Antropologi Hukum dalam Implikasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik
ANTROPOLOGI HUKUM DALAM IMPLIKASI UNDANG-UNDANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK
Sumrahyadi, Erwan Baharudin Jurusan Antropologi - Universitas Indonesia, Jakarta Puspen Jurnal Universitas INDONUSA Esa Unggul, Jakarta Jl. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta 11510
[email protected]
ABSTRACT Basically UU KIP already Useless on year 2008 well-founded if that to activity will on year 2010, since in common infrastructure it was ready e.g. still marks sense distinctive and discrepancy among UU that with law or regulation about another invitation. By compares among UU KIP with regulation about invitation concerning really very clear that discrepancy, so needs available kesiapan well from State as provider of information with society as user of that information strongly gets to utilize optimal ala information not only as proof as akuntabilitas State promoter also at a swoop as material as otentik's prove. Revamping culture commandinging to provide access to society also tidakla is easily need available kesiapan, such too contrariwise to revamp culture and reviving will the importance for information to society also need effort and time. Mark sense discrepancy possible or the difference principle with regulation about invitation kearsipan pretty much gets to be done by repair or revision that adjusted by more era developing transparent to render Democratic State and good governance manner. For institution relates obviously it needs to think up regulation revision possible about shrimp aught by adjusted requirement and respondent era developing more transparent and akuntabel. Besides, institution also needs think up standard and information type criterion or archives what do may not be accessed by public. Keywords: Jurisdictional Anthropology, Legislation Regulation, Implication
RUU tersebut adalah merupakan salah satu langkah
Pendahuluan Pada awal tahun 2008 dalam waktu yang
maju, terutama
Undang-Undang
tentang
KIP.
hampir bersamaan telah disetujui 2 Rancangan
Menurut Agus Sudibyo dalam Kompas (Senin, 7
Undang-Undang (RUU) oleh Badan Legislatif men-
April 2008) bahwa Undang-Undang KIP ini
jadi Undang-Undang, yaitu Undang-Undang ITE
merupakan salah satu rekor dalam sejarah legislasi
(Informasi dan Transaksi Elektronik) yang
di Indonesia karena pembahasannya sudah dilakukan
disetujui tanggal 25 Maret 2008 dan Undang-
sejak tahun 2000, sehingga praktis hampir memakan
Undang KIP (Keterbukaan Infonmasi Publik)
waktu selama 8 tahun. Dengan demikian Agus
yang disetujui DPR pada tanggal 3 April 2008.
Sudibyo menekankan bahwa Indonesia menjadi
Undang-Undang ITE kemudian diundangkan dan di-
Negara kelima di Asia dan Negara ke-76 di dunia
tandatangani oleh Presiden pada tanggal 21 April
yang secara formal mengadopsi prinsip-prinsip ke-
2008 dengan Nomor 11 tahun 2008 dan tercatat da-
terbukaan informasi.
lam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
Dalam aturan yang tertuang pada UU-KIP ini
2008 Nomor 58, sedangkan Undang-Undang KIP
antara lain menyebutkan bahwa semua badan public
diundangkan pada tanggal 30 April 2008 Nomor 14
harus menyediakan akses informasi secara terbuka
Tahun 2008 dan tercatat dalam Lembaran Negara RI
dan efisien kepada public yang merupakan salah satu
Tahun 2008 Nomor 61. Dengan diundangkan kedua
usaha
untuk
Lex Jurnalica Vol. 6 No.2, April 2009
mewujudkan
Good
and
clean 125
Antropologi Hukum dalam Implikasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik
govermance melalui transparansi pemerintahan. Ha-
Keterkaitan dan perbandingan pertama ada-
nya rencananya UU-KIP ini baru mulai diberlakukan
lah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1971
tahun 2010 karena nampaknya secara infra struktur
tentang "Ketentuan-Ketentuan Pokok Kearsi-
belum siap untuk segera diterapkan. Walaupun
pan" terutama Pasal 11 tentang Ketentuan Pidana
secara pragmatis baru diterapkan pada tahun 2010,
dimana pada pasal tersebut ayat 1 disebutkan "Ba-
tetapi tentu saja perlu disimak keterkaitan UU-KIP
rang siapa dengan sengaja dan dengan melawan
ini dengan peraturan perundangan yang lain serta
hukum memiliki Arsip dapat dipidana dengan pi-
kesiapan dan implikasinya.
dana penjara selama-lamanya 10 tahun". Sedangkan
Terilhami oleh artikelnya T.O. Ihromi dengan
pada ayat 2 disebutkan bahwa "Barang siapa yang
judul "Sumbangan Antropologi Hukum Bagi
menyimpan Arsip yang dengan sengaja memberita-
Pengembangan Hukum Nasional" yang ada dalam
hukan hal-hal tentang isi naskah itu kepada pihak
bukunya Kuntjaraningrat, maka hal ini yang men-
ketiga yang tidak berhak mengetahuinya sedang ia
dorong untuk mengajukan tulisan ini mengapa suatu
diwajibkan merahasiakan hal-hal tersebut dapat dipi-
produk telah diundangkan tetapi baru diberlakukan 2
dana dengan pidana penjara seumur hidup atau pi-
tahun mendatang dan implikasi dari diberlakukannya
dana penjara selama-lamanya 20 tahun.
UU-KIP terutama kaitannya dengan peraturan perundangan lain dilihat dari antropologi hukum.
Keterkaitan dan perbandingan yang lain adalah dengan peraturan perundangan yang lebih rendah
F. von Benda; Beckmann mengatakan dalam
lagi misalnya Peraturan Pemerintah Nomor 34 Ta-
bukunya "Dari Hukum Manusia Primitif Sampai ke
hun 1979 tentang "Penyusutan Arsip" pada penje-
Penelaahan Sosio-Hukum Masyarakat Masyarakat
lasan pasal 15 disebutkan bahwa "Sifat Arsip dina-
Kompleks" yang dikutip oleh T.O. Ihromi dalam
mis pada dasarnya tertutup, oleh karena itu penge-
"Antropologi Hukum Sebuah Bunga Rampai” hal 12
lolaan dan perlakuannya berlaku ketentuan tentang
menyebutkan bahwa:
kerahasiaan surat-surat". Dengan melihat 2 produk
"Antropologi hukum telah memperoleh citra sebagai
hukum di bidang kearsipan tersebut, maka nampak
kajian yang memusatkan perhatian pada penelitian
ada perbedaan yang cukup mendasar dari Arsip yang
lapangan dalam situasi mikro dan sejarah mikro,
pada dasarnya merupakan bagian dari informasi se-
penggunaan metode penelitian kualitatifnya dengan
perti yang dimaksudkan dalam UU-KIP. Sehingga
observasi sambil berpartisipasi dan wawancara tidak
perlu pemikiran agar peraturan perundangan yang
berstruktur serta tekanannya pada perbandingan"
terkait dapat disesuaikan dengan perkembangan
(2003).
jaman dan perkembangan system pemerintahan yang Berdasarkan pendapat tersebut maka dalam
telah berubah. Lebih lanjut lagi Ihromi mengutip
penulisan ini akan lebih menekankan pada hasil
dari pendapat F. von Benda Beckmann, bahwa:
observasi dengan melakukan pengamatan secara
"Antropologi hukum adalah disiplin ilmiah yang
langsung kemudian membandingkan UU-KIP de-
paling eksplisit memusatkan perhatian pada ke-
ngan Undang-Undang atau produk hukum lainnya
kompleksitasan normative dalam masyarakat, dan
yang masih terkait, khususnya di bidang kearsipan.
pada hubungan antara prilaku manusia dengan kekompleksitasan tersebut, serta pada perubahan-peru-
126
Lex Jurnalica Vol. 6 No.2, April 2009
Antropologi Hukum dalam Implikasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik
bahan baik dalam prilaku manusia maupun dalam
Good and clean Governance dimana dalam konsep
kekompleksitasan normative" (2003).
ini ada 3 pilar atau unsur yaitu pemerintah, swasta
Sementara Amri Marzali dalam bukunya
dan masyarakat. Pemerintah sebagai salah satu unsur
Antropologi dan Pembangunan Indonesia menge-
Good Governance dituntut untuk menjalankan ke-
mukakan bahwa paling tidak ada 4 unsur perbedaan
giatannya secara terbuka dalam arti semua dapat di-
antara antropologi terapan dengan antropologi abs-
pertanggungjawabkan tanpa ada keinginan untuk
trak dimana daiam poin ketiga dikatakan:
menutupi. Untuk memujudkan pemerintahan yang
"Ahli antropologi terapan akan mengaplikasikan pe-
akuntabel memang perlu dibuatkannya suatu aturan
nemuan, data dan analisis mereka ke bidang luar
main dimana masyarakat dapat mengakses kegiatan
antropologi, khususnya pada bidang public interest.
yang dilakukan oleh pemerintah atau badan publik.
Akibatnya para antropolog terapan sering bekerja se-
Sehingga dengan undang-undang ini nantinya diha-
cara antar disiplin, bekerja sama dengan ahli-ahli
rapkan adanya perubahan normative dari baik dari
dari disiplin ilmu lain. Mereka meneliti masalah-
badan public sebagai lembaga penyedia informasi
masalah baru dalam ilmu antropologi dan mengum-
maupun masyarakat sebagai pengguna informasi.
pulkan data atas dasar relevansinya dengan isu-isu masa kini". (2007).
Informasi Publik
Dengan melihat pendapat tersebut maka ini
Informasi menurut UU-KIP Pasal 1 adalah :
juga menjadi pendorong untuk melakukan kajian
"Keterangan, pernyataan, gagasan, dan tanda-tanda
terhadap implikasi UU-KIP dikaitkan dengan pera-
yang mengandung nilai, makna, dan pesan, baik
turan perudangan lainnya. Apalagi pada halaman 9
data, fakta maupun penjelasannya yang dapat dilihat,
Amri Marzali menekankan lagi tentang pembagian
didengar, dan dibaca yang disajikan dalam berbagai
katagori antropologi terapan yang antara lain dike-
kemasan dan format sesuai dengan perkembangan
mukakan: "katagori kedua adalah penelitian yang
teknologi informasi dan komunikasi secara elek-
dilakukan antropolog untuk suatu instansi peme-
tronik ataupun nonelektronik".
rintah, suatu perusahaan atau suatu kelompok ter-
Kemudian lebih lanjut lagi dikemukakan
tentu dengan tujuan khusus sesuai dengan yang di-
bahwa Informasi publik adalah:
minta oleh client tersebut" (2007).
"informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, di-
Tujuan penulisan ini tidak bertujuan untuk memenuhi
pesanan
dari
client
seperti
kirim, danlatau diterima oleh suatu badan public
yang
yang berkaitan dengan penyelenggara dan penye-
dikemukakan oleh Amri Marzali, tetapi lebih ba-
lenggaraan Negara dan/atau penyelenggara dan pe-
nyak dikaitkan dengan tanggung jawab moral se-
nyelenggaraan badan public lainnya yang sesuai de-
bagai pegawai dari instansi pemerintah yang mem-
ngan Undang-Undang ini serta informasi lain,y ang
punyai tanggung jawab dalam pembinaan kearsipan,
berkaitan dengan kepentingan public. Sementara itu
sehingga hal-hal yang bertentangan dari aspek hu-
badan public yang dimaksudkan disini merupakan
kum ini yang akan dicoba untyuk dikemukakan.
lembaga eksekutif, legislative dan yudikatif dan
Memang kalau dilihat secara historis, pem-
badan lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkai-
buatan UU-KIP ini dipicu oleh suatu isu tentang
tan dengan penyelenggaraan Negara, yang sebagian
Lex Jurnalica Vol. 6 No.2, April 2009
127
Antropologi Hukum dalam Implikasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik
atau seluruh dananya bersumber dari APBN dan atau APBD,
sumbangan
masyarakat,
dan/atau luar
negeri".
Dilihat dari perbandingan substansi dan isi muatan antara UU-KIP dengan peraturan perundangan kearsipan nampaknya ada perbedaan dan
Bandingkan pengertian informasi public
pertentangan yang cukup mendasar terutama dari
dengan pengertian Arsip yang dikemukakan dalam
sifat informasi dan aspek hukum. Dalam UU-KIP
UU No. 7 Tahun 1971 adalah:
sekali lagi bahwa pada prinsipnya informasi public
"Naskah-naskah yang dibuat dan diterima oleh lem-
yang tercipta ofeh lembaga Negara dan badan pe-
baga Negara dan Badan-Badan Pemerintahan dalam
merintah adalah bersifat terbuka dapat diakses oleh
bentuk dan corak apapun baik dalam keadaan tung-
public atau pengguna dengan cepat dan tepat waktu,
gal maupun berkelompok, dalam rangka pelak-
biaya ringan, dan dengan cara yang sederhana.
sanaan kegiatan pemerintahan".
Walaupun demikian ada beberapa informasi yang
Kemudian ditambahkan pada ayat b disebut-
tidak dapat diberikan misalnya informasi yang dapat
kan bahwa Arsip adalah:
membahayakan Negara, informasi yang berkaitan
"Naskah-naskah yang dibuat dan diterima oleh
dengan kepentingan perlindungan usaha dan per-
Badan-Badan swasta danJatau perorangan, dalam
saingan usaha, informasi tentang hak-hak pribadi
bentuk dan corak apapun baik dalam keadaan
dan rahasia jabatan dan informasi yang belum
tunggal maupun berkelompok, dalam rangka pelak-
dikuasai serta belum didokumentasikan (Pasal 6
sanaan kehidupan kebangsaan".
UU-KIP).
Dengan melihat pengertian informasi public
Hal ini bertentangan dengan Undang-Un-
tersebut dalam UU-KIP maka jelas bahwa Arsip
dang Nomor 711971 Pasal 11 tentang aspek hukum
merupakan salah satu dari informasi public yang
(sanksi hukum) terutama ayat 2 dimana ada sanksi
terekam dari kegiatan lembaga Negara baik ekse-
hukum 20 tahun bagi yang menyampaikan informasi
kutif, legislative ataupun yudikatif. Walaupun kedua
kepada pihak ketiga yang tidak berhak. Di dalam
UU tersebut menyebutkan istilah yang berbeda un-
Undang-Undang ini tidak menjelaskan informasi
tuk penyebutan lembaga pemerintahan tetapi pada
arsip atau isi naskah apa yang tidak boleh disam-
prinsipnya sama bahkan pengertian Arsip menjadi
paikan kepada pihak ketiga, kalau seandainya semua
lebih luas karena termasuk kegiatan lembaga swasta
arsip/informasi maka jelas bertentangan dengan UU-
danlatau perorangan. Atau dengan kata lain yang
KIP. Selain itu, UU No. 7/1971 ini hanya akan
dimaksudkan dengan informasi public salah satunya
memberikan sanksi kepada orang perorangan yang
adalah dalam bentuk Arsip yang tercatat, terekam
menyalahgunakan atau menyampaikan informasi
dari kegiatan organisasi yang merupakan obyek dan
atau Arsip kepada pihak lain yang tidak berhak
bahan yang dapat diakses dan dibuka untuk kepen-
sanksi ini tidak diberikan kepada organisasi atau
tingan publik.
kelembagaannya. Sementara UU-KIP lebih menekankan tidak saja kepada kelembagaannya yaitu
Implikasi UU-KIP Terhadap Peraturan Per-
Badan Publik wajib membuka akses bagi setiap in-
undangan Lain
formasi untuk kepentingan pengguna informasi juga terhadap perorangan baik perorangan sebagai peng-
128
Lex Jurnalica Vol. 6 No.2, April 2009
Antropologi Hukum dalam Implikasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik
guna informasi public atau perorangan pegawai ba-
perundangan tentang kebebasan informasi telah di-
dan publik.
berlakukan, sementara di Indonesia belum menjadi
Perbedaan ini lebih tegas lagi kalau melihat
budaya bahkan ada kecenderungan justru sebaliknya
penjelasan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 34
bahwa informasi yang terekam dalam dokumen dan
Tahun 1979 tentang Penyusutan Arsip dimana dise-
arsip tertutup untuk umum. Negara yang sudah me-
butkan bahwa sifat Arsip dinamis pada prinsipnya
ngeluarkan peraturan perundangan ini antara lain
tertutup atau rahasia. Waiaupun dalam beberapa
adalah Swedia dengan undang-undang tentang
kasus Arsip dinamis dapat dibuka untuk kepentingan
"Freedom of Press Act" yang telah diundangkan
kepolisian atau penyidikan misalnya Arsip tentang
sejak tahun 1766 mewajibkan sefuruh instansi
data keuangan atau rekening seseorang yang disim-
pemerintah untuk dapat membuka Arsip (baik dina-
pan pada suatu bank tertentu dapat dibuka karena
mis maupun statis) untuk kepentingan publik.
diduga adanya money laundry atau kemungkinan
Walaupun secara undang-undang di Swedia
penyalahgunaan kewenangan lainnya. Penjelasan PP
semua informasi dapat dakses public tetapi tentu saja
ini jelas akan bertentangan dengan UU-KIP yang
ada semacam pembatasan untuk jenis Arsip tertentu
akan diberlakukan, karena sekali lagi Arsip dinamis
masih
yang merupakan bagian informasi secara prinsip
"Secrecy Act" misalnya sebagian dari Arsip
seharusnya juga dapat dibuka dan diakses oleh
personal file contohnya identitas alamat pegawai ka-
public sebagai pengguna informasi.
rena dianggap rawan untuk tindak kejahatan, Arsip
tertutup
sesuai
dengan
undang-undang
tentang konsultasi pegawai yang bermasalah. Psy-
Sumbangan Antropologi Hukum
cotest dan tindak lanjutnya, kesehatan pegawai,
Seperti telah dikemukakan di atas, Indonesia
pensiun pegawai yang disebabkan karena ketidak-
menjadi negara ke-76 di dunia yang telah menge-
mampuan pegawai. Jenis Arsip lain yang tidak dapat
luarkan undang-undang tentang keterbukaan atau
diakses antara lain adalah medical records, system
kebebasan informasi, walaupun barangkali terlambat
pengamanan dan system computer yang digunakan,
tetapi paling tidak sudah ada usaha kearah sana.
hal-hal yang menyangkut keamanan dan sensitifitas
Memang harus diakui untuk mewujudkan keinginan
perorangan. Jumlah Arsip yang dianggap tertutup ini
tersebut diperlukan kesiapan bagi penyelenggaran
juga relative masih kecil maksimal hanya sekitar 25
Negara khususnya, untuk dapat memberikan akses
% dari jumlah total Arsip yang ada.
informasi yang seluas-luasnya kepada masyarakat
Peraturan perudangan ini nampaknya berpengaruh
pengguna informasi. Tuntutan kesiapan penyeleng-
terhadap negaranegara tetangganya di wilayah
gara Negara dan pemerintah dipertegas lagi dengan
Skandinavia sehingga hak masyarakat untuk mem-
adanya dorongan baik dari dalam maupun dari luar.
peroleh informasi publik sudah terbuka jauh jauh
Pengaruh dari negara luar akan pentingnya
hari dan mereka terbiasa dengan keterbukaan dan
keterbukaan informasi juga menjadi menjadi salah
transparansi. Penyelenggara negara juga tidak me-
satu alasan, karena di dalam pergaulan intemasional
rasa aneh untuk dapat membuka dan memberikan
informasi menjadi sumber utama pengetahuan se-
akses informasi kepada masyarakat umum. Dengan
hingga sudah jauh jauh hari di Negara lain peraturan
demikian sangat erat hubungannya antara akun-
Lex Jurnalica Vol. 6 No.2, April 2009
129
Antropologi Hukum dalam Implikasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik
tabilitas dengan keterbukaan, transparansi, dalam
2002 tidak berjalan sebagaimana mestinya sehingga
arti bahwa pemerintah sebagai penyelenggara negara
dilakukan amandemen dengan berubah menjadi
menyampaikan semua informasi dari pelaksanaan
Right to Information Act 2005 agar lebih efektif
kegiatan sebagai wujud dari akuntabilitasnya. De-
dalam aplikasinya.
ngan transparansi informasi tersebut maka masya-
Sementara dorongan dari dalam negeri mi-
rakat dapat melakukan pengawasan dan pengen-
salnya dengan sudah diundangkannya peraturan dae-
dalian tefiadap jalannya pemerintahan sehingga ti-
rah mengenai kebebasan informasi. Memang agak
dak mengherankan apabila penyelenggara negara
ironis untuk tingkat pemerintah pusat baru menye-
menjalankan fungsinya sesuai aturan hukum dan
tujui UU-KIP pada tahun 2008, sementara beberapa
tentu saja menjadi good and clean governance.
tahun sebelumnya di beberapa Pemerintah Daerah
Demikian pula dengan beberapa Negara
telah terbit Peraturan Daerah (Perda) tentang hal ini
maju lainnya yang telah mempunyai undang-undang
walaupun judulnya berbedabeda, misalnya Kabu-
keterbukan informasi atau "Freedom of Infor-
paten Lebak yang telah mengeluarkan Perda Nomor:
mation Act" (FOIA) yang pada prinsipnya sama
6
bahwa informasi atau Arsip yang menyangkut ke-
Partisipasi dalam Penyelenggaraan Pemerinta-
pentingan public yang dihasilkan oleh instansi pe-
han dan Pengelolaan Pembangunan di Kabu-
merintah prinsipnya terbuka untuk public.
paten Lebak", Kabupaten Tanah Datar, Sumatera
Tahun
2004
tentang
"Transparansi
dan
Hanif Suranto dalam "Dari Lokal Menge-
Barat mengeluarkan Perda Nomor: 2 Tahun 2005
pung Nasional: Dinamika Proses Legislasi Kebe-
tentang "Transparansi dan Partisipasi", Kabu-
basan Memperoleh lnformasi Publik" mengatakan
paten Bandung dengan Perda Nomor: 6 Tahun 2004
bahwa sejak tahun 1996 hingga sekarang Freedom
tentang "Transparansi dan Partisipasi Dalam
of Information Act sudah diberlakukan di Amerika
Penyelenggaraan Pemerintahan di Kabupaten
Serikat dengan telah mengalami beberapa kali
Bandung" kemudian Kabupaten Magelang, Kabu-
perubahan/amandemen. Dalam jangka waktu terse-
paten Kebumen, Kabupaten Lamongan dan beberapa
but juga timbul polemik di iingkungan pemerintahan
Kabupaten lainnya dengan nama perda yang berbeda
Amerika dimana FOIA adalah bersifat umum (Les
dan tingkat pemahaman dan penerapan yang berbeda
Generalis), karena mengatur kebebasan Informasi
pula.
secara umum sehingga berbenturan dengan pera-
Dari uraian di atas maka perlu pemikiran
turan perundangan yang lainnya yang telah muncul
terhadap implikasi UU-KIP terhadap pefaturan
terlebih dahulu sehingga atas dasar itu perlu ada
perundangan kearsipan serta kemungkinan peruba-
pengecualian. Dari hasil penelitian disebutkan ada
han atau revisi dari peraturan tersebut mengenai
sekitar 140 undang-undang pengecualian yang tidak
konsep keterbukaan Arsip dinamis seperti tertuang
termasuk dalam FOIA seperti Labor Management
dalam penjelasan PP 34 Tahun 1979 dan sanksi
Reporting and Disclosure Act (1959), Atomis
pidana seperti yang tertuang dalam UU No. 7/1971.
Energy (1954), Civil Right Act (1964). Demikian
Hal ini didasarkan pada beberapa alasan bahwa sum-
pula di India, lanjut Hanif Suranto, Freedom of
ber pembiayaan dari lembaga pemerintah berasal
Information Act yang diundangkan sejak tahun
dari Negara dan seluruh rakyat Indonesia, sehingga
130
Lex Jurnalica Vol. 6 No.2, April 2009
Antropologi Hukum dalam Implikasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik
tentu saja seluruh masyarakat mempunyai hak untuk
karena kondisi pada saat itu sudah sangat jauh
memperoleh dan mengakses informasi dari kegiatan
berbeda dengan kondisi dan kebutuhan sekarang,
instansi pemerintah secara terbuka. Kalau kita per-
misalnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 34
hatikan secara lebih khusus kegiatan dan jenis infor-
tentang Penyusutan Arsip yang dibuat pada tahun
masi yang tertutup pada instansi pemerintah missal-
1979 yang menyebutkan dalam salah satu penjela-
nya yang dapat menghambat proses penegakan hu-
sannya pada pasal 15 bahwa Arsip dinamis pada
kum, atau yang menyangkut masalah perlindungan
prinsipnya tertutuplrahasia. Hal ini disebabkan
HAKI, yang membahayakan keamanan nasional,
karena pengaruh politik pemerintahan dan budaya
yang dapat membocorkan rahasia kekayaan alam,
pemerintah pada waktu itu dimana tidak dimung-
atau yang dapat merugikan kepentingan hubungan
kinkan bagi penyelenggara Negara pada masa itu
luar negeri, dan yang dapat merugikan secara pri-
untuk membuka informasi dan arsipnya untuk
badi/perorangan.
kepentingan public. Era kepemimpinan beberapa de-
Pertimbangan yang lain adalah memberikan
kade yang lalu memang masih sangat erat dengan
dengan seluas-luasnya kepada masyarakat sebagai
ketertutupan dan masih menganggap hasil kegiatan
salah satu unsur dalam good governance untuk ber-
organisasi dalam bentuk informasi dan Arsip masih
partisipasi secara aktif dalam penggunaan informasi
belum dapat disampaikan kepada public. Dan kebia-
sebagai bahan perumusan kebijakan serta sekaligus
saan ini masih dipegang oleh profesi pengelola in-
berfungsi sebagai social control terhadap jalannya
formasi hingga sekarang. Sehingga, sekali lagi
kegiatan pemerintahan
dengan perkembangan jaman dan perubahan system
Sedangkan alasan lain yang tidak kalah
pemerintahan yang lebih demokratis barangkali
pentingnya adalah dalam era informasi dan salah
pemyataan pada penjelasan PP tersebut perlu diubah
satu konsep Negara demokrasi dimana untuk mewu-
menjadi pada prinsipnya Arsip (dinamis maupun
judkan penyelenggaraan Negara yang terbuka (trans-
statis)
paransi) dan akuntabel maka kebebasan untuk mem-
masyarakat umum kecuali Arsip-arsip tertentu
peroleh informasi dari kegiatan penyelenggara
yang diatur secara lebih khusus (seperti apa yang
Negara merupakan salah satu hak asasi manusia;
dituangkan dalam UU-KIP Pasal 17 tentang infor-
terbuka
dan
dapat
diakses
oleh
Dengan melihat alasan-alasan tersebut maka
masi yang dikecualikan tidak wajib untuk diakses
perlu menyiasati atau barangkali merevisi atau
publik). Kemudian yang perlu diperhatikan adalah
merubah peraturan perundangan kearsipan yang
apa saja atau jenis Arsip apa yang masih dianggap
berlaku terutama pasal-pasal atau keterangan lain
tertutup dan belum boleh diakses oleh public.
yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan dan
Selama ini memang untuk Arsip statis prin-
kebutuhan jaman yang semakin terbuka dengan
sipnya adalah open to public dan siap untuk dila-
dituntut partisipasi masyarakat yang lebih aktif lagi
yankan atau disajikan kepada pengguna, walaupun
dalam perumusan dan pengawasan penyelenggara
tentu saja ada beberapa jenis Arsip statis yang
Negara.
disimpan di Arsip Nasional RI atau lembaga kearKalau melihat sejarah pembentukan peratu-
sipan daerah masih dianggap tertutup, misalnya yang
ran perundangan yang ada memang dapat dimaklumi
menyangkut masalah keamanan Negara seperti ma-
Lex Jurnalica Vol. 6 No.2, April 2009
131
Antropologi Hukum dalam Implikasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik
salah yang dapat menimbulkan konflik SARA,
dingkan antara UU-KIP dengan peraturan perun-
masalah rahasia Negara atau yang menimbulkan
dangan terkait memang sangat jelas pertentangan
sensitifitas
tentang
tersebut, sehingga perlu ada kesiapan baik dari pe-
Gerakan 30 September 1965 (G-30 S PKI) masih
nyelenggaran Negara sebagai penyedia informasi
dianggap tertutup walaupun arsipnya sudah ada di
dengan masyarakat sebagai pengguna informasi agar
Arsip Nasional RI.
betul-betul dapat memanfaatkan informasi secara
perorangan.
Contoh
Arsip
Sementara untuk Undang-Undang Nomor
optimal bukan saja sebagai bukti akuntabilitas pe-
711971 tentang "Ketentuan Ketentuan Pokok Kear-
nyelenggara Negara juga sekaligus sebagai bahan
sipan" khususnya pasal 11 ketentuan pidana masih
bukti otentik. Merubah budaya pemerintah untuk
dapat dipertahankan hanya perlu ada penegasan
menyediakan akses kepada masyarakat juga tidakla
bahwa bagi lembaga/instansi dan/atau perorangan
mudah perlu ada kesiapan, demikian pula sebaliknya
yang menyampaikan informasi atau Arsip yang
untuk merubah budaya dan menyadarkan akan pen-
dikecualikan (sesuai pasal 17 UU-KIP) kepada
tingnya informasi kepada masyarakat juga membu-
pihak ketiga yang tidak berhak dapat dikenakan
tuhkan usaha dan waktu.
sanksi hukum seperti tersebut pada pasal 11.
Adanya kemungkinan pertentangan atau
Dengan demikian nampaknya peranan dan
perbedaan prinsip dengan peraturan perundangan
sumbangan antropologi hukum cukup dominan da-
kearsipan kemungkinan dapat dilakukan perbaikan-
lam arti melakukan perbandingan suatu produk
perbaikan atau revisi yang disesuaikan dengan per-
hukum yang baru dengan produk hukum lainnya
kembangan jaman yang lebih transparan untuk
dengan melihat kemungkinan perbedaan atau bahkan
mewujudkan Negara demokrasi dan tata peme-
pertentangan. Kemudian dari perbandingan produk
rintahan yang baik. Bagi instansi terkait tentunya
hukum tersebut dilakukan perubahan atau penyem-
perlu memikirkan kemungkinan revisi peraturan
purnaan hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan
perudangan yang ada dengan disesuaikan kebutuhan
oleh F. von Benda Beckmann yang dikutip oleh
dan perkembangan jaman yang dituntut lebih trans-
Ihromi. Sekaligus sambil menunggu revisis UU No
paran dan akuntabel. Selain itu, instansi juga perlu
7 Tahun 1971 yang rencananya akan direvisi tahun
memikirkan standard dan kriteria jenis informasi
2008 dan 2009 maka pada tahun 2010 UU-KIP siap
atau arsip apa yang tidak boleh diakses oleh publik.
untuk duiimplementasikan.
Dengan mengacu pada pendapat F. von Benda Beckmann tentang bidang antropologi hukum yang intinya adalah membandingkan antara
Kesimpulan Dari uraian di atas pada dasarnya UU-KIP
produk hokum yang relevan dan berkaitan serta
yang telah diundangkan pada tahun 2008 cukup
kemungkinan melakukan perubahan baik budaya
beralasan kalau akan diberlakukan pada tahun 2010,
atau sikap pengguna informasi ataupun perubahan
karena secara umum infra strukturnya belum siap
terhadap peraturan perundangan yang terkait untuk
misalnya masih adanya perbedaan dan pertentangan
mempersiapkan implementasi UU-KIP yang akan
antara UU tersebut dengan undang-undang atau
diterapkan tahun 2010.
peraturan perundangan lainnya. Dengan memban132
Lex Jurnalica Vol. 6 No.2, April 2009
Antropologi Hukum dalam Implikasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik
Daftar Pustaka
Kearsipan Nasional, Jakarta, Arsip Nasional
F. von Benda-Beckmann, “Dari Hukum Manusia
RI, Jakarta, 2007.
Primitif Samoai ke Penelaahan Sosio Hukum Masyarakat-Masyarakat
Kompleks
dalam:
Suranto, Hanif, "Dari Lokal Mengepung Nasional: Dinamika
Proses
Legislasi
Kebebasan
Antropologi Hukum Sebuah Bunga Rampai”,
Memperoleh Informasi Publik" KMI, Jakarta,
penyunting TO., Ihromi, Yayasan Obor
2007. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1979,
Indonesia, Jakarta, 2002. Ihromi, T.0, “Sumbangan Antropologi Hukum Bagi Pembangunan, dalam Koentjaraningrat dan Antropologi di Indonesia”, Yayasan Obor
"Penyusutan Arsip". Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1971, "Ketentuanketentuan Pokok Kearsipan". Undang-Undang
Indonesia, Jakarta, 1997. Marzali, Amri, “Antropologi dan Pembangunan
Nomor
14
Tahun
2008,
"Keterbukaan Informasi Publik".
Indonesia”, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2007. Sudibyo, Agus, Kompas Senin 7 April 2008, Jakarta, 2008. Sumrahyadi, "Pemikiran Keterbukaan Arsip Dalam Menyongsong Ditetapkan RLJU Kebebasan Memperoleh
Informasi
Publik",
Media
Lex Jurnalica Vol. 6 No.2, April 2009
133