membentuk kebudayaan yang sehat. Dari keluarga inilah pendidikan kepada individu anak dimulai dan dari keluarga inilah akan tercipta tatanan masyarakat yang baik, sehingga untuk membangun suatu kebudayaan maka seyogyanya dimulai dari keluarga (Setiadi, 2008). Orang tua adalah sepasang individu yang penting bagi anak dalam masa pertumbuhan spiritual dan perkembangan mental mereka. Bagaimana pun, orang tualah yang bertanggung jawab terhadap sistem yang dianut oleh anak, sehingga jika terjadi kesalahan dalam mendidik, maka dapat sulit sekali untuk diperbaiki. Dalam hal tontonan, orang tua seharusnya menetapkan standar ganda di rumah, terutama menyangkut apa yang boleh ditonton. Misalnya, menonton film – film “tertentu” hanya untuk orang tua dan film lain boleh untuk semua keluarga (Surbakti, 2008). Beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua untuk mengatur jadwal menonton televisi bagi anak – anaknya, yaitu: 1) Buat daftar acara televisi; 2) Pantau tayangan yang ditonton anak; 3) Menuliskan tayangan yang tidak boleh ditonton; 4) Menetapkan bahwa televisi adalah pemakaian bersama (Surbakti, 2008). Kampung Baru adalah salah satu wilayah dari Kelurahan Bajubang yang bertempat di Kecamatan Bajubang, Propinsi Jambi dengan jumlah penduduk
Universitas Sumatera Utara
sekitar 800 jiwa. Adapun jumlah keluarga di Kampung Baru yang dilokasikan menjadi 2 RT (RT 002 dan RT 003) yaitu sekitar 232 KK dengan jumlah anak sekitar 118 anak. Berdasarkan jumlah keluarga yang ada di wilayah ini dan masalah yang diuraikan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengetahuan dan Sikap Keluarga tentang Acara Televisi yang Sesuai untuk Anak Di Kampung Baru Kecamatan Bajubang Propinsi Jambi”. 1.2. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi pertanyaan penelitian adalah bagaimanakah pengetahuan dan sikap keluarga tentang acara televisi yang sesuai untuk anak di Kampung Baru Kecamatan Bajubang Propinsi Jambi? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengidentifikasi pengetahuan keluarga tentang acara televisi yang sesuai untuk anak di Kampung Baru Kecamatan Bajubang Propinsi Jambi. 2. Mengidentifikasi sikap keluarga tentang acara televisi yang sesuai untuk anak di Kampung Baru Kecamatan Bajubang Propinsi Jambi.
Universitas Sumatera Utara
1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi masyarakat,
sebagai bahan bacaan yang dapat meningkatkan
pengetahuan dan sikap keluarga tentang acara televisi yang sesuai untuk anak. 2. Bagi pendidikan dan praktek keperawatan, sebagai sumber informasi kesehatan dalam meningkatkan peran serta keperawatan keluarga untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap keluarga tentang acara televisi yang sesuai untuk anak. 3. Bagi penelitian keperawatan, hasil penelitian ini sebagai data dasar bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian keperawatan dalam ruang lingkup yang sama.
Universitas Sumatera Utara