Kecenderungan Mahasiswa Memiliki BlackBerry serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Studi Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia) Dhira Agung Laksana Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia E-mail :
[email protected] /
[email protected] Abstrak Penelitian ini merupakan studi yang bertujuan untuk mengetahui kecenderungan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI) untuk memiliki BlackBerry. Penelitian ini menjelaskan tentang pengaruh sikap, norma subjektif, perceived behavioral control terhadap intensi untuk memiliki BlackBerry. Keempat variabel merupakan operasionalisasi dari Theory of Planned Behavior. Pendekatan dari penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan teknik pengumpulan data survei terhadap 80 responden. Penilitian ini dilakukan di FISIP UI dengan teknik penarikan sampel random sampling. Hasil dari penelitian ini adalah mahasiswa FISIP UI yang belum memiliki BlackBerry memiliki kecenderungan yang rendah untuk memiliki BlackBerry karena sikap yang negatif tentang BlackBerry, norma subjektif yang negatif terhadap BlackBerry dan kontrol yang rendah untuk memiliki BlackBerry. Terdapat perbedaan hubungan antar variabel berdasarkan jenis kelamin. Pada responden perempuan, pandangan kelompok referen yang termasuk kedalam norma subjektif lebih mempengaruhi intensinya dibandingkan responden laki-laki. Kata Kunci : BlackBerry, Theory of Planned Behavior, Intensi, Sikap, Norma Subjektif, Perceived Behavioral Control, Kelompok Referen
1
Kecenderungan mahasiswa..., Dhira Agung Laksana, FISIP UI, 2013.
Pendahuluan Perubahan sosial yang terjadi di masyarakat era modern ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi informasi yang semakin maju. Perubahan sosial yang terjadi dapat merubah kehidupan di masyarakat, seperti terjadinya perubahan pola perilaku dan perubahan kelas sosial. Kemajuan teknologi informasi termasuk juga teknologi komunikasi, menjadi media dalam meningkatkan interaksi dalam masyarakat. Dalam salah satu prespektif sosiologi yaitu interaksionisme simbolik, dalam kehidupan di masyarakat terjadi pola-pola dinamis dari tindakan sosial dan hubungan sosial menggunakan simbol-simbol. Telepon genggam di Indonesia sudah digunakan oleh semua generasi, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa hingga lanjut usia. Seiring dengan berjalannya waktu, fungsi telepon genggam berkembang tidak hanya untuk telepon dan mengirim pesan singkat saja, namun juga untuk berbagai program media lain, seperti memutar musik, video dan membuka internet. Salah satu perusahaan telepon genggam terkemuka di dunia adalah RIM (Research in Motion). RIM merupakan perusahaan asal Kanada yang sejak tahun 2013 berganti nama menjadi BlackBerry, sama dengan nama telepon genggam yang diproduksinya. BlackBerry dapat berkembang di Indonesia didukung dengan kebiasaan masyarakat Indonesia yang akhirnya media mengobrol ataupun mengumpul bersama dapat dilakukan di dunia maya termasuk juga melalu BlackBerry Messenger dan fitur group. Pada tahun 2012 lalu, tidak seperti di negara-negara lain, BlackBerry mempunyai market-share terbesar seperti yang tertera pada grafik dibawah ini Grafik 1.1
Market-Share Smarthphone Indonesia tahun 2012
BlackBerry
Nokia
Samsung
19%
Sony Ericsson
Lainnya
33%
11% 14%
23%
1
Memiliki BlackBerry dianggap sebagai bagian dari gaya hidup. Menurut Bourdieu, gaya hidup merupakan cara manusia hidup dan tiap kelompok mempunyai habitus masingmasing. Habitus adalah sistem pengulangan ekspresi penampilan yang kemudian berkembang menjadi struktur sosial yang berfungsi menstrukturkan struktur baru. Sistem pengulangan itu kemudian menggenerasi menstruksturkan praktek-praktek representasi yang secara obyektif terus berlangsung (Bourdieu 1977: 73). Kepemilikan BlackBerry dapat juga merupakan bagian dari habitus, meskipun tidak semua anggota dari sebuah kelompok sudah memiliki BlackBerry. Memiliki BlackBerry mengubah pola interaksi dalam masyarakat. Dengan jarak dan waktu yang berbeda, sesama pemilik BlackBerry dapat tetap berinteraksi dan menjadi dekat sehingga interaksi dari pemilik BlackBerry dengan orang lain yang ada disekitarnya di kehidupan nyata bisa berkurang. Hal ini memunculkan perumpamaan bahwa BlackBerry “Mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat”.
1
Diolah dari http://www.tempo.co/read/news/2012/06/27/072413304/Orang-Indonesia-Masih-Memburu-BlackBerry pada Selasa, 31 Juli 2012 pukul 21.12 WIB
2
Kecenderungan mahasiswa..., Dhira Agung Laksana, FISIP UI, 2013.
Peneliti tertarik untuk meneliti mahasiswa yang belum memiliki BlackBerry, dimana saat BlackBerry sudah dimiliki oleh orang-orang disekitarnya dan terdapat beberapa situasi yang dapat mendorong atau menghambat mahasiswa yang belum memiliki BlackBerry untuk memutuskan memiliki BlackBerry atau tidak. Selain itu, mahasiswa mempunyai jaringan, baik hubungan pertemanan dan keluarga serta relasi lainnya yang dimungkinkan terfasilitasi dengan BlackBerry. Dengan keterbatasan kapasitas yang dimiliki oleh peneliti, peneliti memperkecil objek penelitian dari mahasiswa perkotaan secara luas menjadi Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UI saja. Mahasiswa FISIP UI dianggap memiliki karakteristik yang sama dengan mahasiswa pada umumnya terkait dengan hubungan mereka dengan teknologi. Tinjauan Pustaka Penelitian ini meneliti kecenderungan mahasiswa dengan menggunakan Theory of Planned Behavior yang dapat mengukur intensi berperilaku berdasarkan 3 determinan yaitu sikap, norma subjektif dan perceived behavioral control. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, sehingga peran teori dalam penelitian dapat menjadi petunjuk. Selain itu, peneliti juga merangkum beberapa penelitian sebelumnya yang juga menggunakan Theory of Planned Behavior dan juga subjek penelitiannya terkait teknologi. Kajian Literatur Studi pertama adalah tesis yang dilakukan oleh Lenka Sendecka dari Norges Handelsøyskole (Norwegian School of Economics). Tesis ini berjudul “Adoption of Mobile Services, Moderating effects of service’s information intensity”. Sama dengan yang penelitian ini, studi pertama juga menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan teknik survei yang dilakukan di sebuah universitas. Hasil dari studi pertama ini adalah bahwa mahasiswa di Norwegian School of Economics memilih layanan operator seluler yang sama dengan orang-orang di sekitarnya, daripada memilih layanan operator seluler yang sedang melakukan promo. Khususnya untuk responden perempuan, mereka lebih memilih berhubungan dengan temannya melalui telepon genggam. Dibanding responden laki-laki intensi mereka menggunakan telepon genggam lebih rendah. Selain itu manfaat dari layanan operator seluler yang ada di Norwegia tidak terlalu berbeda antara satu dengan lainnya, menjadikan kecenderungan mahasiswa di Norwegia lebih memilih menggunakan layanan operator seluler berdasarkan pengaruh sosial dibandingkan hal-hal teknis. Hal lain yang mempengaruhi intensi memilih layanan operator seluler adalah inovasi atau penambahan layanan. Studi yang kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Jyh-Shen Chou dan Asosiasi Profesor Departemen Perdagangan Internasional dari Chengci National University, Taiwan. Studi ini dimuat pada Jurnal Proceedings of the National Science Council Volume 9 tahun 1998. Studi ini berjudul “The Effects of Attitude, Subjective Norm, and Perceived Behavioral
Control on Consumers’ Purchase Intentions: The Moderating Effects of Product Knowledge and Attention to Social Comparison Information”. Sama dengan yang penelitian ini, studi kedua juga menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan teknik survei yang dilakukan di sebuah universitas. Hasil dari studi kedua ini adalah mahasiswa asing di Taiwan mempunyai informasi yang berbeda dengan mahasiswa lokal. Informasi yang didapatkan lebih mahasiswa asing lebih sedikit, membuat mereka memilih produk teknologi lebih secara objektif berdasarkan kualitas produk atau preferensinya. Sedangkan mahasiswa lokal, lebih memilih secara subjektif 3
Kecenderungan mahasiswa..., Dhira Agung Laksana, FISIP UI, 2013.
karena informasi produk teknologi yang ada disekitarnya menggunakan bahasa yang sama dengan bahasa yang mereka pakai. Selain itu variabel norma subjektif juga menunjukan bahwa responden memilih produk teknologi yang sama dengan orang-orang yang dianggap penting baginya. Sebagian besar penelitian yang serupa dengan topik penelitian ini cenderung dikaji oleh peneliti berlatar belakang pendidikan manajemen. Tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti, meskipun mempunyai subjek yang serupa namun lebih mengkaji secara sosiologis. Dalam Theory of Planned Behavior, meskipun terdapat variabel norma subjektif yang merupakan refleksi sosial. Namun dalam penelitian ini variabel lainnya juga memasukkan situasi-situasi atau konsekuensi-konsekuensi sosial. Theory of Planned Behavior Dalam berperilaku, individu sangat dipengaruhi oleh minat atau intensi orang tersebut untuk melakukan sebuah perilaku. Pada awalnya intensi berperilaku sesorang hanya diukur sikap individu terhadap sebuah perilaku. Adanya ketidaksesuaian antara sikap dan perilaku individu mendorong Martin Fishbein dan Icek Ajzen mengembangkan teori yang disebut sebagai Theory of Reasoned Action, selanjutnya akan disingkat menjadi TRA. Berdasarkan teori ini, suatu tindakan ditentukan oleh intensi berperilaku yang dipengaruhi 2 faktor yaitu sikap yang bersifat personal dan norma subjektif yang merefleksikan pengaruh sosial. TRA dikembangkan oleh Ajzen menjadi Theory of Planned Behavior, selanjutnya akan disingkat menjadi TPB. TPB didasarkan pada asumsi bahwa manusia adalah makhluk yang rasional dan menggunakan informasi-informasi secara sistematis. Suatu perilaku tidak hanya tergantung pada intensi seseorang saja, tetapi juga pada faktor lain yang tidak dalam kontrol individu, seperti ketersediaan sumber dan kesempatan untuk menampilkan perilaku tersebut, hal ini membuat Ajzen menambahkan variabel baru yaitu perceived behavioral control. Intensi adalah niat dari individu tentang ia akan melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu. Intensi juga dapat diartikan sebagai kecenderungan berperilaku. Dalam penelitian ini, intensi untuk memiliki BlackBerry dijabarkan menjadi tiga dimensi yaitu (1) keinginan untuk memiliki BlackBerry; (2) rencana untuk memiliki BlackBerry; dan (3) usaha yang telah dilakukan untuk memiliki BlackBerry. Intensi merupakan variabel dependen dalam penelitian ini yang dipengaruhi oleh tiga variabel independen yaitu sikap, norma subjektif dan perceived behavioral control. Sikap adalah faktor personal yang berisi evaluasi mengenai sebuah perilaku dan konsekuensinya. Sikap tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal dalam diri individu saja melainkan juga faktor eksternal diluar diri individu. Sikap sosial merupakan sebuah kecenderungan pandangan yang berkembang di kelompok tertentu (Mac Dougall, 1994). Sebuah kelompok masyarakat dapat mempunyai pandangan yang sesama terhadap subjek ataupun objek tertentu sehingga dapat mempengaruhi perilaku-perilaku di masyarakat. Dalam penelitian ini, sikap terhadap kepemilikan BlackBerry terbagi atas dua dimensi yaitu evaluasi tentang kepemilikan BlackBerry dan konsekuensi positif serta negatif dari memiliki BlackBerry. Norma Subjektif adalah belief2 bahwa faktor diluar individu (orang lain atau kelompok referen), menyetujui atau tidak menyetujui individu untuk melakukan atau menampilkan perilaku tertentu. Kelompok referen adalah kelompok yang menurut individu mempengaruhi sikap dan perilakunya (Thompson dalam Society in Group, 2005). Kecenderungannya adalah individu berperilaku sama dengan kelompok referen, dikarenakan dalam perilaku individu akan mempertimbangkan pandangan dan perilaku dari kelompok referennya. 2
Belief dalam hal ini bukanlah keyakinan atau kepercayaan namun penerimaan atas suatu pandangan tentang dirinya yang dapat berasal dari diri sendiri ataupun orang lain (Fishbein, 1985)
4
Kecenderungan mahasiswa..., Dhira Agung Laksana, FISIP UI, 2013.
Norma subjektif merupakan determinan dari intensi dalam TPB yang paling sosiologis karena merupakan refleksi pengaruh sosial. Dalam ilmu sosiologi, norma adalah ketentuanketentuan yang menjadi pedoman dan panduan dalam bertingkah laku di kehidupan masyarakat. Alat ukur norma subjektif yang digunakan dalam penelitian ini adalah gabungan pertanyaan dari dua dimensi diatas belief tentang reaksi kelompok referen, dan perilaku kelompok referen ditambah dengan beberapa pertanyaan terkait dorongan sosial. Perceived Behavioral Control adalah presepsi individu tentang kemudahan atau kesulitan untuk menampilkan atau melakukan perilaku tertentu. Presepsi tersebut dapat mendorong atau menghambat individu untuk melakukan perilaku tertentu. Dalam penelitian ini, Perceived Behavioral Control adalah persepsi mahasiswa tentang kemudahan atau kesulitan yang dapat menjadi faktor pendorong dan penghambat yang akan dihadapi mahasiswa untuk memiliki BlackBerry, sehingga hanya terdapat satu dimensi saja yaitu tingkat kesulitan. Hal ini menunjukkan seberapa besar pandangan mahasiswa bahwa ia mempunyai kontrol atau tidak mempunyai kontrol untuk memiliki BlackBerry. Berikut ini adalah model analisis dari penelitian ini
Keterangan: X merupakan Variabel Independen; Y merupakan Variabel Dependen; dan Z merupakan Variabel Kontrol.
Dalam penelitian ini variabel kontrolnya adalah jenis kelamin. Dari berbagai kajian literatur yang peneliti baca, terdapat perbedaan pengaruh sikap dan norma subjektif bagi laki-laki dan perempuan terhadap intensi untuk melakukan perilaku tertentu, khususnya yang berhubungan dengan teknologi. Sehingga penelitian ini menjadikan jenis kelamin sebagai variabel kontrol, untuk melihat perbedaan pengaruh dari tiga variabel independen terhadap intensi untuk memiliki BlackBerry. Pembahasan Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI) pada bulan September tahun 2012. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan survei kuesioner. Sampel dari penelitian ini sejumlah 80 mahasiswa terdiri dari 40 laki-laki dan 40 perempuan. Sampel diambil dengan teknik penarikan random sampling yang sub-populasinya merupakan 10 jurusan yang ada di FISIP UI. Dari pertanyaan dalam kuesioner peneliti menyimpulkan bahwa latar belakang keluarga responden sebagian besar tergolong pada kelas menegah keatas. Hal ini dikarenakan mayoritas responden tinggal di kota besar khususnya di Jabodetabek, pendidikan ayah dan ibunya juga merupakan lulusan pendidikan tinggi serta mempunyai pekerjaan yang tergolong mapan. Kelas menengah yang 5
Kecenderungan mahasiswa..., Dhira Agung Laksana, FISIP UI, 2013.
tinggal di daerah perkotaan di Indonesia merupakan pasar potensial dari BlackBerry. Selanjutnya akan dideskripsikan variabel-variabel secara univariat dalam penelitian ini. Mulai dari variabel dependen yaitu intensi, selanjutnya variabel independen yaitu sikap, norma subjektif dan perceived behavioral control. Setelah mendeskripsikan secara univariat, akan dideskripsikan hubungan bivariat antara variabel-variabel independen dengan variabel dependen. Selain menjelaskan secara bivariat, juga akan dideskripsikan nilai kekuatan hubungan antar variabel. Intensi Grafik 1.2 Intensi untuk Memiliki BlackBerry N = 80
Sumber: Data Penelitian 2012
Pada dimensi keinginan, responden lebih banyak yang ingin memiliki BlackBerry. Situasi yang mendukung keinginan responden untuk memiliki BlackBerry antara lain keinginan untuk berkomunikasi melalui BlackBerry Messenger (BBM) dan keinginan untuk lebih dekat dengan pemilik BlackBerry. Pada dimensi rencana, responden lebih banyak yang tidak merencanakan untuk memiliki BlackBerry. Situasi yang tidak direncanakan antara lain menjual ponsel yang saat ini digunakan dan rencana terkait dengan memilih kontak dan grup dalam BBM. Pada dimensi usaha yang telah dilakukan, responden lebih banyak belum melakukan usaha terkait untuk memiliki BlackBerry. Usaha-usaha yang belum dilakukan antara lain memberi tahu keinginannya dan menabung untuk memiliki BlackBerry. Dari ketiga dimensi dari intensi untuk memiliki BlackBerry, sebanyak 53,75% atau sebanyak 43 responden memiliki intensi yang rendah untuk memiliki BlackBerry sedangkan 46,25% atau sebanyak 37 responden memiliki intensi yang tinggi untuk memiliki BlackBerry. Intensi responden lebih banyak yang rendah karena meskipun responden mempunyai keinginan untuk memiliki BlackBerry, namun belum ada rencana dan usaha yang telah dilakukan untuk memiliki BlackBerry.
Sikap Grafik 1.3 Sikap terhadap Kepemilikan BlackBerry N = 80
Sumber: Data Penelitian 2012
Pada dimensi konsekuensi positif, banyak responden yang menyetujui beberapa konsekuensi positif dari memiliki BlackBerry. Contohnya adalah berhubungan dengan BBM, 6
Kecenderungan mahasiswa..., Dhira Agung Laksana, FISIP UI, 2013.
berhubungan dengan fitur BBM grup dan mengakses situs jejaring sosial. Pada dimensi konsekuensi negatif, banyak responden yang menyetujui beberapa konsekuensi negatif dari memiliki BlackBerry. Contohnya adalah mengurangi komunikasi langsung dengan orang disekitar, komunikasi hanya terbatas dengan sesama pemilik BlackBerry dan mendapatkan informasi yang tidak diinginkan. Sejumlah 52,5% atau 42 responden memiliki sikap yang negatif terhadap kepemilikan BlackBerry, sedangkan 47,5% atau 38 responden memiliki sikap yang positif terhadap kepemilikan BlackBerry. Tidak terdapat perbedaan signifikan antara dikarenakan beberapa situasi baik sosial ataupun teknis dianggap netral oleh responden.
Norma Subjektif Grafik 1.4 Norma Subjektif tentang Kepemilikan BlackBerry N = 80
Sumber: Data Penelitian 2012
Dari pertanyaan terkait norma subjektif, mayoritas responden menyatakan bahwa lebih dari 5 orang disekitar responden yang mengganti ponsel lamanya dengan BlackBerry dalam waktu 3 bulan. Selain itu, 99% responden menyatakan bahwa teman-teman kuliah sudah memiliki BlackBerry. Kelompok referen lain yaitu orangtua, sebagian kecil responden orangtuanya yang sudah memiliki BlackBerry. 75% ayah dari responden belum memiliki BlackBerry dan 65% ibu dari responden juga belum memiliki BlackBerry. 38,8% responden menyatakan bahwa orangtua adalah kelompok referen yang paling menghambat untuk memiliki BlackBerry. Sedangkan 46,3% responden menyatakan bahwa teman kuliah adalah kelompok referen yang paling mendorong untuk memiliki BlackBerry. Pada dimensi persetujuan kelompok referen, jawaban netral lebih banyak dipilih responden. Sebagian besar teman kuliah dan teman lainnya responden menyetujui responden untuk memiliki BlackBerry namun sebagian lainnya dihambat oleh persetujuan dari orangtua. Sejumlah 52,5% atau 42 responden norma subjektifnya negatif tentang kepemilikan BlackBerry, sedangkan 47,5% atau 38 responden norma subjektifnya positif tentang kepemilikan BlackBerry. Tidak terdapat perbedaan signifikan dikarenakan, responden yang didukung hampir sama banyaknya dengan responden yang dihambat kelompok referennya untuk memiliki BlackBerry.
Perceived Behavioral Control Grafik 1.5
Perceived Behavioral Control untuk Memiliki BlackBerry N = 80
7
Kecenderungan mahasiswa..., Dhira Agung Laksana, FISIP UI, 2013.
Sumber: Data Penelitian 2012 Dalam dimensi tingkat kesulitan, sebuah situasi dapat bersifat mendorong mudah dan juga menghambat atau sulit. Sebagian besar responden menganggap bahwa saran-saran dari pemilik BlackBerry mendorong dirinya untuk memiliki BlackBerry.Selain itu, memperoleh informasi dan penggunaan BlackBerry dianggap mudah oleh sebagian besar responden. Namun sebagian besar responden menganggap bahwa adanya smartphone merek lain mempersulit dirinya untuk memiliki BlackBerry. Sejumlah 51,25% atau 41 responden menganggap bahwa sulit untuk memiliki BlackBerry yang artinya responden memiliki kontrol yang rendah untuk melakukan perilaku tersebut. Sedangkan sejumlah 48,75% atau 39 responden memiliki kontrol yang tinggi untuk memiliki BlackBerry atau perilaku ini dianggap mudah untuk dilakukan.
8
Kecenderungan mahasiswa..., Dhira Agung Laksana, FISIP UI, 2013.
Hubungan Sikap, Norma Subjektif, Perceived Behavioral Control terhadap Intensi untuk Memiliki BlackBerry
Tabel 1.1 Tabel Sikap terhadap Kepemilikan BlackBerry dengan Intensi untuk Memiliki BlackBerry berdasarkan Jenis Kelamin N = 80 Intensi untuk Intensi untuk Memiliki BlackBerry Memiliki BlackBerry Total Total Rendah Tinggi Rendah Tinggi Sikap 84,2% 15,8% 100% Sikap 87,5% 12,5% 100% Negatif (16) (3) (19) Negatif (19) (4) (23) LakiPerempuan Sikap 19% 81% 100% Laki Sikap 23,5% 76,5% 100% Positif (4) (17) (21) Positif (4) (13) (17) (20) (20) NP=40 (23) (17) NL=40 Sumber: Data Penelitian 2012
Bedasarkan Tabel 1.1, responden laki-laki yang intensinya rendah untuk memiliki BlackBerry merupakan 87,5% responden yang sikapnya negatif terhadap kepemilikan BlackBerry. Sedangkan responden laki-laki yang intensinya tinggi untuk memiliki BlackBerry merupakan 76,5% responden yang sikapnya positif terhadap kepemilikan BlackBerry. Untuk responden perempuan yang intensinya rendah untuk memiliki BlackBerry merupakan 84,2% responden yang sikapnya negatif terhadap kepemilikan BlackBerry. Sedangkan responden yang intensinya tinggi untuk memiliki BlackBerry merupakan 81% responden yang sikapnya positif terhadap kepemilikan BlackBerry. Bagi informan N (perempuan), alasan dia memiliki BlackBerry adalah karena banyaknya keuntungan yang dia peroleh yang menunjukan bahwa ia memiliki sikap yang positif terhadap BlackBerry membuat dia akhirnya memiliki BlackBerry. Beberapa keuntungan menurutnya sama seperti dengan beberapa buah pertanyaan dalam kuesioner seperti dapat berhubungan tanpa batas secara perorangan ataupun lewat BBM Groups. Sedangkan informan R (laki-laki) menganggap bahwa sekarang pemilik BlackBerry hanya mengikuti kebanyakan orang disekitarnya, tidak seperti pemilik yang dulu yang menggunakannya untuk profesionalitas. Selain itu memiliki BlackBerry menurutnya akan menjadi mengganggu karena ada dorongan untuk terus berinteraksi. Hal ini adalah salah satu contoh sikap negatif dari mahasiswa yang mempengaruhi rendahnya intensi dia untuk memiliki BlackBerry.
9 Kecenderungan mahasiswa..., Dhira Agung Laksana, FISIP UI, 2013.
LakiLaki
Tabel 1.2 Tabel Norma Subjektif tentang Kepemilikan BlackBerry dengan Intensi untuk Memiliki BlackBerry berdasarkan Jenis Kelamin N = 80 Intensi untuk Intensi untuk Memiliki BlackBerry Total Memiliki BlackBerry Rendah Tinggi Rendah Tinggi Norma Norma 76,2% 23,8% 67,7% 33,3% 100% Subjektif Subjektif (16) (5) (14) (7) (21) Negatif Negatif Perempuan Norma Norma 21,1% 78,9% 39,1% 58,8% 100% Subjektif Subjektif (4) (15) (9) (10) (19) Positif Positif (20) (20) (23) (17) NL=40 Sumber: Data Penelitian 2012
Total 100% (21) 100% (19) NP=40
Bedasarkan Tabel 1.2, responden laki-laki yang intensinya rendah untuk memiliki BlackBerry merupakan 67,7% responden yang norma subjektifnya negatif tentang kepemilikan BlackBerry. Sedangkan responden laki-laki yang intensinya tinggi untuk memiliki BlackBerry merupakan 58,8% responden yang norma subjektifnya positif tentang kepemilikan BlackBerry. Untuk responden perempuan yang intensinya rendah untuk memiliki BlackBerry merupakan 76,2% responden yang norma subjektifnya negatif tentang kepemilikan BlackBerry. Sedangkan responden yang intensinya tinggi untuk memiliki BlackBerry merupakan 78,9% responden yang norma subjektfinya positif tentang kepemilikan BlackBerry. Dorongan untuk memiliki BlackBerry ternyata lebih kuat mempengaruhi intensi bagi perempuan. Informan N (perempuan) menyatakan salah satu temannya yang berjenis kelamin perempuan karena didorong oleh orang disekitarnya untuk memiliki BlackBerry. Temannya berusaha sangat keras untuk memiliki BlackBerry seperti mengikuti undian beberapa kali berhadiah dan akhirnya membeli BlackBerry dengan harga murah untuk dapat menggunakan fitur BBM. Informan N juga menyatakan bahwa dia pernah mendorong teman-temannya yang belum memiliki BlackBerry untuk memiliki BlackBerry. Menurutnya terdapat perbedaan respon dari teman-temannya yang berjenis laki-laki dimana menurutnya, laki-laki memilih untuk memiliki BlackBerry karena keputusannya sendiri tidak seperti teman-temannya perempuan yang berganti telepon genggam menjadi BlackBerry karena adanya dorongan sosial. Menurut informan R (laki-laki) dorongan dari orang sekitarnya yang sudah memiliki BlackBerry lebih dia anggap sebagai himbauan saja yang tidak terlalu mendorong dirinya untuk memiliki BlackBerry. Selain itu ayah informan R menyatakan pada dia bahwa BlackBerry tidaklah cocok untuknya dan dikeluarganya hanya ibu dan adiknya yang memiliki BlackBerry serta orang-orang yang menurutnya penting, tidak memiliki BlackBerry. Hal ini menunjukan bahwa informan R norma subjektifnya negatif tentang kepemilikan BlackBerry sehingga intensinya rendah untuk memiliki BlackBerry.
10 Kecenderungan mahasiswa..., Dhira Agung Laksana, FISIP UI, 2013.
LakiLaki
Tabel 1.3 Tabel Perceived Behavioral Control untuk Kepemilikan BlackBerry dengan Intensi untuk Memiliki BlackBerry berdasarkan Jenis Kelami N = 80 Intensi untuk Intensi untuk Memiliki BlackBerry Memiliki BlackBerry Total Rendah Tinggi Rendah Tinggi Kontrol 73,7% 26,3% Kontrol 73,9% 29,4% 100% Rendah (14) (5) PeremRendah (17) (5) (22) puan Kontrol 28,6% 71,4% Kontrol 26,1% 70,6% 100% Tinggi (6) (15) Tinggi (6) (12) (18) (20) (20) (23) (17) NL=40 Sumber: Data Penelitian 2012
Total 100% (19) 100% (21) NP=40
Bedasarkan Tabel 1.3, responden laki-laki yang intensinya rendah untuk memiliki BlackBerry merupakan 73,9% responden yang kontrolnya rendah memiliki BlackBerry. Sedangkan responden laki-laki yang intensinya tinggi untuk memiliki BlackBerry merupakan 70,6% responden yang norma kontrolnya tinggi tentang kepemilikan BlackBerry. Untuk responden perempuan yang intensinya rendah untuk memiliki BlackBerry merupakan 73,7% responden yang kontrolnya rendah untuk memiliki BlackBerry. Sedangkan responden yang intensinya tinggi untuk memiliki BlackBerry merupakan 71,4% responden yang kontrolnya tinggi untuk memiliki BlackBerry. Menurut informan R (laki-laki) dia tidak berintensi untuk memiliki BlackBerry selain dikarenakan pengoperasiannya yang menurutnya lebih sulit, namun juga dikarenakan kurang beragamnya tipe BlackBerry tidak mendorong dirinya. Adanya smartphone lain seperti iPhone, Nokia tidak hanya menghambat mereka yang belum memiliki BlackBerry tetapi juga bagi informan N yang sudah memiliki BlackBerry tertarik juga untuk memiliki iPhone, karena menurutnya fitur dan bentuk iPhone lebih baik dan menarik daripada BlackBerry. Tabel 1.4 Hasil Uji Somers’d antara Sikap, Norma Subjektif dan Perceived Behavioral Control untuk Memiliki BlackBerry dengan Intensi untuk Memiliki BlackBerry berdasarkan Jenis Kelamin N = 80 Uji Statistik Nilai Jenis Kelamin Signifikansi Hasil Variabel Somers’d Sebelum Ada hubungan dan kekuatan 0,573 0,000 dikontrol hubungan kuat Sikap terhadap Ada hubungan dan kekuatan Kepemilikan Laki-Laki 0,481 0,001 hubungan menjadi lemah BlackBerry Ada hubungan dan kekuatan Perempuan 0,652 0,000 hubungan menjadi lebih kuat Sebelum Ada hubungan dan kekuatan 0,372 0,000 dikontrol hubungan lemah Norma Subjektif tentang Tidak ada hubungan pada Laki-Laki 0,193 0,210 Kepemilikan populasi BlackBerry Ada hubungan dan kekuatan Perempuan 0,551 0,000 hubungan menjadi kuat Sebelum Ada hubungan dan kekuatan 0,448 0,000 dikontrol hubungan lemah Perceived Behavioral Control untuk Ada hubungan dan kekuatan Laki-Laki 0,439 0,002 Memiliki hubungan menjadi lebih lemah BlackBerry Ada hubungan dan kekuatan Perempuan 0,451 0,001 hubungan menjadi lebih kuat Alpha = 0,05 Sumber: Data Penelitian 2012 11 Kecenderungan mahasiswa..., Dhira Agung Laksana, FISIP UI, 2013.
Bedasarkan Tabel 1.4, kekuatan hubungan antara sikap dengan intensi bernilai 0,573 yang menunjukan adanya korelasi positif yang berbanding lurus dan tergolong kuat. Hubungan tersebut berlaku pada tingkat populasi karena nilai signifikansinya 0,000. Setelah dikontrol variabel jenis kelamin, pada jenis kelamin perempuan hubungan tersebut menjadi semakin kuat bernilai 0,652. Sedangkan pada jenis kelamin laki-laki, hubungan tersebut menjadi lemah bernilai 0,481. Karena nilai kedua signifikansi dari hubungan antar variabel sikap dengan intensi baik laki-laki dan perempuan dibawah nilai alpha, maka analisis ini berlaku pada tingkat populasi. Jadi dengan hubungan yang lemah, mahasiswa FISIP UI S1 Reguler angkatan 2009 yang berjenis kelamin mempunyai sikap yang lebih negatif terhadap kepemilikan BlackBerry yang berpengaruh pada intensi mereka untuk memiliki BlackBerry menjadi lebih rendah. Sedangkan untuk mahasiswa FISIP UI S1 Reguler angkatan 2009 yang bejenis kelamin perempuan mempunyai sikap yang lebih positif terhadap kepemilikan BlackBerry yang berpengaruh pada intensi mereka untuk memiliki BlackBerry menjadi lebih tinggi. Kekuatan hubungan antara norma subjektif dengan intensi bernilai 0,372 yang menunjukan adanya korelasi positif yang berbanding lurus dan tergolong lemah. Hubungan tersebut berlaku pada tingkat populasi karena nilai signfikansinya 0,000. Setelah dikontrol variabel jenis kelamin, pada jenis kelamin perempuan hubungan tersebut yang awalnya lemah menjadi kuat bernilai 0,551. Sedangkan pada jenis kelamin laki-laki, hubungan tersebut menjadi semakin lemah bernilai 0,193. Karena nilai signifikansi hubungan antar variabel untuk laki-laki bernilai lebih besar dari alpha yaitu 0,210 maka hubungan antar variabel norma subjektif dan intensi hanya berlaku pada sampel yaitu responden laki-laki saja dan tidak dapat digeneralisasikan pada tingkat populasi. Sedangkan hubungan antar variabel untuk perempuan bernilai 0,000 yang berarti lebih kecil dari alpha, maka hubungan antar variabel norma subjektif dan intensi dapat digeneralisasikan pada tingkat populasi. Jadi mahasiswa FISIP UI S1 Reguler angkatan 2009 yang berjenis kelamin perempuan mempunyai norma subjektifnya positif tentang kepemilikan BlackBerry yang membuat intensi mahasiswa perempuan lebih tinggi untuk memiliki BlackBerry. Kekuatan hubungan antara perceived behavioral control dengan intensi bernilai 0,448 yang menunjukan adanya korelasi positif yang berbanding lurus dan tergolong lemah. Hubungan tersebut berlaku pada tingkat populasi karena nilai signfikansinya 0,000. Tidak seperti hubungan antar variabel yang sebelumnya sudah dibahas, dalam hubungan antara perceived behavioral control dengan intensi untuk memiliki BlackBerry, tidak ada perubahan yang signifikan setelah dikontrol dengan jenis kelamin. Setelah dikontrol variabel jenis kelamin, pada jenis kelamin perempuan hubungan tersebut sedikit menguat bernilai 0,451. Sedangkan pada jenis kelamin laki-laki hubungan tersebut menjadi semakin lemah bernilai 0,439.
Diskusi Hasil Penelitian Penelitian ini adalah studi mengenai peran teknologi dalam kehidupan sosial dari mahasiswa sebagai individu yang merupakan kelompok dalam masyarakat. Manusia pada umumnya dan mahasiswa pada khususnya yang merupakan fokus dalam studi ini tidak terlepas dari teknologi dan interaksi yang mempunyai implikasi dalam relasi sosial. Dalam sosiologi teknologi mempelajari bagaimana masyarakat menggunakan teknologi dalam proses-proses sosial termasuk didalamnya berinteraksi dan juga mencari informasi. Dengan perkembangan teknologi, terdapat perubahan pola perilaku dan sikap dalam masyarakat. Semenjak berkembanganya teknologi masyarakat semakin terbuka, kritis dan lebih berani untuk berekspresi. Teknologi dijadikan masyarakat sebagai ruang yang tidak nyata yang dapat menjadi wadah bagi masyarakat untuk berinteraksi, salah satunya adalah 12 Kecenderungan mahasiswa..., Dhira Agung Laksana, FISIP UI, 2013.
BlackBerry. Didalam BlackBerry terdapat fitur yang mengakomodir wadah bagi masyarakat untuk berinteraksi secara terus menerus dan tidak dibatasi ruang dan waktu secara perorangan ataupun kelompok. BlackBerry yang sekarang banyak dimiliki oleh masyarakat termasuk kelompok mahasiswa dapat mempunyai pengaruh dalam interaksi antara mahasiswa yang belum memiliki BlackBerry dengan orang disekitarnya. Hal ini berkaitan dengan salah satu prespektif sosiologi yaitu prespektif interaksionisme simbolik, dimana interaksi antar individu berkaitan dengan simbol. Memiliki BlackBerry dapat menjadi simbol yang mempengaruhi interaksi mahasiswa dengan orang disekitarnya. Hal ini dikarenakan tren saat ini dimana BlackBerry sudah menjadi gaya hidup sebagian besar orang, namun masih terdapat orang yang belum memiliki BlackBerry dikarenakan berbagai macam faktor yang dapat juga bersifat sosial. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang masih melihat orang lain bedasarkan atribut dan kepemilikannya. BlackBerry merupakan bagian dari simbol kepemilikan yang dalam masyarakat Indonesia dapat ditebak jika seseorang memiliki BlackBerry mempunyai karakteristik tertentu. Karakteristik tersebut antara lain: aktif berinteraksi dengan sesama kelompoknya ataupun kecepatan memperoleh informasi. Selain itu BlackBerry juga menunjukkan status dari pemiliknya. Dari prespektif interaksionisme simbolik, komunikasi dan interaksi merupakan pertukaran simbol yang mempunyai makna secara sosial. Dalam prespektif ini manusia aktif dan dinamis sehingga makna dapat dengan cepat berubah. Saat ini terdapat perubahan makna tentang interaksi, dimana pada zaman modern ini interaksi dan hubungan yang dianggap dekat adalah ketika antar individu atau antar kelompok dapat berinteraksi secara sering dengan media elektronik termasuk BlackBerry. Hal ini berbeda dengan makna masyarakat yang tradisional yang memaknai interaksi dan hubungan yang dekat hanya bisa dilakukan jika antara individu atau kelompok jarak fisiknya dekat. Konsep lain dari prespektif ini adalah individu dalam perilakunya mendefinisikan situasi, termasuk juga situasi-situasi dan konsekuensinya. Terdapat situasi-situasi dan konsekuensi yang dapat mempengaruhi individu untuk memiliki BlackBerry. Meskipun penelitian ini bukanlah penelitian dengan pendekatan kualitatif dengan aliran fenomenologis yang biasanya digunakan dalam penelitian yang menggunakan prespektif interaksionisme simbol, penelitian ini diharapkan memberikan sedikit tambahan pengetahuan tentang realita yang terjadi di masyarakat. Penelitian ini memang tidak bertujuan untuk melihat makna interaksi dalam masyarakat melainkan hanya kecenderungan berperilakunya saja. Namun dari meneliti tentang kecenderungan untuk memiliki BlackBerry dapat diketahui beberapa bentuk interaksi-interaksi sosial yang dapat mempengaruhi kecenderungan tersebut. Sikap yang merupakan evaluasi individu terhadap sebuah perilaku dapat menjadi faktor sosial dikarenakan konsekuensi dari perilaku dapat bersifat sosial. Temuan dari penelitian ini adalah sikap dan intensi berbanding lurus, jadi semakin positif sikap terhadap kepemilikan BlackBerry maka semakin tinggi intensi untuk memiliki BlackBerry. Temuan lain dalam penelitian ini adalah sikap mahasiswa yang berjenis kelamin perempuan terhadap kepemilikan BlackBerry lebih positif dibandingkan mahasiswa yang berjenis laki-laki. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan dalam buku Gender and Technology in Everyday Life (Terry, 1997), dimana walaupun awalnya perempuan mempunyai akses yang lebih sedikit terhadap teknologi namun mereka mempunyai sikap yang positif terhadap teknologi. Sehingga seiring berjalannya waktu akses perempuan terhadap teknologi semakin banyak dan sama dengan laki-laki. Selain itu perempuan dalam jurnal Nobody Sits at Home and Waits for the Telephone to Ring, perempuan yang sekarang tidak lagi hanya berada di
13 Kecenderungan mahasiswa..., Dhira Agung Laksana, FISIP UI, 2013.
rumah, lebih aktif menggunakan telepon genggam. Selain itu perempuan lebih memperhatikan merek dan teknologi terbaru dibandingkan laki-laki (Ling dalam Ningsih, 2011). Norma subjektif adalah pandangan individu tentang orang disekitar atau kelompok referennya menyetujui atau tidak menyetujui individu melakukan perilaku tertentu dapat mempengaruhi intensi individu untuk melakukan perilaku yang dalam penelitian ini adalah memiliki BlackBerry. Fakta sosial menurut Emile Durkheim menyatakan bahwa tindakan atau perilaku dari seseorang dapat menjadi pengaruh atau hambatan bagi individu lain untuk bertindak atau berperilaku. Dalam memiliki BlackBerry, perilaku dari kelompok referen seperti mereka sudah atau belum memiliki BlackBerry dapat mempengaruhi mahasiswa untuk memiliki atau tidak memiliki BlackBerry. Selain terkait dengan konsep fakta sosial menurut Emile Durkheim, konsep sosiologi lain yang terkait dengan norma subjektif adalah konsep self and society oleh Mead (dalam Classical Sociological Theory, 2001). Menurut Mead, dalam kehidupan sosial terjadi interaksi antar individu yang memaknai simbol simbol sehingga terbentuk “diri” individu. Diri dipengaruhi oleh orang-orang disekitar dirinya. Dalam penelitian ini kecenderungan berperilaku dari individu dipengaruhi oleh orang-orang yang berada disekitar dirinya khususnya yang dianggap penting baginya. Temuan lain dalam penelitian ini adalah norma subjektif mahasiswa perempuan terhadap kepemilikan BlackBerry lebih positif dibandingkan mahasiswa yang berjenis kelamin laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh sosial untuk beberapa perilaku seperti memiliki BlackBerry lebih kuat bagi individu yang berjenis kelamin perempuan dibandingkan laki-laki. Individu laki-laki dalam berperilaku lebih dipengaruhi oleh kemauannya diri sendiri dibandingkan individu perempuan. Selain itu dorongan sosial bagi perempuan untuk memiliki BlackBerry lebih besar pengaruhnya terhadap intensi berperilaku. Menunjukkan bahwa perempuan lebih beradaptasi dengan tren yang saat ini berkembang, dibandingkan laki-laki yang menyesuaikan perilakunya dengan kebutuhan. Perceived behavioral control merupakan presepsi individu tentang kesulitan atau kemudahan untuk melakukan sebuah perilaku, presepsi ini dapat mendorong atau menghambat individu untuk melakukan perilaku tersebut. Seperti temuan pada penelitian ini, perceived behavioral control responden untuk memiliki BlackBerry rendah atau memiliki BlackBerry dipresepsikan paling banyak responden sulit untuk dilakukan. Kontrol dari responden dapat rendah karena banyaknya situasi yang dipresepsikan netral oleh responden, situasi yang paling menghambat kebanyakan responden untuk memiliki BlackBerry adalah adanya smartphone lain yaitu iPhone, Nokia, Samsung, Sony Ericsson dan lainnya. Intensi merupakan niat dari individu apakah ia akan melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu, intensi berperilaku terdiri dari keinginan, rencana dan usaha yang telah dilakukan. Intensi untuk memiliki BlackBerry dari mahasiswa adalah hal yang dicari dalam penelitian ini, oleh karena itu intensi merupakan variabel dependen. Jadi, kecenderungan dari mahasiswa untuk memiliki BlackBerry adalah gabungan dari intensi-intensi mahasiswa untuk memiliki BlackBerry. Kecenderungan dapat juga berarti tren, dimana hal ini dapat menjadi prediktor tentang perilaku sebenarnya. Temuan dari penelitian ini adalah intensi kebanyakan mahasiswa untuk memiliki BlackBerry rendah, dan adanya penurunan tren untuk memiliki BlackBerry. Jika pada sebelumnya terjadi kenaikan jumlah pemilik BlackBerry di FISIP UI angkatan 2009 dari bulan Juni ke bulan September dan jumlah pemilik BlackBerry sudah menjadi mayoritas, sisa dari mahasiswa yang belum memiliki BlackBerry diprediksi lebih sedikit yang akan mengganti telepon genggam lamanya dengan BlackBerry dikarenakan kecenderungan untuk memiliki BlackBerry menurun. 14 Kecenderungan mahasiswa..., Dhira Agung Laksana, FISIP UI, 2013.
Berdasarkan jenis kelamin, terdapat perbedaan kecenderungan untuk memiliki BlackBerry dimana responden laki-laki lebih banyak yang berintensi rendah sedangkan responden perempuan yang intensinya tinggi sama jumlahnya dengan yang intensinya rendah. Intensi rendah yang peneliti temukan dalam penelitian ini karena kurang atau tidak adanya rencana dan usaha yang sudah dilakukan oleh responden untuk memiliki BlackBerry, meskipun secara keinginan kebanyakan responden mempunyai keinginan yang tinggi untuk memiliki BlackBerry. Temuan lain dalam penelitian ini adalah kecenderungan yang rendah dikarenakan kebanyakan responden sikap dan norma subjektfinya negatif terhadap kepemilikan BlackBerry dan kontrol yang rendah untuk memiliki BlackBerry. Hal ini sesuai dengan arah hubungan antar variabel. Kesimpulan Penelitian ini sesuai dengan judulnya, bertujuan mengetahui kecenderungan mahasiswa untuk memiliki BlackBerry serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai pengaruh variabel sikap terhadap kepemilikan BlackBerry, norma subjektif tentang kepemilikan BlackBerry dan Perceived Behavioral Control untuk memiliki BlackBerry terhadap intensi untuk memiliki BlackBerry telah menjawab tiga pertanyaan penelitian yaitu sebagai berikut: Pertama, mahasiswa FISIP UI S1 Reguler angkatan 2009 yang belum memiliki BlackBerry memiliki kecenderungan yang rendah untuk memiliki BlackBerry. Hasil ini dikarenakan, intensi dari paling banyak responden dalam penelitian ini yaitu sejumlah 43 responden. Intensi yang rendah dikarenakan tidak ada atau kurangnya rencana dan usaha yang sudah dilakukan responden untuk memiliki BlackBerry, meskipun secara keinginan, banyak responden yang ingin memiliki BlackBerry. Intensi yang rendah berarti kecenderungan yang rendah untuk memiliki BlackBerry yang menunjukan bahwa terdapat penurunan tren memiliki BlackBerry. Kedua, sikap mahasiswa FISIP UI yang belum memiliki BlackBerry lebih banyak yang negatif daripada positif. Norma subjektif mahasiswa FISIP UI yang belum memiliki BlackBerry juga lebih banyak yang negatif daripada Positif. Kontrol mahasiswa FISIP UI yang belum memiliki BlackBerry juga lebih banyak yang rendah atau berarti bahwa memiliki BlackBerry dipresepsikan sulit untuk dilakukan. Hubungan antara sikap terhadap kepemilikan BlackBerry dengan intensi untuk memiliki BlackBerry bernilai 0,573 yang berarti hubungan kuat dan positif. Hubungan antara norma subjektif tentang kepemilikan BlackBerry dengan intensi untuk memiliki BlackBerry bernilai 0,372 yang berarti hubungan lemah dan positif. Hubungan antara perceived behavioral control dengan intensi untuk memiliki BlackBerry bernilai 0,448 yang berarti hubungan lemah dan positif. Ketiga hubungan antar variabel ini dapat digeneralisasikan pada tingkat populasi karena nilai signfikansi 0,000. Berdasarkan analisa regresi linear, variabel yang paling mempengaruhi intensi untuk memiliki BlackBerry adalah sikap terhadap kepemilikan BlackBerry yang berpengaruh 42,7%. Dengan nilai R2 0,521 (52,1%) menunjukan bahwa ketiga variabel tingkat akurasi prediksinya baik Ketiga, terdapat perbedaan hubungan variabel berdasarkan jenis kelamin. Setelah dikontrol jenis kelamin, terdapat kenaikan nilai hubungan antara sikap dengan intensi bagi jenis kelamin perempuan menjadi 0,652 dan penurunan bagi jenis kelamin laki-laki menjadi 0,481 yang berarti hubungan menjadi lemah dan positif. Untuk hubungan antara norma subjektif dengan intensi bagi jenis kelamin perempuan mengalami kenaikan menjadi 0,551 yang berarti hubungan menjadi kuat, sedangkan penurunan bagi jenis kelamin laki-laki 15 Kecenderungan mahasiswa..., Dhira Agung Laksana, FISIP UI, 2013.
menjadi 0,193 dan untuk jenis kelamin laki-laki tidak dapat digeneralisasikan ke tingkat populasi karena nilai signifikansi 0,210. Untuk hubungan antara perceived behavioral control dengan intensi tidak mengalami perubahan nilai yang signifikan yaitu sedikit penurunan bagi jenis kelamin laki-laki dan kenaikan sedikit bagi jenis kelamin perempuan. Selain itu, kecenderungan memiliki BlackBerry bagi mahasiswa FISIP UI S1 Reguler angkatan 2009 yang berjenis kelamin laki-laki lebih rendah dibandingkan perempuan. Daftar Referensi BUKU Ajzen, Icek. (1998). A Comparison of the Theory of Planned Behavior and the Theory of Reasoned Action. London: SAGE Publication Inc. Assael, H. (1998). Consumer Behavior and Marketing Action. Boston: Wadsworth Inc. Calhoun et al. (2012). Classical Sociological Theory Third Edition. Singapura: Blackwell-Wiley Creswell, John W. (2003). Research Design: Qualitative, Quantitative and Mixed Methods Approaches Second Edition. London: SAGE Publication Inc. Denzin, Norman. (1978). Sociological Methods a Sourcebook. New York: Tim McGraw-Hill Fishbein, M. & Ajzen, I. (1975). Belief, Attitude, Intention, and Behavior: An Introduction to Theory and Research. Massachussets: Addison-Wesley Francis, Jillian et al. (2004). Constructing Questionnaires Based on The Theory of Planned Behavior. Newscastle: Centre of Health Services Research University of Newscastle Glock, Charles. (1969). Survey Research in the Social Sciences. Connecticut: Connecticut Printers Inc. Joseph, Hair. (2006). Multivariate Data Analysis. New Jersey: Prentice Hall Neuman, W. Lawrence. (2006). Social Research Methods Sixth Edition. Boston: Allyn and Bacon Orum, Anthony et al. (1999). Changing Societies. Maryland: Rowman Littlefield Publishers Inc. Peter, J. Paul & Olson. (2010). Consumer Behavior & Marketing Strategy Ninth Edition. New York: Tim McGraw-Hill Prasetyo, B. (2005). Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rajawali Press Ritzer, George. (2001). Explorations in the Sociology of Consumption. London: SAGE Publication Inc. Skelton, Chris & Francis, Becky. (2006). Handbook of Gender in Education. London: SAGE Publication Inc. Sunyoto, Danag. (2009). Analisis Regresi dan Uji Hipotesis. Yogyakarta: Media Resindo Terry, Jennifer. (1997). Gender and Technology in Everyday Life. London: Routledge Vredenbregt, J. (1978). Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Zanten, Wim van. (1994). Statistika untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama KARYA AKADEMIS Chou, Jyh-Shen. The Effects of Attitude, Subjective Norm, and Perceived Behavioral Control on
Consumers’ Purchase Intentions: The Moderating Effects of Product Knowledge and Attention to Social Comparison Information. Dimuat dalam Jurnal Proceedings of the National Science Council Volume 9. Taiwan, 1998
16 Kecenderungan mahasiswa..., Dhira Agung Laksana, FISIP UI, 2013.
Christina, Santa. Iklan BlackBerry dan Minat Beli: Studi Korelasi Hubungan Tayangan Iklan BlackBerry di Televisi terhadap Minat Beli Mahasiswa FISIP USU. Skripsi Program Komunikasi USU. Medan, 2010 Kelompok MPS C 2011. Kawin Muda di Jawa Barat serta Faktor faktor yang Mempengaruhinya. Laporan Akhir Metode Penelitian Sosial. Depok, 2011 Kristiyantiyoni, Andika. 2010. BlackBerry pada Masyarakat Perkotaan. Skripsi Program Sosiologi UNAIR. Surabaya, 2010 Marhaini. Analisis Perilaku Konsumen dalam Pembelian Komputer Merek ACER. Jurnal Manajemen Bisnis. Medan, 2008 Ningsih, Sri Utami. Hubungan antara Penggunan BlackBerry dengan Keintiman dalam Relasi Pertemanan: Studi Pada Mahasiswa FISIP UI. Skripsi Program Sosiologi Universitas Indonesia. Depok, 2011 Pitchayadejanant, Krittipat. Intention to Use of Smarthphone in Bangkok Extended UTAUT Model by Perceived Value. Jurnal ICM (Internal Conference Management). Bangkok, 2011 Rosalina. Pengaruh Faktor Budaya, Sosial, Pribadi dan Psikologis terhadap Pengambilan Keputusan Pembelian Produk Handphone Merek BlackBerry. Skripsi Program Manajemen USU. Medan, 2010 Sendecka, Lenka. Adoption of Mobile Services, Moderating effects of service’s information intensity. Tesis Master of Busineess Administration Norwegian School of Economics. Norwegia, 2006 Yosepa, Helmi. Perbedaan Intensi Melakukan Kecurangan. Skripsi Program Psikologi Universitas Indonesia. Depok, 2008 ARTIKEL Achmat, Zakaria. (2010). Theory of Planned Behavior, Masihkah Relevan?. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang Ajzen, Icek. (2006). Constructing a TpB Questionnaire: Conceptual and Methodological Considerations. Massachussets: University of Massachusetts Amherst Dharmmesta, Basu Swastha. (1998). Theory of Planned Behavior dalam Penelitian Sikap, Niat dan Perilaku Konsumen. Jakarta: Kelola Hafkin, Nancy J. (2003). Some Thoughts on Gender and Telecommunications. Geneva: International Telecommunication Union WEBSITE http://www.google.co.id http://books.google.com http://id.blackberry.com http://www.rim.com http://lontar.ui.ac.id http://www.jstor.org http://people.umass.edu http://www.mashable.com
http://www.teknojurnal.com http://www.berryindo.com http://www.detik.com http://www.infromationweek.com http://www.tempo.co http://www.viva.co.id http://www.kompas.com
17 Kecenderungan mahasiswa..., Dhira Agung Laksana, FISIP UI, 2013.