ANNA FREUD
Dr.J anPrasetyo,SpKJ (K)
TRANSLASI KEJADIAN EKSTERNAL KE DALAM PENGALAMAN INTERNAL
• Seorang analis, sebagai pakar anak, dikonfrontasi oleh masyarakat dengan suatu pertanyaan yg banyak yang muncul selama asuhan normal anak-anak & memikirkan semua keputusan tentang kehidupan anak yg menjadi masalah bagi ortu.
• Mereka dihadapkan pada situasi setiap hari dimana tanpa alasan apapun mereka harus meninggalkan jawaban2 yg tidak dipelajari secara analitik, yg terbiasa melakukan kehidupan mental yg normal (spt ortu itu sendiri, dokter anak, perawat, guru2 sekolah TK, pekerja sosial, pegawai sekolah, dll).
• Apa seharusnya ibu dari seorang anak kecil memiliki pengasuh sendiri? • Apakah pengenalan berbagai macam pengganti ibu berarti suatu ancaman terhadap perkembangannya? • Dimana dia memiliki pengasuh sendiri? • Kapan dia dapat diijinkan utk pertama kali meninggalkan anaknya utk suatu masa pendek utk liburan, utk suaminya, utk anak yg lebih tua, ortunya sendiri, dll?
• Apa keuntungan menyusui dibanding dgn menyusu dari botol? Atau makan karena kebutuhan dibanding dgn makan karena waktu? • Usia berapa yg paling baik utk memulai toilet training? Utk masuk sekolah TK? • Bila harus menjalani suatu operasi (mis. khitan, TE, dll) & bila ada pilihan tanggal apakah lebih baik utk membiarkan ini terjadi lebih cepat atau ditunda nanti?
• Jenis sekolah apa (formal atau informal) yg cocok utk anak? • Kapan seharusnya dikenalkan masalah seksual? Bgmn dgn aktivitas autoerotik? • Apakah menghisap jempol, masturbasi, dll diijinkan tanpa dicek? • Bgmn dgn kebebasan agresi? • Kapan & bgmn caranya seorang anak angkat diberitahu tentang adopsi dirinya?
• Ketika dihadapkan pada beberapa pertanyaan walau sederhana, reaksi seorg analis harus menjadi ganda tidak cukup baginya utk menyatakan bahwa tidak ada jawaban yg sama utk setiap anak karena tiap anak berbeda emosinya, perkembangan sosialnya, perkembangan fisiknya & usia mentalnya.
• Sdgkan ortu memandang rencana mereka secara logika, memakai alasan, kebutuhan praktis. • Maka menjadi tugas seorang analis utk menjelaskan: - perbedaan interpretasi suatu kejadian antara dewasa dan anak. - dasar & tahap fungsi perkembangan.
EMPAT AREA PERBEDAAN ANTARA ANAK & ORANG DEWASA 1. Egocentricity. yg mempengaruhi relasi anak dgn dunia objek. Sebelum fase konstansi objek tercapai, objek spt ibu, tidak diartikan seorang anak sebagai memiliki eksistensi atas dirinya sendiri. Anak hanya mengartikannya sebagai suatu kebutuhan dan keinginannya. apapun yg terjadi diartikan sebagai aspek pemuasan atau frustrasi.
setiap preokupasi ibu, pikirannya tentang anggota keluarga lainnya, dgn pekerjaan, depresinya, penyakitnya bahkan kematiannya ditransformasi ke dalam pengalaman rejeksi dan desersi. pada dasar yg sama kelahiran saudaranya dimengerti sebagai ketidaksetiaan ortu, sbg ketidakpuasan aksi hostilitas & kecewa yg diekspresikan dalam tuntutan berlebihan atau penarikan emosional dgn segala
2. Imaturitas aparatus seksual infantil. dimana meninggalkan anak tanpa pilihan tapi mentranslasi genital dewasa yg terjadi ke dalam kejadian pregenital. hubungan suami-isteri disalahartikan sbg suatu adegan kekerasan yg brutal & membuka semua kesulitan dalam identifikasi dengan yg dianggapnya korban atau agresor kelak anak yg sedang tumbuh mengalami ketidakpastian tentang identitas seksual.
3. Relative weakness of secondary process thinking. cth: kelemahan relatif pada proses sekunder berpikir dibanding dengan kekuatan impuls dan fantasi. anak kecil yg sudah melewati masa “toddler”misal memahami makna dari pentingnya minum obat, peran dokter
pergi ke dokter atau akan menjalani operasi pada pikiran anak dipenuhi oleh fantasi akan mutilasi, kastrasi, dsb. Istirahat di tempat tidur seperti di penjara. ortu yg membiarkan hal ini terjadi pada anak (ada/tidak keberadaan mereka) tidak lagi menjadi figur yg protektif & menjadi orang yg bermusuhan melawan kemarahan,
4. Evaluasi waktu. rasa akan periode waktu yg pendek atau panjang yg diberikan tergantung pada fungsi id atau ego. impuls id didefinisikan sbg intoleran dari penundaan & menunggu; sikap berikutnya di perkenalkan oleh ego sebagai penangguhan tindakan (interpolasi dari proses pikir) yang merupakan karakteristik urgensi pemenuhan id.
bagaimana seorang anak akan mengalami periode waktu yg diberikan tergantung pada relasi bagian dalam dominasi id atau ego yg subyektif terhadap fungsinya. faktor-faktor ini akan memutuskan apakah waktu untuk makan, tidak adanya ibu, lamanya dirawat di RS, dsb akan menjadi pendek atau panjang bagi anak, dapat ditoleransi atau tidak.
KONSEP GARIS PERKEMBANGAN • Pada teori psikoanalitik sekuens perkembangan yg diletakkan hanya dengan perduli pada hal tertentu, bagian yg dibatasi oleh kepribadian anak. • Cth: perkembangan sexual drive kita memiliki sekuens fase-fase libidinal (oral, anal, phallic, periode laten, preadolescence, genital remaja) walau dipertimbangkan tumpang tindih, berhubungan secara kasar dengan usia tertentu.
• Aggressive drive biasanya (dan kurang tepat) dihubungkan dengan ekspresi agresif tertentu dengan fase libidinal spesifik (spt menggigit, meludahi, menelan secara oral; menyiksa dengan sadis, memukul, menendang, merusak secara anal; menguasai, men-dominasi, perilaku mendorong phallic; kurang perhatian terhadap orang lain, kejam, ledakan disosial remaja.
• Pada sisi ego secara analitik mengetahui tahap dari sense of reality, kronologi dari aktivitas pertahanan & pada perkembangan moral sense terletak pada norma. • Sekuens interaksi antara 2 sisi (id & ego) dari kepribadian. • Cth: fase libidinal dan ekspresi agresif sisi “id”. Hubungan object-related attitude sisi “ego”.
Prototipe Suatu Garis Perkembangan • Dari ketergantungan ke mandiri secara emosional & relasi objek dewasa. • Untuk memberi bentuk dasar bagi semua ada satu garis perkembangan dasar yang mendapat perhatian dari analis sejak awal.
Line I • Ini adalah urutan yang membawa dari ketergantungan sama sekali pada perawatan maternal menuju ke kemandirian dewasa muda baik emosional maupun jasmaniah. • Urutan dimana terdapat tahap yang berturutturut: dari perkembangan libido (oral, anal, phallic) bentuk sejak lahir, dasar maturasi.
• Langkah-langkah pada perjalanan ini telah didokumentasikan dari analisis dewasa dan anak-anak, juga dari analisis langsung observasi bayi. • Mereka dapat didaftar secara kasar sebagai berikut :
1. Kesatuan biologi antara pasangan ibu & anak dimana narsisisme ibu diperluas kepada anak anak memasukkan ibu ke dalam “narcissistic milieu” internalnya (Hoffner,1952). keseluruhan periodenya lebih lanjut dibagi (Margaret Mahler,1952) dalam fase-fase: autistic symbiotic separation-individuation
dengan titik kritis bermakna pada gangguan
2. part-object (Melanie Klein), atau pemenuhan kebutuhan, anaclitic berdasarkan relationship pada kebutuhan tubuh bayi yang penting & derivat dorongan serta intermittent dan fluktuasi karena object cathexis berada dibawah pengaruh keinginan yang kuat dan dilepaskan kembali setelah kepuasan dicapai.
3. Tahap object constancy
yang memungkinkan suatu inner image dari objek yang positif dipertahankan, terlepas apakah ia memuaskan atau tidak memuaskan.
4. Hubungan yang ambivalen dari tahap preoedipal, anal-sadistik yang ditandai oleh clinging, menyiksa, mendominasi dan mengontrol the love object.
5. Fase phallic-oedipal yang sepenuhnya object centered ditandai dengan: possessiveness terhadap ortu dengan sex
berlainan (atau vice versa), cemburu dan bersaing dengan ortu dengan sex yang sama.
protectiveness keingintahuan berusaha mendptkan kebanggaan sikap exhibitionistic, pada anak perempuan a
6. Periode laten
misal: berkurangnya dorongan yang
mendesak pada postoedipal dan transfer libido dari figur ortu kepada yang sebaya, kelompok, guru, pemimpin, impersonal ideal dan aim-inhibited, sublimated interests, dengan manifestasi bukti adanya yang mengecewakan dan mencemarkan ortu.
7. Preadolescent mendahului “kebangkitan adolescent” misalnya kembali kepada sikap dan perilaku awal, khususnya bagian dari objek, pemenuhan kebutuhan dan tipe ambivalen.
8. Perjuangan the adolescent berkisar penyangkalan, kemunduran,
melepaskan & membayang-bayangi the tie to the infantile objects. defens terhadap pregenitality. akhirnya menentukan genital supremacy dengan ditransfernya libidinal cathexis pada
Line I • Pada saat detail dari posisi-posisi ini telah diketahui secara umum dalam lingkaran analitik, relevansi mereka untuk problem praktis telah meningkat untuk dieksplorasi akhir-akhir ini. • Contoh: konsekuensi yang paling banyak dibicarakan dari adanya suatu perpisahan anak dari ibu/ortu/rumahnya, bila dipandang secara sekilas dari garis perkembangan akan menunjukkan mengapa reaksi seperti itu/konsekuensi patologik hal tsb terjadi, mengikuti realitas psikik anak yang bermacam-macam pada tingkat yang berbeda.
• pelanggaran ikatan infant-ibu biologis (fase 1), utk alasan apapun, akan memberikan suatu kemungkinan terjadinya separation anxiety (Bowlby,1960) • kegagalan dari ibu untuk memainkan peranannya sebagai seorang yang dapat memenuhi kebutuhan yang dapat diandalkan dan yang memberi kenyamanan (fase 2) akan menyebabkan breakdowns dalam proses individuasi (Mahler,1952) atau anaclitic depression (Spitz,1946) atau manifestasi lain dari deprivasi (James,1960).
• Relasi libidinal yang tidak memuaskan terhadap love objects yang tidak stabil dan tidak sesuai selama anal sadism (fase 4) akan mengganggu keseimbangan penyatuan antara libido dan agresi dan menyebabkan terjadinya agresivitas, destructiveness yg tidak dapat dikendalikan (A.Freud,1949).
• Hanya setelah object constancy (fase 3) telah dicapai, dimana ketidakhadiran object eksternal telah digantikan, oleh adanya suatu internal image yang akan menetap stabil, pencapaian sementara dari perpisahan ini dapat diperpanjang yang sepadan/setaraf dengan tingkat object constancy.
• Meski masih tidak memungkinkan untuk menyebutkan usia kronologis ketika perpisahan dapat ditolerir menurut garis perkembangan dapat disebutkan bahwa ketika semuanya tsb bersifat phase-adequate dan nontraumatic. • Terdapat pelajaran praktis lainnya dimana telah dipelajari dari urutan perkembangan yang sama, seperti berikut:
Bahwa clinging attitudes dari tingkat Toddler (fase 4) adalah sebagai hasil dari preoedipal ambivalence, bukan dari maternal spoiling. Bahwa tidak realistik pada akhir fase 4 untuk mengharapkan preoedipal period dengan adanya mutuality in object relations dimana hal tsb hanya terjadi pada tingkatan berikutnya (fase 5).
Bahwa tidak seorang anak pun secara penuh dapat diintegrasikan ke dalam kelompok kehidupan sebelum libido telah ditransfer/dipindahkan dari orangtua ke komunitas (fase 6). Ketika jalannya oedipus complex ditunda dan fase 5 berjalan berkepanjangan sebagai hasil dari suatu infantile neurosis, gangguangangguan dalam adaptasi terhadap kelompok, kekurangan minat, fobia sekolah, extreme homesickness akan terjadi.
Bahwa reaksi terhadap adopsi adalah yang paling berat pada bagian lebih lanjut dari periode latensi (fase 6), ketika timbulnya kekecewaan yang normal dengan ortu, semua anak-anak akan merasakan bahwa jika adopsi dan perasaan tentang realitas dari adopsi bergabung dengan terjadinya “family romance”. Bahwa sublimations, foreshadowed pada tingkat oedipal (fase 5), dan berkembang sepanjang latensi (fase 6), dapat hilang selama preadolescence (fase 7), tidak melalui kegagalan edukasi atau perkembangan, tetapi mengalami regresi ke
Bahwa adalah suatu hal yang tidak realistik bila orangtua melawan/menentang longgarnya ikatan keluarga atau pergolakan orang muda menghadapi pregenital impulses pada adolescence (fase 8) dimana hal tsb merusak ikatan biologik pd fase 1 atau melawan pregenital autoerotism pd fase 1, 2, 3, 4 dan 7.
Some Developmental Lines Toward Body Independence • Pada awal kehidupan pemisahan/perbedaan antara internal dan external world tidak didasarkan pada realitas objektif, tetapi didasarkan pada suatu pengalaman subjektif kesenangan dan ketidaksenangan. • Meski untuk keseluruhan masa kanak-kanak awal dari kehidupan seorang anak akan didominasi oleh body needs, body impulses, and their derivatives, kuantitas dan kualitas kepuasan dan ketidakpuasan ditentukan bukan oleh dirinya sendiri, tetapi oleh pengaruh lingkungan.
Some Developmental Lines Toward Body Independence
• Pengecualian dari aturan ini adalah adanya autoerotic gratifications dimana dari awalnya berada di bawah pengaturan anak itu sendiri yang membuat dirinya memiliki ukuran tertentu tentang independensinya tentang object world. • Sebaliknya dari hal ini, proses feeding, sleeping, evacuation, body hygiene and prevention of injury and illness melewati suatu perkembangan yang kompleks dan panjang sblm mrk menjadi growing individual
TERIMAKASIH