ANALISIS TINGKAT PEMENUHAN SARANA PROTEKSI AKTIF DAN SARANA PENYELAMATAN JIWA DI AREA PABRIK PT. SENTRAFOOD INDONUSA TAHUN 2010
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
OLEH : FAJAR IQBAL AMRULLAH 104101003184
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/ 2010 M
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, Juni 2010
Ketua
(Iting Shofwati, ST. MKKK)
Anggota I
(Dr. Arif Sumantri, MKes)
Anggota II
(Farida Tusafariah, MKes)
vii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Juni 2010
(Fajar Iqbal Amrullah)
v
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Judul Skripsi
ANALISIS TINGKAT PEMENUHAN SARANA PROTEKSI AKTIF DAN SARANA PENYELAMATAN JIWA DI AREA PABRIK PT. SENTRAFOOD INDONUSA TAHUN 2010
Telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, Juni 2010 Mengetahui
Iting Shofwati, ST, MKKK Pembimbing Skripsi
vi
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA Skripsi, Juni 2010 FAJAR IQBAL AMRULLAH, NIM: 104101003184
Analisis Tingkat Pemenuhan Sarana Proteksi Aktif dan Sarana Penyelamatan Jiwa di Area Pabrik PT. Sentrafood Indonusa Tahun 2010
xxi + 135 halaman, 21 tabel, 8 gambar, 6 lampiran
ABSTRAK Kebakaran adalah sesuatu hal yang sangat tidak diinginkan yang dapat menyebabkan penderitaan dan malapetaka. Api terbentuk jika terdapat keseimbangan unsur-unsur yang terdiri dari bahan bakar, panas dan udara atau sering disebut segitiga api (Depnaker, 1995). Terjadinya kebakaran di industri tidak hanya menghilangkan harta benda maupun nyawa, akan tetapi mengganggu keberlangsungan kegiatan operasional sehingga mengganggu stabilitas dan kontinuitas kegiatan industri yang pada akhirnya menyebabkan semakin besarnya kerugian financial yang ditanggung oleh perusahaan. PT. Sentrafood Indonusa yang bergerak dalam bidang produksi mie instant dengan jenis normal noodle, dalam kegiatan proses pembuatan hariannya perusahaan menggunakan beragam bahan yang dapat menimbulkan efek panas, dan menghasilkan energi panas yang merupakan efek dari penggunaan mesin secara terus-menerus, dan listrik bertegangan tinggi. Semua hal tersebut berpotensi menimbulkan bahaya kebakaran. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat pemenuhan sarana proteksi aktif dan sarana penyelamatan jiwa di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa tahun 2010 berdasarkan beberapa standar acuan seperti KEPMEN PU No.10/KPTS/2000, Permenaker No.02/MEN/1983, Permenaker No.04/MEN/1980 dan Standar Nasional Indonesia (SNI). Pada penelitian ini menggunakan desain kualitatif dengan menggunakan pendekatan observasional dengan jenis penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang menggambarkan sistem proteksi kebakaran di PT. Sentrafood Indonusa. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada area pabrik PT. Sentrafood Indonusa tahun 2010, didapatkan bahwa tingkat pemenuhan sarana proteksi aktif di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa sebesar 51,6 %, dengan rincian yaitu alarm kebakaran 75 %, APAR 91 %, hidran 92 %, sistem deteksi (detektor) tidak ada dan sprinkler tidak ada. Sedangkan tingkat pemenuhan sarana penyelamatan jiwa di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa sebesar 68,57 %, dengan rincian yaitu sarana jalan
i
ii
keluar 80 %, pintu darurat 43 %, tangga darurat 50 %, tempat berhimpun 100 %, lampu darurat 71,42 % dan sistem pengendali asap 67 %. Saran yang dapat direkomendasikan adalah melengkapi sarana proteksi aktif seperti pengadaan sistem detektor dan sprinkler yang belum terdapat pada area pabrik PT. Sentrafood Indonusa sedangkan pada sarana penyelamatan jiwa melengkapi pemenuhan pada pintu darurat dan tangga darurat yang ada di PT. Sentrafood Indonusa sehingga dapat mencegah dan mengetahui dengan segera terjadinya bahaya kebakaran. Daftar bacaan : 25 (1980 - 2009)
ii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE PROGRAM STUDY of PUBLICH HEALTH OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY Skripsi, in June 2010 FAJAR IQBAL AMRULLAH, NIM 104101003184 The Analysis of Protection Level Facilities on Compliance and Life Saving Facilities in Factory Area PT Sentrafood Indonusa Year 2010
xxi + 135 pages + 21 tables + 8 pictures + 6 attachments
ABSTRACT Fire is something that is highly undesirable that may cause suffering and misfortune. Fire was formed if there are elements of balance that consists of fuel, heat and air, or often called the fire triangle ( Depnaker, 1995 ). Occurrence of fires in the industry not only eliminate the property or lives, but the sustainability of operational activities that disrupt the stability and continuity of industrial activities which eventually led to the widening financial losses incurred by companies. PT. Sentrafood Indonusa engaged in the production of instant noodles with a normal type of noodle, in activities of daily manufacturing process the company uses a variety of materials that can cause the heating effect and produces heat energy which is the effect of using the machine constantly, and high-voltage electric. All of these are potentially dangerous fire. This study aimed to determine the level of active protection and fulfillment facilities life-saving tool in the PT. Sentrafood Indonusa karawang district in 2010 based on several reference standards such as Kepmen PU No.10/KPTS/2000, Permenaker No.02/MEN/1983, Permenaker No.04/MEN/1980 and the Indonesian National Standard (SNI). In this research uses a qualitative design using an
iii
iv
observational and descriptive research, ie research that describes the fire protection systems in PT. Sentrafood Indonusa. From the results of research conducted at PT. Sentrafood Indonusa year 2010, it was found that the level of compliance means of active protection in the PT. Sentrafood Indonusa 51,6%, with details that 75% of fire alarms, APAR 91%, hydrant 92%, sprinkler and the detector is not available. While the level of fulfillment of life-saving tool in the PT. Sentrafood Indonusa of 68.57%, with details of means of exit 80%, 43% emergency exit, emergency ladder 50%, where the assembled 100%, 71,42% of emergency lights and smoke control system is 67%. Suggestions that can be recommended is the complete active protection facilities such as provision of sprinklers that have not been on PT. Sentrafood Indonusa while in the complete fulfillment of life-saving tool in the emergency exit and fire stairs are there at. Sentrafood Indonusa so it can prevent and find out immediately the occurrence of a fire hazard.
The list of the reading material : 25 (1980-2009)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan laporan Skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, beserta para sahabat dan para pengikutnya. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat sebagai Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) dengan judul “Analisis tingkat pemenuhan sarana proteksi aktif dan sarana penyelamatan jiwa di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa tahun 2010”. Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan, petunjuk, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, untuk itu dengan ikhlas dan penuh kerendahan hati penulis ingin menghaturkan rasa syukur sebagai implementasi dari rasa terima kasih kepada : 1. Bapak Jamal selaku manager MEDCO yang sudah banyak membantu kelancaran proses penulisan Skripsi 2. Bapak Meidi Lazuardi selaku Direktur Utama PT. Sentrafood Indonusa yang telah mengijinkan tempat dan waktunya selama proses penulisan Skripsi. 3. Bapak Tris Suharsono selaku Pembimbing Lapangan yang telah memberikan bimbingan , nasihat, pengarahan, dan koreksi dalam mengevaluasi laporan skripsi ini.
ix
x
4. Bapak Beny dan Bapak Munir yang sudah mengantarkan sampai ke tempat lokasi. 5. Bapak Supriyanto, SH selaku HRD PT. Sentrafood Indonusa yang sudah banyak membantu penulis 6. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK. selaku Pembimbing Skripsi dan penanggung jawab peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, dorongan, dan kritik dalam penyusunan laporan Skripsi ini. 7. Bapak dr. Yuli Prapanca Satar, MARS, SKM, Selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat 8. Ibunda yang tercinta yang membesarkan penulis dan yang selalu mendo’akan penulis sampai laporan skripsi ini selesai. Luv u so Much. 9. Kakak tercinta beserta Istrinya Mas Dedy, Mba Ana yang sudah banyak membantu penulis, baik Moral maupun Moril sehingga laporan Skripsi ini selesai. 10. Keluarga Besar Hj. Zubaedah yang sudah banyak membantu penulis sampai Skripsi ini selesai. “Jasa-jasamu akan ku kenang selalu” 11. Nurhilmiawati yang telah memberi support, perhatian, keceriaan dan kesetiaanya yang selalu menemani sang penulis. 12. Sahabat-sahabat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat UIN Jakarta yang telah banyak membantu penulis dengan memberikan semangat dan saran dalam penyusunan laporan Skripsi ini.
xi
13. Sahabat-sahabat hidup se-kontrakan (Irwan Kurniawan, Purwanto, Surma Adnan, dan Darif), yang telah menemani penulis hingga sekitar dua tahun untuk menjalani kerasnya kehidupan sebagai mahasiswa di Ciputat. 14. Dan berbagai pihak lain yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu. Kepada Allah jualah akhirnya penulis serahkan segalanya serta panjatkan doa semoga amal kebajikan mereka diterima disisi-Nya, serta diberikan pahala yang berlipat ganda sesuai dengan amal perbuatannya. Penulis berharap semoga Laporan Skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, serta bagi para pembaca pada umumnya. Saran dan kritik senantiasa penulis harapkan agar dapat dijadikan masukan di waktu mendatang.
Jakarta, juni 2010
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................................... i ABSTRACT .............................................................................................................. ..iii LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................................ v PERNYATAAN PERSETUJUAN............................................................................ vi PANITIA SIDANG ................................................................................................... vii RIWAYAT HIDUP .................................................................................................. viii KATA PENGANTAR ............................................................................................... ix DAFTAR ISI ............................................................................................................. xii DAFTAR TABEL ................................................................................................. xviii DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xx BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 5 1.3 Pertanyaan Penelitian .................................................................................. 6 1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 7 1.4.1 Tujuan Umum ................................................................................... 7 1.4.2 Tujuan Khusus ................................................................................... 8 1.5 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 9 1.5.1 Bagi Perusahaan ................................................................................. 9 1.5.2 Bagi Prodi KESMAS ....................................................................... 10
xii
xiii
1.5.3 Bagi Peneliti ..................................................................................... 10 1.6 Ruang Lingkup Penelitian......................................................................... 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Api dan Terjadinya Api ................................................................... 12 2.2 Klasifikasi Kebakaran ............................................................................... 13 2.3 Sebab-sebab Terjadinya Kebakaran.......................................................... 15 2.4 Tingkat Bahaya Kebakaran ....................................................................... 17 2.5 Dasar Hukum Pengawasan Penanggulangan Kebakaran dan Pencegahan Kebakaran ........................................................................... 20 2.6 Sistem Proteksi Kebakaran ....................................................................... 21 2.6.1 Sarana Proteksi Aktif ....................................................................... 22 1. Alarm Kebakaran ......................................................................... 23 2. Detektor........................................................................................ 24 3. Sprinkler....................................................................................... 27 4. APAR ........................................................................................... 29 5. Hidran........................................................................................... 32 2.6.2 Sarana Penyelamatan Jiwa ............................................................... 34 1. Jalan Keluar.................................................................................. 35 2. Pintu Darurat ................................................................................ 35 3. Tangga Darurat............................................................................. 36 4. Tempat Berhimpun....................................................................... 37 5. Lampu Darurat ............................................................................. 38 6. Sistem Pengendali Asap............................................................... 39
xiv
2.7 Teknik Skoring.......................................................................................... 40 BAB III KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Konsep ...................................................................................... 42 3.2 Definisi Istilah........................................................................................... 43 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian.......................................................................................... 53 4.2 Lokasi & Waktu Penelitian ....................................................................... 53 4.3 Informan.................................................................................................... 53 4.4 Pengumpulan Data .................................................................................... 54 4.5 Pengelolaan Data....................................................................................... 55 4.6 Teknik & Analisis Data............................................................................. 55 BAB V HASIL 5.1 Gambaran Umum PT. Senrafood Indonusa .............................................. 57 5.1.1 Sejarah & Perkembangan PT. Sentrafood Indonusa.........................57 5.1.2 Visi dan Misi PT. Sentrafood Indonusa............................................59 5.1.3 Lokasi Pabrik....................................................................................59 5.1.4 Tata Letak Pabrik..............................................................................60 5.1.5 Tata Letak Alat.................................................................................61 5.2 Struktur Organisasi....................................................................................62 5.3 Ketenagakerjaan........................................................................................65 5.3.1 Sistem dan Jam Kerja Karyawan………………………………......65 5.3.2 Sistem Gaji Karyawan…………………………………………......66 5.3.3 Kesejahteraan Karyawan..................................................................66
xv
5.4. Pemasaran Produk……………………………………………………....69 5.5 Bahaya kebakaran......................................................................................70 5.5.1 Identifikasi bahaya kebakaran pada PT. Sentrafood Indonusa .................................................................70 5.5.2 Klasifikasi bahaya kebakaran pada PT. Sentrafood Indonusa .................................................................72 5.6 Sarana Proteksi Kebakaran di PT. Sentrafood Indonusa...........................74 5.6.1 Sarana Proteksi Aktif Kebakaran.....................................................74 a. Alarm Kebakaran ............................................................... ..........74 b. Detektor........................................................................................ 76 c. Sprinkler ....................................................................................... 77 d. APAR ........................................................................................... 77 e. Hidran........................................................................................... 86 5.6.2 Sarana Penyelamatan Jiwa ............................................................... 88 a. Jalan Keluar.................................................................................. 88 b. Pintu Darurat ................................................................................ 89 c. Tangga Darurat............................................................................. 91 d. Tempat Berhimpun....................................................................... 93 e. Lampu Darurat ............................................................................. 94 f. Sistem Pengendali Asap ............................................................... 96 5.7 Rata-rata Tingkat Pemenuhan Sarana Proteksi Aktif................................98 5.8 Rata-rata Tingkat Pemenuhan Sarana Penyelamatan Jiwa........................99
xvi
BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Keterbatasan Penelitian…………………………………………….......100 6.2 Bahaya Kebakaran………………………………………………….......100 6.2.1 Identifikasi Bahaya Kebakaran.......................................................100 6.2.2 Klasifikasi Kebakaran……………………………………….........103 6.3 Sarana Proteksi Aktif……………………………………………….......105 a. Alarm Kebakaran.................................................................................106 b. Detektor.................................................................................... ...........108 c. Sprinkler .............................................................................................. 109 d. APAR .................................................................................................. 111 e. Hidran.................................................................................................. 115 6.4 Sarana Penyelamatan Jiwa.......................................................................116 a. Jalan Keluar....................................................................................... ..117 b. Pintu Darurat ....................................................................................... 118 c. Tangga Darurat.................................................................................... 120 d. Tempat Berhimpun.............................................................................. 122 e. Lampu Darurat .................................................................................... 123 f. Sistem Pengendali Asap ...................................................................... 125 6.5 Tingkat Pemenuhan Sarana Proteksi Aktif..............................................126 6.6 Tingkat Pemenuhan Sarana Penyelamatan Jiwa......................................127
xvi i BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan……………………………………………………….......129 7.2 Saran……………………………………………………………….....131 Daftar Pustaka..................................................................................................... …133 Lampiran
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Distribusi tingkat bahaya kebakaran di bangunan pabrik.........................................................................................................19 Tabel 2.2 Pemilihan jenis detektor sesuai dengan fungsi ruangan.......................................................................................................27 Tabel 2.3 Syarat tekanan air dan kapasitas aliran pompa pada komponen pemipaan....................................................................................................28 Tabel 2.4 Jenis APAR dan Kelas kebakaran............................................................. 31 Tabel 2.5 Klasifikasi sistem hidran.......................................................................... 33 Tabel 2.6 Standar persyaratan penempatan titik hidran berdasarkan risiko bahaya jenis hunian ................................................................................... 33 Tabel 2.7 Tingkat penilaian audit kebakaran ............................................................ 40 Tabel 4.1 Tingkat penilaian audit kebakaran ........................................................... 55 Tabel 5.1 Identifikasi potensi bahaya kebakaran di PT. Sentrafood Indonusa .................................................................................................... 71 Tabel 5.2 Tingkat pemenuhan Alarm darurat di PT. Sentrafood Indonusa .................................................................................................... 75 Tabel 5.3 Jenis APAR di PT. Sentrafood Indonusa .................................................. 82 Tabel 5.4 Tingkat pemenuhan APAR berdasarkan per Elemen di PT. Sentrafood Indonusa .................................................................................................... 83 Tabel 5.5 Tingkat pemenuhan hidran di PT. Sentrafood Indonusa........................... 86
xiii
xix
Tabel 5.6 Tingkat pemenuhan Jalan keluar di PT. Sentrafood Indonusa.................. 88 Tabel 5.7 Tingkat pemenuhan Pintu darurat di PT. Sentrafood Indonusa ................ 90 Tabel 5.8 Tingkat pemenuhan Tangga darurat di PT. Sentrafood Indonusa .................................................................................................... 92 Tabel 5.9 Tingkat pemenuhan Tempat berhimpun di PT. Sentrafood Indonusa .................................................................................................... 93 Tabel 5.10 Tingkat pemenuhan Lampu darurat di PT. Sentrafood Indonusa .................................................................................................... 95 Tabel 5.11 Tingkat pemenuhan sistem pengendali asap di PT. Sentrafood Indonusa .................................................................................................... 96 Tabel 5.12 Rata-rata tingkat pemenuhan sarana proteksi aktif di PT. Sentrafood Indonusa .................................................................................................... 98 Tabel 5.13 Rata-rata tingkat pemenuhan sarana penyelamatan jiwa di PT. Sentrafood Indonusa........................................................................... 99
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Adanya tiga Unsur Penyebab Kebakaran................................................ 16 Gambar 3.1 Kerangka konsep ..................................................................................... 42 Gambar 5.1 Teori segitiga api..................................................................................... 73 Gambar 5.2 Hasil pemeriksaan gambar tanda pemasangan APAR ............................ 78 Gambar 5.3 Hasil pemeriksaan tinggi huruf APAR.................................................... 79 Gambar 5.4 Hasil pemeriksaan tinggi tanda panah APAR ......................................... 80 Gambar 5.5 Hasil pemeriksaan APAR yang dipasang menggantung pada dinding Di PT. Sentrafood Indonusa.................................................................... 81 Gambar 5.6 Gambar APAR ........................................................................................ 82
xx
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
NAMA LENGKAP TEMPAT/TGL LAHIR JENIS KELAMIN ALAMAT KEWARGANEGARAAN AGAMA GOL. DARAH TELEPHONE E-MAIL
: Fajar Iqbal Amrullah : Cirebon, 18 Mei 1986 : Laki-laki : Perum. Taman kota Rt.010 Rw.016 Bekasi jaya Bekasi timur. : Indonesia : Islam : A, Rhe + : 0815 1100 7666 :
[email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN Tahun 2004- sekarang 2001-2004 1998-2001 1992- 1998
Riwayat Pendidikan S1- Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan UIN Jakarta MAN 1 Cirebon MTSI Ciledug-Cirebon SDN 01 Losari-Cirebon
PENGALAMAN ORGANISASI Tahun 2004-2005 2005-2006 2006-2007
Pengalaman Organisasi Ketua Divisi Pendidikan & Kesehatan BEM FKIK UIN Jakarta Training ESQ (Emotional Spiritual Quetient) in house UIN Jakarta angkatan 2 Asisten Training Sport (ATS) ESQ Eksekutif angkatan 49 Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta Pusat
viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Kecelakaan dan sakit di tempat kerja membunuh dan memakan lebih banyak korban jika dibandingkan dengan perang dunia. Riset yang dilakukan badan dunia ILO menghasilkan kesimpulan, setiap hari rata-rata 6.000 orang meninggal, setara dengan satu orang setiap 15 detik, atau 2,2 juta orang per tahun akibat sakit atau kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan mereka. Jumlah pria yang meninggal dua kali lebih banyak ketimbang wanita, karena mereka lebih mungkin melakukan pekerjaan berbahaya. Secara keseluruhan, kecelakaan di tempat kerja telah menewaskan 350.000 orang. Sisanya meninggal karena sakit yang diderita dalam pekerjaan seperti membongkar zat kimia beracun (ILO, 2003). Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan diberbagai sektor kehidupan. Hal ini memicu manusia untuk bersifat lebih kreatif dan inovatif dalam menciptakan penemuan-penemuan baru yang lebih bermanfaat, hal ini nantinya akan berdampak pada perkembangan ekonomi suatu bangsa, salah satunya di bidang industri. Salah satu permasalahan kecelakaan terbesar di dunia industri adalah masalah kebakaran, karena apabila terjadi kebakaran akan banyak pihak yang dirugikan, antara lain pihak investor, para pekerja, pemerintah maupun masyarakat luas. Berdasarkan data kasus kebakaran yang ditulis dari Pusat Laboratorium Fisika Forensik Mabes Polri dari tahun 1990-2001 sebagai berikut (Tahun 1990-1996, 2033
1
2
Kasus/Tahun). 1997-2001, 1121 Kasus) dan terbanyak dari rentetan kasus ini berlokasi di tempat kerja sisanya kasus bukan di tempat kerja. Dari data tersebut dapat dinyatakan tempat kerja lebih besar peluangnya untuk terjadi kebakaran, karena semua unsur yang dapat memicu kebakaran terdapat di tempat kerja. Dan ternyata teridentifikasi pula, bahwa 20% dari kejadian kebakaran berakibat habis total. Oleh karena itu upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran harus dijadikan program dalam suatu kebijakan manajemen perusahaan dengan dukungan dari pihak pekerja. Kebakaran adalah sesuatu hal yang sangat tidak diinginkan yang dapat menyebabkan penderitaan dan malapetaka, kejadian kebakaran selalu membawa kerugian material dan korban (Surapto,1984). Kebakaran terjadi apabila terpenuhi persyaratan segitiga api, yaitu adanya bahan bakar, panas dan udara. Akan tetapi, studi lanjut mengenai fisika dan kimia menyatakan bahwa peristiwa kebakaran mempunyai tambahan unsur, yaitu rantai reaksi kimia (chain reaction). Konsep ini dikenal dengan bidang empat api (tetrahedron of fire). Secara teori dengan memotong salah satu unsur tersebut maka dapat mencegah kejadian kebakaran (Depnaker, 1995). Terjadinya kebakaran di industri tidak hanya dapat menghilangkan harta benda maupun nyawa, akan tetapi mengganggu keberlangsungan kegiatan operasional sehingga mengganggu stabilitas dan kontinuitas kegiatan industri yang pada akhirnya menyebabkan semakin besarnya kerugian finansial yang ditanggung oleh perusahaan.
3
Seiring
meningkatnya
ukuran,
kompleksitas
bangunan
gedung,
dan
perkembangan teknologi yang digunakan maka sudah seharusnya diiringi pula dengan peningkatan perlindungan terhadap pekerja yang sebagaimana telah diatur pada UU No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Hal ini berarti mencakup jaminan keselamatan kerja dari bahaya kebakaran seperti yang tertuang pada pasal 3 ayat 1 dan pasal 9 ayat 3 yang berbunyi mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran. PT. Sentrafood Indonusa yang bergerak dalam bidang produksi mie instan dengan jenis normal noodle, dalam kegiatan proses pembuatan hariannya perusahaan menggunakan beragam bahan yang dapat menimbulkan efek panas dan menghasilkan energi panas yang merupakan efek dari penggunaan mesin secara terus-menerus, dan listrik bertegangan tinggi. Semua hal tersebut berpotensi menimbulkan bahaya kebakaran. Salah satu contoh di PT. Sentrafood Indonusa pernah terjadi kebakaran kecil tahun 2004 yang berasal dari konsrleting listrik bertegangan tinggi saat produksi berlangsung, tetapi tidak ada korban atau kerugian, namun proses produksi terhenti selama 4-5 jam. Sebagai perusahaan yang besar, tentunya PT. Sentrafood Indonusa akan senantiasa berusaha mencegah terjadinya kebakaran, sebab kebakaran merupakan bagian dari kecelakaan yang harus bisa dicegah oleh para pekerja sendiri, sebab jika terjadi kebakaran di industri akan menimbulkan kerugian dalam jumlah yang cukup besar. Berdasarkan studi awal dari hasil observasi peneliti didapatkan bahwa area pabrik PT. Sentrafood Indonusa belum mempunyai sarana proteksi yang memadai hal
4
ini didasarkan pada belum tersedianya sarana proteksi pada setiap gedung perawatan secara menyeluruh, baik sarana proteksi aktif maupun sarana penyelamatan jiwa. Pada sarana proteksi aktif belum tersedianya alat instalasi detektor dan sprinkler. Detektor adalah alat yang berfungsi untuk mendeteksi secara dini adanya suatu kebakaran awal (Permenaker No.02/MEN/1983), sedangkan Sprinkler adalah alat pemancar air untuk pemadaman kebakaran yang mempunyai tudung berbentuk deflector pada ujung mulut pancarnya, sehingga air dapat memancar ke semua arah secara merata (Kepmenneg 10/KPTS/2000). Sedangkan pada sarana penyelamatan jiwa belum terpenuhinya semua elemen-elemen yang ada, seperti pada Sarana jalan keluar belum terpasangnya lapisan kasar dengan bahan anti
slip (Kepmen PU
No.10/KPTS/2000). Pada Pintu darurat tidak terdapat Pintu dapat menutup secara otomatis (Kepmen PU No.10/KPTS/2000). Pada Tangga darurat jumlah anak tangga antar bordes jumlahnya terlalu sedikit sehingga menyebabkan tangga curam (SNI 031735 tahun 2000). Pada Lampu darurat belum terpenuhinya kemampuan Lampu darurat bartahan minimal 1 jam berdasarkan hasil wawancara terhadap informan {SNI 03-6574 tahun 2001) dan pada Sistem pengendali asap tidak terdapat sistem pengendali asap yang dikendalikan secara otomatis (Kepmen PU No.10 tahun 2000). Oleh karena itu, berdasarkan masalah yang telah dikemukan di atas, maka peneliti ingin mengetahui Analisis tingkat pemenuhan sarana proteksi kebakaran aktif yang meliputi: alarm kebakaran, detektor, spinkler, alat pemadam api ringan (APAR), dan hidran serta sarana penyelamatan jiwa yang meliputi: sarana jalan keluar, pintu darurat kebakaran, tangga darurat kebakaran, tempat berhimpun, lampu darurat dan sistem pengendali asap berdasarkan Kepmen PU No.10/KPTS/2000, Permenaker
5
No.02/MEN/1983, Permenaker No.04/MEN/1980 dan Standar Nasional Indonesia (SNI).
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan studi awal dari hasil observasi yang dilakukan peneliti bahwa sarana sistem proteksi kebakaran di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa belum memadai. Seperti belum terdapatnya alat instalasi detektor dan spingkler pada sarana proteksi aktif, sedangkan pada sarana penyelamatan jiwa belum terpenuhinya semua elemen-elemen yang ada. Melihat kondisi lingkungan yang ada di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa yang proses produksinya berhubungan dengan mesin bertemperatur panas dan sangat rentan menimbulkan potensi api yang dapat mengakibatkan terjadinya kebakaran. PT. Sentrafood Indonusa dalam proses produksinya mengalami terjadinya kebakaran kecil akibat dari arus listrik yang menyebabkan terjadinya korsleting. Disamping itu, belum pernah diadakan penelitian sebelumnya mengenai sarana sistem proteksi kebakaran di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa. Maka berdasarkan masalah tersebut peneliti ingin mengetahui analisis tingkat pemenuhan sarana proteksi kebakaran aktif dan sarana penyelamatan jiwa di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa tahun 2010 berdasarkan Kepmen PU No.10/KPTS/2000, Permenaker No.02/MEN/1983, Permenaker No.04/MEN/1980 dan Standar Nasional Indonesi (SNI).
6
1.3 Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana gambaran tingkat pemenuhan alarm kebakaran di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa berdasarkan Permenaker No.02/MEN/1983 dan SNI-036574 tahun 2000 ? 2. Bagaimana gambaran tingkat pemenuhan detektor kebakaran di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa berdasarkan Permenaker No.02/MEN/1983? 3. Bagaimana gambaran tingkat pemenuhan sprinkler di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa berdasarkan Kepmen PU No.10/KPTS/2000? 4. Bagaimana gambaran tingkat pemenuhan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) di
area
pabrik
PT.
Sentrafood
Indonusa
berdasarkan
Permenaker
No.04/MEN/1980? 5. Bagaimana gambaran tingkat pemenuhan Hidran di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa berdasarkan Kepmen PU No.10/KPTS/2000? 6. Bagaimana gambaran rata-rata tingkat pemenuhan sarana proteksi aktif di area pabrik PT. Sntrafood Indonusa? 7. Bagaimana gambaran tingkat pemenuhan jalan keluar di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa berdasarkan Kepmen PU No.10/KPTS/2000? 8. Bagaimana gambaran tingkat pemenuhan pintu darurat kebakaran di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa berdasarkan Kepmen PU No.10/KPTS/2000 dan SNI 03-1746 tahun 2000? 9. Bagaimana gambaran tingkat pemenuhan tangga darurat kebakaran di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa berdasarkan SNI 03-1735 tahun 2000 dan SNI 03-1746 tahun 2000?
7
10. Bagaimana gambaran tingkat pemenuhan tempat berhimpun di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa berdasarkan Kepmen PU No.10/KPTS/2000 dan SNI 03-6571 tahun 2000? 11. Bagaimana gambaran tingkat pemenuhan lampu darurat di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa berdasarkan SNI-03-6574 tahun 2001? 12. Bagaimana gambaran tingkat pemenuhan pengendali asap di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa berdasarkan Kepmen PU No.10/KPTS/2000? 13. Bagaimana gambaran rata-rata tingkat pemenuhan sarana penyelamatan jiwa di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa? 14. Bagaimana gambaran rata-rata tingkat pemenuhan sistem sarana proteksi aktif dan sarana penyelamatan jiwa di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa?
1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum Mengetahui Gambaran Tingkat Pemenuhan Sarana Proteksi Aktif dan Sarana Penyelamatan Jiwa di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa tahun 2010
berdasarkan
Kepmen
PU
No.10/KPTS/2000,
Permenaker
No.02/MEN/1983, Permenaker No.04/MEN/1980 dan Standar Nasional Indonesia (SNI).
8
1.4.2. Tujuan Khusus a. Diketahuinya gambaran tingkat pemenuhan alarm kebakaran di area pabrik
PT.
Sentrafood
Indonusa
berdasarkan
Permenaker
No.02/MEN/1983 dan SNI-03-6574 tahun 2000 b. Diketahuinya gambaran tingkat pemenuhan detektor kebakaran di area pabrik
PT.
Sentrafood
Indonusa
berdasarkan
Permenaker
No.02/MEN/1983 c. Diketahuinya gambaran tingkat pemenuhan sprinkler di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa berdasarkan Kepmen PU No.10/KPTS/2000 d. Diketahuinya gambaran tingkat pemenuhan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa berdasarkan Permenaker No.04/MEN/1980 e. Diketahuinya gambaran tingkat pemenuhan hidran di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa berdasarkan Kepmen PU No.10/KPTS/2000 f. Diketahuinya gambaran rata-rata tingkat pemenuhan sarana proteksi aktif di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa g. Diketahuinya gambaran tingkat pemenuhan jalan keluar di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa berdasarkan Kepmen PU No.10/KPTS/2000 h. Diketahuinya gambaran tingkat pemenuhan pintu darurat kebakaran di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa berdasarkan Kepmen PU No.10/KPTS/2000 dan SNI 03-1746 tahun 2000
9
i. Diketahuinya gambaran tingkat pemenuhan tangga darurat kebakaran di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa berdasarkan SNI 03-1735 tahun 2000 dan SNI 03-1746 tahun 2000 j. Diketahuinya gambaran tingkat pemenuhan tempat berhimpun di area pabrik
PT.
Sentrafood
Indonusa
berdasarkan
Kepmen
PU
No.10/KPTS/2000 dan SNI 03-6571 tahun 2000 k. Diketahuinya gambaran tingkat pemenuhan lampu darurat di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa berdasarkan SNI-03-6574 tahun 2001 l. Diketahuinya gambaran tingkat pemenuhan pengendali asap di area pabrik
PT.
Sentrafood
Indonusa
berdasarkan
Kepmen
PU
No.10/KPTS/2000. m. Dikethuinya gambaran rata-rata tingkat pemenuhan sarana penyelamatan jiwa di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa n. Dikethuinya gambaran rata-rata tingkat pemenuhan sistem sarana proteksi aktif dan sarana penyelamatan jiwa di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa.
1.5 Manfaat Penelitian 1. Bagi Perusahaan a. Sebagai bahan masukan untuk evaluasi program keselamatan dan kesehatan kerja khususnya dalam program alat proteksi kebakaran. b. PT. Sentrafood Indonusa dapat mengetahui gambaran dan masalah pada kondisi sarana proteksi kebakaran aktif dan sarana penyelamatan jiwa
10
yang
disesuaikan
Permenaker
berdasarkan
No.02/MEN/1983,
Kepmen Permenaker
PU
No.10/KPTS/2000,
No.04/MEN/1980
dan
Standar Nasional Indonesia (SNI).
2. Bagi Prodi. Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta a. Sebagai bahan masukan yang dapat dijadikan mutu pendidikan bagi bidang kesehatan dan keselamatan kerja khususnya mengenai kebakaran. b. Sebagai bahan rujukan yang berkaitan dengan masalah sarana proteksi aktif dan sarana penyelamatan jiwa.
3. Bagi Peneliti a. Sebagai aplikasi dan metode yang telah di dapatkan di Bangku kuliah dan wahana untuk menambah pengalaman dan pengetahuan tentang sistem proteksi kebakaran aktif dan penyelamatan jiwa di PT. Sentrafood Indonusa b. Mengetahui tingkat pemenuhan sarana proteksi aktif dan sarana penyelamatan jiwa di PT. Sentrafood Indonusa.
1.6. Ruang Lingkup Penelitian Melihat sarana proteki kebakaran di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa belum memadai dan pernah terjadi kebakaran kecil akibat hubungan arus listrik yang bertegangan tinggi yang menyebabkan konsleting listrik dan belum pernah diadakan penelitian sebelumnya mengenai sarana proteksi aktif dan sarana penyelamatan jiwa
11
di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa. Maka, penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran tingkat pemenuhan pada sarana proteksi aktif yang meliputi: alarm kebakaran, detektor, sprinkler, APAR, dan hidran serta sarana penyelamatan jiwa yang meliputi: jalan keluar, pintu darurat, tangga darurat, tempat berhimpun, lampu darurat dan sistem pengendalian asap di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa Krawang Jawa Barat tahun 2010. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan tekhnik wawancara terhadap informan serta menggunakan lembar observasi terhadap sarana proteksi berdasarkan Kepmen PU No.10/KPTS/2000, Permenaker No.02/MEN/1983, Permenaker No.04/MEN/1980 dan Standar Nasional Indonesia (SNI). Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan pendekatan observasional dengan jenis penelitian deskriptif.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Teori Api dan Terjadinya Api Nyala api adalah suatu fenomena yang dapat diamati gejalanya yaitu adanya cahaya dan panas dari suatu bahan yang sedang terbakar. Menurut Dinas Kebakaran DKI Jakarta (1994), yang dimaksud api adalah suatu masa zat gas yang timbul karena adanya reaksi yang bersifat exotermis dan dapat menghasilkan panas, nyala, cahaya, asap dan bara. Gejala lainnya yang dapat diamati adalah, bila suatu bahan telah terbakar maka akan mengalami perubahan baik bentuk fisiknya maupun sifat kimianya. Keadaan fisik bahan yang telah terbakar akan berubah menjadi arang, abu atau hilang menjadi gas dan sifat kimianya akan berubah pula menjadi zat baru. Gejala perubahan tersebut menurut teori perubahan zat dan energi adalah perubahan secara kimia. Unsur pokok terjadinya api dalam teori klasik yaitu teori segitiga api (Triangle of Fire) menjelaskan bahwa untuk dapat berlangsungnya proses nyala api diperlukan adanya tiga unsur pokok yaitu adanya unsur: bahan yang dapat terbakar, oksigen, yang cukup dari udara atau dari bahan oksigen dan panas yang cukup. Dengan teori itu maka apabila salah satu dari unsur dari segitiga api tersebut tidak berada dalam keseimbangan yang cukup, maka api tidak akan terjadi. Bahaya kebakaran adalah kondisi dimana api tumbuh dan berkembang, 3 elemen yang diperlukan untuk memulai dan mendukung terjadinya api adalah oksigen, bahan bakar, dan panas. Karena oksigen secara alami merupakan sesuatu
12
13
yang paling banyak berada di bumi, bahaya kebakaran biasanya melibatkan bahan bakar atau panas.(Geotsch, 2008)
2.2. Klasifikasi Kebakaran Klasifikasi kebakaran adalah penggolongan atau pembagian kebakaran berdasarkan jenis bahan bakarnya, dengan adanya klasifikasi tersebut akan lebih mudah, lebih cepat, dan lebih tepat pemilihan media pemadam yang digunakan untuk memadamkan kebakaran. (Depnaker, 1995) Setiap jenis bahan yang mudah terbakar memiliki karakteristik yang berbeda, karena itu harus dibuat prosedur yang tepat dalam melakukan tindakan pemadaman dan jenis media yang diterapkan harus sesuai dengan karakteristiknya, mengacu pada standar. Klasifikasi jenis kebakaran terdapat dua versi standar yang sedikit agak berbeda. Klasifikasi jenis kebakaran menurut standar inggris yaitu LPC (Loss Prevention Comittee) yang sebelumnya adalah FOC (Fire Office Comittee) menetapkan klasifikasi kebakaran dibagi kelas A, B, C, D dan E sedang standar Amerika yaitu NFPA (National Fire Prevention Assosiation), menetapkan klasifikasi kebakaran menjadi kelas A,B,C dan D pengklasifikasian jenis kebakaran yang didasarkan menurut jenis material yang terbakar hal ini diperkuat dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.04/Men/1980 kebakaran di klasifikasikan menjadi 4 kelas yaitu: 1. Kelas A Dalam kebakaran Kelas A, bahan-bahan yang terbakar adalah: sampah, katun, kayu dan kertas. Kelas ini memiliki ciri khusus yaitu setelah terjadi pembakaran akan
14
meninggalkan arang dan abu karena biasanya unsur yang terbakar adalah mengandung karbon. Pemadaman yang tepat untuk kelas ini adalah dengan mendinginkan dan menyiramkan bahan pemadam seperti air atau soda acid, karena prinsip kerja air dalam memadamkan api adalah menyerap kalor/panas dan dapat menembus sampai bagian dalam. 2. Kelas B Dalam kebakaran kelas B yang terbakar adalah bahan-bahan seperti: minyak, pelumas, cat bensin, terpentin atau cairan mudah terbakar lainnya. Kelas ini terdiri dari bahan yang mengandung hydrocarbon dari minyak bumi, aplikasi media pemadam yang cocok untuk bahan cair seperti: busa, uap dan kabut air, prinsip kerja busa dalam memadamkan api adalah menutup permukaan cairan yang akan mengapung pada permukaan. Sedangkan aplikasi bahan yang cocok untuk pemadaman gas adalah jenis bahan yang bekerja atas dasar substitusi oksigen atau memutuskan reaksi berantai yaitu sejenis :Tepung kimia kering atau Gas CO2”. 3. Kelas C Dalam kebakaran kelas C, bahan yang terbakar terdapat bahan-bahan kelas A atau kelas B, tetapi didalamnya terdapat instalasi listrik yang bertegangan. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa bahan pemadam kebakarannya harus yang tidak dapat mengalirkan listrik. Cara memadamkannya ialah memutuskan aliran listrik dan memadamkan apinya dengan pemadam kebakaran yang Non-Konduktif seperti: Gas, atau tepung kimia kering. Oksigen akan disekat oleh bahan pemadam dan panasnya dikurangi.
15
4. Kelas D Kebakaran Kelas D menyangkut tepung logam yang sudah terbakar seperti: Magnesium, seng dan lain-lain. Cara memadamkannya dengan menggunakan tepung kimia kering khusus atau dengan menutup permukaan bahan yang terbakar dengan cara menimbun. Klasifikasi kebakaran menurut NFPA dibagi kedalam 4 kelas yaitu: 1) Kelas A yaitu kebakaran bahan padat kecuali logam, misalnya kebakaran kertas, kayu, tekstil, plastik, karet, busa dan lain-lain. 2) Kelas B yaitu kebakaran cair atau gas yang mudah terbakar, misalnya kebakaran bensin, aspal, minyak (oli), alkohol, gas LPG dan lain-lain. 3) Kelas C yaitu kebakaran listrik yang bertegangan. 4) Kelas D yaitu kebakaran logam, misalnya alumunium, magnesium, kalium.
2.3. Sebab-sebab terjadinya Kebakaran Kebakaran adalah suatu bentuk dari kecelakaan. Menuut Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Trasmigrasi Nomor 158 tahun 1972, Kebakaran adalah timbulnya api yang tidak dikehendaki akibat kebakaran adalah kerugian materil dan moril, yaitu berupa harta benda atau korban jiwa dan raga. Kebakaran dapat lebih mudah dicegah jika kita mengetahui dasar-dasarnya. Kebakaran terjadi, apabila tiga unsur terdapat bersama-sama. Unsur tersebut adalah zat asam, bahan mudah terbakar dan panas, tanpa oksigen tidak terjadi pembakaran, tanpa bahan mudah terbakar, tak mungkin terjadi kebakaran dan tanpa panas tidak mungkin akan terjadi kebakaran. (Suma’mur 1981)
16
Oksigen Panas Bahan yang dapat menyala
Gambar 2.1. Adanya 3 unsur penyebab kebakaran
Sumber kebakaran menurut ILO (1987) adalah : a. API terbuka Penggunaan api terbuka di daerah berbahaya atau terdapat bahan-bahan yang mudah menyala sering dapat terjadi sumber penyebab terjadinya kebakaran antara lain: pengelasan, pemotongan dengan gas acetilin, dapur api dan lain-lain. b. Permukaan panas Pesawat atau instalasi pemanas, pengering, oven apabila tidak terkendali atau kontak dengan bahan hingga mencapai suhu penyalaan dapat menyebabkan kebakaran. c. Peralatan listrik Peralatan listrik juga mempunyai potensi bahaya kebakaran apabila tidak memenuhi standar keamanan dalam pemakaian misalnya; pembebanan berlebihan, tegangan melebihi kapasitas, dan bunga pada motor listrik.
17
d. Reaksi exothermal Panas akibat reaksi bahan kimia terutama akibat reaksi yang terjadi disamping mengeluarkan panas juga menghasilkan gas yang mudah terbakar seperti: reaksi batu karbit dengan air, reaksi bahan kimia yang peka terhadap asam. e. Gesekan mekanis Akibat gerakan secara mekanis seperti pada peralatan yang bergerak bila tidak diberi pelumasan secara teratur dapat menimbulka panas. Bunga api mekanis atau bram bubutan gerinda dapat menjadi sumber nyala bila kontak dengan bahan yang mudah terbakar. f. Loncatan bunga api listrik statis Akibat pengaruh mekanis pada bahan non konduktor akan dapat terjadi penimbunan elektron (akumulasi listrik statis). Misalnya minyak adalah bahan non konduktor, bila minyak dialirkan melalui selang dengan tekanan tinggi, maka elektron akan tertimbun pada minyak tersebut, dan pada keadaan tertentu dapat menjadi loncatan elektron dan dapat menjadi sumber penyebab kebakaran.
2.4 Tingkat Bahaya Kebakaran Menurut Perda DKI Jakarta No.03 tahun 1992, tingkat bahaya kebakaran dibagi menjadi beberapa jenis yaitu : 1. Bahaya kebakaran ringan adalah ancaman bahaya kebakaran yang mempunyai nilai dan kemudahan terbakar rendah dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas rendah, sehingga penyaluran api lambat.
18
2. Bahaya kebakaran sedang 1 adalah ancaman bahaya kebakaran yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 2,5 m dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang, sehingga penjalaran api sedang. 3. Bahaya kebakaran sedang 2 adalah ancaman bahaya kebakaran yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan titik tidak lebih dari 4 m dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panah sedang, sehingga penjalaran api sedang 4. Bahaya kebakaran sedang 3 adalah ancaman bahaya kebakaran yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar agak tinggi, sehingga penjalaran api agak cepat 5. Bahaya kebakaran berat/tinggi adalah ancaman bahaya kebakaran yang mempunyai nilai dan kemudahan terbakar 1 dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas tinggi. Kebakaran yang terjadi di bangunan (pabrik) industri, yaitu bangunan yang peruntukkannya dipakai untuk segala macam kegiatan kerja, produksi, tingkat bahanya dapat diklasifikasikan kedalam tingkat bahaya ringan, sedang I, sedang II, sedang III dan tinggi tergantung dari jenis produksinya. Berikut ini tabel yang menggambarkan tingkat bahaya kebakaran di bangunan pabrik (industri).
19
Tabel 2.1 Distribusi tingkat bahaya kebakaran di bangunan pabrik (industri) No
Tingkat bahaya kebakaran
1
Bahaya ringan
Jenis bangunan • Pabrik ubin • Pabrik konstruksi • Pabrik perakitan sepeda
2
Bahaya sedang I
• Pabrik roti • Pabrik minuman • Pabrik susu • Pabrik meteran listrik dan komponen alatalat listrik • Pabrik kaleng
3
Bahaya sedang II
• Pabrik makanan ternak • Pabrik peleburan besi dan baja • Pabrik komponen kendaraan bermotor • Pabrik perakitan kendaraan bermotor • Pabrik keramik • Pabrik tekstil
4
Bahaya sedang III
• Pabrik korek api • Pabrik thiner • Pabrik spirtus
5
Bahaya tinggi
• Pabrik mesin atau bahan peledak • Pabrik pemintalan dan perajutan • Pabrik cat • Pabrik battery • Pabrik bahan kimia
Sumber: Dinas kebakaran DKI jakarta
20
2.5. Dasar Hukum Pengawasan Penanggulangan Kebakaran dan Pencegahan Kebakaran Tugas pokok pegawai pengawas adalah menjalankan pengawasan, peraturan perundangan dibidang ketenagakerjaan, termasuk ketentuan keselamatan kesehatan kerja (K3) dibidang penanggulangan kebakaran, kebakaran di tempat kerja adalah termasuk kecelakaan kerja, dimana kejadian kebakaran dapat membawa konsekwensi mengancam keselamatan jiwa tenaga kerja dan berdampak merugikan banyak pihak. Ketentuan pokok yang berkaitan dengan K3 penanggulangan kebakaran adalah sebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang No.1 tahun 1970, beberapa hal yang mendasar khususnya yang berkaitan langsung dengan penanggulangan kebakaran adalah: a. Tujuan K3 pada umumnya termasuk masalah penanggulangan kebakaran (Fire Safety Objective) adalah tersirat dalam Undang-undang No 1 1970, yaitu bertujuan melindungi tenaga kerja dan orang lain, aset dan lingkungan masyarakat. b. Syarat-syarat K3 penanggulangan kebakaran sesuai ketentuan pasal 3 ayat (1) huruf b, d, q dalam Undang-undang No 1 tahun 1970, adalah merupakan sasaran yang ingin diwujudkan di setiap tempat kerja, yang berbunyi:
Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
Memberikan kesempatan jalan untuk menyelamatkan diri pada waktu kebakaran
Mengendalikan kebakaran panas, asap dan gas
21
c. Pasal 9 ayat (3), mengatur kewajiban pengurus menyelenggarakan latihan penanggulangan kebakaran. Ketentuan-ketentuan tersebut diatas, dijabarkan lebih lanjut dengan peraturan dan standar yang lebih tekhnis yang meliputi aspek tekhnis dan adminisratif K3 penanggulangan kebakaran dilandasi dengan ilmu pengetahuan menemukenali potensi bahaya kebakaran, membuat risiko dan metode pengendaliannya serta menyiapkan sumber daya untuk mengantisipasi bila terjadi kebakaran. Pencegahan kebakaran dan penanggulanggan korban kebakaran menurut Suma’mur (1996), tergantung dari 5 prinsip pokok sebagai berikut: 1. Pencegahan kecelakaan sebagai akibat kecelakaan atas keadaan panik 2. Pembuatan bangunan tahan api 3. Pengawasan yang teratur dan berkala 4. Penemuan kebakaran pada tingkat awal dan pemadamannya 5. Pengendalian kerusakan untuk membatasi kerusakan sebagai akibat kebakaran.
2.6. Sistem Proteksi Kebakaran Menurut Suprapto (1995) Penerapan sistem proteksi kebakaran atau sumber daya yang direncanakan untuk mengantisipasi bahaya kebakaran, yang direncanakan sesuai dengan tingkat risiko bahaya pada hunian yang bersangkutan, perencanaan sistem proteksi kebakaran yang direncanakan ada 2 sistem strategi yaitu: 1. Sarana proteksi kebakaran aktif yaitu berupa alat atau instalasi yang dipersiapkan untuk mendeteksi dan memadamkan kebakaran seperti sistem deteksi dan alarm, APAR, Hidran dan Sprinkler.
22
2. Sarana penyelamatan jiwa yaitu berupa alat, sarana atau metoda mengendalikan penyebaran asap panas dan gas berbahaya bila terjadi kebakaran seperti sistem kompartemensasi, treatment atau clotting fire retardant, sarana pengendalian asap (Smoke Conrol System), sarana evakuasi, sistem pengendalian asap dan api (Somoke damper, fire damper, fire stopping), alat bantu evakuasi dan rescue.
2.6.1 Sarana Proteksi Aktif Definisi sarana proteksi menurut Kepmen PU No.10/KPTS/2000 adalah sistem perlindungan terhadap kebakaran yang dilaksanakan dengan menggunakan peralatan yang dapat bekerja secara otomatis maupun manual, digunakan oleh penghuni atau petugas pemadam kebakaran dalam melaksanakan operasi pemadaman. Tujuan utama dari sistem proteksi aktif menurut Kepmen PU No.10/KPTS/2000 adalah: a) Melindungi penghuni dari kecelakaan atau luka, dengan memperingatkan kepada
penghuni
akan
adanya
suatu
kebakaran,
sehingga
dapat
melaksanakan evakuasi dengan aman. b) Melindungi penghuni dari kecelakaan atau luka pada waktu melakukan evakuasi pada saat kejadian kebakaran.
23
1. Alarm Kebakaran Menurut dinas kebakaran DKI Jakarta (1994) alarm kebakaran adalah suatu cara untuk memberi peringatan secara dini kepada penghuni gedung atau petugas yang ditunjuk tentang adanya kejadian kebakaran di suatu bagian gedung. Komponen alarm gedung yang dirangkai dengan instalasi kabel yaitu : a) Manual Call Box (Titik panggil manual) b) Alat pengindra kebakaran (Fire Detector) c) Panel Control (Main control panel). Menurut Permenaker No.02/MEN/1983 Persyaratan tekhnis Alarm Kebakaran meliputi : 1. Terdapat alarm kebakaran automatic 2. Alarm mudah di jangkau 3. Alarm selalu dalam kondisi baik dan siap pakai 4. Alarm dipasang pada setiap bagian bangunan kecuali apabila bagian bangunan tersebut telah dilindungi dengan sistem pemadam kebakaran automatic 5. Setiap almari dalam tembok yang memiliki tinggi lebih dari 2 m dan mempunyai sisi lebih dari 3 m harus dipasang detector 6. Setiap lantai gedung yang secara khusus dipasang saluran pembuangan udara harus dilindungi sekurang-kurangnya 1 detektor asap 7. Setiap sistem alarm kebakaran mempunyai gambar instalasi secara lengkap yang mencantumkan letak detector dan kelompok alarm
24
8. Terdapat prosedur pemeliharaan.
2. Sistem Deteksi (detektor) Menurut SNI-03-6574 tahun 2000 Detektor adalah alat yang berfungsi mendeteksi secara dini adanya suatu kebakaran awal. Persyaratan Detektor menurut Permenaker No.02/Men/1983 adalah : 1. Detektor harus dipasang pada bagian bangunan kecuali apabila bagian bangunan tersebut telah dilindungi dengan sistem pemadam kebakaran automatic. 2. Setiap almari dalam tembok yang memiliki tinggi lebih dari 2 m dan mempunyai sisi lebih dari 3 m harus dipasang detektor Jenis-jenis detektor berdasarkan cara kerjanya antara lain: 1. Detektor Panas Detektor yang bekerja berdasarkan pengaruh panas (temperatur) tertentu pengindraan panas. Syarat untuk detektor panas menurut Permenaker No.02/Men/1983 adalah : a. Jarak antara detektor dengan detektor tidak lebih dari 7 m keseluruhan ruang b. Jarak antara detektor dengan detektor tidak lebih dari 10 m dari koridor c. Jarak detektor panas dengan tembok atau dinding pembatas paling jauh 3 m pada ruang biasa dan 6 m dalam koridor serta paling dekat 30 cm d. Detektor disusun dalam jarak tidak boleh lebih dari 3 m dari dinding e. Sekurang-kurangnya setiap sisi dinding memiliki satu detector.
25
2. Detektor Nyala Api Detektor yang bekerjanya berdasarkan radiasi nyala api, ada dua tipe detektor nyala api yaitu : a. Detektor nyala api ultra violet b. Detektor nyala api infra merah Menurut Permenaker No. 02/MEN/1983 tentang Instalasi Alarm Kebakaran Otomatis, persyaratan untuk detektor nyala api yaitu: a. Detektor nyala api harus mempunyai sifat yang stabil dan kepekaannya tidak terpengaruh oleh adanya perubahan tegangan dalam batas kurang atau lebih 10% dari tegangan nominalnya. b. Kepekaan dan kestabilan detektor nyala api harus sedemikian rupa sehingga bekerjanya tidak terganggu oleh adanya cahaya dan radiasi yang berlebihan. c. Pemasangan detektor nyala api dalam gardu listrik atau daerah lain yang sering mendapat sembaran petir, harus dilindungi sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan alarm palsu. 3. Detektor Asap Detektor yang bekerja berdasarkan terjadinya akumilasi asap dalam jumlah tertentu. Deteksi asap dapat mendeteksi kebakaran jauh lebih cepat dari detektor panas. Syarat untuk detektor asap menurut Permenaker No.02/Men/1983 yaitu : a. Bila detektor asap dipasang secara terbenam,maka alas dari elemen penginderaannya harus berada sekurang-kurangnya 40 mm dibawah permukaan langit-langit
26
b. Bila detektor asap dipasang dalam saluran udara yang mengalir dengan kecepatan lebih dari 1 m/ detik perlu dilengkapi dengan alat penangkap asap c. Bila disuatu tempat dekat langit-langit atau atap dimungkinkan dapat timbul suhu tinggi, maka detektor perlu diletakan jauh di bawah langitlangit atau atap tersebut agar detektornya dapat bereaksi sedini mungkin d. Apabila detektor asap dipasang dekat saluran udara atau dalam ruang berair conditioning harus diperhatikan pengaruh aliran udara serta gerakan asapnya e. Untuk setiap 92 m luas lantai harus dipasang sekurang-kurangnya satu detector asap f. Gerak antar detektor asap tidak boleh lebih dari 12 m dalam ruangan biasa dan 18 m di dalam koridor g. Jarak dan titik pusat detektor asap yang terdekat ke dinding atau pemisah tidak boleh melebihi dari 6 m dalam ruang biasa dan 12 m di dalam koridor h. Desain system alat penangkap asap harus sedemikian rupa sehingga bila asap memasuki titik tangkap yang terjauh untuk mencapai elemen penginderaan harus dapat dicapai dalam waktu 80 detik.
27
Tabel 2.2 Pemilihan Jenis Detektor Sesuai dengan Fungsi Ruangan Jenis Detektor
Fungsi Ruangan
Asap
Ruang peralatan kontrol bangunan, Ruangan recepsionis, Ruang tamu, Ruang mesin, Ruang lift, Ruang pompa, Ruang AC, Tangga, Koridor, Lobby, Aula, Perpustakaan dan Gudang
Gas
Ruang diesel, Ruang yang berisi bahan yang mudah menimbulkan gas yang mudah terbakar
Nyala Api
Gudang material yang mudah terbakar, ruang kontrol instalasi peralatan vital
Sumber : SNI-03-6574 tahun 2000
3. Sprinkler Menurut SNI 03-3989 tahun 2000 Springkler adalah alat pemancar untuk pemadaman kebakaran yang mempunyai tudung berbentuk deflektor pada ujung mulut pancarnya, sehingga air dapat memancar kesemua arah secara merata. Sedangkan menurut Kepmen PU No.10/KPTS/2000, sprinkler adalah alat pemancar air untuk pemadaman kebakaran yang mempunyai tudung berbentuk deflektor pada ujung mulut pancarnya, sehingga air dapat memancar kesemua arah secara merata. Komponen utama sistem springkler terdiri dari:
Persediaan air
Pompa
Siamese conection
Jaringan pipa
Kepala springkler
28
Tabel 2.3 Syarat Tekanan Air dan Kapasitas Aliran Pompa pada Komponen Pemipaan Jenis Kebakaran
Tekanan air
Kapasitas aliran
Bahaya kebakaran ringan
10 bar
300 liter/ menit
Bahaya kebakaran sedang kel I
12 bar
375 liter/ menit
Bahaya kebakaran sedang kel II
14 bar
725 liter/ menit
Bahaya kebakaran sedang kel III
16 bar
1100 liter/ menit
Bahaya kebakaran berat
22 bar
2300-9650 liter/ menit
Sumber : SNI 03-3989 tahun 2000
Persyaratan untuk sprinkler menurut KEPMEN PU No.10/KPTS/2000 sebagai berikut : 1) Setiap lantai bangunan dilindungi dengan sarana sprinkler penuh 2) Sprinkler minimal dapat menyemburkan air selama 30 menit 3) Instalasi pemipaan sprinkler dicat warna merah 4) Terdapat prosedur pemeriksaan dan uji coba 5) Kepala sprinkler dalam keadaan baik dan tidak dicat 6) Kepala sprinkler tidak menghalangi benda lain 7) Terdapat instalasi sprinkler 8) Terdapat sambungan kembar dinas kebakaran dengan ukuran 2,5 inci 9) Sumber daya sprinkler minimal berasal dari 2 sumber 10) Kapasitas aliran pompa 375 liter/ menit 11) Tekanan air pada kepala sprinkler 10 bar 12) Kapasitas tanki/ reservoir untuk bangunan bahaya sedang 12 m2.
29
4. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) Referensi Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per/04/Men/1980, Alat Pemadam Api Ringan (APAR) direncanakan untuk memadamkan api pada awal kebakaran, desain konstruksinya dapat dijinjing dan mudah dioperasikan oleh satu orang. Adapun syarat pemasanganpemasangan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) menurut Permenaker No.04/MEN/1980 sebagai berikut: 1. Terdapat APAR yang sesuai dengan jenis kebakaran 2. APAR diletakkan pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas 3. APAR diletakkan pada posisi yang mudah dicapai dan diambil 4. APAR dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan 5. Tinggi pemberian tanda pemasangan 125 cm dari dasar lantai 6.
Gambar tanda pemasangan yaitu segitiga sama sisi dengan ukuran 35 cm
7.
Warna dasar tanda pemasangan APAR yaitu merah
8. Tinggi huruf 3 cm dan berwarna putih 9. Tinggi tanda panah 7,5 cm dan berwarna putih 10. Penempatan APAR yang satu dengan yang lainnya tidak boleh lebih dari 15 m, kecuali ditetapkan lain oleh ahli keselamatan kerja atau pegawai pengawas 11. APAR tidak berlubang dan tidak cacat karena karat 12. APAR dipasang menggantung pada dinding dengan penggunaan selang atau ditempatkan dalam lemari atau peti (box) yang tidak dikunci 13. Selang tidak boleh dikunci atau diikat mati
30
14. Bagian paling atas APAR berada pada ketinggian 1,2 m dari permukaan lantai 15. APAR tidak dipasang dalam ruangan dimana suhu melebihi 490C atau turun sampai minus 440C 16. APAR diperiksa 2 kali dalam setahun 17. Bagian-bagian luar dari tabung tidak boleh cacat termasuk andel dan label harus selalu dalam keadaan baik 18. Mulut mancar tidak boleh tersumbat dan pipa pancar tidak boleh retak 19. Terdapat keterangan petunjuk penggunaan APAR yang dapat dibaca dengan jelas 20. Terdapat label catatan pemeriksaan Setiap
jenis
APAR
memiliki
daya
kemampuan
untuk
memadamkan api jenis dan ukuran tertentu. Untuk menilai kemampuan pemadaman dilakukan pengujian secara labratoris dengan mengacu Standar pengujian lasifikasi dan rating. Pengujian rating A, digunakan standar uji kayu dengan kubikasi tertentu hasil pengujian kelas A dinyatakan dengan notasi: 1A, 2A, 3A, 4A, 6A, 10A, 20A, dan 40A. Nilai 1 A setara dengan 5 liter air, 2A setara dengan 10 liter air dan seterusnya. Pengujian rating B, digunakan standar uji cairan dengan ukuran luasan tertentu. Hasil pengujian kelas B dinyatakan dengan notasi: 1B, 2B, 3B. 4B, 6B, 10B, 20B, dan 40B. Nilai 1B dengan ukuran luas bujur sangkar 475 mm x 475mm. Nilai 2B, 3B seterusnya adalah perkalian dari luasan 1A. Pengujian rating C, adalah pengujian produktivitas listrik
31
dengan standar uji disemprotkan pada sasaran yang bertegangan 10.000 Volt dengan jarak 10 mm tidak terindikasi adanya arus listrik, pada pengujian kelas C, tidak diberikan angka rating. Hal yang harus diperhatikan adalah jenis, dan tipe konstruksinya yaitu tipe stored pressure atau type gas cartridge. Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per 04/Men/1980 terdapat petunjuk pemeriksaan dan pengujian yang dapat menyesatkan, yaitu tidak semua jenis APAR dapat diperiksa dengan membuka tutup kepalanya, yang dapat dilakukan dengan cara ini adalah jenis tabung tipe gas cartridge. Menurut Zaini (1998), faktor yang menjadi dasar dalam memilih Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah : 1) Memilih APAR sesuai dengan kelas kebakaran yang akan dipadamkan 2) Harus memperhatikan keparahan yang mungkin terjadi 3) APAR disesuaikan dengan pekerjaannya 4) Memperhatikan kondisi daerah yang dilindungi.
Tabel 2.4 Jenis APAR dan kelas kebakaran KELAS A
BAHAN YANG TERBAKAR
Kayu, kertas, teks, plastik. Karet, Tepung kimia serba guna, busa, styrofoam, file
B
APAR
Air, CO2
Bahan bakar minyak oli, aspal, cat, Tepung kimia biasa, CO2 alkohol, elpiji, gemuk, karbit
C
Pembangkit listrik, travo, panel listrik, Tepung kimia bias
32
sentral telepon D
Logam, magnesium, sodium, titanium, Tepung potasium, aluminium
kimia
khusus
logam
Sumber: Gempur Santoso, 2004
5. Hidran Menuurut Kepmen PU N0.10/KPTS/2000, Hidran adalah alat yang dilengkapi dengan selang dan mulut pancar (nozzle) untuk mengalirkan air bertekanan yang digunakan bagi keperluan pemadaman kebakaran. Komponen utama sistem hidran kebakaran adalah sebagai berikut: 1. Persediaan air yang cukup 2. Sistem pompa yang handal, pada umumnya terdiri dari 3 macam pompa yaitu: pompa jocky, pompa utama dan pompa cadangan. 3. Siamase connection atau sambungan untuk mensuplai air dari mobil cadangan 4. Jaringan pipa yang cukup 5. Selang dan Nozle yang cukup melindungi seluruh bangunan. Perencanaan instalasi hidran harus memenihi ketentuan standar yang berlaku dan perhitungannya hidrolik kebutuhan debit air dan tekanan ideal sesuai klasifikasi bahaya pada bangunan atau obyek yang dilindungi, beberapa kriteria dasar untuk perencanaan hidran antara lain sebagai berikut:
33
Tabel 2.5 Klasifikasi Sistem Hidran Klasifikasi System Hydrant Kriteria Debit air minimal Tekanan
pada
Kelas I
Kelas II
Kelas III
500 US GPM
500 US GPM
500 US GPM
nozel 4,5-7 kg/Cm2
4,5-7 kg/Cm2
4,5-7 KG/Cm2
terjauh Ukuran slang
1 ½ Inc
2 ½ Inc
1 ½ dan 2 ½ Inc
Persediaan air
45 menit
60 menit
90 menit
Tabel 2.6 Standar persyaratan penempatan titik hydrant berdasarkan risiko bahaya jenis hunian Risiko Ringan
Luas 1000-2000 m2, 2 titik hydrant, dan tambahan 1 titik setiap 1000 m2
Risiko Sedang
Luas 800-1600 m2, 2 titik hydrant, dan tambahan 1 titik setiap 800 m2
Risiko Berat
Luas 600-1200 m2, 2 titik hydrant, dan tambahan 1 titik setiap 600 m2
Untuk menjamin kesesuaian terhadap ketentuan dan persyaratan teknis, setiap perencanaan dan pemasangan instalasi hidran dikendalikan secara administratif melalui pemeriksaan, pegujian dan pengesahaan. Menurut Kepmen PU No.10/KPTS/2000 Persyaratan Hidran yaitu : 1. Minimal debit air 380 liter/menit 2. Diameter selang maksimal 1,5 inci (untuk hidran gedung), dan 2,5 inci (untuk hidran halaman)
34
3. Menggunakan pipa tegak 6 inci (15 cm) 4. Letak kotak hidran dalam gedung mudah dicapai 5. Panjang selang maksimal 30 m 6. Kelengkapan hidran: hidran harus mempunyai selang, sambungan selang, nozzle (pemancar air), kran pembuka 7. Pada setiap luas lantai 1000 m2 minimal terdapat 1 titik hidran 8. Kotak hidran mudah dibuka, dilihat dan dijangkau 9. Hidran ditempatkan ditempat yang mudah dicapai dan tidak terhalang 10. Hidran dicat merah 11. Selang dalam keadaan baik (tidak melilit) 12. Nozzle terpasang pada selang 13. Dilakukan uji operasional terhadap hidran gedung dan halaman minimal setiap 1 tahun sekali.
2.6.2 Sarana Penyelamatan Jiwa Menurut Kepmen PU No.10/KPTS/2000 tentang ketentuan teknis pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan, Sarana penyelamatan adalah sarana yang dipersiapkan untuk dipergunakan oleh penghuni maupun petugas pemadam kebakaran dalam upaya penyelamatan jiwa manusia maupun harta benda bila terjadi kebakaran pada suartu bangunan gedung dan lingkungan.
35
1. Sarana Jalan Keluar Sarana Jalan Keluar terbagi menjadi tiga tipe, yaitu langsung menuju tempat terbuka, melalui koridor atau gang, dan melalui terowongan atau tangga kedap asap/api. Faktor yang dapat dijadikan pedoman dalam perencanaan jalan landai adalah klasifikasi hunian, lamanya waktu keluar, panjang jarak tempuh, dan lebar pintu exit (Depnaker-UNDP, 1987). Menurut Kepmen PU No.10/KPTS/2000 tentang ketentuan teknis pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan persyaratan jalan landai yaitu : 1. Jalan Landai terbuat dari bahan yang tidak licin 2. Diberi lapisan kasar dengan bahan anti slip 3. Kemiringan tidak lebih dari 1:2 4. Lebar jalan tidak kurang dari 1 m 5. Ujung jalan langsung menuju pintu keluar.
2. Pintu Darurat Kebakaran Menurut SNI-03-1746 tahun 2000, penempatan pintu darurat harus diatur sedemikian rupa sehingga dimana saja penghuni dapat menjangkau pintu keluar tidak melebihi jarak yang telah ditetapkan. Jumlah pintu darurat minimal 2 buah pada setiap lantai yang mempunyai penghuni kurang dari 60, dan dilengkapi dengan tanda atau sinyal yang bertuliskan keluar yang menghadap ke koridor, mudah dicapai dan dapat mengeluarkan seluruh penghuni dalam waktu 2,5 menit.
36
Menurut Kepmen PU No.10 tahun 2000, pintu kebakaran adalah pintu yang langsung menuju tangga kebakaran dan hanya dipergunakan apabila terjadi kebakaran, pintu darurat tidak boleh dikunci dan dapat menutup secara otomatis sehingga dapat menghalangi masuknya asap. Menurut Kepmen PU No.10 tahun 2000 dan SNI 03-1746 (2000), persyaratan pintu darurat yaitu : 1. Lebar pintu minimal 90 cm, maksimal 120 cm 2. Tinggi pintu 210 cm 3. Pintu dalam keadaan tidak terkunci 4. Pintu dapat menutup secara otomatis 5. Dilengkapi Push bar system 6. Jumlah pintu untuk satu lantai yang > 60 penghuni minimal 2 buah 7. Terdapat petunjuk pintu (exit).
3. Tangga Darurat Kebakaran Menurut SNI 03-1735 tahun 2000 tangga darurat adalah tangga yang direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran. Pada koridor tiap jalan ke luar menuju tangga darurat dilengkapi dengan pintu darurat yang tahan api (lebih kurang 2 jam) dan panic bar sebagai pegangannya sehingga mudah dibuka dari sebelah tangga (luar) untuk mencegah masuknya asap kedalam tangga darurat. Sedangkan Menurut SNI 03-1746 tahun 2000 tangga darurat yaitu: Bentuk tangga tidak spiral, lebar untuk 45 penghuni minimal 110 cm, lebar
37
injakan minimal 30 cm, tinggi pegangan dari lantai 110 cm, tinggi maksimal injakan 17,5 cm, jumlah anak tangga antar bordes minimal 8 buah dan maksimal 18 buah, permukaan tangga kasar dan tidak ada penghalang, ada ventilasi berupa pengendali asap dan tangga diterangi lampu minimal 10 Lux. Menurut Suma’mur 1996, Tangga darurat yaitu bagian dari suatu bangunan untuk turun atau naik dari satu dataran ke dataran lain. Tangga darurat harus terbuat dari lempengan besi yang dilengkapi dengan pegangan, permukaaan lantai tidak licin dan bebas dari barang-barang, baik pijakan maupun pada bagian bawah tangga. Persyaratan Tangga Darurat menurut SNI 03-1735 tahun 2000 dan SNI 03-1746 tahun 2000 adalah : 1. Bentuk tangga tidak spiral 2. Lebar untuk < 45 penghuni minimal 110 cm 3. Lebar injakan minimal 30 cm 4. Tinggi pegangan dari lantai 110 cm 5. Tinggi maksimal injakan 17,5 cm 6. Jumlah anak tangga antar Bordes min 8 buah dan max 18 buah 7. Permukaan tangga kasar dan tidak ada penghalang 8. Ada ventilasi berupa pengendali asap.
4. Tempat Berhimpun Menurut SNI 03-1746 tahun 2000 yang dimaksud tempat berhimpun atau daerah tempat berlindung adalah suatu tempat berlindung yang
38
pencapaiannya memenuhi persyaratan rute sesuai ketentuan yang berlaku. Sedangkan menurut SNI 03-6571 tahun 2001 adalah daerah pada bangunan yang dipisahkan dari ruang lain oleh penghalang asap kebakaran dimana lingkungan yang dapat dipertahankan dijaga untuk jangka waktu selama daerah tersebut masih dibutuhkan untuk dihuni pada saat kebakaran. Menurut SNI 03-6571 (2001), persyaratan tempat berhimpun, yaitu : a. Tersedia tempat berhimpun setelah di evakuasi b. Tempat berhimpun berada pada tempat yang aman, jauh dari kemungkinan tertimpa sesuatu c. Luas minimum 0,3 m2 per orang.
5. Lampu Darurat Menurut SNI 03-6574 tahun 2001 lampu darurat adalah sebuah lampu yang di rancang untuk digunakan pada sistem pencahayaan darurat. Sedangkan menurut Perda DKI Jakarta No.3 tahun 1992 lampu darurat harus dapat bekerja secara otomatis bila terjadi gangguan sedangkan lampu darurat yang menggunakan baterei atau lampu jinjing dilarang dipakai sebagai sumber penerangan utama sarana jalan keluar, warna lampu kuning dan kemempuan bertahan minimal 1 jam. Persyaratan Lampu Darurat Menurut SNI 03-6574 tahun 2001 adalah : 1. Sumber listrik berasal dari genset dan baterai 2. Kemampuan baterai min 60 menit 3. Waktu peralihan min 10 detik
39
4. Warna lampu kuning. 5. Kemampuan bertahan minimal 1 jam 6. Penempatan genset terpisah 7. Penerangan darurat terdiri dari min.2 sumber listrik yang berbeda.
6. Sistem Pengendali Asap Menurut Depnaker UNDP ILO (1987), ada empat metode pengendalian asap yang dapat melemahkan, yaitu: a. Melemahkan (delution) yaitu dengan cara memberikan ventilasi untuk memasukan udara segar dari luar dan memberi saluran asap. b. Menghabiskan (exhaust) yaitu dengan cara memberikan peralatan mekanis untuk mengendorkan atau menyedot asap. c. Membatasi yaitu dengan cara memasang sarana penghambat asap untuk mencegah menjalarnya asap ke suatu daerah. d. Tekanan udara yaitu tempat-tempat jalur pelarian koridor dan ruang tangga harus dijamin aman sementara dari serangan asap dan gas dengan cara memberikan tekanan udara sedikit lebih tinggi. Menurut SNI 03-6571 tahun 2001, yang dimaksud dengan sistem pengendali asap adalah pola atau sistem baik secara manual maupun otomatis dalam upaya membebaskan ruangan penyelamatan dari asap akibat kebakaran dengan penyediaan tekanan udara positif. Menurut Kepmen PU No.10 tahun 2000 ketentuan sistem pengendali asap harus:
40
a. dipasang pada jalur penyelamatan b. pengendalian menggunakan ventilasi khusus atau mekanis untuk mengendalikan asap c. dapat dikendalikan secara otomatis maupun manual dari ruangan kontrol.
2.7. Teknik Skoring Teknik skoring data dimaksudkan untuk mengetahui tingkat pemenuhan terhadap hasil observasi sarana proteksi kebakaran aktif dan sarana penyelamatan jiwa dengan melihat kesesuaian item data dengan peraturan perundangan. Penentuan tingkat pemenuhan dari hasil skoring terhadap sarana proteksi kebakaran berdasarkan nilai rata-rata pada sarana proteksi aktif dan sarana penyelamatan jiwa dengan ketentuan menurut Arikunto (2002), nilai yang berada diatas rata-rata menunjukan kategori ”Baik” dan nilai yang lebih rendah dari rata-rata menunjukan kategori ”Kurang”.
Tabel 2.7 Tingkat Penilaian Audit Kebakaran Nilai > 80% - 100% 60% - 80%
Kesesuaian Sesuai persyaratan Terpasang tapi ada sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai dengan persyaratan
Keandalan Baik (B) Cukup Baik (C)
41
< 60%
Terpasang tapi ada sebagian besar instalasi
Kurang (K)
yang tidak sesuai dengan persyaratan 0%
Tidak sesuai sama sekali
Sumber : Puslitbang Pemukiman tahun 2005
Tidak ada
BAB III KERANGKA KONSEP
3.1. Kerangka Konsep Dalam penelitian ini elemen yang akan diperiksa adalah elemen yang sesuai dengan standar yang meliputi, Sarana proteksi aktif kebakaran: Alarm kebakaran, Detektor, Spinkler, APAR (alat pemadam api ringan), Hidran dan Sarana penyelamatan jiwa: Jalan keluar, Pintu darurat, Tangga darurat, Tempat berhimpun, Lampu darurat, Pengendali asap. Secara rinci kerangka konsep dapat dilihat pada tabel 3.1
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Sistem tanggap darurat kebakaran : 1. Sarana proteksi aktif • Alarm Kebakaran • Detektor • Spinkler • APAR • Hidran 2. Sarana penyelamatan jiwa • Jalan Keluar • Pintu Darurat • Tangga Darurat • Tempat Berhimpun • Lampu Darurat • Pengendali Asap
Membandingkan dengan menggunakan standar acuan yang digunakan yaitu : 1. KEPMEN PU No.10/KPTS/2000. 2. Permenaker No.02/MEN/1983. 3. Permenaker No.04/MEN/1980. 4. Standar Nasional Indonesia (SNI).
42
Kesesuaian terhadap standar
43
3.2. Definisi Istilah 1. Sarana Proteksi Aktif adalah Sistem perlindungan terhadap kebakaran yang dilaksanakan dengan menggunakan peralatan yang dapat bekerja secara otomatis maupun manual, digunakan oleh penghuni atau petugas pemadaman kebakaran dalam melaksanakan operasi pemadaman (Kepmen PU No.10 tahun 2000). Cara ukur
: observasi dan wawancara
Alat Ukur
: checklist, meteran, penggaris, thermometer
Hasil ukur
: persentase tingkat pemenuhan berdasarkan standar yang berlaku 1. Baik : apabila seluruh elemen yang dianalisis memiliki tingkat kesesuaian antara > 80% - 100% 2. Cukup : apabila seluruh elemen yang dianalisis memiliki tingkat kesesuaian antara 60% - 80% 3. Kurang : apabila seluruh elemen yang dianalisis memiliki tingkat kesesuaian < 60% 4. Tidak ada : apabila seluruh elemen yang dianalisis memiliki tingkat kesesuaian 0%.
a. Alarm Kebakaran menurut Dinas Kebakaran DKI Jakarta (1994) adalah Suatu cara untuk memberi peringatan secara dini kepada penghuni gedung atau petugas yang ditunjuk tentang adanya kejadian kebakaran di suatu bagian gedung.
44
Cara ukur
: observasi dan wawancara
Alat Ukur
: checklist, meteran
Hasil ukur
: persentase tingkat pemenuhan berdasarkan standar yang berlaku 1. Baik : apabila seluruh elemen yang dianalisis memiliki tingkat kesesuaian antara > 80% - 100% 2. Cukup : apabila seluruh elemen yang dianalisis memiliki tingkat kesesuaian antara 60% - 80% 3. Kurang : apabila seluruh elemen yang dianalisis memiliki tingkat kesesuaian < 60% 4. Tidak ada : apabila seluruh elemen yang dianalisis memiliki tingkat kesesuaian 0%.
b. Detektor menurut SNI 03-6574 tahun 2000 adalah alat yang berfungsi mendeteksi secara dini adanya suatu kebakaran awal. Terdapat 3 macam detektor yaitu: detektor panas (heat detector), detektor nyala api (flame detector), dan detektor asap (smoke detector) Cara ukur
: observasi dan wawancara
Alat Ukur
: checklist, meteran,thermometer
Hasil ukur
: persentase tingkat pemenuhan berdasarkan standar yang berlaku 1. Baik : apabila seluruh elemen yang dianalisis memiliki tingkat kesesuaian antara > 80% - 100% 2. Cukup : apabila seluruh elemen yang dianalisis memiliki tingkat kesesuaian antara 60% - 80%
45
3. Kurang : apabila seluruh elemen yang dianalisis memiliki tingkat kesesuaian < 60% 4. Tidak ada : apabila seluruh elemen yang dianalisis memiliki tingkat kesesuaian 0%.
c. Sprinkler menurut SNI 03-3989 tahun 2000 adalah alat pemancar untuk pemadaman kebakaran yang mempunyai tundung berbentuk deflector pada ujung mulut pancarnya, sehingga air dapat memancar kesemua arah secara merata. Cara ukur
: observasi dan wawancara
Alat Ukur
: checklist, thermometer
Hasil ukur
: persentase tingkat pemenuhan berdasarkan standar yang berlaku 1. Baik : apabila seluruh elemen yang dianalisis memiliki tingkat kesesuaian antara > 80% - 100% 2. Cukup : apabila seluruh elemen yang dianalisis memiliki tingkat kesesuaian antara 60% - 80% 3. Kurang : apabila seluruh elemen yang dianalisis memiliki tingkat kesesuaian < 60% 4. Tidak ada : apabila seluruh elemen yang dianalisis memiliki tingkat kesesuaian 0%.
46
d. Alat Pemadam Api Ringan (APAR), menurut Gempur Santoso (1994) adalah Alat pemadam api berbentuk tabung (berat maksimal 16 kg) yang mudah dilayani atau dioperasikan oleh satu orang untuk pemadaman api pada awal terjadi kebakaran. Cara ukur
: observasi dan wawancara
Alat Ukur
: checklist, meteran, penggaris dan thermometer
Hasil ukur
: persentase tingkat pemenuhan berdasarkan standar yang berlaku 1. Baik : apabila seluruh elemen yang dianalisis memiliki tingkat kesesuaian antara > 80% - 100% 2. Cukup : apabila seluruh elemen yang dianalisis memiliki tingkat kesesuaian antara 60% - 80% 3. Kurang : apabila seluruh elemen yang dianalisis memiliki tingkat kesesuaian < 60% 4. Tidak ada : apabila seluruh elemen yang dianalisis memiliki tingkat kesesuaian 0%.
e. Hidran menurut Kepmen Pu No.10/KPTS/2000 adalah Alat yang dilengkapi dengan selang dan mulut pancar (nozzle) untuk mengalirkan air bertekanan yang digunakan bagi keperluan pemadaman kebakaran. Cara ukur
: observasi dan wawancara
Alat Ukur
: checklist
Hasil ukur
: persentase tingkat pemenuhan berdasarkan standar yang berlaku
47
1. Baik : apabila seluruh elemen yang dianalisis memiliki tingkat kesesuaian antara > 80% - 100% 2. Cukup : apabila seluruh elemen yang dianalisis memiliki tingkat kesesuaian antara 60% - 80% 3. Kurang : apabila seluruh elemen yang dianalisis memiliki tingkat kesesuaian < 60% 4. Tidak ada : apabila seluruh elemen yang dianalisis memiliki tingkat kesesuaian 0%.
2. Sarana Penyelamatan jiwa adalah Sistem perlindungan terhadap kebakaran yang dilaksanakan dengan melakukan pengaturan terhadap komponen bangunan gedung dari aspek artisektur dan struktur sedemikian rupa sehingga dapat melindungi penghuni dan benda dari kerusakan fisik saat terjadi kebakaran (Kepmen PU No.10 tahun 2000). Cara ukur
: observasi dan wawancara
Alat Ukur
: checklist, meteran, penggaris
Hasil ukur
: persentase tingkat pemenuhan berdasarkan standar yang berlaku 1. Baik : apabila seluruh elemen yang dianalisis memiliki tingkat kesesuaian antara > 80% - 100% 2. Cukup : apabila seluruh elemen yang dianalisis memiliki tingkat kesesuaian antara 60% - 80% 3. Kurang : apabila seluruh elemen yang dianalisis memiliki tingkat kesesuaian < 60%
48
4. Tidak ada : apabila seluruh elemen yang dianalisis memiliki tingkat kesesuaian 0%.
a. Jalan Keluar menurut Kepmen PU No.10 tahun 2000 adalah Salah satu sarana penyelamatan jiwa (evakuasi) pada saat terjdi kebakaran. Sedangkan menurut Depnaker UNDP (1987) adalah Klasifikasi hunian, lamanya waktu keluar, panjang jarak tempuh, dan lebar pintu keluar (exit). Cara ukur
: observasi dan wawancara
Alat Ukur
: checklis
Hasil ukur
: persentase tingkat pemenuhan berdasarkan standar yang berlaku 1. Baik : apabila seluruh elemen yang dianalisis memiliki tingkat kesesuaian antara > 80% - 100% 2. Cukup : apabila seluruh elemen yang dianalisis memiliki tingkat kesesuaian antara 60% - 80% 3. Kurang : apabila seluruh elemen yang dianalisis memiliki tingkat kesesuaian < 60% 4. Tidak ada : apabila seluruh elemen yang dianalisis memiliki tingkat kesesuaian 0%.
b.
Pintu Darurat menurut SNI 03-1746 tahun 2000 adalah Penempatan pintu darurat harus diatur sedemikian rupa sehingga dimana saja penghuni dapat menjangkau pintu keluar tidak melebihi jarak yang ditetapkan. Menurut
49
Kepmen PU No.10/KPTS/2000 yaitu Pintu-pintu yang langsung menuju tangga kebakaran dan hanya dipergunakan apabila terjadi kebakaran. Cara ukur
: observasi dan wawancara
Alat Ukur
: checklist, meteran
Hasil ukur
: persentase tingkat pemenuhan berdasarkan standar yang berlaku 1. Baik : apabila seluruh elemen yang dianalisis memiliki tingkat kesesuaian antara > 80% - 100% 2. Cukup : apabila seluruh elemen yang dianalisis memiliki tingkat kesesuaian antara 60% - 80% 3. Kurang : apabila seluruh elemen yang dianalisis memiliki tingkat kesesuaian < 60% 4. Tidak ada : apabila seluruh elemen yang dianalisis memiliki tingkat kesesuaian 0%.
c. Tangga Darurat menurut Perda DKI Jakarta No.3 tahun 1992 adalah Terbuat dari bahan tidak mudah terbakar, bebas halangan dan terdapat pegangan rambat (handrail) sehingga membantu orang agar aman menggunakan tangga. Sedangkan menurrut SNI 03-1735 tahun 2000 adalah Tangga yang direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran. Cara ukur
: observasi dan wawancara
Alat Ukur
: checklist, meteran, penggaris
Hasil ukur
: persentase tingkat pemenuhan berdasarkan standar yang berlaku
50
1. Baik : apabila seluruh elemen yang dianalisis memiliki tingkat kesesuaian antara > 80% - 100% 2. Cukup : apabila seluruh elemen yang dianalisis memiliki tingkat kesesuaian antara 60% - 80% 3. Kurang : apabila seluruh elemen yang dianalisis memiliki tingkat kesesuaian < 60% 4. Tidak ada : apabila seluruh elemen yang dianalisis memiliki tingkat kesesuaian 0%.
d. Tempat Berhimpun menurut SNI 03-6571 tahun 2001 adalah Daerah pada bangunan yang dipisahkan dari ruang lain oleh penghalang asap kebakaran dimana lingkungan yang dapat dipertahankan dijaga untuk jangka waktu selama daerah tersebut masih dibutuhkan untuk dihuni pada saat kebakaran. Sedangkn menurut Perda DKI Jakarta No.3 tahun 1992 adalah Tempat berhimpun minimal berukuran 0,3 orang m2/orang dan mempunyai daya tahan api minimal 2 jam. Cara ukur
: observasi dan wawancara
Alat Ukur
: checklist
Hasil ukur
: persentase tingkat pemenuhan berdasarkan standar yang berlaku 1. Baik : apabila seluruh elemen yang dianalisis memiliki tingkat kesesuaian antara > 80% - 100% 2. Cukup : apabila seluruh elemen yang dianalisis memiliki tingkat kesesuaian antara 60% - 80%
51
3. Kurang : apabila seluruh elemen yang dianalisis memiliki tingkat kesesuaian < 60% 4. Tidak ada : apabila seluruh elemen yang dianalisis memiliki tingkat kesesuaian 0%.
e. Lampu Darurat menurut SNI 03-6574 tahun 2001 adalah sebuah lampu yang dirancang untuk digunakan pada sistem pencahayaan darurat. Cara ukur
: observasi dan wawancara
Alat Ukur
: checklist, meteran
Hasil ukur
: persentase tingkat pemenuhan berdasarkan standar yang berlaku 1. Baik : apabila seluruh elemen yang dianalisis memiliki tingkat kesesuaian antara > 80% - 100% 2. Cukup : apabila seluruh elemen yang dianalisis memiliki tingkat kesesuaian antara 60% - 80% 3. Kurang : apabila seluruh elemen yang dianalisis memiliki tingkat kesesuaian < 60% 4. Tidak ada : apabila seluruh elemen yang dianalisis memiliki tingkat kesesuaian 0%.
f. Pengendali Asap menurut Kepmen PU No.10 tahun 2000 adalah Pola atau sistim baik secara manual maupun otomatis dalam upaya membebaskan ruangan penyelamatan dari asap akibat kebakaran dengan penyediaan tekanan udara positif.
52
Cara ukur
: observasi dan wawancara
Alat Ukur
: checklist
Hasil ukur
: persentase tingkat pemenuhan berdasarkan standar yang berlaku 1. Baik : apabila seluruh elemen yang dianalisis memiliki tingkat kesesuaian antara > 80% - 100% 2. Cukup : apabila seluruh elemen yang dianalisis memiliki tingkat kesesuaian antara 60% - 80% 3. Kurang : apabila seluruh elemen yang dianalisis memiliki tingkat kesesuaian < 60% 4. Tidak ada : apabila seluruh elemen yang dianalisis memiliki tingkat kesesuaian 0%.
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian Penelitian observasional
ini
dengan
bersifat jenis
kualitatif penelitian
dengan deskriptif,
menggunakan yaitu
pendekatan
penelitian
yang
menggambarkan sistem proteksi kebakaran di PT. Sentrafood Indonusa.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Mei 2010 di PT. Sentrafood Indonusa, Desa Anggadita Kecamatan Klari Kabupaten Krawang Timur Propinsi Jawa Barat.
4.3. Informan Informan dalam penelitian ini berasal dari Supervisor, Pelaksana K3 atau karyawan PT. Sentrafood Indonusa. Pemilihan informan berdasarkan pada alur pelaporan kebakaran dimana dalam mengatasi kebakaran pihak karyawan atau pelaksana K3 bersama supervisor merupakan sarana pelaporan sebelum dilakukannya upaya pencegahan dan antisipasi terjadinya kebakaran.
53
54
4.4. Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 yaitu data primer dan data sekunder, dengan rincian sebagai berikut : 1. Data Primer : Data primer berupa kondisi dan kelengkapan sarana atau fasilitas tanggap darurat kebakaran, diperoleh melalui 2 cara yaitu : a. Pencatatan langsung pada daftar periksa terhadap sarana sistem tanggap darurat kebakaran berdasarkan observasi lapangan dengan bantuan lembar observasi, meteran, dan penggaris yang diperlukan pada saat pengukuran jarak antar APAR, tinggi APAR, tinggi tanda pemasangan APAR, jarak antara hidran, lebar sarana jalan landai, jarak antar lampu darurat, tinggi pintu darurat, jarak antara pintu darurat, luas tempat berhimpun. b. Wawancara mendalam dengan pihak-pihak dari PT. Sentrafood Indonusa diantaranya Supervisor, Pelaksana K3 atau karyawan PT. Sentrafood Indonusa yang dapat memberikan informasi terkait sarana sistem proteksi aktif dan sarana penyelamatan jiwa, sebagai upaya untuk memperjelas akan temuan yang didapatkan ketika melakukan observasi. 2. Data Sekunder : Data sekunder data yang berupa dokumen-dokumen dan arsip perusahaan yang mendukung terhadap program pencegahan dan kebijakan penanggulangan bahaya kebakaran yang diperoleh dari laporan kebakaran.
55
4.5. Pengelolaan Data Pengelolaan data pada penelitian ini dilakukan dengan : Melakukan teknik skoring data terhadap hasil observasi dengan ketentuan nilai skoring.
Tabel 4.1 Tingkat Penilaian Audit Kebakaran Nilai > 80% - 100% 60% - 80%
Kesesuaian Sesuai persyaratan Terpasang tapi ada sebagian kecil instalasi
Keandalan Baik (B) Cukup Baik (C)
yang tidak sesuai dengan persyaratan < 60%
Terpasang tapi ada sebagian besar instalasi
Kurang (K)
yang tidak sesuai dengan persyaratan 0%
Tidak sesuai sama sekali
Tidak ada
Sumber : Puslitbang Pemukiman tahun 2005
4.6. Teknik dan Analisis Data Teknik dan analisis data dalam penelitian ini dilakukan untuk menganalisis tingkat pemenuhan sarana proteksi aktif dan sarana penyelamatan jiwa. Analisis data dalam penelitian ini adalah :
56
1. Membaca hasil pengelompokan dari nilai skoring pada hasil observasi dan intisari wawancara 2. Menarik kesimpulan tentang gambaran tingkat pemenuhan dari hasil observasi, wawancara dengan informan terhadap sarana proteksi aktif dan sarana penyelamatan jiwa.
BAB V HASIL
5.1. Gambaran Umum PT. Sentrafood Indonusa 5.1.1 Sejarah dan Perkembangan PT. Sentrafood Indonusa PT Sentrafood Indonusa merupakan salah satu anak perusahaan dari Medco Group yang berbasis utamanya dibidang pertambangan minyak, tetapi pada tahun 1995 berekspansi ke bidang lain termasuk properti dan pangan. Dalam bidang pangan, sejak awal tahun 1996 group tersebut meluncurkan produk mie instan bermerk ”Salam Mie”, namun masih diproduksi di pabrik lain (co packing). PT Sentrafood Indonusa yang berdiri pada tanggal 19 Januari 1996 pada mulanya bernama PT Sentrafood Indonusa Corporation (SIC) dan mulai beroperasi secara komersil pada akhir 1996 berdasarkan Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) 10.923./5903-DI/96. pada tahun 2001 berganti nama menjadi PT Sentrafood Indonusa (SFI). Pada awalnya produksi mie dilakukan diperusahaan lain dengan sistem co packing, tetapi pada awal tahun 1996 PT Sentrafood Indonusa membuat pabrik sendiri diatas lahan seluas 4,5 hektar yang berada dilokasi zona industri Desa Anggadita, Kecamatan Klari, Kabupaten Krawang, Jawa Barat. Saat ini PT. Sentrafood Indonusa memiliki jumlah line mesin produksi adalah 2 line bermerk Fuji W500 peralatan proses produksi digunakan secara kontinyu dengan kapasitas produksi 18,000 bungkus/jam per line.
57
58 PT. Sentrafood Indonusa menghasilkan produk mie instan dengan jenis normal noodle. PT. Sentrafood Indonusa selain memprodusi ”Salam Mie” juga memproduksi ”Cinta Mie” serta bekerja sama co packing dengan perusahaan CNI (Centra Insan Cemerlang) memproduksi mie instan dengan merk ”Mie Sehati” dalam berbagai jenis rasa. Saat ini PT. Sentrafood Indonusa telah memperoleh sertifikasi ISO 9001-94 dan sertifikasi HACCP dan upgrade ke ISO 9001-2000. PT. Sentrafood Indonusa, Klari – Karawang merupakan perusahaan yang memproduksi mie instan beserta bumbu dan minyak, bumbu beserta bahan pelengkap lainnya. Mie instan dikemas dalam kemasan plastik OPP (Oriental Polyprophilen) dan bumbu dikemas dalam kemasan plastik PE (Poly Ethilene). PT. Sentrafood Indonusa memproduksi berbagai jenis rasa mie yaitu salamie ayam bawang, salamie soto mie, salamie kaldu ayam, salamie goreng, salamie ayam spesial, salamie goreng gede, salamie goreng jawa, salamie kari melayu, salamie goreng abon, salamie goreng sosis, sehati ayam bawang pasta, sehati gingseng soto ayam, sehati gingseng goreng, sehati gingseng ayam bawang, sehati kari nusantara, cinta mie ayam bawang, cinta mie kaldu ayam, cinta mie soto mie, cinta mie goreng pedas dan cinta mie ayam kecap pedas. Untuk memenuhi kebutuhan konsumen diseluruh Indonesia, meningkatkan daya saing dan memperluas pemasaran, produsi mie instan tidak hanya dilakukan di PT. Sentrafood Indonusa saja tetapi juga di produksi di PT. Sentraboga Inti Selera Surabaya yang terletak di Gempol, Pasuruan, Jawa Timur dan di PT. Sumatra Usaha Makmur di Medan. Kedua perusahaan tersebut hanya memproduksi mie instan saja,
59 sementara untuk seasoning powder dan seasoning oil hanya diproduksi oleh PT. Sentrafood Indonusa Klari – Karawang Jawa Barat. Pemasaran produk yang dihasilkan PT. Sentrafood Indonusa Klari – Karawang meliputi beberapa wilayah pemasaran yaitu Surabaya, Jabodetabek, Cianjur, Banten, Cirebon, Bandung, Semarang, Medan dan lain sebagainya.
5.1.2 Visi dan Misi PT. Sentrafood Indonusa A. Visi ”Menjadi perusahaan yang dapat memproduksi produk pangan yang bermutu, berkualitas, dan aman dikonsumsi serta menjadi kelas dunia”. B. Misi ”Membawa perusahaan menjadi lebih baik lagi dalam memprodusi produk pangan”.
5.1.3 Lokasi Pabrik PT. Sentrafood Indonusa memiliki kantor pusat di gedung Medco, Jalan Ampera Raya NO. 20, Jakarta Selatan 1906. Sementara PT. Sentrafood Indonusa berada di lokasi zona industri Desa Anggadita, Kecamatan Klari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat diatas tanah seluas 4,5 hektar. Pemilihan lokasi ini dilatar belakangi oleh beberapa faktor yaitu: 1. Terletak di kawasan industri 2. Memiliki letak yang strategis dekat dengan jalan tol Jakarta-Cikampek untuk kelancaran distribusi bahan baku dan produk jadi
60 3. Tersedianya sarana penunjang, seperti: air, listrik dan telepon 4. tersedianya tenaga kerja.
5.1.4 Tata Letak Pabrik Area tanah yang digunakan PT. Sentrafood Indonusa Karawang seluas 4,5 hektar dengan luas bangunan 20040 m2. Bangunan tersebut terdiri dari ruang pabrikasi, gudang bahan baku, gudang produk jadi, gudang karton, kantor, kantin, ruang panel dan diesel, ruang boiler, workshop, rumah pompa, ruang tempat ganti pria dan wanita, wc umum, musholla, genset, bak pembakaran sampah, pos keamanan, tempat pengolahan limbah, pos jaga, parkir motor dan mobil, poliklinik, dan gedung divisi seasoning. Ruang pabrikasi terdiri dari 2 lantai yaitu pada bagian bawah meliputi gudang terigu dan hopper, ruang produksi dan packing, gudang bahan jadi, ruang administrasi produksi, ruang meeting produksi, dan gudang penyimpanan bumbu. Lantai bagian atas terletak ruang tangki larutan alkali, ruang mixer, ruang QC (Quality Control), laboratorium, shelf Life, ruang panel dan dapur, ruang QC field, gudang karton. Pada bagian depan ruang pabrikasi terletak bangunan yang terdiri dari ruang perkantoran untuk bagian factory manager, personalia, marketing, tecnic dan maintenance, HRD dan accounting, kantin, koperasi, musholla, poliklinik, ruang ganti pria dan wanita.
61 5.1.5 Tata Letak Alat Tata letak alat di PT. Sentrafood Indonusa disusun berdasarkan urutan proses operasi, sehingga memungkinkan proses produksi dapat berjalan dengan baik dan lancar serta untuk efisiensi waktu dan tenaga kerja. Tata letak alat disusun secara menunjang dan berbentuk garis, yaitu untuk memudahkan penanganan bahan pada setiap proses pembuatan mie instan dan proses dapat berjalan secara kontinyu. Peralatan yang digunakan proses produksi diletakan dalam 4 ruangan yaitu: 1. Ruang tangki (hopper) tepung terigu
2. Ruang tangki larutan alkali dan mixer 3. Ruang roll press, slitter, steam box, cutter, fryer, cooling box 4. Ruang pengisian dan pengemasan Tata letak pabrik berbentuk garis, berarti bahwa keburuhan-kebutuhan operasi produk mendominasi dan menentukan layout mesin-mesin dan peralatan lainnya. Produk bergerak biasanya terus menerus mengikuti garis dan berjalan melalui tempattempat kerja (Handoko, 1999). Jumlah seluruh peralatan proses pembuatan mie instan adalah 2 line, dan setiap line terdiri dari 12 unit. Peralatan yang digunakan pada proses pembuatan mie instan disusun dalam dua lantai yaitu: 1. Lantai I terdiri dari alat: hooper, feeder, roll press, slitter, steam box, cutter, fryer, cooling box dan mesin pengemas yang berada di ruangan yang menggunakan pendinginan ruangan. 2. Lantai II terdiri dari tangki larutan alkali dan mixer untuk pengadukan tepung dan larutan alkali.
62 5.2. Struktur Organisasi Struktur organisasi merupakan susunan yang terdiri dari fungsi-fungsi dan hubungan-hubungan yang menyatakan keseluruhan kegiatan untuk mencapai gambaran grafik atau bagan yang memperlihatkan hubungan unit-unit organisasi dan garis-garis wewenang yang ada. Berdasarkan strukturnya, bentuk organisasi dapat dibedakan atas beberapa macam yaitu struktur organisasi garis, struktur organisasi garis dan staf, dan struktur organisasi matriks. Struktur organisasi PT. Sentrafood Indonusa Karawang ini menggunakan struktur organisasi garis dan staf, dimana dalam organisasi ini ada dua kelompok orang-orang yang berpengaruh dalam menjalani organisasi yaitu: 1. Orang yang melaksanakan tugas pokok organisasi dalam rangka pencapaian tujuan, yang digambarkan dalam garis. Dimana bawahan hanya mengenal satu atasan sebagai sumber kewenangan yang memberikan komando dan hubungan antara atasan dan bawahan bersifat langsung melalui garis wewenang. 2. Orang yang melakukan tugasnya berdasarkan keahlian yang dimilikinya, orang ini berfungsi hanya untuk memberikan saran-saran kepada unit operasional, orang-orang tersebut disebut staf. PT. Sentrafood Indonusa dipimpin oleh seorang Board of Director, General Manager, yang membawahi beberapa manager, yaitu Factory Manager, Technic dan Maintenance Manager, HRD Manager, Marketing Manager, Finance dan Accounting Manager, Production Manager, dan Logistic Manager.
63 Pembagian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing bagian dalam struktur organisasi ini sesuai dengan fungsinya yaitu: 1. General Manager, bertanggung jawab atas berjalannya segala kegiatan yang berlansung di perusahaan, selain itu juga pemimpin, mengatur, membimbing dan mengarahkan organisasi perusahaan 2. Factory Manager, bertanggung jawab langsung kepada manajemen, mengkoordinasikan seluruh kegiatan pabrik agar semua bagian dapat melakukan tugas dengan efektif dan efisien, mampu menciptakan iklim kerja yang harmonis bagi semua keluarga maupun masyarakat di luar lingkungan pabrik, memberikan fasilitas yang diperlukan dalam pelaksanaan sistem mutu, bersama dengan manager sebagai penghubung dengan pabrikpabrik eksternal dalam kaitannya dengan sistem mutu perusahaan, bersama dengan manager memprakarsai pelaksanaan rapat tinjauan manajemen, dan memantau pencapaian tujuan dan sarana mutu yang telah ditetapkan. 3. Sekretaris, bertanggung jawab atas kelancaran surat masuk dan keluar serta pengarsipan terutama membantu manager dalam memnalankan perusahaan 4. Quality Assurance (QA), bertanggung jawab atas pengendalian mutu produk mulai dari bahan baku datang sampai dengan produk sampai ke tangan konsuman, selain itu bertanggung jawab terhadap kehalalan produk dan bertugas pula untuk mengontrol produk 5. Production Manager, bertanggung jawab memonitor pelaksanaan proses produksi, mengatur kelancaran proses produksi, memonitor efisiensi mesin produksi bersama QC dan melaksanakan tindakan koreksi dan pencegahan,
64 dan memantau pelaksanaan pencapaian tujuan dan sasaran mutu yang telah ditetapkan perusahaan 6. Finance Acounting Manager, bertugas dan bertanggung jawab untuk merencanakan,
mengkoordinir
dan
mengendalikan
semua
kegiatan
departemen administrasi dan keuangan untuk mendukung kegiatan operasional perusahaan 7. Marketing Manager, bertanggung jawab dalam hal mengatur strategi pemasaran, prediksi dan hubungan usaha. Selain itu merencanakan, mengkoordinir dan mengendalikan kegiatan promosi produk perusahaan dan bertanggung jawab dalam mencapai target penjualan yang direncanakan perusahaan 8. QC koordinator, bertanggung jawab atas pelaksanaan prosedur identifikasi dan mampu telusuri produksi, memonitor atau mengendalikan kualitas bahan mentah, memonitor bahan setengah jadi, memonitor produk jadi (finished good), memonitor sanitasi, higiene dan GMP, bertanggung jawab atas pelaksanaan inspeksi, ukur dan pengujian 9. PPIC dan Purchasing, bertanggung jawab atas terlaksananya prosedur pembelian, bertanggung jawab atas terlaksananya prosedur pengendalian produk yang dipasok pelanggan, bertanggung jawab atas terlaksananya prosedur tinjauan kantor, memonitor perhitungan kebutuhan bahan baku dan jadwal kedatangannya, mengatur jadwal produksi, mengatur atau membuat order to factory (OTF), memonitor stock semua barang kebutuhan produksi
65 dan barang penunjang lainnya dan stock bahan jadi, membuat purchase order (PO) 10. Human Research Develovment (HRD), bertanggung jawab atas pelatihan kerja, pengurus perijinan, menjamin pembayaran gaji yang dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, menjalin komunikasi yang sehat dengan seluruh karyawan.
5.3. Ketenagakerjaan 5.3.1 Sistem dan Jam Kerja Karyawan Pembagian waktu kerja untuk karyawan PT. Sentrafood Indonusa bertujuan untuk mempelancar jalannya kerja dalam proses produksi dibagi menjadi dua bagian, yaitu: 1. Karyawan Staf Jadwal kerja karyawan staf yaitu karyawan bagian kantor bekerja selama 5 hari dari Senin sampai Jumat mulai dari pukul 08.00 sampai 17.00, dengan waktu istirahat pada pukul 12.00 sampai 13.00. 2. Karyawan Non Staf Jadwal kerja karyawan non staf yaitu karyawan bagian produksi bekerja selama 5 hari, dari hari Senin sampai Kamis mulai pukul 07.00 sampai 15.30, untuk hari Jumat mulai bekerja pada pukul 07.00 sampai 16.00 dengan waktu istirahat 0,5 jam. Karyawan non staf di bagian produksi hanya memiliki 1 kelompok shift, kecuali untuk satpam dibagi menjadi 3 shift, yaitu:
66 1) Shift 1, dari pukul 07.00 sampai dengan 14.30 2) Shift 2, dari pukul 14.30 sampai dengan 22.00 3) Shift 3, dari pukul 22.00 sampai dengan 07.00.
5.3.2 Sistem Gaji Karyawan Sistem gaji karyawan di PT. Sentrafood Indonusa ini diberikan setiap bulan, baik untuk karyawan staf maupun untuk karyawan non staf. Gaji yang diberikan
kepada
karyawan
sesuai
dengan
UMK
(Upah
Minimum
Kabupaten/Kodya). Selain gaji pokok karyawan juga memperoleh beberapa tunjangan. Besarnya gaji yang diberikan sesuai dengan jenis pekerjaan, tanggung jawab pekerjaan, keahlian yang dimiliki, dan pengalaman kerja yang didasarkan pada gaji pokok dan tunjangan. Intensif diberikan pada kelompok kerja tertentu dengan sistem perhitungan didasarkan atas tingkat prestasi (produktivitas) kerja yang di capai.
5.3.3 Kesejahteraan Karyawan Kesejahteraan karyawan di PT. Sentrafood Indonusa sangat diperhatikan yaitu dengan memberikan tunjangan dan fasilitas untuk kesehatan dan kesejahteraan karyawannya, karena hal-hal tersebut dapat mempengaruhi motivasi kerja pada karyawan. Tunjangan dan fasilitas yang diberikan di PT. Sentrafood Indonusa berupa:
67 1. Asuransi Kesehatan Perusahaan memberikan tunjangan pengobatan kepada seluruh karyawan, berupa tunjangan perawatan kesehatan diberikan bagi karyawan, istri dan tiga orang anak sah yang terdaftar diperusahaan, yang dirawat dirumah sakit yang disebabkan bukan karena kecelakaan kerja, ditanggung oleh perusahaan sebesar 85% dari total semua biaya perawatan. 2. Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja) Perusahaan
mengikutsertakan
seluruh
karyawan
tanpa
terkecuali dalam program jamsostek yang meliputi jaminan kematian, jaminan kecelakaan kerja dan jaminan hari tua. 3. Tunjangan Makan PT. Sentrafood Indonusa memberikan tunjangan makan sehari sekali pada saat makan siang secara cuma-cuma untuk menjaga stamina para karyawan. Karyawan yang tidak memanfaatkan fasilitas makan tidak berhak atas penggantian uang makan, kecuali pada bulan ramadhan dan karyawan yang sedang melaksanakan tugas diluar lokasi kerja. 4. Tunjangan Hari Raya Tunjangan ini diberikan pada karyawan yang telah melampaui masa percobaan setiap menjelang hari raya. Tunjangan hari raya diberikan menjelang hari raya Idul Fitri bagi yang beragama Islam dan
68 bagi yang beragama nasrani diberikan menjelang hari natal. Tunjangan hari raya jumlahnya diberikan berdasarkan masa kerjanya. 5. Tunjangan Jabatan Perusahaan memberikan penghargaan kepada karyawan yang telah mengalami masa bakti yang telah ditentukan dalam rangka menumpuk dan mengembangkan loyalitas karyawan guna mendukung kelangsungan usaha perusahaan. 6. Transportasi Tersedianya sarana transportasi untuk antar jemput karyawan bertujuan untuk memudahkan karyawan ke lokasi pabrik selain itu dapat meminimalkan biaya pengeluaran bagi para karyawan. 7. Cuti Perusahan memberikan cuti tahunan kepada karyawan selama 12 hari kerja untuk satu tahun dengan upah penuh kepada karyawan yang telah bekerja selama 12 bulan berturut-turt, selain itu bagi karyawan wanita terdapat cuti hamil selama 3 bulan, cuti haid 1 hari, dan cuti nikah 3 hari. 8. Pakaian Kerja Perusahaan memberikan pakaian seragam untuk bagian karyawan produksi yaitu: baju putih, celana panjang putih, topi, masker, sarung tangan, celemek dan sepatu karet. Untuk karyawan staf mengunakan seragam biru untuk baju dan biru dongker untuk celana.
69 9. Koperasi Koperasi karyawan didirikan untuk membantu meningkatkan kesejahteraan karyawan dan mengembangkan program tabungan karyawan guna mempersiapkan kebutuhan dimasa mendatang yang lebih baik. 10. Fasilitas Lain Fasilitas lain yang diberikan oleh PT. Sentrafood Indonusa adalah: uang lembur, musholla, penghargaan masa bakti dan sarana olah raga.
5.4. Pemasaran Produk Pemasaran produk sangatlah penting bagi perusahaan, karena bila hasil penjualan meningkat maka akan memperbesar atau meningkat jumlah keuntungan bagi perusahaan dan untuk berkembang. Berbagai cara untuk meningkatkan hasil pemasaran produknya PT. Sentrafood Indonusa telah melakukan kegiatan promosi melalui sales promotion. Kegiatan sales promotion meliputi promosi di mall atau di tempat-tempat perbelanjaan dan pembagian hadiah baik secara langsung atau pun tidak langsung melalui undian-undian berhadiah. Pemasaran mie instant di PT. Sentrafood Indonusa dilakukan dengan mengirim produk melalui distributor yang telah ditentukan yaitu untuk Jawa Timur (Surabaya) adalah PT. Caraka Pelita Anugerah Semarang pada PT. K33, PT. Expand Berlian Nusantara, Yogyakarta yaitu PT. K33, PT. Expand Berlian Nusantara, CV. Indara Jaya, Cirebon pada PT. Samyuan, Cianjur pada PT. Rudi
70 Celebes, Banten pada PT. Tagog Jaya, sedangkan untuk daerah jabotabek perusahaan langsung mendistribusikannya ke SO (Star Outlet) yang tersebar di seluruh wilayahnya.
5.5 Bahaya Kebakaran 5.5.1 Identifikasi Bahaya Kebakaran pada PT. Sentrafood Indonusa Pada PT. Sentrafood Indonusa terdapat 5 area kerja yang mempunyai jenis potensi bahaya kebakaran yang berbeda berdasarkan area dan jenis pekerjaan yang dilakukan. Dibawah ini merupakan area kerja yang ada di PT. Sentrafood Indonusa dan potensi bahaya kebakaran yang dapat terjadi sebagai berikut : 1.
Ruang tangki dan mesin pembuatan mie instan Merupakan area pembuatan mie instan dengan menggunakan mesin dan bahan utamanya tepung terigu. Bahaya kebakaran yang mungkin terjadi yaitu kosleting listrik yang terjadi pada mesin dan juga pada tepung terigu.
2.
Ruang tangki larutan minyak dan bumbu penyedap rasa Merupakan area pembuatan larutan minyak dan bumbu penyedap rasa. Potensi bahaya kebakaran yang mungkin terjadi yaitu berasal dari konsleting listrik yang berasal dari mesin pembuatan minyak, dan juga berasal dari plastik karena bahan utama untuk membungkus minyak berasal dari plastik.
71 3.
Ruang pengisian dan pengemasan Merupakan area pengemasan mie yang sudah dibungkus untuk di packing dan dimasukkan kedalam kardus dan siap untuk di distribusikan. Kemungkinan bahaya kebakaran yang terjadi berasal dari konsleting listrik, plastik, kertas dan karton.
4.
Office Merupakan area yang digunakan untuk kegiatan adminstrasi distribusi mie instant. Potensi bahaya kebakaran yang mungkin terjadi yaitu berasal dari aktivitas kantor/ adminstrasi seperti penggunaan komputer, kertas-kertas, konsleting listrik serta barang-barang kantor lainnya yang bisa menimbulkan bahaya kebakaran.
5.
Ruang gudang (penyimpanan) Merupakan area yang digunakan untuk menyimpan mie instant yang sudah dibungkus dengan karton. Potensi kebakaran yang mungkin terjadi berupa kertas, karton, plastik dan konsleting listrik yang berasal dari lampu penerangan. Tabel 5.1 Identifikasi Potensi Bahaya Kebakaran di PT. Sentrafood Indonusa
No 1
2
Lokasi
Potensi Kebakaran
Kelas Kebakaran
Ruang tangki dan mesin
- Listrik, kabel
-C
pembuatan mie instan
- Tepung terigu
-A
Ruang
- Listrik
-C
- Minyak
-B
tangki
larutan
minyak dan bumbu
72
3
4
5
- Plastik
-A
- Plastik, Kertas, Karton
-A
- Listrik
-C
- Listrik,, kabel
-C
- Plastik, Kertas, Karton
-A
Office
- Kertas-kertas, Komputer
-A
- kegiatan administrasi
-
Ruang packing
Ruang gudang
Kabel
listrik,
barang - C
keperluan kantor lainnya
5.5.2 Klasifikasi Bahaya Kebakaran pada PT. Sentrafood Indonusa PT. Sentrafood Indonusa termasuk bangunan rendah yaitu dengan tinggi ± 8 m. Terdiri dari bangunan kantor dan bangunan untuk proses produksi. Berdasarkan tabel 5.1 mengenai distribusi tingkat bahaya kebakaran dibangunan pabrik (industri), tingkat bahaya kebakaran di PT. Sentrafood Indonusa ini termasuk tingkat bahaya sedang kelompok I karena termasuk dalam jenis bangunan pabrik komponen alat-alat listrik dan juga aktivitas pabrik yang merupakan jenis hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang dan apabila terjadi kebakaran akan melepaskan panas yang sedang sehingga menjalarnya api sedang. Dari hasil observasi dan wawancara pada PT. Sentrafood Indonusa terdapat beberapa potensi bahaya kebakaran yang dapat dikelompokkan berdasarkan teori segitiga api yaitu berasal dari panas, udara (oksigen), dan
73 bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi. Secara keseluruhan, potensi bahaya kebakaran yang ada di PT. Sentrafood Indonusa yaitu bahanbahan yang mudah terbakar berbentuk padat, cair dan gas. Sedangkan sumber panas diruangan berasal dari penggunaan listrik. Dapat dilihat pada gambar 5.1
Gambar 5.1 Teori segitiga api
a. Sumber O2 : udara normal yang mengandung oksigen yang berada di sekitar PT. Sentrafood Indonusa b. Sumber panas : energi listrik, suhu tinggi c. Sumber bahan : - Cair : tangki berisi minyak bumbu - Padat : kertas, plastik, karton, potongan kabel - Gas : gas oksigen, gas acetilin. Dari gambar teori segitiga api diatas, di dapat gambaran potensi bahaya kebakaran yang terdapat di PT. Sentrafood Indonusa berdasarkan atas adanya oksigen, bahan yang dapat terbakar dan sumber panas.
74 5.6. Sarana Proteksi Kebakaran di PT. Sentrafood Indonusa 5.6 1. Sarana Proteksi Aktif Kebakaran Sarana proteksi aktif yang diteliti adalah alarm kebakaran, sistem deteksi (detektor), sprinkler (pemercik otomatis), alat pemadam api ringan (APAR), dan hidran. Kondisi faktual dari sarana proteksi aktif itu sendiri adalah sebagai berikut:
a. Alarm Kebakaran Alarm kebakaran di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa untuk tiap lantai terdiri dari 1 buah alarm kebakaran, tipe alarm kebakaran di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa adalah tombol tekan (push button). Titik panggil manual terhubung dengan panel kebakaran di ruang kantor dan panel kebakaran utama di POS. jika terjadi kebakaran maka orang pertama harus menekan tombol yang ada. Alarm dipasang di dinding dengan tinggi 160 cm dari lantai. Jumlah keseluruhan alarm sebanyak 2 unit, dengan rincian di gedung produksi mie instant terdapat 1 unit titik panggil manual, dan di gedung pembuatan bumbu dan minyak oil terdapat 1 unit titik panggil manual. Jarak antara titik panggil manual yang satu dengan yang lain adalah 29 meter.
75 Tabel 5.2 Tingkat Pemenuhan Alarm Darurat di PT. Sentrafood Indonusa No
KETENTUAN Permenaker No.02/MEN/1983 dan SNI 03-6574(2000) Terdapat alarm kebakaran automatic
Terdapat alarm kebakaran automatik
2
Alarm mudah di jangkau
Alarm mudah di jangkau
√
3
Alarm selalu dalam kondisi baik dan siap pakai
Alarm selalu dalam kondisi baik dan siap pakai
√
4
Alarm dipasang pada setiap bagian bangunan kecuali apabila bagian bangunan tersebut telah dilindungi dengan sistem pemadam kebakaran automatik
Alarm dipasang pada setiap bagian bangunan kecuali apabila bagian bangunan tersebut telah dilindungi dengan sistem pemadam kebakaran automatic
Setiap almari dalam tembok yang memiliki tinggi lebih dari 2 m dan mempunyai sisi lebih dari 3 m harus dipasang detector
Tidak ada almari dalam tembok dan tidak terdapat sistem detektor
Setiap lantai gedung yang secara khusus dipasang saluran pembuangan udara harus dilindungi sekurang-kurangnya 1 detektor asap Setiap sistem alarm kebakaran mempunyai gambar instalasi secara lengkap yang mencantumkan letak detector dan kelompok alarm
Tidak terdapat detektor di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa
√
Tidak mempunyai gambar instalasi secara lengkap yang mencantumkan letak detector
√
Terdapat prosedur pemeliharaan dan uji coba
Terdapat prosedur pemeliharaan dan uji coba
Titik panggil ditempatkan ditempat yang mudah dicapai dan terlihat jelas
Titik panggil ditempatkan ditempat yang mudah dicapai dan terlihat jelas
Titik pemanggil diletakkan ditempat yang tidak terhalang
Titik pemanggil diletakkan ditempat yang tidak terhalang
1
5
6
7
8 9
10
KONDISI YANG ADA
Kondisi Sesuai Tidak Sesuai √
√
√
√ √ √
76 11
Titik panggil manual diletakkan didaerah lintasan jalan keluar
Titik panggil manual diletakkan didaerah lintasan jalan keluar
12
Titik panggil manual dilengkapi kaca yang mudah dipecahkan
Titik pemanggil manual tidak dilengkapi dengan kaca
Berdasarkan
hasil
Tabel
5.2
menurut
√ √
Permenaker
No.02/MEN/1983 dan SNI-03-6574 tahun 2000, alarm kebakaran di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa mendapatkan nilai skoring 75 %. Nilai skoring alarm kebakaran di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa didapatkan dari hasil penjumlahan item data yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan item data. Bila dilakukan penilaian berdasarkan nilai rata-rata pada sarana proteksi dengan ketentuan bila ≥ rata-rata maka tingkat pemenuhan dianggap baik dan bila < dari rata-rata dianggap kurang. Maka, alarm kebakaran di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa memiliki tingkat pemenuhan adalah cukup baik. Sedangkan bila penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit. Kebakaran yang dilakukan oleh Saptaria et al (2005), alarm kebakaran di PT. Sentrafood Indonesa memiliki tingkat pemenuhan adalah cukup baik artinya terpasang tapi ada sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai dengan persyaratan perundangan.
b. Detektor Pada area pabrik PT. Sentrafood Indonusa tidak terdapat sistem detektor, baik detektor panas, detektor nyala api maupun detektor asap yang berfungsi untuk mendeteksi pada mula kebakaran yang dapat membangkitkan
77 alarm dalam suatu sistem. Hal ini tidak sesuai dengan Permenaker No.02/MEN/1983 tentang Instalasi Alarm Kebakaran Otomatis.
c. Spinkler Pada area pabrik PT. Sentrafood Indonusa tidak terdapat sistem pemercik otomatis (sprinkler) yang berfungsi melindungi gedung dari bahaya kebakaran. Hal ini tidak sesuai dengan Kepmen PU No.10/KPTS/2000 tentang ketentuan teknis pengaman terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan.
d. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) Berdasarkan hasil observasi di lapangan, di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa terdapat alat pemadam api ringan (APAR). Jumlah seluruh APAR di area pabrik PT. Sentrafood yaitu 29 buah dengan masa berlaku 5 tahun. Penempatan APAR diletakkan secara menyuluh di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa. Jenis kebakaran di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa adalah kelas A, B dan C. Untuk kelas A yaitu: tepung terigu, plastik, kertas, karton. Untuk kelas B yaitu: minyak (oil). Sedangkan untuk kelas C yaitu: listrik,kabel. Pemeriksaan APAR di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa dilakukan setiap 1 tahun sekali, aspek penilaian pemeriksaan APAR mencangkup penempatan APAR, kelayakan dan kebersihan tabung dan corong penyemprot, data kelas kebakaran, petunjuk intruksi, tangga tabel dan berat isi
78 tabung. Lokasi pada APAR terletak dekat dengan pintu keluar sehingga APAR mudah diambil. Tinggi rata-rata APAR 125 cm. Setiap APAR yang telah kadaluarsa diserahkan kepada pihak maintanance, yang memutuskan agar APAR tersebut diisi ulang atau digunakan dalam pelatihan pemadam kebakaran yang diadakan oleh pihak PT. Sentrafood Indonusa. Berikut ini merupakan hasil checklist tingkat pemenuhan APAR sebagai berikut:
a. Uraian Hasil Pemeriksaan APAR Berdasarkan Permenaker No.04/MEN/1980 Berdasarkan hasil pemeriksaan APAR yang terdapat pada area pabrik PT. Sentrafood Indonusa dengan ketentuan APAR sesuai dengan jenis kebakaran yaitu sesuai Permenaker No. 04/MEN/1980.
Gambar 5.2 Hasil Pemeriksaan Gambar tanda pemasangan APAR Segitiga sama sisi Di Area Pabrik PT. Sentrafood Indonusa
31%
Gambar tanda pemasangan APAR segitiga sama sisi dengan ukuran 35 cm
69%
Tidak ada Gambar tanda pemasangan APAR segitiga sama sisi dengan ukuran 35 cm
79 Berdasarkan
gambar
5.2
hasil
pemeriksaan
Gambar
tanda
pemasangan APAR segitiga sama sisi dengan ukuran 35 cm di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa sebesar 69% berdasarkan Permenaker No. 04/MEN/1980 Pasal 4 ayat 4 mengenai Gambar tanda pemasangan APAR segitiga sama sisi dengan ukuran 35 cm . Sedangkan untuk Gambar yang tidak ada tanda pemasangan APAR segitiga sama sisi dengan ukuran 35 cm di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa sebesar 31 % diantaranya APAR nomor 4, 6, 12, 16, 22, 25, 29, 31, 33.
Gambar 5.3 Hasil Pemeriksaan Tinggi Huruf APAR di Area Pabrik PT. Sentrafood Indonusa
20% Tinggi huruf APAR 3 cm dan berwarna putih Tinggi huruf APAR kurang dari 3 cm dan tidak berwarna putih
80%
Berdasarkan gambar 5.3 hasil pemeriksaan tinggi huruf APAR 3 cm dan berwarna putih di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa sebesar 80% berdasarkan Permenaker No. 04/MEN/1980 Pasal 4 ayat 4 mengenai tinggi huruf pada APAR harus 3 cm dan berwarna putih. Sedangkan untuk tinggi huruf
80 APAR kurang dari 3 cm dan tidak berwarna putih di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa sebesar 20 % diantaranya APAR nomor 4, 6, 12, 16, 22, 31 beberapa APAR yang tinggi hurufnya kurang dari 3 cm dan tidak berwarna putih, yaitu diantaranya diletakkan di halaman area pabrik PT. Sentrafood Indonusa.
Gambar 5.4 Hasil Pemeriksaan Tinggi Tanda Panah APAR di Area Pabrik PT. Sentrafood Indonusa
20% Tinggi tanda panah APAR 7,5 cm dan berwarna putih Tinggi tanda panah APAR kurang dari 7,5 cm dan tidak berwarna putih
80%
Berdasarkan gambar 5.4 hasil pemeriksaan tinggi tanda panah APAR 7,5 cm dan berwarna putih di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa terdapat 80 % berdasarkan Permenaker No.04/ MEN/1980 pasal 4 ayat 4 mengenai tinggi tanda panah APAR harus 7,5 cm dan berwarna putih. Sedangkan untuk tinggi tanda panah APAR kurang dari 7,5 cm sebesar 20 % diantaranya APAR dengan nomor 4, 6, 12, 16, 22, 31 Beberapa APAR yang tinggi tanda panahnya kurang
81 dari 7,5 cm dan tidak berwarna putih, yaitu diantaranya diletakkan di halaman area pabrik PT. Sentrafood Indonusa.
Gambar 5.5 Hasil Pemeriksaan APAR yang dipasang menggantung pada dinding/ ditempatkan dalam lemari yang tidak terkunci di area Pabrik PT. Sentrafood Indonusa
10% APAR dipasang menggantung pada dinding/ ditempatkan dalam lemari yang tidak terkunci APAR dipasang tidak menggantung pada dinding/ tidak ditempatkan dalam lemari yang tidak terkunci
90%
Berdasarkan tabel 5.4 hasil pemeriksaan APAR yang dipasang menggantung pada dinding atau ditempatkan dalam lemari yang tidak terkunci terdapat 90 % berdasarkan Permenaker No.04/ MEN/1980 pasal 6 ayat 1 mengenai APAR harus dipasang menggantung pada dinding atau ditempatkan dalam lemari yang tidak terkunci. Sedangkan untuk APAR yang dipasang tidak menggantung pada dinding atau tidak ditempatkan dalam lemari yang tidak terkunci sebesar 10 % diantaranya APAR dengan nomor 5, 9, 20. Seluruh APAR yang terdapat di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa dipasang
82 menggantung pada dinding atau ditempatkan dalam lemari yang tidak terkunci, namun hanya 3 APAR yang dipasang diatas penyangga.
Tabel 5.3 Jenis APAR di PT. Sentrafood Indonusa No
Tempat
Jumlah
Jenis
Merk
Isi/Kosong
1
Gudang Terigu
1
APAR
Apron
Isi
2
Mixer
1
APAR
Apron
Isi
3
Pryer Noodle
3
APAR
Apron
Isi
4
Pryer Ses. Oil
2
APAR
Apron
Isi
5
Noodle
2
APAR
Apron
Isi
6
Gudang Karton Noodle
3
APAR
Apron
Isi
7
Gudang Finish Good
4
APAR
Apron
Isi
8
Gudang WIP
2
APAR
Protex
Isi
9
Ruang Powder
2
APAR
Apron
Isi
10
Ruang Ses. Oil
1
APAR
Apron
Isi
11
Gudang Ses. Powder
2
APAR
Apron
Isi
12
Gudang Ses. Oil
1
APAR
Apron
Isi
13
Gudang Karton Ses. Oil
2
APAR
Apron
Isi
14
Ruang Lab
3
APAR
Apron
Isi
Gambar 5.6 APAR
83
b. Tingkat Pemenuhan APAR per Elemen pertanyaan pada Area Pabrik PT. Sentrafood Indonusa Tabel 5.4 Tingkat Pemenuhan APAR berdasarkan per Elemen Pertanyaan di Area Pabrik PT. Sentrafood Indonusa Tingkat pemenuhan NO
1
Elemen yang dianalisa
Terdapat APAR yang sesuai dengan jenis
Sesuai
Tidak sesuai
N
%
N
%
29
100%
0
0%
29
100%
0
0%
29
100%
0
0%
29
100%
0
0%
29
100%
0
0%
20
69%
9
31%
29
100%
0
0%
kebakaran 2
APAR diletakkan pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas
3
APAR diletakkan pada posisi yang mudah dicapai dan diambil
4
APAR dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan
5
Tinggi pemberian tanda pemasangan 125 cm dari dasar lantai
6
Gambar tanda pemasangan yaitu segitiga sama sisi dengan ukuran 35 cm
7
Warna dasar tanda pemasangan APAR yaitu merah
8
Tinggi huruf 3 cm dan berwarna putih
23
80%
6
20%
9
Tinggi tanda panah 7,5 cm dan berwarna putih
23
80%
6
20%
10
Penempatan APAR yang satu dengan yang
29
100%
0
0%
lainnya tidak boleh lebih dari 15 m, kecuali ditetapkan lain oleh ahli keselamatan kerja atau pegawai pengawas
84 11
APAR tidak berlubang dan tidak cacat karena
29
100%
0
0%
26
90%
3
10%
karat 12
APAR dipasang menggantung pada dinding dengan penggunaan selang atau ditempatkan dalam lemari atau peti (box) yang tidak dikunci
13
Selang tidak boleh dikunci atau diikat mati
29
100%
0
0%
14
Bagian paling atas APAR berada pada
29
100%
0
0%
29
100%
0
0%
ketinggian 1,2 m dari permukaan lantai 15
APAR tidak dipasang dalam ruangan dimana suhu melebihi 490C atau turun sampai minus 440C
16
APAR diperiksa 2 kali dalam setahun
0
0%
29
100%
17
Bagian-bagian luar dari tabung tidak boleh
29
100%
0
0%
29
100%
0
0%
29
100%
0
0%
29
100%
0
0%
cacat termasuk segel dan label harus selalu dalam keadaan baik 18
Mulut mancar tidak boleh tersumbat dan pipa pancar tidak boleh retak
19
Terdapat keterangan petunjuk penggunaanAPAR yang dapat dibaca dengan jelas
20
Terdapat label catatan pemeriksaan Tingkat Pemenuhan APAR
91%
Berdasarkan tabel 5.4 Tingkat pemenuhan seluruh APAR yang terdapat di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa di dapat tingkat pemenuhan APAR sebesar 91%. Tingkat pemenuhan 100% untuk APAR yang terdapat di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa berasal dari beberapa elemen diantaranya terdapat APAR yang sesuai dengan jenis kebakaran, APAR diletakkan pada
85 posisi yang mudah dilihat dengan jelas, APAR diletakkan pada posisi yang mudah dicapai dan diambil, APAR dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan, Tinggi pemberian tanda pemasangan 125 cm dari dasar lantai, Warna dasar tanda pemasangan APAR merah, Penempatan APAR yang satu dengan yang lainnya tidak boleh lebih dari 15 m kecuali ditetapkan lain oleh ahli keselamatan kerja atau pegawai pengawas, APAR tidak berlubang dan tidak cacat karena karat, Selang tidak boleh dikunci atau diikat mati, Bagian paling atas APAR berada pada ketinggian 1,2 m dari permukaan lantai, APAR tidak dipasang dalam ruangan dimana suhu melebihi 490C atau turun sampai minus 440C, bagian-bagian luar dari tabung tidak boleh cacat termasuk segel dan label harus dalam keadaan baik, Mulut mancar tidak boleh tersumbat dan pipa pancar tidak boleh retak, terdapat keterangan petunjuk penggunaan APAR yang dapat dibaca dengan jelas dan terdapat label catatan pemeriksaan. Pemenuhan 69% untuk elemen gambar tanda pemasangan yaitu segitiga sama sisi dengan ukuran 35 cm. Pemenuhan 80 % untuk APAR yang terdapat di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa berasal dari beberapa elemen diantaranya tinggi huruf APAR 3 cm dan berwarna putih, tinggi tanda panah APAR 7,5 cm dan berwarna putih. Pemenuhan 90% APAR dipasang menggantung pada dinding dengan penggunaan selang atau ditempatkan dalam lemari atau peti (box) yang tidak dikunci. APAR yang ada di PT. Sentrafood Indonusa diperiksa setiap setahun sekali. Menurut Permenaker No.04/MEN/1980 APAR di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa baik dengan nilai skoring 91 %. Nilai ini didapatkan dari
86 hasil penjumlahan item data yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan item data. Bila penilaian dilakukan berdasarkan nilai rata-rata pada sarana proteksi dengan ketentuan bila ≥ rata-rata maka tingkat pemenuhan dianggap baik dan bila < dari rata-rata dianggap kurang. Maka, APAR di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa memiliki tingkat pemenuhan adalah baik. Sedangkan bila penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang dilakukan oleh Saptaria et al (2005), APAR di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa memiliki tingkat pemenuhan adalah baik artinya sesuai dengan peryaratan perundangan.
e. Hidran Berdasarkan hasil observasi jenis Hidran di PT. Sentrafood Indonusa yaitu Hidran Outdoor atau hidran halaman terletak di depan dan di belakang area pabrik PT. Sentrafood Indonusa, mempunyai 2 kopling dengan menggunakan katup pembuka berdiameter 10 cm (4 inci). Keseluruhan box hidran berwarna merah dengan tulisan “Hydrant” berwarna putih. Tabel 5.5 Tingkat Pemenuhan Hidran di PT. Sentrafood Indonusa No
KETENTUAN Kepmen PU No.10/KPTS/2000
KONDISI YANG ADA
Kondisi Sesuai Tidak Sesuai √
1
Minimal debit 380 liter/ menit
debit 380 liter/ menit
2
Diameter selang maksimal: 1,5 inci (hidran gedung) 2,5 inci (hidran halaman) Menggunakan pipa tegak 6 inci (15 cm)
Diameter untuk hidran halamn 2 inci
√
Menggunakan pipa tegak 6 inci (15 cm)
√
3
87
4
Letak kotak hidran dalam gedung mudah dicapai
Tidak terdapat hidran dalam gedung
5
Panjang selang maksimal 30 m
Panjang selang 20 m
√
6
Kelengkapan hidran: hidran harus mempunyai selang, sambungan selang, nozzle (pemancar air), kran pembuka
Kelengkapan hidran: hidran harus mempunyai selang, sambungan selang, nozzle (pemancar air), kran pembuka
√
7
Pada setiap luas lantai 1000 m2 minimal terdapat 1 titik hidran
Luas lantai 800 m2 dan terdapat 1 titik hidran
√
8
Kotak hidran mudah dibuka, dilihat dan dijangkau
Kotak hidran mudah dibuka, dilihat dan dijangkau
√
9
Hidran ditempatkan ditempat yang mudah dicapai dan tidak terhalang
√
10
Hidran dicat merah
Hidran ditempatkan ditempat yang mudah dicapai dan tidak terhalang Hidran dicat merah
11
Selang dalam keadaan baik (tidak melilit)
Selang dalam keadaan baik (tidak melilit)
√
12
Nozzle terpasang pada selang
Nozzle terpasang pada selang
√
13
Dilakukan uji operasional terhadap Hidran halaman minimal setiap 1 tahun sekali
Dilakukan uji operasional terhadap Hidran halaman minimal setiap 1 tahun sekali
√
Berdasarkan No.10/KPTS/2000
hasil
hidran
di
Tabel
5.5
menurut
√
√
Kepmen
PU
area pabrik PT. Sentrafood Indonusa
mendapatkan nilai skoring 92 %. Nilai ini didapatkan dari hasil penjumlahan item data yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan item data. Bila penilaian dilakukan berdasarkan nilai rata-rata pada sarana proteksi
88 dengan ketentuan bila ≥ rata-rata maka tingkat pemenuhan dianggap baik dan bila < dari rata-rata dianggap kurang. Maka, Hidran di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa memiliki tingkat pemenuhan adalah baik. Sedangkan bila penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang dilakukan oleh Saptaria et al (2005), Hidran di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa memiliki tingkat pemenuhan adalah baik artinya sesuai dengan peryaratan perundangan.
5.6.2 Sarana Penyelamatan Jiwa a.
Jalan Keluar Jalan keluar terhububung ke pintu dan tangga darurat serta bangunan.
Pada lantai 1 terdapat 2 jalan keluar darurat berupa jalan keluar masuk biasa untuk fasilitas sehari-hari yang langsung menuju keluar bangunan. Pada lantai 2 sarana jalan keluar berupa tangga yang langsung keluar dari bangunan, tanpa melewati lantai 1, lebar jalan keluar 345 cm atau 1,45 m.
Tabel 5.6 Tingkat Pemenuhan Jalan Keluar di PT. Sentrafood Indonusa
No
KETENTUAN Kepmen PU No.10/KPTS/2000
KONDISI YANG ADA
1
Jalan keluar terbuat dari bahan yang tidak licin
2
Diberi lapisan kasar dengan bahan anti slip
Jalan keluar terbuat dari bahan peluran semen kasar sehingga tidak licin Tidak diberi lapisan kasar dengan bahan anti slip
3
Kemiringan tidak lebih dari 1:2
Kemiringan yang da 1:1
Kondisi Sesuai Tidak Sesuai √ √ √
89
4
Lebar jalan tidak kurang dari 1 m
Lebar jalan keluar 1,45 m
√
5
Ujung jalan langsung menuju pintu keluar
Ujung jalan langsung menuju pintu keluar
√
Berdasarkan
hasi
Tabel
5.6
menurut
Kepmen
PU
No.10/KPTS/2000 sarana jalan keluar di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa mendapatkan nilai skoring 80%. Nilai ini didapatkan dari hasil penjumlahan item data yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan item data. Bila penilaian dilakukan berdasarkan nilai rata-rata pada sarana proteksi dengan ketentuan bila ≥ rata-rata maka tingkat pemenuhan dianggap baik dan bila < dari rata-rata dianggap kurang. Maka, Jalan keluar di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa memiliki tingkat pemenuhan adalah baik. Sedangkan bila penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang dilakukan oleh Saptaria et al (2005), Jalan keluar di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa memiliki tingkat pemenuhan adalah baik artinya sesuai dengan peryaratan perundangan.
b. Pintu Darurat Kebakaran Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi di lapangan, Pintu darurat kebakaran merupakan pintu dorong namun bukan pintu otomatis dan tidak dilengkapi dengan panic handle (batangan panic). Pada lantai 1 pintu berjumlah 2 dan selalu dalam keadaan tertutup namun tidak terkunci karena merupakan pintu masuk dan keluar utama, sedangkan pada lantai 2 pintu berjumlah 1 selalu di tutup namun tidak terkunci.
90 Pintu darurat di PT. Sentrafood Indonusa berwarna merah dengan tanda ”exit” sebagai petunjuk pintu darurat. Pintu darurat memiliki lebar 75 cm dan tinggi pintu 200 cm.
Tabel 5.7 Tingkat Pemenuhan Pintu darurat di PT. Sentrafood Indonusa No 1
KETENTUAN KONDISI YANG ADA Kepmen PU No.10 tahun 2000 dan SNI 03-1746 (2000) Lebar pintu minimal 90 cm, Lebar pintu yang ada 75 cm maksimal 120 cm
Kondisi Sesuai Tidak Sesuai √
2
Tinggi pintu 210 cm
Tinggi pintu yang ada 200 cm
√
3
Pintu dalam keadaan tidak terkunci
Pintu dalam keadaan tidak terkunci
4
Pintu dapat menutup secara otomatis
Pintu tidak dapat menutup secara otomatis
√
5
Dilengkapi Push bar system
Pintu tidak dilengkapi Push bar system
√
6
Jumlah pintu untuk satu lantai yang > 60 penghuni minimal 2 buah
Jumlah total penghuni 300 Lantai I : 250 penghuni jumlah pintu 2 buah. Lantai II : 50 penghuni jumlah pintu 1 buah
√
7
Terdapat petunjuk pintu (exit)
Terdapat petunjuk pintu (exit)
√
√
91 Berdasarkan hasil Tabel 5.7 menurut SNI–03–1746 tahun 2000 dan Kepmen PU No.10 tahun 2000 pintu darurat di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa mendapatkan nilai skoring sebesar 43 %. Nilai skoring pada area pabrik PT. Sentrafood Indonusa didapatkan dari hasil penjumlahan item data yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan item data. Bila dilakukan penilaian berdasarkan nilai rata-rata pada sarana proteksi dengan ketentuan bila ≥ rata-rata tingkat pemenuhan dianggap baik dan bila < dari rata-rata dianggap kurang. Maka, pintu darurat di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa memiliki tingkat pemenuhan adalah kurang. Sedangkan bila penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang dilakukan oleh Saptaria et al (2005), pintu darurat di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa memiliki tingkat pemenuhan adalah kurang artinya terpasang tapi ada sebagian besar instalasi yang tidak sesuai dengan persyaratan.
c. Tangga Darurat Kebakaran Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi di lapangan, pada Tangga darurat di area pabrik PT. Sentrafood berbentuk U dengan lebar 100 cm, lebar injakannya 27 cm dan tinggi injakannya 17 cm, tinggi pegangan dari lantai 100 cm, jumlah anak tangga antar bordes 5-6 buah sehingga menyebabkan tangga menjadi curam, permukaan tangga kasar dan tidak ada penghalang.
92 Tabel 5.8 Tingkat Pemenuhan Tangga darurat di PT. Sentrafood Indonusa No
KETENTUAN SNI 03-1735 (2000) dan SNI 03-1746 (2000) Bentuk tangga tidak spiral
Bentuk tangga tidak spiral
2
Lebar untuk < 45 penghuni minimal 110 cm
Tangga yang ada lebarnya 100 cm
√
3
Lebar injakan minimal 30 cm
Lebar injakan 27 cm
√
4
Tinggi pegangan dari lantai 110 cm
Tinggi pegangan dari lantai 100 cm
√
5
Tinggi maksimal injakan 17,5 cm
Tinggi injakan 17 cm
6
Jumlah anak tangga antar Bordes min 8 buah dan max 18 buah
Jumlah anak tangga antar Bordes 5-6 buah
7
Permukaan tangga kasar dan tidak ada penghalang
Permukaan tangga kasar dan tidak ada penghalang
√
8
Ada ventilasi berupa pengendali asap
Ada ventilasi berupa pengendali asap
√
1
KONDISI YANG ADA
Kondisi Sesuai Tidak Sesuai √
√ √
Berdasarkan hasil Tabel 5.8 menurut SNI–03–1735 tahun 2000 dan SNI 03-1746 tahun 1989 tangga darurat di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa mendapatkan nilai skoring sebesar 50 %. Nilai skoring tangga darurat pada area pabrik PT. Sentrafood Indonusa didapatkan dari hasil penjumlahan item data yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan item data. Bila dilakukan penilai berdasarkan nilai rata-rata pada sarana proteksi dengan ketentuan bila ≥ rata-rata maka tingkat pemenuhan dianggap baik dan bila < dari rata-rata dianggap kurang. Maka, tangga darurat di area
93 pabrik PT. Sentrafood Indonusa memiliki tingkat pemenuhan adalah kurang. Sedangkan bila penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang dilakukan oleh Saptaria et al (2005), tangga darurat di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa memiliki tingkat pemenuhan adalah kurang artinya terpasang tapi ada sebagian besar instalasi yang tidak sesuai dengan persyaratan.
d. Tempat Berhimpun Berdasarkan hasil pengamatan dan obsevasi di lapangan, pada Tempat berhimpun di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa terletak di samping area pabrik dengan luas lahan ± 150 m2 yang dapat menampung seluruh pekerja dan pengunjung PT. Sentrafood Indonusa.
Tabel 5.9 Tingkat Pemenuhan Tempat berhimpun di PT. Sentrafood Indonusa No
KETENTUAN SNI 03-6571 (2001)
KONDISI YANG ADA
1
Tersedia tempat berhimpun setelah evakuasi
Tersedia tempat berhimpun setelah evakuasi
2
Tempat berhimpun berada pada tempat yang aman, jauh dari kemungkinan tertimpa sesuatu
Tempat berhimpun berada pada tempat yang aman, jauh dari kemungkinan tertimpa sesuatu
Luas minimum 0,3 m2 per orang
Luas lahan 150 m2 Jumlah karyawan 300 Didapat luas 0,5 m2
3
Kondisi Sesuai Tidak Sesuai √
√
√
94 Berdasarkan hasil Tabel 5.9 menurut SNI 03-6571 tahun 2000 dan Kepmen PU No.10/KPTS/2000 tempat berhimpun di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa mendapatkan nilai skoring 100 %. Nilai skoring ini didapatkan dari hasil penjumlahan item data yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan item data. Bila dilakukan penilai berdasarkan nilai rata-rata pada sarana proteksi dengan ketentuan bila ≥ rata-rata tingkat pemenuhan dianggap baik dan bila < dari rata-rata dianggap kurang. Maka, tempat berhimpun di area pabrik PT. Sentrafood memiliki tingkat pemenuhan adalah baik. Bila penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang dilakukan oleh Saptaria et al (2005) tempat berhimpun di area pabrik PT.Sentrafood Indonusa memiliki tingkat pemenuhan adalah baik artinya sesuai dengan persyaratan perundangan.
e. Lampu Darurat Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi di lapangan, Lampu darurat di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa berasal dari sumber daya listrik PLN dengan daya 700 KVA. Lampu darurat di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa terpasang pada setiap koridor, kantor, ruang pabrik dan ruang mesin. Berdasarkan wawancara terhadap informan dan data sekunder waktu peralihan lampu darurat di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa 10 detik dan kemampuan bertahan ± selama 30 menit menurut hasil wawancara terhadap informan. Lampu darurat juga berfungsi sebagai penerang saat lampu pusat atau PLN dalam keadaan padam dan lampu darurat ini bekerja
95 secara otomatis dengan menggunakan baterai yang dapat didisi ulang secara otomatis.
Tabel 5.10 Tingkat Pemenuhan Lampu darurat di PT. Sentrafood Indonusa No
KETENTUAN SNI 03-6574 tahun 2001
KONDISI YANG ADA
Kondisi Sesuai Tidak Sesuai √
1
Sumber listrik berasal dari genset dan baterai
Sumber listrik berasal dari genset dan baterai
2
Kemampuan baterai min 60 menit
Kemampuan baterai 30 menit
3
Waktu peralihan min 10 detik
Waktu peralihan lampu darurat 10 detik
√
4
Warna lampu kuning
Warna lampu kuning
√
5
Kemampuan bertahan minimal 1 jam
Kemampuan bertahan 30 menit
6
Penempatan genset terpisah
Penempatan genset terpisah
√
7
Penerangan darurat terdiri dari min.2 Ada 2 sumber penerangan sumber listrik yang berbeda yaitu berasal dari genset dan baterai.
√
√
√
Berdasarkan Tabel 5.10 menurut SNI-03-6574 tahun 2001 lampu darurat di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa mendapatkan nilai skoring 71,42 %. Nilai skoring lampu darurat di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa didapatkan dari hasil penjumlahan item data yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan item data. Bila dilakukan penilai berdasarkan nilai ratarata pada sarana proteksi dengan ketentuan bila ≥ rata-rata tingkat pemenuhan
96 dianggap baik dan bila < dari rata-rata dianggap kurang. Maka, lampu darurat di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa memiliki tingkat pemenuhan adalah cukup baik. Sedangkan bila penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang dilakukan oleh Saptaria et al (2005) lampu darurat di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa memiliki tingkat pemenuhan adalah cukup baik artinya terpasang tetapi ada sebagian kecil yang tidak sesuai dengan persyaratan perundangan.
f. Sistem Pengendali Asap Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi di lapangan, pada sistem Pengendali asap di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa secara khusus berupa cerobong yang terpasang di atas ruang produksi area pabrik PT. Sentrafood Indonusa, dapat bekerja secara manual melalui pipa cerobong dan ada juga yang berupa jendela, tetapi tidak bisa bekerja secara otomatis hal ini tidak sesuai dengan Kepmen PU No.10 tahun 2000 dimana pada sistem pengendali asap dapat dikendalikan secara otomatis maupun manual dari ruangan kontrol.
Tabel 5.11 Tingkat Pemenuhan Sistem pengendali asap di PT. Sentrafood Indonusa No
KETENTUAN Kepmen PU No.10 tahun 2000
KONDISI YANG ADA
1
Dipasang pada jalur penyelamatan
Dipasang pada jalur penyelamatan
2
Pengendalian menggunakan ventilasi khusus/ mekanis untuk
Pengendalian menggunakan ventilasi khusus/ mekanis
Kondisi Sesuai Tidak Sesuai √
√
97 mengendalikan asap 3
untuk mengendalikan asap
Dapat dikendalikan secara otomatis Tidak dikendalikan secara maupun manual dari ruangan kontrol otomatis
Berdasarkan Tabel 5.11 menurut Kepmen PU No.10 tahun 2000 pengendali asap di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa mendapatkan nilai skoring 67 %. Nilai skoring didapatkan dari hasil penjumlahan item data yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan item data. Bila dilakukan penilai berdasarkan nilai rata-rata pada sarana proteksi dengan ketentuan bila ≥ rata-rata tingkat pemenuhan dianggap baik dan bila < dari rata-rata dianggap kurang. Maka, pengendali asap di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa memiliki tingkat pemenuhan adalah cukup baik. Sedangkan bila penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang dilakukan oleh Saptaria et al (2005), pengendali asap di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa memiliki tingkat pemenuhan adalah cukup baik artinya terpasang tapi ada sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai dengan peryaratan perundangan.
√
98 5.7 Rata-rata Tingkat Pemenuhan Sarana Proteksi Aktif
Tabel 5.12 Rata-Rata Tingkat Pemenuhan Sarana Proteksi Aktif Di PT. Sentrafood Indonusa
NO
KOMPONEN
PERSENTASE TINGKAT PEMENUHAN
1
Alarm darurat
75 %
2
Sistem deteksi
0%
3
Sprinkler
0%
4
APAR
91 %
5
Hidran
92 %
Rata-rata
51,6 %
Maka berdasarkan tabel 5.12 diatas untuk tingkat pemenuhan sarana proteksi aktif di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa dengan nilai rata-rata 51,6 % adalah kurang baik artinya terpasang tapi ada sebagian besar elemen yang tidak sesuai dengan persyaratan perundangan.
99 5.8 Rata-rata Tingkat Pemenuhan Sarana Penyelamatan Jiwa
Tabel 5.13 Rata-Rata Tingkat Pemenuhan Sarana Penyelamatan Jiwa
NO
KOMPONEN
PERSENTASE TINGKAT PEMENUHAN
1
Jalan keluar
80 %
2
Pintu darurat
43 %
3
Tangga darurat
50 %
4
Tempat berhimpun
100 %
5
Lampu darurat
71,42 %
6
Pengendali asap
67 %
Rata-rata
68,57 %
Maka berdasarkan tabel 5.13 diatas untuk tingkat pemenuhan sarana penyelamatan jiwa di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa dengan nilai rata-rata 68,57 % adalah cukup baik artinya terpasang tapi ada sebagian kecil elemen yang tidak sesuai dengan persyaratan perundangan.
BAB VI PEMBAHASAN
6.1. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah : 1. Tidak semua sarana proteksi kebakaran dapat dilakukan pengukuran sendiri oleh peneliti seperti dalam pengukuran debit air pada hidran dan kapasitas air dalam reservoir peneliti memperoleh data sekunder dari pihak hrd PT. Sentrafood Indonusa 2. Tidak dapat melakukan pengukuran kekuatan pencahayaan lampu penerangan darurat dikarenakan dapat mengganggu proses produksi. 3. Tidak dapat melakukan pengukuran waktu pergantian dari listrik utama pada lampu penerangan darurat karena dapat mengganggu proses produksi. 4. Tidak dapat melakukan pemeriksaan alarm kebakaran dikarenakan proses produksi sedang berlangsung.
6.2. Bahaya Kebakaran 6.2.1. Identifikasi Bahaya Kebakaran Pada area pabrik PT. Sentrafood Indonusa terdapat bahan-bahan mudah terbakar yang digunakan dalam proses kerjanya seperti bahan bakar padat (karton, kertas, plastik, potongan kabel), bahan cair (minyak, bahan kimia cair), dan gas (gas oksigen, gas acetilin) serta bahan logam (seperti alumunium)
100
101
yang dapat bereaksi dengan sumber panas seperti nyala api, energi listrik, temperatur tinggi dan udara yang mengandung oksigen dapat menimbulkan api sehingga terjadi kebakaran. Berdasarkan hasil tabel 5.1 identifikasi bahaya kebakaran pada area pabrik PT. Sentrafood Indonusa secara umum terdapat 4 (empat) jenis sumber daya yang dapat menyebabkan kebakaran di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa dan tiap-tiap bangunan mempunyai klasifikasi bahaya kebakaran yang berbeda-beda seperti pada aliran listrik, bahan-bahan yang mudah terbakar seperti kertas, kardus, karton dan plastik yang digunakan sebagai bahan utama dalam proses produksi dan kebakaran akibat gas-gas yang digunakan seperti gas acetilin, gas oksigen. Berdasarkan hal tersebut, maka pada area pabrik PT. Sentrafood Indonusa terdapat 3 (tiga) jenis kelas kebakaran yang dapat terjadi yaitu kebakaran kelas A (kebakaran akibat bahan padat kecuali logam), kebakaran kelas B (kebakaran akibat bahan cair dan gas), dan kebakaran kelas C (kebakaran pada listrik bertegangan tinggi). Hal tersebut sesuai dengan Permenakertrans
No.04/MEN/1980
dalam
peraturan
ini
kebakaran
diklasifikasikan menjadi 4 (empat) kelas, yaitu : 1. Kelas A adalah kebakaran yang dari jenis bahan padat kecuali logam. Kebakaran kelas A ini dapat terjadi akibat panas yang datang dari luar, molekul-molekul benda padat terurai dan membentuk gas dan gas inilah yang terbakar, hasil kebakaran ini menimbulkan panas dan selanjutnya mengurangi lebih banyak molekul-molekul dan menimbulkan gas yang akan terbakar. Sifat utama dari kebakaran benda oadat adalah bahan bakarnya
102
tidak mengalir dan sanggup menyimpan panas yang banyak sekali dalam bentuk bara. Kelas ini mempunyai ciri jenis kebakaran yang meninggalkan arang dan debu, unsur bahan yang terbakar biasanya mengandung karbon. 2. Kelas B adalah kebkaran dari jenis bahan cair dan gas. Pada bahan bakar cair ini suatu bunga api kecil sanggup mencetuskan api yang akan menimbulkan kebakaran, sifat cairan ini adalah mudah mengalir dan menyalakan api ke tempat lain. Kelas ini terdiri dari unsur bahan yang mengandung hydrocarbon dari produk minyak bumi dan turunan kimianya. 3. Kelas C adalah kebakaran pada listrik bertegangan tinggi, yang mana sebenarnya kelas C ini tidak lain dari kebakaran kelas A dan kelas B atau kombinasi dimana ada aliran listrik, jika aliran listrik diputuskan maka akan berubah apakah kebakaran kelas A atau kelas B. klasifikasi kebakaran pada kelas C perlu diperhatikan dalam memilih jenis media pemadam yaitu yang tidak menghantarkan listrik untuk melindungi orang yang memadamkan kebakaran dari aliran listrik. 4. Kelas D adalah kebakaran dari bahan logam, pada prinsipnya semua benda dapat terbakar termasuk logam, hanya tergantung nilai titik nyalanya. Kebakaran logam memerlukan pemanasan awal yang tinggi dan akan menimbulkan temperatur yang tinggi pula.
103
6.2.2 Klasifikasi Kebakaran Bangunan gedung di PT. Senntrafood Indonusa termasuk bangunan rendah dengan tingkat bahaya sedang kelompok I, karena termasuk dalam jenis bangunan pabrik komponen alat-alat listrik dan juga aktivitas pabrik dan penggudangan yang merupakan jenis hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang dan apabila terjadi kebakaran akan melepaskan panas yang sedang sehingga menjalarnya api sedang. Berdasarkan hasil identifikasi potensi bahaya kebakaran secara umum terdapat 4 (empat) jenis sumber bahaya yang dapat menyebabkan kebakaran di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa dan tiap-tiap bangunan mempunyai klasifikasi bahaya kebakaran yang berbeda-beda yaitu aliran listrik, bahan-bahan mudah terbakar seperti kertas, kardus, karton, minyak dan kebakaran akibat gas-gas yang digunakan seperti gas oksigen, gas acetilin. Berdasarkan hal tersebut, maka pada PT. Sentrafood Indonusa terdapat 3 (tiga) jenis kelas kebakaran yang dapat terjadi yaitu kebakaran kelas A (kebakaran akibat bahan padat kecuali logam), kebakaran kelas B (kebakaran akibat bahan cair dan gas), dan kebakaran kelas C (kebakaran pada listrik bertegangan tinggi). Pada PT. Sentrafood Indonusa terdapat bahan-bahan mudah terbakar yang digunakan dalam proses kerjanya seperti bahan bakar padat (karton, kertas, plastik, potongan kabel), bahan cair (minyak, bahan kimia cair), dan gas (gas oksigen, gas acetilin) serta bahan logam (seperti alumunium) yang dapat bereaksi dengan sumber panas seperti nyala api, energi listrik,
104
temperatur tinggi dan udara yang mengandung oksigen dapat menimbulkan api sehingga terjadi kebakaran. Berdasarkan teori segitiga api, api dapat terbentuk jika terdapat keseimbangan antara 3 (tiga) unsur yang terdiri dari bahan bakar, oksigen dan panas. Apabila ketiga unsur tersebut berada dalam konsentrasi yang memenuhi syarat, timbullah reaksi oksidasi yang dikenal sebagai proses pembakaran. Pada PT. Sentrafood Indonusa mempunyai ketiga syarat diatas dalam proses produksinya, sehingga sangat rentan sekali untuk terjadinya kebakaran. Dinas pemadam kebakaran mengelompokkan ketiga unsur tersebut yaitu : 1. Panas : a. Sinar matahari b. Api terbuka, seperti percikan api pada proses pengelasan c.Energi mekanik seperti gesekan antara dua buah benda, benturan dua benda. d.Kompresi, seperti penempatan udara dan gas, pemipitan bendabenda padat seperti timbunan pada sampah e.Listrik (elektrik seperti beban berlebih pada kabel listrik, peralatan listrik) f. proses kimia. 2. Oksigen : Suatu api kebakaran bisa terjadi bila diperlukan sejumlah oksigen. Suplai oksigen dari kebanyakan kebakaran diperoleh dari lingkungan sekitarnya.
105
3.Bahan : Berdasarkan bentuk benda yang dapat terbakar dibagi menjadi 3 (tiga) golongan yaitu: benda padat, cair dan gas. Bahan bakar yang terdapat pada PT. Sentrafood Indonusa sebagai berikut : a. Padat : kertas, plastik, karton, kabel b. Cair : minyak(oil), solar c. Gas : gas oksigen, gas carbondioksida. Berdasarkan teori, dua dari tiga elemen yang dibutuhkan untuk terjadinya api terdapat pada PT. Sentrafood Indonusa. Dua dari elemen tersebut diantaranya panas dan bahan bakar. Panas yang terdapat pada PT. Sentrafood Indonusa diperoleh dari mesin yang beroperasi terus-menerus saat proses produksi berlangsung yang dapat menyebabkan efek panas di PT. Sentrafood Indonusa. Elemen yang kedua yaitu bahan bakar, proses di PT. Sentrafood Indonusa memerlukan bahan bakar seperti minyak (oil), solar dan lain-lain.
6.3 Sarana Proteksi Aktif Menurut Kepmen PU No.10/KPTS/2000 adalah sistem perlindungan terhadap kebakaran yang dilaksanakan dengan mempergunakan peralatan yang dapat bekerja secara otomatis maupun manual, digunakan oleh penghuni atau petugas pemadam kebakaran dalam melaksanakan operasi pemadaman. Selain itu, sistem ini digunakan dalam melaksanakan penanggulangan awal kebakaran.
106
Sarana proteksi aktif terdiri dari alarm kebakaran, detektor, sprinkler (pemercik otomatis), alat pemadam api ringan (APAR), dan hidran..
a. Alarm Kebakaran Menurut NFPA (2002), alarm kebakaran adalah komponen dari sistem yang memberikan isyarat atau tanda adanya suatu kebakaran. Menurut Permenaker No.02/MEN/1983 tentang instalasi alarm kebakaran otomatis, instalasi alarm kebakaran otomatis sistem atau rangkaian alarm kebakaran yang menggunakan detektor panas, detektor asap, detektor nyala api, dan titik panggil secara manual sserta pelengkapan lainnya yang dipasang pada sistem alarm kebakaran. Komponen alarm darurat gedung yang dirangkai dengan instalasi kabel yaitu : a. Manual call box (titik panggil manual) b. Alat penginderaan kebakaran (fire detector) c. Panel control (main control panel) Pada area pabrik PT. Sentrafood Indonusa tidak terdapat almari dalam tembok yang memiliki tinggi lebih dari 2 m dan mempunyai sisi lebih dari 3 m harus dipasang detektor dan setiaplantai gedung yang secara khusus dipasang saluran pembuangan udara harus dilindungi sekurangkurangnya 1 detektor serta setiap alarm kebakaran mempunyai gambar instalasi secara lengkap yang mencantumkan letak detector dan kelompok alarm. Hal ini dikarenakan pada area pabrik PT. Sentrafood Indonusa tidak terdapat sistem detector yang terhubung langsung dengan alarm kebakaran.
107
Hal ini dapat merugikan perusahaan, karena jika terjadi kebakaran dalam keadaan darurat maka alarm tidak akan berbunyi sebelum ada yang menekan tombol. Selain
itu,
titik pemanggil manual tidak dilengkapi
dengan kaca sehingga dapat membahayakan karyawan saat kebakaran terjadi. Menurut informan bahwa setiap 1 tahun sekali dilakukan pemeriksaan rutin untuk alarm darurat yang bersifat manual sehingga alarm darurat yang ada dalam kondisi baik dan siap pakai. Berdasarkan Permenaker No.02/MEN/1983 dan SNI-03-6574 tahun 2000, alarm kebakaran di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa mendapatkan nilai skoring 75 %. Nilai skoring alarm kebakaran di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa didapatkan dari hasil penjumlahan item data yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan item data. Bila dilakukan penilaian berdasarkan nilai rata-rata pada sarana proteksi dengan ketentuan bila ≥ rata-rata maka tingkat pemenuhan dianggap baik dan bila < dari ratarata dianggap kurang. Maka, alarm kebakaran di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa memiliki tingkat pemenuhan adalah cukup baik. Sedangkan bila penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit. Kebakaran yang dilakukan oleh Saptaria et al (2005), alarm kebakaran di area pabrik PT. Sentrafood Indonesa memiliki tingkat pemenuhan adalah cukup baik artinya terpasang tapi ada sebagian kecil elemen yang tidak sesuai dengan persyaratan perundangan. Saran yang diberikan untuk pemenuhan sistem alarm kebakaran adalah titik pemanggil manual (TPM) dilengkapi dengan kaca yang mudah
108
dipecahkan sehingga bisa dapat membantu jika kebakaran terjadi secara tiba-tiba.
b. Detektor Menurut Permenaker No.02/MEN/1983 tentang instalasi alarm kebakaran automatic, detector adalah alat untuk mendeteksi pada mula kebakaran yang dapat membangkitkan alarm dalam suatu sistem yang terdiri dari : a. Detektor asap yaitu detector yang bekerja berdasarkan terjadinya akumulasi asap dalam jumlah tertentu. Detector asap dapat mendeteksi kebakaran lebih cepat dari detector panas. b. Detektor panas yaitu detektor yang bekerja berdasarkan pengaruh panas (temperatur) tertentu penginderaan panas. c. Detektor nyala api yaitu detektor yang bekerja berdasarkan atas panas api. Detektor merupakan alat yang dapat mendeteksi pada mula kebakaran. Sistem detektor ini biasanya terhubung dengan sistem sprinkler dan alarm kebakaran. Sehingga apabila detektor mendeteksi adanya kebakaran pada suatu area, maka detektor akan mengirim sinyal pada sprinkler dan alarm kebakaran
kemudian
sprinkler
akan
secara
otomatis
bekerja
untuk
memancarkan air dan alarm akan secara otomatis berbunyi. Sistem detektor sangat penting digunakan dan diaplikasikan di area pabrik PT. Sentrafood
109
Indonusa pada saat diluar jam kerja maka sistem detektor ini dapat mendeteksi kebakaran sangat cepat. Berdasarkan Permenaker No.02 tahun 1983 sistem detektor kebakaran di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa mendapatkan nilai skoring sebesar 0 %. Nilai skoring sistem detektor pada PT. Sentrafood Indonusa didapatkan dari hasil penjumlahan item data yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan item data. Bila dilakukan penilaian berdasarkan nilai ratarata pada sarana proteksi dengan ketentuan bila ≥ rata-rata maka tingkat pemenuhan dianggap baik dan bila < dari rata-rata dianggap kurang. Maka, sistim detector di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa memiliki tingkat pemenuhan adalah Tidak ada. Sedangkan bila penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang dilakukan oleh Saptaria et al (2005), sistem detektor di area pabrik PT. Sentrafood Indonesa memiliki tingkat pemenuhan adalah Tidak ada artinya tidak sesuai sama sekali dengan persyaratan perundangan.
c. Spinkler Pengertian spinkler menurut Kepmenneg 10/KPTS/2000 adalah alat pemancar air untuk pemadaman kebakaran yang mempunyai tudung berbentuk deflector pada ujung mulut pancarnya, sehingga air dapat memancar ke semua arah secara merata. Sedangkan menurut NFPA (2002), sistem sprinkler adalah suatu sistem yang bekerja secara otomatis dengan memancarkan air bertekanan kesegala arah untuk memadamkan kebakaran atau
110
setidak-tidaknya mencegah meluasnya kebakaran. Sistem springkler harus dirancang untuk memadamkan kebakaran atau sekurang-kurangnya mampu mempertahankan kebakaran agar tidak berkembang, minimal 30 menit sejak kepala springkler pecah. Rancangan dan pemasangan springkler harus memperhatikan klasifikasi bahaya, interaksi dengan system pengendali asap, dan lain sebagainya. Hal ini diatur dalam SNI 03-3989 edisi terakhir mengenai Instalasi Spingkler Otomatis. PT. Sentrafood Indonusa tidak memiliki alat instalasi Sprinkler. Sistem sprinkler merupakan sarana proteksi aktif kebakaran yang bekerja secara otomatis. Sehingga apabila terjadi keadaan darurat yang tidak diinginkan seperti kebakaran pada saat diluar jam kerja maka kebakaran dapat ditangani dengan mengandalkan sistem sprinkler ini. Sistem ini bekerja dengan menggunakan pemercik otomatis yang diatur sesuai dengan suhu ruangan. Apabila suhu ruangan berada 100C diatas suhu rata-rata maka pemercik ini akan secara otomatis memancarkan air kesegala arah. Sistem sprinkler ini biasanya dikombinasikan dengan sistem detektor. Hal ini dimaksudkan, apabila detektor mrndetek adanya kebakaran maka sistem sprinkler ini akan secara otomatis bekerja dan juga sinyal alarm akan secara otomatis berbunyi. Pada PT. Sentrafood Indonusa, sistem sprinkler ini sebaiknya dipasang disekitar area yang memiliki risiko kebakaran tinggi, seperti di ruangan proses produksi dan ruang gudang penyimpan. Potensi bahaya kebakaran yang mungkin terjadi yaitu konsrleting listrik yang terjadi pada mesin.
111
Berdasarkan Kepmen PU No.10/KPTS/2000, sprinkler di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa mendapatkan nilai skoring 0 %. Nilai ini didapatkan dari hasil penjumlahan item data yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan item data. Bila dilakukan penilaian berdasarkan nilai rata-rata pada sarana proteksi dengan ketentuan bila ≥ rata-rata maka tingkat pemenuhan dianggap baik dan bila < dari rata-rata dianggap kurang. Maka, sprinkler di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa memiliki tingkat pemenuhan adalah tidak ada. Sedangkan bila penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit. Kebakaran yang dilakukan oleh Saptaria et al (2005), sprinkler di PT. Sentrafood Indonusa memiliki tingkat pemenuhan ádalah tidak ada artinya tidak sesuai sama sekali dengan persyaratan perundangan.
d. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) Dalam pemilihan APAR, hal yang menjadi pertimbangan adalah APAR yang tersedia sesuai dengan jenis resiko kebakaran yang akan dipadamkan.(santoso, 2002). Pada umumnya, kondisi APAR di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa sudah sesuai dengan Permenaker No.04/MEN/1980, dimana jenis kebakaran kelas A, B, dan C sehingga penggunaan jenis APAR bubuk kimia kering (dry chemical) sudah sesuai. Jumlah APAR di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa adalah 29 tabung APAR dan tersebar merata menurut resiko kegiatan yang dilakukan dan sesuai dengan potensi bahaya kebakaran di masing-masing lokasi.
112
Tata letak APAR di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa sudah hampir sesuai dengan keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.04/MEN/1980. Klausa yang sesuai yaitu setiap satu atau kelompok APAR harus ditempatkan pada posisi yang mudah terlihat dengan jelas, mudah dicapai, dan diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan (Pasal 4 ayat 1) adalah 100 %, tinggi pemberian tanda pemasangan tersebut adalah 125 cm dari dasar lantai (Pasal 4 ayat 3) adalah 100%, pemasangan dan penempatan APAR harus sesuai dengan jenis dan penggolonggan kebakaran (Pasal 4 ayat 4) adalah 100%, penempatan APAR yang satu dengan yang lainnya tidak boleh melebihi 15 meter, kecuali ditetapkan lain oleh pegawai atau ahli keselamatan kerja (Pasal 4 ayat 5) adalah 100%, dan warna dasar tanda pemasangan APAR warna merah adalah 100%. Gambar tanda pemasangan APAR yaitu segitiga sama sisi dengan ukuran 35 cm di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa diletakkan didekat jalur keluar sehungga mudah terlihat. Tingkat pemenuhan APAR terdapat gambar tanda pemasangan segitiga sama sisi dengan ukuran 35 cm adalah 69%. Hal ini tidak sesuai dengan Permenaker No.04/MEN/1980 pasal 4 ayat 4, dimana APAR harus terdapat gambar tanda pemasangan segitiga sama sisi dengan ukuran 35 cm. Namun terdapat beberapa APAR yang tidak ada tanda pemasangan segitiga sama sisi dengan ukuran 35 cm, hal ini terjadi pada APAR nomor 4, 6, 12, 16, 22, 25, 29, 31 dan 35. Tinggi huruf APAR 2 cm dan bewarna putih hal ini tidak sesuai dengan Per.04/MEN/1980 dimana tinggi hurup APAR 3 cm dan berwarna
113
putih. Tinggi tanda panah 6 cm hal ini tidak sesuai dengan Per.04/MEN/1980 dimana tinggi tanda panah 7,5 cm dan berwarna putih adalah 80% yang sesuai sedangkan yang tidak sesuai terjadi pada APAR nomor 4, 6, 12, 16, 22, dan 36 adalah 29%. Tingkat pemenuhan APAR yang dipasang menggantung pada dinding dengan penggunaan selang atau peti (box) yang tidak dikunci adalah 90%, sedangkan yang tidak dipasang menggantung pada dinding dengan penggunaan selang atau peti (box) adalah 10%. Hal ini terjadi pada APAR nomor 5, 9 dan 20, alasan PT. Sentrafood Indonusa memilih untuk menempatkannya di atas penyangga. Kenyataan ini dilakukan agar powder di dalam tabung tidak menjadi dingin sehingga tidak menggumpal. Alasan PT. Sentrafood Indonusa tidak menggantung APAR adalah agar tidak mengganggu mobilisasi pekerja karena ruangan terbatas, hal ini tidak sesuai dengan Permenaker N0.04 tahun 1980 dimana APAR dipasang menggantung pada dinding dengan penggunaan selang atau ditempatkan dalam lemari atau peti (box) yang tidak dikunci (pasal 6 ayat 1). APAR yang terdapat di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa dilengkapi dengan cara penggunaan secara singkat dan jelas sehingga dapat memudahkan petugas rumah sakit dalam mengoperasikan APAR. Hal ini sesuai dengan Permenaker No.04/MEN/1980 dimana APAR harus dilengkapi cara-cara penggunaan yang memuat urutan singkat dan jelas tentang penggunaan alat adalah 100%. Namun, menurut informan untuk sosialisasi terhadap jenis APAR belum secara menyeluruh diberikan kepada karyawan PT. Sentrafood Indonusa dan melihat pelatihan kebakaran hanya diadakan
114
setiap 1 tahun sekali dan belum semua karyawan PT. Sentrafood Indonusa diikut sertakan dalam pelatihan kebakaran. Sehingga, hal yang perlu diperhatikan oleh pihak PT. Sentrafood Indonusa yaitu perlu adanya sosialisasi secara berkala minimal 6 bulan sekali untuk mencegah faktor kelupaan dari petugas mengenai pengoperasian APAR dan jenis APAR. Berdasarkan Permenaker No.04/MEN/1980 APAR di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa baik dengan nilai skoring 91 %. Nilai ini didapatkan dari hasil penjumlahan item data yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan item data. Bila penilaian dilakukan berdasarkan nilai rata-rata pada sarana proteksi dengan ketentuan bila ≥ rata-rata maka tingkat pemenuhan dianggap baik dan bila < dari rata-rata dianggap kurang. Maka, APAR di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa memiliki tingkat pemenuhan adalah baik. Sedangkan bila penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang dilakukan oleh Saptaria et al (2005), APAR di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa memiliki tingkat pemenuhan adalah baik artinya sesuai dengan peryaratan perundangan. Saran yang diberikan untuk pemenuhan APAR adalah membuat tanda panah 7,5 cm dan berwarna putih pada setiap tanda pemasangan APAR. Seluruh APAR sebaiknya dipasang menggantung pada dinding dengan penggunaan selang atau ditempatkan dalam lemari atau peti (box) yang tidak dikunci. Sebaiknya APAR diperiksa setiap 6 bulan sekali dimaksudkan untuk mengetahui tanggal kadar luasa dan harus dilakukan pengisian ulang.
115
e. Hidran Menurut Kepmen PU No.10/KPTS/2000 Hidran adalah alat yang dilengkapi dengan selang dan mulut pancar (nozzle) untuk mengalirkan air bertekanan, yang digunakan bagi keperluan pemadaman kebakaran. Berdasarkan Kepmen PU No.10 tahun 2000 jenis penempatan hidran terdiri dari : hidran gedung dan hidran halaman. a. Hidran halaman : hidran yang diletakkan di luar bangunan/gedung, sedangkan
instalasi
serta
peralatannya
disediakan
serta
dipasang
dilingkungan bangunan/gedung. b. Hidran gedung : hidran yang terletak didalam suatu bangunan/gedung dan instalasi serta peralatannya disediakan serta dipasang dalam bangunan gedung tersebut. Hidran yang terdapat di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa adalah hidran outdoor (hidran halaman) yang di tempatkan hanya di luar gedung, memiliki debit air lebih dari 380 liter dan menggunakan pipa tegak 6 inci (15 cm) hal ini sesuai dengan Kepmen PU No.10 tahun 2000, berdasarkan hasil wawancara terhadap informan 1 tahun sekali hidran di uji. Diameter selang hidran halaman 2 inci hal ini tidak sesuai dengan Kepmen PU No.10 tahun 2000 dimana diameter hidran halaman 2,5 cm. Panjang selang hidran di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa 30 m dan memiliki kelengkapan seperti memiliki sambungan selang, adanya pemancar air dan hal ini sesuai dengan Kepmen PU No.10 tahun 2000. Pada setiap luas lantai 1000 m2 minimal terdapat 1 hidran dengan kotak hidran mudah dibuka, dilihat dan di jangkau
116
hal ini sesuai dengan Kepmen PU No.10/KPTS/2000 dan hidran di cat berwarna merah, selangnya dalam keadaan baik (tidak melilit), Nozzle terpasang pada selang dan dilakukannya uji kelayakan hidran setiap 1 tahun sekali Berdasarkan Kepmen PU No.10/KPTS/2000 hidran area pabrik PT. Sentrafood Indonusa mendapatkan nilai skoring 92 %. Nilai ini didapatkan dari hasil penjumlahan item data yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan item data. Bila penilaian dilakukan berdasarkan nilai rata-rata pada sarana proteksi dengan ketentuan bila ≥ rata-rata maka tingkat pemenuhan dianggap baik dan bila < dari rata-rata dianggap kurang. Maka, Hidran di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa memiliki tingkat pemenuhan adalah baik. Sedangkan bila penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang dilakukan oleh Saptaria et al (2005), Hidran di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa memiliki tingkat pemenuhan adalah baik artinya sesuai dengan peryaratan perundangan.
6.4 Sarana Penyelamatan Jiwa Menurut KEPMEN PU No.10/KPTS/2000 tentang ketentuan tekhnis pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan, Sarana penyelamatan adalah sarana yang dipersiapkan untuk dipergunakan oleh penghuni maupun petugas pemadam kebakaran dalam upaya penyelamatan jiwa manusia maupun harta-benda bila terjadi kebakaran pada suatu bangunan gedung dan lingkungan. Sarana penyelamatan jiwa terdiri dari sarana jalan keluar, pintu
117
darurat, tangga darurat, tempat berhimpun, lampu penerangan darurat dan sistem pengendali asap.
a. Jalan Keluar Menurut Perda DKI Jakarta No.03 tahun 1992, salah satu dari jalan keluar adalah koridor (jalan penghubung). Koridor adalah ruang sirkulasi horizontal pada bangunan yang digunakan sebagai salah satu sarana menuju jalan keluar. Koridor yang berfungsi sebagai jalan keluar harus memenuhi lebar minimum 120 cm berhubungan langsung dengan tempat terbuka. Sarana jalan keluar terbagi menjadi tiga tipe, yaitu langsung menuju tempat terbuka, melalui koridor atau gang, dan melalui terowongan atau tangga kedap asap/api. Faktor yang dapat dijadikan pedoman dalam perencanaan sarana jalan keluar adalah klasifikasi hunian, lamanya waktu keluar, panjang jarak tempuh, dan lebar pintu exit (Depnaker-UNDP, 1987). Jalan keluar di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa tidak diberi lapisan kasar dengan bahan anti slip sehingga menyulitkan pekerja saat melewati jalan keluar. Hal ini tidak sesuai dengan Kepmen PU No.10/KPTS tahun 2000, dimana jalan keluar harus diberi lapisan kasar dengan bahan anti slip. Berdasarkan Kepmen PU No.10/KPTS/2000 sarana jalan keluar di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa mendapatkan nilai skoring 80%. Nilai ini didapatkan dari hasil penjumlahan item data yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan item data. Bila penilaian dilakukan berdasarkan nilai rata-rata pada sarana proteksi dengan ketentuan bila ≥ rata-rata maka tingkat pemenuhan
118
dianggap baik dan bila < dari rata-rata dianggap kurang. Maka, Jalan keluar di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa memiliki tingkat pemenuhan adalah baik. Sedangkan bila penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang dilakukan oleh Saptaria et al (2005), Jalan keluar di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa memiliki tingkat pemenuhan adalah baik artinya sesuai dengan peryaratan perundangan. Saran yang diberikan untuk tingkat pemenuhan sarana jalan keluar adalah sebaiknya bebas hambatan sehingga apabila trjadi keadaan darurat kebakaran maka pekerja atau karyawan dapat keluar dengan mudah menuju jalan keluar dan tidak terhalang oleh benda apapun, sarana jalan keluar diberi lapisan kasar dengan bahan anti slip tujuanya untuk mencegah agar saat mengevakuasi tidak tergelincir.
b. Pintu Darurat Berdasarkan Kepmen PU No.10 tahun 2000, pintu darurat kebakaran adalah pintu-pintu yang langsung menuju tangga kebakaran dan hanya dipergunakan apabila terjadi kebakaran. Pintu daruarat tidak boleh terkunci dan dapat menutup secara otomatis sehingga dapat menghalangi masuknya asap. Menurut Perda DKI Jakarta No.03 tahun 1992, penempatan pintu darurat harus sedemikian rupa sehingga dimana saja penghuni dapat menjangkau pintu keluar tidak melebihi jarak yang telah ditetapkan. Pintu darurat di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa mempunyai jumlah pintu darurat 3, di lantai 1 berjumlah 2 buah dengan jumlah penghuni 250
119
sedangkan untuk lantai 2 berjumlah 1 buah dengan jumlah penghuni 50. Hal ini sesuai dengan Kepmen PU No.10 tahun 2000 dan SNI 03-1746 tahun 2000. Pintu darurat di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa berwarna merah dilengkapi dengan tulisan “keluar” atau “exit” sebagai petunjuk pintu darurat, mudah diakses, dan tidak terhalang sesuatu pun. Hanya saja pintu exit ditambahkan panic bar, sehingga memudahkan pekerja untuk membuka pintu. Hal yang perlu diperhatikan oleh oihak PT. Sentrafood Indonusa adalah pintu darurat yang ada memiliki lebar 75 cm, berdasarkan Kepmen PU No.10 tahun 2000 dan SNI 03-1746 tahun 2000 bahwa lebar pintu tersebut tidak sesuai dimana seharusnya pintu darurat mempunyai lebar minimal 90 cm dan maksimal 120 cm. Dari hasil wawancara terhadap informan didapatkan bahwa untuk pintu darurat yang ada di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa kurang lebar sehingga dalam kondisi panik dapat menyulitkan proses evakuasi. Tinggi pintu di area pabrik PT Sentrafood Indonusa 200 cm, berdasarkan Kepmen PU No.10 tahun 2000 dan SNI 03-1746 tahun 2000 bahwa tinggi pintu tersebut tidak sesuai dimana seharusnya pintu darurat mempunyai tinggi 210 cm. Disamping itu, pintu darurat yang ada tidak dapat menutup secara otomatis serta pintu darurat juga tidak dilengkapi dengan push bar system yang dapat membantu mendorong pintu lebih mudah saat keadaan panic. Hal ini tidak sesuai dengan Kepmen PU No.10 tahun 2000 dan SNI 03-1746 tahun 2000 bahwa pintu darurat harus dapat menutup secara otomatis untuk mencegah masuknya
120
asap ke dalam tangga. Pintu darurat yang ada terdapat petunjuk pintu keluar (exit) hal ini sesuai dengan Kepmen PU No.10 tahun 2000 dan SNI 03-1746 tahun 2000 dimana pintu darurat harus memiliki tanda petunjuk pintu keluar (exit). Berdasarkan SNI–03–1746 tahun 2000 dan Kepmen PU No.10 tahun 2000 pintu darurat di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa mendapatkan nilai skoring sebesar 43 %. Nilai skoring pada area pabrik PT. Sentrafood Indonusa didapatkan dari hasil penjumlahan item data yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan item data. Bila dilakukan penilaian berdasarkan nilai rata-rata pada sarana proteksi dengan ketentuan bila ≥ rata-rata tingkat pemenuhan dianggap baik dan bila < dari rata-rata dianggap kurang. Maka, pintu darurat di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa memiliki tingkat pemenuhan adalah kurang. Sedangkan bila penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang dilakukan oleh Saptaria et al (2005), pintu darurat di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa memiliki tingkat pemenuhan adalah kurang artinya terpasang tapi ada sebagian besar instalasi yang tidak sesuai dengan persyaratan.
c. Tangga Darurat Menurut Suma’mur (1996), tangga darurat yaitu alat tersendiri atau bagian dari suatu bangunan untuk naik dari suatu daratan ke daratan lain. Tangga darurat di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa berbentuk U hal ini sesuai dengan SNI-03-1735 tahun 2000 dan SNI 03-1746 tahun 1989 bahwa tangga darurat tidak spiral. Permukaan tangga darurat yang ada dalam
121
keadaan baik dalam arti tidak licin dan tidak ada penghalang apapun dalam melewati tangga tersebut. Hal ini sesuai dengan SNI 03-1735 tahun 2000 dan SNI 03-1746 tahun 1989 bahwa permukaan tangga darurat dalam keadaan kasar dan tidak ada penghalangnya. Hal yang perlu diperhatikan oleh pihak PT. Sentrafood Indonusa dalam pemenuhan tangga darurat adalah lebar tangga yang ada 100, lebar injakannya 27 cm. Sedangkan berdasarkan SNI 03-1735 tahun 2000 dan SNI 031746 tahun 1989 lebar pada tangga darurat tidak sesuai dengan ketentuan dimana lebar tangga minimal 110 cm dan lebar injakan minimal 30 cm. Hal ini diperkuat berdasarkan hasil wawancara dengan informan bahwa lebar tangga di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa belum sesuai standar dan kurang membantu dalam proses evakuasi. Tinggi injakannya 17 cm sudah sesuai dengan SNI-03-1735 tahun 2000 dan SNI 03-1746 tahun 1989 untuk tinggi injakan pada tangga maksimal 17,5 cm. Sedangkan tinggi pegangan tangga darurat dari lantai 100 cm, berdasarkan SNI-03-1735 tahun 2000 dan SNI 03-1746 tahun 1989 tinggi pegangan dari lantai 110 cm. Jumlah anak tangga antar bordes 5-6 buah artinya anak tangga kurang dari 8 sehingga menyebabkan tangga menjadi curam Saran yang diberikan untuk tingkat pemenuhan tangga darurat di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa adalah memperbaiki antara lebar dan tinggi tangga darurat serta menambah jumlah anak bordes pada tiap tangga sehingga tangga tidak curam dan memudahkan pekerja saat melewatinya.. Berdasarkan SNI–03–1735 tahun 2000 dan SNI 03-1746 tahun 1989 tangga darurat di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa mendapatkan nilai skoring
122
sebesar 50 %. Nilai skoring tangga darurat pada PT. Sentrafood Indonusa didapatkan dari hasil penjumlahan item data yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan item data. Bila dilakukan penilai berdasarkan nilai rata-rata pada sarana proteksi dengan ketentuan bila ≥ rata-rata maka tingkat pemenuhan dianggap baik dan bila < dari rata-rata dianggap kurang. Maka, tangga darurat di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa memiliki tingkat pemenuhan adalah kurang. Sedangkan bila penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang dilakukan oleh Saptaria et al (2005), tangga darurat di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa memiliki tingkat pemenuhan adalah kurang artinya terpasang tapi ada sebagian besar instalasi yang tidak sesuai dengan persyaratan.
d. Tempat Berhimpun Tempat berhimpun menurut Kepmen PU No.10 tahun 2000 adalah bagian dari bangunan dimana pekerja dapat terlindungi dari api dan asap kebakaran sampai pekerja atau karyawan dapat diselamatkan. Tempat berhimpun di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa terletak di samping area pabrik dengan luas lahan ±150 m2 yang dapat menampung seluruh pekerja dan pengunjung. Berdasarkan SNI 03-6571 tahun 2001 dimana ketentuan luas minimum 0,3 m2 per orang sehingga untuk kapasitas 300 orang harus mempunyai 0.5 m2 , hal ini sudah sesuai dengan SNI 03-6571 tahun 2001 Berdasarkan
SNI
03-6571
tahun
2000
dan
Kepmen
PU
No.10/KPTS/2000 tempat berhimpun di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa mendapatkan nilai skoring 100 %. Nilai skoring ini didapatkan dari hasil
123
penjumlahan item data yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan item data. Bila dilakukan penilai berdasarkan nilai rata-rata pada sarana proteksi dengan ketentuan bila ≥ rata-rata tingkat pemenuhan dianggap baik dan bila < dari rata-rata dianggap kurang. Maka, tempat berhimpun di area pabrik PT. Sentrafood memiliki tingkat pemenuhan adalah baik. Bila penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang dilakukan oleh Saptaria et al (2005) tempat berhimpun di PT.Sentrafood Indonusa memiliki tingkat pemenuhan adalah baik baik artinya sesuai dengan persyaratan perundangan.
e. Lampu darurat Menurut Perda DKI Jakarta No.03 tahun 1992 lampu darurat adalah sebuah lampu yang dirancang untuk dipergunakan pada sistem pencahayaan darurat dan harus bekerja secara otomatis apabila terjadi gangguan Lampu darurat di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa berasal dari sumber daya listrik PLN dengan daya 700 KVA dan baterai yang dapat diisi ulang secara otomatis, hal ini sesuai dengan SNI 03-6574 tahun 2001 dimana sumber daya listrik berasal dari genset atau baterai sehingga saat lampu PLN mati maka lampu darurat dapat bekerja dengan baik, lampu darurat di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa terpasang pada setiap koridor, ruang genset dan ruang pompa. Lampu darurat di PT. Sentrafood Indonusa memiliki waktu peralihan 10 detik hal ini sesuai dengan SNI-03-6574 tahun 2001 dimana waktu peralihan antara lampu PLN dengan lampu darurat minimal 10 detik sehingga waktu
124
peralihan tidak terlalu lama. Warna lampu darurat kuning sehingga tidak memantulkan cahaya hal ini sesuai dengan SNI-03-6574 tahun 2001 dimana warna lampu darurat tidak boleh memantulkan cahaya. Kekuatan lampu darurat untuk bertahan 30 menit berdasarkan hasil wawancara terhadap informan, sedangkan menurut SNI-03-6574 tahun 2001 minimal bertahan 1 jam artinya kekuatan lampu darurat di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa tidak sesuai dengan SNI 03-6574 tahun 2000. Kemampuan baterai yang ada di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa bertahan selama 30 menit hal ini tidak sesuai dengan SNI 03-6574 tahun 2000 dimana kemampuan baterai minimal bertahan selama 60 menit atau 1 jam. Saran yang diberikan untuk tingkat pemenuhan lampu darurat untuk kemampuan bertahanya ditingkatkan dari 30 menit menjadi 1 jam agar saat terjadi listrik PLN mati, lampu darurat dapat bertahan lama sehingga tidak mengganggu saat proses produksi berlangsung. Berdasarkan SNI-03-6574 tahun 2001 lampu darurat di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa mendapatkan nilai skoring 71,42 %. Nilai skoring lampu darurat di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa didapatkan dari hasil penjumlahan item data yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan item data. Bila dilakukan penilai berdasarkan nilai rata-rata pada sarana proteksi dengan ketentuan bila ≥ rata-rata tingkat pemenuhan dianggap baik dan bila < dari ratarata dianggap kurang. Indonusa
Maka, lampu darurat di area pabrik PT. Sentrafood
memiliki tingkat pemenuhan adalah cukup baik. Sedangkan bila
penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang dilakukan oleh
125
Saptaria et al (2005) lampu darurat di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa memiliki tingkat pemenuhan adalah cukup baik artinya terpasang tetapi ada sebagian kecil yang tidak sesuai dengan persyaratan perundangan.
f. Sistem Pengendali Asap Sistem pengendali asap khusus kebakaran seperti yang diatur dalam Kepmenneg/10/KPTS/2000, karena ventilasi biasa tidak dapat memberikan pelindungan optimal dari bahaya asap. Hal ini perlu mengingat efek yang ditimbulkan asap cukup membahayakan, seperti: iritasi mulut, hidung, jalur pernapasan, dan kematian karena kekurangan CO2 (Dinas Kebakaran DKI Jakarta, 1993-1994). Terdapat empat metode untuk mengendalikan asap, yaitu melemahkan (dilution), membuang (exhaust), membatasi (memasang sarana penghambat asap agar tidak menyebar), dan tekanan udara (tempat jalur pelarian harus dijamin aman sementara dari serangan asap dan gas dengan cara memberikan tekanan udara sedikit lebih tinggi. Pengendali asap yang ada di area pabrik
PT. Sentrafood Indonusa
secara khusus berupa cerobong yang terpasang di atas ruang produksi area pabrik PT. Sentrafood Indonusa, dapat bekerja secara manual melalui pipa cerobong dan ada juga yang berupa jendela hal ini tidak sesuai dengan dengan Kepmen PU No.10 tahun 2000 dimana sistem pengendali asap dapat dikendalikan juga secara otomatis. Sistem pengendali asap di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa
126
dipasang pada jalur penyelamatan hal ini sesuai dengan Kepmen PU No.10 tahun 2000 dimana sistem pengendali harus dipasang pada jalur penyelamatan. Saran yang diberikan untuk sistem pengendali asap, pada sistem pengendali asap dapat juga dikendalikan secara otomatis sehingga dapat bekerja secara maksimal dan tidak mengganggu saat proses produksi berlangsung saat membuka atau menutup ruangan kontrol. Berdasarkan Kepmen PU No.10 tahun 2000 pengendali asap di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa mendapatkan nilai skoring 67 %. Nilai skoring didapatkan dari hasil penjumlahan item data yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan item data. Bila dilakukan penilai berdasarkan nilai rata-rata pada sarana proteksi dengan ketentuan bila ≥ rata-rata tingkat pemenuhan dianggap baik dan bila < dari rata-rata dianggap kurang. Maka, pengendali asap di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa memiliki tingkat pemenuhan adalah cukup baik. Sedangkan bila penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang dilakukan oleh Saptaria et al (2005), pengendali asap di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa memiliki tingkat pemenuhan adalah cukup baik artinya terpasang tapi ada sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai dengan peryaratan perundangan.
6.5 Tingkat Pemenuhan Sarana Proteksi Aktif Berdasarkan tabel 5.12 hasil pemeriksaan tingkat pemenuhan sarana proteksi aktif di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa dengan nilai rata-rata 51,6 %. Sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat pemenuhan sarana proteksi aktif di
127
area pabrik PT. Sentrafood Indonusa adalah Kurang artinya terpasang tapi ada sebagian besar instalasi yang tidak sesuai dengan persyaratan perundangan.. Saran yang diberikan untuk pemenuhan sarana proteksi aktif adalah sebaiknya mengaplikasikan sistem sprinkler dan sistem detektor. Hal ini dimaksudkan agar apabila terjadi keadaan darurat seperti kebakaran pada area pabrik PT. Sentrafood Indonusa pada saat diluar jam kerja maka sistem detektor ini dapat mengdeteksi kebakaran dengan cepat. Dan juga sistem sprinkler akan secara otomatis berbunyi.
6.6 Tingkat Pemenuhan Sarana Penyelamatan Jiwa Berdasarkan tabel 5.13 hasil pemeriksaan tingkat pemenuhan sarana penyelamatan jiwa di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa sebesar 68,57%. Sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat pemenuhan di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa cukup baik artinya terpasang tapi ada sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai dengan persyaratan perundangan. Namun, meskipun penilaian tingkat pemenuhan sarana penyelamatan jiwa di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa cukup baik, sebaiknya elemen-elemen
yang belum sesuai segera
diperbaiki. Saran yang diberikan pemenuhan sarana penyelamatan jiwa adalah sebaiknya sarana jalan keluar bebas dari hambatan sehingga apabila terjadi keadaan darurat kebakaran maka pekerja atau karyawan dapat keluar dengan mudah menuju jalan keluar dan tidak terhalang oleh benda apapun serta diberi lapisan kasar anti slip untuk menghindari jatuh saat mengevakuasi menuju jalan
128
keluar. Pada pintu darurat agar diperbaiki antar lebar pintu dengan tinggi pintu sehingga tidak menyulitkan pekerja bila terjadi kebakaran serta pintu dilengkapi dengan push bar system untuk memudahkan pekerja. Pada tangga darurat diperbaiki tinggi injakan dan lebar injakan serta menambahkan jumlah anak tangga antar bordes sehingga tangga tidak curam. Pada lampu darurat kemampuan bertahanya perlu ditambah lagi sehingga saat listrik PLN mati tidak mengganggu proses produksi. Pada sistem pengendali asap perlu ditambahkan adanya sistem pengendali asap secara otomatis sehingga tidak menyulitkan pekerja untuk membuka dan menutup di ruangan kontrol.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan 1. Potensi bahaya di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa adalah berupa konsleting listrik, penggunaan minyak, plastik, kertas, karton, dan gesekan mesin sehingga dapat diklasifikasikan dalam kelas kebakaran A, B dan C 2. Tingkat pemenuhan sarana proteksi aktif di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa sebesar 51,6 % artinya belum sesuai dengan semua persyaratan berdasarkan Permenaker No.04/MEN/1980, Permenaker No.02/MEN/1983 dan Standar Nasional Indonesia (SNI) a. Alarm darurat yang terdapat di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa berupa tombol tekan (push botton), jika di tekan maka alarm akan berbunyi dan langsung terhubung ke panel kebakaran utama di POS. Tingkat pemenuhan alarm darurat pada area pabrik PT. Sentrafood Indonusa sebesar 75 %. b. Alat pemadam api ringan (APAR) yang terdapat di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa merupakan jenis bubuk kimia kering (dry chemical). Tingkat pemenuhan APAR yang terdapat di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa adalah sebesar 91 %. c. PT. Sentrafood Indonusa hanya memiliki hidran halaman yang terletak di depan dan di belakang area pabrik PT. Sentrafood Indonusa. Tingkat
129
130 pemenuhan hidran pada area pabrik PT. Sentrafood Indonusa adalah sebesar 92 %. d. PT. Sentrafood Indonusa tidak terdapat sistem pemercik otomatis (sprinkler) yang berfungsi melindungi gedung dari bahaya kebakaran. Dan juga tidak terdapat sistem detektor, baik detektor asap, detektor panas maupun detektor nyala api yang berfungsi untuk mendeteksi pada mula kebakaran yang dapat mengakibatkan alarm dalam suatu sistem. 3. Tingkat pemenuhan sarana penyelamatan jiwa di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa
sebesar 68,57 % artinya sesuai dengan semua persyaratan
berdasarkan Kepmen PU No.10/KPTS/2000 dan Standar Nasional Indonesia (SNI). a. Jalan keluar yang terdapat di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa di dapat tingkat pemenuhan jalan keluar sebesar 80 %. Elemen yang tidak terpenuhi jalan keluar tidak diberi lapisan kasar dengan bahan anti slip. b. Pintu darurat yang terdapat di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa di dapat tingkat pemenuhan pintu darurat sebesar 43%. c. Tangga darurat yang terdapat di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa di dapat tingkat pemenuhan tangga darurat sebesar 50 %. d. Tempat berhimpun di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa sudah sesuai dengan peraturan perundangan. e. Lampu darurat yang terdapat di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa di dapat tingkat pemenuhan lampu darurat sebesar 71,42 %.
131 f. Sistem pengendali asap yang terdapat di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa di dapat tingkat pemenuhan sistem pengendali asap sebesar 67 %.
7.2 Saran 1) Perlu adanya peninjauan ulang dari pihak PT. Sentrafood Indonusa terhadap tinggi alarm darurat dan titik pemanggil manual dilengkapi dengan kaca yang mudah dipecahkan 2) Sebaiknya mengaplikasikan sistem detektor di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa untuk mendeteksi dengan cepat apabila terjadinya keadaan darurat kebakaran. 3) Perlu adanya peninjauan ulang dari pihak PT. Sentrafood Indonusa terhadap tinggi APAR, APAR dipasang menggantung pada dinding dan APAR diperiksa 2 kali dalam setahun. 4) Perlu adanya sosialisasi secara berkala minimal 6 bulan sekali kepada karyawan PT. Sentrafood Indonusa terhadap penggunaan hidran 5) Sebaiknya mengaplikasikan sistem sprinkler di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa agar bila terjadi kebakaran dapat ditangani dengan segera sebelum kebakaran tersebut membesar. 6) Perlu adanya peninjauan ulang oleh pihak PT. Sentrafood Indonusa mengenai lebar tinggi dan jumlah anak tangga antar bordes pada tangga darurat. 7) Pintu darurat di PT. Sentrafood Indonusa perlu ditinjau ulang mengenai lebar dan tinggi pintu
132 8) Sarana jalan keluar di PT. Sentrafood Indonusa perlu ditambah dengan diberi lapisan kasar dengan bahan anti slip 9) Untuk Lampu darurat perlu ditinjau ulang kembali oleh pihak PT. Sentrafood Indonusa agar kemampuan untuk bertahan lampu minimal 1 jam 10) Sistem pengendali asap di PT. Sentrafood Indonusa perlu ditinjau ulang mengenai pengendali asap dapat dikendalikan secara otomatis.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia. Himpunan Perundang-undangan Kesehatan Keselamatan Kerja. Direktorat Jenderal Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan. Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia. Bahan Training Keselamatan Kerja Penanggulangan Kebakaran. 1987. Depnaker-UNDP_160 INS/84/012. Departemen
Tenaga
Kerja
Republik
Indonesia.
Prinsip-Prinsip
teknis
Penanggulangan Kebakaran. 1995. Departemen Tenaga Kerja.1991. “Check List” Pencegahan Kebakaran. Pusat Hiperkes Departemen Tenaga Kerja RI. Jakarta Pusat. Dinas Kebakaran DKI Jakarta. Dasar-dasar Penanggulangan Kebakaran (Essentials of fire Fighting). 1993-1994. Jakarta: International Fire Service Training Association. Dinas Pemadam Kebakaran (DPK) Provinsi DKI Jakarta. Statistik Kebakaran hingga Akhir 2007.2007 (cited 2008 Mar 10). Available: www.jakartafire.com. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per. 04/MEN/1980; tentang penempatan APAR. Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor: 10/Kpts/2000; tentang Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan.
133
134
Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor: 10/Kpts/2000; tentang Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan. Modul Kesehatan dan Keselamatan Kerja FKM UI. Fire Prevention and Protection Program. Jakarta: UI Press. Permenaker No.04/MEN/1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan APAR Permenaker No.02/MEN/1983 tentang Instalasi Alarm Kebakaran Otomatis. Perda DKI Jakarta No.3 tahun 1992; tentang Penanggulanggan Bahaya Kebakaran dalam Wilayah DKI. P.K., Dr. Suma’mur. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. 1981. Jakarta: PT. Toko Gunung Agung. Saraswati, Dian Pitaloka. 2009. Kebakaran di DKI Jakarta (Diakses tanggal 20 juli 2009)http://www.kontan.co.id Standar Nasional Indonesia 1728.1989. Tentang Rencana Tindak Darurat Kebakaran pada bangunan gedung. Standar Nasional Indonesia 03-1746. 1989. Tentang tata cara pemasangan alat Bantu evakuasi untuk pencegahan bahaya kebakaraan pada bangunan rumah dan gedung. Standar Nasional Indonesia 03-1735. 2000. Tentang akses bangunan dan lingkungan. Standar Nasional Indonesia 03-1746. 2000. Tentang tata cara perencanaan dan pemasangan sarana jalan ke luar untuk penyelamatan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung.
135
Standar Nasional Indonesia 03-3989-2000. Tentang Sprinkler Otomatis Standar Nasional Indonesia 03-6574-2000. Tentang Sistim Deteksi dan Alarm Darurat. Standar Nasional Indonesia 03-6571-2001. Tentang Sistim Pengendali Asap Zaini, Mochamad. 1998. Panduan Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran. Abdi Tandur, Jakarta.
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat izin penelitian 2. Struktur Organisasi PT. Sentrafood Indonusa 3. Peta Lokasi PT. Sentrafood Indonusa 4. Peta Tata Letak Pabrik 5. Daftar Lembar Cheklist Evaluasi Sarana Proteksi Aktif dan Sarana Penyelamatan Jiwa di PT. Sentrafood Indonusa 6. Daftar Wawancara Mendalam Karyawan PT. Sentrafood Indonusa
xxi