Anies Baswedan: Kembalikan Nyawa Pendidikan Indonesia — Bagian 1-2
Mantan Mendikbud Anies Baswedan. (suara.com/Pebriansyah Ariefana)
Bapak presiden saya berterimakasih sudah diberikan kehormatan untuk membantu dalam 20 bulan terakhir ini. Pebriansyah Ariefana : Senin, 08 Agustus 2016 07:00 WIB http://www.suara.com/wawancara/2016/08/08/070000/anies-baswedan-kembalikan-nyawa-pendidikan-indonesia
Suara.com - Tak terhitung jumlah orang yang bingung saat Anies Baswedan menjadi salah satu yang dicopot dari Kabinet Kerja Joko Widodo. Suara bingung itu bisa dipantau di sosial media, salah satunya Twitter. Anies termasuk menteri yang tidak terdengar bermasalah. Selama 20 bulan menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, gebrakan Anies baru terdengar di detik terakhir saat ingin di-reshufle. Programnya, para orangtua harus mengantarkan anaknya di hari pertama sekolah. Anies menilai, mengantarkan anak di hari pertama sekolah hal yang sangat penting. Saat mengantar sekolah, orangtua berinteraksi dengan guru dan melihat keadaan lingkungan sekolah. “Saya bersyukur kemarin berjalan dengan baik, dan target kita untuk menyelamatkan anak Indonesia juga tercapai,” kata Anies.
1
Dalam wawancara dengan suara.com pertengahan pekan lalu, Anies pun buka-bukaan soal pencopotan dirinya sebagai menteri. Dia mengkonfir masi beberapa isu alasan pencopotan dirinya sebagai menteri. Mengapa Anies dicopot? Berikut wawacara lengkap suara.com dengan Anies di kediamannya di Lebak Bulus: Masyarakat di sosial media terkejut Anda masuk daftar reshuffle kabinet Kerja Presiden Joko Widodo. Apakah Anda juga terkejut? Anda bisa cek sama orang-orang yang menemani saya saat itu, ada asisten dan ajudan. Selesai pembicaraan (dengan presiden), saya pulang. Jadi memang penggantian ini bukan sesuatu yang terduga. Saya juga tidak menduga, tetapi saya menjalani ini dengan biasa-biasa saja. Apa yang saya kerjakan selama ini juga di luar pemerintahan, kecuali selama puluhan tahun saya menjadi menteri dan mendadak berhenti. Sekarang ini saya bergerak di bidang pendidikan, bersama masyararakat dan di mana-mana, sampai ke pelosok. Begitu saya selesai dari pemerintahan, saya langsung berinteraksi dengan teman-teman semua. Malah waktu ngobrol sama anak saya, komentarnya berarti saya punya waktu banyak di rumah. Karena dulu nggak punya waktu banyak di rumah. Waktu Ada dengan keluarga lebih banyak yah… Saya dekat sekali dengan anak. Saya biasa main sama mereka, main gulat, sepak bola. Di rumah ada area main futsal, biasanya pas weekend. Nah ini unik, anak saya yang kelas 2 SD datang, saya ada di rumah. Dia tidak menyangka. Saya memang menganjurkan para orangtua mengantar anak-anak ke sekolah. Karena saya yang menganjurkan, saya yang menjalankan. Saya antarkan ke sekolah, temui gurunya, wali kelas dan lihat lingkungan. Bagi saya itu bukan suatu yang baru. Waktu awal saya tinggal di sini, saya nggak punya sopir. Jadi saat itu saya stir sendiri, antar anak-anak dulu, baru saya ke kantor. Jadi itu hal yang rutin. Sekarang anak-anak saya sudah kuliah. Sewaktu jadi menteri, justru rumah dinas di Widya Chandra jarang ditempati?
2
Alhamdulillah belum pernah diinapi, belum pernah menginap di sana. Kehidupan kami tidak pernah berubah, saya dan anak-anak semua di sini. Ngantor juga tidak pakai fasilitas ekstra, sehari-hari saya pakai Kijang. Kalau ada acara kenegaraan, baru saya pakai mobil RI. Ke Istana Kepresidenan, saya pun menggunakan mobil Kijang. Fasilitas secukupnya saja. Semua orang bertanya alasan Anda di-reshufle… Pertanyaan yang sama juga saya miliki. Tapi saya tidak tanya ke presiden, jadi saya juga tidak tahu jawabannya. Saat ditanya mengapa, saya bilang tidak tahu. Saya hanya diundang presiden, dan disampaikan bahwa “ada perkembangan-perkembangan baru yang mengharuskan reshuffle, maka saya dan pak wapres mohon maaf sampai ini terjadi”. Lalu selesai, saya katakana “bapak presiden saya berterimakasih sudah diberikan kehormatan untuk membantu dalam 20 bulan terakhir ini. Kemudian sepenuhnya adalah hak preogtif presiden. Karena itu hak presiden, maka tidak memberikan alasan juga tidak apa-apa. Lalu saya laporkan ini yang sudah kami kerjakan, lalu anggaran tahun depan untuk menteri selanjutnya. Ada rumor Anda dicopot karena kasus Kartu Indonesia Pintar (KIP) yang berlum berjalan optimal dan tidak memenuhi target. Anda juga dianggap sebagai potensi menjadi pesaing Jokowi di Pilpres 2019. Bagaimana komentar Anda? Pertama tiap kementerian punya target, kalau teman-teman lihat ada target yang sudah tercapai, belum tercapai, bahkan yang sudah terlampaui targetnya. Kalau sebabnya karna target, maka akan banyak sekali yang di-reshufle. Soal KIP, target tahun lalu KIP menjangkau 17,9 juta siswa. Hasilnya kita berhasil menjangkau 19,1 juta penerima di tahun 2015. Itu di atas target. Tahun ini kartu itu sudah disebar pada 96,3 persen anak didik. Jadi KIP itu berjalan dan pembayarannya itu jalan. Jadi jelaskan, macetnya di mana? Mana datanya yang nggak jalan.
3
Anies Baswedan: Kembalikan Nyawa Pendidikan Indonesia - Bagian 2 Suara.com - Targetnya terpenuhi, tapi bagaimana dengan ketepatan sasaran penerimanya? Kita pakai data BPS, bukan pakai data Kemensos. Dari data BPS, kita berikan KIP ke anak-anak. Data itu diverifikasi oleh Kemsos. Karena yang menentukan miskin atau tidak dan mendapatkan subsidi atau tidak, datanya dari Kementerian Sosial. Tapi kita temukan ternyata data BPS banyak yang tidak cocok. Jadi kita laporkan ke BPS, kita minta BPS memperbaiki data-datanya. Tapi jumlahnya sedikit, apalagi kita sadari ini tahun pertama. Di Indonesia yang namanya data, itu memiliki problem akurasi yang kurang. Tapi ini menjadi proses perbaikan. Saat kita undang BPS, kita tunjukkan mana yang nggak cocok. Jika itu masalah, tentu itu seharusnya dibicarakan. Pernah kah itu dibicarakan di level presiden? Tidak pernah. Kalau itu masalah, itu akan dibicarakan di level itu. Soal anggapan saya bersiap di tahun 2019, saya ini nggak banyak cerita. Bayangkan kalau saya cerita banyak. Apa nggak makin kena masalah, nggak cerita aja begini. Apakah terbesit dipikiran Anda untuk maju jadi calon presiden? Saya ini kayak Senopati, presiden itu rajanya. Saya dikasih mandat oleh presiden, sebagai Senopati harus berlaga di area itu, kementerian pedidikan dan kebudayaan. Ya sudah saya tidak akan tengok-tengok ke Istana Kepresidenan. Jadi saya ketika urusi pendidikan, urus itu aja. Jakarta itu kota kecil, kalau membuat perkumpulan, pasti akan kedengaran. Tinggal dicek saja, nggak ada. Ada juga yang menyebut Anda akan maju di Pilkada Jakarta, bagaimana tanggapan Anda? Saya belum pernah memikirkan. Saya baru seminggu berhenti dari Menteri Pendidikan, saya masih santai-santai. Prinsip saya, dalam mengerjakan sesuatu akan saya kerjakan sampai tuntas. Tapi sebelum saya menentukan, harus mempertimbangkan banyak faktor. Jadi memang saya belum memikirkan. Saya sih terimakasih, diberikan tugas apa.
4
Apakah pernah ada yang mengajak? Saya ini diajak banyak hal, bukan hanya urusan Jakarta. Saya terimakasih menawarkan kesibukan baru. Tapi saya mita break dulu sebentar. Sekarang saya saya mau santai dulu sama anak-anak. Dulu waktu saya tidak cukup. Jadi belum berpikir jauh ke depan, saya juga merasa arena untuk berkiprah itu luas sekali. Di arena mana pun kita bisa berkarya. Sebelum di arena pemerintahan pun, saya selalu mendorong mari kita lakukan sesuatu untuk Indonesia karena janji kemerdekaan harus kita lunasi. Sekarang bagian saya untuk menyiapkan ke depannya. Saya akan putuskan pelan-pelan, tidak usah buru-buru. Program Indonesia Mengajar menjadi salah satu program unggulan Anda. Tapi sejauhmana program itu diterapkan di Kemendikbud saat Anda menjadi menterinya? Kami membuat nama programnya ‘Guru Garis Depan’, sama seperti ‘Indonesia Mengajar’. Kalau Indonesia Mengajar, kami mengirimkan dikit jumlahnya. Tahun ini kita kirim 7500 orang guru di Indonesia Mengajar, setelah setahun mereka pulang. Tapi kalau ‘Guru Garis Depan’, mereka akan mengajar selamanya di tempat itu. Itu komitmen, anak-anak muda banyak yang ingin berangkat menjadi guru di daerah terpencil sepanjang karierya. Tahun lalu kita berangkatkan 700-an orang, tahun 2016 ini saat ini saya tidak bisa melepas, tapi saya yang menginisiasi itu. Kita membuat sekolah garis depan. Sekolah itu di abad 21 yang ada di daerah yang masih seperti abad 19 yang belum ada listrik. Peluncurannya 28 Agustus nanti. Anda juga dipuji di program mengantar anak ke sekolah? Di mana-mana sekolah yang membentuk interaksi dan berkembang itu sekolah yang mempunyai interaksi antara guru dan orangtua murid. Jadi interaksi itu penting. Supaya ada interaksi, maka harus ada komunikasi. Saya punya pengalaman itu, beberapa negara juga menerapkan. Ini salah satu cara untuk membuat orangtua dan guru berinteraksi. Tahun ini dirancang sebagai gerakan yang massif, maka jutaan orangtua mengantar sekolah. Benar-benar gerakan tidak menjadi sebuah perintah, tapi ajakan. Orangtua bahagia mengantarkan sekolah, ini akan menjadi tradisi baru. Saya sempat katakan bila kita ditanya, momen apa yang berkesan antara Anda dan orangtua? Dia akan mengatakan, saat mengantarkan anak sekolah. 5
Nyawa pendidikan kita harus dikembalikan, jika nyawa pendidikan ada di interaksi antara orangtua dan pendidik. Saya bersyukur kemarin berjalan dengan baik, dan target kita untuk menyelamatkan anak Indonesia juga tercapai. Tidak ada lagi anak masuk sekolah dengan pakai badut-badutan di MOS, itu primitif sekali. Selalin itu tidak ada anak yang harus dirawat di rumah sakit karena MOS, tak ada lagi anak yang harus dikuburkan karena MOS. Tak ada orangtua yang mau menjemput anaknya dalam bentuk jenazah. Anda pernah marah jika nilai anak Anda jelek? Nggak pernah dalam arti kalau nilai jelek ditanya, kenapa dapat nilai jelek? Alhamdullah sih saya belum mengalami. Lalu di ajak bicara, bagaimana cara memperbaiki. Selama 20 bulan menjadi menteri, baru belakangan program Anda muncul dan diketahui publik. Mengapa demikian? Sebenarnya kalau pertanyaan itu diberikan ke sekolah, mereka tahu perkembangannya. Tanya saja sama guru dan kepala sekolah, tanya soal program kemendikbud. Mereka akan tahu banyak perubahannya. Saya ini lagi melakukan perubahan di sekolah, bukan sedang ber-PR untuk di puji dan mengundang tepuk tangan. Apa lagi saya tahu persis, nggak boleh begitu. Yang harus ditepuk tangani hanya presiden, jangan menterinya. Saya sedang bekerja untuk memperbaiki pendidikan, bukan mengundang tepuk tangan. Makanya saya cenderung diam. Tidak banyak klaim. Padahal kalau bicara terobosan, banyak sekali. Pengalaman 2 tahun menjadi menteri sangat Indonesia yang harus diperbaiki?
berharga. Apa problem pendidikan di
Problemnya ada banyak sekali agendanya. Tapi kalau diklasifikasikan, pertama adalah mutu pendidikan, kedua akses pendidikan, dan ketiga soal singkronikasi. November 2015, pertama kali dalam sejarah Indonesia, seluruh guru mengikuti ujian kompetensi. Cari di dunia mana pun, cuma Indonesia yang melakukan itu. Setiap guru punya hasil ujian, tapi bukan dibutuhkan nilainya.
6
Guru tahu harus memperbaiki apa saja. Saat ini akses pendidikan di Sekolah Dasar (SD) sudah baik. Jumlah desa di Indonesia 74 ribu, jumlah SD 149 ribu. Jadi jumlah desa 2 kali lipat jumlah SD. Jumlah SMP sudh baik juga, dan jumlah SMA/SMK yang perlu ditambah. Harapan untuk Mendikbud yang baru? Reshufle nggak terlalu masalah, tapi saat-saat yang terberat itu adalah selesai dengan yang bekerja bersama di Kemdikbud selama 20 bulan lebih. Ikatannya kuat sekali, itu yang terasa. Saya bersyukur bahwa pendidikan sebagai gerakan itu terjadi. Bagi menteri pendidikan yang baru, tanggungjawabnya besar. Saya pernah merasakan, banyak orang baik yang bisa diajak kerjasama. Saya berharap, semua komponen disapa, dan diajak untuk kerja bersama. Selama 20 bulan lebih saya merasa salah satu hal yang paling berkesan adalah bagaimana pendidikan sebagai gerakan bisa terbangun. Saya berharap ini bisa jalan terus. Prof Muhajir sudah sangat berpengalaman di dunia pendidikan. Beliau senior saya. Dulu beliau sering main di Taman Yogyakarta, tahunya saya masih anak kecil. Beliau datang sebagai salah satu aktivis. Beliau bukan orang asing bagi saya. Biografi singkat Anies Baswedan Anies Rasyid Baswedan, Ph.D lahir di Kuningan, Jawa Barat, 7 Mei 1969. Terakhir, dia menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia ke-26. Anies merupakan cucu dari pejuang kemerdekaan Abdurrahman Baswedan. Sebelum menjadi menteri, Anies merupakan rektor termuda di Universitas Paramadina tahun 2007. Anie pernah mencalonkan diri menjadi calon presiden lewat konvensi Partai Demokrat. Majalah Foreign Policy mencatat Anies sebagai salah satu Top 100 Public Intellectuals. Ia merupakan satu-satunya figur dari Indonesia dan Asia Tenggara yang masuk dalam daftar 100 intelektual dunia. Anies menapatkan pendidikan di Universitas Gajah Manda dan Universitas Maryland. Pasca kemenangan pasangan Jokowi-JK dalam pilpres 2014, Anies diundang membantu Tim Transisi. Anies merupakan Deputi Tim Transisi Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kesra). Bidang kerja Anies meliputi dua janji utama Jokowi-JK dalam kampanye
7
pilpres yakni Kartu Indonesia Sehat dan Kartu Indonesia Pintar. Bidang ini juga meliputi beragam isu fundamental pembangunan manusia Indonesia seperti pendidikan, pangan, dan kesehatan. Bersama tim transisi bidang kesra Anies telah menghasilkan beragam isu, solusi dan masukan kebijakan bagi pemerintahan Jokowi-JK ke depan. Anies mendapat beasiswa melanjutkan studi master bidang International Security and Economic Policy di University of Maryland. Anies meraih Gerald S. Maryanov Fellow dari Northern Illinois University. Beasiswa ini diberikan bagi mahasiswa Northern Illinois University dengan prestasi dan integritas dalam pengembangan ilmu politik. (Suwarjono/Ardi Mandiri/Ruben Setiawan)
8