PENGENALAN PENGGUNAAN MODEL AHP/ANP PADA PENENTUAN HARGA BBM DI INDONESIA
Asri Nugrahanti Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknologi Mineral Universitas Trisakti
[email protected]
Disajikan dalam Simposium Nasional IATMI 2003 di Bandung tanggal 2-3 Oktober
1
PENGENALAN PENGGUNAAN MODEL AHP/ANP PADA PENENTUAN HARGA BBM DI INDONESIA Asri Nugrahanti Jurusan Teknik Perminyakan Universitas Trisakti Gedung M Lantai 9 Jl. Kiai Tapa no.1 Jakarta 11440
[email protected] 021-5605833
ABSTRAK Pengadaan dan distribusi Bahan Bakar Minyak (BBM) bertujuan untuk memperoleh hasil yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat dan negara, memenuhi keperluan dalam negeri dan menyediakan bahan baku dalam negeri. Proses tersebut merupakan satu rantai yang panjang dan sangat komplek. BBM berkaitan dengan hajat orang banyak, motor penggerak industri, faktor penunjang pembangunan negara dan juga berkait langsung dengan anggaran negara. Kompleksnya rantai ini tercermin dari banyaknya faktor yang dipertimbangkan oleh para pengambil keputusan untuk menentukan harga yang layak dari banyak sisi pandang. BBM dapat sebagai "price leader” maupun "multiplier effect" bagi harga harga yang lain. Harga BBM tidak hanya tergantung dari supply and demand, namun banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi, baik pengaruh internal seperti faktor politik dan sosial serta faktor eksternal seperti harga pasar BBM internasional. Penentuan harga dipengaruhi oleh struktur harga yang kompleks, mulai dari biaya pengadaan minyak mentah, operasional, menjaga ekosistem, hingga factor-faktor intangible. Pengambilan keputusan untuk penentuan harga BBM yang kompleks dipecahkan dengan tiga phase, pertama menggunakan model Analytic Hierarchy Process (AHP) / Analytic Networking Process (ANP) untuk menentukan kelompok alternatif berdasarkan harga pokok produksi, ketentuan pemerintah yang mempertimbangkan daya beli masyarakat umum dan harga internasional (MOP). Kedua, menentukan faktor-faktor yang dipertimbangkan untuk harga BBM dengan menghitung dengan menggunakan perbandingan berpasangan, bobot dari criteria dan subcriteria didapatkan ranking tertinggi. Ketiga, alternatif akan dipilih berdasarkan kepada bobot yang dominan. Adapun Benefit, Cost, Opportunity, Risk (BCOR) dari criteria yang berhubungan setiap perbandingan alternatif digunakan untuk melihat prioritas yang mempengaruhi ketiga phase. Data primer dikumpulkan dari pengambil keputusan dan data sekunder diambil dari badan/departemen dan institusi terkait. Dalam setiap langkah analisa, konsistensi ratio yang memenuhi persyaratan < 0.1 menjadi suatu keharusan. Untuk mengetahui kelayakan interpretasi hasil dilakukan analisa sensitivitas untuk setiap alternatif. Dari beberapa alternatif yang diprioritaskan tadi akan didapatkan satu hasil keluaran (outcomes) harga bahan bakar minyak yang ditentukan sebagai pilihan terbaik dan dialokasikan sebagai keputusan dari sebanyak alternatif yang ada. Penelitian ini dapat dilanjutkan kepada jenis energi lain sesuai dengan ruang lingkup penelitiannya.
2
PENDAHULUAN Sampai saat ini minyak masih merupakan salah satu hal yang terpenting bagi kehidupan manusia, sekitar 54 % dari total energi yang ada di dunia [ ]. Secara umum, tujuan dan kebijakan energi nasional adalah memanfaatkan sumber daya energi seefisien mungkin untuk tujuan pembangunan nasional dan lebih specifik untuk memperbaiki kwalitas hidup rakyat [19]. Minyak merupakan salah satu energi yang non renewable. Khusus di Indonesia, yang mempunyai sumber minyak yang cukup banyak, maka minyak bumi tidak hanya sebagai sumber energi rakyat Indonesia, namun juga sebagai sumber devisa negara. Bahan Bakar Minyak (BBM) adalah sebagian produk hasil proses pengilangan dari bahan baku minyak bumi / crude oil, dalam hal ini BBM terdiri dari avgas, avtur, premium (gasoline), minyak tanah (kerosene), solar (automotive diesel oil / ADO), minyak diesel ( industrial diesel oil / IDO) dan minyak bakar (fuel oil). Tinggi rendahnya spesifikasi produk dan sedikit banyaknya jenis produk yang dikehendaki mengakibatkan derajat kompleksitas dalam proses pengilangan. Sifat industri perminyakan adalah integral menyangkut kegiatan upstream (minyak mentah) dan downstream (hasil kilang) antara lain BBM, seperti rantai yang panjang untuk sampai kepada konsumen/rakyat. Sejalan dengan apa yang telah tercantum pada UUD'45 pasal 33, ayat 2 dan 3 yg berbunyi : "Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara" dan "Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dapat dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat", maka sebagai penjabarannya pemerintah secara administrasi menetapkan harga energi nasional [28]. BBM terkait langsung dengan hajat hidup orang banyak dan dipergunakan untuk sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Penentuan harga BBM menjadi sangat penting, karena BBM adalah salah satu faktor penggerak perekonomian dalam pembangunan negara dan merupakan biaya utama (cost Leader). Pengaruh harga BBM dapat berdampak ke sektor lain seperti perubahan biaya transportasi, perubahan ini mempengaruhi upah pekerja, karena upah pekerja naik sehingga mempengaruhi biaya produksi dst, oleh karenanya maka perubahan harga BBM dapat dikatakan sebagai efek berantai (multiplier effects). Sehingga penentuan harga BBM haruslah berhati-hati karena dapat berpengaruh langsung terhadap kehidupan sosial masyarakat. dan dapat mngganggu ketahanan nasional. Harga BBM ditetapkan dengan mempertimbangkan harga minyak internasional dan situasi perkembangan perekonomian dalam negeri. Pertimbangan utama harga domestik adalah kebutuhan dan kemampuan daya beli masyarakat. Dalam penentuan harga BBM dalam negeri, yang menjadi pertanyaan penting ialah ukuran dan sifat dari unsur unsur yang mempengaruhi harga termasuk unsur pajak yang timbul dari setiap penyimpangan naik atau turun antara pengenaan harga actual dan harga ekonomis pada saat itu. Harus dibedakan antara tingkat harga BBM dengan struktur harga BBM, karena tingkat harga merupakan suatu faktor penting terutama dalam dampak makro ekonomi dari harga energi. Sedangkan struktur harga adalah faktor utama dari keputusan pemilihan jenis bahan bakar [20]. Beberapa jenis harga BBM di Indonesia masih disubsidi oleh pemerintah. Subsidi tidak boleh berlaku untuk selamanya karena menggambarkan perdagangan yang semu, maka bagaimana untuk mencapai harga yang seimbang (balance price) yang dapat terjangkau oleh daya beli masyarakat dan juga diusahakan mendekati atau sama dengan harga BBM regional/international, agar dalam menghadapi pasaran global terjadi fairness.
3
Peranan pemerintah sangat tinggi, karena pemerintah bertanggung jawab secara langsung melalui Pertamina untuk ketersediannya BBM. Kondisi saat ini hasil pengilangan dalam negeri hanya mampu mencukupi 75-80% dari kebutuhan dalam negeri, sehingga masih perlu mengimpor ( kurang lebih 50 ribu Bph ) dari kilang Singapura yg dinilai efisien [ ], oleh karenanya pemerintah menjadi penentu dalam memutuskan harga setiap jenis BBM dengan pertimbangan faktor politik dan sosial. Dalam penentuan harga BBM tersebut di mulai dari kegiatan pengadaan crude oil ( dari hasil dalam negeri/import), transportasi crude oil sampai ke kilang, proses pengilangan, distribusi hasil kilang (dalam hal ini BBM) sampai ke konsumen, yg kesemuanya menyangkut masalah biaya. Biaya yang dipakai sebagai patokan penentuan harga BBM, tidaklah cukup hanya berdasarkan pada keadaan dalam negeri, namun juga dipengaruhi oleh faktor luar antara lain : keputusan OPEC yang menyangkut pasaran minyak dunia sehingga mengakibatkan harga minyak mentah fluktuatif. Hal ini dapat langsung mengakibatkan harga BBM juga fluktuatif mengingat minyak mentah merupakan bahan dasar utama BBM. PERMASALAHAN PENENTUAN HARGA BBM Mengingat parameter yang sangat banyak dan kompleks, maka perlu suatu proses penentuan harga BBM yang sistimatis. Parameter-parameter penentu tersebut memiliki dimensi yg berbeda antara lain ada yang dapat terukur dan tidak dapat terukur, ada yg dapat saling terkait dan mendukung satu dengan yang lain, namun mungkin juga dapat terkandung konflik antara satu parameter dengan yang lain.Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, akan dicoba dengan pendekatan multi kriteria yaitu dengan model Analitic Hierarchy Process (AHP) / Analytic Network Process (ANP) untuk diterapkan pada penentuan harga BBM di Indonesia. Karena jenis BBM cukup banyak, maka untuk analisa akan diuji cobakan satu jenis saja yang dianggap cukup komplek yaitu premium, sehingga metode yang dihasilkan disini diharapkan dapat digunakan oleh jenis BBM yang lainnya. HASIL YANG AKAN DICAPAI DENGAN PENGGUNAAN MODEL AHP Yang ingin dicapai pada penggunaan model AHP/ANP dalam menentukan harga BBM adalah : 1. Menentukan kelompok alternatif berdasarkan harga pokok produksi, ketentuan pemerintah yang mempertimbangkan daya beli masyarakat umum dan harga internasional (MOP). 2. Mendapatkan ranking tertinggi dari hasil perhitungan dengan menggunakan perbandingan berpasangan bobot dari criteria dan subcriteria dari faktor-faktor yang dipertimbangkan untuk harga BBM. Juga untuk dapat mengukur konsistensi menyeluruh dari berbagai pertimbangan melalui rasio konsistensi sesuai dengan suatu kriteria yang logis. Untuk dapat lebih menjamin akurasi dan validitasnya dari hasil perhitungan. 3 Menentukan alternatif yang akan dipilih berdasarkan kepada bobot yang dominan. 4. Agar mendapathan hasil analisa yang lebih menyeluruh dari ketiga nomor diatas dapat dilanjutkan dengan analisa Benefit, Cost, Opportunity, Risk (BCOR) dari criteria yang berhubungan setiap perbandingan alternatif. Kemudian juga untuk mengetahui kelayakan interpretasi hasil dilanjutkan dengan dilakukan analisa sensitivitas untuk setiap alternatif. Dari analisa-analisa tersebut dapat menentukan harga BBM sebagai pilihan terbaik dan dialokasikan sebagai keputusan dari sebanyak alternatif yang ada.yang terbaik dari beberapa
4
alternatif yang diprioritaskan. Akhirnya diharapkan dapat memberikan cakrawala kajian bagi para pengambil keputusan secara hierarchis dan network dengan penetapan prioritas. ALTERNATIVE- ALTERNATIVE PILIHAN Dalam menentukan alternatif-alternatif pilihan harga produk BBM di Indonesia, dengan memperhatikan inward looking dan outward looking. Ha-hal yang perlu diperhatikan antara lain, pertumbuhan ekonomi dan perdagangan internasional, tuntutan dunia usaha untuk meningkatkan daya saingnya dengan memenuhi standard internasional, kemampuan daya beli masyarakat, perkembangan kebijakan perekonomian nasional antara lain perubahan struktur pasar, pergeseran sistem monopolistik ke oligopoli, pergeseran konsentrasi ekonomi penyebaran ke wilayah/daerah dengan adanya undang-undang otonomi daerah, hak kedaulatan konsumen untuk mendapatkan pilihan produk yang beragam sesuai kebutuhan dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi perubahan lingkungan usaha. Dengan memperhatikan faktor-faktor diatas, maka harga produk BBM yang perlu diperhatikan adalah harga internasional dan harga pokok penjualan dalam negeri. Sedangkan harga yang dicari adalah harga yang memenuhi kriteria internasional dan nasional. Dengan analisa AHP ini akan diusulkan 3 (tiga) alternative yang meliputi : 1. Harga Pokok Penjualan ( HPP)/ At Cost Selling Price [19,20] Untuk penentuan harga BBM di Indonesia dengan mencari at cost selling price dalam RP/lt terlebih dulu. Dalam konsep ekonomi mikro, perhitungan tersebut merupakan average cost petro fuel product. At Cost selling price dihitung dari pengurangan pendapatan dari penjualan BBM dalam negeri dikurangi biaya dibagi dengan besarnya volume BBM. Yg dimaksud biaya disini adalah biaya pengadaan minyak mentah dan produknya ditambah biaya operasi. 2. Harga Internasional / Border Price [19,20] Mengacu pada penetapan harga kilang Singapura yg diasumsikan pada harga kompetitif dan mendekati harga yg effisien. Harga acuan tsb menggunakan posted price yg dipublikasikan secara rutin. Harga acuan tsb diitambah dengan komponen biaya seperti transportasi, pajak, subsidi dsb, menjadi harga jual di Indonesia (landed price). 3. Harga yang Fair (Balance Price) Harga yg ditetapkan oleh pemerintah dan diberlakukan untuk konsumsi nasional, dengan memperhatikan kepentingan sosial, ekonomi, politic dan lingkungan serta mengikuti pasar internasional/regional. Saat ini penentuan harga BBM dengan kedua model [19,20], sehingga mempunyai harga kisaran atau harga minimum (landed price) dan harga maximum (ceiling price). sesuai dengan Keputusan Presiden no.9/2002 bahwa harga pasar = Mid Oil Platt's Singapura (MOPS) + 5% KRITERIA-KRITERIA YANG MEMPENGARUHI HARGA BBM Penentuan harga BBM lebih rumit dibandingkan dengan penentuan harga crude oil karena disini
5
menyangkut lintas sectoral/interdepartemental, antara lain meliputi industri & perdagangan, transportasi, distribusi & pemasaran dan lain-lain. Di Indonesia dilaksanakan dengan sistim bisnis monopolitik (govertment monopoly), khususnya yang menyangkut BBM. Adapun faktorfaktor yang mempengaruhi yaitu : I. Minyak Mentah (Crude Oil) di Indonesia Minyak mentah yang ada di Indonesia adalah digunakan untuk kebutuhan dalam negeri, dan juga dieksport sebagai salah satu sumber devisa negara. Dalam kaitannya dengan penentuan harga BBM, minyak mentah merupakan komponen biaya terbesar karena merupakan bahan dasar. A. Faktor Ekonomi. Dalam prinsip ekonomi, pembentukan harga akan ditentukan oleh kondisi keseimbangan antara demand and supplay pasar. Sifat industri perminyakan adalah integral menyangkut kegiatan downstream dan upstream, yang memiliki keterkaitan yang erat antara keduanya, hal ini mengakibatkan saling terkaitnya pertimbangan dalam penetapan Harga Pokok Jual (Cost of Goods Sold) dari kegiatan upstream (Crude oil) dan downstream (hasil kilang). Jumlah penawaran minyak mentah tidak hanya dipengaruhi oleh besarnya tingkat produksi negara negara produsen semata, tetapi yang lebih dominan adalah besarnya kapasitas stock negaranegara konsumen. B. Faktor Non- ekonomi Faktor politik internasional dan keputusan OPEC (Organizationof Petroleum Exporting Countries), mempengaruhi harga minyak internasional. Kondisi Pasaran Minyak Mentah Pasaran minyak mentah dalam kondisi Buyer market, harga hasil-hasil kilang akan mengikuti harga minyak mentah. Pasaran minyak mentah dalam kondisi Seller Market, harga hasil hasil kilang akan menentukan harga minyak mentah. Kondisi yang unik pada pasaran minyak mentah, bahwa penawaran akan tergantung pada kebijaksanaan Security Stock negara-negara konsumen, dan tingkat produksi minyak mentah negara-negara produsen. Ini disebabkan karena keterbatasan kapasitas penyimpanan stock di negara-negara produsen. Oleh karenanya perubahan kebijaksanaan stock di negara negara konsumen akan ikut berperan dalam penentuan harga minyak mentah di pasaran internasional. C. Model Harga Minyak Mentah [19,20]. Pada kenyatannya harga minyak mentah Indonesia berfluktuasi sesuai dengan harga pasar minyak mentah dunia. Hingga saat ini Indonesia/pemerintah. mengenal 3 model penetapan harga minyak di pasar Internasional , yaitu : 1. Government Sale Price (GSP) Harga GSP berpedoman pada harga Arabian Light Crude /ALC (OPEC Benchmark), dan model ini digunakan sejak 1968 -1986 pada saat harga dalam kondisi seller market berdasarkan cara pre determined. 2. Agreed Selling Price (ASP) Model ini hanya digunakan pada saat harga minyak dunia jatuh sejak awal 1986 hingga awal 1987, dan setelah harga kembali relatif membaik maka model GSP segera digunakan kembali.
6
3. Indonesian Crude Price (ICP) Model ini mulai digunakan thn 1989. Perhitungan ICP didasarkan pada harga basket minyak mentah dunia (Minas, Tapis, Oman, Dubai, dan Gippsland) yang dipublikasikan oleh APPI (Asian Petroleum Price Index), RIM dan PLATT'S, RIM dan PLATT'S adalah rata-rata harga minyak mentah indonesia yg dipublikasikan RIM dan PLATT'S pada bulan berjalan dengan periode penerbitan satu hari sesudah tanggal penerbitan publikasi APPI terakhir pada bulan sebelumnya sampai dengan tanggal penerbitan publikasi APPI terakhir pd bulan berjalan. Perhitungan harga minyak mentah berdasarkan formula tertentu, untuk jangka waktu tertentu. Penggunaan tiga publikasi APPI,RIM dan PLATT's sebagai Base Price Formula yg diterapkan selama periode tertentu dan akan dievaluasi setiap periode tertentu ( untuk menentukan berapa persentasi masing-masing publikasi ) , misalnya 6 bulan untuk jangka waktu penetapan harga dan 3 bulan untuk evaluasi besarnya bobot persentasi.. Saat ini terdapat delapan jenis minyak mentah Indonesia yg dipublikasikan dalam APPI yaitu : Minas (SLC), Arjuna, Arun Kondensat, Attaka, Cinta, Duri, Widuri dan Belida. Sebagai contoh perhitungan yg berlaku 1/10/1999 s/d 31/03/2000, dengan formula sbb : Formula ICP = (20%APPI+40%RIM+40%PLATT'S) Untuk jenis-jenis minyak mentah yg tidak dipublikasikan dalam APPI, ditetapkan berdasarkan formula ICP= harga Minas- US$ 0.20 D. Harga Minyak Mentah untuk kebutuhan domestic Ada 3 macam harga, yaitu [9]: - Pembelian dengan harga Indonesian Crude Price ( ICP ). - Pembelian dengan Domestic Market Obligation (DMO), dimana untuk lima tahun pertama dari lapangan minyak berproduksi harganya = ICP, selanjutnya harganya 10% ICP. - Pembelian dengan harga import dari Timur Tengah (ALC, BLC dan ILC) II.
Refinering
Refinering adalah proses pengilangan crude oil menjadi produk kilang. Beberapa produk kilang dikategorikan sbb : A. Bahan Bakar Minyak yang lebih dikenal sebagai BBM terdiri dari avgas, avtur, premium, kerosene, solar diesel dan minyak bakar. Sampai saat ini jumlah dan jangkauan penjualan sangat luas bagi kepentingan konsumen sehingga mendapatkan jaminan oleh pemerintah untuk ketersediannya dan harganya ditetapkan oleh pemerintah. B. Bahan bakar lainnya, antara lain adalah bensin super TT, premix, LPG, BBG, yg kesemuanya juga dikendalikan oleh pemerintah. Bahan bakar kelompok ini sebenarnya masuk dalam kategori BBM, namun kerena yg popular mengenai jenis BBM adalah yg tertera pada kelompok a, maka hal tersebut menjadi terbakukan bahwa yg termasuk dalam BBM adalah hanya tujuh macam jenis tersebut.
7
C. Bukan Bahan Bakar ( non BBM) seperti : pelumas, berbagai macam solvent (minarex, minasol), aspal, lilin, petroleum coke, produk-produk petrokimia. petrofuel yg dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dan industri. Hasil produk tersebut sangat tergantung dari jenis crude oil dan proses pengilangan. Sampai saat ini fasilitas operasi kilang minyak di Indonesia ada 9 (Tabel 1) yang meliputi, lokasi, asal sumber minyak mentah, jenis proses yang dapat dilakukan serta perkiraan biaya proses. Dari hasil kilang kilang yang ada tersebut belum mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri sehingga perlu dicari kriteria kriteria yang lain. Usaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut dapat dilakukan antara lain dengan meningkatkan jumlah produk hasil kilang, meningkatkan spesifikasi hasil kilang misalnya dari reguler premium menjadi super TT atau dengan cara menambah jumlah kilang. III. Hasil Produksi Kilang ( Petroleum Product) Hasil produk kilang yang ada di Indonesia saat ini belum mampu memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri. Usaha untuk memenuhi kebutuhan dapat diusahakan dengan mengimport BBM sebagai salah satu kriteriannya. IV. Biaya-biaya Biaya biaya yang terkait pada penentuan harga BBM : A. Biaya pengadaan minyak mentah dan produknya Biaya pengadaan BBM, hal ini menyangkut dari mulai pembelian crude oil dalam negeri dan import, import BBM, perubahan persediaan dan nilai non BBM. Masing-masing tersebut dijabarkan sebagai berikut [20]. 1.Pengadaan minyak mentah adalah : Pembelian crude oil dalam negeri. Untuk kebutuhan dalam negeri jenisnya di sesuaikan dengan kemampuan kilang dan hasil produk kilang yang diinginkan. Saat ini minyak mentah dalam negeri tidak sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan BBM yang diperlukan . 2.Minyak mentah import adalah untuk memenuhi kebutuhan kilang dalam negeri dan untuk meningkatkan hasil kilang berupa BBM, maka Indonesia masih mengimpor crude oil dari Arab saudi (ALC), Iran (ILC), Australia (Jabiru dan Harriet) dan dari Malaysia (Tapis), dengan harga internasional. 3.BBM Import adalah untuk memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri, beberapa jenis BBM tertentu masih harus diimpor antara lain minyak solar/automotive diesel oil, minyak diesel/industrial Diesel Oil dan minyak bakar/fuel oil. 4.Pembelian BBM adalah pembelian BBM yg diperhitungkan dari biaya pokok BBM dalam nilai dollar US. 5.Surplus Product adalah nilai lebih BBM adalah BBM yang tersedia baik hasil dari kilang maupun import, ternyata melebihi dari permintaan (supplay lebih besar dari demand), hal ini akan menimbulkan banyak faktor dan menambah biaya, mengingat harus memerlukan tempat tambahan untuk menimbun over product tadi. Sebagai contoh misalnya jumlah yang diimport ternyata melebihi kebutuhan yang diperkirakan sebelumnya, hal ini menimbulkan adanya tambahan biaya antara lain tambahan waktu sewa tanker, biaya berlabuh dsb.
8
B. Biaya Operasional 1. Biaya Pengolahan Biaya pengolahan adalah biaya yang diperlukan untuk mengolah crude oil di kilang minyak menjadi BBM. 2. Biaya Transporsi & Distribusi : Kegiatan transportasi disini menyangkut kegiatan transportasi crude oil dari tempat produksi dari lapangan minyak dalam negeri dan juga dari pembelian crude oil dari luar negeri sampai dengan tempat pengilangan yang terdapat di 9 sembilan lokasi pengilangan. Kegiatan distribusi adalah suatu kegiatan yang mendistribusikan hasil produk kilang sampai ke lokasi (Depot) yang telah ditentukan untuk konsumen seluruh pelosok nusantara. Biaya distribusi yg menyangkut biaya anngkutan BBM mulai dari kilang sampai dengan depot/konsumen. Dalam menghitung biaya distribusi disini harus digunakan metode yang sesuai, yang dapat diartikan bahwa harga yang paling efisien untuk volume, jarak, & kondisi yang ada, karena dapat melalui saluran pipa, angkutan kapal dll didasarkan biaya yang diperlukan dari kilang sampai dengan konsumen [28]. Untuk Indonesia yang negara kepulauan maka bila menganut pada aturan diatas maka harga distribusi perjenis BBM adalah akan berbeda disetiap tempat Usaha Migas di Indonesia adalah sangat unik, mengingat Indonesia adalah negara kepulauan yg terdiri +_ 17000 pulau dengan garis pantai yg terpanjang diseluruh dunia. Aspek transportasi laut menjadi sangat penting untuk usaha Migas yg dapat dibagi dalam dua aspek pengelolaan yaitu: Perencanaan dan pengendalian transportasi laut dan pelaksanaan kegiatan perkapalannya. Memiliki armada ± 153 tanker berbagai jenis dan ukuran, melayani ± 150 pelabuhan serta mengangkut berbagai komoditi Migas ± 76 juta ton per tahun. Dalam usaha ini dibatasi pada aspek transportasinya sekalipun kita tau bahwa perkapalan tidak hanya sebagai sarana transportasi namun beberapa juga digunakan sebagai depo/peninmbun, mengingat adanya beberapa factor antara lain tanki penimbun yg ada tidak mencukupi dan karena lokasi pemakai BBM di pulau pulau di laut shingga didistribusikan melalui kapal-kapal kecil yang merapat ke kapal besar. Sedangkan biaya yang dimaksud disini adalah biaya angkutan laut minyak mentah dari sumber ke kilang dan biaya pembelian BBM sampai depot serta pendistribusiannya. Biaya transportasi laut per bbl dari kilang ke konsumer adalah sangat bervariasi mengingat jarak yang berbeda. Dalam masalah ini harganya diambil rata-ratanya, dan dimasukkan dalam biaya operasi, mengingat harga BBM di Indonesia untuk jenis yang sama diberlakukan harga yang sama. 3. Biaya Lain-lain Adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan umum dan administrasi termasuk untuk pemasaran BBM, Biaya Bunga untuk penyimpanan asset asset yang penting serta biaya Penyusutan. Selain biaya biaya tersebut diatas seharusnya masih dihitung biaya - biaya yang mempengaruhi harga BBM.
9
C. Faktor faktor yang mempengaruhi harga BBM 1. Pengaruh Luar Negeri : Hasil putusan OPEC akan mempengaruhi harga minyak dunia, sehingga naik turunnya harga crude oil akan berpengaruh langsung terhadap harga BBM.. Mengingat sekitar 70% dari harga BBM adalah komponen biaya penyediaan crude oil, maka harga crude oil yg fluktuatif berdampak menjadi tinggi rendahnya harga BBM.. 2. Pengaruh Dalam Negeri a. Keadaan Geografi Negara Indonesia sebagai negara kepulauan dengan letak geografi yg membentang dari barat (Sabang) sampai ke Timur (Merauke), dengan ada atau tidaknya sumber minyak atau depo pengilangan di suatu daerah, namun saat ini pemerintah memberlakukan harga jual yang sama untuk jenis BBM yang sama serta konsumen yang sama. Kalau perhitungan hanya dari faktor ekonomi, maka hal ini tidak mungkin. b. Pengaruh Fiskal Akuntansi perpajakan pada industri perminyakan adalah tidak berbeda dengan jenis industri lainnya. Pajak untuk kegiatan eksplorasi, eksploitasi/produksi, proses pengilangan, transportasi, distribusi serta penjualan; meliputi pajak penghasilan (badan usaha, gaji pegawai , bunga deviden dan royalty, bunga deviden dan royalty dari obyek luar negeri, pajak pertambahan nilai serta pajak bumi dan bangunan). Peraturan perpajakan yang menyangkut kegiatan tersebut di Indonesia kurang lebih ada 30 jenis PP, sehingga dalam penelitian ini tidak dibahas secara rinci. Perlu diketahui bahwa masing-masing kegiatan ada Peraturan Pemerintah mengenai jenis pajaknya, sehingga harga minyak mentah, harga BBM hasil kilang sudah diperhitungkan faktor pajaknya. Faktor pajak tersebut dimasukkan sebagai biaya. Pajak juga dapat dimasukkan sebagai faktor politik kebijakan pemerintah, hal ini diperlukan untuk menjaga kestabilan ketehanan nasional dan keseimbangan harga internasional. c. Pengaruh Politik dan sosial Penetapan harga BBM yang tidak tepat dapat menimbulkan beberapa masalah. Khususnya untuk negara Indonesia yang selama ini mendapatkan subsidi, maka untuk menghindari gejolak yang dapat mengakibatkan kestabilan politik, sangat diperlukan kehati-hatian dalam menentukan harga tiap jenis BBM. Penetapan struktur harga dari tiap jenis BBM yang terjadi sekarang ini adalah tidak sama, sekalipun harga pokoknya sama. Disinilah peran pemerintah sangat besar melalui Kepres (Keputusan Presiden), dengan mempertimbangkan faktor sosial yang ada di masyarakat. d. Pengaruh Gross National Product (GNP) GNP mempunyai arti bahwa : Pengukuran jumlah hasil (output) akhir (final) dari barang maupun jasa yang dihasilkan oleh perekonomian suatu negara yang dilakukan/diusahakan baik oleh penduduk (warga negara) maupun diusahakan oleh bukan penduduk (orang asing), tanpa memperhatikan apakah di dalamnya termasuk tagihan/milik dalam negeri atau milik luar negeri (asing). Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), GNP dibedakan menurut pengertian produksi, pendapatan dan pengeluaran dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). BPS dalam menghitung agregat-agregat
10
pendapatan seluruh komponen GNP atas dasar harga yang berlaku dan atas dasar harga konstan suatu tahun dasar. Mengingat harga minyak yang fluktuatif maka untuk perhitungan GNP lebih cocok bila menggunakan dasar harga yang berlaku. e. Harga BBM regional/internasional Harga BBM regional/internasional perlu menjadi pertimbangan dalam penentuan harga BBM, karena apabila harganya lebih tinggi dari harga domestic dapat terjadi black market (penyelundupan), disamping itu juga adanya perdagangan yang tidak fair dalam perdagangan dunia terutama pada industri domestik yang mempunyai orientasi eksport. Bila harga domestik BBM sama dengan harga non domestic BBM juga dapat menimbulkan beban bagi masyarakat, karena GNP untuk Indonesia adalah termasuk rendah, sehingga perlu diperhitungkan tingkat kewajarannya. f..
Pengaruh Lingkungan Untuk mendukung terlaksanaannya pembangunan yg berkelanjutan (sustainable development) sesuai dengan Agenda 21 Indonesia (Gun Adji), maka pada struktur biaya produksi harus dimasukkan komponen biaya yg berhubungan dengan isu lingkungan. Maksudnya adalah untuk tujuan konservasi sumber daya energi agar terus terjamin keberadaannya. Dalam praktek yang selama ini, unsur biaya adalah baru digunakan untuk kegiatan minyak dalam penaggulangan dampak negatif terhadap lingkungan dan pencegahannya, sesuai dengan analisa dampak lingkungan yang dipersyaratkan. Pada industri perminyakan bahwa minyak adalah termasuk energi yg tidak dapat terbarukan (non renewable), sehingga perlu menambahkan premi pengurasan (depletion allowence). Secara specific premi pengurasan adalah komponen biaya untuk mengukur pertambahan biaya produksi sumber daya energi yang tidak terbarukan dan menggambarkan satu unit energi yg digunakan saat ini dan tidak akan tersedia lagi dimasa yg akan datang. Kekurangan ini perlu diganti dengan sumber energi lain yg biasanya mempunyai nilai yg lebih tinggi.[30] Hasil pengilangan tahap lanjut telah menghasilkan BBM bebas polusi Super TT, dengan biaya produksi yang lebih tinggi. BBM tanpa timbal tersebut lebih mahal dan Indonesiia memang belum dapat memberikan harga yang lebih murah dari premium. Sehingga masyarakat sesuai kemampuannya masih cenderung memilih membeli premium, sekalipun pemerintah memiliki komitmen mendorong dan menjalankan "Program Langit Biru".
Dari faktor-faktor yang memepengaruhi harga BBM, ada beberapa yang sulit dinilai secara tangible. Oleh karena model AHP memerlukan data tangible maka faktor-faktor yang sulit dihitung, misalnya seperti pengaruh sosial, politik , dampak lingkungan dalam menjaga ekosistem dinilai berdasarkan angka relatif atau skalar. LATAR BELAKANG TEORI I. Model AHP The Analitic Hierarchy Process (AHP), telah dikembangkan oleh Thomas Saaty sejak awal tahun 1970 an di Pittsburg University Amerika Serikat. AHP adalah suatu teori umum tentang pengukuran dan merupakan model yang luwes dimana dapat memberikan kesempatan bagi perorangan atau kelompok untuk membangun gagasan gagasan dan
11
mendefinisikan persoalan dengan cara membuat asumsi mereka masing-masing untuk memperoleh pemecahan yang diinginkan. Proses ini bergantung pada imajinasi, pengalaman dan pengetahuan untuk menyusun hierarchy suatu masalah, juga pada logika, intuisi, dan pengalaman untuk memberi pertimbangan [25.p22] AHP adalah suatu model pendekatan untuk memecahkan masalah dalam satu kerangka yang logis dan terpadu. Pendekatan yg dimaksud tersebut adalah gabungan dari pendekatn deduktif yg memfokuskan pada bagian-bagian dan pendekatan sistem yg memusatkan pada pendekatan bekerjanya sistem secara keseluruhan. [25.p.13]. AHP adalah suatu kerangka yang memungkinkan kita untuk memikirkan masalah komplek menjadi sederhana. Dua pendekatan mendasar untuk memecahkan masalah ; Pendekatan deduktif yaitu memfokuskan pada bagian bagian dan pendekatan sistem yaitu memfokuskan pada pendekatan bekerjanya sistem secara keseluruhan. AHP adalah suatu model yang menggabungkan kedua pendekatan dalam suatu kerangka yang logis dan terpadu. Model ini luwes dengan memasukkan pertimbangan, imaginasi, pengalaman dalam menyusun hierarchy. Beberapa prinsip dasar yang harus dipahami dalam menyelesaikan persoalan dengan AHP, antara lain yaitu [25.p.25] : decomposition, comparative judment, synthesis of priority, dan logical consistensy 1.Decomposition ( memecah persoalan menjadi unsur unsur yang terpisah-pisah). Setelah persoalan didefinisikan /digambarkan, maka persoalan yang utuh perlu dilakukan pemecahan menjadi unsur unsur . Bila ingin mendapatkan hasil yang akurat pemecahan dilakukan sampai tidak bisa dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan tadi. Proses analisa ini dinamakan hirarki ( hierarchy). Yang kita sebut menyusun secara hierarchy yaitu memecah persoalan menjadi unsur unsur yang terpisah-pisah. Dalam menyusun hierarchy bergantung pada jenis keputusan yang dibuat, bila dikelompokkan ada dua yaitu : Terdapat dua jenis hierarchy : [25.p29] Hierarchy Lengkap ; Semua elemen dalam satu tingkat memiliki setiap sifat yang ada pada tingkat berikutnya yang lebih tinggi. Hierarchy Tidak Lengkap ; Beberapa elemen dalam satu tingkat tidak memiliki sifat yang sama. 2.Comparative Judgement, Membuat penilaian dengan membuat skala yang luwes untuk menentukan peringkat elemen elemen menurut relatif pentingnya. Ini merupakan inti dari AHP, karena ia akan berpengaruh terhadap prioritas elemen elemen. Penetapan prioritas : Menetapkan elemen dalam suatu persoalan keputusan adalah dengan membuat perbandingan berpasang, yaitu elemen elemen dibandingkan berpasangan terhadap suatu kriteria yang ditentukan yaitu dengan matrik. Adapun puncak hierarchy adalah tujuan.
12
Dalam menyusun skala banding, kita menggunakan patokan tabel sbb : (Saaty, T ) Skala Dasar Tingkat Kepentingan
Definisi
1
Sama pentingnya dibanding yang lain.
3
Sedikit penting dibanding yang lain.
5
Kuat pentingnya dibanding yang lain.
7
Lebih kuat pentingnya dibanding yang lain.
9
Sangat kuat pentingnya dibanding yang lain.
2, 4, 6, 8
Nilai tengah diantara nilai yang berdekatan.
Jika elemen i memiliki salah satu angka diatas ketika dibandingkan elemen j, maka j memiliki nilai kebalikannya ketika dibanding elemen i. Dalam penilaian kepentingan relatif dua elemen berlaku aksioma reciprocal artinya jika elemen idinilai 3 kali lebih penting dibanding j, maka elemen j harus sama dengan 1/3 kali pentingnya dibanding i. Disamping itu, perbandingan dua elemen yang sama akan menghasilkan angka 1, artinya, sama penting. Dua elemen yang berlainan dapat saja dinilai sama penting. Jika terdapat n elemen, maka akan diperoleh matriks perbandingan berpasang ( pairwise comparison) berukuran nxn. Banyaknya penilaian yang diperlukan dalam menyusun matriks ini adalah n(n-1)/2 karena matriksnya reciprocal dan elemen lelemen diagonal sama dengan 1. C A1 A2 dst A1 A2 dst 3. Synthesis of Priority Dari setiap matriks perbandingan berpasang kemudian dicari eigenvectornya untuk mendapatkan local priority. Karena matrik-matrik perbandingan berpasang ada disetiap tingkat, maka untuk mendapatkan global priority harus dilakukan sintesa diantara local priority. Prosedur melakukan sintesa berbeda menurut bentuk hirarki. 4.Logical Consistency (konsistensi logis) yaitu menjamin bahwa semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis.
13
Konsistensi yang sempurna adalah jika semua hubungan elemen saling bersesuaian secara benar. Arti konsistensi : a. Pemikiran atau objek yang serupa dikelompokkan menurut keseragaman dan relevansinya. Misalnya : anggur dan kelereng, relevansinya adalah bulat. b. Intensitas relasi antar gagasan atau antar obyek yang didasarkan pada suatu kriteria tertentu, saling membenarkan secara logis .Misalnya : kemanisan madu 5x kemanisan gula pasir. Kemanisan gula pasir 2x kemanisan gula jawa. Jadi kemanisan madu 10x kemanisan gula jawa AHP akan mengukur konsistensi secara menyeluruh dari berbagai pertimbangan melalui suatu ratio konsistensi. Nilai Consistensi Ratio (CR) harus lebih kecil atau = 10 %. CR kecil berarti nilai konsistensi tinggi. Hubungan antara prioritas sebagai eigenvector terhadap konsistensi Bila elemen-elemen dari suatu tingkat dalam suatu hirarki adalah (25) C1,C2,…….,Cn dan bobot pengaruhnya adalah w1 , w2 ,….,wn. Misalkan aij = wi / wj menunjukkan kekuatan Ci jika dibandingkan dengan Cj. Matriks dari angka-angka aij ini dinamakan matriks pairwise comparison, yang diberi symbol A. Telah disebutkan bahwa A adalah matriks reciprocal, sehingga aij = 1 / aij. Jika penilaian kita sempurna pada setiap perbandingan, maka aik = aij , ajk untuk semua i, j, k dan matriks A dinamakan konsisten. Kemudian ikuti manipulasi matematik berikut : aij = wi / wj di mana i,j = 1, ….,n aij (wj / wi ) = 1 di mana i, j = 1,…..,n konsekwensinya n ∑ aij.wj.1 / wi = n di mana 1 = 1, …., n atau j=1 n ∑ aij.wj = nwi dimana i = 1, ….,n j=1
dalam bentuk matriks : Aw = nw
Rumus menunjukkan bahwa w merupakan eigen vector dari matriks A dengan eigen value n. Jika aij tidak didasarkan pada ukuran pasti (seperti wi,……,wn), tetapi pada penilaian subjektif, maka aij akan menyimpang dari rasio wi / wj yang sesungguhnya, dan akibatnya Aw = nw tidak dapat dipenuhi lagi. Dua kemudahan dalam teori matriks, yaitu :
14
Pertama, jika zi, …..,zn adalah angka-angka yang memenuhi persamaan Aw = λw dimana λ merupakan eigen value dari matriks A, dan jika aii = 1 untuk semua i, maka : n ∑ λi = n i=1 Karena itu, jika Aw = λw dipenuhi, maka semua eigen value sama dengan nol, kecuali eigen value yang satu, yaitu sebesar n. Maka jelas dalam kasus konsisten, n merupakan eigen value A terbesar. Kedua, jika salah satu aij dari matriks positif reciprocal A berubah sangat kecil, maka eigen value juga berubah sangat kecil. Kombinasi keduanya menjelaskan bahwa jika diagonal matriks A terdiri dari aij = 1 dan jika A konsisten, maka perubahan kecil pada aij menahan eigen value terbesar, λ maksimum, dekat ke n, dan eigen valu sisanya dekat ke nol. Karena itu persoalannya adalah jika A merupakan matriks pairwise comparison, untuk mencari vector prioritas, harus dicari w yang memenuhi Aw = λ mak.w λ max = Σ (Matrik x Bobot) / Bobot Perubahan kecil pada aij menyebabkan perubahan Z maksimum, penyimpangan Z maksimum dari n merupakan ukuran konsistensi. Indikator terhadap konsistensi diukur melalui Consistency Index (CI) yang dirumuskan : CI = ( λmak - n ) / ( n - 1 ) AHP mengukur seluruh konsistensi penilaian dengan menggunakan Consistensy Ratio ( CR ), yang dirumuskan : CI CR = _______________________ Random Consistency Index Nilai CR harus lebih kecil dari 0.1, jika hasilnya lebih besar dari 0.1 maka perlu direvisi. Menurut Saaty, Random Consistency Index ( RI ) : _________________________________________________________________ n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 _________________________________________________________________ RI 0 0 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49 _________________________________________________________________ adapun cara melakukan revisi penilaian adalah dengan menyusun matriks ratio prioritas wi /wjj dan membuat matriks selisih absolut aij - wi /wj dan berusaha merevisi penilaian pada elemen (elemen-elemen) dengan selisih terbesar. Oleh karena itu untuk menghindari ketidak konsistensi an maka untuk menjawab quesioner yang telah disusun perlu dicari responden yang tau persis permasalah/problema yang akan
15
dibahas. Sekalipun quesioner disampaikan pada orang yang sama untuk waktu yang berlainan jawaban dapat saja berbeda, bilamana kondisi dan situasi yang mempengaruhi permasalahan tersebut juga sudah berbeda. Dalam penggunaan AHP untuk suatu permasalah yang cukup besar dengan matrils yang besar, maka untuk tujuan kecepatan, keanekaragaman dan ketepatan telah tersedia software yang dapat membantu perhitungan yaitu Expert Choise. II. Model ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) Secara umum banyak orang melakukan pengambilan keputusan hanya didasarkan pada suatu struktur hirarki yang sederhana yaitu goal, criteria dan alternative. Namun untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek, menurut Saaty dengan menggunakan model AHP saja masih banyak faktor-faktor yang ternyata tidak dapat mendukung dalam pengambilan keputusan. Saaty & Roozan telah mengembangkan ANP. ANP adalah salah satu teori umum yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang sangat komplek, terutama digunakan untuk pengambilan keputusan yang diselaikan dengan suatu metodologi yang mana faktor-faktor / kriteria-kriteria yang mempengaruhi mempunyai struktur keterikatan dan imbal balik (dependence and feedback). Dapat dikatakan bahwa model ANP adalah terdiri dari beberapa kluster AHP yang dapat terdiri dari berbagai macam hirarki [33 hal. 90, dapat berbentuk Suparchy, Intarchy, Sinarchy dan Hiernet ] dan mempunyai hubungan serta imbal balik satu dengan yang lainnya, baik antar kluster AHP (outer dependence) atau di dalam kluster AHP itu sendiri (inner dependence). Secara umum network nya suatu sistem yang terdiri dari beberapa sub sistem, dan dari sub sistem dapat terdiri dari beberapa komponen, dalam komponen dapat terdiri dari beberapa elemen. Besar-kecilnya network serta panjang-pendeknya hirarki sangat tergantung dari besar-kecilnya suatu permasalahan. Prinsip dasar penyelesaian adalah dengan pendekatan menggunakan model AHP dimulai dari elemen yang terkecil. Dengan kompleknya dasar pengambilan keputusan maka matriks menjadi sangat besar. Untuk menyelesaikannya sekarang sudah dapat langsung dengan software "Super Decision Model".
METODOLOGY Langkah awal yang terpenting dalam membuat suatu model dengan menggunakan model Analitic Hierarchy Process" untuk menentukan harga BBM di Indonesia dengan alternatif harga pokok penjualan, harga international/regional, dan harga yang sesuai memenuhi criteria banyak aspek. Adapun metodologi yang dilakukan antara lain : 1. Studi pustaka sangat berguna terutama dalam penggunaan teori-teori, sebagai sumber infor masi sampai sejauh mana bahasan yang telah ada yang berkaitan dengan masalah tersebut. 2. Mengidentifikasi Variable Untuk menentukan variabel yang dianggap faktor-faktor dominan dalam mencapai tujuan, adalah biaya-biaya, crude oil, pengilangan, hasil produk, yang masing-masing saling berhubungan.
16
3. Membuat Model Model dibuat berdasarkan variabel-variabel yang telah dijelaskan yang diimplementasikan pada model Analitic Hierarchy Process dengan menuju ke satu tujuan seperti yang telah ditetapkan diatas. Agar dapat mencapai hasil yang baik (relevan dan valid) maka perlu diberi batasan-batasan tertentu terlihat pada gambar 1 & 2. Dari kluster-kluster AHP dibuat model ANP terlihat pada gambar 3. Kemudian dibuat pula network dari BCOR nya . 4. Teknik Pengumpulan Data : Data terdiri dari data primer dan sekunder. Data sekunder diambil dari data yang sudah ada. Sedangkan data primer dari hasil jawaban quesioner. Quesioner merupakan salah satu alat untuk mengumpulkan informasi/data. Oleh karenanya pertanyaan-pertanyaan yang disusun berdasarkan variabel yang telah ditetapkan sebelumnya dan dapat bersifat tertulis atau lisan /wawancara. Informasi atau data yang diperoleh dari jawaban quesioner dapat diolah secara kwantitatif. Cara penilaian dari jawaban quesioner adalah menggunakan skala Saaty maupun skala Linkert. Bentuk penilaian dengan skala Linkert adalah dengan pemberian skor untuk setiap jawaban, yang boleh dikatakan termasuk pada skala interval. Bila jawaban sangat memuaskan diberi skor 5, memuaskan diberi skor 4, bila jawaban biasa saja diberi skor 3, tidak memuaskan diberi skor 2 dan sangat tidak memuaskan diberi skor 1, dengan asumsi bahwa jarak antar skala sama.. Keuntungan dari skala ini adalah cara pembuatan dan pengolahannya yang sederhana serta tidak menyita waktu terlalu lama untuk menjawab quesioner. Hanya saja disini tidak ada jawaban yang mutlak dari obyek yang diteliti, namun diharapkan data yang diperoleh relevan dengan penelitian ini dan mempunyai validitas. Adapun yang menjawab pertanyaan tersebut adalah stakeholder yaitu wakil dari pejabat pemerintah yang terkait bidangnya (Pertamina, Direktorat Migas) yang menghitung harga (secara ekonomi), wakil pemakai/wakil rakyat (komisi DPR yang membidangi sebagai wakil suara rakyat) dan pemerintah yang memutuskan (dengan pertimbangan faktor ekonomi dan non ekonomi). Sebagai contoh pendekatan AHP untuk menentukan harga BBM akan diuji coba bahan bakar Premium di Indonesia. a. Mengenal pasti beberapa pilihan dalam penentuan harga bahan bakar premium. b. Mengenal pasti opini dan persepsi kebijakan harga dari setiap alternatip pilihan c. Menentukan bobot atau dari setiap pilihan dengan mempertimbangkan faktor struktur pasar dan daerah. d. Menganalisa setiap pilihan. e. Memilih harga bahan bakar premium yang terbaik. ANALISA DATA dan DISKUSI Sebagai ilustrasi penggunaan AHP dalam penentuan harga BBM, maka akan ditampilkan hanya sebagian dari ANP. Contoh berikut adalah dibatasi pada : satu jenis BBM yaitu Premium, harga internasional dengan faktor eksport crude oil, import premium dan meningkatkan kwalitas hasil pengilangan, data sekunder diambil dari tahun 1991 s.d 2000 tentang keadaan premium di Indonesia. Data primer diambil dari hasil quesioner dengan 20 jenis pertanyaan yang antara lain misalnya;
17
Dalam penentuan harga premium yang sesuai dengan harga internasional, terdapat beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan, yaitu : 1. Mengutamakan eksport crude oil (ECO) 2. Mengutamakan import premium (IP) 3. Meningkatkan kwalitas hasil pengilangan (KP) antara (1) Eksport crude oil, (2) Import premium, (3) meningkatkan kwalitas premium Plilihlah yang sesuai dengan harapan pertimbangan saudara : A 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 B ______________________________________________________________ 1 = sama pentingnya 7 = lebih penting 3 = sedikit penting 9 = mutlak lebih penting 5 = penting 2, 4, 6, 8 = nilai tengah diiantara (1) (1) (2)
9 9 9
8 8 8
7 7 7
6 6 6
5 5 5
4 4 4
3 3 3
2 2 2
1 1 1
2 2 2
3 3 3
4 4 4
5 5 5
6 6 6
7 7 7
8 8 8
9 9 9
(2) (3) (3)
Dari hasil quesioner dicari geominnya kemudian dibuat matriksnya dan dihitung eigen faktornya serta mengukur Consistency Index nya. Adapun hasil yang didapat adalah sebagai berikut : Faktor ECO IP KP
ECO 1 3.3936 2.8253
IP 0.2947 1 0.3615
KP 0.3539 2.7663 1
total 1.6486 7.1599 4.1868 12. 9954
Bobot (w) 0.1269 0.5510 0.3222
Axw 0.4032 1.8727 0.8798
(Axw) : w 3.1786 3.3990 2.7307 9.3084
Didapat λ mak = 9.3084 : 3 = 3.1028 CI
= (3.1028-3) : (3-1) = 0.0514
CR
=
0.0514 : 0.58 = 0.0886 berarti < 0.1 , sehingga matrik sudah konsisten
Begitu pula dapat dilakukan untuk faktor-faktor atau kluster-klaster yang lain yang lain. Analisa BCOR dilakukan bilamana eigen vector dari masing-masing alternatif telah didapat. Begitu pula pada analisa sensitivitas dapat dibuat bilamana analisa BCOR telah dilaksanakan. KESIMPULAN 1.Hasil analisa AHP sangat dipengaruhi dari hasil jawaban quesioner, oleh karena itu responden harus orang yang tau persis dan mempunyai wawasan tentang permasalahannya. Adanya data sekunder dapat memberikan gambaran kepada responden tentang kelakuan masalah yang dihadapi secara kwantitatif, disamping itu responden juga harus dapat menghayati maksud dan tujuan analisa. 18
2.Analisa model AHP dapat dibuat sederhana atau akan dianalisa sampai elemen yang terkecil, sangat tergantung dari kebutuhan kita dan setiap analisa akan didapat ratingnya. 3.Karena data yang dianalisa adalah angka relatif, maka faktor-faktor yang mempengaruhi yang tidak dapat dihitung (intangible), terlebih dulu dibuat skalar sehingga menjadi tangible. Penentuan harga BBM mempunyai faktor-faktor yang sangat banyak dan komplek, antara lain misalnya untuk kasus premium saja melibatkan banyak sekali faktor. Sebagai contoh diatas adalah bila menganut harga internasional. Hasilnya akan berbeda misalnya kita akan menganut pada harga pokok penjualan. Dari gambar 3 yaitu model ANP ternyata matrik nya dapat lebih dari 30 x 30. Oleh karena itu disini belum dapat disimpulkan bagaimana keputusan yang terbaik karena semua faktor belum dihitung. Begitu pula analisa BCOR dan analisa sensitivity nya belum dapat digambarkan. 4. Dalam kesempatan ini lebih ditekankan pada penyelesaian konsep, karena bilamana konsep secara menyeluruh sudah benar maka untuk penyelesaian permasalahan yang dihadapi akan lebih mudah. Terlebih sekarang sudah ada softwarenya sehingga baik analisa AHP dengan pendekatan software " Expert Choice " maupun analisa model ANP dengan pendekatan software " Supermatrixs Decisions " 5.Konsep ini masih terus disempurnakan dan dapat dikembangkan serta digunakan untuk halhal lain yang sesuai, sehingga dapat dilanjutkan untuk penelitian-penelitian yang lain. Diharapkan konsep dapat memberikan sumbang saran pada dunia perminyakan.
DAFTAR PUSTAKA 1. Abd. Razak, Mohd. Razif, "Identification, Evaluation, and selection of Petroleum Exploration and Development, and Reserve Acquisition Investments: U.S. Petroleum Companies", a dissertation Ph.D Program, Portland State University. 2. AI-Sumadi, "The Impacts of Privatization and government Intervention in the Economy: an empirical Analysis (two Essays)", a dissertation Ph.D program Utah State University 1998. 3. Badan Pusat Statistik , "Statistik Pertambangan Minyak dan gas Bumi", 1998 dan 1999. 4. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral : • 55 Years of Mining and Energy Development. • Buku Tahunan Energi dan sumber Daya Mineral 2000. 5. Evangelos Triantaphyllou and Alfonso Sanchez," A Sensitivity Analysis Approach For Some Deterministic Multi-Criteria Decision Making Methods", Decision Sciences, Vol.28, No.1, pp 151-194, winter 1997. 6. Frederick M. Hibbs, William H. Keesom, "The Impact of Product Specifications On Oil Refining", 1995 UOP, Refining Technology Conference, Des Plaines, Illinois. 7. Haryono," Akuntansi Perminyakan ", Universitas Trisakti 1998. 8. Indonesian Oil & Gas Industry, 2000, Prepared by P.T. data Consult Inc. 9. Kartiyoso Sayogyo, "Migas dan Usaha Migas/Kumpulan Pokok Pokok pikiran, Yayasan Patra Cendekia, 1999.
19
10. Kirn, Joseph Eungchan, "An Investigation of The Effects of Crude Oil Price Movement on Oil Industry Stock Prices: A Test of the Efficient Market Hypothesis". 11. Lee, Young Koo, "Macroeconomic Effects of Monetary Policy and Oil Price Changes", 12. Malcolm Beynon," Decision Aiding (DS)/AHP Method: A Mathematical Analysis, Including an Understanding of Uncertainty", European Journal of Operational Research 140 (2002) pp.148-164. 13. Marcello Colitti and Claudio Simeoni, “ Perspectives of Oil and Gas: The Road to Interdependence, Kluwer Academic Publishers, 1996. 14. Murthy, Radha Sankarshana, "Essays in Intertemporal Open Erconomy Macroeconomic Models (Oil Price Shocks, Permanent Income Hypothesis). 15. Noble, Elisabeth Ellen, M.S," Consistency in the Analytic hierarchy Process" a Thesis for the Master Degree of Master of Science In Information Systems, Eastern Michigan University, 1990. 16. Paul Horsnell, “ Oil in Asia – Markets, trading, refining and deregulation”, world energy 1997. 17. Philip K. Verleger Jr, “ Third Oil Shock: Real or Imaginary? “ Oil and Gas Journal June 12, 2000. 18. Purnomo Y, Indracahya K, Didid A.P, "Harga Energi Yang Menunjang Terwujudnya Diversifikasi Sumberdaya Energi Berkelanjutan di Indonesia Tahun 1992 - 2020, KNI WEC 1996. 19. Purnomo Y, BS. Wahyuputro, "Penghapusan Bertahap Subsidi BBM Menuju Harga Pasar", KNI WEC 1999. 20. Purnomo Yusgiantoro, " Ekonomi Energi Teori dan Praktek" LP3ES Jakarta 2000. 21. Robert Handfield, Steven V.Waltoon ET all," Applying Environmental Criteria to Supplier Assessment: A study in the Application of The Analytic Hierarchy Process", European Journal of Operational research 141 (2002) pp.70-87. 22. R. Ramanathan and L.S. Ganesh," Energy Resource Allocation Incorporating Qualitative and quantitative Criteria: An Intregated Model Using Goal Programming and AHP", Industrial Engineering and management Division, Department of Humanities and Social Sciences, Indian Institute of Technology, Madras 600 036, India. 23. Rozann W. Saaty, "Validating the AHP and the ANP with ApplicationHaving Known and Measurable Outcomes", Creative decision Foundation, ISAHP 2003 24. Rudi M. Simamora, " Hukum Minyak dan Gas Bumi " Jambatan 2000. 25. Saaty Thomas L. ," Decision Making for Leaders: The Analytical Hierarchy Process for Decision in a Complex World", University of Pittsburgh, 1968. 26. Saaty Thomas L.," The Analytic Hierarchy Process", The Wharton School University of Pennsylvania, 1980. 27. Saaty T.L. and A. Gholamnezhad, “ Oil Prices: 1985 and 1990 “ Energy System and Policy. 28. Saaty Thomas L. and Luis G. Vargas, “ The Logic of Priorities: Application in Energy, health and transportation, the Analytic Hierarchy Process Series Vol. III, RWS publications Decision Making Using the AHP 4922 Ellsworth Evenue Pittsburgh, PA 15213 USA. 29. Saaty Thomas L. and Kevin P. Kears, “ Analytical Planning: The Organization of Systems “, volume IV The Analytic Hierarchy Process Series, RWS Publications Decision-Making Using the AHP 4922 Ellsworth avenue Pittsburgh, PA 15213 USA. 30. Saaty Thomas L., "Fundamentals of decision Making and Priority Theory with the Analytic Hierarchy Process", Vol.VI of the AHP Series, University of Pittsburgh, 2000.
20
31. Saaty Thomas L., "Expert Choice, Decision Support Software", User Manual Version 8, based on AHP, Expert Choice, Inc. The Decision Support Software Company, 4922 Ellsworth Avenue Pittsburgh, PA 15213 USA. 32. Saaty, T.L and Gholamnezhad," Oil Prices: 1985 and 1990 " Energy system and Policy. 33. Saaty,T.L ; "Decision Making with Dependence and Feedback, The Analytic Network Process" second edition 2001, University of Pittsburg,USA. 34. Sarah Emerson, “Recent Oil Price trends Underscore OPEC’s unwieldy market Power”, Oil & Gas Journal June 12, 2000. 35. Styaji ; "Harga Exsport BBM", FTI, UnivesrsitasTrisakti, 2003 36. Suradi Hakmalullah, " Bahan Bakar Minyak sebagai Sumber energi dan tantangan Masa depan di abad 21", KNI WEC 1997. 37. Sutadi Pudjo Utomo, drs, "Budget dan Finansial Accounting untuk Industri Gas dan Perminyakan", Workshop 23-24 Agustus1990 Jadecon Sarana Prima, Indonesia. 38. William L. Liggin, " The Changing World of the Refining Industry", 1995 UOP, Refining Technology Conference, Des Plaines, Illinois. 39. Widjajono Partowidagdo, "Perkiraan Kebutuhan BBM di Indonesia Hingga Tahun 2020 dan strategi Untuk Memenuhinya", KNI WEC 1996. 40. Widjajono Partowidagdo, "Alternatif Kebijakan Energi Berwawasan Lingkungan di Indonesia", KNI WEC 1997.
21
Table : 1 Oil Refinaries of Pertamina ( State Oil Company ) No
1 2
Location ( Province ) Pangkalan Brandan ( Nort Sumatra ) Dumai ( Riau )
Sungai Panking ( Central Sumatra ) 3
Plaju / Musi ( South Sumatra )
4
Cilacap ( Central Java )
5
Balikpapan ( East Kalimantan )
6
Exor - 1Balongan ( West Java )
7
Kasim ( Irian Jaya ) Cepu ( Central Java )
8
Source : Pertamina,
Source of Crude Oil Domestic Import
Effective Capacity ( MBSD )
Process Fuels
Rantau
-
5.50
Distilasi atmosfir
Minas, Duri
-
175.00
Distilasi,delayed cooking, catalitic reforming
Lalang, Peudada, Lirik Minas, Duri Arjuna, Handil Walio, Badak
-
ALC
Minas, Duri ALC Arjuna, Handil Walio, Badak Tanjung, Tapis Handil, ( Malaysia ), Sepinggan, Jabiru & Bekapai, Cooper Basin Attaka, ( Australia ), Badak, Sarir ( Libia ), Madura, Nanhai & Xijiang Lalang, ( China ), Sangata, Negerian Brass Minas, & Pennington Arjuna, ( Nigeria ), Kakap, Baho (Vietnam) Belida, Arabian, Widuri. Superlight & Sahara Blend ( Middle East ). Duri, Minas -
Products Non Fuels
Refining Fuels
Cost / bbl
Kerosene, ADO, Fuel Oil Avtur, Premium Kerosene, ADO,
Naptha
Ref. Fuel gas
LSWR Green coke
1.94
Distilasi atmosfir
Kerosene, ADO
Naptha
ADO, Ref Fuel, Light naptha, Ref. Fuel gas Ref. Fuel oil ADO' Ref.Fuel oil
Avgas, Avtur, Premium, Kerosene, ADO, IDO, Fuel oil
LPG, LSWR, SBPX-40B LAWS/SMT mogas
Ref.fuel gas Ref.fuel ojil
2.4
348.00
Distilasi, Thermal cracking Fluid catalitic cracking Polimerisasi alkalasi Destilasi, Visbreaking
Premium, Kerosene, ADO, IDO, Fuel oil
Ref.fuel gas Ref.fuel oil
1.23
280.00
Distilasi atmosfir
Premium, Kerosene, ADO, IDO, fuel oil
LPG, Lub base oil Asphalt, naptha LSWR, minarex LPG, Redy Wax, Naptha, LSWR
Ref.fuel gas Ref.fuel oil
1.60
128.75
Distilasi,Fluid catalitic cracking Residual catalitic cracking Distilasi, Catalic reforming Distilasi atmosfir
Premium, Kerosene, Fuel Oil, ADO, IDO
LPG, Propilene
Ref.fuel gas Ref.fuel oil
2.84
Kerosene, ADO, Premium, IDO Kerosene, ADO
-
Ref.fuel gas Ref.fuel oil ADO Ref.fuel Ref.fuel oil
142.80
Walio Mixed
-
10.00
-
-
3.80
Ready wax, Pertasol, BOD Residu
Price Determination of the BBM
Refinering / Processing
Crude Oil
at Cost Selling Price ( HPP )
International Price ( Border Price )
BCOR analysis Sensitivity analysis
BCOR analysis Sensitivity analysis
Cost
Figure : 2 The AHP Model of The BBM Price Determination
Petroleum Product
Balance Price / Fair Price ( Government Price ) BCOR analysis Sensitivity analysis
Refinaring / Processing Location : Pangkalan Brandan, Dumai, Plaju / Musi, Cilacap, Balikpapan, Balongan, Kasim, Cepu.
Improve Qualities of Product Improve Capacity
Added New Refinery
Crude Oil Export
Domestic
Import
Minas Duri Arjuna Attaka Belida Widuri Cinta Seripah
Rantan Minas Duri Ramba Jene Arjuna Handil Walio Badak Tanjung Sepinggan Bekapai Attaka Belida Madura Lalang Sangata Kakap Widuri
Tapis ( Malaysia) Jabira & Cooper Basin ( Australia ) Sarir ( Libia ) Nandai & Xijiang ( China ) Nigeria Brass & Pennington ( Nigeria ) Baho ( Vietnam ) Arabian Superlight & Sahara Blend ( Middle East )
Crude Oil Product Cost Tangible BBM Domestic Product Procurement Crude Oil
Social Politic
Operation - Processing - Transportation - Distribution - General & adm - Interest - Deppretiation - Enviromental
TAX
Avgas Avtur Premium Kerosene
ADO IDO fuel oil
Import BBM
Alternatives at Cost Selling Price ( HPP )
International Price ( Border Price )
Balance Price/fair price ( Government price )
Figure : 3 ANP Model of BBM Determination
BBM Price Determination
Crude Oil Domestic
Export
Import
Location Improve Qualities of Product Improve Capacity of Refinery Added New Refinery
Petroleum Product
Cost
Refinering / Processing
Avgas Avtur Premium Kerosene ADO IDO Fuel oil
Tangible Crude oil Procurement Operation
HPP at Cost Selling Price
International Price ( Border Price )
BCOR analysis Sensitivity analysis
BCOR analysis Sensitivity analysis
TAX Social Pollitic
Import
Balance Price/fair price ( Government price )
BCOR analysis Sensitivity analysis
Figure : 4 The AHP Model of The BBM Price Determination
Domestic
Alternatives Under BENEFITS at Cost Selling Price ( HPP )
Economical Deregulation Investment Non oil & Gas Sector Crude oil Price
International Price ( Border Price )
Balance Price / Fair Price ( Government Price )
Political Technological High Tech
Social Quality of Life People acceptability Public Facility National Security
Exploration Production Sharing Tax
Alternatives Under COST at Cost Selling Price (HPP )
Transportation Transportation
International Price ( Border Price )
Balance Price / Fair Price ( Government Price )
Processing Technology Social
High Tech
-
Distribution
• • • • •
Location Type of Crude oil Product Improve Refinery Precessing Improve Capacity of Refinery Added New Refinery
Insurance - Production Sharing - Tax
Type of Crude oil Domestic
Import
Alternatifves Under OPPORTUNITIES at Cost Selling Price ( HPP )
Inter national Price ( Border Price )
Balance Price / Fair Price ( Government Price )
Development Education ( Education Impact )
Health Job
R&D
Job
R&D
Industrial Sector Business Development
Development for the Country
Alternatives Under RISKS At Cost Selling Price ( HPP )
International Price ( Border Price )
Balance Price / Fair Price ( Government Price )
Political
Economical ( Economical Impact )
Production Sharing
Deregulation
Technology Investment High Technology Non Oil & Gas Sector Oil Price
Environment
Tax
Hazardous
Exploration
Public Facilities