Pengaruh Sikap, Norma Subjektif, dan Perceived Behavior Control Terhadap Intensi Untuk Bekerja Di Perbankan Syariah Nur Atikah, Imam Salehudin 1.
Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Jl. Prof. Sumitro Djojohadikusumo, Depok, 16424 Email :
[email protected]
Abstrak Indonesia memiliki prospek yang baik dari segi potensi dan kondusivitas yang dimiliki dalam pengembangan industri keuangan syariah. Sebagai bagian dari industri tersebut, perbankan syariah juga berkembang pesat. Akan tetapi, perbankan syariah menghadapi berbagai tantangan, salah satunya yang krusial adalah kurangnya SDM baik secara kuantitas maupun kualitas dalam setiap level (menengah, atas, dan bawah). Skripsi ini bertujuan mencaritahu pengaruh sikap, norma subjektif, dan perceived behavior control seseorang terhadap intensi orang tersebut untuk bekerja di perbankan syariah. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang menggunakan structural equation modelling (SEM). Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat akhir yang berminat untuk bekerja di perbankan syariah setelah lulus kuliah, baik D3 maupun S1. Dalam penelitian ini, secara statistik, tidak ditemukan bukti bahwa sikap seseorang terhadap perilaku bekerja di perbankan syariah berpengaruh terhadap intensi orang tersebut untuk bekerja di perbankan syariah. Sedangkan, norma subjektif dan perceived behavior control berpengaruh terhadap intensi untuk bekerja di perbankan syariah. Dengan demikian, diantara dua faktor yang berpegaruh terhadap intensi untuk bekerja di perbankan syariah, secara statistik, perceived behavior control memiliki pengaruh terbesar terhadap intensi. Oleh karena itu, intervensi terhadap perceived behaviour control perlu dilakukan untuk dapat meningkatkan intensi untuk bekerja di perbankan syariah.
The Impact of Attitudes, Subjective Norms, and Perceived Behavior Control to the Intention of Working in Sharia Banking Abstract Indonesia has good prospects in terms of potency and conduciveness for sharia finance industry to be developed. As part of the industry, sharia banking is also growing rapidly. However, sharia banking faces many challenges, the crucial one is the lack of human resources both in quantity and quality in any level (middle, top, and bottom). The focus of this study is to examine the impact of attitudes, subjective norms, and perceived behavior control to the intention for working in sharia banking. This is a quantitative research that using structural equation modelling (SEM). This research involves final year undergraduate students that willing for working in sharia banking after graduated, as respondents. In this research, the hypothesis that states ‘attitudes toward working in sharia banking have significant impact to the intention for working in sharia banking’, is not proven statistically. On the other hand, the other factors, subjective norms and perceived behavior control, are proven statistically have significant impact to the intention for working in sharia banking. Furthermore, perceived behaviour control has the biggest impact to the intention. Intervention to the perceived behaviour control variable is a must for making improvement of intention for working in sharia banking sector. Key words: attitudes; intention; perceived behavior control; subjective norms
Pendahuluan
Pengaruh Sikap..., Nur Atikah, FE UI, 2014
Indonesia dengan jumlah penduduk terbanyak di Asia Tenggara adalah pasar potensial yang menjadi incaran banyak negara. Sektor jasa seperti jasa keuangan syariah pun tidak luput dari incaran terlebih dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia dan adanya peningkatan sovereign credit rating Indonesia menjadi investment grade. Bahkan, Global Islamic Financial Report (GIFR) 2011 menempatan Indonesia pada peringkat keempat berdasarkan potensi yang dimiliki dan kondusivitas dalam pengembangan industri keuangan syariah(Alamsyah, 2012). Industri Perbankan Syariah yang merupakan bagian dari Industri Keuangan Syariah, mencakup Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah. Hal ini berdasarkan pada definisi perbankan syariah dan bank syariah sebagai berikut : “Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya” (Sekretariat Negara RI, 2008, p.2), dimana, menurut UU Republik Indonesia nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah, “Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah”(p.3). Dengan demikian, Industri Perbankan Syariah mencakup Bank Syariah yang terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah serta Unit Usaha Syariah. Dalam 10 tahun terakhir, rata-rata pertumbuhan perbankan syariah Indonesia 35% sedangkan 78 negara lainnya rata-rata pertumbuhannya hanya sampai 17%.Bahkan, pertumbuhan ratarata perbankan syariah Indonesia pada 2007 hingga 2011 jauh melebihi rata-rata pertumbuhan perbankan nasional per tahun. Pertumbuhan rata- rata perbankan syariah pada tahun 2007 hingga 2011 sebesar 40,2 % sedangkan pertumbuhan rata-rata perbankan nasional hanya 16,7% (Alamsyah, 2012). Perkembangan perbankan syariah Indonesia juga dapat dilihat dari perkembangan kelembagaan dan jaringan kantor perbankan syariah dari tahun ke tahun. Sejak awal maret hingga akhir tahun 2012 saja, total jaringan kantor bank syariah sudah bertambah 283 kantor dari sebelumnya 2.380 menjadi 2.663 jaringan kantor. Jumlah BPRS pun bertambah bertambah 3 dari sebelumnya 155 menjadi 158 BPRS. Berdasarkan laporan perkembangan perbankan syariah 2012, penambahan jumlah BPRS tersebut terjadi karena dikeluarkannya 3 izin pendirian BPRS baru, 1 izin konversi dari BPR konvensional menjadi BPRS, dan pencabutan izin usaha 1 BPRS .
Pengaruh Sikap..., Nur Atikah, FE UI, 2014
Strategi yang tepat juga dapat semakin meningkatkan performa perbankan syariah. Strategi edukasi dan sosialisasi yang ditempuh Bank Indonesia bersama dengan industri perbankan syariah dalam bentuk iB campaign, berhasil meningkatkan market share perbankan syariah menjadi ± 4,3%(Bank Indonesia, 2013). Market share perbankan syariah dalam 10 tahun ke depan diperkirakan dapat mencapai 15%-20% jika pertumbuhan perbankan syariah dapat dipertahankan(Alamsyah, 2012). Perkembangan industri perbankan syariah Indonesia yang cemerlang, bukan tanpa hambatan. Salah satu masalah yang krusial adalah kurangnya SDM baik secara kuantitas maupun kualitas dalam setiap level (menengah, atas, dan bawah). Dalam tulisannya yang berjudul “Perkembangan dan Prospek Perbankan Syariah Indonesia: Tantangan Dalam Menyongsong MEA 2015,” Alamsyah (2012), Deputi Gubernur Bank Indonesia, menyatakan bahwa pemenuhan SDM baik dari segi kuantitas maupun kualitas merupakan tantangan bagi perbankan syariah Indonesia yang harus segera diselesaikan. Ketersediaan SDM khususnya yang paham dengan ekonomi syariah tidak sebanding dengan tingginya pertumbuhan perbankan syariah. Hal ini memaksa beberapa bank syariah untuk mentransfer pegawai baik dari bank konvensional maupun bank syariah lainnya. Langkah instan tersebut dapat berdampak pada ketidakpuasan nasabah bank syariah karena para pegawai tersebut terbiasa dengan pola pikir bank konvensional sehingga tidak bisa menjelaskan prinsip-prinsip ekonomi syariah dengan baik (Asnaini, 2008). Sumber daya manusia sangat penting dalam setiap lini kehidupan begitupun halnya dalam industri perbankan syariah. Gustiawan (2011) menyatakan bahwa “sumber daya manusia inilah yang akan memberi makna pada ekonomi syariah dengan komitmen dan konsistensi mengaplikasikan konsep ekonomi islam dalam keseharian. Merekalah—dengan membumikan ekonomi syariah— yang dapat membawa kesejahteraan bagi masyarakat”(Munthe, 2012, p.11). Hal tersebut senada dengan yang dilaporkan salah satu perusahaan konsultan manajemen terbesar dunia, AT Kearney, bahwa keterbatasan SDM berkualitas di sektor perbankan syariah akanmenjadi kendala terbesar dalam pengembangan industri tersebut (Kholis, 2008). Untuk itu, penulis ingin mengetahui intensi seseorang untuk bekerja di sektor perbankan syariah dengan memerhatikan variabel sikap, norma subjektif, dan perceived behavior control. Tiga variabel tersebut dipilih karena berdasarkan teori perilaku terencana, variabel-
Pengaruh Sikap..., Nur Atikah, FE UI, 2014
variabel tersebut berpengaruh terhadap intensi. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat akhir yang berminat untuk bekerja di sektor perbankan setelah lulus kuliah. Pembatasan subjek penelitian hanya pada mahasiswa tingkat akhir karena mereka dimaksudkan untuk mengurangi bias karena dalam pengukuran intensi, dimensi waktu sangat berperan. Pembatasan subjek penelitian hanya pada mereka yang beminat bekerja di sektor perbankan karena minat merupakan salah satu faktor yang memengaruhi pilihan karir dan prestasi kerja seseorang.
Tinjauan Teoritis Teori perilaku terencana adalah teori psikologi terapan yang dikemukakan oleh Icak Ajzen dan Martin Fishbein yang merupakan pengembangan dari teori sejenis yakni teori tindakan beralasan yang dikemukakan oleh keduanya dimana pada teori perilaku terencana dimunculkan satu determinan baru yang tidak ada pada teori tindakan beralasan yakni determinan perceived behavior control. (Ajzen,1991). Determinan
tersebut yang
membedakan kedua teori tersebut yang selanjutnya berimplikasi terhadap ketepatan pengukuran intensi perilaku. Teori perilaku terencana
banyak digunakan untuk meramalkan perilaku dan pengaruh-
pengaruh dari faktor motivasional terhadap perilaku dimana kendali untuk menampilkan atau tidak menampilkan suatu perilaku yang tidak sepenuhnya dimiliki oleh individu (Ajzen, 1991). Ajzen dan Fishbein (1975) menyatakan bahwa intensi berperilaku adalah probabilitas subyektif seseorang bahwa orang tersebut akan melakukan suatu perilaku tertentu (Mulya, 2009, p. 8). Pengukuran intensi dapat digolongan dalam pengukuran beliefs yang terdiri atas pengukuran konteks dan skala kekuatannya. Menurut Ajzen (1991), intensi untuk berperilaku dipengaruhi oleh sikap, norma subjektif, dan perceived behavior control. Sikap, norma subjektif, dan perceived behavior control disinyalir dipengaruhi pula oleh faktor-faktor lainnya sebagai background factor yang dapat dikelompokkan menjadi tiga yakni faktor-faktor personal yang meliputi sikap secara umum dan kepribadian, faktor-faktor sosial yang diantaranya meliputi usia, agama, dan ras, serta faktor-faktor informasi yang diantaranya meliputi pengalaman dan pengetahuan.
Pengaruh Sikap..., Nur Atikah, FE UI, 2014
Dalam teori tindakan beralasan maupun dalam teori perilaku terencana, Ajzen dan Fishbein menyatakan bahwa sikap merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang mewujudkan atau tidak mewujudkan suatu tindakan atau perilaku tertentu. Ajzen (2005) menyatakan bahwa“Attitude is a disposition to respond favorably or unfavorably to an object, person, institution, or event.” (Mulya, 2009, p. 15). Dengan demikian, sikap dapat diartikan sebagai penilaian suka atau tidaknya seseorang terhadap objek, orang, institusi, ataupun peristiwa tertentu. Sikap terhadap perilaku adalah sikap seseorang untuk menampilkan perilaku tertentu dimana seseorang bisa memiliki kecenderungan positif ataupun negatif terhadapnya. Sikap untuk menampilkan perilaku tertentu merupakan imbas dari keyakinan seseorang mengenai konsekuensi dari suatu perilaku tertentu dan penilaiannya terhadap konsekuensi tersebut (Alam, Janor, Zanariah, Che Wel, & Ahsan, 2012). Ajzen dan Fishbein (1988) menyatakan bahwa jika seseorang mempersepsikan konsekuensi dari menampilkan suatu perilaku tertentu adalah positif, ia akan memiliki sikap positif terhadap perilaku tersebut dan jika seseorang mempersepsikan konsekuensi dari menampilkan suatu perilaku adalah negatif, orang tersebut akan memiliki sikap negatif terhadap perilaku tersebut (Respati, 2011, p. 126). Norma subjektif adalah persepsi seseorang terhadap penilaian ataupun pendapat orang lain di sekitarnya mengenai suatu hal, dalam hal ini adalah perilaku tertentu, yang mendorong seseorang yang memiliki persepsi untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu (Respati, 2011). Kreitner dan Kinicki (2005) menyatakan bahwa norma-norma subjektif merupakan persepsi seseorang mengenai pendapat orang lain ataupun kelompok tertentu mengenai kelayakan untuk dilakukan atau tidaknya suatu perilaku (Respati, 2011, p. 127). Jika orang-orang lain yang relevan atau dianggap penting memandang bahwa menampilkan perilaku tertentu sebagai sesuatu yang positif dan seseorang tersebut termotivasi untuk memenuhi harapan orang-orang lain yang relevan tersebut, hal itulah yang disebut dengan norma subjektif yang positif. Ajzen (1988, 1991) mengartikan perceived behavior control (PBC) sebagai persepsi seseorang mengenai seberapa mudah orang tersebut untuk melakukan perilaku tertentu
Pengaruh Sikap..., Nur Atikah, FE UI, 2014
dengan menimbang peluang dan rintangan yang akan dihadapi (Respati, 2011, p. 127; Ajzen, 1991, p. 183). Berbeda dengan norma subjektif, PBC bertumpu pada pesepsi dan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri mengenai seberapa besar kontrol yang dimiliki untuk dapat mengendalikan perilaku tertentu. Jika seseorang memiliki control beliefs yang kuat mengenai faktor-faktor yang ada yang akan memfasilitasi suatu perilaku, maka seseorang tersebut memiliki persepsi yang tinggi untuk mampu mengendalikan suatu perilaku (Ajzen,1991). Sebaliknya, seseorang memiliki persepsi yang rendah dalam mengendalikan suatu perilaku jika ia memiliki control beliefs yang kuat mengenai faktor-faktor yang menghambat ditampilkan suatu perilaku (Ajzen, 1991).
Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan intensi untuk bekerja di perbankan syariah sebagai variabel terikat sedangkan sikap, norma subjektif, dan perceived behavior control sebagai variabel bebas. Penelitan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat yakni pengaruh sikap, norma subjektif, perceived behavior control terhadap intensi untuk bekerja di perbankan syariah. Dalam penelitian ini, kriteria subjek penelitian adalah sebagai berikut : 1.
Mahasiswa Tingkat Akhir Dalam penelitian ini, subjek penelitian dibatasi hanya pada mahasiswa tingkat akhir karena dalam hal pengukuran intensi untuk menampilkan suatu perilaku tertentu, faktor waktu menjadi penting diperhatikan untuk mengurangi bias dari hasil pengukuran dengan kondisi sebenarnya di kemudian hari. Semakin jauh jarak antara waktu pengukuran dengan dimensi waktu dari intensi yang diukur, maka hasil pengukuran tersebut menjadi relatif semakin bias. Selain itu, mahasiswa secara umum, dilihat dari usia, telah memasuki fase realistik dalam tahap pilihan dan perkembangan karirnya. Lebih khusus, mahasiswa tingkat akhir dijadikan sebagai salah satu kriteria dari subjek penelitian karena mereka memiliki kecenderungan sudah memiliki pemikiran mengenai perencanaan karir yang lebih matang dibandingkan dengan mahasiswa tingkat awal.
Pengaruh Sikap..., Nur Atikah, FE UI, 2014
2.
Memiliki Minat untuk Bekerja di Sektor Perbankan setelah lulus kuliah Minat adalah sesuatu yang penting dalam menentukan keberhasilan seseorang melakukan sesuatu, oleh karena itu, minat untuk bekerja di sektor perbankan dijadikan syarat bagi responden penelitian. Minat ini juga dilekatkankan dimensi waktu dengan alasan yang senada dengan alasan penentuan kriteria sebelumnya sebagaimana dijelaskan di atas.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer. Data diperoleh dengan menggunakan alat ukur berupa kuesioner penelitian yang berisi pernyataan-pernyataan yang dapat mengukur semua variabel baik variabel bebas maupun variabel terikat dalam penelitian ini. Pernyataan disusun menjadi beberapa bagian. Bagian mengenai profil responden juga disertakan dalam kuesioner tersebut. Kemudian, draft kuesioner diujicobakan dengan sampel sebanyak 30 orang. Data yang diperoleh dari uji coba ini, digunakan untuk mengukur reliabilitas dan validitas dari alat ukur yang digunakan. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa alat ukur yang digunakan benar-benar dapat mengukur apa yang hendak diukur dalam penelitian ini. Data primer yang diperoleh diolah dengan menggunakan program SPSS untuk melihat hubungan antarvariabel dan signifikansinya. Setelah data dari 30 resonden diperoleh, data tersebut digunakan untuk melakukan uji reliabilitas dan validitas terhadap alat ukur yang digunakan. Uji reliabilitas menggunakan alpha cronbach. Setelah itu, dari data yang sama, uji validitas item pertanyaan dilakukan untuk melihat item mana saja yang valid dan item mana saja yang tidak valid. Dalam hal ini, uji validitas dilakukan dengan menggunakan analisa faktor menggunakan SPSS. Dari hasil uji reliabilitas dan validitas, kita dapat mengetahui item pertanyaan mana saja dari setiap variabel yang reliabilitasnya tinggi dan valid sehingga dapat dipertahankan dan item pertanyaan mana saja yang reliabilitasnya rendah dan ataupun tidak valid sehingga harus dihilangkan. Setelah item analisis dilakukan, item yang tidak reliabel dapat dikeluarkan dari perhitungan. Setelah itu dilakukan pengukuran ulang terhadap reliabilitas variabel. Nilai alpha akan lebih tinggi daripada sebelumnya. Setelah seluruh item yang tidak valid dan tidak reliabel dikeluarkan dari kuesioner, kuesioner tersebut sudah dapat disebarluaskan lebih lanjut. Penyebaran kuesioner dilakukan secara online dan offline. Penyebaran kuesioner online dilakukan dengan terlebih dahulu membuat
Pengaruh Sikap..., Nur Atikah, FE UI, 2014
kuesioner online dan menyebarkan link kuesioner tersebut melalui beberapa chat application dan jejaring sosial. Sedangkan, penyebaran kuesioner secara offline ke beberapa mahasiswa dengan memberikan kuesioner secara langsung kepada responden ataupun melalui beberapa teman di universitas di Jawa dan luar Jawa. Setelah itu, peneliti menghimpun data yang terkumpul secara offline dan menggabungkannya dengan data online untuk kemudian dikodekan dengan angka sehingga data tersebut dapat diproses dengan menggunakan structural equation modeling (SEM). “As general rule, the more favorable the attitude and subjective norm and the greater perceived behavior control, the stronger should be the person’s intention to perform the behavior in question” (Ajzen, 2006a, 2006b). Dari pernyataan tersebut, diturunkanlah hipotesis penelitian sebagai berikut : 1.
Variabel sikap terhadap bekerja di perbankan syariah memiliki pengaruh signifikan yang positif terhadap intensi untuk bekerja di perbankan syariah.
Variabel sikap yang dimaksud adalah sikap seseorang untuk menampilkan perilaku bekerja di perbankan syariah sebagai imbas dari keyakinan orang tersebut mengenai konsekuensi dari bekerja di perbankan syariah dan penilaiannya terhadap konsekuensi tersebut. 2.
Variabel norma subjektif terhadap bekerja di perbankan syariah memiliki pengaruh signifikan yang positif terhadap intensi untuk bekerja di perbankan syariah.
Variabel norma subjektif yang dimaksud adalah persepsi seseorang terhada
p penilaian
orang lain yang relevan bagi dirinya terhadap perilaku bekerja di perbankan syariah yang mendorong orang tersebut untuk bekerja ataupun tidak bekerja di perbankan syariah. 3.
Variabel perceived behavior control (PBC) seseorang untuk bekerja di perbankan syariah memiliki pengaruh signifikan yang positif terhadap intensi untuk bekerja di perbankan syariah.
Variabel perceived behavior control yang dimaksud adalah keyakinan seseorang bahwa orang tersebut mampu untuk bekerja dengan baik di perbankan syariah dengan mempertimbangakan ada tidaknya sumber dan kesempatan serta rintangan dan halangan untuk melakukan perilaku tertentu.
Pengaruh Sikap..., Nur Atikah, FE UI, 2014
Hasil Penelitian Total kuesioner yang diisi dan terkumpul baik secara online maupun offline ada 154 kuesioner. Dari 154 kuesioner tersebut, peneliti menyaring data mana saja yang memenuhi kriteria untuk dapat dipisahkan dengan yang tidak memenuhi kriteria. Data yang memenuhi kriteria untuk diproses lagi berjumlah 109. Tabel 1. Data Demografi Sampel
No 1
Kategori Jenis Kelamin
Klasifikasi
Jurusan
74
67.89
Laki-laki
35
32.11
109
100.00
9
8.26
10
9.17
Manajemen Perbankan Syariah
4
3.67
Ekonomi dan Administrasi
4
3.67
Ekonomi Syariah
5
4.59
Perbankan Syariah
llmu Ekonomi Manajemen
57
52.29
Bisnis Manajemen Islam
1
0.92
Pemasaran Syariah
1
0.92
Sastra Arab
1
0.92
Sastra Indonesia
1
0.92
Administrasi Niaga
4
3.67
Psikologi
1
0.92
Akuntansi
10
9.17
Agama Islam
1
0.92
109
100.00
28
25.69
STEI SEBI
4
3.67
Perbanas
1
0.92
UNJ
4
3.67
UPI YAI
1
0.92
UIJ
1
0.92
Undip
1
0.92
STEI Dwi Sakti
1
0.92
IPB
5
4.59
UIN Jakarta
5
4.59
Unpad
1
0.92
Unhas
1
0.92
54
49.54
2
1.83
109
100.00
Total 3
Institusi
Persentase
Perempuan Total
2
Jumlah
UI
IAIN Raden Fatah Palembang STEI Tazkia Total
Pengaruh Sikap..., Nur Atikah, FE UI, 2014
Mayoritas sampel dalam penelitian ini adalah perempuan, hampir 68%, lebih dari separuh jumlah sample penelitian. Jurusan kuliah dan asal institusi pendidikannya pun beraneka ragam. Akan tetapi, sebagian besar sampel meskipun dengan jurusan beragam, berasal dari fakultas yang sama, yakni fakultas ekonomi, atau di beberapa institusi pendidikan disebut fakultas ekonomi dan bisnis. Sampel terbanyak berasal dari jurusan perbankan syariah (57 sampel) dan institusi yang menyumbangkan sample terbanyak adalah IAIN Raden Fatah Palembang (54 sampel). Keduanya memiliki keterkaitan karena seluruh responden yang berasal dari IAIN Raden Fatah Palembang, jurusan kulianya adalah perbankan syariah. Sehingga, hampir seluruh sampel dengan jurusan kuliah perbankan syariah berasal dari IAIN Raden Fatah Palembang (54 dari 57 sample) atau secara keseluruhan hampir separuh dari total sample (49.54%). Tabel 2. Grand Mean
Variabel Sikap
Norma Subjektif
PBC
Indikator
Mean
Grand Mean
SQ1
5.305614
5.106557
SQ2
3.870297
SQ3
5.111186
SQ4
5.092669
SQ5
4.666779
SQ6
4.676122
SQ7
5.379766
SQ8
5.481525
SQ9
5.759364
SQ10
5.722246
NQ1
5.66055
NQ2
5.522936
NQ3
4.394495
NQ4
5.12844
NQ5
4.357798
NQ6
4.587156
NQ9
4.458716
NQ10
4.926606
PQ1
5.46789
PQ2
6.082569
PQ3
5.522936
PQ4
5.59633
PQ5
5.605505
PQ7
4.963303
PQ9
5.440367
PQ10
5.733945
4.879587
5.551606
Pengaruh Sikap..., Nur Atikah, FE UI, 2014
Tabel 4. 3. Grand Mean (sambungan) Variabel Intensi
Indikator
Mean
Grand Mean
IQ1
5.889908
IQ2
5.688073
IQ3
5
IQ4
5.211009
IQ5
5.33945
IQ6
4.587156
IQ7
5.431193
IQ8
5.394495
IQ9
4.495413
IQ10
5.229358
5.226606
Skala pengukuran yang digunakan untuk mengukur variabel dependen dan variabel independen dalam penelitian ini adalah skala likert 1 (sangat tidak setuju) sampai dengan 7 (sangat setuju). Dengan demikian, nilai tengah untuk pengukuran dalam penelitian ini adalah 4. Perhitungan rerata hitung (mean) dari tiap-tiap indikator menunjukkan angka di atas 4 yang menandakan bahwa nilai rerata tiap indikatornya tinggi karena lebih besar dari nilai tengah skala pengukurannya (>4). Begitu pun dengan rerata dari rerata tiap indikator (grand mean) pada masing-masing variabel laten, nilainya menunjukkan angka di atas 4. Variabel sikap terdiri atas 10 item pernyataan sebagai indikator pengukuran sikap. Hasil uji reliabilitas dengan alpha cronbach menunjukkan bahwa variabel sikap memiliki reliabilitas yang tinggi dengan nilai lebih dari 0.8 (0.855). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa alat ukur variabel sikap, konsisten secara internal. Dari 10 item pernyataan yang dimasukkan pada kelompok pernyataan variabel norma subjektif, satu item yakni item nomor 7, dikeluarkan dari perhitungan reliabilitas sehingga jumlah item menjadi 9 karena item ini berupa pernyataan saringan untuk mengetahui apakah responden membaca dan menjawab dengan seksama atau tidak. Hasil uji reliabilitas dengan alpha cronbach menunjukkan bahwa variabel norma subjektif memiliki reliabilitas yang tinggi dengan nilai lebih dari 0.8 (0.891). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa alat ukur variabel norma subjektif, konsisten secara internal. Variabel perceived behavior control (PBC) terdiri atas 10 item pernyataan yang digunakan sebagai indikator pengukuran. Hasil uji reliabilitas keseluruhan item tersebut dengan alpha
Pengaruh Sikap..., Nur Atikah, FE UI, 2014
cronbach menunjukkan bahwa variabel perceived behavior control (PBC)
memiliki
reliabilitas yang mencukupi yakni lebih dari 0.7 (0.791). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa alat ukur variabel perceived behavior control, konsisten secara internal. Variabel intensi terdiri atas 10 item pernyataan yang digunakan sebagai indikator pengukuran intensi. Hasil uji reliabilitas dengan alpha cronbach terhadap varibel ini menunjukkan bahwa variabel intensi memiliki reliabilitas yang tinggi dengan nilai lebih dari 0.8 (0.906). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa alat ukur variabel intensi ini konsisten secara internal. Uji validlitas alat ukur ini dilakukan dengan sampel sebanyak 30 untuk menguji apakah variabel-variabel yang diobservasi valid atau tidak dengan melihat nilai component matriks masing-masing item pertanyaan yang dihasilkan dari ekstaksi menggunakan SPSS dengan metode principal component analysis. Indikator yang nilainya kurang dari 0.5akan dikeluarkan dari proses selanjutnya. Berikut ini adalah gambar model penelitian ini.
Gambar 4.7. Model Penelitian Anak panah dari variabel independen Sikap Snorms dan PBC yang mengarah ke variabel terikat Intensi pada gambar 4.7 menunjukkan hubungan kausalitas variabel-variabel tersebut dimana angka pada anak panahnya menunjukkan besaran t-value. Persamaan struktural model ini adalah sebagai berikut : Intensi = - 0.068*Sikap + 0.28*Snorms + 0.96*PBC, Errorvar.= 1.00, R² = 0.55 (0.18)
(0.15)
(0.23)
-0.38
1.90
4.18
Pengaruh Sikap..., Nur Atikah, FE UI, 2014
Pembahasan Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mencari tahu pengaruh dari sikap, norma subjektif, dan perceived behavior control terhadap intensi untuk bekerja di perbankan Syariah dimana dari temuan mengenai hal tersebut, dapat diambil kesimpulan faktor apa yang paling berpengaruh dan dapat diintervensi dalam hal menarik minat calon pekerja potensial untuk bekerja di Perbankan Syariah. Sikap berhubungan negatif terhadap intensi sebesar - 0.068. Variabel sikap memiliki t-value
sebesar -0.38 yang menunjukkan bahwa variabel tidak signifikan karena kurang dari 1.98. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada penelitian ini tidak ditemukan bukti bahwa sikap seseorang terhadap perbankan syariah berpengaruh positif terhadap intensi orang tersebut untuk bekerja di perbankan syariah. Temuan tersebut senada dengan penelitian yang dilakukan oleh LaPiere (1934) dimana dalam penelitiannya, peneliti mendatangi 251 hotel dan restaurant di Amerika untuk mencaritahu sikap para manajer terhadap warga keturunan cina (Holdershaw & Gendall, 2008). Dari 251 hotel dan restoran yang dikunjungi, hanya satu yang menolak. Dia pun mengirimi masingmasing tempat yang dikunjungi tersebut pertanyaan untuk mengukur sikap mereka terhadap warga keturunan cina yang berkunjung ke tempat mereka. Nyatanya, sikap mereka bertolak belakang dari perilaku mereka, 90% dari 118 responden, menjawab akan menolak warga keturunan cina yang datang ke tempat mereka sedangkan kenyataannya sebaliknya (Holdershaw & Gendall, 2008). Temuan ini menunjukkan bahwa ada faktor lain yang bagi banyak orang dan pada konteks tertentu lebih besar pengaruhnya terhadap perilaku dibandingkan dengan sikap pribadi individu. Hal tersebut juga senada dengan kesimpulan yang dibuat oleh Wicker (1969) pada review-nya terhadap 47 studi empriris mengenai sikap dan perilaku, bahwa : It is considerably more likely that attitudes will be unrelated or only
slightly related to
overt behaviours than that attitudes will be closely related to actions. (Holdershaw & Gendall, 2008, p. 2) Selain itu, untuk dapat menjadi prediktor yang baik, pengukuran sikap harus memenuhi dua syarat yaitu aggregation dan compatibility. Pengukuran sikap harus memenuhi syarat aggregation berarti pengukurannya harus menyeluruh dengan menggunakan multiitem.
Pengaruh Sikap..., Nur Atikah, FE UI, 2014
Sedangkan, pengukuran sikap harus memenuhi syarat compatibility berarti pengukuran harus sesuai dengan cakupan pengukuran perilaku yang hendak diukur (Ajzen,1991). Dalam penelitian ini, pengukuran sikap sudah memenuhi syarat compatibility dimana sikap yang diukur memiliki cakupan yang sama dengan intensi yang juga hendak diukur yaitu sikap untuk bekerja di perbankan syariah dan intensi untuk bekerja di perbankan syariah. Item sikap yang hasil pengukuran dimasukkan dalam pengolahan adalah SQ6, SQ7, SQ8, dan SQ10. Masing-masing berbunyi sebagai berikut, bekerja di perbankan syariah lebih prospektif (SQ6), bekerja di sektor perbankan syariah lebih baik daripada bekerja di perbankan konvensional (SQ7), bekerja di sektor perbankan syariah menarik (SQ8), dan bekerja di sektor perbankan syariah berkontribusi pada peningkatan perekonomian nasional (SQ10). Rerata dari tiap indikator tersebut di atas melebihi nilai mediannya. Dengan kata lain, responden merespon positif terhadap pernyataan-pernyataan yang dijadikan sebagai indikator sikap tersebut. Meskipun demikian, penelitian ini tidak menemukan bukti bahwa sikap terhadap perilaku bekerja di perbankan syariah mempengaruhi intensi untuk bekerja di perbankan syariah. Sikap seseorang terhadap perilaku tertentu dapat bertentangan jika orang tersebut berkeyakinan bahwa menampilkan perilaku tersebut menghasilkan konsekuensi positif dan juga negatif. Dalam penelitian ini, indikator-indikator variabel sikap terdiri dari pernyataanpernyataan positif mengenai perilaku bekerja di sektor perbankan syariah. Tidak adanya pernyataan negatif sebagai indikator variabel sikap disinyalir merupakan sebab tidak ditemukannya bukti sikap terhadap perilaku bekerja di perbankan syariah mempengaruhi intensi untuk bekerja di perbankan syariah karena bisa jadi responden dalam penelitian ini meyakini bahwa bekerja di perbankan syariah menghasilkan konsekuensi negatif lebih besar dibandingkan dengan konsekuensi positif yang dihasilkannya sedangkan keyakinan akan adanya konsekuensi negatif tersebut tidak dimunculkan sebagai indikator dalam penelitian. Dengan kata lain, pengukuran sikap dalam penelitian ini belum memenuhi syarat aggregation. Norma subjektif berhubungan positif terhadap intensi sebesar 0.28. Variabel norma subjektif memiliki t-value sebesar 1.90 yang menunjukkan bahwa variabel tidak signifikan jika arah hubungan belum ditetapkan karena kurang dari 1.98. Akan tetapi, variabel norma subjektif ini signifikan karena pada hipotesis arah hubungan sudah ditentukan yaitu positif. Dengan kata lain, norma subjektif mengenai bekerja di perbankan syariah berpengaruh positif terhadap
Pengaruh Sikap..., Nur Atikah, FE UI, 2014
intensi seseorang untuk bekerja di perbankan syariah, hipotesis diterima. Temuan ini semakin memperkuat penelitian-penelitian terdahulu yang menerapkan teori perilaku terencana. Perceived behavior control berhubungan positif terhadap intensi sebesar 0.96. Variabel perceived behavior control memiliki t-value sebesar 4.18 yang menunjukkan bahwa variabel signifikan karena lebih besar dari 1.98. Dengan kata lain, pada penelitian ini ditemukan bahwa perceived behavior control seseorang berpengaruh positif terhadap intensinya untuk bekerja di perbankan syariah. Jika perceived behavior control nya tinggi, maka intensinya pun akan kuat. Selain itu, ditemukan juga bahwa perceived behavior control adalah faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap intensi. Item perceived behavior control yang hasil pengukurannya dimasukkan dalam pengolahan adalah PQ2, PQ3, PQ4, PQ5, PQ7, dan PQ9. Masing-masing berbunyi sebagai berikut, saya memiliki kemauan untuk belajar hal baru (PQ2), saya memiliki kemampuan untuk bekerja di sektor perbankan syariah (PQ3), saya bisa bekerja dengan baik di sektor perbankan (PQ4), dan saya bisa bekerja dengan baik di sektor perbankan syariah (PQ5), saya bisa bekerja dengan lebih baik di sektor perbankan syariah daripada perbankan konvensional (PQ7), saya bisa memenuhi tuntutan kerja di perbankan syariah (PQ9). Rerata dari tiap indikator tersebut di atas melebihi nilai median skala pengukuran. Dengan kata lain, responden merespon positif terhadap pernyataan-pernyataan yang dijadikan sebagai indikator sikap tersebut. Pernyataanpernyataan indikator pengukur perceived behavior control mengerucut pada faktor-faktor yang dapat menghambat ataupun mendukung seseorang untuk mengadakan suatu perilaku tertentu dalam hal ini untuk bekerja di sektor perbankan syariah berupa tingkat keyakinan akan keunggulan diri dan kemampuan yang dimiliki untuk dapat bekerja dengan baik pada sektor tersebut. Oleh karena itu, intervensi yang dilakukan terhadap perceived behavior control hendaknya yang dapat meningkatkan kepercayaan diri dan peluang untuk dapat mengadakan perilaku tertentu.
Kesimpulan 1.
Sikap berhubungan negatif terhadap intensi sebesar - 0.068. Variabel sikap memiliki tvalue sebesar
-0.38 yang menunjukkan bahwa variabel tidak signifikan karena
kurang dari 1.98. Dengan demikian, pada penelitian ini, tidak ditemukan bukti bahwa
Pengaruh Sikap..., Nur Atikah, FE UI, 2014
sikap seseorang terhadap perilaku bekerja di perbankan syariah berpengaruh terhadap intensi untuk bekerja di perbankan syariah. 2.
Norma subjektif berhubungan positif terhadap intensi sebesar 0.28. Variabel norma subjektif memiliki t-value sebesar 1.90 yang menunjukkan bahwa variabel tidak signifikan jika arah hubungan belum ditetapkan karena kurang dari 1.98. Akan tetapi, variabel norma subjektif ini signifikan karena arah hubungan sudah ditentukan yaitu positif. Dengan demikian, norma subjektif yang dimiliki seseorang terhadap perilaku bekerja di perbankan syariah signifikan memengaruhi intensinya untuk bekerja di perbankan syariah.
3.
Perceived behavior control berhubungan positif terhadap intensi sebesar 0.96. Variabel perceived behavior control memiliki t-value sebesar 4.18 yang menunjukkan bahwa variabel signifikan karena lebih besar dari 1.98. Dengan demikian, perceived behavior control seseorang untuk bekerja di perbankan syariah signifikan mempengaruhi intensinya untuk bekerja di perbankan syariah.
4.
Dari ketiga faktor yakni sikap, norma subjektif, perceived behavior control, yang paling berpengaruh terhadap intensi untuk bekerja di perbankan syariah adalah perceived behavior control. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi dalam perceived behavior control seseorang perlu dilakukan untuk dapat memodifikasi intensinya.
Saran 1.
Bagi Akademisi
Pada penelitian selanjutnya, peneliti menyarankan penelitian tidak hanya berhenti sampai pengukuran intensi saja, melainkan hingga pengukuran perilaku aktual dari responden. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa akurat suatu intensi untuk menampilkan perilaku tertentu dapat menggambarkan perilaku aktualnya. Selain itu, penelitian selanjutnya harus sangat memerhatikan indikator-indikator pengukuran untuk tiap variabel terutama variabel sikap dimana indikator pengukur harus memenuhi syarat aggregation dan compatibility yakni cakupannya harus sesuai dan pengukurannya harus menyeluruh dalam artian indikatorindikator yang digunakan harus mengakomodir terukurnya keyakinan adanya konsekuensi yang positif dan juga negatif. Pada penelitian ini, perceived behavior control ditemukan sebagai faktor yang paling berpengaruh terhadap intensi untuk bekerja di sektor perbankan syariah. Oleh karena itu,
Pengaruh Sikap..., Nur Atikah, FE UI, 2014
intervensi terhadap perceived behavior control dapat meningkatkan intensi untuk bekerja di perbankan syariah. Intervensi dalam hal peningkatan kapasitas dan kepercayaan diri para calon pekerja potensial dalam hal pendidikan perlu dilakukan untuk dapat meningkatkan intensi untuk bekerja di perbankan syariah. Hal ini dapat dilakukan dengan adanya sinergi dengan industri penyerap tenaga kerja yakni perbankan syariah untuk dapat menghasilkan SDM yang siap pakai untuk dapat meningkatkan kepercayaan diri calon pekerja potensial bahwa mereka mampu memenuhi tuntutan kerja di perbankan syariah yang merupakan salah satu indikator PCB. Selain itu, institusi pendidikan juga dapat memberikan insentif bagi peserta didik untuk berprestasi. 2.
Bagi Industri
Ajzen (1971) menyatakan : ”to change attitude, subjective norm, or perceived behavioral control, it is possible to attack either the strength of some of the relevant beliefs, or to attack their scale values” (Ajzen, 2006b, p. 4). Untuk dapat meningkatkan intensi untuk bekerja di perbankan syariah, industri perbankan syariah dapat melakukan kerjasama dengan institusi pendidikan untuk merumuskan bersama kurikulum pendidikan yang dapat mencetak SDM potensial perbankan syariah yang siap pakai. Selain itu, industri perbankan syariah juga dapat meningkatkan daya akses informasi mengenai perbankan syariah baik secara umum maupun informasi yang lebih spesifik terkait karir, pengembangan SDM, dan peluang untuk bekerja di sektor perbankan syariah. Intervensi terhadap perceived behavior control dapat dilakukan dengan metode ‘jemput bola’ untuk lebih mendekatkan diri kepada para calon pekerja potensial sedini mungkin sehingga mereka tidak merasa asing bahkan menjadi begitu familiar dengan perbankan syariah. Pengadaan dosen tamu dari praktisi perbankan syariah ke kampus-kampus untuk mengajar secara berkala dalam kelas-kelas kecil hingga sedang (tidak dalam kelas besar sehingga interaksinya dapat lebih terasa), pemberian penghargaan pada mahasiswa berprestasi berupa beasiswa dan atau kesempatan berkarir di perbankan syariah, penginisiasian kompetisi ilmiah ekonomi syariah bagi para calon pekerja potensial perbankan syariah yang terbuka untuk umum, tidak hanya bagi mahasiswa yang berasal dari jurusan tertentu saja, dan pengadakan program magang yang terbuka, terarah, dan teratur adalah beberapa cara yang dapat dilakukan oleh industri perbankan syariah dalam upaya meningkatkan intensi para calon pekerja potensial perbankan syariah untuk bekerja di perbankan syariah. Hal ini diharapkan dapat
Pengaruh Sikap..., Nur Atikah, FE UI, 2014
meningkatkan kapasitas dan kepercayaan diri para calon pekerja potensial untuk dapat bekerja di perbankan syariah.
Kepustakaan Ajzen, I. (2006a). TPB Questionnaire Construction. Retrieved April 2014, from http://people.umass.edu/aizen/pdf/tpb.measurement.pdf Ajzen,
I.
(2006b).
TPB
Intervention.
Retrieved
Januari
2015,
from
http://people.umass.edu/aizen/pdf/tpb.intervention.pdf Ajzen, I. (1991). The theory of planned Behavior. Organizational Behavior And Human Decision Processes, 50 , pp. 179-211. Alam, S. S., Janor, H., Zanariah, Che Wel, C. A., & Ahsan, M. N. (2012). Is religiosity an important factor in influencing the intention to undertake islamic home financing in Klang Valley?. World Applied Sciences Journal . Alamsyah, D. H. (2012). Perkembangan dan prospek perbankan syariah Indonesia : tantangan dalam menyongsong MEA 2015. Asnaini. (2008). Pengembangan mutu SDM. La_Riba Jurnal Ekonomi Islam , 35-48. Bank Indonesia. (2013). Retrieved from http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/77FFB81A-7E624408-89BB-B87DE482D7D0/27761/OutlookBS2013seminar1.pdf Direktorat Perbankan Syariah- Bank Indonesia dan Institut Pertanian Bogor. (2004). Potensi, preferensi, dan perilaku masyarakat terhadap bank syariah di wilayah Kalimantan Selatan. Ringkasan Eksekutif Penelitian. Holdershaw, J., & Gendall, P. (2008). Understanding and predicting human behaviour. ANZCA08 Conference, Power and Place, (p. 2). Wellington. Kholis, N. (2008). Prospek pendidikan ekonomi islam pasca lahirnya UU perbankan syariah dan UU SBSN. La_Riba Jurnal Ekonomi Islam , II (2), 223-238.
Pengaruh Sikap..., Nur Atikah, FE UI, 2014
Mulya, T. A. (2009). Pengaruh sikap, norma subjektif, dan pbc terhadap intensi menggunakan bus transjakarta untuk pergi ke tempat kerja. Skripsi, Departemen Psikologi, Universitas Indonesia, Depok. Munthe, J. G. (2012). Proyeksi kebutuhan sumber daya manusia (SDM) perbankan syariah dan skenario pemenuhannya. Tesis magister manajemen, Program pascasarjana, Universitas Indonesia, Jakarta. Respati, N. W. (2011). Pengaruh locus of control terhadap hubungan sikap manajer, normanorma subjektif, kendali perilaku persepsian, dan intensi manajer dalam melakukan kecurangan penyajian laporan keuangan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia , Vol.8, No.2, 123-139. Sekretariat Negara RI. (2008). Undang-undang Republik Indonesia nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah. Retrieved Oktober 2013, from BI Web Site: http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/248300B4-6CF9-4DF5-A6740073B0A6168A/14396/UU_21_08_Syariah.pdf Zunker, V. (1990). Career counseling: Applied concepts of life planning. Pacific Grove, CA: Brooks/Cole Publishing.
Pengaruh Sikap..., Nur Atikah, FE UI, 2014