Edisi 10 Th V November 2014
Mendikbud Anies Baswedan: Sumpah Pemuda Bukti Kejeniusan Pemuda Indonesia Matrikulasi Disesuaikan dengan Kemampuan Siswa Tiga Aspek Penting Perkembangan Anak Usia Dini: Pendidikan, Kesehatan, dan Gizi
Pisah Sambut Mohammad Nuh-Anies Baswedan
ISSN: 2355-8156
Berikan Akses Pendidikan Secara Adil dan Merata
2
Gerakan Pemenuhan Gizi bagi Siswa Pada suatu pagi, seorang siswa SD di sebuah dusun nun jauh di pelosok Indonesia berangkat sekolah. Seperti hari-hari sebelumnya, dia menggendong tas punggung, memakai seragam dan sepatu, serta mengucapkan salam kepada orang tuanya. Hal demikian dilakukannya secara rutin, setiap pagi. Bangun tidur, lalu mandi, dan mempersiapkan diri pergi ke sekolah. Sekilas tidak ada yang istimewa dari rutinitas siswa tersebut. Seluruhnya tampak baik-baik saja. Namun, jika dicermati ada yang kurang darinya. Apa itu? Sarapan! Sudah menjadi kebiasaan sebagian siswa SD pergi ke sekolah tanpa makan pagi terlebih dulu. Banyak faktor yang menjadi penyebabnya, salah satu di antaranya faktor orang tuanya yang membiasakan diri tidak sarapan. Celakanya, sepulang sekolah, belum tentu siswa tersebut mendapat makan siang dengan gizi seimbang. Setidaknya unsur protein, karbohidrat, dan serat terpenuhi. Lebih celaka lagi, siswa demikian pada umumnya tidur malam dalam kondisi lapar. Maka, tidak heran jika dalam berbagai survei, di antaranya oleh Kementerian Kesehatan, banyak siswa SD di pedesaan terindikasi kekurangan gizi (malanutrisi). Menghadapi kenyataan demikian, kiranya kita perlu angkat topi sebagai bentuk apresiasi atas ide dan inisiatif Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagaimana disampaikan oleh Ptl. Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal (PAUDNI), Hamid Muhammad. Dalam acara Gebyar PAUD 2014 di Kendari, Sulawesi Tenggara, Jumat (9/9) lalu, sebagai rangkaian kegiatan memperingati Hari Anak Indonesia (HAI), Hamid mengatakan bahwa layanan kesehatan dan gizi merupakan aspek penting untuk mendukung perkembangan anak usia dini. Tentu saja, aspek penting lainnya adalah pendidikan. Dua aspek, yaitu kesehatan dan gizi, terutama gizi, merupakan faktor yang sangat menentukan masa depan anak usia dini. Hal ini karena asupan gizi memengaruhi perkembangan otak. Semakin baik asupan gizi yang diterima anak usia dini akan baik pula perkembangan otaknya. Demikian pula sebaliknya, otak tidak akan berkembang optimal jika kecukupan gizi tidak diterima oleh anak usia dini. Bahkan sejak bayi. Dalam mempersiapkan generasi cerdas, sudah seharusnya kita menaruh perhatian pada kecukupan gizi anak usia dini. “Ilmu gizi” yang kita miliki sebaiknya secara terus menerus disampaikan kepada orang tua, agar mereka memiliki kebiasaan menomorsatukan kebutuhan yang berkaitan dengan pemenuhan gizi bagi putra-putri mungilnya. Apabila kebiasaan ini terjadi, para orang tua akan senantiasa meneruskan kebiasaan itu hingga anak-anak beranjak dewasa. Dengan demikian, kita harapkan pada masa mendatang tidak ada lagi anak sekolah pergi ke sekolah tanpa sarapan terlebih dulu. Apalagi tidak dalam kondisi perut kosong. Tentu saja, dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tidak berjalan sendirian. Kementerian terkait, seperti Kementerian Kesehatan dan Kementerian Dalam Negeri, serta masyarakat, hendaknya melakukan sebuah gerakan penyadaran bahwa pemenuhan gizi bagi anak usia dini adalah “wajib hukumnya”. Dalam hal ini, Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMTAS) kiranya perlu diberi bobot agar program tersebut memiliki greget di tengah masyarakat. Apabila gerakan demikian dapat dijalankan, niscaya anakanak usia sekolah terjamin pemenuhan gizinya. Dampak jangka panjangnya, mereka akan menjadi generasi muda yang cerdas dan sehat. Demikianlah yang kita harapkan. Semoga terwujud. (*)
Pendidikan Sebagai Sebuah Gerakan Jari Bung Karno menunjuk sebuah papan tulis hitam bertuliskan huruf vokal a, i, u, e, o. Ia mengenakan peci hitam dan kemeja putih berlengan panjang, matanya menatap ribuan orang di depannya. Beberapa puluh meter dari tempatnya berdiri, terdapat sebuah spanduk bertuliskan, “Bantulah usaha pemberantasan buta-huruf”. Kata pertama spanduk itu adalah “Bantulah”, sebuah pesan bahwa Pemerintah tak sendiri, Pemerintah membuka tangannya untuk bekerja sama. Mengajak berkolaborasi. Hasilnya dahsyat! Gerakan Pemberantasan Buta Huruf (PBH) yang dimulai pada Maret 1948 diselenggarakan di 18.663 tempat melibatkan lebih dari 17 ribu guru dan sekitar 700 ribu murid. Sampai tahun 1960 Bung Karno menegaskan, Indonesia harus terbebas dari buta huruf. Indonesia kemudian berubah dari yang tak terdidik menjadi terdidik. Dalam proses itu semua ikut terlibat. Mahasiswa diundang untuk mengajar, rakyat menyediakan tempat, semua bergotong royong untuk memecahkan masalah pendidikan. Semua merasa memiliki masalah, tak tinggal diam, ikut terlibat menjadi bagian dari solusi. Semangatnya adalah gerakan. Pendidikan kita lahir dari semangat gerakan. Bahkan Republik ini hadir atas iuran tenaga, uang, bahkan tak sedikit darah dari para pendirinya, semangat gerakan yang nyata-nyata hadir. Pendekatan berbasis pada gerakan ini harus kembali kita usung. Pendidikan bukan semata program. Ia bukan program sektoral semata. Tak hanya urusan sektoral kementerian. Secara konstitusional pendidikan memang tanggung jawab Pemerintah, tapi secara moral pendidikan adalah tanggung jawab setiap orang. Semangat gerakan itu tak lekang dimakan waktu. Contoh nyatanya ada, mari kita tengok ensiklopedia dengan wikipedia. Dulu, peran Pemerintah seperti ensiklopedia. Definisikan masalah, panggil ahli, tunjuk orang terbaik, lalu dikerjakan. Kini, kita bisa lihat wikipedia. Yang dilakukan adalah buat wadahnya. Lalu siapa yang mengisinya? Siapa saja, dari mana saja, dan kapan saja bisa mengisinya. Tentu bukan berarti negara tidak ikut campur, negara harus turut campur. Tapi negara jangan menyingkirkan pihak-pihak yang mau terlibat. Negara harus mengajak dan memfasilitasi. Pendidikan harus didorong dengan pendekatan gerakan. Permasalahan guru misalnya, semua bisa ikut terlibat. Guru adalah perekayasa masa depan negeri ini, di kelasnya ada wajah-wajah masa depan Republik kita. Melalui semangat gerakan kita bisa ajak para profesional untuk menghargai guru. Tanyakan pada para profesional tersebut, “Bisakah Anda duduk di posisi Anda saat ini tanpa bantuan guru?” Setiap karya kita pasti ada jejak nyata guru di dalamnya. Maka datangi guru kita, lihat sekolah kita dulu, bertamu ke rumah guru kita, cium tangannya dan ucapkan terimakasih. Lalu kita tanya apa yang bisa kita bantu untuk membayar balik jasa mereka? Beragam inisiatif akan muncul dari sana. Ikhtiar mendorong pendidikan sebagai sebuah gerakan tentu bukan pekerjaan singkat. Ini adalah tugas kita bersama. Bayangkan kembali Bung Karno yang mengajar di Gerakan Pemberantasan Buta Huruf (PBH). Lalu kita eja spanduk di belakangnya, “Bantulah”. Langkah untuk membawa pendidikan sebagai gerakan senyatanya telah dimulai puluhan tahun lalu. Adalah tugas kita melanjutkan ikhtiar tersebut, ikhtiar untuk mengajak setiap orang terlibat dalam urusan pendidikan. (*) Edisi 10 Th V November 2014
Mendikbud Anies Baswedan: Sumpah Pemuda Bukti Kejeniusan Pemuda Indonesia Matrikulasi Disesuaikan dengan Kemampuan Siswa Tiga Aspek Penting Perkembangan Anak Usia Dini: Pendidikan, Kesehatan, dan Gizi
Mendikbud Anies Baswedan, “Saya merasa kembali ke habitat yang selama ini telah bergaul bersama-sama.
Perubahan dimulai dari dunia pendidikan. Yuk, ubah kebiasaan lama. Yang buruk kita buang, yang baik kita pakai. Pendidikan, kesehatan, dan gizi adalah aspek penting perkembangan anak usia dini. Mari cetak generasi emas.
Pisah Sambut Mohammad Nuh-Anies Baswedan
Berikan Akses Pendidikan Secara Adil dan Merata ISSN: 2355-8156
Rasanya seperti pulang ke rumah sendiri, ya, pak menteri.
Desain Perwajahan & Tata letak: vien.adrian Fotografer: Jilan PIH Keterangan Foto: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan menyambut lambaian tangan Mendikbud periode 2009-2014, Mohammad Nuh usai acara pisah sambut yang digelar di kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Senin (27/10).
Pelindung: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan; Penasihat: Sekretaris Jenderal, Ainun Na’im; Pengarah: Rahman Ma’mun; Penanggung Jawab: Ibnu Hamad; Pemimpin Redaksi: Dian Srinursih; Redaktur Pelaksana: Emi Salpiati; Staf Redaksi: Ratih Anbarini, Seno Hartono, Aline Rogeleonick, Desliana Maulipaksi, Harriswara Akeda, Denis Sugianto; Fotografer: Ridwan Maulana, Jilan Rifai; Desain dan Artistik: Susilo Widji P., Yus Pajarudin; Sekretaris Redaksi: Tri Susilawati; Redaktur Eksekutif: Priyoko; Alamat Redaksi: Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat, Kemdikbud, Gedung C Lt.4, Jl. Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta, Telp 021-5711144 Pes. 2413, 021-5701088. Laman: www.kemdikbud.go.id Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI @Kemdikbud_RI
3
Mendikbud Anies Baswedan:
Sumpah Pemuda Bukti Kejeniusan Pemuda Indonesia Sumpah Pemuda diakui berbagai kalangan sebagai tonggak penyatuan bangsa Indonesia yang terdiri dari beragam suku, agama, bahasa, dan adat istiadat. Lewat tiga butir sumpah yang diikrarkan pada 28 Oktober 1928, pemuda Indonesia berhasil meruntuhkan sekatsekat pembeda. Tantangan yang kini menanti adalah melanjutkan dan memperbarui semangat kaum muda tersebut dalam menyikapi era globaisasi, salah satunya dengan memeratakan dan meningkatkan pendidikan.
Foto: Heru PIH
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan bertindak sebagai pembina upacara membacakan amanat dalam upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda, Selasa (28/10) di lapangan kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
berdampingan secara relatif damai,” katanya. generasi usia produktif merupakan salah satu Para pemuda berkumpul di Jakarta pada 28 Mendikbud tidak menampik konflik memang komponen terbesar, dan menjadi kunci bagi Oktober 1928. Pada saat itu, mereka merasakan percepatan Indonesia sebagai salah satu bangsa Indonesia akan dihadapkan pada tantangan tidak absen di Indonesia. Namun, seburukburuknya konflik itu terjadi, pada kekuatan ekonomi terbesar di dunia. “Di sinilah besar di masa mendatang. Mereka saat harus semeja berdialog dan peran strategis pembangunan pendidikan dan menyadari bahwa transformasi merundingkan kepentingannya, kebudayaan untuk mewujudkan hal itu menjadi masyarakat tradisional menuju mereka berkomunikasi sangat penting,” ujarnya. masyarakat modern mulai terjadi tanpa penerjemah. “Duduk Pemerintah, melalui Kabinet Kerja 2014-2019, di Tanah Air dengan pendidikan Ada kesadaran baru, menyelesaikan konflik dengan menempatkan pembangunan pendidikan dan sebagai kendaraannya. Namun, menggunakan bahasa bersama, kebudayaan pada posisi yang sangat strategis, para pemuda juga menyadari, suku-suku bangsa bahasa Indonesia,” ungkapnya. sebagai upaya membangun kehidupan berbangsa mereka masih tersekat di Nusantara ini Mendikbud menambahkan, hal dan bernegara. Mendikbud mengatakan, kebhinekaan. Tantangan mereka pembangunan pendidikan tidak semata-mata adalah meruntuhkan sekat-sekat akan meraih masa itu menjadi bukti kesadaran yang luar biasa. Bukti memberikan manfaat terhadap pembeda itu. depan gemilang, kejeniusan para pertumbuhan ekonomi. Lebih luas Hal itu diungkapkan Menteri pemuda saat itu, lagi, pendidikan dapat memperkuat jika mereka bisa Pendidikan dan Kebudayaan di tahun 1928. daya saing nasional, mempercepat (Mendikbud), Anies Baswedan, menemukan rumus upaya penanggulangan kemiskinan, saat memimpin upacara bendera sederhana untuk serta memperkuat kehidupan dalam rangka memperingati hari Tenun Pemerintah, melalui demokrasi dan nilai-nilai budaya. Sumpah Pemuda, di halaman semua. Persatuan Kebangsaan Kabinet Kerja 2014Selain itu, pembangunan kantor Kementerian Pendidikan Tema dan kebersamaan pendidikan memiliki peran penting dan Kebudayaan (Kemendikbud), peringatan hari adalah rumusan itu. Sumpah Pemuda 2019, menempatkan dalam meningkatkan kesadaran Selasa (28/10). pembangunan masyarakat terhadap jati diri bangsa, Dalam sambutannya, tahun ini adalah dan menciptakan masyarakat yang Mendikbud mengatakan, melalui ikrar Sumpah pendidikan dan “Bangun Soliditas Pemuda berakhlak mulia, berilmu, cakap, dan Pemuda, kebhinekaan disatukan dalam basis yang Maju dan Berkelanjutan”. Tema kebudayaan pada kreatif. Peringatan Sumpah Pemuda lebih luas. “Ada kesadaran baru, suku-suku bangsa tersebut diambil sebagai wujud posisi yang sangat menjadi tonggak dalam meneladani, di Nusantara ini akan meraih masa depan gemilang, maha karya kaum muda yang melanjutkan, dan memperbaharui jika mereka bisa menemukan rumus sederhana jenius, dan menjadi fondasi bagi strategis, sebagai semangat kaum muda. untuk semua. Persatuan dan kebersamaan adalah Indonesia modern majemuk, dan upaya membangun rumusan itu,” ujar Mendikbud. Pada akhir sambutannya, Bhineka Tunggal Ika. Mendikbud mengajak seluruh jajaran Keputusan untuk menggunakan bahasa kehidupan Mendikbud memberikan Kemendikbud mewujudkan dunia bersama, yaitu bahasa Indonesia adalah keputusan perumpamaan, keberagaman jati berbangsa dan pendidikan yang semakin berkualitas, jenius. Hingga hari ini, banyak urusan bangsa diri bangsa Indonesia, bagaikan bernegara. merata, terjangkau, dan berdaya menjadi sederhana karena bahasa yang diterima sebuah tenun kebangsaan: saing. “Melalui sinergi yang kuat seluruh rakyat. tenun yang dirangkai dari helaian antara kementerian/lembaga, pemerintah pusat Mendikbud menilai, dunia internasional sering benang budaya, agama, etnis, dan adat yang dan daerah, dan pemerintah dengan masyarakat terpukau menyaksikan pluralitas bangsa penghuni sangat beragam warnanya. “Tenun tersebut diikat luas, termasuk dunia usaha, kami yakin dapat sekitar 17 ribu pulau yang merentang sepanjang erat dengan semangat sumpah pemuda. Tenun itu khatulistiwa, serta memiliki 250 lebih bahasa dan dijaga kuat melalui pendidikan, dan sikap toleransi,” mewujudkan cita-cita luhur tersebut. Selamat memperingati Hari Sumpah Pemuda!” kata dialek, dengan seribu lebih etnis dan sub-etnis. tuturnya. Mendikbud. (Seno, Ratih) “Sebuah bangsa hiper-plural, tetapi bisa hidup Lebih jauh Mendikbud mengatakan, kini
Pisah Sambut Mohammad Nuh-Anies Baswedan
Berikan Akses Pendidikan Secara Adil dan Merata Presiden menekankan, setiap kementerian harus memiliki berbagai terobosan dalam bekerja. Lakukan dengan cara baru dan cepat. Dalam hal ini, dunia pendidikan menjadi tempat yang paling banyak menyumbang, karena perubahan dimulai dari dunia pendidikan.
Foto: Jilan PIH
Mohammad Nuh (kanan) memberikan buku “Menyiapkan Generasi Emas 2045” kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan (kiri) saat acara Pisah Sambut di kantor Kemendikbud, Senin (27/10).
Usai mengikuti sidang kabinet perdana di Istana Negara, Jakarta, Senin (27/10), Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan, langsung meluncur menuju kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk melaksanakan berbagai agenda. Saat itu juga Mendikbud menyampaikan pesan Presiden RI, Joko Widodo, yang baru saja diterimanya ketika mengikuti sidang kabinet.
di depan pintu masuk utama. Yang Suasana kantor Kementerian ditunggu, Anies Baswedan, turun dari Pendidikan dan Kebudayaan sedan tersebut. Sekretaris Jenderal (Kemendikbud) di bilangan Senayan, Kemendikbud, Ainun Na’im langsung Jakarta, Senin (27/10) siang, agak menyambut kedatangan Mendikbud, beda daripada hari-hari sebelumnya. dan bergerak menuju lantai 2, tempat Hari itu awak media massa penyelenggaraan acara pisah-sambut berkerumun di sekitar pintu masuk digelar. utama kantor di Di ruangan Jalan Jenderal itulah, tampak Sudirman. Terlihat Mohammad Nuh sebuah OB bersama mantan van salah satu Wakil Mendikbud, stasiun televisi Jalan akan mendaki. Musliar Kasim dan nasional bersiap Kalau jalan tersebut Wiendu Nuryanti menyuguhkan yang telah hadir tayangan dilalui dengan benar, terlebih dahulu. langsung. Insya Allah akan Anies Rupanya Baswedan mereka hendak sampai puncak untuk mengaku, hari itu meliput acara kemajuan pendidikan bukan kali pertama pisah-sambut ia menginjakkan Mohammad Nuhdan kebudayaan di kaki di kantor Anies Baswedan Indonesia. Kemendikbud. sebagai Ketika duduk di Mendikbud dan bangku sekolah menengah, ia pernah mendengar pernyataan langsung dari mengikuti pelatihan yang diadakan Mendikbud periode 2014-2019, Anies oleh Direktorat Pembinaan Pendidikan Baswedan. Dasar. Saat itu ia diberi kesempatan Antisipasi awak media ternyata mengunjungi ruangan Menteri Fuad tidak meleset. Sekitar pukul 17.00 Hasan. “Saya merasa kembali ke WIB, sebuah mobil sedan hitam habitat yang selama ini telah bergaul berplat RI 26 memasuki halaman bersama-sama,” ujarnya. Kemendikbud dan berhenti tepat
Ia mengucapkan terima kasih atas sambutan yang hangat dari keluarga besar Kemendikbud. Menurutnya, perjalanan ke depan harus dijalani bersama dengan tetap mengedepankan suasana kekeluargaan yang profesional. “Jalan akan mendaki. Kalau jalan tersebut dilalui dengan benar, Insya Allah akan sampai puncak untuk kemajuan pendidikan dan kebudayaan di Indonesia,” tutur Mendikbud Anies Baswedan. Ia mengingatkan agar menjadikan tiga prinsip berikut sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam menjalankan tugas. Pertama, syukuri perkembangan yang terjadi di dalam dunia pendidikan. Kedua, segera perbaiki kekurangan yang ada, dan ketiga bekerja bersama-sama. “Kita punya tanggung jawab yang tidak kecil,” katanya.
Pesan Presiden
Dalam acara pisah-sambut itu, Mendikbud menjelaskan, ada sejumlah pesan yang diamanatkan Presiden RI, Joko Widodo, dalam rapat kabinet yang digelar usai acara pelantikan menteri. Pesan tersebut adalah meningkatkan kemakmuran yang berkeadilan. “Setiap
kementerian dalam programnya harus berorientasi kepada meningkatkan kemakmuran yang berkeadilan,” ucap nya, mengulang pesan Presiden. Mendikbud Anies Baswedan menjelaskan bahwa presiden menekankan, setiap kementerian harus memiliki berbagai terobosan dalam bekerja. Lakukan dengan cara baru dan cepat. Dalam hal ini, dunia pendidikan menjadi tempat yang paling banyak menyumbang, karena perubahan dimulai dari dunia pendidikan. Sumbangan yang harus diberikan dalam dunia pendidikan adalah memberikan akses yang lebih adil dan merata. Kesadaran masyarakat terhadap dunia pendidikan perlu ditingkatkan. Menurut Mendikbud berbagai masalah pendidikan terjadi bukan karena tidak mampu melakukan, tetapi karena tidak mau melakukan. “Pak Presiden menekankan agar berbagai program dilakukan dengan cara yang cepat dan tepat,” tuturnya. Pesan terakhir yang disampaikan presiden, lanjut Mendikbud, adalah pentingnya koordinasi antarkementerian. Untuk itu, pihaknya segera merapat untuk mendiskusikan berbagai terobosan yang dapat dilakukan untuk bidang pendidikan dan kebudayaan.
Nomenklatur Kemendikbud
Dalam kesempatan yang sama, Mendikbud juga mengatakan, nomenklatur yang digunakan tetap dengan nama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Nomenklatur ini sudah sesuai dengan surat keputusan Presiden Republik Indonesia yang dibacakan dalam acara pelantikan menteri Kabinet Kerja. “Yang dipindahkan hanya Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti), tetapi unit kerja lainnya tetap sama,” katanya. Ditjen Dikti yang semula masuk di dalam Kemendikbud, sekarang bergabung dengan Kementerian Riset dan Teknologi. Sekretaris Jenderal Kemendikbud, Ainun Na’im mengatakan, dengan penggabungan ini, pegawai Ditjen Dikti akan pindah ke kementerian yang dipimpin oleh Menteri M. Nasir. (Seno, Ratih)
Hari Pertama Pascapelantikan
Mendikbud Singgung Pengelolaan Museum dan Puji Dapodik Sehari setelah dilantik, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan, bertindak sebagai inspektur upacara dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda. Usai memimpin upacara, Mendikbud yang mengenakan seragam Korps Pegawai Republik Indonesia (Korpri) berkeliling kantor untuk meninjau lingkungan kerja di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Saat meninjau, Mendikbud memberi perhatian khusus terhadap program yang dijalankan Kemendikbud.
Siang itu, Selasa (28/10), Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan, keluar dari ruangannya. Ia didampingi Sekretaris Jenderal, Ainun Na’m, dan sejumlah wartawan. Rombongan berjalan menuju gedung tempat para pegawai melaksanakan tugasnya. “Ini hari pertama, barusan tadi upacara. Setelah itu nanti siang kami akan ada pertemuan, untuk melihat situasinya seperti apa, barulah nanti kami keluarkan terobosan,” kata Mendikbud kepada wartawan. Mendikbud berkeliling mulai dari Badan Penelitian dan Pengembangan, Direktorat Jenderal (Ditjen) Kemarin saya Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal-Informal, Ditjen mendapatkan Pendidikan Dasar, Ditjen Pendidikan Menengah, arahan dari Pak Ditjen Kebudayaan, Inspektorat Jenderal, serta Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Presiden untuk Tinjauan singkat tersebut bertujuan untuk mengenal dan mengetahui situasi dalam lingkungan kerja melakukan Kemendikbud. konsolidasi Ia juga menyempatkan diri singgah di Unit Pelayanan Tunjangan Profesi Pendidik yang pengelolaan dibentuk untuk membantu para guru yang mengalami museum. permasalahan dalam urusan tunjangan profesi pendidik. Selama berkeliling, ia melontarkan pertanyaan kepada staf yang ditemui, seputar tugas-tugas harian yang dilakukan. Di kantor Ditjen Kebudayaan, ia berdiskusi dengan Direktur Jenderal Kebudayaan (Dirjenbud), Kacung Maridjan, mengenai konsolidasi pengelolaan museum. Konsolidasi pengelolaan museum itu menjadi arahan utama Presiden Joko Widodo pada sektor kebudayaan. ”Kemarin saya mendapatkan arahan dari Pak Presiden untuk melakukan konsolidasi pengelolaan museum,” ujarnya saat meninjau ruang kerja Dirjenbud. Ia berharap, konsolidasi ini dapat memaksimalkan promosi museum kepada masyarakat. Pada kesempatan itu, Kacung menjelaskan bahwa Kemendikbud mengelola lebih dari 300 museum di Indonesia. Dari jumlah tersebut, lima museum berada di Jakarta, yaitu Museum Gajah, Museum Kebangkitan, Museum Proklamasi, Museum Sumpah Pemuda, dan Museum Basuki Abdullah. Kacung mengakui, standardisasi pengelolaan museum masih belum sama antara satu museum dengan museum lain. “Namun, rancangan peraturan pemerintah terkait standardisasi ini sudah selesai dan tinggal ditandatangani presiden,” jelasnya. Ke depan, peraturan perundangan itu akan mengatur pengelolaan dan pengamanan koleksi museum berbentuk peraturan
Foto: Jilan PIH
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan meninjau tempat pelayanan bagi pendidik dan tenaga kependidikan dalam pengurusan tunjangan profesi pendidik di Gedung C, kantor Kemendikbud, Jakarta, Selasa (28/10).
Mendikbud. “Jadi, nanti museum juga memiliki akreditasi,” ujarnya.
Layanan Pendidikan
Pada layanan pendidikan, Mendikbud mengaku akan memprioritaskan penuntasan persoalan guru selama lima tahun ke depan. Menurutnya, pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) merupakan garda terdepan dalam layanan pendidikan. Dengan meningkatkan mutu guru dan kepala sekolah, maka kualitas pendidikan juga akan meningkat. “Bila guru itu bisa menjalankan tugasnya dengan baik, maka kualitas pendidikan Insya Allah akan baik. Mereka kunci keberhasilan pendidikan. Sehebat apapun materinya dan sehebat apapun fasilitasnya, tapi jika guru atau tenaga pengajarnya, tidak mumpuni, itu tidak akan berjalan dengan baik,” katanya. Ia menambahkan, tugas Kementerian adalah memastikan para PTK bekerja dengan baik. Sementara urusan yang menjadi tanggung jawab Kemendikbud dan hak PTK akan diselesaikan dengan baik. Di kantor Ditjen Dikdas, Mendikbud yang pernah mengenyam pendidikan Ilmu Politik di Northern Illinois University ini, cukup lama menghabiskan waktu untuk meninjau. Saat berada di ruang kerja Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Bila guru Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar (P2TK Dikdas), itu bisa ia berinteraksi dengan para guru yang sedang mengurus pencairan tunjangan profesi pendidik atau menjalankan dikenal juga dengan nama tunjangan sertifikasi. tugasnya “Unit ini sangat penting untuk bisa memastikan guru kita bisa mendapatkan (tunjangan) sertifikasi, dengan baik, dan terlayani dengan baik, dan bisa diselesaikan bila maka kualitas ada masalah. Makanya saya mampir ke sini,” ujarnya. pendidikan Di sana, Mendikbud menyempatkan diri untuk berdiskusi bersama Direktur P2TK Dikdas, Sumarna Insya Allah Suryapranata. Pada kesempatan yang sama akan baik. Mendikbud juga turut menguji coba layanan data pokok pendidikan (dapodik) yang memuat informasi Mereka kunci lengkap mengenai sekolah, siswa, dan PTK di seluruh keberhasilan Indonesia. “Saya ingin mencari rasio guru yang ada di Ashmore, itu pulau terluar dekat Darwin Australia,” pendidikan. ujarnya. Usai mendapatkan data, Mendikbud mengaku cukup kagum atas lengkapnya data yang tersimpan dalam dapodik. “Saya lihat database-nya cukup baik, nanti kita lihat bagaimana kita dapat kembangkan,” tutupnya. (Gloria, Harris, Ratih)
Silaturahim dengan Wartawan Fortadikbud
Ekspektasi Masyarakat Jadi Tantangan
Foto: Ridwan PIH
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan berbincang bersama para wartawan media massa cetak dan elektronik di kantor Kemendikbud, Jakarta, Kamis (30/10).
Media massa menjadi salah satu sarana pemerintah untuk menyebarluaskan program dan kebijakan kepada masyarakat. Peran demikian menjadikan posisi media sangat strategis dalam membangun komunikasi harmonis dengan pemerintah dan masyarakat.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan, mengadakan pertemuan dengan para wartawan yang tergabung dalam Forum Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan (Fortadikbud). Pertemuan santai itu berlangsung di kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Senayan, Jakarta, Kamis (30/10), sebagai ajang menjaring masukan dari para wartawan tentang berbagai hal dalam dunia pendidikan. Dalam kesempatan itu, Mendikbud dan para awak media saling memperkenalkan diri. Mendikbud menilai, perkenalan semacam ini penting karena ke depan interaksi jajaran Kemendikbud dengan para wartawan akan lebih sering. “Saya juga ingin mendengar dari temanteman tentang kebijakan atau yang menyangkut tentang aktivitas rekan-rekan wartawan di sini, dan bagaimana agar kita bisa bersinergi dengan lebih baik,” katanya. Ia menyadari, salah satu masalah yang dihadapi pemerintah adalah komunikasi antara program atau kebijakan yang dijalankan, dengan apa yang dikomunikasikan kepada masyarakat. Tak jarang, yang dikerjakan dan yang dikomunikasikan membentuk opini yang berbeda di masyarakat. Menurutnya, salah satu tantangan ke depan dalam demokrasi kebijakan publik adalah
Salah satu masalah yang dihadapi pemerintah adalah komunikasi antara program atau kebijakan yang dijalankan, dengan apa yang dikomunikasikan kepada masyarakat.
komunikasi dan persepsi. “Teman-teman melaporkan apa yang terjadi di Kementerian. Di sisi lain, teman-teman melihat apa yang terjadi di lapangan. Oleh karena itu, kerja sama dengan teman-teman media menjadi sangat penting,” katanya. Mantan Rektor Universitas Paramadina ini menuturkan, ekspektasi masyarakat yang begitu tinggi menjadi tantangan tersendiri. “Selain harus bekerja serius, kita juga harus menjelaskan dengan baik kepada masyarakat apa yang sedang kita kerjakan. Banyaknya telepon dan pesan singkat yang masuk ke nomor saya menandakan bahwa harapan itu besar dan tinggi,” tutur Mendikbud.
Buka Mata dan Telinga
Lebih lanjut Mendikbud mengatakan, pola kerja yang akan diterapkan ke depan untuk mengatasi masalah pendidikan adalah dengan terlebih dahulu membuka mata, telinga, penciuman, baru kemudian berbicara dan bekerja. “Jangan dibalik, mulutnya dulu yang ngomong, tetapi dia belum melihat, mendengar, dan mencium. Intinya adalah kementerian ini memiliki tanggung jawab yang amat besar dalam menjalankan dunia pendidikan. Apapun yang kita katakan eksekusinya di tempat ini dan di seluruh Indonesia,” katanya. Maka, komunikasi harus juga dilakukan, baik dengan kalangan internal kementerian hingga ke satuan pendidikan di daerah-daerah, termasuk para pemangku kepentingan di luar Kemendikbud. Masalah yang ada di dunia pendidikan, kata dia, akan dilihat secara komprehensif dan dievaluasi secara serius untuk mencari terobosan yang bisa dilakukan untuk mengatasinya. Pada kesempatan yang sama, Mendikbud mengajak para wartawan yang hadir untuk memberi informasi serta masukan dari apa yang ditemui di lapangan. “Saya ingin mendengar dari teman-teman tentang hal yang saya perlu tahu. Saya sangat terbuka untuk itu,” ujar Mendikbud. Sejumlah wartawan kemudian menyampaikan
persoalan pendidikan yang ada di lapangan. Persoalan itu misalnya, kasus kejahatan seksual di sekolah dan pesantren hingga kenakalan remaja yang meresahkan. Wartawan juga menyampaikan harapannya agar dapat diberikan akses yang cukup dengan Mendikbud, sehingga informasi yang akan diteruskan kepada masyarakat berasal dari sumber yang paling akurat. Mendikbud mengapresiasi masukan dan harapan yang disampaikan kepadanya. Masukan itu akan segera ditindaklanjuti dan berdiskusi dengan seluruh pimpinan di lingkup Kemendikbud.
Kenalkan KIP
Pertemuan santai itu juga dimanfaatkan Mendikbud untuk memperkenalkan secara singkat tentang program Kartu Indonesia Pintar (KIP). Program ini menyasar tidak hanya bagi anak usia sekolah dari keluarga miskin, tetapi juga bagi keluarga rentan miskin. KIP diluncurkan bersama dengan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) dan Kartu Indonesia Sehat (KIS) oleh Presiden Joko Widodo di Kantor Pos Pasar Baru, Jakarta, Senin (3/11). Mendikbud mengatakan, dana bantuan Kartu Indonesia Pintar (KIP) disalurkan langsung ke keluarga penerima dan diharapkan mampu menarik kembali anak putus sekolah untuk kembali mengikuti pelajaran di kelas. Atau, dana KIP ini dapat digunakan untuk mengikuti pelatihan di balai-balai kerja. Tujuannya untuk meningkatkan keterampilan agar bisa mendapatkan pekerjaan atau berwirausaha. “KIP bukan sekadar memberikan dana bantuan bagi yang sudah berada di dalam sekolah, tetapi juga kepada anak-anak usia sekolah yang terhenti karena faktor ekonomi,” katanya. (Ratih, Aline)
Dana bantuan Kartu Indonesia Pintar (KIP) disalurkan langsung ke keluarga penerima dan diharapkan mampu menarik kembali anak putus sekolah untuk kembali mengikuti pelajaran di kelas.
Matrikulasi untuk Penuhi Kompetensi Dasar Kurikulum 2013 Implementasi Kurikulum 2013 yang diselenggarakan secara menyeluruh-terbatas pada tahun pelajaran 2014/2015 berimplikasi pada berbedanya kompetensi dasar yang menjadi tuntutan Kurikulum 2013 yang diterima peserta didik. Agar siswa mendapat kompetensi yang diinginkan itu, maka setiap satuan pendidikan melakukan matrikulasi untuk melakukan penyesuaian antara kurikulum sebelumnya dengan Kurikulum 2013. Harapannya, peserta didik tidak terkejut dengan perubahan pola pembelajaran yang diajarkan pada Kurikulum 2013. (Ratih)
Matrikulasi Disesuaikan dengan Kemampuan Siswa Pada saat masih kelas X, tidak semua siswa yang kini duduk di kelas XI memeroleh pembelajaran berbasis Kurikulum 2013. Mereka menjalani proses pembelajaran dengan menggunakan kurikulum lama. Hal itu disebabkan Kurikulum 2013 diterapkan secara terbatas dan bertahap. Namun, pada tahun pelajaran 2014/2014 ini, kelompok siswa demikian memeroleh pembelajaran berbasis Kurikulum 2013 melalui program matrikulasi. Pelaksanaannya diserahkan sepenuhnya kepada satuan pendidikan masing-masing.
Surat Edaran Menteri Pendidikan hanya jika diperlukan. dan Kebudayaan Nomor 156928/ Ia menuturkan, materi MPK.A/KR/2013 tentang pembelajaran dalam konteks Implementasi keilmuwan antara Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 menyebutkan bahwa dengan kurikulum pada tahun pelajaran sebelumnya sama. 2014/2015, seluruh Perbedaan ada pada sekolah di Indonesia, Matrikulasi adalah pergeseran sasaran baik yang negeri pendidikan yang tidak penyesuaian maupun swasta, lagi mengutamakan antara peserta menerapkan Kurikulum pengetahuan semata, 2013. Implementasi tetapi juga pada sikap didik dengan kurikulum secara dan keterampilan materi menyeluruh-bertahap peserta didik. itu berimplikasi Matrikulasi pembelajaran pada kesesuaian sepenuhnya yang harus kompetensi peserta diserahkan dikuasai. Namun, kepada sekolah didik yang pada 2013 lalu belum memeroleh dengan melihat penyesuaian ini pembelajaran kemampuan siswa. dilakukan hanya Kurikulum 2013. Jika siswa belum Struktur kurikulum mampu melakukan jika diperlukan. yang termuat dalam penyesuaian terhadap Peraturan Menteri proses pembelajaran Pendidikan dan Kebudayaan Nomor yang belum ditemukan di kelas X 69 tahun 2013 tentang Kerangka tapi ada di kelas XI, maka matrikulasi Dasar dan Struktur Kurikulum dapat dilakukan secara terstruktur. memiliki perbedaan dari sisi jumlah Matrikulasi dapat pula dilakukan dan jenis mata pelajaran dengan dengan memberikan pembelajaran kurikulum sebelumnya. Karena itu, di kelas secara langsung dengan Kementerian membuat panduannya melakukan pengayaan-pengayaan agar setiap satuan pendidikan dapat terhadap materi yang secara melaksanakan matrikulasi ini kepada sekuensial diberikan terlebih dahulu. peserta didik. “Guru dapat melakukan apersepsi Kepala Unit Implementasi proses pembelajaran, langsung Kurikulum 2013, Tjipto Sumadi, menanyakan kepada siswa. kepada Asah Asuh, Jumat (24/10) Kemudian guru bisa melakukan di ruang kerjanya, mengatakan, penyesuaian-penyesuaian terhadap matrikulasi adalah penyesuaian pokok bahasan yang akan diajarkan antara peserta didik dengan materi pada kelas tersebut,” ujarnya. pembelajaran yang harus dikuasai. Ia menambahkan, selama ini Namun, penyesuaian ini dilakukan pihaknya hanya mendapatkan sedikit
dikeluarkan Direktorat Pembinaan SMA,” katanya.
Implementasi Matrikulasi
Matrikulasi sebagaimana tercantum dalam buku “Panduan Matrikulasi Kurikulum 2013 di SMA” diartikan sebagai kegiatan pemenuhan kompetensi peserta didik agar kesenjangan antara muatan/substansi dan pengalaman pertanyaan seputar matrikulasi. Ini belajar dari kurikulum yang berbeda berarti di lapangan tidak banyak dapat dipenuhi sesuai dengan persoalan terhadap pelaksanaan kompetensi yang harus dipenuhi. matrikulasi, karena dalam pelatihan Kegiatan ini harus dikelola satuan guru sebelumnya juga telah diberikan pendidikan secara terencana, terarah, materi tentang matrikulasi ini. Selain terprogram, dan dapat dipertanggungitu masing-masing direktorat terkait, jawabkan. seperti Direktorat Pembinaan SMA, Dalam buku tersebut tertulis pula, telah menerbitkan petunjuk teknik bahwa kesenjangan kompetensi yang pelaksanaan matrikulasi di sekolah. ada pada kurikulum sebelumnya “Pertanyaan tentang matrikulasi dengan Kurikulum 2013 memiliki yang masuk konsekuensi ke Klinik dan pembelajaran di Konsultasi kelas XI. Program Pembelajaran (KKP) matrikulasi sangat sedikit, diharapkan dapat misalnya tentang Matrikulasi dapat memfasilitasi bagaimana jika capaian taraf pula dilakukan anak tidak segera memahami materi dengan memberikan kemampuan atau entry level pelajaran yang pembelajaran di untuk menjamin baru karena pada 2013 yang lalu kelas secara langsung keberhasilan pembelajaran di belum menerapkan dengan melakukan kelas XI dan XII. Kurikulum 2013? pengayaan-pengayaan Termasuk juga Kami sarankan mengikuti untuk melakukan terhadap materi yang untuk tahap evaluasi apersepsi,” tutur secara sekuensial di akhir jenjang Tjipto. pendidikan. Menurutnya, diberikan terlebih apersepsi Sebelum dahulu. merupakan memutuskan perlucara yang dapat tidaknya matrikulasi, ditempuh sekolah dengan tanpa satuan pendidikan terlebih dahulu biaya, karena tidak memerlukan waktu menganalisis dan mengindentifikasi khusus. Apersepsi cukup dilakukan kompetensi peserta didik dengan saat pembelajaran berlangsung di cermat untuk mendapatkan dua dalam kelas. Namun, jika memang kelompok siswa dengan tindakan sangat diperlukan, siswa dan guru berbeda. Pertama, kelompok peserta dapat mengambil waktu tambahan di didik yang perlu mengikuti matrikulasi luar jam pelajaran. “Kepala sekolah dan kedua, kelompok peserta didik melakukan kebijakan matrikulasi yang tidak perlu mengikuti kegiatan dengan merujuk pada juknis yang matrikulasi. (Ratih)
Foto: Yus PIH
Suasana belajar mengajar di SMA Negeri 3 Semarang, Jawa Tengah.
Dirjen Dikmen, Achmad Jazidie:
Matrikulasi Beri Basis Pelajaran Berikutnya Matrikulasi di tingkat SMP diberikan pada siswa kelas VIII, yang pada 2013 atau ketika masih duduk di kelas VII, belum mendapatkan Kurikulum 2013. Negeri 4 Medan, Ramly. “Di tempat kami matrikulasi tidak ada, sebab kami sudah pelaksana dari tahun awal Kurikulum 2013 diterapkan,” katanya. Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, menjadi salah satu daerah yang melaksanakan matrikulasi bagi siswa di tingkat sekolah menengah. Data Sistem Elektronik Pemantauan Implementasi Kurikulum 2013 (SEPIK) menyebut, di kabupaten ini baru ada tujuh SMA/SMK piloting Kurikulum 2013 pada tahun lalu. Agar pelaksanaan matrikulasi berjalan dengan baik, khususnya Foto: WJ PIH di tingkat SMK, Masyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMK bekerja sama dengan semua Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) di SMK Kebumen sudah menyelenggarakan kegiatan Memasuki tahun pelajaran 2014/2015, sekolah-sekolah tingkat menengah yang belum menerima Sosialisasi Matrikulasi Kurikulum Kurikulum 2013 pada tahun pelajaran sebelumnya, telah menerapkan matrikulasi untuk siswa kelas 2013 sebelum pelaksanaan XI. Matrikulasi dilakukan sebagai pembekalan bagi siswa untuk mengikuti pembelajaran berdasarkan matrikulasi benar-benar dilakukan Kurikulum 2013, sekaligus menghilangkan gap dengan pembelajaran di kurikulum sebelumnya. di sekolah. Matrikulasi untuk tingkat SMK di DKI Jakarta juga dilakukan. Menurut Kepala Bidang SMK Matrikulasi dilakukan oleh guru bidang studi yang sebelumnya Dinas Pendidikan DKI Jakarta, dilatih oleh instruktur nasional. Dalam matrikulasi ini, siswa Bowo Irianto, banyak materi pelajaran atau kompetensi diberitahu bagaimana cara belajar dengan pola Kurikulum 2013. dasar di kelas X yang belum terakomodasi pada Kurikulum Cara belajar tersebut dengan mengambil beberapa contoh kasus 2013. Oleh karena itu, penyesuaian terhadap materi dengan di mata pelajaran yang dimatrikulasi. Matrikulasi ini diterapkan kurikulum yang baru itu dilakukan di sekolah-sekolah. pada awal tahun pelajaran 2014/2015. Matrikulasi ini diharapkan tidak membebankan siswa dan “Matrikulasi pada dasarnya untuk memberikan basis terhadap materi yang disampaikan guru dapat diterima dengan baik. pelajaran berikutnya, sehingga perlu diajarkan terlebih dahulu agar siswa tidak kaget saat berada di kelas XI, sementara basis Matrikulasi di SMP itu sebelumya belum diajarkan di kelas X dengan pola Kurikulum Direktur Jenderal Pendidikan Dasar, Hamid Muhammad, 2013,” ujar Direktur Jenderal Pendidikan Menengah, Kementerian menjelaskan, matrikulasi juga dilaksanakan di tingkat SMP/ Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Achmad Jazidie, di MTs. Matrikulasi di tingkat ini diberikan bersamaan dengan Jakarta, belum lama ini. dimulainya pembelajaran tahun pelajaran 2014/2015. Ia menambahkan, sekolah diberikan pilihan dalam penerapan Matrikulasi diperlukan untuk mengatasi gap antara Kurikulum matrikulasi ini dengan mengacu pada petunjuk teknis yang telah 2013 dengan kurikulum yang digunakan sebelumnya. ditetapkan Direktorat Jenderal Dikmen. Selain itu, sekolah dapat Misalnya, dalam pelajaran matematika SMP, pada menyesuaikan dengan kompetensi siswa yang akan menerima kurikulum sebelumnya tidak mengajarkan tentang membaca matrikulasi. data dan grafik, seperti yang termuat dalam Kurikulum 2013. Provinsi DKI Jakarta termasuk daerah yang hampir seluruh “Matrikulasi hanya untuk siswa SMP. SD tidak ada karena sekolahnya sudah menerapkan Kurikulum 2013 sejak tahun lalu. sifatnya topik. Di kelas I SD siswa belajar membaca, menulis, dan berhitung, Itu sebabnya, matrikulasi ini tidak banyak dilaksanakan di provinsi ibu kota jadi tidak bisa ada matrikulasi,” kata Hamid, beberapa waktu lalu. negara tersebut. “Matrikulasi dilakukan bagi siswa pindahan yang di sekolah sebelumnya belum mendapatkan Kurikulum 2013,” ujar Wakil Kepala SMA Matrikulasi di tingkat SMP diberikan pada siswa kelas VIII, yang pada 2013 Negeri 1 Jakarta, Ujang Suherman saat dihubungi Asah Asuh, beberapa waktu atau ketika masih duduk di kelas VII, belum mendapatkan Kurikulum 2013. lalu. “Mereka itulah yang diberikan matrikulasi,” ujar Hamid. Waktu pembelajaran Di Kota Medan, Sumatera Utara, sejumlah sekolah yang juga telah matrikulasi diadakan siang atau sore hari setelah jam sekolah selesai. melaksanakan Kurikulum 2013 pada tahun pelajaran 2013/2014, tidak Sekolah harus bersikap fleksibel dalam mengajarkan materi matrikulasi sesuai menerapkan matrikulasi kepada siswa kelas XI. Seperti dikatakan Kepala SMA kebutuhan siswa. (Ratih, dari berbagai sumber)
Sekolah diberikan pilihan dalam penerapan matrikulasi ini dengan mengacu pada petunjuk teknis yang telah ditetapkan Direktorat Jenderal Dikmen.
Sekolah Bebas Tentukan Bentuk Kegiatan Matrikulasi kompetensi yang telah dicapai peserta didik. Sebelum dilakukan Pembekalan terhadap siswa kelas XI yang pada tahun sebelumnya belum menerima pembelajaran tes, peserta didik diinformasikan Kurikulum 2013 dilakukan dalam bentuk matrikulasi. Langkah ini bertujuan agar siswa tersebut terlebih dahulu materi apa yang perlu memiliki kompetensi dasar seperti yang dituntut oleh Kurikulum 2013. Bentuk kegiatan matrikulasi dipelajari secara mandiri. Bagi peserta didik yang telah dapat dilakukan dalam beberapa pola, misalnya melalui pembelajaran tatap muka, penugasan dari lulus tes atau memenuhi kriteria guru mata pelajaran, dan kegiatan mandiri. kompetensi, dapat langsung mengikut kegiatan belajar mengajar di kelas XI tanpa harus mengikuti pembelajaran matrikulasi. Sebaliknya, jika dari hasil Matrikulasi diperlukan saat peserta pelajaran yang memuat kompetensi diajarkan berulang, maka cukup tes diketahui bahwa peserta didik didik terindikasi belum memiliki inti dan kompetensi dasar yang disampaikan melalui penugasan. belum memenuhi pengetahuan dan kemampuan berbeda antara standar isi pada syarat kompetensi, standar yang dipersyaratkan oleh kurikulum sebelumnya dan Kurikulum Waktu maka siswa tersebut Kurikulum 2013. Program matrikulasi 2013, serta mengalami perubahan Pelaksanaan harus mengikuti pada dasarnya bertujuan untuk total pada hampir seluruh kompetensi Dalam panduan matrikulasi. mencapai “entry level” yang sama dasar. Hal ini terlihat pada mata matrikulasi itu Dalam panduan bagi seluruh peserta didik. Matrikulasi pelajaran Bahasa Indonesia, Pelaksanaan juga menyebutkan itu pula disebutkan berisi pemantapan materi, yang prakarya, kewirausahaan, serta manajemen petunjuk tentang bahwa sekolah perlu belum dikuasai oleh siswa tertentu. antropologi. waktu pelaksanaan mempertimbangkan Dalam panduan matrikulasi tingkat Sekolah juga dapat melakukan matrikulasi dimulai matrikulasi yang waktu agar pada sekolah menengah yang diberikan matrikulasi dengan membuat jadwal dengan menganalisis dapat diambil. minggu yang sama oleh Kementerian Pendidikan tertentu di luar jadwal mata pelajaran. jenis dan jumlah Sebagai contoh, mata pelajaran dan Kebudayaan, disebutkan Hal ini dilakukan melalui proses peserta didik bahwa matrikulasi dapat dilakukan pembelajaran tatap muka terbatas mata pelajaran yang yang dimatrikulasi yang mengikuti tidak lebih dari tiga. dalam beberapa bentuk. Kegiatan untuk beberapa kompetensi dasar, terdapat di kelas X matrikulasi Sekolah juga perlu pembelajaran dilakukan dengan sementara kompetensi dasark lainnya secara utuh dapat memperhatikan gabungan antara tatap muka, dapat dilakukan dengan penugasan. antara kurikulum dilakukan pada untuk mendahulukan penugasan terstruktur, dan kegiatan Atau sekolah juga dapat memberikan sebelumnya dengan masa libur semester pelaksanaan mandiri secara utuh ataupun terbatas penugasan kepada peserta didik 2 dan di selamatrikulasi bagi Kurikulum 2013. dalam periode waktu tertentu. untuk beberapa kompetensi dasar sela pelaksanaan kompetensi dasar Sekolah dapat pula melakukan hingga kompetensi itu dikuasai. pembelajaran semester 1 dan 2 di mata pelajaran yang menjadi kegiatan matrikulasi tanpa pertemuan Kegiatan ini dilakukan apabila semua kelas XI. prasyarat. Sementara itu, siswa tatap muka di kelas, tetapi hanya kompetensi yang harus dikuasai Sementara itu, untuk mata yang melalui matrikulasi dengan penugasan dan kegiatan mandiri. pada mata pelajaran terkait dapat pelajaran sesuai kompetensi penugasan, sekolah harus Namun, sebelum memutuskan dilakukan melalui penugasan. dasar yang harus dimatrikulasi, memberikan penjelasan singkat perlu-tidaknya siswa diberikan Pelaksanaan penugasan pelaksanaannya dapat dilakukan tentang materi yang ditugaskan itu. matrikulasi, sekolah terlebih dulu dilakukan terhadap kompetensi dasar dengan tes untuk mengetahui (Ratih) melakukan analisis kompetensi yang telah disampaikan di kelas X dasar dan kompetensi inti mata pada Kurikulum pelajaran dan perencanaan program 2006, namun matrikulasi. Satuan pendidikan dapat kompetensi ini menerapkan pola matrikulasi mata terdapat di kelas pelajaran melalui uji kompetensi XI pada Kurikulum untuk seluruh mata pelajaran, atau 2013. Tujuannya untuk mata pelajaran tertentu dan agar kompetensi penugasan untuk mata pelajaran dasar tersebut tidak lainnya. Sekolah juga diberi pilihan untuk tidak melakukan uji kompetensi dan penugasan, tetapi langsung menyertakan seluruh siswa mengikuti pembelajaran matrikulasi untuk semua mata pelajaran. Pelaksanaan manajemen Sebelum matrikulasi dimulai dengan memutuskan menganalisis jenis dan jumlah mata perlupelajaran yang terdapat di kelas X antara kurikulum sebelumnya dengan tidaknya siswa Kurikulum 2013. Tahap selanjutnya diberikan sekolah menganalisis dengan membandingkan kompetensi dasar matrikulasi, kelas X, kemudian menentukan sekolah unsur-unsur yang terlibat dalam program matrikulasi. terlebih dulu
Implementasi di Sekolah
Saat sekolah memutuskan bahwa matrikulasi memang diperlukan, sekolah dapat menambah jam pelajaran pada jadwal mata pelajaran tersebut atau menjadwalkan khusus di luar jadwal mata pelajaran. Hal ini dilakukan melalui proses pembelajaran utuh, mengingat kompetensi yang harus dikuasai memerlukan waktu dan proses yang utuh. Kegiatan ini diperlukan pada mata
melakukan analisis kompetensi dasar dan kompetensi inti mata pelajaran dan perencanaan program matrikulasi.
Foto: WJ PIH
Setelah melakukan analisis terhadap kompetensi dasar siswanya, sekolah dapat menentukan pola matrikulasi yang tepat. Salah satunya melalui penugasan, yaitu siswa diminta mempelajari materi yang terdapat dalam matrikulasi dalam bentuk tugas sekolah.
Tiga Aspek Penting Perkembangan Anak Usia Dini:
Pendidikan, Kesehatan, dan Gizi
Layanan pendidikan, kesehatan, dan gizi, merupakan aspek penting yang perlu diperoleh untuk mendukung perkembangan anak-anak usia dini. Ketiga aspek tersebut harus diberikan seoptimal mungkin, agar upaya menyiapkan generasi bangsa berkualitas menjadi lebih lancar. Hal itu dikatakan Plt. Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal (PAUDNI), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Hamid Muhammad, sebelum membuka secara resmi kegiatan Gebyar PAUD 2014 di Alun-alun MTQ, Kendari, Sulawesi Tenggara, Jumat (19/9) lalu. Ia menambahkan, upaya tersebut membutuhkan dukungan dari semua pihak. “Ini harus kita kerjakan bersama-sama. Kalau hanya mengandalkan pemerintah pusat, tidak mungkin kami dapat melayani dengan baik Kalau hanya anak usia dini yang mengandalkan jumlahnya hampir 30 juta,” tutur Hamid. pemerintah Pada saat ini, layanan pendidikan yang perlu pusat, tidak diberikan kepada anak mungkin kami usia dini difokuskan pada dapat melayani pendidikan karakter. Membangun karakter dengan baik tidak dapat dilakukan anak usia hanya dalam waktu satu atau dua tahun, dini yang tetapi membutuhkan jumlahnya langkah-langkah yang hampir 30 juta. berkelanjutan. “Ia akan dibawa hingga dewasa. Itulah mengapa pendidikan karakter sejak usia dini sangat penting,” ujarnya. Sementara itu, menurut survei terakhir yang dilakukan Kementerian Kesehatan, sebanyak 46 persen siswa SD di Indonesia mengalami malnutrisi. Jika ditarik mundur ke anak usia dini, fakta ini juga tampaknya tidak jauh berbeda terjadi pada mereka. Untuk itu, memberikan layanan kesehatan dan gizi semaksimal mungkin menjadi penting, karena kesehatan dan gizi yang memadai
akan meningkatkan kemampuan psikomotorik anak. Layanan terakhir yang juga tidak boleh diabaikan adalah perlindungan. Kasus yang terjadi pada anak usia dini, beberapa waktu lalu, di salah Foto-foto: Denis PIH satu sekolah di Balon udara dilepaskan sebagai tanda diluncurkannya program Provinsi Sulawesi Tenggara Jakarta membuktikan sebagai daerah pendidikan inklusif. Peluncuran ini dilakukan di sela-sela rangkaian puncak bahwa perlindungan peringatan Hari Aksara Internasional (HAI) 2014 yang berlangsung di Alun-alin MTQ, Kendari. terhadap anak belum benar-benar diberikan. menjadi hak seluruh warga negara mendapat Hal ini agar menjadi perhatian seluruh pihak perhatian serius pemerintah daerah. Misalnya untuk berperan dalam memberikan perlindungan dengan menganggarkan lebih dari Rp 4 miliar, seoptimal mungkin kepada anak-anak. “Dengan khusus untuk pendidikan inklusif. demikian, kita bisa menyiapkan generasi bangsa Ia menyadari keberadaan SLB dan sekolah kita menjadi lebih baik,” tutur Hamid. yang menyelenggarakan pendidikan inklusif masih sangat kurang. Hal ini mengingat, berdasarkan Pendidikan Inklusif data potensi Sebagai bagian dari rangkaian acara puncak desa di Sultra peringatan Hari Aksara Internasional (HAI) di tahun 2011, Kendari, Sulawesi Tenggara, dilakukan pula jumlah penduduk deklarasi Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) yang mengalami Pemerintah sebagai daerah pendidikan inklusif. Pencanangan ketunaan di Sultra tersebut dilakukan oleh Wakil Gubernur Sultra, HM. daerah, termasuk mencapai 6.084 Saleh Lasata, disaksikan oleh Hamid Muhammad. orang dan di pemerintah Deklarasi Sultra sebagai daerah yang ramah antaranya masih kabupaten/kota di terhadap penyandang disabilitas itu ditandai berada di rentang dengan pelepasan ratusan balon ke udara. usia pendidikan. Sultra, bertekad Dengan pencanangan ini, Sultra menjadi “Artinya masih untuk terus provinsi ke-7 yang mendeklarasikan diri sebagai banyak anak daerah inklusif. Sultra menyusul Kalimantan mengembangkan berkebutuhan Selatan, Aceh, Sumatera Selatan, Jawa Barat, khusus yang belum dan memajukan Sulawesi Selatan, dan DKI Jakarta. mendapatkan pelayanan Upaya Sultra menjadi provinsi pendidikan akses layanan inklusif diwujudkan dengan menyelenggarakan pendidikan. pendidikan inklusif. pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus Oleh karena di 14 sekolah. Selain itu, Sultra telah menyediakan itu, pemerintah daerah, termasuk pemerintah sebanyak 45 sekolah luar biasa (SLB) yang kabupaten/kota di Sultra, bertekad untuk terus tersebar di delapan kabupaten/kota. Masih ada mengembangkan dan memajukan pelayanan lima kabupaten/kota di daerahnya yang belum pendidikan inklusif,” jelas Wagub. memiliki SLB. Ia menambahkan, salah satu cara yang Saleh Lasata mengatakan, pendidikan yang ditempuh untuk memperluas akses pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus adalah dengan menyelenggarakan pendidikan inklusif. “Ini lebih efektif dan efisien dibandingkan membangun SLB baru,” ucap Wagub. Kepala Dinas Pendidikan Sultra, Damsid mengatakan, pendidikan inklusif adalah pendidikan yang dilaksanakan dengan semangat terbuka untuk merangkul semua kalangan berwawasan multikultural yang dapat membantu peserta didik mengerti, menerima, dan menghargai orang lain yang berbeda suku, budaya, nilai kepribadian, dan keberfungsian fisik dan psikologis. Pendidikan inklusi di Sultra telah dilakukan sejak 2013 dan mulai tahun ini diupayakan diselenggarakan di seluruh kabupaten/kota. (Ratih)
Sukses di Bidang Keaksaraan, Indonesia Dapat Apresiasi Dunia Indonesia patut berbangga. Indonesia termasuk negara dengan pencapaian tingkat keaksaraan dan pendidikan untuk semua (education for all) yang paling pesat di dunia. Penilaian itu dilakukan langsung oleh UNESCO. Kerja keras seluruh pihak dalam mendukung program keaksaraan menjadi kunci prestasi tersebut. Foto-foto: Denis PIH
Pencapaian Indonesia dalam Suasana diskusi buku pada Festival Taman Bacaan Masyarakat 2014 yang berlangsung di Alun-alun MTQ, Kendari, Sulawesi Tenggara, Kamis (18/9). bidang keaksaraan terus mendapat apresiasi. Setelah pada 2012 meraih berpendidikan adalah orang yang dan Kebudayaan (Kemdikbud), pencapaian tujuan pembangunan penghargaan aksara King Sejong sudah pasti menguasai pengetahuan Hamid Muhammad, dalam sambutan milenium dan pendidikan untuk dari UNESCO Paris, tahun ini dasar melalui kemampuan calistung. pada acara puncak peringatan Hari semua. Selain itu peringatan HAI Indonesia dilibatkan dalam Sejong “Tidak mungkin seseorang yang Aksara Internasional ke-49 di Kendari, ke-49 ini juga diselenggarakan di Project, sebuah program pendidikan Sulawesi Tenggara, Sabtu (20/9). Kota Kendari Sulawesi Tenggara yang tidak menguasai pengetahuan, keaksaraan pemerintah Korea Selatan dapat menjadi orang yang terdidik, Upaya pemerintah untuk mempunyai hampir 70 persen pulau yang dikerjasamakan dengan forum berbudaya, dan beradab. Maka, mengurangi angka tuna aksara terus terpencil, namun mampu mencapai Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat dilakukan. Hasilnya, setiap tahun tingkat keaksaraan hingga 96 persen. hubungan antara kemampuan (PKBM). calistung atau program keaksaraan angka tuna aksara berangsur turun. “Tentu ini merupakan capaian luar Tidak hanya itu, Indonesia juga melalui TBM, untuk menuju Hingga September 2014, Indonesia biasa,” katanya. dipercaya menjadi masyarakat yang beradab, sangat telah berhasil tuan rumah Keaksaraan kental hubungannya,” tegasnya. menurunkan penyelenggara Lebih lanjut, Wartanto angka buta aksara untuk Peradaban seminar Dua hari sebelumnya, menjelaskan, ketika sudah gemar orang dewasa internasional: Direktur Pembinaan Pendidikan membaca, pihaknya terus mendorong tinggal Hingga September 2014, hingga “PKBM dan Masyarakat, Direktorat Jenderal agar masyarakat menjadi gemar 3,8 persen atau Masyarakat PAUDNI, Kemdikdud, Wartanto menulis. Padahal, katanya, setiap tersisa 6,2 juta Indonesia telah berhasil Sipil Penggiat orang punya ilmu, pengalaman, mengungkapkan kaitan antara orang. Padahal menurunkan angka buta pada 2005, Pendidikan pengetahuan yang dapat keaksaraan dan peradaban. Nonformal” aksara orang dewasa didokumentasikan dalam bentuk Menurutnya, dengan menguasai masyarakat yang selama lima tulisan, sehingga dapat menjadi pengetahuan, masyarakat menjadi belum mengenal hingga tinggal 3,8 persen huruf masih tinggi berbudaya, dan pada tingkatan tahun berturutinspirasi bagi yang lain. “Untuk itu turut. Bahkan atau tersisa 6,2 juta berikutnya menjadi masyarakat saya berterima kasih kepada para yakni sekitar dalam seminar penggiat TBM untuk ikut mendorong beradab. Melalui Taman Bacaan 15 juta orang. orang. internasional tahun masyarakat untuk mau menulis, baik “Penurunan angka Masyarakat (TBM), warga diajak ini, Indonesia dalam bentuk puisi, pengalaman, untuk memiliki pengetahuan, melalui buta aksara ini berperan dalam mewujudkan kegiatan keaksaraan, yaitu baca, tulis, maupun yang lain,” ujar Wartanto. cukup signifikan,” katanya. komitmen 14 negara yang hadir untuk dan hitung (calistung). Fungsi TBM Senada dengan Wartanto, Selain itu, lanjut Hamid, disparitas selalu konsisten memberdayakan Ketua Forum TBM Indonesia, Heri antar provinsi juga semakin membaik. erat kaitannya dengan peradaban PKBM dan masyarakat sipil lainnya suatu bangsa. Hendrayana Harris atau lebih dikenal Buktinya saat ini hanya tinggal dua dalam mewujudkan pembangunan Pernyataan itu ia sampaikan dengan nama pena Gol A Gong provinsi yang masih menempati berkelanjutan dan pendidikan untuk saat membuka secara resmi mengatakan, kemampuan membaca persentase sepuluh persen dan tujuh kewargaan global. perlu ditingkatkan Festival Taman provinsi dengan tuna aksara di atas “Hal itu adalah tujuan kelima dari dengan menulis. Bacaan Masyarakat 200.000 orang. Untuk itu, Hamid tujuh kesepakatan, yaitu belajar “Pepatah China 2014 di Alun-alun menegaskan, ke depan pihaknya sepanjang hayat untuk semua,” ujar mengatakan, menulis MTQ, Kendari, akan berupaya untuk membantu Plt. Direktur Jenderal Pendidikan Anak provinsi dan kabupaten/kota yang adalah membaca Sulawesi Tenggara, Usia Dini, Nonformal dan Informal dua kali. Maka, ketika Kamis (18/9). masih mempunyai jumlah penduduk Kemampuan (PAUDNI), Kementerian Pendidikan kita sudah hobi Ia menjelaskan, dengan tuna aksara yang sangat
Piu (50) (kanan), warga belajar program keaksaraan, berbincang ringan dengan anggota kelompok lawak “Empat Sekawan”, Ginanjar dalam acara puncak peringatan Hari Aksara Internasional (HAI) ke-49 di Kendari, Sulawesi Tenggara, Sabtu (20/9). Setelah mampu membaca, Piu mengaku tidak perlu bantuan lagi jika menemukan tulisan yang perlu dibaca.
besar. Hamid menyebut, pihaknya memang memiliki komitmen untuk memberantas buta aksara. HAI yang selalu diperingati secara nasional setiap tahun menunjukkan konsistensi dan komitmen pemerintah Indonesia terhadap kesepakatan Konferensi Tingkat Menteri Negara anggota PBB pada 1965, yang bertekad membebaskan warga dunia dari buta aksara. Peringatan HAI ke-49 memiliki arti khusus bagi pemerintah Indonesia. Hal ini karena peringatan HAI tahun ini diselenggarakan di penghujung pengukuran
membaca perlu membaca, jika tidak seseorang yang beradab memiliki ditingkatkan dengan menulis, maka itu sikap mental yang akan menguap siamenulis. Pepatah mendukung setiap sia,” ujarnya. pembangunan. Membaca, China mengatakan, Ia juga memiliki menurut Gong menulis adalah pengetahuan adalah menunda membaca dua kali. umur, sementara dan keterampilan menulis berarti yang mendukung memperpanjang umur. Ketika kemajuan bangsa, dan ia adalah seseorang hanya membaca dan seseorang yang memiliki sesuatu yang dapat dibanggakan. “Nah, orang tidak menulis, saat meninggal ia akan yang beradab ini bisa tercapai jika dilupakan begitu selesai dimakamkan. orang itu sudah memiliki kebudayaan. “Tapi jika menulis, maka usia kita Ia sudah membudayakan dirinya barang kali seperti yang dikatakan dengan sikap mental yang diperoleh Chairil Anwar, “Aku mau hidup seribu melalui proses setiap hari. Orang tahun lagi”. Mudah-mudahan semua yang berbudaya adalah orang yang hadir di tempat ini bisa hidup yang sudah memiliki pengetahuan lebih panjang dari jazadnya, karena dan keterampilan melalui proses ada karya yang kita sumbangkan,” pendidikan,” paparnya. katanya seraya mengapresiasi Menurutnya, orang yang kegiatan ini. (Ratih)
Bekerja dengan Tulus, Wujudkan Perahu Baca Aktif berperan di tengah masyarakat menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari lembaga peraih penghargaan keaksaraan ini. Ide dan langkah kreatif menjadi bagian dalam menjalankan roda organisasi hingga menjadi gerakan yang tak terpisahkan dari masyarakat. Pengakuan pemerintah yang terwujud dalam penghargaan merupakan salah satu pendorong bagi lembaga pendidikan ini, seperti penghargaan yang diberikan oleh pemerintah pada acara puncak peringatan Hari Aksara Internasional (HAI) ke-49 di Kendari, Sulawesi Tenggara, belum lama ini. Berikut ini penuturan dua lembaga periah penghargaan tersebut kepada kepada Asah Asuh, Senin (20/10).
Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Bantul, DI Yogyakarta Juara I SKB Berprestasi Penghargaan ini sungguh di luar dugaan. Kami sama sekali tidak menyangka, karena selama ini kami bekerja dengan tulus, tanpa mengharap pengakuan semacam ini. Saya sebagai Kepala SKB sering menyampaikan kepada para pendidik di sini untuk bekerja dengan ikhlas dan hati. Dengan demikian, segala macam pekerjaan yang dilakukan tentu akan berjalan dengan baik dan lancar, tanpa ada beban dan kesulitan berarti. Dalam mengembangkan SKB, kami paham betul bahwa kualitas adalah yang utama. Untuk itu kami terus berusaha meningkatkan mutu pendidikan pada seluruh program yang kami jalankan. Lembaga kami telah mendapat pengakuan ISO 9001:2008 sejak 2010. Selain itu, empat program utama kami juga telah memeroleh akresitasi BAN-PNF. Dalam bekerja, kami menggunakan strategi “Komit Kerjaku”. Ini merupakan akronim untuk kompak, mitra kerja, dan kualitas. Kompak, artinya bekerja dengan mengedepankan rasa kekeluargaan, saling kenal, memberi kesempatan, kepercayaan, dan kesejahteraan. Mitra kerja berarti membangun kerja sama dengan para profesional di bidangnya. Misalnya, kami telah menjalin kerja sama dengan sejumlah narasumber dari kalangan profesional untuk menjadi tenaga pengajar lepas di bidang tata rias pengantin dan tata busana. Terakhir kualitas. Tanpa kualitas, program yang kami jalankan tentu akan sia-sia. Tidak hanya sebagai lembaga yang menyelenggarakan Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal (PAUDNI), SKB Bantul juga menjadi tempat uji kompetensi (TUK). Kami bekerja sama dengan Lembaga Sertifikasi Kompetensi (LSK). Sejak 2011, telah ada sekitar 1.620 pendidik PAUD yang lulus dari TUK di SKB ini. Sebagai bukti bahwa SKB ini mengedepankan kualitas, sejumlah prestasi telah kami torehkan. Misalnya pada 2012 yang lalu, kami meraih juara tiga tingkat nasional untuk lomba tata rias pengantin. Di tahun yang sama, kami juga meraih juara satu tingkat nasional untuk lomba merias hantaran. Sementara pada 2014, Alhamdulillah kami meraih juara satu untuk lomba kepala SKB dan SKB berprestasi, serta masih banyak prestasi lainnya. Untuk menjangkau masyarakat lebih luas, kami memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan informasi mengenai kegiatan dan program yang kami lakukan. Kami juga bermitra dengan media massa cetak dan elektronik. Kami juga memiliki portal www.skb-bantul.com yang dapat diakses oleh masyarakat. Ke depan, tentu kami tidak akan terlena dengan predikat sebagai SKB berprestasi juara pertama. Kami menyadari, mempertahankan prestasi lebih
berat ketimbang meraihnya. Untuk itu kami akan terus bekerja lebih baik lagi. SKB yang baik dan berkualitas pasti dicari oleh masyarakat. Bahkan ada peserta kursus yang berasal dari luar kota sengaja datang jauh-jauh untuk mengikuti pendidikan di SKB kami.
Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Bakau, Sumatera Utara TBM KreatifRekreatif Meraih penghargaan sebagai TBM kreatif-rekreatif tentu sebuah kebanggaan bagi kami. Berdiri sejak 2012, taman baca Bakau ikut berperan dalam memberikan pendidikan nonformal kepada masyarakat sekitar pesisir. Setidaknya ada tiga program unggulan yang kami lakukan, yaitu visual literasi, pendidikan lingkungan, dan pengembangan masyarakat Foto-foto: Denis PIH (community development). Visual literasi dikenalkan pertama kali kepada masyarakat pada awal 2013. Program enam bulanan ini mengajarkan kemampuan membaca dan peningkatan minat baca kepada tiga kelompok masyarakat. Kelompok A adalah peserta didik prasekolah untuk persiapan masuk ke jenjang pendidikan dasar. Kelompok B adalah peserta didik yang memiliki masalah membaca, misalnya pelajar atau orang dewasa yang belum mampu membaca dan menulis. Kelompok C diisi oleh anak-anak yang lebih dewasa untuk meningkatkan minat baca dengan metode yang menyenangkan. Apa itu visual literasi? Ini adalah program pengenalan literasi kepada masyarakat dengan menggunakan visualisasi. Contoh mudahnya adalah sebelum memulai pelajaran, peserta didik diajak ke luar ruangan untuk melihat benda atau objek yang ada di sekitarnya. Misalnya mereka melihat pohon, kemudian akan dijelaskan oleh pengajar bagaimana menulis kata itu. Ada sekitar 65 orang yang bergabung dalam program visual literasi ini. Program kedua adalah pendidikan lingkungan. Hidup di wilayah pesisir sangat tergantung dengan kondisi alam yang dipengaruhi lingkungan. Maka, menjaga lingkungan di wilayah pesisir ini sangat penting, salah satunya agar dapat menjaga hasil tangkapan para nelayan. Secara periodik kami bawa warga belajar untuk melakukan aksi menanam pohon bakau (mangrove). Bahkan kami telah memiliki Pusat Pendidikan Penanaman Mangrove yang berlokasi di dekat TBM. Sudah ada sekitar 30 ribu pohon mangrove yang kami tanam. Harapan kami, lewat pendidikan lingkungan ini, anak-anak nelayan dapat lebih mencintai dan menghargai pentingnya alam bagi kelangsungan kehidupan ekonomi mereka. Karena bagi seorang nelayan, ekosistem hutan mangrove sangat mempengaruhi hasil tangkapan mereka. Kehidupan ekonomi yang terganggu akan berdampak pada bidang kehidupan lainnya, seperti sosial dan pendidikan. Sementara itu, program ketiga adalah pengembangan masyarakat yang diperuntukkan bagi masyarakat nelayan yang tidak sedang melaut. Kami berikan pelatihan keterampilan yang bisa menghasilkan ekonomi tambah. Misalnya mengelola limbah laut dan sampah plastik menjadi kerajinan, seperti vas bunga, dan lain-lain. Produknya kemudian dijual dan secara periodik menerima pesanan dari berbagai kalangan. Baru-baru ini kami juga mengelola daun jeruju, yaitu daun yang terdapat di pohon mangrove, untuk dibuat sebagai teh. Saat ini kami terus memperbaiki kualitas dan diharapkan pada 2015, saat produknya memang semakin baik, kami akan meluncurkannya kepada masyarakat. Untuk pengujian laboratorium teh daun jeruju ini, kami akan menjalin kerja sama dengan pihak perguruan tinggi. Kami memiliki cita-cita, suatu saat nanti dapat mewujudkan perahu baca. Perahu ini diharapkan dapat menjangkau masyarakat nelayan di pesisir timur Sumatera Utara, serta kawasan terdekat dari Deli Serdang dan Medan. Dengan perahu baca ini diharapkan semakin banyak anak-anak nelayan yang terjangkau dengan buku, sehingga mampu meningkatkan kapasitas mereka. (Ratih)
Kongres Pelajar Nusantara
Generasi Muda Harus Berkarakter Generasi muda, yang kelak akan berada di tampuk pemerintahan, harus memiliki kepribadian dan karakter. Hal itu dapat dibentuk dalam pendidikan, karena pendidikan sebagai pilar utama untuk membentengi diri dari perilaku menyimpang, seperti korupsi dan sikap tidak peduli terhadap sesama. “Pesan saya, jadi apapun nanti, harus dijalani secara jujur. Jangan mau disuap,” kata Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Abraham Samad, menjawab pertanyaan siswa peserta Kongres Pelajar Nusantara, Senin (10/11), di Surabaya, Jawa Timur. Lebih dari 600 pelajar dari seluruh Indonesia mengikuti Kongres Pelajar Nusantara di Surabaya, 8-12 November lalu. Kegiatan yang dibuka oleh Walikota Surabaya, Tri Rismaharini, ini membahas perihal sosial, lingkungan hidup, nasionalisme, kepemimpinan, dan kewirausahaan. Terkait sikap tak acuh yang cenderung menghinggapi generasi muda, Abraham mengatakan, harus dihilangkan mulai dari anggota masyarakat terkecil, yaitu diri sendiri. Perilaku menyimpang seperti itu harus dibuang. “Oleh karena itu pendidikan menjadi sangat utama,” tegasnya. Ditemui usai pembukaan kongres di Airlangga Convention Center, Universitas Airlangga, Surabaya, Tri Rismaharini, menjelaskan bahwa kongres ini bertujuan mempertemukan pelajar di seluruh Nusantara untuk mempererat tali Foto: Jilan PIH persaudaraan. “Pesan yang ingin disampaikan dalam kongres ini
adalah semua pelajar adalah saudara. Jadi, diharapkan tidak ada tawuran pelajar atau apapun,” katanya. Berbagai kegiatan mewarnai pertemuan pelajar yang merupakan ketua OSIS seluruh Indonesia ini. Beberapa kegiatan bukan hanya diikuti peserta, melainkan juga melibatkan ratusan pelajar kota Surabaya. “Saya dapat teman dari Lombok. Dia sangat menyenangkan,” kata Yoga, siswa SMK Khusus Angkatan Laut Surabaya. (Aline)
Seminar Kebudayaan
Kaji Informasi Koleksi Museum Museum diharapkan mampu menata, mengkonservasi koleksi, dan mengkaji informasi, yang terdapat pada koleksi yang dimilikinya. Hal itu bertujuan mendapatkan pemahaman mengenai makna benda koleksi tersebut. Hal itu disampaikan oleh Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kacung Marijan, ketika memberi sambutan sekaligus membuka seminar ‘Hasil Kajian Benda Koleksi Museum Nasional’ di Gedung Museum Nasional, Jakarta, Selasa (11/11). Museum Nasional yang berdiri sejak tahun 1997, memiliki kurang lebih 142.000 benda koleksi yang terdiri atas 7 jenis koleksi, yaitu koleksi prasejarah, arkeologi, keramik, numismatik dan heraldik, sejarah, etnografi dan geografi. Kacung menjelaskan, kajian tersebut bertujuan mencari kebenaran
mengenai informasi dari benda koleksi yang dimiliki oleh Museum Nasional. Untuk menggali informasi tersebut, Museum Nasional mengkaji empat koleksi yang dimilikinya, yaitu Makara di Jawa, Uang Kampua dari Kerajaan Buton, Tempayan Singkawang, dan Seraung Kalimantan Timur. Ia menambahkan, benda koleksi tersebut dahulu diciptakan tidak hanya dengan fungsi tertentu, melainkan juga memiliki nilai yang dianut dan dipegang teguh oleh masyarakat pada waktu itu. Dengan begitu, pengkajian yang bertujuan mendapatkan pemahaman mengenai makna dalam benda koleksi tersebut, harus dilakukan. Kepala Museum Nasional, Intan Mardiana, mengemukakan kepada wartawan, kajian yang sedang dilakukan merupakan bagian dari usaha untuk memberikan informasi yang otentik kepada masyarakat. Selain melalui seminar, Museum Nasional telah menjalin kerjasama dengan Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) dan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB). Kerjasama tersebut bertujuan untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap mengenai benda koleksi yang dimiliki museum nasional, serta mendapat perbandingan tentang kajian yang telah dilakukan dengan informasi yang ada di daerah dan di masyarakat. Kajian tersebut dilakukan dengan studi literatur yang ada di perpustakaan, studi data kuno, prasasti, melihat sejarah kerajaan yang pada masa lalu, dan naskah sejarah lainnya. “Kami melakukan studi literatur yang ada di perpustakaan, dan secara langsung membandingkan apa yang kami dapat dari bahan-bahan yang sudah kami Foto: Istimewa kumpulkan dengan apa yang ada di lapangan, sehingga kami tidak ngarang,” ujar Intan. (Harriswara)
Apresiasi Sastra Siswa Sekolah Dasar 2014
Terpilih 30 Karya Sastra Siswa SD Terbaik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menetapkan 30 karya sastra siswa SD/MI sebagai karya terbaik dalam lomba Apresiasi Sastra Siswa Sekolah Dasar 2014. Karya tersebut dipilih setelah diseleksi berdasarkan kriteria yang ditetapkan. Dari 1.030 naskah yang diterima, terpilih 165 naskah karya dari 24 provinsi. Naskah terpilih itu terdiri atas 90 karya cerita pendek, 25 karya pantun, 25 karya syair, dan 25 karya dongeng. Selanjutnya, dari 165 naskah yang terpilih dari berbagai wilayah Indonesia itu, penulisnya diundang ke Jakarta untuk mengikuti pembinaan tentang cara-cara menulis yang baik. Mereka diberikan kesempatan memperbaiki karya tulisnya kembali,
kemudian karya perbaikan itulah yang dilombakan dalam tahap final. “Hasilnya, terpilih 30 karya terbaik tingkat nasional,” kata Direktur Jenderal Pendidikan Dasar, Hamid Muhammad, dalam acara penyerahan hadiah bagi para pemenang, di Gedung D, Kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Jakarta, Kamis (6/11). Selain mendapatkan piala dan piagam, tambah Hamid, para pemenang juga memperoleh beasiswa bakat dan prestasi. Lomba ini merupakan acara tahunan yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kemendikbud bekerja sama dengan penerbit buku Mizan. Acara ini digelar sejak 2010 yang bertujuan untuk menumbuhkembangkan bakat dan minat siswa SD/MI dalam menulis karya. “Ini sebagai wujud ekspresi diri sekaligus sebagai bagian penting dalam pendidikan karakter bangsa. Kegiatan ini juga sebagai forum apresiasi dan kompetisi bagi siswa SD dalam menulis karya siswa,” tutur Hamid. Dalam acara penyerahan hadiah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan, mengapresiasi karya yang dihasilkan para siswa tersebut dan menyampaikan bahwa seluruh peserta yang mengikuti lomba ini adalah sang juara. “Mereka yang tampil ke depan adalah perwakilan para juara, karena adik-adik sekalian semuanya adalah juara,” ujarnya, yang langsung disambut tepuk tangan meriah para peserta. Mendikbud mengungkapkan, kemampuan berekspresi melalui kegiatan menulis adalah bagian dari kreativitas. Dan, Indonesia membutuhkan banyak generasi muda kreatif, karena kreativitas menjadi salah satu daya ungkit yang luar biasa dalam menunjang keberhasilan. Memiliki kemampuan menulis dan mendongeng, kata Mendikbud, bukan berarti melulu berprofesi sebagai penulis atau pendongeng saat dewasa nanti. Sebaliknya, kemampuan ini dapat menjadi penunjang dalam berbagai bidang pekerjaan. Misalnya, jika kelak memilih menjadi insinyur, maka ia menjadi insiyur yang Foto: Harris PIH mampu mengekspresikan gagasan dengan penuh kreativitas. “Dampaknya dahsyat. Produktivitas yang ditambah kreativitas itu daya ungkitnya luar biasa. Teruskan itu!” pinta Mendikbud. (Ratih)
Mendikbud Terima 12 ‘Tamu Cilik’ Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan, menerima 12 “tamu cilik” di Kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Rabu (5/11) sore. Ke-12 “tamu cilik” itu adalah pemain sepak bola yang tergabung dalam Sekolah Sepak Bola Asli Sepak Bola Anak Desa (SSB ASAD) 313 Purwakarta, yang berlaga di Final Dunia Danone Nations Cup di Arena SC Corinthians, Paulista, Brazil, 14-16 November 2014. Mereka mewakili tim sepak bola Indonesia kategori usia 10-12 tahun. “Adik-adik sudah bikin prestasi luar biasa dengan mengikuti lomba internasional ini,” ujar Mendikbud. “Adik-adik akan berangkat ke Brazil dengan semangat Garuda Indonesia di dada, do your best, lakukan yang terbaik! Beristirahatlah setelah pertandingan, jangan saat bertanding, dan tunjukkan sportivitas,” lanjut Mendikbud. Pada kesempatan itu, Mendikbud menjanjikan beasiswa bagi mereka sepulang dari Brazil jika mereka berhasil mempersembahkan medali bagi negara. “Kalau kalian berhasil mengumandangkan Indonesia Raya di sana, maka akan saya beri hadiah beasiswa,” katanya. Beasiswa kiranya memang layak diberikan, mengingat perjuangan mereka sejak awal kompetisi. Pada pemain yang masih duduk di tingkat SMP ini melalui proses seleksi yang tergolong ketat, mulai dari uji tanding tingkat regional, hingga nasional. Seleksi uji tanding sudah diselenggarakan di 13 kota pada JanuariApril 2014. Sedangkan, final regional diselenggarakan pada Juni 2014. Yadi Mulyadi, gelandang dan kapten tim SSB ASAD 313 Purwakarta, yakin dapat beprestasi di Brasil. Di bawah asuhan pelatih Jackson, seluruh anggota tim dikarantina di Batu, Malang, Jawa Timur selama seminggu. Latihan ini dilakukan pagi dan sore hari, pukul 07.00-08.30 dan pukul 15.00-14.00. Di siang harinya, antara pukul 09.00-12.00, mereka belajar layaknya anak kelas 1 SMP lainnya. (Gloria, Aline)
Foto: Ridwan PIH
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan mengajak para atlet cilik yang tergabung dalam SSB ASAD 313 Purwakarta menyatukan tangan sebagai tanda semangat sebelum berangkat dalam ajang Final Dunia Danone Nations Cup di Brazil, 14-16 November 2014.
Andi Tentribali Hikmah Napace
‘Jeritan-jeritan Roh’ Hobi membaca dan menulis sejak kecil mempermudah Andi Tentribali Hikmah Napace menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan. Hal ini terbukti ketika Tenri, demikian dia biasa disapa, mengikuti lomba menulis cerita pendek kategori pemula. Ia meraih juara pertama lomba bertema “Apresiasi Sastra Siswa Sekolah Dasar 2014” tersebut. Prestasi itu mengantarkannya bertemu langsung dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan, dalam acara penyerahan piagam dan hadiah kepada para pemenang. Pada perlombaan itu, siswa kelas IV SD Islam Al Azhar 21 Pontianak, Kalimantan Barat, ini menulis cerita pendek berjudul “Jeritan-Jeritan Roh”. Wah, Tanri menulis cerita seram ya? “Bukan. Ini cerita tentang seorang anak bernama Rohani. Dia biasa dipanggil teman-temannya dengan nama Roh,” jelas Tenri usai acara penutupan lomba, di Jakarta, Kamis (6/11). Bocah berkerudung ini mengungkapkan, cerita pendek ini terilhami dari pengalamannya sendiri. “Jadi ceritanya, Roh ini punya adik. Karena kenakalan adiknya, Roh suka menjerit-jerit kesal, termasuk saat sang ibu meminta Roh membuang popok sekali pakai yang sudah menumpuk di kamar mandi. Roh tidak suka, makanya ia sering menjerit,” tutur Tenri, yang hobi membacanya “tertular” oleh kedua orang tuanya. Di rumah, kedua orang tuanya memiliki perpustakaan mini. Cerita tidak berhenti di situ. Tenri melanjutkan, Roh kemudian diminta sang ibu untuk mengambil uang hasil menitipkan kue di warung. Ibu berpesan agar uangnya langsung dibelikan sebungkus popok untuk adiknya. “Nah, dari situ Roh berpikir, kasihan sekali ibunya menjual kue yang uangnya dibelikan popok dan akhirnya popok itu harus dibuang juga,” cerita Tenri. Roh kemudian berpikir, apa yang bisa dilakukan dengan popok bekas adiknya. “Ternyata popok bekas dapat menjadi media tanam yang cukup baik untuk toge. Roh mencobanya di rumah, dan mengikuti lomba karya ilmiah siswa dengan memanfaatkan popok bekas adiknya itu,” lanjut Tenri yang senang menggambar ini. Ilmu tentang pemanfaatan popok bekas ini diperoleh Tenri dari sekolah. Saat besar nanti, Tenri bercita-cita sebagai seorang pengacara. Lho, tidak mau jadi penulis? “Ya, itu juga. Tapi sebagai hobi,” ujarnya. Ia menambahkan, sejak ikut Konferensi Penulis Cilik Indonesia, dirinya
menjadi lebih semangat mengembangkan bakatnya dalam membaca dan menulis cerita. Ia bercita-cita suatu saat ini dapat menghasilkan buku yang dapat menjadi inspirasi bagi orang lain. Semoga segera terealisasi ya. (Ratih)
Foto: Harris PIH
Konser Karawitan Muda Indonesia
Gamelan Fusion Penampilan musik gamelan yang dikemas dengan nada fusion berhasil menghipnotis ratusan siswa yang hadir di Gedung Kesenian Jakarta, Selasa (28/10) malam. Tepuk tangan meriah penonton terdengar bergemuruh usai belasan pemuda dari kelompok musik JES Gamelan Fusion memainkan alat musiknya masing-masing. Mereka tampil dalam Konser Karawitan Muda Indonesia (KMI) ke-8 yang diselenggarakan bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda. Jenis musik yang dipertunjukkan kelompok ini memang sedikit berbeda. Mereka menggabungkan antara gamelan khas Bali, Jegog dan Semar Pagulingan tujuh nada yang dipadukan dengan gamelan Baleganjur dan
Jimbe, yaitu alat musik Afrika yang sangat populer di Bali. “Perpaduan dari beberapa jenis alat gamelan ini diharapkan mampu menampilkan karya musik inovatif yang atraktif dan dinamis,” ujar komposer I Nyoman Windha. Kelompok musik yang terdiri atas kaum muda ini membawa dua buah karya terbarunya, yaitu Bima Kroda berdurasi tujuh menit dan Rampak Jimbal yang dimainkan selama enam menit. Kedua karya ini dimainkan dengan tempo cepat dengan pertimbangan estetika musik yang matang. Hasilnya, irama yang dihasilkan menunjukkan semangat kebersamaan. Sejak berdiri pada 31 November 2006, kelompok musik ini sudah sering tampil dalam acara-acara bergengsi seperti Pesta Kesenian Bali, Festival Musik Bambu Nusantara, Java Jazz yang berkolaborasi dengan World Peace Orchestra (WPO) pimpinan musisi Dwiki Dharmawan, Konser Akbar dalam forum ADB pada 2010, dan masih banyak lagi. KMI memang ajang bagi siswa untuk turut serta berperan dalam pelestarian budaya. Kegiatan ini terselenggara atas kerja sama Komisi Nasional Indonesia untuk Unesco (KNIU) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta. “Terselenggaranya KMI ke-8 merupakan bagian dari komitmen dan upaya berkelanjutan KNIU dalam meningkatkan partisipasi aktif pemuda dalam pelestarian kebudayaan nasional,” kata Ketua KNIU, Arief Rachman. Di tempat yang sama, penggagas awal KMI, Edi Sedyawati, mengatakan, melalui kegiatan ini diharapkan para pemuda Indonesia dapat menjadi pemilik sepenuhnya khasanah musik karawitan Indonesia dan turut berperan aktif dalam pengembangannya. Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Arie Budhiman, menambahkan, KMI merupakan komitmen pemerintah daerah dalam melestarikan budaya karawitan. (Aline, Foto: Aline PIH Ratih)