APLIKASI PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN Nannochloropsis sp.
OLEH :
KELOMPOK 6 Irwanto
115080513111006
Sartika Tangguda
115080509111003
Dewi Susylowati
115080509111004
I Kadek Agus Widiada
125080509111001
Teguh Pianuary
125080509111002
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012
APLIKASI PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN Nannochloropsis sp.
I.
PENDAHULUAN Pakan merupakan kebutuhan dasar bagi semua organisme budidaya. Dalam kegiatan
budidaya, pakan menempati urutan pertama dalam hal alokasi sumber biaya produksi. Pakan yang diberikan pada organisme digunakan untuk kelangsungan siklus hidupnya, untuk pertahanan dirinya (maintenance), untuk pertumbuhannya, untuk kesehatannya, serta untuk reproduksinya. Pakan terdiri dari pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami adalah pakan yang telah tersedia langsung di alam, contohnya mikro/makro alga dan mikro/makro bentos. Pakan buatan adalah pakan yang dibuat dari beberapa bahan yang kemudian diolah menjadi bentuk khusus yang diinginkan dimana komposisi bahan dapat ditentukan sendiri, contohnya tepung ikan, tepung kedelai, tepung darah, dan lain-lain. Pakan yang dikonsumsi oleh organisme budidaya harus tersedia dalam jumlah yang optimal untuk mencukupi kebutuhan energi. Salah satu cara memenuhi ketersediaan pakan adalah memproduksi pakan alami karena pakan alami mudah didapatkan dan tersedia dalam jumlah yang banyak serta untuk memproduksi pakan alami tidak membutuhkan biaya yang mahal. Pakan alami juga memiliki nilai nutrisi yang tinggi, mudah dibudidayakan, memiliki ukuran yang sesuai dengan bukaan mulut larva, memiliki pergerakan yang mampu memberikan rangsangan bagi larva untuk memangsanya serta memiliki kemampuan berkembang biak dengan cepat dalam waktu yang relatif singkat (Rostini, 2007). Plankton adalah salah satu pakan alami yang digunakan dalam usaha pembenihan. Klasifikasi plankton menurut cara memperoleh makanan, terdiri dari dua kelompok besar yaitu fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton adalah kumpulan organisme plankton dengan memanfaatkan unsur-unsur hara, sinar matahari, dan karbon dioksida sehingga dapat memproduksi materi organik sendiri. Jenis fitoplankton yang digunakan sebagai pakan alami adalah Nannochloropsis sp.. Zooplankton adalah kumpulan organisme plankton yang bersifat heterotrofik, yang mana untuk hidupnya membutuhkan materi organik dari organisme lainnya, khususnya dari fitoplankton. Jenis zooplankton yang digunakan sebagai pakan alami adalah rotifera (Brachionus plicatilis). Menurut Sari et al. (2012), alga merupakan organisme yang tersedia melimpah di alam dan dibedakan menjadi 1.800 marga dan 21.000 spesies. Alga mikro mempunyai tingkat pertumbuhan lebih cepat dibandingkan dengan tanaman terestrial. Menurut Inansetyo dan Kurniastuty (1995) dalam Sari et al. (2012), terdapat beberapa alga mikro yang berpotensi untuk dibudidayakan baik sebagai pakan alami di bidang perikanan maupun sebagai
sumber energi alternatif baru, diantaranya yaitu Chlorella, Nannochloropsis, Skeletonema costatum, Tetraselmis, Dunaliella, Scenedesmus, dan Spirulina. Pupuk adalah unsur yang ditambahkan ke dalam tanah untuk memenuhi unsur mikro dan makro yang dibutuhkan tanaman. Makronutrien adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar, misalnya karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), belerang (S), kalsium (Ca), dan magnesium (Mg). Mikronutrien adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah kecil, misalnya boron (Bo), besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn), molibdenum (Mo), dan klorin (Cl). Nannochloropsis sp. sebagai mikro alga yang dibudidayakan di dalam air juga membutuhkan pupuk untuk mencukupi kebutuhan unsur hara. Berbagai unsur hara, baik mikronutrien maupun makronutrien sangat dibutuhkan untuk menunjang kehidupan dan pertumbuhan mikro alga tersebut. Penambahan unsur hara pada Nannochloropsis sp. akan mempengaruhi pertumbuhan mikro alga tersebut. Untuk mengetahui pengaruh pemberian jenis unsur hara yang berbeda terhadap pertumbuhan Nannochloropsis sp., maka kami membuat
paper
yang
berjudul
“Aplikasi
Pupuk
NPK
Terhadap
Pertumbuhan
Nannochloropsis sp.”.
II.
PEMBAHASAN Klasifikasi dan Morfologi Nannochloropsis sp. Klasifikasi Nannochloropsis sp. menurut Adehoog dan Simon (2001) dalam Anon et al.
(2009) dalam Fachrullah (2011) adalah sebagai berikut. Filum
: Chromophyta
Kelas
: Eustigmatophyceae
Ordo
: Eustigmatales
Famili
: Eustigmataceae
Genus
: Nannochloropsis sp.
Nannochloropsis sp. memiliki sejumlah kandungan pigmen dan nutrisi seperti protein (52,11%), karbohidrat (16%), lemak (27,64%), vitamin C (0,85%), dan klorofil A (0,89%). Nannochloropsis sp. merupakan sel berwarna kehijauan, tidak motil, dan tidak berflagel. Selnya berbentuk bola dan berukuran kecil. Organisme ini merupakan divisi yang terpisah dari Nannochloris karena tidak adanya klorofil B. Nannochloropsis sp. merupakan pakan yang populer untuk rotifer, artemia, dan pada umumnya merupakan organisme filter feeder (penyaring) (Anon et al., 2009) dalam Fachrullah (2011).
Gambar 1. Bentuk sel Nannochloropsis sp.
Menurut Fachrullah (2011), Nannochloropsis sp. memiliki ukuran sel 2-4 mikron, berwarna hijau dan memilki dua flagella (Heterokontous) yang salah satu flagella berambut tipis. Nannochloropsis sp. memiliki kloroplas dan nukleus yang dilapisi membran. Kloroplas memiliki stigma (bintik mata) yang bersifat sensitif terhadap cahaya. Nannochloropsis sp. dapat berfotosintesis karena memiliki klorofil. Ciri khas dari Nannochloropsis sp. adalah memiliki dinding sel yang terbuat dari komponen selulosa. Nannochloropsis oculata merupakan salah satu jenis fitoplankton dari kelompok non diatom. Ukuran diameter selnya berkisar antara 4 – 9 µm. Pertumbuhan populasi N. oculata dapat mencapai puncaknya rata-rata pada umur 4 – 7 hari. Menurut Arif et al. (2004) dalam Restiada (2008), plankton jenis N. oculata umur 4 – 5 hari baik digunakan sebagai sumber pewarna (green water) dalam bak pemeliharaan larva ikan kerapu lumpur karena dengan warna air yang hijau dapat menghindari kematian larva mengapung dan menghindari terjadinya larva bergerombol di suatu tempat sebab terlalu terang. Aslianti & Priyono (2003) dalam Restiada (2008) menambahkan, untuk meningkatkan nilai nutrisi rotifer sebelum diberikan, dapat diperkaya dengan N. oculata karena dapat meningkatkan kehidupan larva.
Biologi dan Habitat Nannochloropsis sp. Nannochloropsis sp. bersifat kosmopolit dapat tumbuh pada salinitas 0-35 ‰. Salinitas
optimum untuk pertumbuhannya adalah 25-35 ‰, dan suhu 25-30oC merupakan kisaran suhu yang optimal. Mikroalga ini dapat tumbuh baik pada kisaran pH 8-9,5 dan intensitas cahaya 100-10000 lux. Nannochloropsis sp. lebih dikenal dengan nama Chlorella sp. laut dikultur untuk pakan Barchionus plicatilis atau Rotifer karena mengandung Vitamin B12. Kepadatan optimum yang dapat dicapai untuk skala laboratrium 50-60 juta sel/mL, skala
semi massal 20-25 juta sel/mL dan massal 15-20 juta sel/mL dengan masa kultur 4-7 hari (Anon, 2009 dalam Fachrullah, 2011). Nannochloropsis sp. memiliki kandungan lipid yang cukup tinggi yaitu antara 31-68% berat kering (Campbell, 2008; Kawaroe, 2007; Rao, 2008 dalam Fachrullah, 2011). Persentase PUFA (Poly Unsaturated Fattc Acid) utama pada Nannochloropsis sp. tetap stabil pada kondisi dengan keterbatasan cahaya, tetapi pada kondisi dengan intensitas cahaya jenuh kandungan PUFA menurun yang diikuti dengan kenaikan proporsi SFA dan MUFA (Mono Unsaturated Fatty Acid). Nannochloropsis sp. mengandung Vitamin B12 dan Eicosapentaenoic acid (EPA) sebesar 30,5 % dan total kandungan omega 3 HUFAs sebesar 42,7%, serta mengandung protein 57,02%.
Pupuk Menurut Noviani (2010), pupuk adalah bahan untuk diberikan kepada tanaman baik
langsung maupun tidak langsung, guna mendorong pertumbuhan tanaman, meningkatkan produksi atau memperbaiki kualitasnya, sebagai akibat perbaikan nutrisi tanaman. Pupuk akan sampai pada sasarannya jika diaplikasikan secara benar. Dalam aplikasi pupuk, hal penting yang perlu diperhatikan adalah jenis tanaman yang akan dipupuk dan jenis pupuk yang digunakan. Dengan aplikasi yang tepat dan benar maka akan diperoleh efisiensi dan efektivitas pemupukan. Secara garis besar, aplikasi pemupukan dapat dibedakan berdasarkan aplikasi pupuk padat dan aplikasi pupuk cair. Pemupukan dilakukan karena tanah tidak mampu menyediakan satu atau beberapa unsur hara untuk menjamin suatu tingkat produksi tertentu. Tujuan dilakukan pemupukan yaitu untuk memperoleh produksi yang tinggi dan bernilai dengan memperbaiki penyediaan hara sambil memperhatikan atau memperbaiki kesuburan tanah tanpa merusak lingkungan (Pratiwi 2003 dalam Noviani, 2010). Pengertian klasifikasi pupuk dapat dilihat dari beberapa segi yaitu atas dasar pembentukannya yang terdiri dari pupuk alam dan pupuk buatan, atas dasar kandungan unsur hara yang dikandungnya yang terdiri dari pupuk tunggal dan pupuk majemuk dan atas susunan kimiawi yang mempunyai hubungan penting dengan perubahan-perubahan di dalam tanah. Pupuk alam diantaranya terdiri dari pupuk kandang pupuk hijau, kompos dan guano (Marsono & Sigit 2002 dalam Noviani, 2010). Sedangkan menurut Soepardi (1983) dalam Noviani (2010), yang dimaksud dengan pupuk buatan adalah pupuk yang dibuat di pabrik-pabrik yang mengandung unsur hara tertentu, yang pada umumnya mempunyai kadar unsur hara tinggi. Manfaat pupuk adalah meyediakan unsur hara yang kurang atau bahkan tidak tersedia di tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman (Marsono & Sigit, 2000 dalam Noviani, 2010). Peningkatan pertumbuhan pada fase anakan dapat dilakukan dengan pemberian
pupuk dan zat pengatur tumbuh. Pemberian pupuk bertujuan untuk meningkatkan ketersediaan unsur hara yang dapat diserap tanaman untuk pertumbuhan optimum.
Pupuk NPK Pupuk NPK merupakan pupuk majemuk lengkap. Pupuk majemuk adalah pupuk yang
mengandung lebih dari satu jenis unsur hara untuk menambah kesuburan tanah. Pupuk NPK terdiri dari berbagai jenis tergantung dari komposisi nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) yang dikandungnya. Menurut Purwohadiyanto et al. (2006) terdapat 15 jenis pupuk NKP, yaitu Amofoska I (12% N, 24% P, 12% K), Amofoska II (10% N, 20% P, 15% K), Amofoska III (10% N, 30% N, 10% K), Nitrfoska I (15% N, 11% P, 26,5% K), Nitrfoska II (16,5% N, 16,5% P, 21,5% K), Nitrfoska III (17,5% N, 13% P, 22% K), Nitrfoska A (15% N, 30% P, 15% K), Nitrfoska B (15,5% N, 15,5% P, 18% K), Rustika lengkap (10% N, 8% P, 18% K), Rustika lengkap biru (12% N, 12% P, 20-21% K), Rustika lengkap merah (13% N, 13% P, 21% K), Rustika lengkap kuning (15% N, 15% P, 15% K), Pupuk campuran (C,P) (14% N, 12% P, 9% K), Pupuk campuran (C,P) (13% N, 13% P, 9% K), dan Pupuk campuran (C,P) (15% N, 15% P, 10% K). Menurut Wiroatmodjo et al. (2010), pemupukan nitrogen dan fosfor berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman. Meskipun tidak nyata pemberian nitrogen dan fosfor cenderung meningkatkan produksi minyak. Pengaruh nitrogen, fosfor, dan kalium terhadap minyak tidak selalu bersifat konsisten karena dapat menaik-turunkan kadar komponen mutu. Adapun aplikasi dari jenis pupuk padat dan cair yaitu dengan cara :
1. Ditebarkan langsung ke permukaan tanah 2. Ditabur ke dalam larikan atau barisan antar tanaman 3. Ditempatkan dalam lubang 4. Dicampurkan merata dengan tanah pada lahan olah 5. Dibenamkan dalam lubang dekat perakaran 6. Dikocor di dekat batang tanaman 7. Dicampur dengan tanah penutup lubang tanam Bak yang akan digunakan pada kultur fitoplankton Nannochloropsis oculata dibersihkan terlebih dahulu sebelum kegiatan kultur, diisi air bersih sesuai perlakuan sebanyak 70% dari total volume bak, selanjutnya disterilisasi dengan chlorine dosis 100 mL/m3 dan diaerasi setelah didiamkan selama 1 hari.
Air dinetralisir dengan natrium
tiosulfat 50 g/ m3. Adapun jenis dan dosis pupuk yang digunakan adalah ZA: 80 g/ m 3, Urea: 10 g/ m3, TSP: 30 g/ m3, Na-EDTA: 5 g/ m3, dan FeCl3: 2,5 g/ m3. Semua bahan dicampur, diaduk dan disebar merata kedalam bak kultur. Selanjutnya, bibit N. oculata dimasukkan ke
dalam bak kultur dengan menggunakan pompa celup yaitu sebanyak 30% (Restiade et.al., 2010). Nitrogen Menurut Purwohadiyanto et al. (2006), di perairan N terdapat dalam bentuk antara lain: N2 berupa gas, nitrit (NO2), nitrat (NO3), amonium (NH4), dan amoniak (NH3). Nitrogen diserap oleh tumbuhan mikro dalam bentuk ion NO 3- dan NH4+. Pada umumnya, unsur tersebut di perairan kadarnya < 5 ppm, sedangkan batas minimum bagi pertumbuhan plankton nabati (algae) adalah 0,35 ppm. Nitrogen di perairan diperoleh antara lain : N 2 bebas dari udara dengan cara berdifusi ke dalam perairan dan fiksasi oleh biota perairan (mikroba) dan dekomposisi bahan organik. Nitogen tersebut di perairan akan hilang atau berkurang dengan adanya pemanfaatan oleh algae, denitrifikasi, dan diadsorbsi atau diikat oleh koloid tanah antara lain NH 4+ (Purwohadiyanto et al., 2006). Menurut Kurniawan (2010), fungsi nitrogen antara lain : 1. Merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan 2. Merupakan bagian dari sel (organ) tanaman itu sendiri 3. Mensintesa asam amino dan protein dalam tanaman 4. Merangsang pertumbuhan vegetatif (warna hijau) Phosfor Di dalam perairan terutama kolam, phosfat terdapat dalam jumlah yang kecil yaitu antara 0,05 – 0,20 ppm dan phosfor mempunyai mobilitas yang sangat kecil, ini terjadi jika dasar perairan berupa lumpur atau liat (karena akan terjerap/teradsorbsi) dan jika keadaan ini ditumpang oleh situasi asam atau basa, maka phosfat tidak tersedia bagi algae karena segera terikat oleh Ca pada situasi basa menjadi Ca 3(PO4)2 dan pada situasi asam akan menjadi Fe3(PO4)2 dan Al4(PO4). Kebutuhan phosfat oleh algae hanya dalam jumlah tertentu, tetapi ini sangat ditentukan oleh jenis algae. Jenis Diatomae akan mendominasi perairan yang mengandung phosfat rendah yaitu antara 0,00 – 0,02 ppm, sedangkan pada kandungan phosfat 0,02 – 0,05 ppm perairan banyak didominasi oleh Chlorophyceae dan pada kandungan phosfat > 0,1 ppm yang banyak tumbuh adalah kelompok Cyanophyceae (Wetzel, 1975 dalam Herwati, U.S., 1990, dalam Purwohadiyanto et al., 2006). Phosfor dapat dimanfaatkan oleh algae, kebanyakan dalam bentuk ortophosfat (HPO 4). Fungsi phosfor bagi algae antara lain : pembelahan sel, penyusun lemak dan protein, dan merupakan bagian dari inti sel (Saefudin S., 1986 dalam Purwohadiyanto et al., 2006).
Kalium Kalium penting di dalam proses metabolisme tumbuhan, terutama dalam sintesa asam amino dan protein dari ion-ion amonium. Menurut Saefuddin S. (1986) dalam Herawati, U. S. (1990) dalam Purwohadiyanto et al. (2006) bahwa unsur kalium penting di dalam proses fotosintesis dimana kalium sebagai katalis, sebab jika kekurangan kalium maka kecepatan asimilasi CO2 akan menurun. Dapat dikatakan bahwa kalium berperan membantu pembentukan karbohidrat dan protein. Di samping itu, kalium berperan untuk mengimbangi penambahan unsur N dan P melalui pemupukan, karena jika unsur kalium kurang (tidak cukup), maka efisiensi N dan P akan rendah. Unsur kalium merupakan faktor pembatas dalam produksi antosianin dan kolesom (Mualim et al., 2009). Menurut Ververidis et al. (2007), antosianin sebagai bagian dari senyawa flavonoid
memiliki
efek antioksidan
yang
berfungsi
melindungi
jantung
(cardioprotectiv). Menurut Hanafiah (2010), unsur K rata-rata menyusun 1,0% bagian tanaman. Unsur ini berperan berbeda dibanding N, S, dan P karena sedikit berfungsi sebagai penyusun komponen tanaman, seperti protoplasma, lemak dan selulosa, tertapi terutama berfungsi dalam pengaturan mekanisme (bersifat katalitik atau katalisator) seperti fotosintesis, translokasi karbohidrat, sintesis protein, dan lain-lain. Secara fisiologis, unsur ini berfungsi dalam : 1. Metabolisme karbohidrat seperti pada pembentukan, pemecahan, dan translokasi pati. 2. Metabolisme nitrogen dan sintesis protein. 3. Pengaturan pemanfaatan berbagai unsur hara utama. 4. Netralisasi asam-asam organik penting. 5. Aktivasi berbagai enzim. 6. Percepatan pertumbuhan dan perkembangan jaringan meristem (pucuk, tunas). 7. Pengaturan buka-tutup stomata dan hal-hal yang terkait dengan penggunaan air.
Peranan Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan Nannochloropsis sp. Menurut Sari et al. (2012), pemberian jenis pupuk yang berbeda berpengaruh
terhadap laju pertumbuhan populasi Nannochloropsis oculata. Perlakuan menggunakan pupuk Allen-Miquel memiliki laju pertumbuhan populasi tertinggi sebesar 0,391 – 0,399 dengan rata-rata pertumbuhan populasi sebesar 0,393. Pertumbuhan populasi N. oculata dipengaruhi oleh kadar unsur hara yang terkandung dalam media. Media Allen-Miquel mengandung berbagai unsur hara makro yang dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan populasi N. oculata. Unsur hara makro yang terdapat dalam pupuk Allen-Miquel ialah unsur K, N, Na, P, dan Ca. Unsur-unsur hara tersebut dibutuhkan oleh N. oculata yang digunakan sebagai pemacu pertumbuhan. Pupuk Allen-Miquel memiliki kadar unsur hara makro
meliputi unsur hara N, P, dan K yang sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan N. oculata. Oleh karena itu, pupuk ini memberikan pengaruh yang terbaik terhadap laju pertumbuhan populasi N. oculata dibandingkan dengan pupuk yang lain. Berdasarkan hasil uji kadar lemak tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata kadar lemak tertinggi terdapat pada perlakuan dengan pemberian pupuk Allen-Miquel yaitu sebesar 45% dari 3 gram sampel yang diujikan atau sebesar 1,35 gram. Selanjutnya rata-rata kadar lemak dari 3 gram sampel yang diujikan secara berurutan ialah pada perlakuan pemberian pupuk Walne sebesar 34,5% atau sebesar 1,035 gram, pupuk Guillard dan Ryther Modifikasi f sebesar 31% sebesar 0,93 gram dan yang terendah ialah pupuk Teknis (TG) sebesar 23,93% sebesar 0,7179 gram (Sari et al., 2012). Pupuk Allen-Miquel mengandung kadar unsur hara makro yang cukup lengkap yaitu unsur K, N, Na, P, dan Ca. Namun, pupuk tersebut tidak mengandung unsur hara S dan C atau dapat dikatakan media kultur mengalami defisiensi unsur hara S dan C. Menurut Deng et. al. (2011) dalam Sari et al. (2012), media kultur yang kekurangan unsur hara S dan C dapat meningkatkan kadar lemak total. Unsur S merupakan komponen essensial yang digunakan untuk sintesis protein, sehingga kekurangan unsur ini akan menurunkan kadar sintesis protein. Hal tersebut menyebabkan kadar protein dalam sel menjadi berkurang. Selain itu, proses sintesis asam amino menjadi terganggu, karena sejumlah metabolit antara dalam pembentukan karbohidrat yang dihasilkan oleh asimilasi asetat lebih banyak digunakan untuk sintesis asam lemak dibandingkan untuk sintesis asam amino. Menurut Widianingsih et al. (2011), nutrien pada media pemeliharaan merupakan komponen yang paling penting dalam pertumbuhan mikroalga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan pengurangan prosentase nutrien fosfat dan nitrat berpengaruh terhadap proses fisiologi mikroalga dan berdampak pada pertumbuhan N. oculata. Pada perlakuan kontrol (K), nutrisi yang diberikan sesuai dengan formula Conway dan menghasilkan nilai kepadatan yang paling tinggi (86 x 106 sel/mL). Sedangkan nilai kepadatan N. oculata yang terendah (54 x 106 sel/mL) terdapat pada media pemeliharaan dengan komposisi nutrien fosfat dan nitrat 25 % dari nutrien kontrol (C). Nilai kepadatan puncak hasil penelitian ini lebih tinggi dari hasil penelitian Renaud et al. (1991) yaitu 49-59 x 106 sel/mL. Ketersediaan nutrien yang cukup akan menghasilkan pertumbuhan dan nilai kepadatan yang tinggi (Shiharan et al., 1990; Hu dan Gao, 2006). Berdasarkan pengamatan Widianingsih et al. (2011), kadar lipid total terbesar ditemukan pada N. oculata yang dikultur pada media dengan komposisi fosfat dan nitrat 25 % dari nutrien kontrol yaitu sebesar 67,7 % dw, artinya penurunan fosfat dan nitrat sebesar 75 % mampu meningkatkan kadar lipid total pada N. oculata. Semakin kecil komposisi
prosentase nitrat dan fosfat yang diberikan pada media kultur maka semakin besar kandungan total lipidnya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Hu dan Gao (2006) yang mengatakan bahwa semakin rendah konsentrasi nitrat yang berasal dari NaNO 3 dan fosfat dari NaH2PO4 maka kandungan lipid total pada Nannochloropsis sp. semakin besar dan dapat mencapai 62 ± 2,8 % dw. Gouveia dan Oliveira (2009) mendapatkan bahwa Nannochloropsis sp. yang dikultur pada media dengan nutrien (nitrat) tercukupi mempunyai kandungan lipid total dengan nilai kisaran 28,7–29 % dw. Griffiths dan Harrison (2009) mengatakan bahwa pada kondisi media dengan nutrien N tercukupi, Nannochloropsis sp memiliki kandungan lipid total berkisar 27-31 % dw dan sebaliknya pada kondisi keterbatasan nutrien N, Nannochloropsis sp. menghasilkan kandungan lipid total sebesar 35-46 % dw (Griffiths dan Harrison, 2009). Peningkatan NaNO 3 dan KH2PO4 pada media kultur akan meningkatkan kandungan protein dan polyunsaturated fatty acids (PUFAs) Nannochloropsis, tetapi akan menurunkan kandungan karbohidrat, lipid total dan Total Fatty Acids (Hu dan Gao, 2006). Artinya jumlah populasi Nannochloropsis sp. tidak sebanding dengan kandungan lipid pada mikro alga ini, dimana pupuk yang memiliki komposisi nutrien fosfat dan nitrat 25% dari nutrien kontrol memiliki nilai kepadatan terendah namun kadar lipid totalnya tertinggi. III.
PENUTUP Kesimpulan yang dapat diambil dari paper yang berjudul “Aplikasi Pupuk NPK
Terhadap Pertumbuhan Nannochloropsis sp.” adalah sebagai berikut. 1. Nannochloropsis sp. merupakan salah satu jenis mikro alga yang memiliki kandungan lipid yang cukup tinggi yaitu antara 31-68% berat kering. 2. Nannochloropsis sp. berpotensi untuk dibudidayakan, baik sebagai pakan alami di bidang perikanan maupun sebagai sumber energi alternatif baru. Peningkatan kandungan fatty acids dalam Nannochloropsis sangat perlu dilakukan untuk meningkatkan stok sumber energi. 3. Peningkatan kandungan lipid Nannochloropsis sp. dapat dilakukan dengan cara pemberian pupuk Allen-Miquel. Pupuk ini memiliki kadar unsur hara makro meliputi unsur hara N, P, dan K yang sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan N. oculata. Perlakuan dengan pemberian pupuk Allen-Miquel meningkatkan kandungan lipid sebesar 45%. Selain peningkatan lipid, pemberian pupuk Allen-Miquel juga menghasilkan laju pertumbuhan N. oculata tertinggi, yaitu sebesar 0,391 – 0,399 dengan rata-rata pertumbuhan populasi sebesar 0,393. 4. Penurunan kadar unsur fosfat dan nitrat dapat meningkatkan kadar lipid yang dikandung Nannochloropsis sp.. Penurunan kadar unsur hara tersebut akan menurunkan jumlah populasi Nannochloropsis sp..
DAFTAR PUSTAKA Fachrullah, Muhammad Rezza. 2011. Laju Pertumbuhan Mikroalga Penghasil Biofuel Jenis Chlorella sp. dan Nannochloropsis sp. yang Dikultivasi Menggunakan Air Limbah Hasil Penambangan Timah di Pulau Bangka. Skripsi. Bogor: IPB. 102 hlm. Hanafiah, Dr. Ir. Kemas Ali. 2010. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Kurniawan,
Deni.
2010.
Fungsi
Unsur
Hara
Makro
(N-P-K).
http://old.denidi.com/2007/11/fungsi-unsur-hara-makro-n-p-k.html.
Tersedia
pada
Diakses
pada
tanggal 24 September 2012. Mualim, Leo, Sandra Arifin Aziz, dan Maya Melati. 2009. Kajian Pemupukan NPK dan Jarak Tanam pada Produksi Antosianin Daun Kolesom. Jurnal Agron Indonesia 37 (1): 55-61. Noviani, Dwita. 2010. Pengaruh Pemberian Pupuk NPK dan Kompos terhadap Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb Miq.) pada Media Tanah Bekas Tambang Emas (Tailing). Skripsi. Bogor: IPB. 69 hlm. Purwohadiyanto, Ir., Ir. Prapti Sunarmi, dan Ir. Sri Andayani, MS. 2006. Pemupukan dan Kesuburan Perairan Budidaya. Malang: Universitas Brawijaya. Restiada, I Nyoman, Muhdiat, dan Akhmad Gufron Arif. 2008. Penyediaan Bibit Plankton Nannochloropsis oculata untuk Skala Massal. Buletin Teknologi Literatur Akuakultur Vol. 7 No. 1. Restiade, I Nyoman, Muhdiat, dan Kenak, Ni Putu Ayu.2010.Populasi Kultur Massal Nannochloropsis oculata pada Salinitas Berbeda. Rostini, Iis. 2007. Kultur fitoplankton (Chlorella sp. dan Tetraselmis chuii) pada skala laboratorium. Skripsi. Jatinagor: Universitas Padjajaran. 33 hlm. Sari, Amalia Solikhah Puspita, Wisanti, dan Evie Ratnasari. 2012. Pengaruh Pemberian Jenis Pupuk yang Berbeda terhadap Laju Pertumbuhan Populasi dan Kadar Lemak Nannochloropsis oculata. LenteraBio Vol. 1 No. 1: 55-61. Widianingsih, Retno Hartati, H. Endrawati, Ervia Yudiati, dan Valentina R. Iriani. 2011. Pengaruh Pengurangan Konsentrasi Nutrien Fosfat dan Nitrat Terhadap Kandungan Lipid Total Nannochloropsis oculata. Ilmu Kelautan Vol. 16 (1): 24-29. ISSN 08537291. Wiroatmodjo, J., D. D. Tarigan, Muhidin, Yayat Supriatna, dan Hasto Budijanto. 2010. Pertumbuhan, Produksi, dan Komposisi Minyak Mentha piperita karena Pemupukan N, P, dan K. Buletin Agropertanian Vol. XX No. 1.