APLIKASI PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN JATI UNGGUL NUSANTARA (JUN) UBH-KPWN DI KECAMATAN RANCABUNGUR KABUPATEN BOGOR
GARRY GINANDJAR
DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aplikasi Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan Jati Unggul Nusantara (JUN) UBH-KPWN di Kecamatan Rancabungur Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2013
Garry Ginandjar NIM. E44090077
ABSTRAK GARRY GINANDJAR. Aplikasi Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan Jati Unggul Nusantara (JUN) UBH-KPWN di Kecamatan Rancabungur Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh Dr Ir Omo Rusdiana, M.Sc dan Dr Ir Basuki Wasis, MS. Jati Unggul Nusantara (JUN) merupakan jenis pohon jati yang diproduksi dengan bioteknologi melalui pembiakan (propagasi) vegetatif dengan stek pucuk dan dilakukan modifikasi sistem perakaran sehingga menghasilkan akar tunjang majemuk. Jenis jati ini cepat tumbuh, kokoh, dan dapat dipanen mulai umur 5 tahun serta memiliki kualitas fenotip yang baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pertumbuhan Jati Unggul Nusantara (JUN) dengan berbagai dosis perlakuan pupuk organik. Variabel yang diamati dalam penelitian ini antara lain diameter, tinggi total, tinggi bebas cabang, jumlah daun dan proyeksi tajuk serta dilakukan pengamatan pada laju pertumbuhan relatif dari variabel – variabel tersebut. Pemberian pupuk organik memberikan pengaruh yang nyata pada selang kepercayaan 95% untuk diameter pada dosis 150 gram dan proyeksi tajuk JUN pada dosis 200 gram. Serta dosis pupuk 150 gram memberikan pengaruh yang nyata terhadap laju pertumbuhan diameter, tinggi dan proyeksi tajuk tanaman. Kata kunci: Bioteknologi, fenotip, Jati Unggul Nusantara, vegetative.
ABSTRACT GARRY GINANDJAR. Application of organic fertilizer on the growth of Jati Unggul Nusantara (JUN) UBH-KPWN Rancabungur Bogor Regency. Supervised by Dr Ir Omo Rusdiana, M.Sc and Dr Ir Basuki Wasis, MS. Jati Unggul Nusantara (JUN) is the type of teak tree produced by biotechnology through vegetative propagation with cuttings and rooting system modifications done to produce good root compound. The type of this fast-growing teak, sturdy and can be harvested from the age of 5 years and has a good phenotype quality. The purpose of this research is to know the growth rate of JUN with different doses of organic fertilizer treatment. Variable measured of tree are diameter, total height, clear bole height and canopy projection, and made observations on the relative growth rate of them. Organic fertilizer gives a significant influence on the confidence interval of 95% for the diameter at doses of 150 grams and canopy projection JUN at doses of 200 grams. As well as fertilizers dose 150 grams provide a tangible influence on the growth rate of diameter, plant height and canopy projection.
Keywords: Biotechnology, Jati Unggul Nusantara, phenotypes, vegetative.
APLIKASI PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN JATI UNGGUL NUSANTARA (JUN) UBH-KPWN DI KECAMATAN RANCABUNGUR KABUPATEN BOGOR
GARRY GINANDJAR
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Silvikultur
DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi : Aplikasi Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan Jati Unggul Nusantara (JUN) UBH-KPWN di Kecamatan Rancabungur Kabupaten Bogor Nama : Garry Ginandjar NIM : E44090077
Disetujui oleh
Dr Ir Omo Rusdiana, M.Sc Pembimbing I
Dr Ir Basuki Wasis, MS Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2012 ini ialah laju pertumbuhan, dengan judul Aplikasi Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan Jati Unggul Nusantara (JUN) UBH-KPWN di Kecamatan Rancabungur Kabupaten Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Omo Rusdiana M.Sc dan Bapak Dr Ir Basuki Wasis MS selaku dosen pembimbing, serta Bapak/Ibu Pegawai Unit UBH-KPWN Bogor atas kerjasama, fasilitas dan sarannya. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Dayat dan Bapak Mamat selaku petani Desa Bantarjaya dan Desa Cimulang, keluarga besar ekologi, teman-teman satu bimbingan Nizza, Baiquni, Nuri, Atri dan desi, terima kasih atas kebersamaan dan bantuannya kepada penulis selama melakukan penelitian maupun dalam penyusunan skripsi, serta teman-teman silvikultur 46 yang telah membantu selama pembuatan skripsi. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, kakak, adik dan keluarga besar gunung batu, atas segala bantuan dan kasih sayangnya. Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Penulis menghargai segala bentuk saran dan kritik yang membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak – pihak yang memerlukannya.
Bogor, September 2013
Garry Ginandjar
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
vii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
METODE
2
Waktu dan Lokasi Penelitian
2
Bahan
2
Alat
3
Prosedur
3
Analisis Data
6
KONDISI UMUM
8
HASIL DAN PEMBAHASAN
8
Sifat Fisik dan Kimia Tanah
8
Pertumbuhan Tanaman
11
Pertumbuhan Diameter Tanaman
11
Pertumbuhan Tinggi Tanaman
13
Pertumbuhan Tinggi Bebas Cabang Tanaman
14
Pertumbuhan Jumlah Daun Tanaman
15
Pertumbuhan Proyeksi Tajuk Tanaman
16
Laju Pertumbuhan Relatif Tanaman/Relative Growth Rate (RGR)
18
SIMPULAN DAN SARAN
19
Simpulan
19
Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
19
LAMPIRAN
21
RIWAYAT HIDUP
27
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kegiatan pemeliharaan pada tahun pertama Pengambilan parameter pertumbuhan Parameter sifat fisik dan sifat kimia tanah Analisa sifat fisik tanah Desa Bantarjaya dan Desa Cimulang Analisa sifat kimia tanah Desa Bantarjaya dan Desa Cimulang Parameter pertumbuhan hasil sidik ragam pengaruh berbagai perlakuan dosis terhadap parameter pertumbuhan Jati Unggul Nusantara (JUN) Hasil uji Duncan pengaruh dosis dan blok terhadap pertumbuhan diameter Jati Unggul Nusantara Hasil uji Duncan pengaruh dosis pada blok pengamatan terhadap pertumbuhan tinggi Jati Unggul Nusantara Hasil uji Duncan pengaruh dosis pada blok pengamatan terhadap pertumbuhan tinggi bebas cabang Jati Unggul Nusantara Hasil uji Duncan pengaruh dosis pada blok pengamatan terhadap pertumbuhan jumlah daun Jati Unggul Nusantara Hasil uji Duncan pengaruh dosis pada blok pengamatan terhadap pertumbuhan proyeksi tajuk tanaman Jati Unggul Nusantara Hasil analisis laju pertumbuhan tanaman
5 5 6 8 9 11 12 14 15 16 17 18
DAFTAR GAMBAR 1 Diagram tahapan kegiatan 2 Pertumbuhan diameter jati unggul nusantara (JUN) pada Desa Bantarjaya (a) dan Desa Cimulang (b) 3 Pertumbuhan tinggi jati unggul nusantara pada Desa Bantarjaya (a) dan Desa Cimulang (b) 4 Pertumbuhan tinggi bebas cabang jati unggul nusantara pada Desa Bantarjaya (a) dan Desa Cimulang (b) 5 Pertumbuhan jumlah daun tanaman jati unggul nusantara pada Desa Bantarjaya (a) dan Desa Cimulang (b) 6 Pertumbuhan proyeksi tajuk tanaman jati unggul nusantara pada Desa Bantarjaya (a) dan Desa Cimulang (b)
3 12 13 14 15 17
DAFTAR LAMPIRAN 7 8 9 10
Data analisa sifat fisik tanah Data analisa sifat kimia tanah Data analisis parameter petumbuhan tanaman Data analisis laju rata-rata pertumbuhan tanaman
21 21 22 25
PENDAHULUAN Latar Belakang Kayu jati (Tectona grandis Linn F.) termasuk kedalam golongan kayu keras yang memiliki jaringan kuat dan dalam. Jati digolongkan sebagai kayu mewah (fancy wood) yang mempunyai nilai artistik yang tinggi serta memiliki kelas awet tinggi yang tahan terhadap gangguan rayap serta jamur dan mampu bertahan sampai 500 tahun (Suryana 2001). Sampai sekarang jati masih menjadi komoditas mewah yang banyak diminati oleh masyarakat walaupun nilai jualnya mahal. Kayu jati mempunyai sifat-sifat yang baik yaitu daya kembang susut yang kecil, dan mudah dikerjakan baik dengan alat mesin maupun dengan alat tangan dan dapat dipelitur dan divernis dengan baik. Karena sifat-sifatnya yang baik, kayu jati banyak digunakan untuk berbagai keperluan. sebagai bahan baku untuk industri kreatif seperti industri furniture dan cindera mata. Kayu jati juga sangat cocok untuk segala macam konstruksi misalnya tiang, balok, plafon pada bangunan rumah, jembatan, rangka atap, kusen pintu dan jendela, bantalan kereta api, mebel, dek kapal, tong kayu, lantai rumah, venir serta kayu lapis (Martawijaya et.al 1981). Pada saat ini para ahli telah melakukan pendekatan–pendekatan yang tujuannya adalah untuk mendapatkan tanaman jati unggul dan dapat dipanen dengan umur yang relatif lebih pendek. Sejak dekade 90-an telah mulai dipelajari pola pengembangan tanaman secara vegetatif melalui teknik kultur jaringan dan kultur tunas. Pohon jati yang dihasilkan diharapkan memiliki keunggulan kompratif dan berdaur pendek (kurang dari 15 tahun). Berdasarkan data Kementerian Kehutanan (2012), konsumsi kayu dalam negeri termasuk kayu lapis dan pulp mencapai kurang lebih 50 juta m3 per tahun dan baru terpenuhi sebesar 47,4 juta m3 per tahun. Untuk memenuhi kebutuhan kayu nasional akhir-akhir ini telah dikembangkan berbagai jenis tanaman yang pertumbuhannya cepat, salah satunya adalah jenis jati yang lebih cepat pertumbuhannya dibanding jati biasa, diantaranya adalah jati emas, Jati Plus Perhutani (JPP), dan yang terakhir adalah Jati Unggul Nusantara (JUN) yang merupakan pengembangan dari JPP, yang bibitnya diproduksi oleh PT. Setyamitra Bhaktipersada dengan bioteknologi melalui pembiakan vegetatif dengan stek pucuk dan dilakukan modifikasi sistem perakaran sehingga menghasilkan akar tunjang majemuk yang mampu menyerap banyak zat hara sehingga menyebabkan JUN tumbuh dengan cepat dan kokoh. Namun dalam pelaksanaan pengelolaannya, pihak koperasi JUN masih menggunakan pupuk anorganik untuk pemupukan lanjutannya, pemberian pupuk anorganik ini selain berdampak positif dalam penyediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman secara cepat juga memiliki dampak negatif, yaitu berupa degradasi lahan. Hal ini terjadi karena pemberian pupuk anorganik akan mempercepat habisnya zat- zat organik, organisme di dalam tanah mati dan merusak keseimbangan zat- zat makanan di dalam tanah, sehingga lahan akan semakin kurang baik dalam mendukung pertumbuhan tanaman. Langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi hal ini adalah dengan penggunaan pupuk organik untuk mengganti penggunaan pupuk anorganik/kimia. Penggunaan pupuk organik bermanfaat untuk meningkatkan bahan-bahan organik
2
tanah, memperbaiki kondisi fisik, kimia serta biologi tanah, dosis pupuk dan akibat pencemaran lingkungan yang disebabkan penggunaan pupuk kimia bisa dikurangi sehingga kualitas lahan dapat dijaga untuk jangka waktu yang panjang dan pada akhirnya lahan dapat menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Kemajuan pengembangan budidaya tanaman jati ini selain menghasilkan daur jati yang lebih pendek dan diharapkan dapat menutupi defisit kebutuhan kayu saat ini serta memiliki kualitas tanaman maupun lingkungan yang baik dengan penerapan pemeliharaan teknik silvikultur yang tepat.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat pertumbuhan Jati Unggul Nusantara (JUN) dengan berbagai dosis perlakuan pupuk organik di Desa Bantarjaya dan Desa Cimulang Bogor.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh pemberian pupuk organik terhadap pertumbuhan tanaman JUN sehingga dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam salah satu teknik dalam budidaya tanaman jati guna mempertahankan dan meningkatkan kualitas lahan untuk keberlanjutan.
METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan selama dua belas bulan, dimulai pada bulan Februari 2012 sampai dengan Februari 2013. Lokasi penelitian di areal lahan petani peserta Jati Unggul Nusantara (JUN) di Desa Bantarjaya dan Desa Cimulang Kecamatan Bogor dan pengambilan sampel tanah dilakukan pada bulan Februari 2012. Analisis sampel tanah dilakukan di Laboratorium Pengaruh Hutan Fakultas Kehutanan dan Laboratorium Tanah Departemen Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Bahan Bahan yang diperlukan untuk penelitian ini adalah Bibit Jati (Tectona grandis) Jenis Jati Unggul Nusantara (JUN) berumur 4 sampai 5 bulan, dengan tinggi 30 cm, berdiameter 0.4 sampai 0.5 cm, jumlah daun minimal 2, batang sehat, lurus dan berkayu serta akar belum menembus polibag, Pupuk Organik Granul (POG) Phodoganik, sampel tanah dari lokasi Desa Bantarjaya dan Desa Cimulang, serta bahan-bahan yang sesuai dengan SOP atau petunjuk teknis dalam
3
pembuatan tanaman JUN seperti pupuk kandang, pupuk anorganik Phonska serta insektisida dan fungisida.
Alat Alat yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian yaitu: Timbangan, Plastik ukuran 500 gram, Cangkul, Kalkulator, Caliper, Meteran, haga, Label, Tally Sheet, Mistar, Kamera dan Perlengkapan alat tulis serta peralatan pengambilan dan analisis laboratorium sampel tanah untuk analisis sifat tanah (fisik tanah dan kimia tanah di lokasi penelitian).
Prosedur Penelitian Secara ringkas, alur tahapan kegiatan dari penelitian yang akan dilaksanakan dapat dilihat pada Gambar 1 berikut :
Persiapan Media Persiapan Bibit Penanaman Pemupukan lanjutan, Perlakuan pupuk organic granul (Phodoganik)
0 gram
50 gram
100 gram
150 gram
200 gram
Pengamatan dan Pengambilan Data
Diameter Batang
Tinggi Total
Tinggi Bebas Cabang
Jumlah Daun
Analisis Pertumbuhan
Gambar 1 Diagram tahapan kegiatan penelitian
Proyeksi Tajuk
4
Pengambilan Sampel Tanah Pengambilan sampel tanah, dilakukan di areal lahan petani peserta JUN yang termasuk dalam plot penelitian secara acak. Sampel tanah yang diambil berupa tanah tidak terusik untuk analisis sifa,po6bihrpj 002Et fisik tanah yang diambil 1 ring sampel tanah pada setiap lokasi dan tanah terusik untuk analisis kimia tanah sebanyak 500 gram tanah komposit dari 5 titik pengambilan contoh tanah pada setiap lokasi. Waktu pengambilan sampel tanah ialah pada saat sebelum dilakukan kegiatan penelitian pada bulan Februari 2012.
Persiapan Media Media yang digunakan adalah media lapang yang berada di areal lahan petani peserta JUN di Desa Bantarjaya dan Desa Cimulang Bogor dengan perlakuan pemberian pupuk dasar berupa pupuk kandang dengan dosisi sebesar 6 kg/lubang tanam.
Persiapan Bibit Bibit yang dipergunakan adalah jenis Jati (Tectona grandis) yaitu bibit Jati dengan proses stek pucuk dari indukan klon Jati Plus Perhutani (JPP) yang telah diproses dengan rekayasa teknologi dan diberi zat F2 sehingga perakarannya menjadi akar tunggang majemuk, selanjutnya oleh PT. Setyamitra Bhakti Persada dijual dengan nama dagang yang disebut Jati Unggul Nusantara (JUN). Bibit harus sesuai dengan spesifikasi yang dianjurkan, berumur 4-5 bulan, tinggi bibit 30 cm, diameter batang 0.4-0.5 cm, jumlah daun minimal 2 dan akar belum menembus polibag.
Penanaman Penanaman dilakukan dengan pembuatan lubang tanam dengan ukuran 40cm x 40cm x 40cm yang kemudian diberi perlakuan pemberian pupuk kandang dengan dosis 6 kg/lubang tanam. Sebelum ditanam bibit terlebih dahulu dilakukan pengguntingan sebagian daun dan memotong akar yang keluar dari polybag serta dicelupkan kedalam larutan probiotik (0,05 cc/liter air) sampai jenuh. Kemudian Tanamkan bibit secara tegak lurus, batas permukaan media bibit diusahakan rata dengan permukaan tanah awal. Lubang tanaman ditimbun sehingga membentuk gundukan untuk menghindari terjadinya genangan air.
Pemeliharaan Pemeliharan yang dilakukan meliputi penyiraman sebanyak dua kali sehari pada pagi hari dan sore hari secara teratur, pemupukan, serta dilakukan proses penyiangan dan pendangiran, dapat dilihat pada Tabel 1.
5
Tabel 1 Kegiatan pemeliharaan pada tahun pertama No Kegiatan 1 Penyiraman 2 Pemupukan a. Anorganik
b.
3 4
Organik
Penyiangan Pendangiran
Waktu 2 kali sehari
Keterangan Pagi dan Sore
Bulan ke 4 dan Pupuk phonska dengan dosis 100 bulan ke 8 gram hanya pada perlakuan SOP JUN Setiap 2 bulan Pupuk organik granul phodoganik dengan dosis 0; 50; 100; 150 dan 200 gram Pada musim hujan Pada musim hujan
Perlakuan Pupuk Pemberian pupuk organik pada awal penanaman berupa pupuk kandang dan pemberian pupuk yang dilakukan dengan lima perlakuan pupuk organik dengan dosis pada masing – masing perlakuan yaitu; 0 gram ; 50 gram ; 100 gram ; 150 gram dan 200 gram yang diberikan secara berkala setiap dua bulan sekali setelah penanaman selama dua belas bulan. Untuk pupuk anorganik yang digunakan adalah pupuk phonska dengan dosis 100 gram sesuai dengan SOP dan pemberian pupuk anorganik dilakukan pada bulan ke empat dan bulan ke delapan setelah penanaman, sedangkan pupuk organik yang digunakan sama berupa pupuk kandang pada awal penanaman.
Pengamatan dan Pengambilan Data Pertumbuhan tanaman Pada penelitian ini beberapa parameter yang diamati beserta cara pengukuran indikator pertumbuhan tanaman Jati Unggul Nusantara dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2 Pengambilan data parameter pertumbuhan No 1
Parameter Tinggi
2
Diameter
3
Tinggi Bebas Cabang
Metode dan Waktu Pengukuran Perhitungan dari pangkal pohon sampai tajuk tertinggi menggunakan tongkat ukur dan Haga hypsometer, pengukuran dilakukan setiap 1 bulan sekali Menggunakan jangka sorong (caliper) dan pengukuran dilakukan setiap 1 bulan sekali Perhitungan dari pangkal pohon sampai cabang batang pertama pada tajuk menggunakan tongkat ukur dan Haga hypsometer, pengukuran dilakukan setiap 1 bulan sekali pada 6 bulan terakhir
6
No 4
Parameter Jumlah Daun
5
Proyeksi Tajuk
Metode dan Waktu Pengukuran Menghitung manual jumlah daun pada tajuk yang memiliki penampakan baik yang diukur setiap 1 bulan sekali Menggunakan meteran dengan mengukur 2 kali secara tegak lurus dan dihitung rataannya, pengukuran dilakukan setiap 1 bulan sekali
Analisis Data Laju pertumbuhan relatif tanaman / Relative Growth Rates (RGR) Kecepatan pertumbuhan diketahui dengan menghitung pertambahan tinggi, diameter dan luas tajuk tanaman dimana pengukuran dilakukan setiap bulan selama 12 bulan. Pertumbuhan relatif tanaman didapatkan dengan formula (Alvarez-Aquino et al. 2004):
=
–
Keterangan: RGR = nilai Pertumbuhan relatif yang diinginkan (cm/bln) X1 = tinggi/diameter/luas tajuk pada akhir pengamatan X0 = tinggi/diameter/luas tajuk pada awal pengamatan Interval pengamatan = 12 bulan waktu pengamatan
Sifat-Sifat Tanah Pengukuran dilakukan terhadap sifat fisik dan kimia tanah. Pengukuran sifat fisik tanah dilakukan menggunakan metode tanah tidak terusik dengan menggunakan ring tanah. Sedangkan untuk sifat kimia tanah menggunakan metode tanah terusik. Pengambilan contoh tanah untuk sifat fisik dan kimia ini dilakukan di plot pengamatan pada kelerengan datar. Parameter sifat-sifat tanah beserta metode analisisnya disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Parameter sifat fisik dan sifat kimia tanah No 1 2 3 4 1 2 3
Parameter Sifat Fisik Bulkdensity Porositas Pori drainase Permeabilitas Sifat Kimia pH C-organik N Total
Metode
Sumber
Gravimetrik Volumeter Perhitungan Ruang Pori Total Lambe
Balai Penelitian Tanah
pH meter Walkey and Black Kjeldahl
Balai Penelitian Tanah
7
No 4 5 6
Parameter P Bray Ca Mg
Metode Bray 1, Spektrofotometer NH4OAc N pH 7.0, AAS NH4OAc N pH 7.0, AAS
Sumber Balai Penelitian Tanah
Rancangan Percobaan Rancangan penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pada lokasi yang diamati adalah lokasi Desa Bantarjaya dan Desa Cimulang dengan perlakuan perbedaan dosis pupuk organik pada tanaman. Dalam penelitian ini dosis pupuk yang diberikan terdiri dari 5 dosis, yaitu: P0 = Tanpa pupuk organik (kontrol) P1 = Pemberian pupuk organik dengan dosis 50 gram/ tanaman P2 = Pemberian pupuk organik dengan dosis 100 gram/ tanaman P3 = Pemberian pupuk organik dengan dosis 150 gram/ tanaman P4 = Pemberian pupuk organik dengan dosis 200 gram/ tanaman Jumlah blok terdiri atas 2 lokasi. Model linier RAK tersebut sebagai berikut: Yij = μ + τi + βj + εij Keterangan : Yij = Pengamatan pada perlakuan pemupukan organic ke-I dan kelompok ke-j μ = Rataan umum τi = Pengaruh perlakuan pemupukan organic ke-i βj = Pengaruh kelompok ke-j εij = Pengaruh acak pada perlakuan pemupukan organic ke-I dan kelompok ke-j Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan tanaman Jati, hipotesis yang digunakan dalam pengujian tersebut adalah: H0 : Perlakuan pemberian pupuk organik dengan dosis yang berbeda tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman Jati. H1 : Perlakuan pemberian pupuk organik dengan dosis yang berbeda berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman Jati Kriteria pengambilan keputusan dan hipotesis yang diuji adalah : F hitung < F tabel, terima H0 F hitung > F tabel, terima H1 Analisis laju pertumbuhan merupakan hasil dari pengurangan data pengamatan akhir dan pengamatan awal. Data tersebut merupakan respon pertumbuhan (riap) dari tanaman Jati selama 12 bulan pengamatan di lapangan. Parameter yang diamati meliputi pertumbuhan tinggi, diameter, tinggi bebas cabang, jumlah daun dan luas tajuk tanaman. Serta dilakukan perhitungan anaisis Relaive Growth Rate (RGR) atau laju pertumbuhan relative per bulan dari 12 bulan pengukuran. Analisis dilakukan dengan menggunakan model linear dengan menggunakan software SAS (Statistical Analysis Software ) versi 9.1 untuk software Windows. Analisis data yang dilakukan meliputi analisis ragam dan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test).
8
KONDISI UMUM Desa Bantarjaya dan Desa Cimulang terletak di Kecamatan Rancabungur Kabupaten Bogor. Lokasi Desa Bantarjaya merupakan lokasi yang didominasi oleh hasil pertanian seperti padi, jagung, singkong, pisang, pepaya dan yang lainnya. Sedangkan Desa Cimulang pada saat ini lebih didominasi oleh perkebunan kelapa sawit. Topografi pada kedua lokasi didominasi oleh kemiringan lereng kurang dari 25% yang menyebar. Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007) semakin curam lereng, maka lahan semakin tidak sesuai untuk pertanaman dan semakin tinggi biaya pengelolaannya. Untuk macam tanah yang mendominasi adalah tanah Ultisol yang memiliki ciri fisik utama: solum dalam (>100cm), warna coklat kemerahan, tekstur liat serta struktur tanah remah, memiliki drainase agak lambat, dan reaksi tanah tergolong agak masam dengan nilai pH sekitar 4,5-6,1 (Dudal dan Soepraptohardjo 1960). Iklim dan curah hujan di Kecamatan Rancabungur hanya terdapat satu stasiun pengamatan curah hujan. Hal ini mengakibatkan curah hujan di lokasi penelitian tidak bervariasi dan juga diakibatkan oleh luasan daerah yang tidak terlalu luas. Kecamatan Rancabungur termasuk beriklim basah (bulan kering 2-3 bulan sekitar bulan Maret sampai Mei dan bulan basah 9-10 bulan sekitar bulan Juni sampai Februari) dengan curah hujan rata-rata pertahun diatas 3000 mm, jumlah hari hujan rata-rata 158 hari, bersuhu 27-32°C dengan suhu rata-rata 29,5°C, intensitas penyinaran matahari rata-rata sekitar 5-7 jam per hari. Curah hujan tahunan dan hari hujan tergolong tinggi, tetapi penyebaran hujannya kurang merata dan sedikitnya jumlah hari pada bulan-bulan tertentu, menurut klasifikasi iklim Schmidt & Ferguson Kecamatan Rancabungur berada pada tipe A.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Sifat Fisik dan Kimia Tanah Hasil analisis sifat fisik tanah pada lokasi Desa Bantarjaya dan Desa Cimulang yang dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Analisa sifat fisik tanah Desa Bantarjaya dan Desa Cimulang Lokasi Bantarjaya Cimulang
Bulkdencity
Porositas
(g/cm3)
(%)
0.95 1.06
64.11 59.88
PoriDrainase (% volume) Sangat Cepat Lambat Cepat 12.96 9.36
9.08 5.98
5.82 10.61
Permeabilitas (cm/jam) 3.06 11.80
Bulkdensity merupakan petunjuk kepadatan tanah. Makin padat suatu tanah maka makin tinggi Bulkdensity, berarti makin sulit meneruskan air atau ditembus akar tanaman sehingga akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman
9
(Hardjowigeno 2003). Bulkdensity yang tinggi jelas mempengaruhi daya tembus akar tanaman dalam tanah, dan laju difusi O2 di dalam pori-pori tanah sehingga respirasi akar terganggu (Leywakabessy 2003). Pada kedua lokasi penelitian menurut Sutanto (2005) memiliki nilai bulkdensity yang rendah sehingga memiliki aerasi yang baik dan memberikan ruang untuk pertumbuhan akar serta membantu mengoptimalkan proses pertumbuhan. Porositas adalah total pori dalam tanah yaitu ruang dalam tanah yang ditempati oleh air dan udara. Pada keadaan basah seluruh pori baik makro, meso, maupun mikro terisi oleh air, pada keadaan kering pori makro dan sebagian pori meso terisi oleh udara (Foth 1982). Porositas tanah erat kaitanya dengan tingkat kepadatan tanah (Bulk Density). Semakin padat tanah berarti semakin sulit untuk menyerap air, maka porositas tanah semakin kecil. Sebaliknya semakin mudah tanah menyerap air maka tanah tersebut memiliki porositas yang besar. Porositas pada kedua lokasi berada pada karakteristik baik dengan nilai antara 50-60%, sehingga total pori yang ada sudah mampu dalam menahan air dengan baik untuk dimanfaatkan oleh tanaman. Pori drainase menunjukan kematangan tanah dalam beraerasi dengan baik. Bila pori aerasi diatas 10 % volume, tanaman akan mendapat aerasi yang cukup, kecuali pada tanah dengan permukaan air dangkal (Kohnke 1968 dalam Musthofa 2007). Pada kedua lokasi memiliki pori drainase yang baik bagi tanaman terutama pada Desa Bantarjaya dengan nilai 12,96 % volume. Sedangkan pada desa Cimulang memiliki nilai pori drainase 9.36 % volume atau tidak berbeda jauh dengan syarat tanah yang memiliki aerasi yang cukup. Permeabilitas adalah tanah yang dapat menunjukkan kemampuan tanah meloloskan air. Tanah dengan permeabilitas tinggi dapat menaikkan laju infiltrasi sehingga menurunkan laju air larian. Menurut Sutanto (2005) pada lokasi Desa Bantarjaya permeabilitasnya berada pada kelas sedang antara 2 sampai dengan 6,5, sedangkan Desa Cimulang berada pada kelas agak cepat dengan nilain antara 6,5 sampai dengan 12,5. Hal ini terkait dengan besaran pori drainase pada kedua lokasi tersebut yang berada tidak jauh dari nilai dasar untuk kecukupan air untuk tanaman. Hasil analisis sifat kimia tanah pada lokasi Desa Bantarjaya dan Desa Cimulang yang dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5 Analisa sifat kimia tanah Desa Bantarjaya dan Desa Cimulang Lokasi Bantarjaya Cimulang
pH 5.20 5.00
C-org (%) 1.26 1.29
N-Total P (%) (ppm) 0.12 4.80 0.13 3.90
Ca Mg (me/100g) 3.87 0.71 4.17 1.50
Ispandi dan Munip (2005) menyatakan reaksi tanah atau pH tanah yang terlalu rendah menyebabkan tidak tersedianya unsur hara tanaman di dalam tanah, seperti hara P, K, Ca, Mg dan unsur mikro yang menyebabkan tanaman mengalami kahat unsur hara sehingga hasil tanaman tidak optimal. Pada Desa Bantarjaya dan Desa Cimulang memiliki pH tanah berkisar 5. Sehingga ketersediaan unsur hara pada tanah rendah. pH 5 berada dibawah syarat optimum untuk pertumbuhan tanaman jati dimana tanaman jati dapat tumbuh optimal dalam
10
kondisi solum tanah yang dalam dan kemasaman tanah (pH) optimum sekitar 6.0. Namun beberapa contoh kasus tertentu, dapat dijumpai tanaman jati yang dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang memiliki pH rendah (4-5). Kondisi kesuburan tanah dapat berdampak terhadap perilaku fisiologis tanaman dan ditunjukkan oleh perkembangan riap tumbuh (seperti diameter dan tinggi). Unsur hara mikro yang penting dalam mendukung pertumbuhan tanaman jati adalah kalsium (Ca), fosfor (P), dan nitrogen (N) (Purwowidodo 1991). Hasil analisis laboratorium untuk kandungan nitrogen dalam tanah berada pada kisaran rendah. Unsur nitrogen (N) merupakan unsur hara yang berperan penting bagi pertumbuhan vegetatif tanaman. Zubachtirodin dan Subandi (2008) menyatakan, tanaman tidak dapat melakukan metabolisme jika kekurangan unsur hara N. Kandungan nitrogen dalam tanah pada kedua lokasi mempunyai nilai yang hampir sama, dan lokasi Cimulang memiliki kandungan N paling tinggi. Unsur nitrogen merupakan salah satu unsur hara paling penting di dalam pertumbuhan tanaman. Unsur nitrogen berfungsi sebagai bahan penyusun asam amino, amida, basa nitrogen, protein dan nukleprotein sehingga apabila terjadi kekurangan unsur nitrogen pada tanaman dapat berakibat pada terhambatnya pertumbuhan tanaman. Unsur nitrogen hanya dapat diserap oleh tanaman dalam bentuk N-tersedia (NH4+ dan NO3 -) (Hanafiah 2010). Serasah daun dan ranting tanaman serta sisa panen yang masuk ke dalam tanah diduga bisa meningkatkan jumlah C dalam tanah. Hairiah et al. (2002) menyatakan, ada 3 pool utama pemasok C ke dalam tanah yaitu tajuk tanaman yang masuk ke dalam tanah sebagi serasah, akar tanaman, melalui akar tanaman yang mati, ujung-ujung akar, eksudasi akar dan respirasi akar, dan biota tanah. Pada kedua lokasi menurut Sutanto (2005) memiliki nilai C-organik pada kelas rendah dengan nilai berkisar antara 1.00 – 2.00. Unsur N dan C yang ditemukan pada tanah bisa digunakan untuk memperkirakan besarnya kandungan bahan organik dalam tanah (BOT). Untuk kedua lokasi ini memiliki nilai C/N rendah, nisbah C/N rendah menunjukkan kandungan bahan organik tanah yang tinggi, karena bahan organik merupakan sumber N yang utama dalam tanah. Unsur fosfor (P) merupakan salah satu unsur hara makro yang dibutuhkan oleh tanaman berperan dalam proses pembelahan sel, pembentukan bunga, buah, biji, memperkuat batang agar tidak roboh, perkembangan akar, membentuk RNA (Ribonucleic acid) dan DNA (Deoxyribonucleic acid) serta menyimpan dan memindahkan energy dalam bentuk ATP (Adenosin trifosfat) dan ADP (Adenosin difosfat). Unsur P hanya dapat digunakan oleh tumbuhan dalam bentuk P-tersedia. Unsur fosfor (P) yang tersedia pada kedua lokasi memiliki nilai yang tidak berbeda jauh. Desa Bantarjaya memiliki nilai yang paling besar sehingga dapat memaksimalkan pertumbuhan diameter pohon. Unsur hara yang tidak kalah penting bagi pertumbuhan tanaman jati adalah unsur kasium (Ca) dan magnesium (Mg). Unsur Ca diambil tanaman dalam bentuk ion Ca+, berperan sebagai komponen dinding sel, dalam pembentukan struktur dan permeabilitas membran sel. Kekurangan unsur ini dapat menyebabkan terhentinya pertumbuhan tanaman akibat terganggunya pembentukan pucuk tanaman dan ujung-ujung akar, serta jaringan penyimpan. Sedangkan unsure Mg diambil tanaman dalam bentuk ion Mg2+, yang berperan sebagai penyusun klorofil, tanpa klorofil proses fotosintesis tidak akan berlangsung serta berperan dalam aktivator enzim. Kekurangan unsur Mg dapat
11
menyebabkan daun menguning kemudian rontok karena pembentukan klorofil pada daun terganggu (Hardjowigeno 2003). 2. Pertumbuhan Tanaman Pertumbuhan pada tanaman berlangsung terbatas pada beberapa bagian tertentu yang terdiri dari sejumlah sel yang baru saja dihasilkan melalui proses pembelahan sel di meristem. Suatu tanaman akan tumbuh dengan suburnya, apabila segala elemen yang dibutuhkan tersedia cukup dan dalam bentuk yang sesuai untuk diserap tanaman. Jika suatu unsur kurang, maka penambahannya akan memberikan manfaat, tetapi apabila unsur itu sudah berlebih, maka penambahannya akan terbuang percuma dan akan mengakibatkan kerusakan pada tanaman. Berikut merupakan data rekapitulasi parameter pertumbuhan tanaman Jati Unggul Nusantara (JUN) pegaruh penambahan pupuk organik pada lokasi Desa Bantarjaya dan Desa Cimulang Kecamatan Rancabungur Kabupaten Bogor. Tabel 6 Parameter pertumbuhan hasil sidik ragam pengaruh berbagai perlakuan dosis terhadap pertumbuhan Jati Unggul Nusantara (JUN). Faktor
Parameter yang diamati Diameter
Tinggi
Tinggi Bebas Cabang
Jumlah daun
Proyeksi tajuk
Dosis Blok Dosis Blok Dosis Blok Dosis Blok Dosis Blok Pupuk * * tn * tn * tn * * tn Organik Keterangan : * = perlakuan berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% dengan nilai signifikan (Pr>F) 0,05 (α) ; tn= perlakuan tidak berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% dengan nilai signifikan (Pr>F)< 0,05 (α)
Pada Tabel 6 parameter pertumbuhan hasil sidik ragam pengaruh berbagai
perlakuan dosis terhadap pertumbuhan Jati Unggul Nusantara (JUN) dapat dilihat bahwa pemberian pupuk organik memberikan pengaruh yang nyata pada selang kepercayaan 95% untuk variabel diameter pada dosis dan blok JUN, sedangkan untuk pertumbuhan variabel tinggi, tinggi bebas cabang dan jumlah daun, pemberian pupuk organik memberikan pengaruh yang tidak nyata pada dosis, serta berpengaruh nyata pada blok. Untuk proyeksi tajuk, pemberian pupuk organik memberikan pengaruh yang nyata pada dosis tapi tidak berpengaruh nyata pada blok.
2.1 Pertumbuhan Diameter Tanaman Diameter adalah garis lurus yang melewati pusat sebuah lingkaran atau bola dan bertemu pada tiap ujung permukaannya. Pengukuran diameter penting karena merupakan salah satu dimensi pohon yang secara langsung dapat diukur untuk mengukur luas penampang, luas permukaan, dan volume pohon (Husch et a. 2003). Grafik pertumbuhan diameter tanaman JUN di Desa Bantarjaya dan Desa Cimulang yang dapat dilihat gambar berikut.
7
6
6
5
Diameter tanaman (cm)
Diameter Tanaman (cm)
12
5 4
3 2 1 0
4 3 2 1 0
0 6 12 Interval Pengamatan (bulan) SOP JUN 0 gram 50 gram 100 gram 150 gram 200 gram
0 6 12 Interval Pengamatan (bulan) SOP JUN 0 gram 50 gram 100 gram 150 gram 200 gram
Gambar 2 Pertumbuhan diameter jati unggul nusantara (JUN) pada Desa Bantarjaya (a) dan Desa Cimulang (b). Pengukuran diameter JUN pada awal pengamatan (0 bulan) memiliki ratarata diameter yang tidak terlalu berbeda jauh. Sedangkan pada pengamatan 6 bulan pada kedua lokasi untuk dosis 150 gram dan 200 gram memiliki rata-rata diameter yang lebih besar namun berdasarkan analisis statistik pada pengamatan ini, pemberian berbagai dosis tidak memberikan pengaruh yang nyata tetapi berpengaruh nyata pada blok pengamatan, Desa Bantarjaya memiliki rata-rata pertumbuhan diameter yang lebih baik dengan rata-rata pertumbuhan diameter sebesar 2.29806 cm/tahun pada pengamatan 6 bulan. Untuk di akhir pengamatan (12 bulan), dosis 150 gram dan 200 gram tetap memperlihatkan rata – rata pertumbuhan diameter yang lebih besar, secara statistik pemberian pupuk organik terlihat memberikan pengaruh yang nyata pada diameter baik dosis maupun blok, sehingga dilakukan uji lanjut Duncan untuk mengetahui dosis dan blok yang terbaik. Berdasarkan analisis ragam, perlakuan dosis pupuk memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan diameter tanaman JUN, maka dilakukan uji Duncan yang dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel
7 Hasil uji Duncan pengaruh dosis dan blok terhadap pertumbuhan diameter Jati Unggul Nusantara.
Dosis SOP JUN 0 gram 50 gram 100 gram 150 gram 200 gram
diameter (dosis) 6 bulan
12 bulan a
2.0553 2.1427a 2.1118a 2.3365a 2.296a 2.2353a
4.535c 4.5884bc 4.6531abc 4.9566abc 5.0929a 5.0236ab
Lokasi
diameter (blok) 12 bulan 6 bulan
Bantarjaya Cimulang
2.29806a 2.0945b
5.0077a 4.6089b
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 berdasarkan uji DMRT
13
Hasil uji Duncan pada akhir pengamatan (12 bulan) dapat diketahui pada dosis 150 gram memiliki pengaruh terbaik terhadap diameter tanaman dengan rata-rata pertumbuhan 5.0929 cm/tahun. Pada lokasi Desa Bantarjaya memiliki pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan lokasi Desa Cimulang dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 2.29806 cm/tahun pada pengamatan 6 bulan dan 5.0077 cm/tahun pada pengamatan 12 bulan. 2.2 Pertumbuhan Tinggi Tanaman Tinggi pohon adalah jarak vertikal utama yang diukur dalam pengukuran hutan. Simon (1996) menyatakan bahwa tinggi total adalah tinggi dari pangkal pohon di permukaan tanah sampai puncak pohon. Tinggi pohon umumnya mengikuti kurva sigmoid jika pohon tersebut tumbuh dengan sinar matahari yang penuh. Pertumbuhan tinggi pohon lambat pada saat pohon masih muda dan terlalu kecil untuk mengumpulkan energi untuk pertumbuhan terus menerus yang cepat. Grafik pertumbuhan tinggi tanaman JUN di Desa Bantarjaya dan Desa Cimulang yang dapat dilihat gambar berikut. 600
600
Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi Tanaman (cm)
700 500 400
300 200 100
500 400 300 200 100 0
0 0 6 12 Interval Tanaman (bulan)
0 6 12 Interval Pengamatan (bulan)
SOP JUN 50 gram 150 gram
SOP JUN 50 gram 150 gram
0 gram 100 gram 200 gram
0 gram 100 gram 200 gram
Gambar 3 Pertumbuhan tinggi jati unggul nusantara pada Desa Bantarjaya (a) dan Desa Cimulang (b). Pada Gambar 3 dapat dilihat pertumbuhan tinggi Jati Unggul Nusantara (JUN) pada pengamatan 6 bulan dan 12 bulan, Dosis pupuk 150 gram serta 200 gram memiliki rata-rata pertumbuhan tinggi yang lebih baik dari dosis lain serta pada lokasi Desa Bantarjaya memiliki rata-rata pertumbuhan tinggi yang lebih baik dari lokasi Desa Cimulang. Berdasarkan analisis ragam, perlakuan dosis pupuk memberikan pengaruh terhadap blok pengamatan pertumbuhan tinggi tanaman JUN, maka dilakukan uji Duncan yang dapat dilihat pada Tabel 8.
14
Tabel 8 Hasil uji Duncan pengaruh dosis pada blok pengamatan terhadap pertumbuhan tinggi Jati Unggul Nusantara. Dosis SOP JUN 0 gram 50 gram 100 gram 150 gram 200 gram
tinggi (dosis) 12 bulan 6 bulan 128.61a 416.03a 140.63a
422.87a
129.13a 140.47a 134.07a 131.59a
405.16a 445.49a 448.27a 443.36a
Lokasi
Tinggi (blok) 6 bulan 12 bulan
Bantarjaya
153.287a
474.54a
Cimulang
114.881b
385.85b
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 berdasarkan uji DMRT
Pada hasil statistik, berbagai dosis pupuk pada pengamatan 6 bulan dan 12 bulan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, tapi pada blok pengamatan memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi sehingga dilakukan uji lanjut Duncan. Berdasarkan uji lanjut Duncan, Desa Bantarjaya memiliki pertumbuhan tinggi lebih baik dibandingkan dengan blok pengamatan Desa Cimulang pada pengamatan 6 bulan dan 12 bulan dengan rata-rata pertumbuhan tinggi masing-masing sebesar 153.287 cm/tahun dan 474.54 cm/tahun. 2.3 Pertumbuhan Tinggi Bebas Cabang Tanaman Simon (1996) menyatakan bahwa tinggi bebas cabang adalah tinggi pohon dari pangkal batang dipermukaan tanah sampai cabang pertama. Grafik pertumbuhan tinggi bebas cabang tanaman JUN di Desa Bantarjaya dan Desa Cimulang yang dapat dilihat gambar berikut. 350
500
300
400
250 200
300
150
200
100 100
50 0
0 ags sep okt nov des jan feb SOP JUN 50 gram 150 gram
0 gram 100 gram 200 gram
ags sep okt nov des jan feb SOP JUN
0 gram
50 gram
100 gram
150 gram
200 gram
Gambar 4 Pertumbuhan tinggi bebas cabang jati unggul nusantara pada Desa Bantarjaya (a) dan Desa Cimulang (b).
15
Pada gambar 4 dapat dilihat pertumbuhan pada tinggi bebas cabang JUN yang dilakukan pengamatan pada 6 bulan terakhir menunjukan Desa Bantarjaya memiliki pertumbuhan tinggi bebas cabang yang lebih baik dari Desa Cimulang dengan dosis 150 gram dan 200 gram yang lebih unggul mencapai ketinggian kurang lebih 4 meter. Tabel 9 Hasil uji Duncan pengaruh dosis pada blok pengamatan terhadap pertumbuhan tinggi bebas cabang Jati Unggul Nusantara. tinggi bebas cabang (dosis) 6 bulan 241.5a SOP JUN 244.07a 0 gram 227.31a 50 gram 261.8a 100 gram 265.89a 150 gram 259.66a 200 gram Dosis
Lokasi
Tinggi bebas cabang (blok) 6 bulan 303.09a Bantarjaya 196.99b Cimulang
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 berdasarkan uji DMRT
Pada hasil statistik, berbagai dosis pupuk pada pengamatan 6 bulan terakhir tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi bebas cabang tanaman, tapi pada blok pengamatan memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi bebas cabang sehingga dilakukan uji lanjut Duncan. Berdasarkan uji lanjut Duncan, Desa Bantarjaya memiliki pertumbuhan tinggi bebas cabang lebih baik dibandingkan dengan blok pengamatan Desa Cimulang dengan rata-rata pertumbuhan tinggi bebas cabang sebesar 303.09 cm/tahun. 2.4 Pertumbuhan Jumlah Daun Tanaman Grafik pertumbuhan jumlah daun tanaman JUN di Desa Bantarjaya dan Desa Cimulang yang dapat dilihat gambar berikut. 30
25
25
20
20
15
15 10
10
5
5 0
0 feb
apr jun ags okt des feb SOP JUN 50 gram 150 gram
0 gram 100 gram 200 gram
feb
apr jun ags okt des feb SOP JUN
0 gram
50 gram
100 gram
150 gram
200 gram
Gambar 5 Pertumbuhan jumlah daun tanaman jati unggul nusantara pada Desa Bantarjaya (a) dan Desa Cimulang (b).
16
Pada Gambar 5 dapat dilihat hasil pengamatan terhadap jumlah daun yang dihitung setiap bulan. Pada hasil pengamatan menunjukan penambahan jumlah daun terjadi sampai dengan bulan keenam dan bulan ketujuh, setelah itu jumlah daun menjadi tetap bahkan mengalami penurunan jumlah daun. Berdasarkan perkembangan ukuran dan peningkatan jumlah daun mempengaruhi dalam proses fotosintesis dan respirasi yang mengakibatkan banyak energi yang diserap untuk pertumbuhan secara terus menerus, sehingga terjadi pertumbuhan tinggi dan diameter yang pesat hingga mencapai pertumbuhan maksimum. Untuk jumlah daun pada kedua lokasi pengamatan memiliki nilai yang tidak berbeda jauh berkisar 15 sampai dengan 25 helai daun. Berdasarkan analisis ragam, perlakuan dosis pupuk memberikan pengaruh terhadap blok pengamatan pertumbuhan jumlah daun tanaman JUN, maka dilakukan uji Duncan yang dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Hasil uji Duncan pengaruh dosis pada blok pengamatan terhadap pertumbuhan jumlah daun Jati Unggul Nusantara. Dosis SOP JUN 0 gram 50 gram 100 gram 150 gram 200 gram
Jumlah daun (dosis) 12 bulan 6 bulan 10.3833a 21.0143a 10.2833a 21.8571a 10.3333a 21.4857a 10.65a 21.8429a 10.5333a 21.2286a 10.8a 22.0571a
Lokasi Bantarjaya Cimulang
Jumlah daun (blok) 12 bulan 6 bulan 10.8944a 22.2571a 10.1b 20.9048b
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 berdasarkan uji DMRT
Pada hasil statistik, berbagai dosis pupuk pada pengamatan 6 dan 12 bulan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun tanaman, tapi pada blok pengamatan memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun sehingga dilakukan uji lanjut Duncan. Berdasarkan uji lanjut Duncan, Desa Bantarjaya memiliki pertumbuhan jumlah daun lebih baik dibandingkan dengan blok pengamatan Desa Cimulang pada pengamatan 6 bulan dan 12 bulan dengan rata-rata pertumbuhan jumlah daun masing-masing sebesar 10.8944 dan 22.2571. 2.5 Pertumbuhan Proyeksi Tajuk Tanaman Proyeksi tajuk erat kaitannya dengan daun dan cahaya matahari, jumlah dan luas daun mempengaruhi proyeksi tajuk sehingga mempengaruhi cahaya matahari yang mengenai tajuk dan masuk mengenai tempat tumbuh tanaman. Grafik pertumbuhan proyeksi tajuk tanaman JUN di Desa Bantarjaya dan Desa Cimulang yang dapat dilihat gambar berikut.
17
200
200
150
150
100
100
50
50
0
0 ags sep okt nov des jan feb
ags sep okt nov des jan feb
SOP JUN
0 gram
SOP JUN
0 gram
50 gram
100 gram
50 gram
100 gram
150 gram
200 gram
150 gram
200 gram
Gambar 6 Pertumbuhan proyeksi tajuk tanaman jati unggul nusantara pada Desa Bantarjaya (a) dan Desa Cimulang (b). Pada gambar 6 dapat dilihat proyeksi tajuk tanaman JUN yang diamati pada 6 bulan terakhir pengamatan. Dosis 200 gram menunjukan nilai terbesar dibandingkan dengan dosis yang lainnya dan pada lokasi Desa Bantarjaya memiliki nilai proyeksi tajuk yang lebih baik dari lokasi Desa Cimulang. Berdasarkan analisis ragam, perlakuan dosis pupuk memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan proyeksi tajuk tanaman JUN, maka dilakukan uji Duncan yang dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Hasil uji Duncan pengaruh dosis pada blok pengamatan terhadap pertumbuhan proyeksi tajuk tanaman Jati Unggul Nusantara. Dosis SOP JUN 0 gram 50 gram 100 gram 150 gram 200 gram
Proyeksi tajuk (dosis) 6 bulan 139.963b 140.075b 138.625b 138.256b 140.556b 149.656a
Lokasi Bantarjaya Cimulang
Proyeksi tajuk (blok) 6 bulan 142.125a 140.252a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 berdasarkan uji DMRT
Pada hasil statistik, untuk pemberian berbagai dosis pupuk pada pengamatan 6 bulan terakhir memberikan pengaruh yang nyata terhadap proyeksi tajuk tanaman sehingga dilakukan uji lanjut Duncan, Berdasarkan uji lanjut Duncan, dosis pupuk 200 gram memberikan pengaruh terbaik terhadap proyeksi tajuk tanaman dengan nilai 149.656 cm/tahun. Pada kedua lokasi pengamatan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap proyeksi tajuk, sehingga tidak dilakukan uji lanjut Duncan.
18
2.6 Laju pertumbuhan relatif tanaman / Relative Growth Rates (RGR) Berikut merupakan hasil analisis laju pertumbuhan relatif tanaman Jati Unggul Nusantara (JUN) diperoleh dari pengukuran selama 12 bulan yang dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Hasil analisis laju pertumbuhan relatif tanaman Dosis Pupuk SOP JUN 0 gram 50 gram 100 gram 150 gram 200 gram Lokasi Bantarjaya Cimulang
RGR Diameter (cm. bln-1) 0.12214b 0.124964ab 0.122547b 0.129106ab 0.13181a 0.131222a
RGR Tinggi (cm. bln-1) 0.476968ab 0.480146ab 0.474887b 0.485079a 0.485467a 0.485446a
RGR Luas Tajuk (cm. bln-1) 0.28335a 0.25502b 0.26661ab 0.25142b 0.28414a 0.28196a
RGR Diameter (cm. bln-1) 0.130753a 0.123177b
RGR Tinggi (cm. bln-1) 0.488533a 0.474131b
RGR Proyeksi Tajuk (cm. bln-1) 0.272869a 0.267963a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 berdasarkan uji DMRT
Laju pertumbuhan relatif pada tanaman JUN dengan berbagai perlakuan pupuk tampak saling bersaing untuk mendapatkan laju pertumbuhan yang lebih tinggi. Pada dosis 100, 150 dan 200 gram memiliki laju pertumbuhan relatif pada tinggi tanaman yang lebih besar dari pada dosis yang lain. Pada laju pertumbuhan relatif diameter batang dan luas tajuk tanaman, tanaman dengan dosis 150 dan 200 gram memiliki laju pertumbuhan terbesar. Pada Tabel 12 telihat interval pengamatan selama 12 bulan setelah tanam, tanaman dengan dosis 150 gram memiliki laju pertumbuhan tinggi, diameter dan luas tajuk relatif lebih tinggi dibanding dengan dosis untuk tanaman yang lain yaitu 0,485467 cm bln-1, 0.13181 cm bln-1 dan 0.28414 cm bln-1. Pada lokasi Bantarjaya memiliki penambahan tinggi, diameter dan proyeksi tajuk yang lebih baik daripada dosis pada lokasi Desa Cimulang, meskipun sejak awal penanaman semua tanaman memiliki rataan tinggi dan diameter tanaman yang hampir sama. Kecepatan pertumbuhan tinggi tanaman merupakan akibat pertumbuhan tunas muda, umumnya dipusatkan pada bagian apeks (ujung) yang terdapat tunas terminal (terminal bud). Pertumbuhan yang lebih tinggi pada dominansi apikal merupakan suatu adaptasi evolusioner untuk meningkatkan pemaparan terhadap cahaya matahari utamanya pada habitat yang sesuai atau lokasi yang padat (Campbell et al 2003). Pada pertumbuhan diameter batang tanaman dosis 150 gram pada lokasi Bantarjaya memiliki nilai laju pertumbuhan 0.13181 cm bln-1. Seperti diketahui Jati JUN dimodifikasi untuk dapat cepat pertumbuhannya, dan untuk dapat beradaptasi dengan cepat tumbuh pada tinggi tanaman, Jati JUN memperbesar diameter batang agar dapat berdiri kokoh
19
Pada laju pertumbuhan proyeksi tajuk, setiap dosis memiiliki nilai yang tidak terlalu berbeda, dan pada dosis 150 gram tetap memiliki laju pertumbuhan terbaik dengan nilai 0.28414 cm bln-1. Dengan memiliki luas tajuk besar berarti tanaman memiliki jumlah daun lebih banyak sehingga proses fotosintesis dapat menghasilkan unsur yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang lebih besar pula (Lambers et al 1998), sehingga memiliki laju pertumbuhan tinggi lebih besar dari pada tanaman lainnya (terutama laju pertumbuhan tinggi tanaman). Untuk proyeksi tajuk pada kedua lokasi tidak menunjukan perbedaan yang nyata.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Pemberian pupuk organik di lokasi Desa Bantarjaya dan Desa Cimulang berpengaruh nyata pada parameter pertumbuhan diameter dan proyeksi tajuk 2. Dosis pupuk 150 gram memberikan pengaruh terbaik dalam waktu 1 tahun untuk diameter tanaman JUN dengan laju pertumbuhan 5.0929 cm/tahun dan dosis 200 gram memberikan pengaruh terbaik pada proyeksi tajuk dengan tingkat pertumbuhan 149.656 cm/tahun. 3. Perbedaan dosis pupuk organik berpengaruh nyata pada laju pertumbuhan tanaman. Dosis pupuk 150 gram memberikan pengaruh terbaik pada parameter laju pertumbuhan diameter, tinggi dan proyeksi tajuk tanaman dengan nilai masing – masing 0.13181 cm. bln-1, 0.485467 cm. bln-1 dan 0.28414 cm. bln-1
Saran Berdasarkan dari hasil penelitian, pengembangan budi daya tanaman JUN sebaiknya menggunakan pupuk organik dalam proses pemupukan lanjutan dengan dosis 150 gram yang diberikan dua bulan sekali pada setiap pohonnya, karena dosis pupuk tersebut sudah memberikan pengaruh nyata terhadap variabel pertumbuhan dan penggunaan pupuk organik juga mampu mempertahankan bahkan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA Alvarez A,Williams C, Linera G, Newton AC. 2004. Experimental native tree seedling establishment for the restoration of Mexican cloud forest. Restoration Ecology 12:412-418. [BPT] Balai Penelitian Tanah Bogor. 2008. Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Bogor (ID): Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. 2003. Biologi: Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta (ID): Erlangga.
20
Dudal R, Soepraptohardjo M. 1960. Some consideration on The Genetic Relationship between Latosol and Andosols in Java (Indonesia). Madison. Trans. 7th Intern. Congr. Soil Sci. Foth HD. 1982. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Purbayanti ED, Lukiwati DR, Trimulatsih R, penerjemah; Hudoyo SAB, editor. Yogyakarta (ID): UGM Press. Terjemahan dari: Fundamentals of Soil Science. Hairiah K, van Noorwijk M, Suprayogo D. 2002. Intetraksi antara pohon-tanah tanaman semusim: Kunci keberhasilan kegagalan dalam sistem sistem agroforestri. Di dalam: Hairiah K, Widianto, Utami SR, Lusiana B, editor. Wanulcas : Model Simulasi untuk Sistem Agroforestri. Bogor: International Centre for Research in Agroforestry. hlm 19-42. Hanafiah KA. 2010. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta (ID): PT RajaGrafindo Persada. Hardjowigeno S. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Akademika. Hardjowigeno S, Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan & Perencanaan Tataguna Lahan. Bogor (ID): Gadjah Mada University. Husch B, Beer TW, Kershaw JA. 2003. Forest Mensuration 4th. John Wiley & Sons, Inc. New Jersey.Hoboken. Ispandi A, Munip A. 2005. Efektifitas pengapuran terhadap serapan hara dan produksi beberapa klon ubikayu di lahan kering masam. J Ilmu Pertanian 12 (2):125-139 Kementerian Kehutanan. 2012. Statistik Kehutanan Indonesia. 2011. Jakarta (ID): Kementerian Kehutanan. Lambers H, Stuart CF, Thijs LP. 1998. Plant Physiologycal Ecology, Springer. Verlag New York Inc. Leywakabessy FM, Wahyudin UM, Suwarno. 2003. Kesuburan Tanah. Bogor (ID):Jurusan Tanah Fakultas Pertanian IPB. Martawijaya A, Kartasujana I, Prawira SA, Kadir K. 1981. Atlas Kayu Indonesia Jilid I. Bogor (ID): Badan Penelitian Hasil Hutan. Musthofa A. 2007. Perubahan Sifat Fisik, Kimia, dan Biologi Tanah pada Hutan Alam yang diubah Menjadi Lahan Pertanian di kawasan Taman Nasional Gunung Lauser [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Purwowidodo. 1991. Gatra Tanah dalam Pembangunan Hutan Tanaman. Bogor (ID): IPB. Simon H. 1996. Metode Inventore Hutan. Yogyakarta (ID): Aditya Media. Subandi, Zubachtirodin. 2008. Peningkatan efisiensi pupuk N, P, K, dan produktivitas jagung pada lahan kering ultisol Kalimantan Selatan. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 27: 32-36. Suryana Y. 2001. Budidaya Jati. Bogor (ID): Swadaya. Sutanto, Rachman . 2005 . Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep Kenyataan. Yogyakarta (ID) : Kanisius.
21
LAMPIRAN Hasil Analisis Sifat Fisik Tanah Bulkdencity NO
Lokasi
1 2
Bantarjaya Cimulang
Porositas
3
(g/cm )
(%)
0.95 1.06
Kadar Air (% volume) Pada PF PF 1
PF 2
51.15 50.52
42.07 44.54
64.11 59.88
PF 2.54
PF 4.2
36.25 33.93
17.39 19.05
PoriDrainase (% volume) Sangat Cepat Lambat Cepat 12.96 9.08 5.82 9.36 5.98 10.61
Air Tersedia
Permeabilitas
(%)
(cm/jam) 18.86 14.88
3.06 11.80
Hasil Analisis Sifat Kimia pH 1:1 No 1 2
Bantarjaya Cimulang
No 1 2
Lokasi
Lokasi Bantarjaya Cimulang
H2O 5.20 5.00 KB (%) 41.10 44.40
KCl 4.40 4.10
Walkley & Black C-org (%) 1.26 1.29
Kjeldhal N-Total (%) 0.12 0.13
Bray
4.80 3.90
N KCl Al (me/100g) 1.28 1.32
H (ppm) 0.24 0.28
Fe (%) 8.16 2.52
HCl 25% P (ppm) 48.5 37.6 0.05 N HCl Cu Zn 3.31 2.87
8.29 8.11
N NH4OAc pH 7.0 Mg K Na (me/100g) 0.71 0.10 0.16 1.50 0.20 0.22
Ca 3.87 4.17
Mn 63.76 43.60
KTK 11.76 13.72
Pasir
Tekstur Debu
Liat
26.57 29.11
39.22 40.16
34.21 30.73
22
DIAMETER The ANOVA Procedure Source
DF
Anova SS
Mean Square
F Value
Pr > F
Dosis
5
2.96409037
0.59281807
2.49
0.0422
Blok
1
2.38573554
2.38573554
10.04
0.0025
Error
53
12.59935405
0.23772366
Corrected Total
59
17.94917997
Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping
Mean
N
dosis
A
5.0929
10
150
B
A
5.0236
10
200
B
A
C
4.9566
10
100
B
A
C
4.6531
10
50
C
4.5884
10
0
C
4.5350
10
SOPJUN
B
Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping
Mean
N
blok
A
5.0077
30
BJ
B
4.6089
30
Cimulang
TINGGI The ANOVA Procedure Source
DF
Anova SS
Mean Square
F Value
Pr > F
dosis
5
16150.2190
3230.0438
1.38
0.2450
blok
1
117977.3388
117977.3388
50.57
<.0001
Error
53
123651.4612
2333.0464
Corrected Total
59
257779.0190
Duncan Grouping
Mean
N
dosis
A
448.27
10
150
A
445.49
10
100
A
443.36
10
200
A
422.87
10
0
A
416.03
10
SOPJUN
A
405.16
10
50
23 Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping
Mean
N
blok
A
474.54
30
BJ
B
385.85
30
Cimulang
TINGGI BEBAS CABANG The ANOVA Procedure Source
DF
Anova SS
Mean Square
F Value
Pr > F
Dosis
5
11068.8721
2213.7744
1.38
0.2462
Blok
1
168873.3075
168873.3075
105.36
<.0001
Error
53
84948.7129
1602.8059
Corrected Total
59
264890.8925
Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping
Mean
N
dosis
A
265.89
10
150
A
261.80
10
100
A
259.66
10
200
A
244.07
10
0
A
241.50
10
SOPJUN
A
227.31
10
50
Duncan Grouping
Mean
N
blok
A
303.09
30
BJ
B
196.99
30
Cimulang
Means with the same letter are not significantly different.
JUMLAH DAUN The ANOVA Procedure Source
DF
Anova SS
Mean Square
F Value
Pr > F
dosis
5
8.25986395
1.65197279
1.27
0.2910
blok
1
27.43401362
27.43401362
21.07
<.0001
Error
53
68.9945577
1.3017841
Corrected Total
59
104.6884353
Duncan Grouping
Mean
N
dosis
A
22.0571
10
200
A
21.8571
10
0
24
Duncan Grouping
Mean
N
dosis
A
21.8429
10
100
A
21.4857
10
50
A
21.2286
10
150
A
21.0143
10
SOPJUN
Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping
Mean
N
blok
A
22.2571
30
BJ
B
20.9048
30
Cimulang
PROYEKSI TAJUK The ANOVA Procedure Duncan's Multiple Range Test for respon Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping
Mean
N
dosis
A
149.656
10
200
B
140.556
10
150
B
140.075
10
0
B
139.963
10
SOPJUN
B
138.625
10
50
B
138.256
10
100
Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping
Mean
N
blok
A
142.125
30
BJ
A
140.252
30
Cimulang
Source Model Error Corrected Total Source dosis blok
DF 5 1
DF 6 53 59 Anova SS 0.00092978 0.00086084
Duncan Grouping A A B A
RGR Diameter The ANOVA Procedure Sum of Squares Mean Square 0.00179062 0.00029844 0.00288379 0.00005441 0.00467441 Mean Square 0.00018596 0.00086084 Mean 0.131810 0.131222 0.129106
F Value 5.48
F Value 3.42 15.82 N 10 10 10
Dosis 150 200 100
Pr > F 0.0002
Pr > F 0.0095 0.0002
25 B B B
A
0.124964 0.122547 0.122140
10 10 10
Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean A 0.130753 B 0.123177
0 50 SOP JUN
N 30 30
Blok 1 2
RGR Tinggi The ANOVA Procedure Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
F Value
Pr > F
Model
6
0.00421171
0.00070195
8.04
<.0001
Error
53
0.00462873
0.00008733
Corrected Total
59
0.00884044
Source
DF
Anova SS
Mean Square
F Value
Pr > F
dosis
5
0.00110047
0.00022009
2.52
0.0405
blok
1
0.00311124
0.00311124
35.62
<.0001
Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping
Mean
N
dosis
A
0.485467
10
150
A
0.485446
10
200
A
0.485079
10
100
B
A
0.480146
10
0
B
A
0.476968
10
SOPJUN
0.474887
10
50
B
Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping
Mean
N
blok
A
0.488533
30
1
B
0.474131
30
2
26
RGR Proyeksi Tajuk The ANOVA Procedure Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
F Value
Pr > F
Model
6
0.01137526
0.00189588
3.40
0.0065
Error
53
0.02954540
0.00055746
Corrected Total
59
0.04092065
Source
DF
Anova SS
Mean Square
F Value
Pr > F
dosis
5
0.01101417
0.00220283
3.95
0.0040
blok
1
0.00036109
0.00036109
0.65
0.4245
Means with not significantly different. Duncan Grouping
the
same
letter
are
Mean
N
dosis
A
0.28414
10
150
A
0.28335
10
SOPJUN
A
0.28196
10
200
A
0.26661
10
50
B
0.25502
10
0
B
0.25142
10
100
B
Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping
Mean
N
blok
A
0.272869
30
1
A
0.267963
30
2
27
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 19 Juni 1991 dari ayah Agus Sulaeman dan ibu Imas Khalisoh. Penulis adalah putra ketiga dari empat bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 8 Bogor dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Talenta Mandiri IPB (UTM-IPB) dan diterima di Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif berorganisai , yakni Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kehutanan IPB sebagai staff Departemen kemahasiswaan BEM E pada tahun 2010/2011, Tree Grower Community (TGC) pada tahun 2010/2011 dan 2011/2012 sebagai staff Scientific Improvement. Kepanitiaan yang diikuti yaitu Save Mangrove for Our Earth tahun 2010, TGC in action tahun 2011, Seminar Jabon tahun 2011 dan TGC in Action pada tahun 2012. Selain penulis aktif dalam organisasi penulis pernah menjadi asisten praktikum pengaruh hutan pada tahun ajaran 2012/2013, asisten praktek cibodas ekologi hutan pada tahun ajaran 2010/2011 dan 2012/2013 dan asisten praktikum pengaruh nutrisi hutan pada tahun 2013. Pada bulan Juli tahun 2011 penulis melaksanakan Praktik Pengelolaan Ekosistem Hutan (PPEH) di lokasi Pangandaran – Gunung Sawal, pada bulan juni – juli tahun 2012 penulis melaksanakan Praktik Pengelolaan Hutan (PPH) di lokasi Hutan Pendidikan Gunung walat (HPGW) Sukabumi, Bandung dan Cianjur serta pada bulan januari – maret tahun 2013 penulis melaksanakan Praktik Kerja Profesi (PKP) di PT. Adaro Indonesia Kalimantan Selatan. Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Aplikasi Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan Jati Unggul Nusantara (JUN) UBH-KPWN di Kecamatan Rancabungur Kabupaten Bogor” di bawah bimbingan Dr Ir Omo Rusdiana, M.Sc dan Dr Ir Basuki Wasis, MS