GRADUASI Vol. 26 Edisi November 2011
ISSN 2088 - 6594
ANALISIS SIKAP PELAKU BISNIS TERHADAP PERBANKAN SYARIAH DI KOTA SURAKARTA Andri Nurtantiono Abstract The development of Islamic banking is not as expected, the causes include the low level of understanding and cynical view of society, including among Moslims themselves. Looking at the above phenomenon, it should be done at the same time revamping effort trying to align with the wishes of the community in order to market its products. Theory of Reasoned Action of Fishbein and Ajzen. is one of the theories that try to predict consumers' desires or intentions .. Factors affecting the intention is the attitude in action and subjective norms regarding a person's perception, whether other people that are lionized will affect behavior. The purpose of the study were: to determine how attitudes and subjective norms of business and its influence on the intention to become customers of Islamic banks in Surakarta With a sample of a total of 100 businesses, the results showed that attitudes towards Islamic banking business in Surakarta was positive with the highest attribute on friendly service, while the Subjective Norm is in a position to agree and disagree. Both these variables are Attitude and Subjective Norm despite positive value but not significant. Suggestions that the researcher is necessary to convey a better image of Islamic banking and periodic dissemination to the public, especially business people. Keywords: Islamic Banking, Buying Intention, Attitude, Subjective Norm PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Sejak dicanangkannya Program Akselerasi dan iB Marketing Campaign dipenghujung tahun 2006 lalu sebagai upaya Bank Indonesia mengembangkan perbankan Syariah di Indonesia, geliat pertumbuhan itu ada, penyebaran jaringan kantor perbankan syariah misalnya, saat ini mengalami pertumbuhan pesat. Jika pada 2006 jumlah jaringan kantor hanya 456 kantor, sekarang jumlah tersebut menjadi 1440 kantor. Dengan demikian jaringan kantor tumbuh lebih dari 200%. Jaringan kantor itu telah menjangkau masyarakat di 33 propinsi dan di banyak kabupaten/kota. Sementara itu jumlah BUS (Bank Umum Syariah) juga bertambah 2 buah lagi, yakni PT BRI Syariah dan PT Bank Bukopin Syariah. Dengan kata lain hingga Oktober 2008 ada lima Bank Umum Syariah; selain kedua bank di atas juga ada PT Bank Syariah Mandiri Tbk, Bank Muamalat Indonesia, dan PT Bank Syariah Mega. (Defri Yenni, 2009). Dalam Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah, Bank Indonesia telah menetapkan visi 2010 pengembangan pasar perbankan syariah di Indonesia yaitu
sebagai perbankan syariah terkemuka di ASEAN dan menetapkan target pencapaian secara bertahap yaitu : Fase I (2008): ''Membangun Pemahaman Perbankan Syariah Sebagai Lebih dari Sekedar Bank (Beyond Banking)'', Pencapaian target aset sebesar Rp 50 Triliun; Pencapaian angka pertumbuhan industri sebesar 40 persen. Fase II (2009): ''Menjadikan Perbankan Syariah Indonesia Sebagai Perbankan Syariah Paling Atraktif di ASEAN'', Pencapaian target aset sebesar Rp 87 Triliun; Pencapaian angka pertumbuhan industri sebesar 75 persen. Fase III (2010): ''Menjadikan Perbankan Syariah Indonesia Sebagai Perbankan Syariah Terkemuka di ASEAN'', Pencapaian target aset sebesar Rp 124 Triliun; Pencapaian angka pertumbuhan industri sebesar 81 persen. Untuk mewujudkan visinya tersebut, BI merencanakan serangkaian program utama pelaksanaan Grand Strategy pengembangan pasar yaitu (1) Program Pencitraan baru perbankan syariah, (2) Program Pengembangan Segmen Pasar Perbankan Syariah, (3) Program pengembangan produk dan (4) Program peningkatan pelayanan, Fase I telah dilewati dan hasilnya ternyata belum sesuai dengan target yang diinginkan,
Analisis Sikap Pelaku Bisnis Terhadap Perbankan Syariah Di Kota Surakarta
61
GRADUASI Vol. 26 Edisi November 2011
ISSN 2088 - 6594
Data BI menyebutkan, hingga November 2008 pangsa pasar yang diraih perbankan syariah baru 2,08 persen dengan total aset Rp 47 triliun. Sedangkan jumlah nasabah hingga November 2008 baru 3,799 juta nasabah. Kondisi pembiayaan bahkan lebih mengenaskan karena penyaluran kredit hanya naik dari 512 ribu pada 2007 menjadi 589 ribu nasabah pada November 2008. Ada banyak faktor penyebab kegagalan pencapaian target tersebut, antara lain masih rendahnya tingkat pemahaman masyarakat tentang bank syariah (Dhorifi Zumar, 2009). Selanjutnya Amir Mu'allim (2004) menyatakan bahwa maraknya perkembangan dan pertumbuhan bank syari'ah ternyata masih dipandang sinis oleh beberapa kalangan, termasuk kalangan umat Islam sendiri. Padahal jumlah umat Islam potensial untuk menjadi customer bank syariah lebih dari 100 juta orang. Sinisme terhadap perbankan Islam tersebut dapat dilihat dari kepercayaan masyarakat Islam terhadap Bank Syari'ah sangat rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari partisipasi umat Islam dalam investasi atau perguliran modal. Bahkan beberapa ilmuwan muslim ada yang mengecam perbankan syari'ah, mereka berpendapat bahwa bankbank Islam dalam menyelenggarakan transaksi-transaksinya justru bertentangan dengan konsepnya. Dengan kata lain, bertentangan dengan semangat syari'ah. Dipertanyakan apakah penyelenggaraan kegiatan-kegiatan usaha-usaha bank-bank Islam tersebut, yang notabene bermaksud untuk menghindarkan pemungutan bunga dan bermaksud agar risiko dipikul bersama, apakah memang telah diselenggarakan sesuai dengan tujuan tersebut ataukah dalam pelaksanaannya ternyata hanya penggantian istilah belaka. Lebih tegas lagi, dikatakan bahwa pengamatan atau penelitian beberapa ilmuwan Islam menyebutkan bahwa bank-bank Islam dalam penyelenggaraan kegiatan usahanya, ternyata bukan meniadakan bunga dan membagi risiko, tetapi mempertahankan praktek pembebanan bunga. Melihat fenomena di atas, maka bisa dipahami bahwa selama ini upaya mengembangkan perbankan syariah belum s e ca r a ma k s i ma l d i l a k u k a n d e n g a n menyelaraskan pada konsumen. Mencoba memotret apa yang sebenarnya diinginkan oleh mereka adalah menjadi tugas bagi pemasar termasuk pemasar bank syariah tersebut. Analisis perilaku konsumen yang realistik tidak hanya mengamati kegiatan yang nampak
62
saja, tetapi hendaknya menganalisis juga proses-proses yang tidak dapat diamati yang selalu menyertai pembelian. Ilmu sosial kadang-kadang mengartikan behavior hanyalah kegiatan-kegiatan yang tampak jelas (mudah diamati). Tetapi perkembangan sekarang mengakui bahwa kegiatan yang jelas terlihat hanyalah merupakan suatu bagian dari proses pengambilan keputusan (Decisioun Process) (Chuzaimah dan Sujadi, 2006) Salah satu teori yang mencoba memprediksi minat atau niat adalah Theory of Reasoned Action dari Fishbein dan Ajzen. Menurut Fishbein dan Ajzen, tindakan seseorang adalah realisasi dari keinginan atau niat seseorang untuk bertindak. Faktor yang mempengaruhi niat adalah sikap pada tindakan dan norma subyektif mengangkut persepsi seseorang, apakah orang lain yang diangggap penting akan mempengaruhi perilakunya (Dharmesta, 1998) Berdasarkan pada teori Reasoned Action tersebut di atas, maka peneliti mencoba untuk mendeteksi 'apakah masyarakat khususnya pelaku bisnis skala kecil (UKM) mempunyai niat/keinginan untuk menjadi nasabah bank syariah' di Kota Surakarta. Perumusan Masalah 1. Bagaimana sikap pelaku bisnis terhadap bank syariah di Kota Surakarta ? 2. Bagaimana Norma subjektif dari pelaku bisnis terhadap perbankan syariah di Kota Surakarta ? 3. Apakah Sikap dan Norma Subyektif berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah syariah di Kota Surakarta ? TINJAUAN PUSTAKA Bank Syariah Bank Syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Menurut Muhammad (2002), Bank Syariah atau Bank Islam atau Bank Tanpa Bunga adalah lembaga keuangan/perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berdasarkan pada Al-Quran dan hadist. Ada dua bentuk bank syariah ini yaitu Bank Islam dan bank yang beroperasi dengan prinsip syariah Islam. Bank Islam adalah (1) bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam, (2) bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuanketentuan Al-Quran dan Hadist. Sementara bank yang beroperasi sesuai prinsip syariah
Analisis Sikap Pelaku Bisnis Terhadap Perbankan Syariah Di Kota Surakarta
GRADUASI Vol. 26 Edisi November 2011
ISSN 2088 - 6594
adalah bank yang dalam beroperasinya itu mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam,. khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam. Tata cara muamalat ini antara lain adalah larangan adanya riba, adanya prinsip bagi hasil, prinsip mengambil keuntungan, pengenaan zakat dan lain-lain, dengan instrumen-instrumen berupa Mudharabah, Murabahah dan lain sebagainya. Sistem bagi hasil memang menjadi salah satu ciri khusus bank Syariah ini. Perbedaan antara sistem bunga dengan sistem bagi hasil pada bank syariah mencakup beberapa hal seperti terlihat dalam Tabel 1. Kelahiran Undang-Undang Perbankan No.7 tahun 1992 yang kemudian direvisi melalui Undang-undang No. 10 tahun 1998 menjadi pijakan kokoh keberadaaan perbankan islam di Indonesia. UU Perbankan No.7 tahun 1992 antara lain memberikan kebebasan untuk menentukan jenis imbalan yang akan diambil dari nasabahnya baik bunga ataupun keuntungan-keuntungan bagi hasil. UU No. 10 tahun 1998 semakin memperkokoh keberadaan bank syariah dimana keleluasan lebih banyak diberikan kepada bank konvensional untuk juga dapat menggunakan sistem syariah atau dipergunakannya dual sistem. Selain itu UU ini juga melakukan revisi pasal yang dianggap penting dan merupakan aturan hukum yang secara leluasa bank dapat menggunakan istilah syariah yaitu : 1. Pasal 1 ayat 12 menyatakan "Pembiayaan berdasarkan Prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil." 2. Pasal 1 ayat 13 berbunyi :" Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana dan pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (Mudharabah), pembiayaan berdasarkan penyertaan modal (Musharakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah),atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (Ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (Ijarah wa iqtina)." 3. Perubahan dalam Ketentuan Pasal 6 yang berbunyi : "menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia". 4. Ketentuan Pasal 13 huruf c juga diubah s e h i n g g a b e r b u n yi " m e n y e d i a k a n pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia".
Tabel . Perbedaan Sistem Bunga dan Bagi Hasil Hal
Sistem Bunga
Penentuan besarnya hasil
Sebelumnya
Yang di tentukan sebelumnya
Bunga, besarnya nilai rupiah
Jika terjadi kerugian
Ditanggung nasabah saja
Dihitung dari mana?
Dari dana yang dipinjamkan, fixed, tetap
Titik perhatian proyek/Usaha
Besarnya bunga yang harus dibayar nasabah/pasti diterima bank Pasti: % kali jumlah pinjaman yang telah pasti diketahui. Berlawanan dengan Al Quran
Berapa besarmya?
Status Hukum
Sistem Bagi Hasil Sesudah berusaha, sesudah ada untungnya. Men ye pakati proporsi pembagian untung untuk masing-masing pihak, misalnya 50:50, 40:60 dst. Ditanggung kedua pihak, nasabah dan lembaga. Dari untung yang bakal diperoleh, belum tentu besarnya. Keberhasilan proyek/usaha jadi perhatian bersama nasabah dan lembaga Proporsi : %$ kali jumlah untung yang belum diketahui = belum diketahui. Melaksanakan yang ada dalam Al-Quran.
Sumber : M.Syafe’i Ant onio dalam Muhammad, 2002 Analisis Sikap Pelaku Bisnis Terhadap Perbankan Syariah Di Kota Surakarta
63
GRADUASI Vol. 26 Edisi November 2011
ISSN 2088 - 6594
Konsep Pemasaran Konsep Pemasaran menyatakan bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasi terdiri dari penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran serta memberikan kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan efisien daripada saingannya (Kotler,P & AB.Susanto, 1999). Konsep ini menunjukkan bahwa hal utama yang harus menjadi perhatian perusahan dalam upayanya mencapai tujuan organisasi adalah mengetahui kebutuhan dan keinginan pasar, bukan sekedar melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan yang ada di dalam perusahaan itu sendiri. Keberhasilan dari konsep pemasaran ini adalah bahwa dengan diketahuinya kebutuhan dan keinginan konsumen maka dengan sendirinya konsumen akan mencari dan mendatangi perusahan atau produk yang dihasilkan atau dijual perusahaan tersebut, karena mereka memang memerlukan produk tersebut. Senada dengan Kotler, Peter Drucker dan Ray Corey melihat bahwa dengan konsep pemasaran maka yang menjadi perhatian utama dalam berbisnis adalah konsumen atau pelanggan. Drucker menyatakan bahwa pemasaran adalah cara memandang seluruh perusahaan dari hasil akhirnya, yaitu dari pandangan pelanggannya. Keberhasilan suatu bisnis bukan ditentukan oleh produsennya melainkan oleh pelanggannya dan .menurut Ray Corey bahwa pemasaran meliputi seluruh kegiatan perusahaan dalam beradaptasi terhadap lingkungannya secara kreatif dan menguntungkan (Kotler, Philip & AB.Susanto, 1999) Reasoned Action Theory Dalam Theory of Reasoned Action, Fishbein dan Ajzen (Thompson,KE and Paris Panayiotopoulus, 1999) menyajikan model yang memprediksi niat berperilaku dari sikap individu dan kepercayaan normatif. Teori ini memprediksi niat berperilaku dengan dua prediktor. Prediktor pertama, sikap yang mengarah ke perilaku, yang mengukur sampai sejauh mana perilaku baik dan tidak baik. Kedua, Norma subyektif mengukur pengaruh orang lain berhubungan dengan perilaku. Sikap Kata Sikap berasal dari bahasa Latin Aptus, yang berarti kecocokan atau kesesuaian. Pada abad ke 18 umumnya sikap mengacu pada postur fisik, dan saat ini kata tersebut dapat menunjukkan orientasi fisik secara umum untuk 64
sesuatu yang lain. Pada abad ke 19 Charles Darwin menggunakan kata ini dalam istilah biologis yang berarti ekspresi emosi secara fisik, dan sampai dengan abad dua puluhan para peneliti menghubungkan sikap dengan tendensi fisiologis untuk mendekati atau menghindari sesuatu. LL. Thurstone mencoba mendefinisikan Sikap (Attitude) sebagai afeksi atau perasaan untuk atau terhadap sebuah rangsangan. Jika seseorang peneliti pasar bertanya kepada konsumen tentang seberapa besar mereka menyukai sesuatu atau bagaimana perasaan mereka terhadap sesuatu, maka jawabnya akan mengungkapkan sikap mereka terhadap obyek. Baik buruknya sikap konsumen terhadap suatu produk atau jasa akan berpengaruh pada perilaku pembeliannya.(Suprapti, Ni Wayan Sri, 2010). Semakin baik atau positif sikap seseorang terhadap suatu obyek maka dia akan mendekatinya, dan semakin buruk atau negatif sikap seseorang terhadap suatu obyek, maka dia akan menghindari atau menjauhinya. Atas dasar inilah maka berkaitan dengan sikap pelaku bisnis terhadap bank syariah, maka peneliti menghipotesiskan bahwa H1 :
Semakin positif sikap seorang konsumen terhadap bank syariah, maka semakin tinggi niat konsumen tersebut untuk menjadi nasabah bank syariah.
Norma Subyektif Norma Subyektif merupakan keyakinan konsumen tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukannya sehubungan dengan obyek sikap (Suryani,Tatik, 2008). Misalnya sikap konsumen terhadap rokok, norma subyektifnya adalah keyakinan konsumen tentang apakah rokok dan segala sesuatu yang terkait dengan hal tersebut merupakan hal yang baik atau buruk, boleh atau tidak boleh, benar atau salah. Demikian pula sikap konsumen terhadap bank, norma subyektifnya adalah keyakinan konsumen apakah bank dengan segala aktivitasnya termasuk adanya bunga dalam transaksi keuangannya, dianggap merupakan hal yan g d iperbol ehkan atau ti dak diperbolehkan, haram atau tidak haram. Norma Subyektif menurut Engel (1994) menggambarkan " pengaruh orang lain yang penting" (important others) Norma Subyektif ini pada umumnya dioperasionalisasikan sebagai persepsi orang bersangkutan mengenai apa
Analisis Sikap Pelaku Bisnis Terhadap Perbankan Syariah Di Kota Surakarta
GRADUASI Vol. 26 Edisi November 2011
yang dipikirkan oleh important others harus dilakukan oleh orang tersebut sehubungan dengan perilaku tertentu. Jadi norma subyektif adalah keyakinan konsumen terkait dengan norma-norma yang berhubungan dengan obyek sikap (Suryani, Tatik, 2008) Pengukuran yang digunakan misalnya dengan menggunakan kalimat "Kebanyakan orang yang penting bagi saya berpikir saya harus melakukan perilaku A", atau "Kebanyakan orang yang penting bagi saya berpikir saya tidak boleh melakukan perilaku A". Dua pernyataan ini diukur dalam suatu skala dimana ujung salah satu tidak m e mp e r b o l e h k a n a t a u sa n g a t t i d a k memperbolehkan dan diujung yang lain memperbolehkan atau mengharuskan. N o rm a S u by e kt i f i n i m un c ul d a n dipergunakan sebagai salah satu dasar perilaku, karena perilaku orang atau individu kadang lebih dipengaruhi oleh tekanan dari lingkungan sosial ketimbang oleh sikap pribadi. Setiap individu tentu pernah mengalami suatu situasi dimana dalam mengerjakan sesuatu bukan karena keinginan pribadi, melainkan karena pengaruh sosial. Atas dasar itulah, maka berkaitan dengan norma subyektif dan perilaku khususnya perilaku para pelaku bisnis terhadap perbankan syariah, peneliti menghipotesiskan bahwa : H2 :
Semakin positif norma subjektif seorang konsumen terhadap bank syariah, maka semakin tinggi niat konsumen tersebut untuk menjadi nasabah bank syariah.
Perilaku dan keinginan Untuk Berperilaku Perilaku Konsumen (Consumer Behaviour) terdiri dari semua tindakan konsumen untuk memperoleh, menggunakan dan membuang barang atau jasa. Beberapa perilaku konsumen adalah membeli sebuah produk atau jasa, memberikan informasi dari mulut ke mulut tentang sebuah produk atau jasa kepada orang lain, membuang sebuah produk dan mengumpulkan informasi sebelum melakukan pembelian. Sebelum bertindak seseorang seringkali mengembangkan keinginan berperilaku berdasarkan kemungkinan tindakan yang akan dilakukan. Keinginan Berperilaku (Behaviour Intention) dapat didefinisikan sebagai keinginan konsumen untuk berperilaku menurut cara tertentu dalam rangka memiliki, membuang, dan menggunakan produk atau
ISSN 2088 - 6594
jasa. Perilaku seseorang ini dapat diprediksi dari sikap konsumen. Menurut Dharmesta (1998), sikap konsumen terhadap pembelian produk merupakan prediktor yang baik bagi perilaku pembelian, meskipun prediksi tersebut dilakukan melalui variabel niat (intention). Theory Reasoned Action menggambarkan keterpaduan yang menyeluruh dari komponen sikap dalam struktur yang didisain untuk mengarahkan prediksi dan penjelasan yang lebih baik dari perilaku. Model ini memandang perilaku seseorang sebagai fungsi dari niatnya untuk berperilaku dalam cara tertentu dan variabel penguat lainnya. Bahwa niat seseorang untuk membeli suatu produk (BI) dipengaruhi oleh sikapnya terhadap perilaku atau tindakan pembelian tersebut (AB) dan Norma subyektifnya (SN) dimana persepsi seseorang bahwa orang lain yang penting baginya akan bertindak terhadap perilaku tersebut. Sebagai fungsi model tersebut dinyatakan sebagai berikut :
BI =
(Ab, Sn)
Jelasnya teori Fishbein dan Ajzen meyatakan bahwa sikap dan norma subyektif bersama-sama menentukan niat pembelian terhadap suatu produk. Hubungan ini dijelaskan dalam persamaan sebagai berikut : B ~ BI = w1 (Ab) + w2 (SN) Dimana : B = Perilaku aktual seseorang yang merupakan fungsi BI (tindakan pembelian) BI = Niat berperilaku (Niat untuk melakukan pembelian) ~ = Menunjukkan kedua variabel B dan BI dapat berhubungan Ab = Sikap terhadap perilaku pembelian SN = N orma subyekt if berkai ta n dengan perilaku pembelian w1,w2 = bobot yang menggambarkan pengaruh relatif dari Ab dan SN Sementara sikap individu terhadap perilaku spesifik (Ab) dinyatakan sebagai berikut :
Analisis Sikap Pelaku Bisnis Terhadap Perbankan Syariah Di Kota Surakarta
Ab = ∑bi.ei
65
GRADUASI Vol. 26 Edisi November 2011
ISSN 2088 - 6594
dimana : Ab = Sikap individu terhadap perilaku pembelian b1 = Keyakinan seseorang bahwa jika melakukan perilaku tertentu akan berkonsekuensi tertentu pula. e1 = Evaluasi seseorang t erhadap konsekuensi yang akan ditanggung
nb1
Kemudian komponen norma subyektif dapat dinyatakan sebagai berikut :
Atas dasar itulah, maka kemudian peneliti menghipotesiskan bahwa :
SN =
nbj . mc
Dimana : SN = Norma subyektif individual berkaitan dengan perilaku spesifik
= Keyakinan normatif bahwa kelompok a cu an at au oran g lain yan g dianggap penting berpikir sebaiknya melakukan atau tidak melakukan tindakan tertentu tersebut. mc1 = Motivasi seseorang untuk mematuhi pikiran kelompok acuan yang dianggap penting
H3 : Sikap dan Norma subjektif dari pelaku bisnis bersama-sama berpengaruh terhadap niat menjadi nasabah bank syariah di Kota Surakarta
Kerangka Pemikiran Keyakinan Memilih (bi) Keyakinan bahwa perilaku tertentu, mengh asilkan konsekuesi tertentu pula
Evaluasi (ei) Evaluasi terhadap konsekuensi atas perilaku tertentu
Keyakinan Normatif (NBj) Keyakinan bahwa orang lain berpendapat bahwa saya sebaiknya melakukan perilaku tertentu
Sikap (Ab) Sikap terhadap perilaku pembelian
Niat Berperilaku (BI)/Pengendalia n Perilaku
Perilaku (B) Perilaku Membeli
Norma Subyektif (SN)
Kemauan Menuruti Orang Lain (mcj) Motivasi untuk menuruti orang lain/referen
Gambar 1. Kerangka pemikiran Analisis Prediksi Perilaku Beli
66
Analisis Sikap Pelaku Bisnis Terhadap Perbankan Syariah Di Kota Surakarta
GRADUASI Vol. 26 Edisi November 2011
ISSN 2088 - 6594
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan desain survei yaitu pengumpulan informasi secara sistematik dari responden dengan maksud untuk memahami aspek perilaku dari populasi yang diteliti (Sekaran, 2000) Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah para pelaku bisnis khususnya UKM di Kota Surakarta Sampel Sampel diambil dengan menggunakan metode Non probability sampling, dimana dengan metode ini tidak semua anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian. Jenis Non probability sampling yang digunakan adalah Convenience sampling yaitu mengumpulkan informasi dari anggota populasi yang paling mudah didekati dan didapatkan (Sekaran, 2000). Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah pendugaan harga proporsi dengan rumus :
n = 0,25
[
Z/2α
]2
E
Dimana : E = Deviasi sampling maksimum yang diinginkan peneliti Z = Luas kurva normal standar (dari tabel Z) = Tingkat kesalahan daya yang ditolerir peneliti n = Jumlah sampel Dengan taraf kesalahan dalam pengujian statistik sebesar 5% dan tingkat kesalahan maksimum yang mungkin dialami tidak lebih dari 10%, maka besarnya jumlah sampel dalam penelitian ini adalah :
n = 0,25 x
[
1,96
]2
0,1 n = 96,04 dibulatkan menjadi 100 Dengan demikian jumlah sampel dalam penelitian adalah 100 responden pelaku bisnis.
Teknik Pengumpulan Data Data primer dikumpulkan dengan instrumen berupa kuesioner isian yang bersifat tertutup, dimana responden menjawab pertanyaan dengan memilih alternatif jawaban sesuai dengan pendapatnya. Semua variabel diukur dengan menggunakan Skala Likert (Skala 1 5). Skala Likert (Likert scale) (Sekaran,.2006) didesain untuk menelaah seberapa kuat subyek setuju atau tidak setuju dengan pernyataan pada skala 5 titik dengan susunan : Sangat Setuju Setuju Tidak Berpendapat (Ragu-ragu) Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
= = = = =
5 4 3 2 1
Analisis Data Uji Validitas Uji validitas dilakukan untuk mengetahui alat ukur yang telah disusun memiliki validitas dan hasilnya akan menunjukkan sampai sejauh mana alat ukur benar-benar mengukur terhadap apa yang seharusnya diukur (Masri, 1999) Cara menguji validitas adalah dengan menghitung korelasi atau skor yang diperoleh pada masing-masing item dengan skor totalnya. Skor total ini merupakan hasil yang diperoleh dari hasil penjumlahan semua ietm skor. Korelasi antara skor item dengan skor totalnya dirumuskan sebagai berikut :
Rxy = v
n(Σxy) – (Σ x)( Σ y
(nΣx2 – (Σx)2) (nΣy2 – (Σy2) Dimana : rxy = Koefisien antara masing-masing pertanyaan n = Jumlah responden x = Skor tiap item pertanyaan y = Skor total pertanyaan Angka korelasi yang diperoleh dibandingkan dengan critical value menurut tabel. Taraf signifikansi ditentukan sebesar 5 %, jika korelasi product moment dan tiap item pertanyaan tersebut valid maka memenuhi syarat untuk pengujian selanjutnya. Untuk membantu proses pengerjaan digunakan bantuan sofware SPPS versi 11,5.
Analisis Sikap Pelaku Bisnis Terhadap Perbankan Syariah Di Kota Surakarta
67
GRADUASI Vol. 26 Edisi November 2011
ISSN 2088 - 6594
Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah alat ukur yang menunjukkan sifat suatu alat ukur dalam pengertian apakah suatu alat ukur cukup akurat, stabil atau konsisten dalam mengukur apa yang diukur. Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan alpha cronbach's . Kuesioner dapat dikatakan reliabel jika mempunyai alpha lebih dari 0,5. Adapun rumus Cronbach's alpha adalah sebagai berikut :
r11= dimana : r11 = Σαb2 = αt2 = k =
[
k
][ 1 Σαb2 ]
k-1
αt2
2
Reliabilitas instrumen Jumlah varians butir varians total banyaknya butir pertanyaan
Untuk membantu proses pengerjaan digunakan bantuan sofware SPPS versi 11,5 Uji Regresi Linear Berganda Y = a + b1X1 + b2X2 + e (Djarwanto PS & Pangestu Subagyo, 2000) Dimana : Y = Variabel dependen (Niat beli) a = Konstanta b1, b2 ...bn = Koefisien Regresi X1, X2, ..., Xn = Va r i a b e l I n d e p e n d e n (Sikap, Norma Subyektif) Untuk membantu proses pengerjaan digunakan bantuan sofware SPPS versi 11,5 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Responden dalam penelitian ini adalah para pelaku bisnis yang mempunyai usaha di daerah Surakarta dalam kisaran umur 20 sampai dengan 59 tahun, dimana 45 % berumur 30 -39 tahun. Jumlah ini terdiri dari 59 Laki-laki dan 41 perempuan. Latar belakang pendidikan dari SD sampai dengan Sarjana Strata2 (S2), dimana 46 orang berpendidikan SLTA dan 38 orang S1, 1 orang S2, dan yang lain mulai dari SD, SMP, dan D3. Tingkat penghasilan 56 % berkisar sampai dengan Rp. 5.000.000. Dari sisi perjalanan atau usia bisnis mereka, 38 %
68
baru berjalan 1 s.d 5 tahun, 37 % 6 s.d 10 tahun, 15 % telah dijalani selama 11 s.d 15 tahun dan yang mencapai usia 16 s.d 2o tahun berjumlah 10 orang. PEMBAHASAN Pengukuran Sikap Setelah dilakukan penyebaran kuesioner dan dari isian kuesioner tersebut, akhirnya diperoleh data untuk masing-masing variabel baik Keyakinan, Evaluasi Keyakinan, Keyakinan Normatif, Motivasi Konsumen dan Niat Berperilaku Beli sebagai berikut. Tabel berikut ini menunjukkan Nilai sikap yang diperoleh dari perkalian antara Nilai Keyakinan dengan Evaluasinya : Tabel . Perhitungan Nilai Sikap No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Atribut 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Keyakinan (bi) 3.99 3.89 4.23 4.3 4.27 4.13 4.13 4.08 4.04
Evaluasi Keyakinan (ei) 4.24 4.01 4.18 4.24 4.23 4.09 4.11 4.07 4.1 Total
Sikap ( bi.ei ) 16.92 15.60 17.68 18.23 18.06 16.89 16.97 16.61 16.56 153.53
Untuk mengetahui apakah nilai sikap yang ada termasuk kategori positif, sangat positif, atau kebalikannya (negatif atau sangat negatif), maka perlu dibuat standar nilai untuk Sikap. Untuk menentukan standar tersebut, maka harus diketahui nilai Maksimum dan Minimum yang dapat dicapai oleh masing-masing responden. Berikut ini penghitungan nilai sikap tersebut : Nilai Sikap (AB) maks = maks.skala bi x maks. skala ei x jumlah bi = 5x5x9 = 225 Nilai Sikap (AB) minimum = min.skala bi x min. skala ei x jumlah bi = 1x1x9 = 9 Interval = (Nilai Maksimum – Nilai Minimum)/Jumlah Skala = ( 225 – 9 ) / 5 = 43,2
Analisis Sikap Pelaku Bisnis Terhadap Perbankan Syariah Di Kota Surakarta
GRADUASI Vol. 26 Edisi November 2011
ISSN 2088 - 6594
Batas-batas skala :
Tabel. Skala Nilai Sikap Skala
Keterangan
9,00 - 52,19
Sangat Negatif
52,2 - 95,39 95,4 - 138,59
Negatif Netral Positif
138,60 - 181,79 181,80 - 225,00 Berdasarkan standar nilai tersebut, maka dengan nilai Sikap (AB) sebesar 153.53 berada pada skala sikap Positif, berarti konsumen bersikap positif atau menilai secara positif terhadap perbankan syariah. Atribut mana yang tingkat keyakinan dan evaluasi pelaku bisnis terhadap bank syariah lebih baik atau lebih tinggi adalah sebagai berikut : Keyakinan Untuk keyakinan nilai rata-rata yang paling tinggi ada pada Atribut ke empat yang menunjukkan bahwa atribut yang paling banyak diyakini untuk dipilih pada sebuah bank
Sangat Positif syariah adalah Pelayanan yang ramah. Sedangkan untuk Nilai terendah untuk Keyakinan ada pada atribut kedua yaitu pada keyakinan adanya Keuntungan dengan bagi hasil. Pengukuran Norma Subyektif Keyakinan Normatif Dengan cara yang sama nilai Norma Subyektifpun dapat diperoleh, dengan dasar Nilai Keyakinan Normatif dan Motivasi Konsumen. Hasil perhitungan Norma Subyektif untuk penelitian ini adalah sebagai berikut
Tabel . Perhitungan dan Nilai Norma Subyektif No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Atribut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12L 13 14 15O
Keyakinan Normatif (NBj) 3.73 3.77 3.34 3.66 3.68 3.16 3.64 3.43 3.03 4.07 3.97 3.59 3.64 3.72 3.28
Motivasi Konsumen (MCj) 3.64 3.66 3.26 3.54 3.64 3.19 3.52 3.52 3.13 3.83 3.80 3.49 3.66 3.62 3.27 Total
Analisis Sikap Pelaku Bisnis Terhadap Perbankan Syariah Di Kota Surakarta
Norma Subyektif ( NBj.MCj ) 13.58 13.80 10.89 12.96 13.40 10.08 12.81 12.07 9.48 15.59 15.09 12.53 13.32 13.47 10.73 189.78 69
GRADUASI Vol. 26 Edisi November 2011
ISSN 2088 - 6594
Untuk mengetahui apakah norma subyektif yang ada termasuk kategori sangat positif, positif, atau cenderung negatif atau bahkan sangat negatif, maka nilai norma subyektif ini seperti halnya nilai Sikap harus dilakukan pada standar nilai untuk Norma Subyektif. Dengan cara yang sama, maka dapat dibuat skala Norma subyektif sebagai berikut: Nilai Norma Subyektif (SN) maksimum = maks.skala NBj x maks. skala MCj x jumlah SN = 5 x 5 x 15 = 375
Nilai Norma Subyektif (SN) minimum = min.skala NBj x min. skala MCj x jumlah SN = 1 x 1 x 15 = 15 Interval = (Nilai Maksimum – Nilai Minimum)/Jumlah Skala = ( 375 – 15 ) / 5 = 72 Batas-batas skala
Tabel. Skala Nilai Norma Subyektif Skala 15 - 86,99
Keterangan Sangat Negatif
87 - 158,99
Negatif
159 - 230,99 231 - 302,99
Netral
303 - 375 Berdasarkan standar nilai tersebut, maka dengan nilai Norma Subyektif (SN) sebesar 189,78 berada pada skala Norma Subyektif Netral, kondisi netral mengandung beberapa makna yaitu apakah memang tidak banyak oranhg-orang yang memberikan masukan baik secara langsung atau tidak langsung lewat acara seminar, promosi atau tulisan-tulisan berupa publikasi atau opini dari para tokoh masyarakat khususnya pemuka agama atau pebisnis sukses tentang perbankan syariah dan hal-hal lain yang menyebabkan masyarakat berpikir bahwa orang-orang dan masyarakat di sekitar mereka menyarankan dan mendukung serta satu pemahaman bahwa adalah hal yang baik bahkan menjadi keharusan kalau pada saat sekarang ini sudah mulai saatnya berpikir, berniat dan menyikapi untuk mau menjadi nasabah bank syariah. Hal yang kedua setelah melalui proses evaluasi konsumen atau masyarakat dalam hal ini pelaku bisnis masih melihat bahwa kepercayaan terhadap Bank Syariah masih belum ada karena mereka masih melihat sepertinya tidak ada beda antara bank syariah dengan bank-bank konvensional..
70
Positif Sangat Positif Atribut mana yang Keyakinan Normatif dan Motivasi Konsumen (pelaku bisnis) terhadap bank syariah lebih baik atau lebih tinggi adalah sebagai berikut : Nilai Tertinggi Baik pada Keyakinan Normatif maupun Motivasi Konsumen ada pada Atribut kesepuluh yang menunjukkan adanya keyakinan normatif sekaligus motivasi yang berasal dari para pemuka agama yang berpikir bahwa menjadi nasabah Bank Syariah adalah ide yang bijaksana. Nilai Terendah Adapun Nilai terendah Keyakinan Normatif ada pada atribut kesembilan yaitu keyakinan normatif yang rendah bahwa sebagian besar dari rekan bisnis saya akan berpikir bahwa saya harus menjadi nasabah Bank Syariah, sedangkan untuk Motivasi paling rendah berasal dari dukungan para rekan bisnis.
Analisis Sikap Pelaku Bisnis Terhadap Perbankan Syariah Di Kota Surakarta
GRADUASI Vol. 26 Edisi November 2011
ISSN 2088 - 6594
Tabel Peringkat Keyakinan Normatif berdasarkan Kelompok Referensi No
Atribut
1.
Keluarga
(NBj)
Peringkat
a.
Keluarga dekat saya akan berpikir bahwa menjadi nasabah Bank Syariah adalah ide yang bijaksana
3.73
2
b.
Sebagian besar dari keluarga dekat saya akan berpikir bahwa menjadi nasabah Bank Syariah adalah ide yang bijaksana
3.77
1
a.
Sebagian besar dari keluarga saya akan berpikir bahwa saya harus menjadi nasabah Bank Syariah Teman atau Sahabat
3.34
3
2.
Teman atau Sahabat
a.
Teman-teman atau sahabat saya akan berpikir bahwa menjadi nasabah Bank Syariah adalah ide yang bijaksana
3.66
2
b.
Sebagian besar dari teman-teman atau sahabat saya akan berpikir bahwa menjadi nasabah Bank Syariah adalah ide yang bijaksana
3.68
1
c.
Sebagian besar dari teman-teman atau sahaba saya akan berpikir bahwa saya harus menjadi nasabah Bank Syariah
3.16
3
Rekan bisnis saya akan berpikir bahwa menjadi nasabah Bank Syariah adalah ide yang bijaksana
3.64
1
b.
Sebagian besar dari rekan bisnis saya akan berpikir bahwa menjadi nasabah Bank Syariah adalah ide yang bijaksana
3.43
2
c.
Sebagian besar dari rekan bisnis saya akan berpikir bahwa saya harus menjadi nasabah Bank Syariah Pemuka Agama
3.03
3
a.
Para pemuka agama akan berpikir bahwa menjadi nasabah Bank Syariah adalah ide yang bijaksana
4.07
1
b.
Sebagian besar dari pemuka agama akan berpikir bahwa menjadi nasabah Bank Syariah adalah ide yang bijaksana
3.97
2
c.
Sebagian besar dari pemuka agama akan berpikir bahwa saya harus menjadi nasabah BankSyariah
3.59
3
5.
Orang - Orang Penting
3. a.
4.
Rekan Bisnis
a.
Orang-orang penting dari saya akan berpikir bahwa menjadi nasabah Bank Syariah adalah ide yang bijaksana
3.64
2
b.
Sebagian besar dari orang-orang penting dari saya akan berpikir bahwa menjadi nasabah Bank Syariah adalah ide yang bijaksana
3.72
1
c.
Sebagian besar dari orang-orang penting dari saya akan berpikir bahwa saya harus menjadi nasabah Bank Syariah
3.28
3
Analisis Sikap Pelaku Bisnis Terhadap Perbankan Syariah Di Kota Surakarta
71
GRADUASI Vol. 26 Edisi November 2011
ISSN 2088 - 6594
Tabel . Peringkat Motivasi Konsumen berdasarkan Kelompok Referensi No
Atribut
1.
Keluarga
(NBj)
Peringkat
a.
Keluarga dekat saya akan berpikir bahwa menjadi nasabah Bank Syariah adalah ide yang bijaksana
3.64
2
b.
Sebagian besar dari keluarga dekat saya akan berpikir bahwa menjadi nasabah Bank Syariah adalah ide yang bijaksana
3.66
1
c.
Sebagian besar dari keluarga saya akan berpikir bahwa saya harus menjadi nasabah Bank Syariah
3.26
3
2.
Teman atau Sahabat
a.
Teman-teman atau sahabat saya akan berpikir bahwa menjadi nasabah Bank Syariah adalah ide yang bijaksana
3.54
2
b.
Sebagian besar dari teman-teman atau sahabat saya akan berpikir bahwa menjadi nasabah Bank Syariah adalah ide yang bijaksana
3.64
1
c.
Sebagian besar dari teman-teman atau sahabat saya akan berpikir bahwa saya harus menjadi nasabah Bank Syariah
3.19
3
3.
Rekan Bisnis
a.
Rekan bisnis saya akan berpikir bahwa menjadi nasabah Bank Syariah adalah ide yang bijaksana
3.52
1
b.
Sebagian besar dari rekan bisnis saya akan berpikir bahwa menjadi nasabah Bank Syariah adalah ide yang bijaksana
3.52
2
c.
Sebagian besar dari rekan bisnis saya akan berpikir bahwa saya harus menjadi nasabah Bank Syariah Pemuka Agama
3.13
3
Para pemuka agama akan berpikir bahwa menjadi nasabah Bank Syariah adalah ide yang bijaksana
3.83
1
b.
Sebagian besar dari pemuka agama akan berpikir bahwa menjadi nasabah Bank Syariah adalah ide yang bijaksana
3.8
2
c.
Sebagian besar dari pemuka agama akan berpikir bahwa saya harus menjadi nasabah Bank Syariah
3.49
3
5.
Orang - Orang Penting
4. a.
Pemuka Agama
a.
Orang-orang penting dari saya akan berpikir bahwa menjadi nasabah Bank Syariah adalah ide yang bijaksana
3.66
1
b.
Sebagian besar dari orang-orang penting dari saya akan berpikir bahwa menjadi nasabah Bank Syariah adalah ide yang bijaksana
3.62
2
c.
Sebagian besar dari orang-orang penting dari saya akan berpikir bahwa saya harus menjadi nasabah Bank Syariah
3.27
3
72
Analisis Sikap Pelaku Bisnis Terhadap Perbankan Syariah Di Kota Surakarta
GRADUASI Vol. 26 Edisi November 2011
Dari tabel peringkat di atas yang berdasarkan kelompok referensi mulai dari keluarga, teman atau sahabat, rekan bisnis, pemuka agama dan orang-orang penting lainnya, pendapat bahwa menjadi nasabah bank syariah adalah ide menduduki posisi yang lebih baik (meskipun hanya sebagian dari referens) daripada pendapat yang secara lebih tegas menginginkan atau mengharuskan pelaku bisnis menjadi nasabah Bank Syariah, baik yang berasal dari keluarga, teman atau sahabat, rekan bisnis, pemuka agama maupun orang-orang penting lain dari para pelaku bisnis. Pengukuran Niat Berperilaku Analisis Niat menjadi nasabah dirumuskan dalam model sebagai berikut : B ~ BI = W1 (AB) + W2 (SN) Untuk mendapatkan nilai W1 dan W2 digunakan analisis regresi berganda, dimana rumus regresi berganda adalah : Dan dengan memasukkan nilai-nilai AB dan SN untuk mendapatkan nilai W1 dan W2, akhirnya diperoleh persamaan sebagai berikut : Y = - 1,192 + 0,175X1 + 0,125X2 + e Dimana : Y = Penaksiran Minat Berperilaku (BI) X1 = Sikap Pelaku Bisnis (AB) X2 = Norma Subyektif Pelaku Bisnis (SN) Hasil perhitungan Prediksi Regresi yang diperoleh adalah pada nilai Adjusted R Square diketahui sebesar 0,664 yang berarti Variabel Sik ap da n No rma Suby ekt if mampu menjelaskan atau memberikan kontribusi pada Niat Beli, namun jika melihat hasil Uji F dan Uji t nya, diperoleh nilai yang jauh di atas 0,05 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa Variabel Sikap dan Norma Subyektif baik secara bersama-sama maupun secara nindividu tidak berpengaruh secara signifikan.
ISSN 2088 - 6594
diyakini untuk dipilih pada sebuah bank syariah adalah Pelayanan yang ramah disusul Jaminan keamanan dana simpanan, pelayanan yang mudah dan cepat, lokasi bank aman dan strategis, bangunan kantor representative, serta suasana yang nyaman dan menyenangkan, sedangkan dua atribut yang sangat membedakan dengan bank konvensional yaitu penerapan sistem syariah dan adanya keuntungan bagi hasil. menunjukkan keyakinan yang paling rendah dari para pelaku bisnis. Sedangkan Norma Subyektif (SN) yang ada ternyata berada pada skala Netral, kondisi yang menunjukkan tidak mendukung pendapat dan keberadaan atau keyakinan sekaligus juga tidak menolak terhadap perbankan syariah. Kondisi ini menimbulkan beberapa makna yaitu apakah memang tidak banyak orang-orang yang memberikan masukan tentang perbankan syariah dan hal-hal lain yang menyebabkan masyarakat dalam hal ini pelaku bisnis tersebut berpikir bahwa orang-orang dan masyarakat di sekitar mereka menyarankan dan mendukung sehingga mampu memotivasi mereka untuk menjadi nasabah bank syariah. Jika dilihat pada atribut norma subyektif ini diketahui bahwa Keyakinan Normatif dan Motivasi yang tinggi berasal dari para pemuka agama yang mempunyai pendapat bahwa menjadi nasabah Bank Syariah adalah ide yang bijaksana. Pendapat bahwa menjadi nasabah bank syariah adalah ide yang bijaksana menduduki posisi yang lebih baik (meskipun hanya sebagian dari referens) daripada pendapat yang secara lebih tegas menginginkan atau mengharuskan pelaku bisnis menjadi nasabah Bank Syariah, baik yang berasal dari keluarga, teman atau sahabat, rekan bisnis, pemuka agama maupun orang-orang penting lain dari para pelaku bisnis. Dari prediksi antara variabel independen Sikap dan Norma Subyektif dengan Niat Beli, meskipun nilainya positif namun tidak berpengaruh secara signifikan baik secara bersama-sama maupun secara parsial.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Nilai pelaku Y = Sikap β0 + β1X1 + bisnis β2X2 +dalam … + penelitian βnXn + e ini berada pada skala sikap Positif, berarti konsumen bersikap positif atau menilai secara positif terhadap perbankan syariah. Aspek Sikap tersebut didasarkan oleh Keyakinan yang positif terhadap atibut perbankan syariah, dimana keyakinan yang paling tinggi yang menunjukkan bahwa atribut yang paling banyak
Saran Melihat hasil penelitian, maka peneliti melihat bahwa perlu dilakukan 1) Rancangan strategi baru yang mampu mendongkrak citra dan branding dari bank syariah, 2) Secara periodik perlu dilakukan promosi dan sosialisasi yang lebih gencar kepada masyarakat apalagi pelaku bisnis berkaitan dengan produk-produk dan keunggulan bank syariah
Analisis Sikap Pelaku Bisnis Terhadap Perbankan Syariah Di Kota Surakarta
73
GRADUASI Vol. 26 Edisi November 2011
ISSN 2088 - 6594
REFERENSI : Arikunto, Suharsini, 2002, Prosedur Penelitian, suatu pendekatan praktik, Rineka Cipta, Jakarta Berita Nasional, (2008), 5 Bank Syariah Lahir Tahun 2009, detikfinance.com http://www.republika.co.id/berita/16641.html, 27 Nov 2008, Strategi BI Kembangkan Pasar Perbankan Syariah Buttle, F and Bungkwon Bok, 1996, Hotel Marketing Strategy and The Theory of reasonal Action, International Journal of Contemporary Hospitality Management, MCB University Press Chuzaimah dan Sujadi, 2006, Analisis Hubungan antara Atribut Konsumen dengan Atribut Produk dalam Keputusan Pembelian Buku di Toko Buku Gramedia Surakarta, Benefit Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol. 10 No. 2 (hal 213-225) DHORIFI ZUMAR, 2009, SINERGI PERBANKAN SYARIAH DAN UMKM, SUARA KARYA, 11 MARET 2009. D e f r i Ye n n i , 2 0 0 9 , L e m b a g a K e u a n g a n S y a r i a h D i p r e d i k s i M e n j a m u r, Http//www.google.com/Rubrik Khusus Engel, JF, Roger DB dan Paul WM, 1994, Perilaku Konsumen, Binarupa Aksara, Jakarta I Wayan Muka, Adnyana Putera dan Gede AD, 2006, Analisis Sikap dan Perilaku Konsumen Dalam Memilih Rumah Sederhana Sehat (RSH) Pada PT.Bali Kharisma Pratama Kabhupaten Badung Bali, Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol.10. Kotler,Philip dan AB.Susanto, 1999, Manajemen Pemasaran Di Indonesia, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.. Malhotra, NK and J.Daniel McCort, 2001, A Cross-cultural Comparison of behavioural intention models, Theoritical consideration and an empirical investigation, International Marketiong Review, Vol 18 No.3, MCB University Press Mowen, JC and Michael Minor, 2002, Perilaku Konsumen, PT.Penerbit Erlangga Mu'allim, 2004, Persepsi Masyarakat Terhadap Lembaga Keuangan Syari'ah, MSI-UII.Net. Muhammad, 2002, Manajemen Bank Syari'ah, UPPAMP YKPN, Yogyakarta. Sekaran, Uma, 2006,. Research Methods For Business, Metodologi Penelitian untuk Bisnis, Penerbit Salemba Empat, Jakarta Suprapti, Ni Wayan Sri, 2010, Perilaku Konsumen, Pemahaman Dasar dan Aplikasinya Dalam Strategi Pemasaran, Udayana University Press. Suryani, Tatik, 2008, Perilaku Konsumen, Implikasi pada Strategi Pemasaran, Graha Ilmu, Yogyakarta. Thompsonm KE and Paris Panayiotopoulus, 1999, Predicting Behaviour Intention in A Small Business Context, Journal of Marketing Practice Applied Marketing Science Vol 5 No. 3, MCB University Press
74
Analisis Sikap Pelaku Bisnis Terhadap Perbankan Syariah Di Kota Surakarta