Jurn
a
h M ah
a wa sis
lmia lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP
Analisis Semiotika Foto Perempuan Dalama Media Cetak Harian Serambi Indonesia (Edisi Januari Sampai Februari 2015) Semiotics Analysis of Woman in Daily Serambi Indonesia (Edition on January to February 2015) M. Ikram Maulanda Anhar1), Baharuddin AR2) 1)
Program Studi Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Syiah Kuala
Abstrak. Penelitian ini berjudul “Analsisi Semiotika Foto Perempuan dalam Media Cetak Harian Serambi Indonesia (Edisi Januari sampai Februari 2015)”. Objek dalam penelitian ini adalah sepuluh foto perempuan yang diuat oleh Media Cetak Harian Serambi Indonesia edisi Januari sampai Februari 2015. Penelitian ini menggunakan kerangka analisis semiotika Roland Barthes yang mengacu terhadap dua tanda (konotasi dan denotasi) untuk memahami makna yang terkandung didalam foto-foto perempuan yang di muat Harian Serambi Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui makna denotatif, konotatif, dan mitos yang terkandung dalam foto perempuan yang dimuat Harian Serambi Indonesia. Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna denotasi yang memperlihatkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh perempuan dalam menjalani aktivitasnya sehari-hari. Sedangkan, makna konotasi yang muncul memperlihatkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh perempuan dalam menjalani aktivitasnya sehari-hari.
Kata Kunci: Analisis Semiotika Roland Barthes, Foto Jurnalistik, Perempuan, Harian Serambi Indonesia.
Abstract. Serambi Indonesia started to rise since February 9, 1989, the people of Aceh favorite media with a circulation of up to 35,000 copies and is very popular in many circles. In carrying out his duties as a transmitter of information that is actual and factual, Daily foyer Indonesia often featured images of women as complementary news. The issue is whether denotative, connotative and myths contained in the photograph women contained Daily Serambi Indonesia? The research approach used descriptive qualitative approach. This study uses a semiotic analysis of Roland Barthes refers to the two signs (connotation and denotation) to understand the meaning contained in photographs of women contained by foyer as a complement to the story (issue of January to February 2015). The sample used in the study period of ten photos. The results showed that the denotation of meaning that appear in the photographs of women that appeared in the Daily Serambi Indonesia (edition of January to February 2015) shows the activities carried out by women in carrying out their daily activities. Meanwhile, connotations that appear in the photographs of women that appeared in the Daily Serambi Indonesia (edition of January to February 2015) the dominant persuasive to the reader to perform activities that are positive, such as: travel, study hard, farming, blood donation, to become activists and even the police. In addition, Daily Serambi Indonesia often use the image of women as complementary to attract the Corresponding Author :
[email protected] JIM FISIP Unsyiah: AGB, Vol. 1. №. 1, Januari 2017: 1-11
1
a Jurn
h M ah
a wa sis
lmia lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP
reader's attention. It was discovered in images of women from the data that researchers take, on a news photo to-1 "Visitor Park cave tour of Japan", the image of the association seen by naked eye from the style of dress worn by a female visitor. In photo 4, 6, 7, and 9, Harian Indonesia foyer dominant display the image frame, which should have less unreasonable or out of context, why choose images of women than men. Suggested for daily photo journalist Porch Indonesia, to improve the quality of image capture news in terms of the meaning of denotation, konotosi and myths, as well as careful in selecting and sorting the image of women that will emerge from photojournalism to be displayed. Society as a reader Daily Serambi Indonesia must critical and not be carried away by the media ideology. Keywords: Semiotics Analysis of Roland Barthes, Photo Journalism, Women, Daily Serambi Indonesia.
PENDAHULUAN
Sebagai produk pemberitaan, foto jurnalistik memiliki peran penting dalam media cetak. Media massa cetak hanya akan menjadi lembaran mati yang membosankan, jika hadir tanpa foto dan gambar (Taufan Wijaya, 2011: 5). Sebagai suatu lambang yang berdimensi visual, foto dan gambar mendeskripsikan yang tidak secara eksplisit tertuang dalam komunikasi kata, baik lisan maupun tulisan (Asep Saeful Muhtadi, 1999: 101). Industri media melihat peluang yang besar dalam memberitakan atau menampilkan hal-hal berwujud indah sebagai objek dalam media. Hal-hal berwujud indah tersebut antara lain adalah citra perempuan. Objektivikasi tersebut menjadikan perempuan sebagai hal perkara atau orang yang menjadi pokok pikiran, sasaran, tujuan, pelengkap atau tujuan penderita. Berdasarkan teori objektivikasi, tubuh perempuan dianggap sebagai objek untuk dilihat dan dievaluasi. Budaya masyarakat yang mengobjekkan tubuh perempuan, mensosialisasikan perempuan untuk memperlakukan dirinya sebagai objek yang dievaluasi atas dasar penampilan. Media sebagai “agen kapitalis”, cenderung menjadikan foto perempuan sebagai komoditas yang menguntungkan guna menarik konsumennya. Media cetak mengesampingkan tanggung jawabnya sebagai pemberi informasi yang mendidik dan tidak meneruskan nilai-nilai budaya masyarakat, khususnya: budaya masyarakat Aceh. Salah satu media cetak lokal yang saat ini cukup banyak pembacanya adalah media cetak Harian Serambi Indonesia yang mengupas secara aktual dan faktual tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di Aceh. Harian yang mulai terbit sejak 9 Februari 1989 ini menjadi media favorit masyarakat Aceh dengan oplah sampai 35.000 copy dan sangat populer diberbagai kalangan. Dalam menjalankan tugasnya sebagai penyampai informasi yang aktual dan faktual, Harian Serambi Indonesia sering menampilkan foto perempuan sebagai pelengkap beritanya bahkan hampir di setiap edisi-nya. Namun foto perempuan yang ditampilkan kerapkali menjadi perbedaan pemahaman antara “penikmat foto” dan “khalayak” yang menjadi konsumen Harian Serambi Indonesia. Analisis Semiotika Foto Perempuan Dalam Media Cetak Harian Serambi Indonesia 2 (Edisi Januari sampai Februari 2015) (M. Ikram Maulanda Anhar, Baharuddin AR) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 1-11
a Jurn
h M ah
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
a wa sis
lmia lI
FISIP
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Analisis Semiotika Foto Perempuan dalam Media Cetak Harian Serambi Indonesia (Edisi Januari sampai dengan Februari 2015)”. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti perlu membatasi fokus penelitian ini. Peneliti menganalisis 10 foto perempuan yang diambil dari media cetak Serambi Indonesia secara acak (random) pada bulan Januari sampai dengan Februari 2015 untuk mencari tahu apakah makna denotatif, konotatif dan mitos yang terkandung dalam foto perempuan yang dimuat media cetak Harian Serambi Indonesia? Tujuan Penelitian Peneliti bertujuan untuk mengetahui makna denotatif, konotatif, dan mitos yang terkandung dalam foto perempuan yang dimuat media cetak Harian Serambi Indonesia. METODELOGI PENELITIAN Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif berparadigma kritis. Tujuan penelitian kritis adalah untuk mengkritik hubungan sosial yang timpang dan bermaksud untuk menghilangkan keyakinan dan gagasan palsu yang beredar di masyarakat, juga mengkritik sistem kekuasaan yang mendominasi satu kelompok tertentu. Subjek dan Objek Penelitian Subjek atau sasaran dari penelitian ini adalah media cetak Harian Serambi Indonesia. Sedangkan objek penelitiannya adalah foto-foto berita dengan objek perempuan pada media harian Serambi Indonesia, pada terbitan Januari sampai dengan Februari 2015.
Unit Analisis Unit analisis yang dijadikan bahan kajian dalam penelitian ini adalah setiap ekspresi, pose, penampilan dan sudut pandang kamera/pengambilan gambar (angle) 10 foto perempuan yang kerap muncul sebagai pelengkap berita yang disajikan media cetak Harian Serambi Indonesia sebagai sistem pemaknaan tanda dari pesan yang terkandung.
Teknik Pengumpulan Data
Analisis Semiotika Foto Perempuan Dalam Media Cetak Harian Serambi Indonesia 3 (Edisi Januari sampai Februari 2015) (M. Ikram Maulanda Anhar, Baharuddin AR) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 1-11
a Jurn
h M ah
a wa sis
lmia lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP
Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan metode dokumentasi acak, yakni dengan mengumpulkan 10 foto perempuan dalam media cetak Harian Serambi Indonesia tanggal 1 Januari sampai dengan 29 Februari 2015. Teknik Analisis Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode semiotika dengan menggunakan tiga tahap signifikasi Roland Barthes. Tiga tahap signifikasi ini akan digunakan untuk menafsirkan secara rinci tanda-tanda dari foto berita seperti yang dikutip Fiske (2004) menjelaskan:
1. Signifikasi Tahap Pertama yaitu makna Denotasi. Detonasi adalah hal yang tersurat, atau esensi objek apa adanya. Detonasi adalah makna paling nyata dan tanda yang merupakan hubungan antara signifier (penanda) dan signified (petanda). Signifier adalah bunyi atau coretan bermakna (aspek material), yakni apa yang dikatakan dan apa yang ditulis atau dibaca. Signified adalah gambaran mental, yakni pikiran atau konsep aspek mental dan bahasa. 2. Signifikasi Tahap Kedua yaitu makna konotasi. Konotasi adalah hal yang tersirat, mencerminkan nilai-nilai yang terdapat pada tanda. Makna konotasi menggambarkan interaksi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi pembaca serta nilai-nilai kebudayaannya. Selain itu, konotasi mempunyai makna subyektif atau paling tidak intersubyektif. Signifikasi Tahap Tiga yaitu tahapan mitologis atau ideologis. Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam. Mitologi merupakan kesatuan mitos-mitos yang koheren. Sedangkan ideologi mencerminkan konsep-konsep besar kebudayaan dari sebuah teks. Mitologi dan ideologi didapat dengan menemukan dan menafsirkan “retak” dalam teks atau tanda-tanda khusus yang dimiliki teks.
METODE DAN MATERI Teori Roland Barthes Roland Barthes dikenal sebagai salah seorang pemikir strukturalis yang getol mempraktikkan model linguistik dan semiologi Saussurean.. Salah satu area penting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang tanda adalah peran pembaca (the reader). Fokus perhatian Barthes tertuju kepada gagasan tentang signifikasi dua tahap (two order of significations). Signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifier dan signified (makna denotasi). Pada tatanan ini menggambarkan relasi antara penanda (objek) dan petanda (makna) di dalam tanda, dan antara tanda dan dengan referannya dalam realitasnya eksternal. Hal ini mengacu pada makna sebenarnya (riil) dari penanda (objek). Kemudian signifikasi tahap kedua adalah interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu (makna konotasi). Mitos terletak pada tingkat kedua penandaan,. Ketika suatu tanda yang memiliki makna konotasi berkembang Analisis Semiotika Foto Perempuan Dalam Media Cetak Harian Serambi Indonesia 4 (Edisi Januari sampai Februari 2015) (M. Ikram Maulanda Anhar, Baharuddin AR) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 1-11
Jurn
a
h M ah
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
a wa sis
lmia lI
FISIP
menjadi makna denotasi, maka terbentuklah mitos. Barthes menciptakan peta tentang bagaimana tanda bekerja : Gambar 1 Peta Tanda Roland Barthes 1. Signifer (Penanda)
2. Signified (petanda)
3. Denotative Sign (tanda Denotative)
4.CONNOTATIVE SIGNIFIER (PENANDA KONTATIF)
5.CONNOTATIVE SIGNIFIED (PETANDA KONOTATIF)
6. CONNOTATIVE SIGN (TANDA KONOTATIF)
Sumber : Alex Sobur. Semiotika Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya. 2004. hal: 69 Tradisi semiotika meyakini manakala realitas media telah terpajang di hadapan publik atau khalayaknya maka media seketika kehilangan otoritasnya untuk memaksa tafsiran makna yang dikehendaki. Pemaknaan pun berpindah ke tangan pembaca, pembaca boleh semena-mena karena tafsir realitas tergantung pengalaman kebudayaan yang dipunyainya. (Sunarto dan Hermawan, 2011:233). Signifikasi dua tahap Roland Barthes menjelaskan bahwa penanda dan petanda mengenai foto perempuan yang kerap muncul sebagai pelengkap (yang kurang penting) dalam media cetak Harian Serambi Indonesia Edisi Januari sampai dengan Februari 2015 sudah ada dalam setiap foto yang peneliti angkat. Berangkat dari hal tersebut nantinya peneliti akan mencari makna denotatif yang berarti makna sebenarnya yang terdiri atas isi yang tampak dari foto yang peneliti angkat. Namun pada saat yang bersamaan, makna sebenarnya yang terdapat dalam sebuah foto yang menunjukkan banjir juga memiliki makna lain tetapi tersembunyi. Foto-foto perempuan yang kerap muncul sebagai pelengkap (yang kurang penting) memiliki makna denotatif yang bisa langsung dimaknai oleh siapa saja yang melihatnya. Makna konotasi merupakan makna yang terkandung dalam sebuah tanda, pada penelitian ini yang dimaksudkan adalah foto jurnalistik “foto perempuan” yang ada di media cetak Harian Serambi Indonesia Edisi Januari sampai dengan Februari 2015, dimana akan dikaji menggunakan 6 konsep penanda konotatif yang diungkapkan Barthes (2010: 7-11) yaitu sebagai berikut: Analisis Semiotika Foto Perempuan Dalam Media Cetak Harian Serambi Indonesia 5 (Edisi Januari sampai Februari 2015) (M. Ikram Maulanda Anhar, Baharuddin AR) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 1-11
a Jurn
h M ah
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
a wa sis
lmia lI
FISIP
1. Trick Effect ialah manipulasi gambar secara artifisial. 2. Pose ialah posisi, ekspresi, sikap dan gaya subjek foto. 3. Objek ialah penentuan point of interest gambar/foto. 4. Photogenia ialah teknik pemotretan dalam pengambilan gambar (misalnya: lighting, exposure, bluring, panning, angle dan lainnya 5. Aestethism yaitu format gambar atau estetika kompisisi gambar secara keseluruhan dan dapat menimbulkan makna konotasi. 6. Syntax yaitu rangkaian cerita dari isi foto/gambar, yang biasanya berada pada caption dalam foto berita dan dapat membatasi serta menimbulkan makna konotasi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Sampel Foto Jurnalistik 1
(Sumber: Harian Serambi Indonesia, 2 Januari 2015). Signifikasi Tahap Pertama Makna Denotasi Adapun makna denotasi pada gambar diatas adalah dua wanita paruh baya sedang berjalan di halaman yang bermotif dadu di Taman Wisata Gua Jepang, Blang Panyang Analisis Semiotika Foto Perempuan Dalam Media Cetak Harian Serambi Indonesia 6 (Edisi Januari sampai Februari 2015) (M. Ikram Maulanda Anhar, Baharuddin AR) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 1-11
a Jurn
h M ah
a wa sis
lmia lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP
Kecamatan Muara Satu, Lhokseumawe. Mereka mengenakan jilbab, pakaian ketat, celana fashion, menenteng tas, dan tampak memegang handphone “smartphone”, yang seolah “ideal” untuk wanita seumurannya. Keduanya tampak gembira dan senang ketika berada ditaman Wisata Gua Jepang, Blang Panyang Kecamatan Muara Satu, Lhokseumawe. Terdapat beberapa pengunjung lain yang turut hadir dibelakang mereka, berada di dekat tulisan besar “Taman Wisata: Blang Panyang”.
Signifikasi Tahap Kedua Makna Konotasi Trick effect dalam sample foto ini, terlihat sentuhan editing, dengan menggunakan sebuah aplikasi pengolahan data foto atau gambar, seperti Photoshop dan aplikasi sejenisnya dengan tujuan mengatur kontras warna yang lebih baik dan merubah foto atau gambar yang sebenarnya. Pose pada data sample foto ini terlihat dua orang perempuan tersebut berpose natural tanpa ada arahan gaya dari fotografer, yang merupakan kriteria foto jurnalistik yang baik. Posisi fotografer dalam memotret moment ini berada disebelah kanan objek dengan meletakkan kamera pada posisi lebih rendah dari objek foto. Objek pada foto ini di letakkan di tengah-tengah foto yaitu dua orang perempuan paruh baya menjadi point of interest, sangat menarik untuk dilihat. Terlebih warna yang sangat kontras jelas terlihat di kedua pengunjung tersebut, lima detik pertama mata kita akan tertuju pada objek foto tersebut baru detik berikutnya menyebar ke objek lain di samping objek utama. Photogenia pada foto ini diambil dengan mengandalkan exposure bukaan/diafragma besar menggunakan lensa standart 18-55mm dengan setelan iso yang agak besar. Hal ini terlihat dari suasana di sekitar objek yang mulai gelap karena foto diambil setelah matahari mulai turun, sehingga fotografer memaksakan untuk menjatuhkan titik fokus pada dua orang pengunjung wanita tersebut dan memanfaatkan sisa cahaya yang ada sehingga warna di objek lebih hidup daripada objek pelengkap lainnya. Posisi ketika memotret berjarak tidak terlalu jauh dengan objek, hal ini terlihat pada ruang tajam pada gambar tersebut. Angle pemotretan ini adalah low angel dimana letak kamera berada jauh di bawah kepala objek tersebut, sehingga objek foto terlihat seakan bertubuh tinggi. Aestheticsm pada foto ini terlihat menarik dan eye cathing karena dua pengunjung perempuan tersebut diletakkan di antara garis penting (position importan elements along the lines) untuk mendapatkan rules of third dari foto dan dengan penempatan objek seperti itu bisa memperlihat kondisi disekitar Taman Wisata Gua Jepang, Blang Panyang Kecamatan Muara Satu, Lhokseumawe. Dalam dunia fotografi hal ini juga disebut juga point of interest. Syntax pada foto ini menceritakan bahwa pengunjung di Taman Wisata Gua Jepang, Blang Panyang Kecamatan Muara Satu, Lhokseumawe menikmati spot hiburan tersebut. Signifikasi Tahap Ketiga Analisis Semiotika Foto Perempuan Dalam Media Cetak Harian Serambi Indonesia 7 (Edisi Januari sampai Februari 2015) (M. Ikram Maulanda Anhar, Baharuddin AR) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 1-11
a Jurn
h M ah
a wa sis
lmia lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP
Mitos Menurut Roland Barthes bukanlah mitos seperti apa yang kita pahami selama ini. Mitos bukanlah sesuatu yang tidak masuk akal, transenden, ahistoris, dan irasional. Anggapan seperti itu, mulai sekarang hendaknya kita hilangkan. Tetapi menurut Barthes adalah sebuah ilmu tentang tanda. Menurut Barthes, mitos adalah type of speech (tipe atau gaya berbicara) seorang. Mitos digunakan orang untuk mengungkapkan sesuatu yang tersimpan dalam dirinya. Pada foto jurnalistik diatas sayang sekali kita masih melihat cara berpakaian yang masih kurang baik di lokasi hiburan. Mereka mengenakan jilbab, pakaian ketat, celana fashion, menenteng tas, dan tampak memegang handphone “smartphone”, yang seolah “ideal” untuk wanita seumurannya. Ideologi yang terdapat dalam foto perempuan diatas adalah menampakkan perempuan dengan “citra pergaulan”. Menurut Tamrin Amal Tomogola (1998), terdapat 5 citra perempuan yang berhasil dibentuk dalam media massa tersebut, antara lain yaitu: Citra Pergaulan. Yang berupaya menghapuskan mitos perempuan sebagai sosok yang kurang aktif dalam bergaul. Hal ini dapat diperhatikan dari pemilihan pengunjung yang dipilih berjenis kelamin perempuan, padahal terdapat pula pengunjung berjenis kelamin laki-laki di Taman Wisata Gua Jepang, Blang Panyang Kecamatan Muara Satu, Lhokseumawe. Dengan citra ini benarlah kegiatan objektivikasi pada foto perempuan di media Harian Serambi Indonesia. Sebab, seharusnya tidak perlu memilah perempuan yang cantik untuk kemudian memperoleh perhatian pembaca. Objektivikasi pada perempuan berarti kegiatan menjadikan perempuan sebagai hal perkara atau orang yang menjadi pokok pikiran, sasaran, tujuan, pelengkap atau tujuan penderita. Objektivikasi terjadi, ketika seseorang, melalui sarana-sarana sosial direndahkan derajatnya, dijadikan benda atau komoditas, dibeli atau dijual (Syarifah, 2006: 153).
Sampel Foto Jurnalistik 2
Analisis Semiotika Foto Perempuan Dalam Media Cetak Harian Serambi Indonesia 8 (Edisi Januari sampai Februari 2015) (M. Ikram Maulanda Anhar, Baharuddin AR) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 1-11
a Jurn
h M ah
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
a wa sis
lmia lI
FISIP
(Sumber: Harian Serambi Indonesia, 30 Januari 2015)
Signifikasi Tahap Pertama Makna Denotasi Adapun makna denotasi pada gambar diatas adalah para demonstran (beberapa) wanita meneriakan slogan anti-pemerintah di dekat Lapangan Tahrir Kairo, Mesir dalam peringatan aksi pengulingan Hosni Mubarak. Mereka menyuarakan kekecewaan atas terbunuhnya rekannya Shaima Al-Sabbagh, seorang aktivitis. Seorang demonstran wanita tampak berteriak sembari mengacungkan telunjuknya ke arah atas.
Signifikasi Tahap Kedua
Makna Konotasi Trick effect untuk foto kali ini hanya melakukan cropping agar foto menjadi lebih terarah pada dua orang demonstran perempuan tersebut dan mendapatkan komposisi yang baik. Cropping sangat membantu menghilangkan bagian gambar yang tidak perlu, dengan maksud untuk memperkuat foto tanpa merubah informasi yang sebenarnya. Pose pada foto ini fotografer membuat foto landscape yang memanfaatkan dua orang pria dikiri dan kanan bagian bawah foto sebagai frontground untuk memfokuskan mata pembaca agar tertuju kepada dua demonstran perempuan yang sedang berteriak tersebut. Objek merupakan benda-benda atau yang dikomposisikan sedemikian rupa sehingga dapat diasosiasikan dengan ide-ide tertentu dan merupakan point of interest atau pusat perhatian dalam foto.
Analisis Semiotika Foto Perempuan Dalam Media Cetak Harian Serambi Indonesia 9 (Edisi Januari sampai Februari 2015) (M. Ikram Maulanda Anhar, Baharuddin AR) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 1-11
a Jurn
h M ah
a wa sis
lmia lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP
Penempatan view demonstran wanita tampak berteriak sembari mengacungkan telunjuk-nya ke arah atas sebagai point of interest, sangat menarik untuk dilihat. Terlebih fotografer menempatkan dua perempuan tersebut di tegah bingkai foto dengan frontground yang sangat mendukung objek. Photogenia adalah seni memotret sehingga foto yang dihasilkan telah menggunakan beberapa teknik memotret, seperti teknik lighthing, exposure, blurring, angle atau cara pengambilan foto, panning maupun moving. Foto ini diambil dengan bukaan/diafragma besar menggunakan lensa tele 70200mm. Hal ini terlihat bagian frontground yang sangat blur dengan jarak pengambilan gambar yang lumayan jauh dari objek. Posisi ketika memotret fotografer berada disisi sebelah kanan objek, hal ini terlihat pada frontground sebelah kanan lebih besar pada gambar tersebut. Angle pemotretan ini adalah eye level sudut pengambilan gambar yang dimana objek dan kamera sejajar atau sama seperti mata memandang. Aestheticsm atau komposisi merupakan susunan dari berbagai objek atau gambar yang mempunyai dua sifat saling bertentangan, bisa “membangun” gambar namun juga bisa mengacaukan gambar. Gambar pada foto ini terlihat menarik karena frontground mengarahkan mata pembaca pada dua orang demonstran tersebut. Fotografer seolah ingin menunjukkan objek utama dengan memperlihatkan situasi di sekitarnya. Objek utama yang dituju adalah menunjukkan bagaimana terdapat perempuan berpartisipasi dalam peringatan aksi pengulingan Hosni Mubarak. Mereka menyuarakan kekecewaan atas terbunuhnya rekannya Shaima Al-Sabbagh, seorang aktivitis. Syntax adalah penyusunan tanda-tanda menjadi satu kalimat atau makna tertentu. Syntax tidak harus dibangun dengan lebih dari satu foto. Dalam satu foto pun dibangun syntax. Pembentukan syntax seperti ini biasanya dibantu caption. Dua orang demonstran perempuan yang salah satuya sedang meneriakan kekecewaannya dan yang satunya turut serta dengan ikut memegang poster dan menggunakan kacamata hitam, terlihat juga seorang perempuan berjilbab juga turut hadir, memperlihatkan bahwasanya telah terjadi aklutursi budaya dalam aksi demo tersebut, dalam aksi tersebut juga terlihat jelas, bahwa demo terjadi pada siang hari dengan kondisi matahari yang bersinar terang, dilihat dari beberapa orang yang ikut menggunakan kacamata hitam sebagai pelindung mata.
Signifikasi Tahap Ketiga Mitos Menurut Roland Barthes bukanlah mitos seperti apa yang kita pahami selama ini. Mitos bukanlah sesuatu yang tidak masuk akal, transenden, ahistoris, dan irasional. Anggapan seperti itu, mulai sekarang hendaknya kita hilangkan. Tetapi menurut Barthes adalah sebuah ilmu tentang tanda. Menurut Barthes, mitos adalah type of speech (tipe atau Analisis Semiotika Foto Perempuan Dalam Media Cetak Harian Serambi Indonesia 10 (Edisi Januari sampai Februari 2015) (M. Ikram Maulanda Anhar, Baharuddin AR) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 1-11
a Jurn
h M ah
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
a wa sis
lmia lI
FISIP
gaya berbicara) seorang. Mitos digunakan orang untuk mengungkapkan sesuatu yang tersimpan dalam dirinya. Ideologi tersirat yang terdapat dalam foto perempuan diatas adalah menampakkan wanita dengan “citra pilar”. Menurut Tamrin Amal Tomogola (1998), terdapat 5 citra perempuan yang berhasil dibentuk dalam media massa tersebut, antara lain yaitu: Citra Pilar. Yang jelas menampilkan mitos perempuan sebagai penyangga keutuhan, dalam hal ini keutuhan dalam berbangsa dan negara. Perempuan tidak begitu saja diam melawan kekejaman pemimpin yang brutal dan abai pada hak-hak masyarakatnya.
Sampel Foto Jurnalistik 3
(Sumber: Harian Serambi Indonesia, 23 Februari 2015)
Signifikasi Tahap Pertama Makna Denotasi Adapun makna denotasi pada gambar diatas adalah pelajar SMA yang didominasi oleh perempuan sedang mengikuti olimpiade sains yang diselenggarakan di SMA Negri Syamtalira Bayu tingkat Kabupaten Aceh Utara. Terlihat juga proses tersebut berjalan cukup ketat dan para peserta mengikutinya dengan tertib.
Signifikasi Tahap Kedua Makna Konotasi Trick Effect pada foto ini tidak ada manipulasi foto yang dilakukan, karena tidak ditemukannya cropping, ataupun penambahan effect. Hanya saja terlihat sedikit perubahan Analisis Semiotika Foto Perempuan Dalam Media Cetak Harian Serambi Indonesia 11 (Edisi Januari sampai Februari 2015) (M. Ikram Maulanda Anhar, Baharuddin AR) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 1-11
a Jurn
h M ah
a wa sis
lmia lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP
warna menggunakan white balance, sehingga tingkat keasliannya masih terjaga. Hal ini terlihat dari kejernihan pada gambarnya. Pose dalam sampel foto ini, objek yang didominasi oleh perempuan tidak bergaya saat di foto, dikarenakan mereka sedang serius mengikuti olimpiade tersebut, sehingga sikap para peserta dalam sampel objek diatas memperlihatkan keseriusan mereka dalam mengikuti olimpiade sains tingkat Kabupaten Aceh Utara itu. Terlihat dari ekspresi mereka yang begitu serius tanpa menyadari ada wartawan atau juru foto di sisi kiri mereka saat olimpiade berlangsung. Objek dalam sampel foto ini point of Interest adalah siswa perempuan yang sedang mengikuti olimpiade sains tingkat Kabupaten Aceh Utara tersebut. Ada pun siswa lain menjadi pelengkap objek dan mendukung keberadan objek sengingga foto ini terlihat menarik. Photogenia adalah seni memotret sehingga foto yang dihasilkan telah menggunakan beberapa teknik memotret, seperti teknik lighthing, exposure, blurring, angle atau cara pengambilan foto, panning maupun moving. teknik lighthing seperti pemakaian lampu kilat (blitz), digunakan karena posisi cahaya natural berada dibelakang objek, sehingga membuat objek minim cahaya dan terlihat gelap bahkan siluet hal ini sering disebut juga dengan back light, teknik untuk menjawab permasalahan ini adalah dengan munggunakan teknik lihting atau lampu kilat, sehinga objek foto terlihat terang walupun sumber cahaya berada dibelakang objek. Pada foto ini angle yang digunakan adalah high angle hal ini dapat dilihat dari pemotretan foto yang berada pada posisi yang sedikit lebih tinggi dari objek foto. Untuk lensa yang digunakan masih menggunakan lensa normal 18-55mm. Aestheticsm atau komposisi merupakan susunan dari berbagai objek atau gambar yang mempunyai dua sifat saling bertentangan, bisa “membangun” gambar namun juga bisa mengacaukan gambar. pengaturan komposisi dalam foto ini, yaitu penempatan objek disepertiga bagian atas frame, rule of third menjadi dasar utama dalam membuat foto yang menarik sehingga tidak jarang foto yang di terbitkan Harian Serambi Indonesia menggunakan aturan komposisi tersebut. Adapun bagian bawah frame sampel foto diisi dengan lembaran kertas yang sedang dikerjakan oleh siswa perempuan tersebut dan background blur yang terdiri dari peserta olimpiade saint itu pula. Syntax dalam sampel foto tersebut tanda yang terlihat jelas adalah fotografer memanfatkan daya tarik perempuan sebagai objek foto, karena terlihat dalam ruangan tersebut juga terdiri dari siswa laki-lakinya, jika dilihat dari caption sampel foto “Siswa mengikuti olimpiade sains tingkat Kabupaten Aceh Utara di SMA Negeri Syamtalira Bayu”, kata siswa menandakan adanya siswa lain selain perempuan yang turut serta dalam olimpiade tersebut.
Signifikasi Tahap Ketiga Mitos Menurut Roland Barthes bukanlah mitos seperti apa yang kita pahami selama ini. Mitos bukanlah sesuatu yang tidak masuk akal, transenden, ahistoris, dan irasional. Analisis Semiotika Foto Perempuan Dalam Media Cetak Harian Serambi Indonesia 12 (Edisi Januari sampai Februari 2015) (M. Ikram Maulanda Anhar, Baharuddin AR) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 1-11
a Jurn
h M ah
a wa sis
lmia lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP
Anggapan seperti itu, mulai sekarang hendaknya kita hilangkan. Tetapi menurut Barthes adalah sebuah ilmu tentang tanda. Menurut Barthes, mitos adalah type of speech (tipe atau gaya berbicara) seorang. Mitos digunakan orang untuk mengungkapkan sesuatu yang tersimpan dalam dirinya. Ideologi yang tersirat dalam foto perempuan diatas adalah menampakkan wanita dengan “citra pinggan”. Menurut Tamrin Amal Tomogola (1998), terdapat 5 citra perempuan yang berhasil dibentuk dalam media massa tersebut, antara lain yaitu: Citra Pinggan. Yang berupaya menghapuskan mitos perempuan sebagai sosok yang identik dengan dunia dapur. Pembahasan Dalam hal pemanfaatan karya fotografi misalnya, media cetak kerap menggunakan unsur pelengkap atau penghias yang bersifat “ilustratif” sebagai pancingan agar masyarakat (konsumen) tertarik atau sebagai point of interest. Akan tetapi penggunaan foto yang menarik sebagai unsur visual pelengkap berita yang disebarluaskan kepada masyarakat, kemudian menjadi suatu upaya lain untuk meningkatkan daya tarik pembaca pada media tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut, industri media melihat peluang yang besar dalam memberitakan atau menampilkan hal-hal berwujud “indah” sebagai objek dalam media. Hal-hal berwujud indah tersebut antara lain adalah citra perempuan. Citra perempuan yang berhasil dibentuk dalam media massa tersebut, antara lain yaitu:
1. Citra Pigura : Perempuan sebagai sosok sempurna dengan bentuk tubuh ideal. 2. Citra Pilar : Perempuan sebagai penyangga keutuhan dan penata rumah tangga. 3. Citra Peraduan : Perempuan sebagai objek seksual 4. Citra Pinggan : Perempuan sebagai sosok yang identik dengan dunia dapur. 5. Citra Pergaulan : Perempuan sebagai sosok yang kurang aktif dalam bergaul. Dalam pemikiran penulis citra pigura, citra peraduan, dan citra pergaulan yang kerap muncul pada media massa pada umumnya terlihat mengobjektivikasi perempuan dan merendahkan perempuan. Sedangkan citra pilar dan pinggan, justru terlihat memperjuangkan derajat perempuan. Objektivikasi pada perempuan berarti kegiatan menjadikan perempuan sebagai hal perkara atau orang yang menjadi pokok pikiran, sasaran, tujuan, pelengkap atau tujuan penderita. Objektivikasi terjadi, ketika seseorang, melalui sarana-sarana sosial. Dalam hal ini penting untuk dipahami, bahwa pengaruh foto perempuan terhadap media massa/surat kabar sangat besar. Penggunaan foto yang bagus atau menarik (eye catching) sebagai pelengkap berita, juga akan mempengaruhi masyarakat untuk membeli dan membaca surat kabar. Dengan menemukan gambaran citra perempuan pigura, peraduan, dan pergaulan pada 10 sampel foto perempuan di harian Serambi Indonesia pada terbitan Januari hingga Februari 2015, akan membongkar ideologi media tersebut. Hal ini ditemui pada foto perempuan dari data yang peneliti ambil, pada foto ke-1 “Pengunjung di Taman Wisata Gua Jepang”, Harian Serambi Indonesia menampilkan citra pegaulan yang dapat dilihat secara kasat mata dari gaya berpakaian yang dikenakan oleh pengunjung perempuan tersebut. Analisis Semiotika Foto Perempuan Dalam Media Cetak Harian Serambi Indonesia 13 (Edisi Januari sampai Februari 2015) (M. Ikram Maulanda Anhar, Baharuddin AR) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 1-11
a Jurn
h M ah
a wa sis
lmia lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP
Pada foto 4, 6, 7, dan 9, Harian Serambi Indonesia dominan menampilkan citra pigura hal ini dapat disimpulkan dari mengapa memilih foto perempuan dibanding laki-laki yang tidak beralasan, atau diluar konteks. Seperti pada foto perempuan di pameran batu akik, yang seharusnya lebih menampilkan gender laki-laki yang lebih banyak mengemari batu akik dan lebih mengetahui batu akik dibanding perempuan.
KESIMPULAN dan SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis, maka dapat dsimpulan sebagai berikut:
1. Makna denotasi yang muncul pada foto-foto perempuan yang terbit dalam media cetak Harian Serambi Indonesia (edisi Januari sampai dengan Februari 2015) memperlihatkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh perempuan dalam menjalani aktivitasnya sehari-hari.. 2. Makna konotasi yang muncul pada foto-foto perempuan yang terbit dalam media cetak Harian Serambi Indonesia (edisi Januari sampai dengan Februari 2015) dominan bersifat persuasif terhadap pembaca (khususnya perempuan) untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang positif, seperti: travelling, giat belajar, bertani, donor darah, hingga menjadi aktivis bahkan polisi. Harian Serambi Indonesia sering menggunakan foto perempuan sebagai pelengkap untuk menarik perhatian pembaca. Hal ini ditemui pada foto perempuan dari data yang peneliti ambil, pada foto ke-1 “Pengunjung di Taman Wisata Gua Jepang”, yang dapat dilihat secara kasat mata dari gaya berpakaian yang dikenakan oleh pengunjung perempuan tersebut. Pada foto 4, 6, 7, dan 9, Harian Serambi Indonesia dominan menampilkan citra pigura hal ini dapat disimpulkan dari mengapa memilih foto perempuan dibanding laki-laki yang tidak beralasan, atau diluar konteks. Seperti pada foto penjual batu akik perempuan di pameran, yang seharusnya lebih menampilkan gender laki-laki yang lebih banyak mengemari batu akik dan lebih mengetahui batu akik dibanding perempuan.
Saran Beberapa saran yang ingin diberikan penulis adalah : 1. Bagi pewarta foto Harian Serambi Indonesia, selaku perantara penyampaian
informasi kepada masyarakat harus meningkat dalam pengambilan gambar dari segi makna denotasi, konotosi dan mitos. 2. Bagi pewarta foto Harian Serambi Indonesia, selaku perantara penyampaian informasi kepada masyarakat harus cermat dalam memilih dan memilah citra perempuan yang akan muncul dari foto jurnalistik yang akan ditampilkan. 3. Masyarakat sebagai pembaca berita Harian Serambi Indonesia harus kritis sehingga tidak terbawa oleh ideologi media tersebut.
Analisis Semiotika Foto Perempuan Dalam Media Cetak Harian Serambi Indonesia 14 (Edisi Januari sampai Februari 2015) (M. Ikram Maulanda Anhar, Baharuddin AR) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 1-11
a Jurn
h M ah
a wa sis
lmia lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP
Daftar Pustaka Agus Rusmana. 1981. Tanya Jawab Dasar-Dasar Fotografi. Bandung: Armiko.
Alex Sobur. 2004. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Alex Sobur. 2006. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Althusser, Louis. 2010. Tentang Ideologi: Marxisme Strukturalis, Psikoanalisis, Cultural Studies. Jakarta: Jalasutra.
Anonim. Sidang Perdana Praperadilan Pagi Ini Budi Gunawan Tak Hadir. http://news.liputan6.com/read/2169443/sidang-perdana-praperadilan-pagi-inibudi-gunawan-tak-hadir. Diakses pada 01 Juni 2016.
Asep Saeful Muhtadi. 1999. Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktek. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Audy Mirza Alwi. 2004. Foto Jurnalistik: Metode Memotret dan Mengirim Foto ke Media Massa. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.
Barthes, Roland. 2010. Mitologi. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Burhan Bungin. 2007. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana
Cobley, Paul & Litza Jansz. 2005. Introducing Semiotics. London: Icon Books
Don Michael Flourney. 1989. Analisis Isi Surat Kabar Indonesia. Jogjakarta: Gajah Mada Press. Analisis Semiotika Foto Perempuan Dalam Media Cetak Harian Serambi Indonesia 15 (Edisi Januari sampai Februari 2015) (M. Ikram Maulanda Anhar, Baharuddin AR) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 1-11
a Jurn
h M ah
a wa sis
lmia lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP
Fiske, John. 2004. Cultural and Communication Studies. Yogyakarta: Jalasutra
Hadi Sabari Yunus. 2010. Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hamidi. 2005. Metode Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal Dan Laporan Penelitian. Malang: UMM Press.
Hoy, Frank P. 1986. Photojournalism the Visual Approach, Prentice Hall A division of Simon & Shuster, Inc, Englewood Cliffs. New Jersey. Husein Umar. 2003. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Ghalia Indonesia.
K. Bertens. 2001. Filsafat Barat Kontemporer Prancis. Jakarta: Gramedia.
Kris Budiman. 2004. Semiotika Visual. Yogyakarta: Buku Baik dan Yayasan Seni Cemeti.
Logan III, Richard H. 1971. Elements of Photo Reporting. San Diego La Jolla California: University of California.
Majalah Kompas. Surya Sidang Pra peradilan Budi Gunawan Ditunda. http://nasional.kompas.com/read/2015/02/02/13465871/Sidang.Praperadilan.Budi .Gunawan.Ditunda.Ini.Tanggapan.Istana. Diakses pada 01 Juni 2016.
Majalah Time, The Story Behind The Photo of Shaimaa Al Sabbaghs Dying Moments. http://time.com/3689366/the-story-behind-the-photo-of-shaimaa-al-sabbaghsdying-moments/. Diakses pada 01 Juni 2016.
Muhammad Nasir Setiawan. 1998. Menakar Panji Koming: Tafsiran Komik Karya Dwi Koendoro Pada Masa Reformasi. Jakarta: Kompas. Analisis Semiotika Foto Perempuan Dalam Media Cetak Harian Serambi Indonesia 16 (Edisi Januari sampai Februari 2015) (M. Ikram Maulanda Anhar, Baharuddin AR) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 1-11
a Jurn
h M ah
a wa sis
lmia lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP
Nyoman Kutha Ratna. 2010. Metodologi Penelitian: Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora Pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Onong Uchjana Effendy. 2003. Ilmu Komunikasi; Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Onong Uchjana Effendy. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKIS.
Pipit Permatasari. 2008. Analisis Semiotika terhadap Citra Perempuan di Rubrik "Liputan Malam" Majalah Popular Edisi Januari-Maret 2008. Skripsi. Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
R.M Soelarko. 1985. Pengantar Foto Jurnalistik. Bandung: PT. Karya Nusantara.
Rasdiyanah. 2012. Foto Berita dan Perempuan (Analisis Semiotika Foto Berita Perempuan Harian Tribun Timur). Skripsi. FISIP Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Hassanuddin Makasar.
Riyono Pratikto. 1987. Berbagai Aspek Ilmu Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Sabilla Tri Ananda. 2012. Objektivikasi Perempuan dalam Foto Majalah (Analisis Semiotika Foto-Foto Rubrik Exposure pada Majalah Popular Edisi Oktober 2011). Jurnal. FISIP Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara. Soeprapto Soedjono. 2007. Pot-pourri Fotografi. Jakarta: Penerbitan UT.
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Analisis Semiotika Foto Perempuan Dalam Media Cetak Harian Serambi Indonesia 17 (Edisi Januari sampai Februari 2015) (M. Ikram Maulanda Anhar, Baharuddin AR) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 1-11
a Jurn
h M ah
a wa sis
lmia lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sunardi. 2002. Semiotika Negative. Yogyakarta: Kanal
Sunarto dan Hermawan. 2011. Mix Methodology Dalam Penelitian Komunikasi. Jakarta: ASPIKOM.
Syamsir Salam dan Jaenal Arifin. 2006. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: UIN Press.
Syarifah. 2006. Kebertubuhan Perempuan Dalam Pornogarfi. Jakarta: Yayasan Kota Kita.
Tamrin Amal Tomogola. 1998. Citra Wanita dalam Iklan dalam Majalah Wanita Indonesia : Suatu tinjauan Sosiologis Media. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Taufan Wijaya. 2011. Foto Jurnalistik Dalam Dimensi Utuh. Jakarta: CV. Sahabat.
Analisis Semiotika Foto Perempuan Dalam Media Cetak Harian Serambi Indonesia 18 (Edisi Januari sampai Februari 2015) (M. Ikram Maulanda Anhar, Baharuddin AR) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 1-11