PROPORSI BERITA-BERITA PERTANIAN PADA SURAT KABAR HARIAN KOMPAS (Edisi Maret 2010 sampai Februari 2011)
Oleh : MEUTIA KEUMALASARI I34070111
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
ii
PROPORSI BERITA-BERITA PERTANIAN PADA SURAT KABAR HARIAN KOMPAS (Edisi Maret 2010 sampai Februari 2011)
Oleh : MEUTIA KEUMALASARI I34070111
SKRIPSI
Sebagai Bagian Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
iii
ABSTRACT
MEUTIA KEUMALASARI. Proportion of Agricultural News in Kompas Daily Newspapper). Supervised by AMRI DJAHI.
Agriculture is an important aspect that gets a lot of interest from government around developed countries, such as Indonesia. That’s why, the agricultural aspect also needs to be considered by the media when they publish their news. Therefore, this research was focused on the agricultural news that was published by Kompas over a year (since March 2010 to February 2011), in order to know how the newspaper published the agricultural news. This research was using content analysis method by counting the frequencies of the publication and measuring the news volume according to all aspects of agricultural news. This research also counted the information resource, the form of presentation, and the position of the agricultural news. These news were categorized into several categories, there are the agricultural news (23 categories), information resource (3 categories), the form presentation (8 categories), the position based on the page (3 categories), and location (2 categories). Commonly, the research’s result shows that Kompas newspaper had already given enough interest towards the agricultural news. However, the news distributions according to Kompas newspaper categories, was unbalanced. Based on the agricultural news location, the result shows that the Kompas editor gives a lot of interest towards the agricultural news during a year of publication. Keywords:
Agriculture, agricultural news, Kompas newspaper
iv
RINGKASAN
MEUTIA KEUMALASARI. Proporsi Berita-berita Pertanian pada Surat Kabar Harian Kompas (Edisi Maret 2010 sampai Februari 2011). Di bawah Bimbingan AMRI DJAHI Pertanian merupakan sektor yang penting dan patut mendapat perhatian masyarakat maupun media massa, terutama dalam meliput maupun menyebarkan berita-berita. Berita pertanian dianggap penting karena sektor pertanian mempunyai kontribusi yang cukup kuat pada proses pembangunan ekonomi nasional. Nilai suatu berita yang dimuat dalam surat kabar berpengaruh pada minat pembaca. Sehubungan dengan hal tersebut, kedudukan pengelola surat kabar menjadi penting karena perannya sebagai pemberi masukan dalam proses komunikasi. Oleh sebab itu, penentuan prioritas isi berita pada suatu surat kabar dan cara penyampaiannya perlu diperhatikan guna meningkatkan minat pembacanya. Surat Kabar Harian Kompas (selanjutnya disebut SKH Kompas) sebagai salah satu media cetak terbesar dan ternama di Indonesia menyadari fungsinya dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi dari berbagai sektor, termasuk sektor pertanian. Melalui misi mencerdaskan masyarakat, SKH Kompas mencoba menyajikan berita-berita pertanian. Berita tersebut tercakup dalam rubrik ekonomi. Hal inilah yang menarik peneliti untuk menentukan apakah pemberitaan SKH Kompas tentang pertanian disajikan secara proporsional dan apakah redaksi SKH Kompas menganggap berita pertanian itu penting. Penelitian ini dirancang sebagai penelitian deskriptif dengan pendekatan analisis isi. Analisis isi tersebut dilakukan dengan menghitung frekuensi pemunculan berita-berita itu dan mengukur volume berita tersebut menurut bidang masalah pertanian. Kemudian, menganalisis sumber-sumber informasi yang digunakan, bentuk penyajian berita, dan posisi berita pertanian. Kategori yang digunakan untuk penggolongan berita disesuaikan dengan bidang masalah pertanian (23 kategori), sumber informasi (3 kategori), bentuk penyajian (8 kategori), dan posisi berdasarkan halaman (3 kategori) dan letak (2 kategori).
v
Uji reliabilitas kategori dilakukan oleh tiga juri yang ahli dalam bidang kajian isi pertanian dan analisis isi. Berdasarkan kesepakatan antar juri diperoleh nilai 0,9 pada kategori bidang masalah pertanian. Angka koefisien kesepakatan yang diperoleh melebihi presentase angka koefisien kesepakatan yang diharapkan. Sehingga dari hasil uji kategori tersebut reliabilitas kategori terpenuhi. Dari hasil penelitian tentang frekuensi pemunculan berita pertanian diketahui bahwa bidang masalah pertanian yang diutamakan oleh SKH Kompas selama satu tahun penerbitan adalah: (1) Kehutanan, (2) Pangan dan Gizi, (3) Pemasaran Pertanian, (4) Kesejahteraan Petani, dan (5) Lingkungan Pertanian. Sedangkan berdasarkan ukuran volume berita pertanian, SKH Kompas lebih mengutamakan bidang masalah berikut: (1) Keteknikan Pertanian, (2) Penyuluhan dan Pendidikan Pertanian, (3) Komoditas Pertanian, (4) Kesejahteraan Petani, dan (5) Prasarana Produksi Pertanian. Berdasarkan uji koreasi Pearson, frekuensi pemunculan berita pertanian dan volume berita pertanian memiliki hubungan yang rendah namun positif. Artinya, ada kecenderungan bahwa frekuensi pemunculan berita pertanian akan paralel dengan peningkatan volume berita pertanian. Hasil penelitian juga menunjukkan sumber informasi berita-berita pertanian yang digunakan oleh SKH Kompas selama satu tahun penerbitan ternyata lebih banyak berasal dari sumber non pemerintah. Berdasarkan bentuk penyajiannya, SKH Kompas lebih banyak memuat berita-berita pertanian dalam bentuk berita tak langsung. Sedangkan berdasarkan posisi berita-berita tersebut, SKH Kompas lebih banyak menempatkan berita-berita pertanian pada halaman tengah di bagian atas surat kabar. Uji chi-square, menunjukkan adanya hubungan yang erat dan nyata antara halaman penempatan dengan letak berita-berita pertanian. Jadi, SKH Kompas memberi proporsi yang wajar dan masuk akal pada berita-berita pertanian berdasarkan nilai kepentingan dan tingkat aktualitasnya. Hal itu menunjukkan bahwa redaksi SKH Kompas memandang berita-berita pertanian sebagai berita yang relatif penting. Pemilihan posisi penempatan berita pertanian menunjukkan bahwa redaksi SKH Kompas memberi perhatian yang cukup besar pada berita-berita ini.
vi
Atas dasar itu, maka disarankan agar: (1) Redaksi SKH Kompas meningkatkan frekuensi pemunculan kategori bidang masalah berita-berita pertanian secara lebih seimbang, (2) Redaksi SKH Kompas memerhatikan keseimbangan volume bidang-bidang masalah berita pertanian, (3) Redaksi SKH Kompas meningkatkan penggunaan sumber-sumber berita pertanian yang berasal dari gabungan lembaga-lembaga pemerintah dan non pemerintah, (4) Redaksi SKH Kompas tidak hanya menyajikan berita-berita pertanian dalam bentuk berita, feature, maupun kolom, namun juga dalam bentuk opini atau tajuk rencana untuk turut mengatasi masalah besar pertanian di Indonesia, dan (5) Redaksi SKH Kompas memertahankan keseimbangan tata letak berita-berita pertanian yang akan diterbitkan.
vii
LEMBAR PENGESAHAN
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang ditulis oleh: Nama Mahasiswa
: Meutia Keumalasari
NRP
: I34070111
Program Studi Judul
: Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat : Proporsi Berita-berita Pertanian pada Surat Kabar Harian Kompas (Edisi Maret 2010 sampai Februari 2011)
Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memeroleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Amri Djahi, MSc NIP. 19471011 197302 1 001
Mengetahui, Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP. 19550630 198103 1 003
Tanggal Lulus : _____________________
viii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “PROPORSI BERITA-BERITA PERTANIAN PADA SURAT KABAR HARIAN KOMPAS (EDISI MARET 2010 SAMPAI FEBRUARI 2011)” BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. DEMIKIAN PERNYATAAN INI SAYA BUAT DENGAN SESUNGGUHNYA DAN SAYA BERSEDIA MEMPERTANGGUNGJAWABKAN PERNYATAAN INI.
Bogor, Januari 2012
MEUTIA KEUMALASARI I34070111
ix
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 3 Maret 1988. Penulis merupakan anak terakhir dari lima bersaudara dari Bapak Alm. Yusuf Iskandar dan Ibu Siti Masyithoh. Penulis menamatkan pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK Attaqwa 4 Bekasi (1992-1994), Sekolah Dasar Negeri 1 Panca Motor Bekasi (1994-2000), Sekolah Menengah Pertama di MTs Al-Mukmin Ngruki Surakarta (2000-2003), dan Sekolah Menengah Atas di SMA Attaqwa Bekasi (2003-2006). Selanjutnya, penulis mengikuti Bimbingan Belajar (bimbel) di Nurul Fikri Ceremai Bekasi selama setahun (2006-2007). Kemudian pada tahun 2007, penulis diterima sebagai mahasiswi Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia. Selama di IPB, penulis tergabung dalam Agri FM (radio komunitas IPB) sebagai penyiar dari tahun 2008-2009. Selain itu penulis juga menjabat sebagai penanggung jawab training dalam Agri FM (radio komunitas IPB) pada tahun 2008. Penulis juga aktif mengikuti berbagai kegiatan kepanitian dalam beberapa event di IPB antara lain BONJOUR (Be Good on Journalistic) tahun 2008 yang diadakan oleh Fakultas Ekologi Manusia, Farewell Party Rusunawa yang diadakan di asrama putri IPB pada tahun 2008, kepanitiaan dalam New Year Party Rusunawa di asrama putri tahun 2008 dan penulis juga tergabung dalam kepanitiaan COMMNEX (Communication and Community Development Expo) tahun 2010 yang diselenggarakan oleh HIMASIERA.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayahNya yang senantiasa menyertai penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Proporsi Berita-berita Pertanian pada Surat Kabar Harian Kompas (Edisi Maret 2010 sampai Februari 2011) sebagai syarat kelulusan dari Progran Studi Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat di Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan oleh penulis dengan mengumpulkan berita-berita pertanian di Surat Kabar Harian Kompas selama satu tahun (Maret 2010-Februari 2011). Mengapa satu tahun, karena penulis ingin mengetahui bagaimana SKH Kompas menyajikan berita-berita pertanian pada saat-saat dimana kondisi iklim dan cuaca yang tidak stabil. Apakah ada kecenderungan dalam menyajikan beritaberita pertanian baik dari segi frekuensi pemunculan dan volume berita berdasarkan bidang masalah pertanian. Selain itu, Skripsi ini juga menjelaskan sumber informasi, bentuk penyajian, dan posisi berita-berita pertanian pada Surat Kabar Harian Kompas . Hal ini menurut penulis cukup penting sebagai masukan bagi redaksi dan wartawan media massa khususnya surat kabar dalam menyempurnakan isi berita yang akan dimuat dan memberi pandangan pada pentingnya liputan berita pertanian di dalam surat kabar. Penulis berharap di masa-masa mendatang semakin banyak penelitian tentang analisis isi berita-berita pertanian pada surat kabar dengan rentang waktu yang lebih lama. Menyadari sebagai manusia yang tidak luput dari kekhilafan, penulis mengakui masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Untuk itu penulis mengharapkan masukan, kritikan yang membangun guna penyempurnaan
isi
skripsi ini. Pada akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca umumnya dan penulis khususnya dan dapat menjadi bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya. Bogor, Januari 2012
Meutia Keumalasari
xi
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarmya kepada pihak-pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, antara lain: 1.
Allah SWT yang selalu memberikan rahmat dan KaruniaNya yang luar biasa dan tiada habisnya, sehingga penulis merasakan kebahagiaan, menghidupkan harapan penulis, serta membuat keadaan menjadi baik dalam menyelesaikan skripsi ini.
2.
Dr. Ir. Amri Djahi, MSc. sebagai dosen pembimbing atas kesabarannya telah membimbing, memberikan gagasan dan ide yang membangun serta selalu memberikan motivasi yang sangat membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.
3.
Surat Kabar Harian Kompas yang telah mengizinkan penelitian ini dan membantu dalam penelusuran berita-berita pertanian.
4.
Teman-teman bimbingan, Mas Yus, Mas Patih, Pak Sapar, Pak Hatta, Pak Pri, dan Pak Gede atas bantuannya dalam memberikan pengetahuan dan bimbingannya kepada penulis selama penulisan skripsi ini.
5.
Ayahanda dan Ibunda tercinta, Alm. Yusuf Iskandar dan Siti Masyithoh atas kerja kerasnya selama ini dalam membesarkan penulis dan curahan kasih sayang, dukungan dan doa yang tiada henti kepada penulis.
6.
Bang Popon, Bang Mirza, Kak Intan, yang telah banyak memberikan dukungan, kritik dan saran kepada penulis. Terutama kepada Alm. Bang Dede, atas dukungannya dan kasih sayangnya yang tidak pernah terlupa.
7.
Keluarga besar penulis yang selalu memberikan dukungan baik materi maupun moril selama penulisan skripsi ini.
8.
Sahabat-sahabat tercinta Dinda, Oci, Chae, Wawa, Laras, Karin dan Pia yang tidak pernah berhenti untuk memberikan semangat, doa dan dukungan yang sangat luar biasa kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.
xii
9.
Teman-teman KPM 44 yang selalu memberikan keceriaan dan semangat dalam penulisan skripsi ini.
10. Aulia Rachman atas limpahan dukungan yang tak terkira kepada penulis serta kesediaannya dalam mendengarkan segala keluh-kesah penulis. 11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian skripsi ini. Skripsi ini penulis dedikasikan kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyelesaian skripsi ini dan kepada mereka yang berminat atas studi analisis isi berita surat kabar.
Bogor, Januari 2012
Meutia Keumalasari
xiii
DAFTAR ISI Halaman
DAFTAR ISI ………………………………….…………………………...………..
xiii
DAFTAR TABEL …………………………………………………………............
xv
DAFTAR GAMBAR ………………………………...……………………………..
xvi
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………...…………………..............
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................
3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................
4
1.4 Kegunaan Penelitian ...........................................................................................
5
BAB II
PENDEKATAN TEORITIS
2.1 Tinjauan Pustaka ................................................................................................
6
2.1.1 Pengertian Analisis Isi………….…………………………......................
6
2.1.2 Metode Analisis Isi………………………................................................
7
2.1.3 Reliabilitas Analisis isi…………..............................................................
7
2.1.4 Kategori Objek Analisis Isi………………………………………………
9
2.1.5 Frekuensi Pemunculan……………………………………….…………..
9
2.1.6 Volume Berita……………………………………………………………
9
2.1.7 Posisi Berita……………………………………………………………...
10
2.1.8 Bidang Masalah………………………………………………………….
10
2.1.9 Sumber Informasi………………………………………………………...
21
2.1.10 Bentuk Penyajian Berita………………………………………..……….
22
2.2 Kerangka Pemikiran ...........................................................................................
23
2.3 Definisi Operasional............................................................................................
24
BAB III PENDEKATAN LAPANG 3.1 Metode Penelitian ................................................................................................
31
3.2 Teknik Pengumpulan Data………………………………………………………
31
3.2 Teknik Analisis Data ............................................................................................
32
xiv
3.3 Reliabilitas Instrumen…………...........................................................................
33
BAB IV GAMBARAN UMUM SURAT KABAR HARIAN KOMPAS 4.1 Sejarah kelahiran dan Perkembangan Surat Kabar Harian Kompas ...................
36
4.2 Visi Surat Kabar Harian Kompas........................................................................
40
4.3 Misi Surat Kabar Harian Kompas………………………………...…………….
41
4.4 Kebijakan Redaksional Kompas………………………………………………..
42
4.5.Rubrikasi Surat Kabar Harian Kompas………………………………...………
42
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………
45
5.1 Frekuensi Pemunculan Berita Pertanian Berdasarkan Kategori Bidang Masalah……………………………………………………………………….
46
5.2 Volume Berita Pertanian Berdasarkan Kategori Bidang Masalah……………...
51
5.3 Hubungan Frekuensi Pemunculan dan Volume Berita…………………………
56
5.4 Sumber Informasi pada Berita Pertanian……………………………………….
58
5.5 Bentuk Penyajian Berita Pertanian……………………………………………..
61
5.6 Posisi Berita Pertanian………………………………………………………….
64
5.7 Uji Hubungan Halaman Penempatan dengan Letak Penempatan Berita-berita Pertanian………………………………………………………………………
67
BAB VIII PENUTUP …………………………………………………………..
69
6.1 Kesimpulan ...........................................................................................................
69
6.2 Saran……………………………………………………………………………..
69
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................
71
LAMPIRAN ...............................................................................................................
76
xv
DAFTAR TABEL Nomor
Teks
Halaman
Tabel 1
Volume (cmK) Berita tentang Pembangunan Pertanian Berdasarkan Pemenuhan Unsur 5W +1H ……………………………………………... 2
Tabel 2
Koefisien Reliabilitas Antar Juri untuk Kategori Bidang Masalah Pertanian………………………………………………………………….. 34
Tabel 3
Frekuensi, Jumlah, Persentase, dan Peringkat Pemunculan Berita Pertanian Berdasarkan Kategori Bidang Masalah Selama Setahun Penerbitan (N=702)……………………………………………………..... 47
Tabel 4
Volume, Jumlah, Persentase, dan Peringkat Sajian Berita Pertanian Berdasarkan Kategori Bidang Masalah Selama Setahun Penerbitan (N=702)………………………………………………………………....... 52
Tabel 5
Hubungan Frekuensi Pemunculan dan Volume Berita Berdasarkan Kategori Bidang Masalah………………………………………………… 57
Tabel 6
Jumlah, Persentase, dan Peringkat Penggunaan Sumber Informasi pada Sajian Berita Pertanian Selama Setahun Penerbitan 58 (N=702)……………...................................................................................
Tabel 7
Jumlah, Presentase, dan Peringkat Penggunaan Bentuk Penyajian pada Sajian Berita Pertanian Selama Setahun Penerbitan (N=702)……………................................................................................... 62
Tabel 8
Jumlah, Persentase, dan Peringkat Posisi pada Sajian Berita Pertanian Selama Setahun Penerbitan Berdasarkan Letak Berita (N=702)…………………………………………………………………... 65 Jumlah, Persentase, dan Peringkat Posisi pada Sajian Berita Pertanian Selama Setahun Penerbitan Berdasarkan Halaman Penempatan (N=702)...................................................................................................... 66 Uji Chi-square antara Letak Penempatan dengan Halaman Penempatan pada sajian berita pertanian selama satu tahun penerbitan (N=702)…………………………………………………………………... 67
Tabel 9
Tabel 10
xvi
DAFTAR GAMBAR Nomor
Teks
Halaman
Gambar 1 Kerangka Berpikir Analisis Isi dalam Mengetahui Proporsi Berita Pertanian............................................................................................... 24
xvii
DAFTAR LAMPIRAN Nomor Lampiran 1
Teks
Halaman
Pedoman Kategorisasi Analisis Isi……………………………….. 77
Lampiran 2. Skema Teknik Rotated Random Sampling pada SKH Kompas….. 78 Lampiran 3
Surat Izin Penelitian……………………………………………...
79
Lampiran 4
Surat Izin Permohonan Juri………………………………………
80
Lampiran 5
Sampel Surat Kabar Harian Kompas……………………………..
81
I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Agus (2006:52) mengemukakan bahwa analisis isi ialah metode untuk
mengumpulkan dan menganalisis muatan sebuah “teks”. Teks dapat berupa katakata, gambar, simbol, gagasan, tema dan berbagai bentuk pesan yang dapat dikomunikasikan. Analisis isi berusaha memahami data bukan sebagai kumpulan peristiwa fisik tetapi sebagai gejala simbolik untuk mengungkapkan makna yang terkandung dalam sebuah teks dan memahami pesan yang disampaikan. Sesuai dengan tujuannya, maka analisis isi menjadi pilihan untuk diterapkan pada penelitian yang terkait dengan isi komunikasi dalam sebuah teks. Sehingga memunculkan beberapa pertanyaan tipikal yang dapat dijawab dengan menggunakan metode analisis isi. Salah satu pertanyaan itu ialah tentang prioritas atau hal penting isi teks, seperti frekuensi, dimensi, aturan dan jenis-jenis citra atau cerita dari peristiwa yang disampaikan. Analisis isi muncul pada beberapa waktu terakhir dan digunakan dalam berbagai penelitian sejarah, jurnalisme, ilmu politik, pendidikan, psikologi, dan sebagainya. Analisis isi pada awalnya banyak digunakan dalam ilmu komunikasi sebagai upaya mengungkap makna di balik simbol dan bahasa yang menjadi sarana
komunikasi.
Dengan
menggunakan
analisis
isi,
peneliti
dapat
membandingkan berbagai simbol di dalam media atau teks tertentu dan menganalisisnya dengan teknik kuantitatif. Berbagai data dapat dimanfaatkan dalam analisis isi, misalnya berita yang dimuat pada surat kabar (Martono 2010:77). Berita yang dimuat di dalam surat kabar dapat memengaruhi minat dan pengetahuan pembaca. Kedudukan pengelola surat kabar penting karena perannya sebagai pemberi masukan (input) dalam proses komunikasi. Mintarsih (1987:11) berpendapat bahwa unsur pesan (berita) atau materi pernyataan yang disampaikan oleh pengelola surat kabar kepada pembaca hendaknya memenuhi kebutuhan pribadi dan dapat menyampaikan saran-saran tentang cara penyampaian kebutuhan tersebut.
McQuail dalam Muljono (2005:1) berpendapat bahwa memberikan informasi kepada khalayak bertujuan untuk memuaskan rasa ingin tahu dan minat khalayak tersebut dalam mengembangkan rasa damai melalui penambahan pengetahuan bagi individu khalayak. Dengan kata lain, pemberian informasi dapat menimbulkan efek yang diinginkan untuk memenuhi keingintahuan khalayak secara umum. Lebih lanjut Muljono (2005:8) mengungkapkan bahwa pertanian merupakan sektor yang penting dan patut mendapatkan cukup perhatian oleh pemerintah di negara berkembang termasuk Indonesia. Karena sektor pertanian memiliki kontribusi yang cukup kuat pada proses pembangunan ekonomi nasional. Jadi, sektor pertanian patut juga diperhatikan oleh media massa baik dalam liputan maupun dalam penyampaian berita-berita itu. Pemberitaan surat kabar tentang kebijakan pertanian menjadi perhatian penting khalayak. Mulyono (2005:10) mengemukakan bahwa surat kabar mempunyai peranan dalam menyampaikan serangkaian kebijakan-kebijakan pemerintah kepada khalayaknya. Surat kabar nasional yang secara terus menerus mengalami pertumbuhan dengan menyajikan berita-berita yang berbobot, salah satunya adalah Surat Kabar Harian Kompas. Surat kabar yang berdiri sejak tanggal 28 Juni 1965 ini merupakan surat kabar nasional yang terbilang lengkap dalam menyajikan berita-berita pertanian. Disamping itu, SKH Kompas mampu memenuhi unsur 5W + 1H secara jelas dalam menyajikan berita-berita pertanian (Muhsin 1998). (Lihat Tabel 1)
Tabel 1. Volume (cmK) Berita tentang Pembangunan Pertanian Berdasarkan Pemenuhan Unsur 5W +1H Unsur 5W + 1 H 1. Memenuhi 2. Tidak memenuhi Jumlah Sumber: Muhsin (1998)
Kompas N
%
10.580
91,78
Suara Merdeka N % 7.065
67,55
947,50
8,22
3.393,75
32,45
10.527,50
100,00
10.458,75
100,00
Analisis isi berita pertanian dilakukan pada SKH Kompas selama setahun penerbitan terhitung sejak tanggal 1 Maret 2010 sampai dengan 28 Februari 2011. Hal tersebut dilakukan dengan pertimbangan bahwa iklim atau cuaca yang tidak stabil pada awal tahun 2011 (Januari dan Februari) memengaruhi penurunan produktivitas pertanian, sehingga harga produk pertanian melambung tinggi. Hal ini pada akhirnya akan memengaruhi kesejahteraan masyarakat. Pemberitaan media massa tentang pertanian cenderung memadat pada musim panen dan kondisi iklim yang ekstrim. Pada dasarnya setiap saat berita pertanian perlu disampaikan kepada khalayak agar memeroleh porsi berita yang seimbang. Pada akhirnya penelitian ini diharapkan dapat menunjukkan seberapa besar proporsi berita pertanian yang dimuat oleh SKH Kompas dalam setahun penerbitan. 1.2
Rumusan Masalah Sebagai salah satu media komunikasi, media massa memiliki peran
penting dalam memengaruhi pengambilan keputusan oleh berbagai pihak. Salah satu media massa yang cukup sering digunakan dalam komunikasi adalah surat kabar. Pengelola surat kabar memuat berita-berita dari berbagai sektor termasuk pertanian untuk menambah pengetahuan khalayak. Sekalipun demikian, pertanian sering menjadi isu dan masalah yang sensitif. Penelitian yang secara khusus mengaji isi berita pertanian masih jarang dilakukan. Peranan media massa dalam menyebarluaskan informasi yang diperlukan masyarakat telah diatur dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers. Dalam pasal 6 ayat (1) undang-undang tersebut dinyatakan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui (Public’s right to know) dan lembaga pers berperan memenuhinya. Tidak hanya itu, hak masyarakat untuk memeroleh informasi dijamin pula dalam Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (HAM), sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 14 ayat (1) “Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memeroleh informasi yang diperlukan untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya” (Eko 2006:27)
SKH Kompas adalah surat kabar berskala nasional yang memiliki pembaca yang cukup banyak. Hal tersebut dibuktikan oleh Muhsin (1998) yang menunjukkan fakta bahwa SKH Kompas menjangkau hampir 50% pembaca surat kabar harian nasional di Indonesia. Maka dari itu, penelitian ini mengaji berita-berita pertanian yang dikemas oleh SKH Kompas. Penelitian ini tidak membahas masalah dampak media kepada khalayaknya, akan tetapi menekankan pada isi media itu sendiri dalam memuat berita-berita pertanian. Berkaitan dengan uraian di atas maka perumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana frekuensi pemunculan berita-berita pertanian yang disajikan SKH Kompas selama satu tahun (Maret 2010-Februari 2011) 2. Bagaimana volume berita-berita pertanian pada setiap kategori bidang masalah pada SKH Kompas selama satu tahun (Maret 2010-Februari 2011) 3. Sumber-sumber informasi apa saja yang digunakan oleh penulis berita pertanian yang disajikan pada SKH Kompas selama setahun (Maret 2010Februari 2011) 4. Apa bentuk penyajian berita-berita pertanian yang disajikan di dalam SKH Kompas selama satu tahun (Maret 2010-Februari 2011) 5. Bagaimana posisi berita-berita pertanian yang disajikan di dalam SKH Kompas selama satu tahun (Maret 2010-Februari 2011) 1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka
tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui frekuensi pemunculan berita- berita pertanian yang disajikan SKH Kompas selama satu tahun (Maret 2010-Februari 2011). 2. Mengetahui volume pemberitaan setiap kategori berita pertanian pada SKH Kompas selama satu tahun (Maret 2010-Februari 2011).
3. Mengetahui sumber-sumber informasi yang digunakan oleh penulis berita pertanian yang disajikan SKH Kompas selama satu tahun (Maret 2010Februari 2011). 4. Mengetahui bentuk penyajian berita-berita pertanian yang disajikan SKH Kompas selama satu tahun (Maret 2010-Februari 2011). 5. Mengetahui posisi berita-berita pertanian yang disajikan di dalam SKH Kompas selama satu tahun (Maret 2010-Februari 2011). 1.4
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan berguna untuk: 1. Kompas, sebagai masukan bagi redaksi Kompas dalam menyempurnakan isi berita yang akan dimuat. 2. Wartawan, memberi pandangan pada pentingnya liputan berita pertanian di dalam suratkabar. 3. Redaksi Kompas, sebagai masukan dalam menyeimbangkan bidang masalah pertanian. 4. Penelitian, memberi rangsangan tumbuhnya penelitian-penelitian baru khususnya penelitian analisis isi media massa.
II PENDEKATAN TEORITIS 2.1
Tinjauan Pustaka
2.1.1
Pengertian Analisis Isi Analisis isi (content analysis) adalah penelitian yang membahas isi suatu
informasi tertulis atau tercetak dalam media massa. Pelopor analisis isi adalah Lasswell, yang memelopori teknik symbol coding, yaitu mencatat lambang atau pesan secara sistematis, kemudian diberi interpretasi. Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi. Baik surat kabar, berita radio, iklan televisi maupun semua bahan-bahan dokumentasi yang lain. Hampir semua disiplin ilmu sosial dapat menggunakan analisis isi sebagai teknik atau metode penelitian. Holsti dalam Eko (2006:40) menunjukkan tiga bidang yang banyak menggunakan analisis isi, yang besarnya hampir 75% dari keseluruhan studi empirik, yaitu penelitian sosioantropologis (27,7%), komunikasi umum (25,9%), dan ilmu politik (21,5%). Analisis isi dapat diberlakukan pada semua penelitian sosial. Analisis isi dapat digunakan jika memenuhi syarat berikut: (1) Data yang tersedia sebagian besar terdiri dari bahan-bahan yang terdokumentasi (buku, surat kabar, rekaman, naskah), (2) Ada keterangan pelengkap atau kerangka teori tertentu yang menerangkan sesuatu dan sebagai metode pendekatan pada data tersebut, dan (3) Peneliti memiliki kemampuan teknis untuk mengolah bahan-bahan atau data-data yang dikumpulkannya karena sebagian dokumentasi tersebut bersifat sangat khas dan spesifik (Andre 2009). Lebih lanjut Martono (2010:77) mengungkapkan bahwa, berbagai data dapat dimanfaatkan dalam penelitian dengan analisis isi ini, misalnya berita kenaikan harga pangan yang diperoleh dari surat kabar. Dari berita tersebut peneliti dapat mencari tahu seberapa sering berita tersebut dimunculkan oleh surat kabar dan seberapa besar berita yang dimuat surat kabar tersebut. Sehingga dengan menggunakan metode kuantitatif, kita dapat menjelaskan seberapa pentingkah media massa menganggap suatu berita.
2.1.2
Metode Analisis Isi Menurut Fluornoy dalam Eko (2006:38), metode analisis isi adalah suatu
metode untuk mengamati dan mengukur isi pesan komunikasi. Metode ini sering digunakan untuk mengetahui karakteristik isi surat kabar tentang frekuensi dan volume berdasarkan bidang masalah, penggunaan sumber informasi, dan kecenderungan isi. Holsti dalam Eko (2006:38), menyebutkan bahwa teknik penelitian yang menggunakan analisis isi bisa menggambarkan secara objektif, sistematik, dan kuantitatif tentang isi komunikasi yang tersurat. Objektivitas diperoleh dengan menggunakan kategori analisis yang diklasifikasi secara tepat sehingga orang lain yang menggunakannya untuk menganalisis isi yang sama akan memeroleh hasil yang sama pula. Sistematis artinya prosedur tertentu diterapkan dengan cara yang sama pada semua isi yang dianalisis. Kuantitatif di sini menunjukkan bahwa penelitian ini mengumpulkan data kuantitatif melalui perhitungan angka-angka. Menurut Muhsin (1998:20), analisis isi dipakai untuk mengaji pesan-pesan yang dimuat oleh media. Pendekatan ini digunakan untuk menguji isi secara kuantitatif,
keyakinan-keyakinan,
kepentingan-kepentingan
editor,
dan
kecenderungan isi pesan. Lebih lanjut Muhsin (1998:20) berpendapat bahwa pendekatan analisis isi dapat menjadi titik awal untuk memelajari efek pesan komunikasi. Studi-studi tentang analisis isi surat kabar sudah banyak dilakukan, misalnya oleh Asri (2010) dan Mintarsih (1987). Dalam penelitian tersebut aspek yang paling menonjol adalah perbandingan isi berita ekonomi rakyat yang dimuat oleh dua surat kabar. Lain halnya dengan penelitian Yunanto (2001) yang merujuk pada arah perubahan pemberitaan surat kabar dalam kurun waktu tertentu. 2.1.3
Reliabilitas Analisis Isi Pendekatan kuantitatif mensyaratkan suatu penelitian, termasuk analisis isi
memiliki keterandalan (reliability) dan kesahihan (validity) yang baik. Analisis isi adalah suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi (kesimpulan) yang dapat diulang (replicable) dan sahih data dengan memerhatikan konteksnya. Namun, dalam penelitian yang dilakukan oleh Eko (2006) tidak ditemukan penjelasan tentang peran juri dalam uji reliabilitas. Peneliti hanya menjelaskan
tentang penghitungan tingkat keterpercayaan intercoder dengan menggunakan intercoder reliability Holsti. Tingkat keterandalan (reliability) metode analisis isi mengacu pada tingkat konsistensi yang ditampilkan oleh satu atau lebih juri dalam mengklasifikasi isi menurut nilai tertentu dalam variabel spesifik. Reliabilitas dapat didemonstrasikan dengan mengaji hubungan antara penilaian dari sampel yang sama untuk butir relevan, oleh juri yang berbeda (inter-coder reliability), atau oleh juri yang sama dalam saat yang berbeda (inter-coder reliability), atau oleh juri yang sama dalam saat yang berbeda (intra-coder reliability). Untuk mencapai tingkat reliabilitas (kepercayaan) yang tinggi, peneliti harus: 1. Mendefinisikan variabel dan nilai secara jelas dan tepat dan menjamin bahwa semua juri dapat memahami definisi ini dalam cara yang sama. 2. Melatih juri dalam menerapkan kriteria terdefinisi untuk setiap variabel dan nilai. 3. Mengukur konsistensi inter-coder di mana dua atau lebih juri menerapkan kriteria (definisi-definisi) dengan menggunakan kumpulan contoh serupa. Hasilnya dapat diketahui apakah kategorisasi data dalam penelitiannya handal. Analisis isi tidak berpotensi untuk menunjukkan bagaimana pengamat mamahami atau menilai apa yang mereka lihat atau dengar. Analisis isi hanya menunjukkan apa yang diberi prioritas atau dianggap penting dan apa yang tidak. Tingkat validitas analisis isi ditentukan oleh penarikan kesimpulan dan kesesuaian dengan teori yang berlaku. Jika reliabilitas merujuk pada konsistensi internal analisis isi, maka validitas merujuk pada konsistensi eksternal dari keseluruhan riset atau teori yang terkait. Analisis isi bisa menyajikan deskripsi dimensi-dimensi kuantitatif dan representasi suatu teks. Metode ini dapat digunakan untuk menyajikan peta latar belakang (background-map) representasi teks itu. Setelah menggunakan analisis isi, Philip Bell menyarankan peneliti menginterpretasikan teks dengan metode kualitatif, seperti metode semiotik atau interpretasi teks individual (Bell dalam Agus 2006:24).
2.1.4
Kategori obyek analisis Sesuatu yang menjadi ciri dari penelitian analisis isi adalah kategori obyek
yang akan dianalisis baik dari macam atau topik berita atau sumber berita, konsep berita maupun kategori lainnya yang disesuaikan dengan tujuan studi. Suatu kategori dapat dipakai dalam sebuah penelitian apabila kategori tersebut sesuai dengan tujuan studi, bersifat fungsional serta dapat dikelola, artinya tidak terlalu banyak sehingga orang mudah mengingatnya. Sama halnya dengan penelitian Saiful et al (2005) tentang kategori berita dalam Rubrik Kandha Raharja yang didasarkan pada pengamatan dan kecenderungan dalam rubrik yang didasarkan penelitian-penelitian terdahulu. 2.1.5
Frekuensi Pemunculan Jumlah pemunculan suatu teks pada suatu unit analisis dihitung untuk
menentukan berapa banyak frekuensi pemunculan teks yang ingin diketahui. Sebagaimana analisis isi di dalam surat kabar, penentuan frekuensi pemunculan atau banyaknya jumlah pemberitaan yang dimunculkan pada surat kabar akan dihitung guna mengetahui seberapa banyak berita-berita tertentu yang akan diketahui pada suatu penelitian. Dari hasil perhitungan tersebut dapat diketahui bagaimana pengelola surat kabar menganggap penting suatu berita. Pada akhirnya, frekuensi dapat diartikan sebagai jumlah pemunculan tiap pemberitaan yang disajikan di dalam surat kabar atau teks lainnya. 2.1.6
Volume Berita Volume sebuah teks yang dimuat di dalam surat kabar seringkali menjadi
bahan pertimbangan bagi pengelola surat kabar. Besarnya ruang pemberitaan yang disajikan oleh surat kabar menunjukkan seberapa penting berita tersebut bagi pengelola surat kabar atau redaksi. Kebijakan redaksional berpengaruh penting pada pemunculan ataupun luasnya suatu berita. Semakin besar ruang pemberitaan yang dialokasikan maka semakin penting penilaian redaksi pada pemberitaan tersebut. Artinya volume berita yang besar mengandung lebih banyak keterangan informasi atau ulasan yang lebih mendalam tentang suatu berita. Tidak semua berita memiliki volume yang besar, tergantung pada pengelola surat kabar yang menganggap seberapa penting suatu berita. Pada akhirnya volume berita diartikan
sebagai luas ruang atau kolom yang digunakan tiap berita dan diukur dalam sentimeter kolom (cmK). 2.1.7
Posisi Berita Posisi berita ialah lokasi berita pada suatu kolom surat kabar berdasarkan
halaman penempatan dan letak berita itu. Seseorang cenderung membaca surat kabar sesuai dengan penglihatannya mulai dari halaman awal dan terus berlanjut ke halaman paling belakang. Begitu seterusnya sampai menemukan apa yang dicari. Oleh sebab itu, halaman penempatan suatu berita dapat menunjukkan seberapa tinggi pengelola surat kabar menilai berita tersebut. Posisi berita juga dapat ditentukan oleh letak kolom suatu berita. Letak berita pada bagian atas halaman surat kabar menujukkan berita tersebut memiliki nilai tinggi sedangkan letak berita pada bagian bawah halaman surat kabar menujukkan kurangnya nilai berita tersebut. Posisi berita dapat pula diartikan sebagai lokasi berita yang disajikan oleh surat kabar. 2.1.8
Bidang Masalah Bidang masalah ialah pokok permasalahan atau materi yang dikandung
dalam suatu tulisan atau gambar yang dimuat oleh suatu media termasuk surat kabar (Mulyadi 2001:25). Bidang masalah harus sesuai dengan tujuan penelitian untuk memudahkan proses penelitian analisis isi. Hendaknya pemuatan bidang masalah dalam penelitian analisis isi didasarkan atas pengetahuan yang tepat dari peneliti. Konstruksi bidang masalah ditunjukkan dengan kategori yang digunakan dalam analisis isi dan harus berhubungan erat dengan variabel penelitian. Mintarsih (1987:40) mengategorikan lima bidang masalah pertanian sebagai berikut: (1) Produksi Pertanian, (2) Teknologi Pasca Panen, (3) Manajemen Usaha Tani, (4) Pembaruan Pertanian, dan (5) Kebijakan Pemerintah. Nasoetion (1990:34) menyatakan bahwa pertanian ialah suatu usaha untuk mengadakan suatu ekosistem buatan untuk menyediakan bahan makanan bagi manusia. Lebih lanjut Nasoetion (1990:34) mengungkapkan bahwa usaha pertanian pada dasarnya bersandar pada kegiatan menyadap energi surya agar menjadi energi kimia melalui proses fotosintesis. Hasil fotosintesis ini kemudian menjadi bagian tumbuhan atau hewan yang dapat dijadikan makanan manusia, bahan sandang dan papan, sumber energi, dan bahan baku industri.
Lebih
lanjut
Nasoetion (1990:34) mengungkapkan bahwa
untuk
mendapatkan bahan-bahan organik itu tumbuhan dan hewan harus dapat hidup di dalam suatu lingkungan yang terdiri atas tanah, air dan udara pada suatu iklim yang sesuai. Oleh karena itu, ilmu-ilmu pertanian mencakup, antara lain: ilmu tanah, tata air, cuaca, dan iklim yang tergolong ke dalam kelompok ilmu-ilmu lingkungan kehidupan dan budidaya. Sanusi (1989:43-44) membagi bidang masalah dalam menganalisis isi surat kabar pedesaan menjadi 17 kategori, yaitu; (1) Pertanian, (2) Kesehatan, (3) Lingkungan, (4) Pendidikan, (5) Koperasi, (6) Transmigrasi, (7) Kebudayaan dan Pariwisata, (8) Ekonomi dan Industri, (9) Hukum dan Kamtibnas, (10) Teknologi Terapan, (11) Olahraga, (12) Pembangunan Fisik, (13) Politik dan Kegiatan Pemerintahan, (14) Pembangunan Spiritual, (15) Energi dan Tambang, (16) Hiburan, dan (17) Iklan. Selanjutnya Sihombing (1994:7-11) menunjukkan bahwa kategori bidang masalah pertanian yang dianalisis, ialah: 1) Sosial Ekonomi Pertanian, (2) Penyuluhan dan Komunikasi, (3) Iklim dan Cuaca, (4) Keteknikan Pertanian, (5) Farming System, (6) Pangan dan Gizi, (7) Peraturan Bidang Pertanian, (8) Lahan dan Kondisinya, (9) Budidaya Tanaman, (10) Hama dan Penyakit, (11) Budidaya Ikan, (12) Sumberdaya Perairan, (13) Pengolahan Hasil Pertanian, (14) Budidaya Ternak, (15) Kesehatan Ternak, (16) Kehutanan, dan (17) Bidang lain. Sebagaimana kategori-kategori bidang masalah pertanian di atas, maka kategori bidang masalah pertanian yang digunakan pada penelitian ini, ialah: 1) Lingkungan Pertanian, 2) Kesejahteraan Petani, 3) Ketenagakerjaan Pertanian, 4) Pemasaran Pertanian, 5) Sistem Keuangan dan Permodalan Pertanian, 6) Sarana Produksi Pertanian, 7) Prasarana Produksi Pertanian, 8) Penyuluhan dan Pendidikan Pertanian, 9) Komunikasi dan Informasi Pertanian, 10) Komoditas Pertanian, 11) Iklim dan Cuaca, 12) Keteknikan Pertanian, 13) Pangan dan Gizi, 14) Peraturan Bidang Pertanian, 15) Lahan dan Kondisinya, 16) Budidaya Tanaman, 17) Hama dan Penyakit, 18) Budidaya Ikan, 19) Sumberdaya Perairan, 20) Pengolahan Hasil Pertanian, 21) Budidaya Ternak, 22) Kesehatan Ternak, dan 23) Kehutanan.
Suatu kategori dapat dipakai dalam sebuah penelitian apabila kategori tersebut sesuai dengan tujuan studi. Oleh karena itu, kategori-kategori diatas disesuaikan dengan tujuan penelitian yakni mengetahui proporsi berita-berita pertanian. Penentuan kategori bidang masalah pertanian berdasarkan pengamatan dan kecenderungan yang ada pada SKH Kompas serta berdasarkan penelitianpenelitian terdahulu. Penjelasan dari masing-masing kategori bidang masalah pertanian tersebut adalah: 1. Lingkungan Pertanian Lingkungan pertanian adalah suatu sistem yang berasal dari luar pertanian yang berpengaruh atas keadaan pertanian tersebut (Notohadiprawiro 1989:3). Dalam suatu bangunan pertanian, perlu diperhatikan aspek-aspek lingkungan
mikro
dan
pengendaliannya
yang
diperlukan
untuk
memaksimalkan fungsi dan bangunan tersebut sesuai dengan tujuan dibangunnya. Dalam hal ini, kategori lingkungan pertanian mencakup beberapa hal, yaitu: keadaan alam yang terjadi di lingkungan sekitar pertanian, dampak kerusakan alam pada pertanian, manajemen sumber daya alam, tata ruang lingkungan pertanian, tata pertanaman, dan kerusakan alam (banjir, erosi, longsor, dll). Segala sesuatu yang memengaruhi ketahanan lingkungan pertanian dan berdampak pada kerusakan lingkungan pertanian juga termasuk ke dalam kategori lingkungan pertanian. 2. Kesejahteraan Petani Pengertian kesejahteraan petani menurut kamus Bahasa Indonesia adalah hal atau keadaan sejahtera yang dialami oleh petani. Kesejahteraan petani dalam hal ini adalah kondisi sosial yang dialami oleh petani, seperti kerugian, keuntungan, dan kestabilan produktivitas pertanian. Dalam hal ini, kategori kesejahteraan petani mencakup beberapa hal, yaitu: kondisi sosial petani (termasuk nelayan, peternak, dan pedagang) baik psikis maupun materiil (petani terpuruk, petani melarat), tingkat pengetahuan dan keahlian petani dalam bidang pertanian, sikap petani dalam pengambilan keputusan, dan tindakan petani dalam menangani masalah pertanian. Bukan hanya itu, bagaimana petani mengambil keputusan dan bertindak pada kondisi yang
sedang dialaminya serta seberapa besar tingkat pengetahuan dan keahlian yang dimiliki oleh petani. 3. Ketenagakerjaan Pertanian Ketenagakerjaan pertanian adalah banyaknya tenaga kerja petani sawah yang membudidayakan atau mengusahakan tanaman padi dengan tujuan memenuhi kebutuhan hidup (Unikom 2004:13). Tenaga kerja itu sendiri didefinisikan sebagai penduduk yang berada pada usia kerja (15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memroduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga kerja mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut. Dalam hal ini, kategori ketenagakerjaan petani mencakup beberapa hal, yaitu: tingkat tenaga kerja petani dan buruh tani, pekerja upahan, buruh angkut, pemilik penggarap, penyakap, penyewa, dan lain sebagainya. Bukan hanya itu, ketenagakerjaan pertanian juga meliputi tingkat upah petani, penawaran dan permintaan buruh tani, produktivitas tenaga kerja petani. 4. Pemasaran Pertanian Pengertian pemasaran menurut Stanton dalam Ahmad (2009) adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan dengan tujuan untuk merencanakan dan menentukan harga sampai dengan memromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang bisa memuaskan kebutuhan pembeli aktual maupun potensial. Dalam hal ini, kategori pemasaran pertanian mencakup beberapa hal, yaitu: kenaikan dan penurunan harga komoditas pertanian, sistem tataniaga pertanian, pendapatan pemasaran pertanian, harga produksi pertanian, serta biaya (termasuk biaya operasional lembaga) dalam bidang pertanian (pupuk, tanaman, dan perikanan). 5. Sistem Keuangan dan Permodalan Pertanian Sistem keuangan itu sendiri menurut Cunningham (2009) merupakan seluruh rangkaian dari berbagai unsur yang saling terkait yang terdiri dari rumah tangga, lembaga pemerintah, lembaga keuangan yang membentuk pasar keuangan. Sedangkan pengertian permodalan menurut Tri (2011) adalah usaha untuk memeroleh dana yang dibutuhkan oleh badan usaha secara efisien
serta bagaimana menggunakan dana tersebut. Sistem keuangan dan permodalan pertanian di sini mencakup stabilisasi pertumbuhan ekonomi, seperti laju inflasi, anggaran, investasi, dan indeks harga yang dipengaruhi oleh stabilisasi harga-harga komoditas pertanian. Bukan hanya itu, Sistem keuangan dan permodalan pertanian juga mencakup laju inflasi dalam bidang pertanian, anggaran pertanian, laju kenaikan dan penurunan harga di bidang pertanian, indeks harga, investasi, dan lain sebagainya. Hal tersebut juga dapat dipengaruhi oleh nilai kurs rupiah. 6. Sarana Produksi Pertanian Sarana produksi pertanian adalah fasilitas yang diperlukan dalam menunjang kegiatan-kegiatan pertanian. Sarana produksi pertanian termasuk pada salah satu subsistem agribisnis yaitu subsistem agribisnis hulu yakni kegiatan industri dan perdagangan yang menghasilkan sarana produksi pertanian yakni pembenihan (pembibitan) tumbuhan, industri agrokimia (pupuk, pestisida, obat, vaksin ternak) dan industri agro-otomotif (mesin dan peralatan pertanian) serta industri pendukung lainnya. Dalam hal ini, kategori sarana produksi pertanian mencakup beberapa hal, yaitu: penyediaan, pengawasan serta pendistribusian pupuk, bibit unggul, insektisida, pestisida, obat ternak, dan lain-lain. Bukan hanya itu, sarana produksi pertanian juga mencakup segala sesuatu yang berhubungan dengan pembenihan atau pembibitan, pemupukan, serta penyediaan sarana-sarana pertanian lainnya yang dapat menunjang produktivitas pertanian. 7. Prasarana Produksi Pertanian Prasarana
produksi
pertanian
diperlukan
untuk
memanfaatkan
sumberdaya pertanian dan membangun pertanian komersial. Ketersediaan prasarana merupakan syarat untuk menghasilkan, memasok, dan menyalurkan sarana pertanian yang langsung diperlukan bagi kegiatan produksi. Dengan demikian, ketersediaan prasarana menjadi penting karena secara tidak langsung menentukan berhasil tidaknya kegiatan produksi (Sudi et al 2005:18). Dalam hal ini, kategori prasarana produksi mencakup penyediaan dan pengawasan infrastruktur pertanian, seperti: jalan, jembatan, bendungan,
dan lain-lain. Bukan hanya itu, prasarana produksi pertanian juga meliputi gudang dan lantai jemur. 8. Penyuluhan dan Pendidikan Pertanian Menurut Suharyanto (2008) pengertian penyuluhan pertanian adalah proses pendidikan dengan sistem pendidikan nonformal untuk mengubah perilaku orang dewasa agar memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang lebih baik. Sehingga sasaran dapat memilih dan mengambil keputusan dari berbagai alternatif pengetahuan yang ada untuk menyelesaikan permalasalahan dalam upaya meningkatkan kesejahteraannya. Dalam hal ini, kategori penyuluhan dan pendidikan pertanian mencakup beberapa hal, yaitu: pendidikan, kursus dan pelatihan bagi masyarakat petani, pembinaan keswadayaan petani, pembentukan organisasi petani, pemberdayaan petani, profesionalitas penyuluh, serta upaya meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya. 9. Informasi Pertanian Menurut Davis dalam Rahmat (2005) informasi merupakan data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat bagi pengambilan keputusan saat ini atau saat mendatang. Informasi di bidang pertanian adalah suatu data di bidang pertanian yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya, baik petani maupun masyarakat luas. Dalam hal ini, kategori informasi pertanian mencakup beberapa hal, yaitu: informasi panen raya, petani yang berhasil, perlombaan usaha tani, pejabat pemerintah yang memajukan usaha pertanian, kenaikan pangkat dan pergantian pejabat di lingkup departemen pertanian, informasi penelitian terbaru di bidang pertanian dan lain sebagainya. Bukan hanya itu, kategori informasi pertanian juga mencakup beberapa informasi pertanian yang tidak termasuk ke dalam bidang masalah lain. Misalnya, hasil penemuan oleh seorang ahli pertanian, pejabat pemerintah yang turut ikut menanam padi unggul, mutu informasi pertanian dan mutu saluran komunikasi, relasi gender dengan penggunaan informasi dan sebagainya. Termasuk kegiatan-kegiatan pertanian yang dilakukan oleh petani, pemerintah, LSM, dan masyarakat.
10. Komoditas Pertanian Pengertian komoditas menurut Wibisono (2010) adalah barang yang disediakan dari alam yang diolah maupun diambil secara langsung (extracting) untuk memenuhi kebutuhan manusia. Komoditas ini dapat berupa hasil pertanian, hasil perkebunan, hasil perikanan, peternakan, dan lain-lain. Dalam hal ini, kategori komoditas pertanian mencakup beberapa hal, yaitu: penurunan dan kenaikan produksi pertanian (padi, jagung, gula, kakao, ikan ternak, dll), varietas unggul, penemuan jenis dan bentuk tanaman atau komoditas yang baru dikenal. Bidang masalah komoditas pertanian mencakup segala sesuatu yang berhubungan dengan kondisi produktivitas komoditas pertanian, seperti penurunan dan peningkatan produksi, penurunan dan peningkatan mutu komoditas, varietas unggul, serta penemuan jenis dan bentuk tanaman atau komoditas yang baru dikenal. 11. Iklim dan Cuaca Cuaca terjadi karena suhu dan kelembaban yang berbeda dari satu tempat ke tempat lainnya karena perbedaan lintang bumi. Cuaca biasanya merupakan sebuah aktivitas fenomena dalam waktu beberapa hari. Cuaca ratarata dengan jangka waktu yang lebih lama dikenal sebagai iklim (Wikipedia 2011). Fluktuasi angka produksi pertanian sangat ditentukan oleh kondisi iklim. Mulai dari curah hujan, suhu udara (temperatur), dan berbagai kondisi cuaca di sekitar usaha budidaya pertanian (Deeck 2007). Dalam hal ini, kategori iklim dan cuaca mencakup beberapa hal, yaitu: cahaya, kelembaban, suhu, tekanan, gerakan udara, curah hujan, dan musim yang berhubungan dengan usaha tani. Termasuk tentang perubahan, pengaruh dan usaha-usaha penanggulangannya. 12. Keteknikan Pertanian Keteknikan merupakan penerapan dasar-dasar teknik dalam bidang pertanian yang mencakup teknik mesin budidaya pertanian, teknik proses hasil pertanian (pangan), energi
dan listrik
pertanian, perbengkelan
dan
instrumentasi di bidang pertanian, ergonomika alat dan mesin pertanian, sistem dan manajemen keteknikan pertanian, dan lain-lain (Wikipedia 2010). Sedangkan teknik pertanian adalah suatu cara untuk meningkatkan efisiensi
usaha pertanian guna meningkatkan produktivitas, mutu, kontinuitas pasokan produk-produk pertanian, kesejahteraan petani, dan kelestarian lingkungan (Wikipedia 2010). Dalam hal ini, keteknikan pertanian mencakup: desain alat, mesin, bangunan untuk usaha pertanian, teknik pengoperasian, dan pendistribusian alat pertanian (tanaman, perikanan, dan peternakan). Sebagai contoh, mesin pengolah tanah, alat penangkap ikan, bangunan pemeliharaan ternak, dan bangunan irigasi. 13. Pangan dan Gizi Saat ini fenomena yang terus berkembang yaitu adanya kesadaran kuat dari berbagai kalangan bahwa pangan dan gizi mempunyai peranan yang sangat kuat dalam membentuk suatu individu yang sehat dan produktif. Komoditas pangan yang dapat memenuhi kebutuhan akan gizi di antaranya bersumber dari pangan hewani dan nabati. Sudah diketahui bahwa berbagai bahan pangan hewani, seperti: daging, ikan, telur, susu, dan unggas. Sedangkan bahan pangan nabati, seperti: beras, sayuran, umbi-umbian, dan buah-buahan. Baik bahan pangan hewani maupun nabati banyak mengandung gizi dan nutrisi yang memiliki komposisi kimia yang diperlukan bagi kehidupan manusia (Gunawan 2011). Dalam hal ini, kategori pangan dan gizi mencakup: pengolahan pangan, ketahanan pangan, dan pengaruhnya bagi tubuh manusia yang bersumber dari hasil pertanian (tanaman, ternak dan perikanan). 14. Kebijakan dan Peraturan Bidang Pertanian Kebijakan merupakan rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman
dan
dasar
rencana
dalam
pelaksanaan
suatu
pekerjaan,
kepemimpinan, dan cara bertindak (Wikipedia 2011). Berbeda dengan peraturan yang dapat memaksakan atau melarang suatu perilaku dan tindakan, kebijakan hanya menjadi pedoman tindakan yang paling mungkin memeroleh hasil yang diinginkan. Kebijakan dan peraturan di bidang pertanian dapat merujuk pada proses pembuatan keputusan-keputusan penting organisasi di bidang pertanian, termasuk identifikasi berbagai alternatif, seperti: prioritas program
pertanian
atau
pengeluaran
dan
pemilihannya
berdasarkan
dampaknya. Dalam hal ini, kategori kebijakan dan peraturan bidang pertanian
mencakup: proses pembuatan dan isi undang-undang serta aplikasinya, kebijakan-kebijakan pemerintah di bidang pertanian, program-program pertanian yang baru diciptakan oleh pemerintah atau organisasi, peraturanperaturan di bidang pertanian yang baru dibuat oleh pemerintah atau organisasi. 15. Lahan dan Kondisinya Lahan adalah bagian dari bentang alam fisik yang meliputi pengertian lingkungan fisik, seperti: tanah, iklim, topografi atau relief, hidrologi, dan vegetasi alami dimana secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan yang di dalamnya adalah akibat kegiatan-kegiatan manusia baik masa lalu maupun sekarang (Eirlangga 2007). Dalam hal ini, kategori lahan dan kondisinya mencakup: unsur-unsur tanah seperti bahan mineral, bahan organik, air tanah, irigasi (pengairan), kesesuaian lahan untuk tanaman, potensi dan pembukaan lahan baru, penyempitan lahan pertanian, teknologi pengolahan lahan untuk tanaman, potensi lahan, sumberdaya lahan, kemiringan lereng, tekstur tanah, kapasitas air tersedia, kedalaman efektif, lahan yang terdaftar di Pajak Hasil Bumi, Iuran Pembangunan Daerah, lahan bengkok, lahan serobotan, lahan rawa yang ditanami padi, lahan-lahan bukaan baru, dan sengketa lahan pertanian. 16. Budidaya Tanaman Dalam
pertanian,
budidaya
merupakan
kegiatan
terencana
pemeliharaan sumber daya hayati yang dilakukan pada suatu area lahan untuk diambil manfaat atau hasil panennya (Wikipedia 2010). Kegiatan budidaya dapat dikatakan sebagai inti dari usaha tani. Usaha budidaya tanaman mengandalkan
pada
penggunaan
tanah
atau
media
lainnya
untuk
membesarkan tanaman dan lalu memanen bagiannya yang benilai ekonomi. Bagian ini dapat berupa biji, buah, daun, bunga, batang, tunas, dan semua bagian lain yang bernilai ekonomi. Dalam hal ini, kategori budidaya tanaman mencakup: usaha memaksimumkan hasil, bercocok tanam, pelestarian dan pemuliaan tanaman, meningkatkan daya guna hasil tanaman, dan proses pemupukan secara organik.
17. Hama dan Penyakit Hama adalah binatang perusak tanaman budidaya, seperti wereng, kutu loncat, belalang, ulat, tikus, dan lain-lain. Sedangkan penyakit tanaman terjadi jika ada perubahan seluruh atau sebagian organ-organ tanaman yang menyebabkan terganggunya kegiatan fisiologisnya (Hotimah 2010). Penyebab penyakit tanaman, seperti: bakteri, cendawan, virus, kekurangan atau kelebihan air, kekurangan atau kelebihan unsur hara, atau karena tanaman mendapatkan stress lingkungan. Dalam hal ini, kategori hama dan penyakit mencakup: identifikasi dan analisis keterkaitan antara hama dan penyakit dengan faktor-faktor lingkungan agroekosistem, pengaruhnya, serta cara atau teknologi pengendaliannya terhadap tanaman, penanggulangan, pengendalian, dan pemberantasan hama tanaman, dampak pada tanaman akibat terserang hama, kondisi tanaman yang terserang hama dan penyakit, dan lain-lain. 18. Budidaya Ikan Budidaya ikan merupakan bentuk pemeliharaan dan penangkaran berbagai macam ikan sebagai komponennya. Kegiatan budidaya ikan yang paling umum dilakukan di kolam atau empang, tambak, tangki, karamba, serta karamba apung. Dalam hal ini, kategori budidaya ikan mencakup: pengolahan lahan dan jasad perairan untuk budidaya ikan, mengembangbiakan, penyediaan benih, penyediaan dan pemberian makanan ikan, perawatan kesehatan ikan, pengelolaan jasad budidaya ikan, pelestarian jenis ikan, penemuan jenis dan bentuk ikan yang baru dikenal, pelestarian, pengelolaan, dan penyediaan ikan serta usaha pembesaran benih ikan. Termasuk penemuan ikan yang unik dan baru dikenal yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. 19. Sumberdaya Perairan dan Laut Sumberdaya perairan dan laut adalah suatu bidang yang membahas kondisi perairan dan laut yang berdampak pada sumberdaya-sumberdaya yang terkandung di dalamnya. Dalam hal ini, kategori sumberdaya perairan dan laut mencakup: potensi sumberdaya perairan, kesesuaian habitat, pencegahan penyuburan,
pencegahan
dan
pengendalian
pencemaran
perairan,
pengendalian tanaman air dan gulma, konservasi perikanan, pemanfaatan sumber daya hayati laut, rehabilitasi lingkungan perairan dan laut, peningkatan
dan pengurangan produktivitas sumberdaya perairan dan laut, dan pengenalan beberapa kegiatan yang dirancang untuk melestarikan sumberdaya perairan dan laut. 20. Pengolahan Hasil Perikanan Pengolahan hasil perikanan merupakan usaha dalam menangani hasil tangkapan ikan dari laut maupun hasil perikanan dari budidaya secara tepat dengan mutu yang terjaga baik serta layak dipasarkan di dalam negeri ataupun di luar negeri. Dalam hal ini, kategori pengolahan hasil perikanan mencakup: usaha menyelamatkan dan meningkatkan dayaguna hasil perikanan sejak diproduksi sampai kepada konsumen dan teknis penanganan hasil perikanan yang menyangkut kebutuhan lahan, alat, bahan, biaya, tenaga kerja, pendugaan stok ikan, dan teknis pengawetan hasil perikanan, yaitu: pendinginan, pembekuan, penggaraman, dan pengeringan. 21. Budidaya Ternak Budidaya ternak melibatkan usaha pembesaran bakalan atau benih pada suatu lahan tertentu selama beberapa waktu untuk kemudian dijual, disembelih untuk dimanfaatkan daging serta bagian tubuh lainnya, diambil telurnya, atau diperah susunya. Dalam hal ini, kategori budidaya ternak mencakup: sistem pemeliharaan, seleksi, sistem perkawinan, penggemukan, pembagian ternak kepada para petani untuk dipelihara, pelestarian ternak, usaha peningkatan dayaguna hasil ternak (mutu daging, susu dan telor), pengolahan dan pemberian pakan ternak, komoditi ternak besar dan kecil, dan penemuan jenis dan bentuk ternak yang baru dikenal. 22. Kesehatan Ternak Kesehatan ternak adalah suatu status kondisi tubuh hewan (ternak) dengan seluruh sel yang menyusunnya dan cairan tubuh yang dikandungnya secara fisiologis berfungsi normal. Dalam hal ini, kategori kesehatan ternak mencakup: usaha pencegahan dan pengobatan penyakit, fasilitas kesehatan, penyakit yang dapat ditularkan oleh ternak dan hewan kepada manusia, desinfeksi kandang dan peralatan, penyediaan fasilitas desinfeksi, dan cara menanggulangi ternak mati.
23. Kehutanan Kehutanan
adalah
suatu
praktik
untuk
membuat,
mengelola,
menggunakan, dan melestarikan hutan untuk kepentingan manusia (Wikipedia 2011). Dalam hal ini, kategori kehutanan mencakup: kondisi hutan, hasil hutan, habitat hewan hutan, industri kehutanan, kegiatan-kegiatan pemerintah dalam menangani permasalahan kehutanan secara keseluruhan, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah penguasaan dan penggunaan areal hutan, seperti: tata guna lahan kehutanan, alih fungsi hutan, perebutan lahan kehutanan, dan lain sebagainya. 2.1.9
Sumber Informasi Sumber informasi adalah orang atau lembaga yang dijadikan sumber berita
dalam suatu tulisan, karena peristiwa yang dialaminya atau pendapat yang dikemukakannya tentang peristiwa tersebut baik secara lisan maupun tulisan. Sumber informasi yang biasanya memberikan keterangan atau pendapat tentang peristiwa yang terjadi bisa saja tokoh, pelaku, atau korban dalam peristiwa tersebut atau informan yang mewakili pemerintah atau masyarakat yang terkait dengan peristiwa tersebut atau kombinasi ketiga hal tersebut. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Muhsin (1998:23), bahwa sebagai fungsi kontrol sosial, surat kabar dapat digunakan untuk menyalurkan aspirasi masyarakat kepada pemerintah. Masyarakat dapat menggunakan surat kabar sebagai penyalur aspirasi, pendapat serta kritik atau kontrol sosial (Rahmadi dalam Muhsin 1998:23). Informasi yang disampaikan oleh surat kabar sebaiknya tidak memihak pada salah satu golongan. Hendaknya surat kabar senantiasa berusaha bersikap netral terhadap pemberitaan-pemberitaan yang terjadi. Oleh karena itu, surat kabar dapat berperan sebagai perantara yang menghubungkan antara pemerintah dengan masyarakat luas. Penjelasan di atas dapat menunjukkan bahwa kategori sumber berita dibagi menjadi tiga, yaitu pemerintah, non pemerintah, serta kombinasi pemerintah dan non pemerintah. Pemerintah adalah orang yang secara resmi menduduki jabatan tertentu dalam lembaga pemerintahan, misalnya Presiden, Wakil Presiden, Menteri, Gubernur, Walikota, Bupati, Camat, Lurah beserta para pembantunya yang menduduki jabatan struktural. Sedangkan non pemerintah adalah orang yang
secara resmi tidak menduduki jabatan tertentu dalam lembaga pemerintahan, misalnya Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), peneliti, pengamat, akademisi, pakar, dan masyarakat. 2.1.10 Bentuk Penyajian Berita Bentuk penyajian berita dapat berupa berita langsung ataupun tak langsung. Yunanto (2001:13), berpendapat bahwa berita langsung (straight news) merupakan berita yang disajikan redaksi hanya berdasarkan fakta peristiwa atau fakta pendapat tanpa memberikan penjelasan dari fakta peristiwa atau pendapat tersebut. Sedangkan berita tak langsung, redaksi memberikan tambahan penjelasan terhadap fakta peristiwa atau fakta pendapat. Lebih lanjut Yunanto (2001:13), mengungkapkan bahwa berita yang lengkap tentang kejadian dan berita yang memerhatikan proporsi perlu ditampilkan surat kabar sebagai suatu usaha untuk memberi gambaran yang lengkap, sehingga kejadian itu dapat ditangkap maknanya secara lengkap pula dan jika masalahnya harus diperbaiki, maka pengungkapan relasi, latar belakang dan perspektif akan menjadi bahan untuk mencari jalan keluar yang tepat dan efektif. Dari penjelasan di atas, maka bentuk penyajian berita dapat dikategorikan menjadi: 1. Tajuk Rencana, yaitu karya tulis yang ditulis berdasarkan pandangan editor tentang suatu topik (Onong 2003:134). Tajuk rencana ditulis sebagai simbol visi dan karakter lembaga media yang menyampaikan tajuk atau editorial tersebut. 2. Foto, yaitu berita atau informasi yang dikemas dalam bentuk gambar, baik yang mendukung berita maupun gambar yang berdiri sendiri dengan disertai keterangan yang menceritakan isi dari gambar yang ditampilkan oleh media tersebut. 3. Pojok, yaitu kutipan pernyataan singkat dari narasumber atau peristiwa tertentu yang dianggap menarik atau kontroversial dan diberi komentar oleh pihak redaksi media melalui kata atau kalimat yang menggelitik atau reflektif. 4. Kolom, yaitu tulisan lepas berisi opini, pandangan, penilaian, atau penekanan kecenderungan yang ditulis seseorang yang lebih banyak menekankan aspek
pengamatan dan pemaknaan terhadap suatu topik atau masalah yang berkembang di masyarakat. 5. Surat Pembaca, yaitu informasi yang ditulis oleh pembaca atau publik dan dimuat dalam rubrik khusus surat pembaca. Surat pembaca biasanya berisi keluhan atau komentar pembaca menyangkut kepentingan dirinya atau masyarakat. 6. Berita Langsung, yaitu berita yang disajikan redaksi hanya berdasarkan fakta peristiwa atau fakta pendapat tanpa memberikan penjelasan dari fakta peristiwa atau pendapat tersebut 7. Berita Tak Langsung, yaitu berita yang disajikan redaksi dengan memberikan tambahan penjelasan terhadap fakta peristiwa atau fakta pendapat. 8. Feature, yaitu karangan khas berupa cerita (bukan fiksi) yang ditulis dengan cara yang menyenangkan pembaca dengan menggunakan teknik penulisan yang tidak perlu mengikuti jalur yang disyaratkan dalam penulisan berita. 2.2
Kerangka Pemikiran Penelitian ini dirancang sebagai analisis isi untuk meneliti seberapa besar
proporsi berita pertanian yang disajikan oleh SKH Kompas selama satu tahun penerbitan (Maret 2010–Februari 2011). Untuk mengetahui hal tersebut, maka frekuensi pemunculan berita dan volume berita dihitung dan diukur berdasarkan kategori. Lebih lanjut, penelitian ini juga menghitung sumber informasi, bentuk penyajian dan posisi berita-berita pertanian yang dimuat oleh SKH Kompas. Hasil perhitungan tersebut, akan diketahui seberapa besar proporsi berita-berita pertanian yang dimuat oleh SKH Kompas selama setahun (Maret 2010 – Februari 2011). Kerangka pemikiran dalam penelitian mengenai analisis isi berita pertanian dapat dilihat pada gambar berikut:
Frekuensi Pemunculan Berita Berdasarkan Kategori Bidang Masalah Volume Sajian Berita Berdasarkan Kategori Bidang Masalah Analisis Isi Surat Kabar
Proporsi Berita Pertanian
Sumber Informasi Berita Pertanian
Bentuk Penyajian Berita Pertanian Keterangan:
: Untuk mengetahui : Diukur dengan
Posisi Berita Pertanian
Gambar 1. Kerangka Berpikir Analisis Isi dalam Mengetahui Proporsi Berita Pertanian 2.3
Definisi Operasional Isi berita pertanian adalah karakteristik berita pertanian yang dapat dilihat
melalui proporsi berita yang dimuatnya. Proporsi berita pertanian oleh surat kabar adalah muatan format penyajian berita di dalam surat kabar yang diukur menurut frekuensi pemunculan, volume berita, sumber informasi, bentuk penyajian, dan posisi berita. Frekuensi pemunculan dan volume berita serta posisi berita dalam penelitian ini dapat diukur dengan menggunakan beberapa indikator. Kemudian dapat juga dilihat dari kategorisasi format penyajian di dalam surat kabar yang dibagi menurut bidang masalah, sumber informasi, dan bentuk penyajian. Dengan penggolongan sebagai berikut: 1. Frekuensi pemunculan adalah jumlah pemunculan tiap berita pertanian yang dimuat pada SKH Kompas sesuai dengan pengkategoriannya, digolongkan menjadi:
a. Rendah, menunjukkan frekuensi pemunculan kurang dari 30 kali selama setahun b. Sedang, menunjukkan frekuensi pemunculan berkisar 30 - 50 kali selama setahun c. Tinggi, menunjukkan frekuensi pemunculan di atas 60 kali selama setahun 2. Volume berita adalah luas ruang atau kolom yang digunakan tiap berita pertanian yang dimuat pada SKH Kompas sesuai dengan pengategoriannya yang dinyatakan dalam sentimeter kolom (cmK), digolongkan menjadi: a. Kecil, menunjukkan besarnya volume berita pertanian kurang dari 8 x 4 = 24 cmK b. Sedang, menunjukkan besarnya volume berita pertanian berkisar dari 8 x 4 = 24 cmK sampai dengan 18 x 9 = 162 cmK c. Besar, menunjukkan besarnya volume berita pertanian di atas 18 x 9 = 162 cmK 3. Posisi berita adalah letak pemberitaan yang disajikan oleh SKH Kompas sesuai dengan kategori yang dinyatakan dalam halaman. a. Depan: menunjukkan posisi berita berada pada halaman 1 sampai dengan 16 1. Atas
: letak berita berada di bagian atas halaman
2. Bawah
: letak berita berada di bagian bawah halaman
b. Belakang: menunjukkan posisi berita berada pada halaman 32 ke atas 1. Atas
: letak berita berada di bagian atas halaman
2. Bawah
: letak berita berada di bagian bawah halaman
c. Tengah: menunjukkan posisi berita berada pada halaman 17 sampai dengan 32 1. Atas
: letak berita berada di bagian atas halaman
2. Bawah
: letak berita berada di bagian bawah halaman
Dengan
demikian
untuk
melihat
proporsi
berita-berita
pertanian
berdasarkan frekuensi pemunculan, volume berita, sumber informasi, bentuk penyajian, dan posisi berita, maka dibuat kategorisasinya, yaitu:
4. Bidang masalah adalah persoalan yang dikandung di dalam berita SKH Kompas. Dalam penelitian ini bidang masalah pertanian dikategorikan sebagai berikut: 1. Lingkungan Pertanian: Identifikasi pada pemberitaan tentang keadaan alam yang terjadi di lingkungan sekitar pertanian, dampak kerusakan alam pada pertanian, manajemen sumber daya alam, tata ruang lingkungan pertanian, tata pertanaman dan kerusakan alam (banjir, erosi, longsor, dll). 2. Kesejahteraan Petani: Identifikasi pada pemberitaan tentang kondisi sosial petani (termasuk nelayan, peternak, dan pedagang) baik psikis maupun materiil (petani terpuruk, petani melarat), tingkat pengetahuan dan keahlian petani dalam bidang pertanian, sikap petani dalam pengambilan keputusan, serta tindakan petani dalam menangani masalah pertanian. 3. Ketenagakerjaan Petani: Identifikasi pada pemberitaan tentang tingkat upah buruh tani, pekerja upahan,
buruh angkut, pemilik penggarap,
penyakap, penyewa, dan lain sebagainya. 4. Pemasaran Pertanian: Identifikasi pada pemberitaan tentang kenaikan dan penurunan harga komoditas pertanian, sistem tataniaga pertanian, pendapatan pemasaran pertanian, harga produksi pertanian, serta biaya (termasuk biaya operasional lembaga) dalam bidang pertanian (pupuk, tanaman, dan perikanan). 5. Sistem
Keuangan
dan
Permodalan
Pertanian:
Identifikasi
pada
pemberitaan tentang laju inflasi dalam bidang pertanian, anggaran pertanian, laju kenaikan dan penurunan harga di bidang pertanian, indeks harga, investasi, dan lain sebagainya. 6. Sarana Produksi Pertanian: Identifikasi pada pemberitaan tentang penyediaan, pengawasan serta pendistribusian pupuk, bibit unggul, insektisida, pestisida, obat ternak, dan lain-lain. 7. Prasarana Produksi Pertanian: Identifikasi pada pemberitaan tentang penyediaan dan pengawasan infrastruktur pertanian, seperti: jalan, jembatan, bendungan, dan lain-lain yang berhubungan dengan bidang pertanian.
8. Penyuluhan dan Pendidikan Pertanian: Identifikasi pada pemberitaan tentang pendidikan, kursus dan pelatihan bagi masyarakat petani, pembinaan keswadayaan petani, pembentukan organisasi petani dan lain sebagainya. 9. Informasi Pertanian: Identifikasi pada pemberitaan tentang informasi panen raya, petani yang berhasil, perlombaan usaha tani, pejabat pemerintah yang memajukan usaha pertanian, kenaikan pangkat, pergantian pejabat di lingkup departemen pertanian, dan lain sebagainya. 10. Komoditas Pertanian: Identifikasi pada pemberitaan tentang penurunan dan kenaikan produksi pertanian (padi, jagung, gula, kakao, ikan ternak dll), varietas unggul, serta penemuan jenis dan bentuk tanaman atau komoditas yang baru dikenal. 11. Iklim dan Cuaca: Identifikasi pada pemberitaan tentang cahaya, kelembaban, suhu, tekanan, gerakan udara, curah hujan, musim, dan banjir yang berhubungan dengan usaha tani. Termasuk mengenai perubahan, pengaruh dan usaha-usaha penanggulangannya. 12. Keteknikan Pertanian: Identifikasi pada pemberitaan tentang desain alat, mesin, bangunan untuk usaha pertanian. Termasuk teknik pengoperasian dan pendistribusian alat pertanian (tanaman, perikanan, dan peternakan). Sebagai contoh: mesin pengolah tanah, alat penangkap ikan, bangunan pemeliharaan ternak, dan bangunan irigasi. 13. Pangan dan Gizi: Identifikasi pada pemberitaan tentang pengolahan pangan dan ketahanan pangan serta pengaruhnya bagi tubuh manusia yang bersumber dari hasil pertanian (tanaman, ternak dan perikanan). 14. Peraturan Bidang Pertanian: Identifikasi pada pemberitaan tentang proses pembuatan dan isi undang-undang serta segala peraturan bidang pertanian. 15. Lahan dan Kondisinya: Identifikasi pada pemberitaan tentang unsur-unsur tanah, seperti: bahan mineral, bahan organik, air tanah, irigasi (pengairan), kesesuaian lahan untuk tanaman, potensi dan pembukaan lahan baru, penyempitan lahan pertanian, kerusakan lahan karena ulah manusia, dan teknologi pengolahan lahan untuk tanaman.
16. Budidaya Tanaman: Identifikasi pada pemberitaan tentang usaha memaksimumkan hasil, bercocok tanam, pelestarian dan pemuliaan tanaman,
meningkatkan
daya
guna
hasil
tanamanl,
dan
proses
pemupukannnya. 17. Hama dan Penyakit Tanaman: Identifikasi pada pemberitaan tentang identifikasi dan analisis keterkaitan antara hama dan penyakit dengan faktor-faktor lingkungan agroekosistem, pengaruhnya, serta cara atau teknologi pengendaliannya terhadap tanaman. 18. Budidaya Ikan: Identifikasi pada pemberitaan tentang pengolahan lahan dan jasad perairan untuk budidaya ikan, mengembangbiakan, penyediaan benih, penyediaan dan pemberian makanan ikan, perawatan kesehatan ikan, pengelolaan jasad budidaya ikan, pelestarian jenis ikan, serta penemuan jenis dan bentuk ikan yang baru dikenal. 19. Sumberdaya Perairan: Identifikasi pada pemberitaan tentang potensi sumberdaya perairan, kesesuaian habitat, penyuburan, pencegahan dan pengendalian pencemaran perairan, pengendalian tanaman air dan gulma, konservasi perikanan, serta pemanfaatan sumber daya hayati laut. 20. Pengolahan Hasil Perikanan: Identifikasi pada pemberitaan tentang usaha menyelamatkan dan meningkatkan dayaguna hasil perikanan sejak diproduksi sampai kepada konsumen. 21. Budidaya
Ternak:
Identifikasi
pada
pemberitaan
tentang
sistem
pemeliharaan, seleksi, sistem perkawinan, penggemukan, pembagian ternak kepada para petani untuk dipelihara, pelestarian ternak, usaha peningkatan dayaguna hasil ternak (mutu daging, susu dan telor), pengolahan dan pemberian pakan ternak dan komoditi ternak besar dan kecil. Termasuk penemuan jenis dan bentuk ternak yang baru dikenal. 22. Kesehatan
Ternak:
Identifikasi
pada
pemberitaan
tentang
usaha
pencegahan dan pengobatan penyakit, fasilitas kesehatan, dan penyakit yang dapat ditularkan oleh ternak dan hewan kepada manusia. 23. Kehutanan: Identifikasi pada pemberitaan tentang kondisi hutan, hasil hutan, habitat hewan hutan, industri kehutanan, dan lain-lain.
2. Bentuk penyajian berita adalah format penyajian berita pertanian yang dimuat dalam surat kabar. Kategori bentuk penyajian berita di surat kabar dikelompokkan sebagai berikut: 1. Tajuk Rencana: Opini surat kabar yang ditulis oleh redaksi SKH Kompas pada peristiwa atau sesuatu yang dianggap penting untuk dibahas lebih lanjut. 2. Foto: Berita atau informasi yang dikemas dalam bentuk gambar, baik yang mendukung berita maupun gambar yang berdiri sendiri yang ditampilkan oleh SKH Kompas dengan menggunakan CmK (sentimeter kolom). 3. Pojok: Opini surat kabar yang ditulis secara singkat atau pendek yang terletak pada bagian sudut halaman surat kabar, biasanya berisi komentar penulisnya (redaksi) terhadap pernyataan, tindakan public figure atau tokoh pada peristiwa tertentu. 4. Kolom: Tulisan lepas berisi opini, pandangan, penilaian atau penekanan kecenderungan yang ditulis seseorang yang lebih banyak menekankan aspek pengamatan dan pemaknaan pada suatu topik atau masalah yang berkembang di masyarakat. 5. Surat Pembaca: Opini singkat yang ditulis pembaca atau publik dan dimuat dalam rubrik khusus surat pembaca berisi keluhan atau komentar pembaca menyangkut kepentingan dirinya atau masyarakat. 6. Berita Langsung: Berita yang disajikan redaksi hanya berdasarkan fakta peristiwa atau fakta pendapat tanpa memberikan penjelasan dari fakta peristiwa atau pendapat tersebut 7. Berita Tak Langsung: Berita yang disajikan redaksi dengan memberikan tambahan penjelasan terhadap fakta peristiwa atau fakta pendapat. 8. Feature: Karangan khas berupa cerita (bukan fiksi) yang ditulis dengan cara yang menyenangkan pembaca dengan menggunakan teknik penulisan yang tidak perlu mengikuti jalur yang disyaratkan dalam penulisan berita.
3. Sumber informasi adalah analisa terhadap kategorisasi narasumber berita yang diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Pemerintah: Orang yang menjadi sumber informasi yang didapat dari pemerintah yakni orang yang secara resmi menduduki jabatan tertentu dalam lembaga pemerintahan, misalnya Presiden, Wakil Presiden, Menteri, Gubernur, Walikota, Bupati, Camat, Lurah beserta para pembantunya yang menduduki jabatan struktural 2. Non Pemerintah: Orang yang menjadi sumber informasi yang didapat dari orang yang secara resmi tidak menduduki jabatan tertentu dalam lembaga pemerintahan, misalnya Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), peneliti, pengamat, akademisi, pakar, dan masyarakat. 3. Pemerintah dan Non Pemerintah: Gabungan sumber informasi dari pihak pemerintah dan pihak non pemerintah.
III PENDEKATAN LAPANGAN 3.1
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kuantitatif
deskriptif dengan menggunakan teknik analisis isi. Kuantitatif dalam hal ini diartikan sebagai upaya mendeskripsikan isi komunikasi berlandaskan frekuensi pemunculan isi komunikasi tersebut. Tujuan penelitian deskriptif adalah melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu secara faktual dan cermat, tidak menguji hipotesis atau membuat suatu prediksi. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari SKH Kompas yang memuat liputan-liputan pertanian. Data sekunder diperoleh dari studi literatur yang berkaitan dengan tujuan penelitian seperti, buku, artikel, skripsi, tesis, dan karya ilmiah lainya yang dapat mendukung data primer. Populasi penelitian ini adalah berita pertanian yang dimuat di dalam SKH Kompas selama satu tahun penerbitan terhitung sejak Maret 2010 sampai Februari 2011. Satu tahun penerbitan dipilih karena pada awal tahun 2011 mengalami kondisi iklim dan cuaca yang tidak stabil yang dapat memengaruhi kondisi sektor pertanian secara keseluruhan, sehingga menjadi layak untuk diteliti selama satu tahun kebelakang. Unit
pengamatan
terkecil
yang
digunakan
adalah
unit
yang
terdokumentasi, yaitu tulisan dan gambar tentang pertanian yang dimuat dalam SKH Kompas. Dalam hal ini, analisis isi hanya dilakukan pada sampel bahanbahan berita pertanian dari SKH Kompas yang merupakan objek kajian. 3.2
Teknik Pengumpulan Data Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini adalah Rotated Sampling.
Teknik ini adalah pengambilan sampel dengan cara memutar dari sampel terbesar sampai terkecil dan seterusnya sampai mewakili seluruh sampel yang ada (Gbur dan Sielken 1982). Banyaknya sampel yang dilibatkan dalam penelitian ini sebanyak 70 kali penerbitan pada SKH Kompas yang terbit mulai 1 Maret 2010 sampai dengan 28 Februari 2011. Dari 70 kali penerbitan tersebut diperoleh berita pertanian sebanyak 702.
Cara pengambilan sampel dengan Rotated Sampling ini adalah sebagai berikut: berita pertanian minggu pertama bulan Maret, bulan April minggu kedua, bulan Mei minggu ketiga, bulan Juni minggu keempat, bulan Juli minggu pertama, bulan Agustus minggu kedua, bulan September minggu ketiga, bulan Oktober minggu keempat, bulan November minggu pertama, bulan Desember minggu kedua, bulan Januari minggu ketiga, dan bulan Februari minggu keempat. Untuk lebih jelasnya teknik pengambilan sampel secara rotated sampling ini dapat dilihat pada (lampiran 2). Guna memermudah proses pengumpulan data digunakan angket sederhana. (lampiran 1). 3.3
Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik Analisis Deskriptif
Kuantitatif. Teknik ini, yaitu data-data yang bersifat kuantitatif yang berwujud angka-angka hasil perhitungan atau pengukuran dapat diproses dengan cara : Dijumlahkan, dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan dan diperoleh persentase. Kemudian diklasifikasikan sehingga merupakan suatu susunan urut data, untuk selanjutnya dibuat tabel, dan dapat diproses lebih lanjut menjadi perhitungan pengambil kesimpulan ataupun untuk kepentingan visualisasi data. Liputan tentang pertanian dapat diidentifikasi berdasarkan penggolongan atau pengkategorian dari berbagai berita yang dimuat SKH Kompas selama setahun penerbitan. Dalam identifikasi tersebut, dapat diseleksi sajian-sajian dalam surat kabar berdasarkan masalah untuk mengidentifikasi sejumlah variabel item-item berita atau sajian yang kemudian dihitung. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tentang variabelvariabel isi pemberitaan yang meliputi berita-berita pertanian: berita langsung, berita tak langsung, tajuk rencana, foto, pojok, kolom, surat pembaca, dan feature serta
sumber
informasinya.
Ruang
lingkup
bidang
masalah
pertanian
dikategorikan menjadi 23 kategori. Sebagai tolok ukur dari ke-23 kategori tersebut ialah diturunkan dari kategori yang disusun oleh Sihombing (1994:7-11). Dalam hal ini, pemrosesan informasi yang menyangkut isi-isi komunikasi yang telah dibuat kategorisasinya, dimasukkan ke dalam tabel frekuensi dan selanjutnya dianalisis menurut frekuensi pemunculan dan volume (besar kolom) yang kemudian diinterpretasi dan dibandingkan.
Data dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan frekuensi dan volume berdasarkan bidang masalah pertanian. Untuk melihat posisi berita diukur dengan letak penempatan (atas dan bawah) dan halaman pada surat kabar. Microsoft Excel digunakan untuk menghitung rata-rata, jumlah, dan data terbanyak. SPSS 16.0 digunakan untuk menghitung hubungan dua variabel menurut pengukuran korelasi Pearson dan menghitung sebaran dua variabel dengan uji Chi-Square. Perbedaan volume dan frekuensi pemunculan berdasarkan bidang masalah pertanian, sumber berita, bentuk penyajian berita dan posisi berita dapat diketahui dengan prosedur statistik yang digunakan untuk menganalisis data perolehan yang bersifat deskriptif dengan menggunakan tabel. Setiap jumlah frekuensi maupun volume masing-masing kategori data pada tabel dipresentasikan sehingga dapat diketahui jenjang masing-masing kategori. Dengan demikian dari hasil penelitian maka dapat dideskripsikan karakeristik masing-masing berita yang dimuat SKH Kompas. 3.4
Reliabilitas Instrumen Reliabilitas merupakan suatu ketepatan alat ukur. Reliabilitas dapat
menunjukkan kategori pada derajat kemampuan pengulangan penempatan data dalam berbagai kategori yang secara integral berhubungan dengan pemberi kode (juri). Menurut Krippendorf dalam Muhsin (1998:35) tujuan pengujian kehandalan (reliabilitas) adalah memantapkan apakah data yang diperoleh dalam penelitian dapat memberikan suatu dasar yang dapat dipercaya untuk menarik inferensi,
membuat
rekomendasi,
mendukung
keputusan-keputusan
atau
menerima sesuatu sebagai fakta. Penentuan juri untuk menguji kehandalan suatu data, mensyaratkan minimal dua juri yang secara independen mendeskripsikan serangkaian unit pencatatan (Krippendorf dalam Muhsin 1998:35). Penulis menentukan juri dengan memilih juri yang benar-benar mengetahui atau memiliki kompetensi di bidang komunikasi terutama komunikasi bidang pertanian. Dalam penelitian ini menggunakan tiga juri yang mempunyai latar belakang dan berkompeten di bidang komunikasi dan pertanian.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menguji reliabilitas instrumen sehubungan dengan melibatkan juri sebagai berikut: Pertama, mencari tulisan atau gambar yang sesuai dengan kategori yang telah ditetapkan. Kedua, setiap juri diminta memelajari kategori yang disusun. Keempat, setelah memahami kategori yang ada, diberikan pada setiap juri kumpulan tulisan dan atau gambar untuk dinilai. Kelima, hasilnya diketahui persamaan dan perbedaan pendapat antar juri. Keenam, dengan rumus Holsti dicari koefisien reliabilitas antar juri. Besarnya hasil penilaian juri akan menunjukkan kesepakatan antar juri untuk menentukan apakah kategori yang disusun dapat dipergunakan (Muhsin, 1998:36). Untuk menguji nilai keputusan antar juri dari sampel koding di atas dihitung dengan rumus Holsti dalam Yunanto (2001: 43). Hasilnya dapat diketahui apakah penkategorian data dalam penelitian ini terandalkan atau tidak. Rumus Holsti sebagai berikut: 2M Coefisien Reliability =
________________ N1+N2
M = Nomer keputusan yang sama antara dua juri N1, N2 = Jumlah item yang dibuat oleh tim juri:
Tabel 2. Koefisien Reliabilitas Antar Juri untuk Kategori Bidang Masalah Pertanian Juri
I
II
III
I
0,67
0,75
--
II
0,83
--
0,75
III
--
0,83
0,67
Untuk mengukur rata-rata perbandingan nilai keputusan antar juri dihitung dengan rumus Composite Reliabilitas dengan rumus :
N ( X antar juri ) Composite Reliabilitas : ______________________ 1 + (N-1) ( X antar juri ) 3 (0.75) = _______________________ = 0.9 1 + (3-1) (0.75)
Berdasarkan
tingkat
kecocokan
kategori,
Krippendorf
(1991:147)
berpendapat, dalam analisis isi kecocokan yang kurang dari 0,7 cenderung tidak signifikan secara statistik. Tingkat kecocokan yang dapat diterima dalam penelitian adalah lebih dari 0,8. Hasil menunjukkan bahwa kesepakatan antar juri itu tinggi, yaitu 0,9 (90%). Menurut Krippendorf (1991) nilai kesepakatan antar juri yang lebih dari 0.8 (80%) itu menunjukkan bahwa kategori-kategori yang digunakan dalam analisis isi ini terandal.
IV GAMBARAN UMUM SURAT KABAR HARIAN KOMPAS
4.1
Sejarah Kelahiran dan Perkembangan Surat Kabar Harian Kompas Kompas sebagai suatu perusahaan media massa yang besar dan prestisius
ini merupakan sebuah perusahaan yang paling lama atau mempunyai umur yang lebih lama dari media yang lainnya. Kompas terbit pertama kali pada 28 Juni 1965. Pada saat itu tiras Kompas hanya 4800 eksemplar. Kini, tiras Kompas mencapai 550.000 eksemplar perhari dan telah berkembang sebagai koran berskala nasional terbesar di Indonesia. Situasi politik melatarbelakangi lahirnya Kompas di mana pengaruh dan dominasi komunisme masih cukup kuat di Indonesia. Pada masa itu, media massa dikuasai oleh komunis. Hanya koran-koran pro-komunis yang bisa bertahan dan memiliki ruang hidup lebih longgar, sedangkan koran-koran anti komunis banyak yang bertumbangan karena tidak diberi kesempatan untuk tumbuh. Pengaruh komunis yang sangat kuat telah membuat semangat perlawanan terhadap dominasi komunisme pun bermunculan, salah satunya Jendral Achmad Yani. Jendral Achmad Yani yang pada saat itu menjabat sebagai Menteri Panglima Angkatan Darat meminta kepada Frans Seda (menteri perkebunan) untuk melawan komunis dengan menerbitkan surat kabar. Hal itu disebabkan karena pada saat itu banyak surat kabar anti komunis yang dibreidel dengan tuduhan tidak revolusioner. Oleh karena itu, tidak ada perlawanan opini yang memadai terhadap opini dominan dari paham komunis. Dengan demikian, terbitnya surat kabar ini diharapkan dapat memenuhi harapan masyarakat yang haus akan informasi di tengah dominasi opini komunis yang menguasai media saat itu. Menindaklanjuti gagasan tersebut, Frans Seda kemudian menemui Kasimo (Ketua Partai Katolik Indonesia), PK Ojong dan Jacob Oetama untuk membahas rencana penerbitan surat kabar tersebut. Dalam pertemuan itu, mereka sepakat untuk menerbitkan surat kabar yang akan diberi nama Bentara Rakyat. Nama Bentara Rakyat sengaja dipilih untuk menandingi keberadaan Harian Rakyat. Mereka juga menyepakati sifat harian yang independen, menggali sumber berita
sendiri serta mengimbangi secara aktif pengaruh komunis, namun tetap berpegang pada kebenaran, kecermatan sesuai profesi dan moral pemberitaan. Rencana tersebut secara langsung diajukan kepada Presiden Soekarno. Namun Presiden Soekarno kurang setuju dengan nama Bentara Rakyat dan mengusulkan untuk mengubahnya menjadi Kompas, yang artinya penunjuk arah. Pendirian Kompas ternyata tidak berjalan mulus dan sempat terganjal masalah perijinan. Saat mengajukan ijin ke Panglima Militer Jakarta, Letnan Kolonel Dachja memberi ketentuan bahwa izin akan keluar jika syarat 5000 tanda tangan pelanggan terpenuhi. Menghadapi hal ini, para tokoh Katolik termasuk Frans Seda kemudian lari ke Pulau Flores. Di Flores, mereka mengumpulkan tanda tangan anggota partai, guru sekolah dan anggota-anggota koperasi Kopra di Kabupaten Ende Lio, Kabupaten Sikka dan Kabupaten Flores Timur. Setelah terkumpul 5000 tanda tangan, barulah Kompas bisa terbit. (Republik Blog, 2006) Maka sejak 28 Juni 1965 terbit Kompas nomor percobaan yang pertama. Setelah tiga hari berturut-turut berlabel percobaan, barulah Kompas yang sesungguhnya beredar. Dalam prosesnya, Kompas saat itu diawaki PK. Ojong sebagai pemimpin umum dan Jakob Oetama sebagai pemimpin redaksi. Kantor redaksi Kompas saat itu masih menjadi satu dengan kantor redaksi Intisari. Karena sebelum Kompas lahir, terlebih dulu telah lahir Intisari (1963), dengan personil yang sama, bahkan wartawannya pun merangkap. Saat pertama kali terbit, format Kompas masih sangat sederhana, yakni hanya empat halaman dan dicetak 4800 eksemplar. Edisi perdana Kompas memuat sebelas berita luar negeri dan tujuh berita dalam negeri di halaman pertama. Berita utama edisi perdana Kompas berjudul “KAA II ditunda Empat Bulan”. Di halaman 1, pojok kiri atas tertulis nama staf redaksi sedangkan di kanan bawah terdapat kata perkenalan Pojok Kompas berbunyi “Mari ikat hati mulai hari ini dengan Mang Usil”. Di halaman 2 terdapat lima berita luar negeri dan dua berita dalam negeri, ditambah tiga artikel dan satu kolom hiburan “Senyum Simpul”. Istilah tajuk rencana saat itu belum ada, tetapi di halaman dua ada “Lahirnya Kompas” sebagai tajuk rencana. Halaman 3 berisi berita luar negeri dan ulasan mengenai penyakit ayan dengan ”Dr Kompas”. Halaman 4 berisi berita dan artikel, dua berita luar negeri dan satu berita dalam negeri. Di halaman ini
juga memuat dua berita olahraga, satu diantaranya tentang tim PSSI ke Pyongyang. Surat kabar yang bermotto “Amanat Hati Nurani Rakyat” itu juga tampil dalam gaya bahasa yang kalem, dan seringkali terlambat dalam menyapa pembacanya akibat antre di percetakan. Sehingga Kompas pernah diejek sebagai Komt Pas Morgen, baru datang esok harinya. Selain itu, Kompas tahun pertama juga seringkali mengalami kesalahan cetak, bahkan hampir setiap hari terjadi kesalahan. Oleh karena itu, redaksi tidak melakukan ralat karena dikhawatirkan dalam ralatnya nanti akan terjadi kesalahan lagi. Hambatan terus datang. Media-media lain (pro-komunis) menuduh Kompas sebagai corong umat Katolik dan oleh karenanya kata Kompas diplesetkan menjadi “Komando Pastur”. Tuduhan yang terakhir ini tampaknya cukup beralasan karena sejak awal berdirinya Kompas lebih banyak diawaki oleh orang-orang Katolik. Selain itu, pada masa demokrasi terpimpin sejak diberlakukan Peraturan Presiden No.6 tahun 1964 ditetapkan bahwa setiap penerbitan surat kabar harus berafiliasi kepada salah satu partai politik yang ada. Untuk memenuhi aturan ini, Kompas berafiliasi dengan Partai Katolik Indonesia. Hal ini semakin memerkuat tuduhan media pro komunis bahwa Kompas adalah corong umat Katolik. Meskipun demikian, Kompas tetap konsisten pada tujuan awal bahwa keberadaan Kompas semata-mata untuk menyelamatkan rakyat dari opini dan hasutan massa komunis. (Republik Blog, 2006) Ketika terjadi peristiwa G 30 S/PKI, pelaku kudeta mengeluarkan ketentuan bahwa setiap surat kabar yang terbit harus menyatakan kesetiaan. Di saat paling krusial tersebut, Ojong dan Jakob Oetama harus mengambil keputusan antara dibreidel atau memilih untuk berkompromi dengan komunis. Akhirnya Kompas lebih memilih dibreidel daripada berpihak pada komunis. Sehingga sejak tanggal 1 Oktober 1965, Kompas tidak terbit. Harian yang boleh terbit adalah Harian Angkatan Bersenjata, Berita Yudha dan LKBN Antara dan Pemberitaan Angkatan Bersenjata (PAB). Pilihan Kompas benar karena upaya PKI gagal total sehingga Kompas terbit lagi pada 6 Oktober 1965. Dalam kondisi langka surat kabar, Kompas mulai dilirik. Bahkan beberapa hari kemudian di saat surat kabar lainnya yang telah mapan terbit kembali, banyak pembaca yang tetap membeli Kompas sehingga tiras Kompas langsung melonjak menjadi 23.268 eksemplar.
Seiring berjalannya waktu, Kompas berhasil merebut pembaca. Iklim politik dan usaha yang lebih longgar di zaman Orde Baru turut menopang keberhasilan surat kabar tersebut. Terlebih lagi setelah terjadi pembersihan besarbesaran terhadap PKI dan simpatisan-simpatisannya di akhir tahun 1965, termasuk Harian Rakyat. Meskipun demikian, Kompas tidak berhenti sampai di sana. Untuk meningkatkan kualitas teknik percetakan, Kompas telah berulang kali ganti percetakan seperti Percetakan Merdeka, Abadi, Suryapraba dan lainnya. Awalnya, Kompas dan saudara tuanya, Intisari dicetak bersama-sama oleh percetakan luar, PT. Kinta. Namun saat tiras kedua produk tersebut semakin meningkat, PT Kinta tidak sanggup mencetaknya sendiri. Para pendiri Kompas kemudian memutuskan untuk mendirikan perusahaan percetakan sendiri, yaitu PT. Gramedia. Percetakan PT. Gramedia secara resmi dibuka pada 25 Nopember 1972 oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu, Ali Sadikin. Inilah cikal bakal berdirinya Kelompok Kompas Gramedia (KKG). Bersama Gramedia, Kompas kemudian mengembangkan usahanya di bidang penerbitan media cetak dengan menerbitkan beberapa media, antara lain majalah anak-anak Bobo, majalah remaja Hai, Kawanku dan majalah Kontan serta Info Komputer, juga beberapa tabloid seperti Nova, Citra, Star Nova dan Otomotif. Tabloid Olah raga Bola dan Senior merupakan produk lain dari kelompok usaha yang tergabung dalam Kelompok Medior (Media Olahraga). Tahun 1990-an Percetakan PT. Gramedia mulai mengembangkan percetakan daerah dengan merintis usaha Pers Daerah yang menerbitkan surat kabar daerah seperti Banjarmasin Post, Pos Kupang, Serambi Indonesia, Sriwijaya Post, Bernas, The Jakarta Post dan Surya. Usaha lain KKG adalah Radio Sonora dan PT. Kompas Cyber Media yang bergerak di bidang jasa internet dan multi media serta TV-7. (Wikipedia, 2011) Pada akhirnya, Kompas berkembang menjadi surat kabar dengan gaya halus, dalam arti melakukan kritik secara implisit atau secara tidak langsung. Hal inilah yang membuat Kompas dapat bertahan di tengah kontrol yang sangat kuat oleh pemerintah.
4.2
Visi Surat Kabar Harian Kompas Visi Kompas: “Menjadi institusi yang memberikan pencerahan bagi
perkembangan masyarakat Indonesia yang demokratis dan bermartabat, serta menjunjung tinggi asas dan nilai kemanusiaan” Berita adalah sebuah laporan yang hangat, padat dan cermat tentang suatu kejadian. Dalam hal ini, kejadian merupakan hal yang obyektif, namun bagaimana kejadian itu kemudian dipilih menjadi sebuah berita merupakan hal yang subjektif. Hal inilah yang menyebabkan perbedaaan diantara media-media dalam memberitakan suatu kejadian yang sama kepada pembaca. Perbedaaan ini disebabkan oleh visi atau pandangan media yang bersangkutan terhadap suatu permasalahan. Visi ini kemudian dijabarkan menjadi kebijakan editorial dan sekaligus menjadi dasar, pedoman dan kerangka acuan dalam menentukan kejadian atau peristiwa yang dipilih untuk menjadi berita maupun komentar oleh surat kabar yang bersangkutan. Visi pokok yang dijabarkan menjadi kebijakan redaksional, selain menjadi kerangka acuan serta kriteria dalam menyeleksi dan mengolahnya menjadi berita, juga menjadi visi serta seuntai nilai dasar yang dihayati bersama oleh para wartawan yang bekerja dalam media tersebut. Visi ini didukung dengan aktualisasi oleh para wartawan melalui pekerjaan dan pergulatannya dengan realitas dan pemikiran yang mereka olah menjadi bahan berita, laporan maupun komentar. Visi Kompas menempatkan manusia dan kemanusiaan sebagai faktor sentral. Oleh karena itu, manusia dan kemanusiaan senantiasa diusahakan menjadi sumber pemberitaan dan komentarnya. Dengan digerakkannya visi ini, Kompas berusaha pula untuk senantiasa peka akan nasib manusia dan berpegang pada ungkapan klasik jurnalistik: menghibur yang papa, mengingatkan yang mapan. Maka, SKH Kompas berusaha menyajikan nilai-nilai humanis kepada pembacanya melalui artikel-artikel, cerita kehidupan rakyat biasa yang disajikan Kompas dalam liputan setiap harinya. Keberpihakan Kompas pada rakyat tergambar jelas dalam motto “Amanat Hati Nurani Rakyat”. Judul ini mencerminkan bahwa Kompas lebih mengedepankan kepentingan rakyat serta mengakomodir setiap kepentingan masyarakat. (Republik Blog, 2006)
Kompas
ingin
berkembang
sebagai
suatu
institusi
pers
yang
mengedepankan keterbukaan serta meninggalkan batasan latar belakang suku, agama, ras dan golongan. Kompas juga berusaha menjadi juru bicara kemanusiaan, mengedepankan nasib orang banyak terutama yang terpinggir dan tertinggal. Maka, independensi Kompas adalah ketika Kompas mengambil jarak terhadap pemerintah dan terhadap setiap lembaga kekuasaan. Motto tersebut menunjukkan bahwa Kompas berkomitmen juga menyuarakan hati nurani rakyat. Jargon manusia dan kemanusiaan yang diusung Kompas akan memberikan warna, makna, kekayaan serta jiwa dalam pemberitaan, laporan maupun realitas sosial secara lebih peka. (Republik Blog, 2006) 4. 3
Misi Surat Kabar Harian Kompas Misi Kompas: “Mengantisipasi dan merespon dinamika masyarakat secara
profesional, sekaligus memberi arah perubahan (trendsetter) dengan menyediakan dan menyebarluaskan informasi yang terpercaya” Menurut Jacob Oetama, surat kabar tidak lebih dari sekedar suatu informasi dan peliputan perihal peristiwa, surat kabar adalah juga interaksi. Karena itu, surat kabar mempunyai policy, kebijakan editorial dan juga kebijakan perusahaan. Interaksi antara kebijakan dan liputan lapangan itulah dinamika yang menghasilkan berita, komentar dan opini. Kompas tidak hanya sekedar media cetak yang menyampaikan informasi kepada pembaca, tapi lebih dari itu, ia mengemban sebuah misi yaitu untuk mendidik dan mencerdaskan hati nurani anak bangsa. Hal ini sesuai dengan cita-cita Kompas untuk menjadi sebuah Monumen Nasional Dari Hati Nurani Rakyat. (Republik Blog, 2006) Sesuai misinya tersebut, Kompas berusaha untuk membuat pembacanya tidak hanya cerdas secara kognitif, tetapi juga memiliki kepekaan pada lingkungan sekitarnya. Kompas juga mengajak pembacanya untuk berpikir dan memberikan intepretasi pada sajian teks berita. Tugas redaksi hanya pada proses memberikan informasi yang seimbang antara dua belah pihak tanpa memberikan justifikasi atas permasalahan tertentu. Atas dasar itu, Kompas tidak pernah membuat berita yang sensasional. Artinya tidak ada fakta yang dikemas secara berlebihan dalam rangka mengejar oplah. Kompas juga jarang sekali atau bahkan tidak pernah menggunakan bahasa-
bahasa yang kenes, vulgar dan adhiaporis belaka. Karena keprihatinan humanisnya, Kompas tidak ingin menghibur pembacanya, tapi ingin ikut bertanggung jawab untuk mendidik pembacanya menjadi humanis. (Republik Blog, 2006) 4. 4
Kebijakan Redaksional Kompas Kebijakan redaksional menjadi pedoman dan ukuran dalam menentukan
peristiwa apa yang mempunyai nilai berita oleh surat kabar bersangkutan. Kompas menerapkan prinsip jurnalistik: liput dua belah pihak yang lain, jangan-jangan masih ada kemungkinan yang lain. Suatu pesoalan besar maupun kecil ditinjau dari berbagai segi, sehingga jelas duduk perkaranya, semakin lengkap seluruh dimensinya dan semakin tercapai proporsinya. Visi dan misi Kompas yang secara praktis menjadi kebijakan yang paling utama adalah: 1. Tidak berpihak pada satu golongan partai dan agama dalam kasus pemberitaan. 2. Tidak membenarkan mengkritik orang secara pribadi. 3. Mengutamakan sistem cek dan ricek dalam proses pemberitaan. 4. Menghargai off the record 5. Menghargai hak jawab balik dalam bentuk berita maupun surat pembaca. 6. Tidak membenarkan wartawan-wartawannya mencari keuntungan pribadi. 7. Tidak membuat berita-berita yang mengandung unsur SARA. 4. 5
Rubrikasi Surat Kabar Harian Kompas Pada dasarnya, penerbitan surat kabar berisi tiga komponen, berita sebagai
produk utama yang disajikan kepada pembacanya, opini dan iklan. Muatan isi tersebut terkait dengan pola liputan yang memberikan ketentuan mengenai jenis informasi yang disajikan pada tiap-tiap halaman surat kabar. 4. 5. 1. Halaman Berita Kompas, setiap hari terbit minimal 48 halaman. Berdasarkan kategori pola liputan, Kompas terbagi menjadi dua, yaitu Kompas reguler (Senin-Sabtu), dan Kompas Minggu. Pembagian ini berdasarkan pada perbedaan rubrikasi yang disajikan dalam tiap-tiap edisinya. Kompas edisi reguler lebih menekankan pada
informasi-informasi aktual, sedangkan Kompas Minggu berisi informasi ringan dengan nuansa hiburan. Pola ini merujuk pada fakta bahwa Minggu adalah hari libur di mana pembaca membutuhkan informasi yang sifatnya menghibur dan meninggalkan ketegangan. 4. 5. 2. Halaman Opini Masing-masing surat kabar menyediakan rubrik untuk menampung pendapat atau pandangan pembaca (opini). Kompas mengalokasikan dua halaman (6 dan 7) khusus memuat berbagai pendapat dan aspirasi masyarakat, serta pandangan atau sikap media yang bersangkutan. Oleh karena itu, halaman ini kemudian disebut halaman opini. Bentuknya antara lain Tajuk Rencana, artikel atau kolom, Surat Pembaca, pojok (Mang Usil) dan karikatur. Penempatan opini dalam satu rubrik bertujuan membedakan atau memberi batasan yang jelas antara berita dan opini. Berita sumber utamanya adalah faktafakta objektif, sedangkan opini bisa disampaikan secara bebas dan merupakan manifestasi dari kebebasan seseorang dalam berfikir. 4. 5. 2. 1. Tajuk Rencana Tajuk Rencana adalah sikap, pandangan atau pendapat media tentang masalah-masalah aktual yang sedang terjadi di masyarakat yang mengarah pada kecenderungan-kecenderungan. Sedangkan tajuk Model Angin Surga bukan untuk menggugat atau mempertanyakan hal-hal tertentu. Tajuk seperti ini ditulis sebagai imbauan serta harapan. Ungkapan yang biasa digunakan seperti “kebersamaan”, “duduk bersama mencari solusi”, “tanggung jawab bersama”, “kewajiban moral”, “kewajiban kita semua” dan sebagainya. Untuk tajuk Model Anjing Penjaga, penulis benar-benar bersikap lugas, berani, tajam, kritik-kritik yang ada di dalamnya bahkan ditujukan terhadap pemegang kekuasaan tertinggi di Indonesia. Tajuk seperti ini menjalankan kodrat Kompas sebagai lembaga kontrol dan pemberi informasi yang mendidik dan mencerdaskan pembacanya.
4. 5. 2. 2. Artikel atau kolom Artikel merupakan ulasan tentang suatu permasalahan. Berbeda dengan berita, artikel ditulis lebih panjang dengan menyertakan data dan fakta yang relevan dan sesuai konteksnya. Sedangkan kolom adalah suatu pandangan, penilaian atau penekanan kecenderungan. Kolom hampir sama dengan Tajuk, bedanya kolom disertai dengan nama penulisnya sedang Tajuk tidak, karena mewakili pandangan media yang bersangkutan. 4. 5. 2. 3. Redaksi Yth. Rubrik ini merupakan ruang berkomunikasi antarpembaca Kompas. Berbagai macam aspirasi masyarakat diberi saluran untuk dinyatakan kepada pihak-pihak yang bersangkutan. 4. 5. 2. 4. Karikatur Karikatur merupakan bentuk opini media yang dituangkan dalam bentuk gambar-gambar khusus berunsur satir, ada kejelian, ada kecenderungan berlebihan, mengemukakan atau mengeksploitasi segi-segi tertentu yang khas dan menarik. Ada unsur kritik, memperolok, mengajak bercanda dan jika berhasil ada faktor surprise. Dalam perkembangannya, karikatur digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan kritik. 4. 5. 2. 5 Pojok Pojok adalah opini penerbit yang penyajiannya dilakukan secara humor. Sentilan lucu terhadap sesuatu kejadian yang dimuat dalam penerbitannya. Pojok ditulis sangat singkat, lugas, menohok dan menggelitik, tetapi tidak kehilangan ketepatan dan antisipasi permasalahan yang di”pojok”kan. 4. 5. 2. 6 Halaman Iklan Rubrik iklan di harian Kompas berada di halaman Klasika (Klasifikasi Iklan). Penempatan iklan Kompas dilakukan berdasarkan pengelompokan kategori iklan, yaitu otomotif, property, ragam, karier dan pemberitahuan. Setiap kategori diwakili oleh satu warna khusus.
V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini diuraikan hasil analisis isi Surat Kabar Harian Kompas selama satu tahun penerbitan, yaitu edisi 1 Maret 2010 sampai 28 Februari 2011 yang mencakup frekuensi pemunculan berita pertanian, volume sajian berita pertanian, sumber informasi berita pertanian, bentuk penyajian berita pertanian, dan posisi berita pertanian pada SKH Kompas selama satu tahun penerbitan. Hasil penelitian disajikan dalam 7 bagian, yaitu: (1) frekuensi pemunculan berita pertanian berdasarkan kategori bidang masalah, (2) volume sajian berita pertanian berdasarkan kategori bidang masalah, (3) sumber informasi berita pertanian, (4) bentuk penyajian berita pertanian, (5) Posisi berita pertanian pada setiap halaman cetak di SKH Kompas, (6) Hubungan frekuensi pemunculan dan volume berita, dan (7) Hubungan halaman penempatan dengan letak penempatan berita pertanian. Analisis isi penelitian ini dilakukan hanya pada berita pertanian yang dimuat oleh SKH Kompas. Bidang masalah berita pertanian itu kemudian dipilah menjadi 23 kategori bidang pertanian, yang meliputi: 1) Lingkungan Pertanian, 2) Kesejahteraan Petani, 3) Ketenagakerjaan Petani, 4) Pemasaran Pertanian, 5) Sistem Keuangan dan Permodalan Pertanian, 6) Sarana Produksi Pertanian, 7) Prasarana Produksi Pertanian, 8) Penyuluhan dan Pendidikan Pertanian, 9) Informasi Pertanian, 10) Komoditas Pertanian, 11) Iklim dan Cuaca, 12) Keteknikan Pertanian, 13) Pangan dan Gizi, 14) Peraturan Bidang Pertanian, 15) Lahan dan kondisinya, 16) Budidaya Tanaman, 17) Hama dan Penyakit, 18) Budidaya Ikan, 19) Sumberdaya Perairan, 20) Pengolahan Hasil Pertanian, 21) Budidaya Ternak, 22) Kesehatan Ternak, 23) Kehutanan. Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini ialah tulisan dan gambar tentang pertanian yang diukur volumenya (cmK), Frekuensi pemunculannya, sumber beritanya, bentuk penyajian beritanya, dan posisinya. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini mencakup macam-macam kemasan artikel, meliputi berita, tajuk rencana, foto, pojok, kolom, surat pembaca, berita langsung, berita tak langsung, dan feature serta sumber informasi dan posisinya.
5.1
Frekuensi Pemunculan Berita Pertanian Berdasarkan Kategori Bidang Masalah Distribusi frekuensi pemunculan berita-berita pertanian pada beberapa
kategori atau bidang masalah yang dimuat SKH Kompas selama satu tahun penerbitan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel tersebut menunjukkan bahwa dari 702 artikel berita yang diterbitkan selama setahun penerbitan (1 Maret 2010 sampai dengan 28 Februari 2011) 11,7% ialah berita tentang kehutanan, 10,1% ialah berita tentang pangan dan gizi, 9,4% ialah berita tentang pemasaran pertanian, 7,5% ialah berita tentang kesejahteraan petani, 6,1 % ialah berita tentang lingkungan pertanian, 5,7% ialah berita tentang komoditas pertanian dan iklim dan cuaca, 5% ialah berita tentang sumberdaya perairan, 4,7% ialah berita tentang kebijakan dan peraturan pertanian, dan 4,1% ialah berita tentang hama dan penyakit tanaman. Selebihnya masuk ke kategori-kategori lain, meliputi sarana produksi pertanian sampai ke ketenagakerjaan pertanian yang jumlahnya mencapai 25,7%. Seperti yang telah dijelaskan diatas berita tentang kehutanan paling banyak dimunculkan selama satu tahun penerbitan. Dari ke-82 berita tentang kehutanan, yang paling banyak muncul adalah berita tentang kegiatan-kegiatan pemerintah dalam menangani permasalahan kehutanan dan penguasaan maupun penggunaan areal hutan. Hal tersebut menunjukkan kondisi kehutanan Indonesia yang memrihatinkan. Menurut data Kementerian Kehutanan, selain hutan di Sumatera, hutan di Kalimantan memiliki laju kerusakan yang besar. Dari total kerusakan hutan di Indonesia sebesar 1,08 juta hektar per tahun (Sri L 2010). Hal tersebut menarik perhatian pemerintah, masyarakat maupun media massa, termasuk SKH Kompas yang memuat lebih banyak berita tentang kehutanan daripada berita lainnya. Tabel 3 menunjukkan juga bahwa berita tentang pangan dan gizi menempati jenjang kedua. SKH Kompas memuat 10,1% kategori tersebut dari 702 berita pertanian selama satu tahun penerbitan. Hal tersebut menunjukkan bahwa SKH Kompas menganggap pentingnya isu pangan dan gizi di Indonesia pada pertengahan tahun 2010 sampai awal tahun 2011. Hal ini sejalan dengan penelitian Whitaker dan Dyer (2000) bahwa berita tentang pangan dan gizi banyak
mendapat perhatian oleh majalah-majalah setempat selama sepuluh tahun penerbitan (1987-1996). Tabel 3. Frekuensi, Jumlah, Persentase, dan Peringkat Pemunculan Berita Pertanian Berdasarkan Kategori Bidang Masalah Selama Setahun Penerbitan (N=702) Kategori bidang masalah 1. Kehutanan 2. Pangan dan Gizi 3. Pemasaran Pertanian 4. Kesejahteraan Petani 5. Lingkungan Pertanian 6. Komoditas Pertanian 7. Iklim dan Cuaca 8. Sumberdaya Perairan 9. Kebijakan dan Peraturan Bidang Pertanian 10. Hama dan Penyakit Tanaman 11. Sarana Produksi Pertanian 12. Pengolahan Hasil Perairan 13. Lahan dan Kondisinya 14. Budidaya Tanaman 15. Penyuluhan dan Pendidikan Pertanian 16. Prasarana Produksi Pertanian 17. Budidaya Ikan 18. Komunikasi dan Informasi Pertanian 19. Sistem Keuangan dan Permodalan Pertanian 20. Budidaya Ternak 21. Keteknikan Pertanian 22. Kesehatan Ternak 23. Ketenagakerjaan Pertanian Jumlah
Frekuensi 82
% 11.7
Jenjang 1.0
71
10.1
2.0
66
9.4
3.0
53
7.5
4.0
43
6.1
5.0
40
5.7
6.5
40
5.7
6.5
35
5.0
8.0
33
4.7
9.0
29
4.1
10.0
23
3.3
11.0
22
3.1
12.0
21
3.0
13.5
21
3.0
13.5
19
2.7
15.0
18
2.6
16.5
18
2.6
16.5
17
2.4
18.0
14
2.0
19.5
14
2.0
19.5
13
1.9
21.0
9
1.3
22.0
1
0.1
23.0
702
100
Secara keseluruhan, redaksi surat kabar cenderung memuat berita-berita pertanian yang berhubungan dengan suatu peristiwa dan ekonomi. Fakta ini ditunjukkan oleh Evans (1966:5) bahwa setiap harinya artikel-artikel pertanian lebih menekankan pada peristiwa-peristiwa ekonomi. Hal inilah yang membuat sebagian besar redaksi surat kabar memuat berita tentang pemasaran pertanian. Stedman dalam Evans (1966:5) mengungkapkan bahwa berita tentang pemasaran hasil-hasil pertanian memiliki porsi 20 persen dari seluruh berita pertanian yang dimuat surat kabar harian setempat pada tahun 1914 dan 1930. Porsi yang sama juga diterapkan oleh redaksi SKH Kompas untuk memuat berita-berita tentang pemasaran pertanian selama satu tahun penerbitan. Namun, fakta tersebut tidak berlaku pada kategori sistem keuangan dan permodalan pertanian. Sekalipun kategori tersebut berhubungan dengan bidang ekonomi. Tabel 3 menunjukkan bahwa kategori tersebut hanya dimunculkan sebanyak 2% dari 702 berita pertanian selama satu tahun penerbitan. Hal ini sesuai dengan motto SKH Kompas yaitu “Amanat Hati Nurani Rakyat”. Judul tersebut mencerminkan bahwa SKH Kompas lebih mengedepankan kepentingan rakyat serta mewakili setiap kepentingan masyarakat. Oleh karena itu, dapat diduga bahwa SKH Kompas menganggap kategori sistem keuangan dan permodalan pertanian sulit dimengerti oleh khalayak karena tidak menyentuh langsung kepentingan masyarakat. Hal inilah yang dapat menyebabkan SKH Kompas kurang memunculkan kategori tersebut. Sebenarnya seluruh bidang pertanian saling terkait satu sama lain. Dalam hubungan ini, pemasaran pertanian terkait dengan kesejahteraan petani. Naiknya harga produk pertanian akan memengaruhi kesejahteraan petani, baik dari segi pendapatan maupun dari kondisi psikis dan fisik petani, seperti keterpurukan atau kebahagiaan. Dengan cara yang sama, lingkungan pertanian pun terkait dengan iklim dan cuaca yang memengaruhi kondisi lingkungan tersebut. Tabel 3 menunjukkan bahwa kategori kesejahteraan petani termasuk kategori yang berprioritas tinggi. SKH Kompas memuat berita tersebut sebanyak 7,5% dari 702 berita pertanian. Mengingat peran petani yang tidak pernah lepas dari pembangunan pertanian, maka tingkat kesejahteraan petani pun menjadi hal yang sangat penting dalam pembangunan pertanian. Menurut Yohandarwati
(2010:2) berbagai permasalahan masih menjadi kendala untuk dapat lebih mengoptimalkan peningkatan kesejahteraan petani dan menegaskan kesejahteraan petani yang lebih baik. Hal inilah yang dapat menarik SKH Kompas untuk meliput berita tentang kesejahteraan petani yang secara tidak langsung memengaruhi pemerintah dalam menangani permasalahan tersebut. Selanjutnya, kategori berita pertanian yang termasuk kategori yang berprioritas tinggi yaitu lingkungan pertanian. Hal ini terlihat dari banyaknya berita tentang kategori tersebut yang dimuat oleh SKH Kompas yakni sebesar 6,1% dari 702 berita pertanian. Hal ini sejalan dengan penelitian Hettel (1982) yaitu berita tentang lingkungan pertanian menempati peringkat ke-7 atau 3,4% dari 88 berita pertanian. Survey tersebut berbasis pada perhitungan redaksi tentang minat pembacanya. Hal ini menunjukkan bahwa redaksi-redaksi surat kabar termasuk SKH Kompas menganggap penting kategori lingkungan pertanian untuk diliput. Bidang pertanian lain yang menjadi perhatian SKH Kompas ialah komoditas pertanian dan iklim dan cuaca yang menempati jenjang yang sama, yaitu 6,5. SKH Kompas memuat kedua kategori tersebut sebesar 5,7% dari 702 berita pertanian. Kategori komoditas pertanian termasuk kategori yang berprioritas tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian Okorie dan Oyedepo (2010) yaitu kategori komoditas pertanian menempati jenjang teratas yakni 22,6% dari 750 berita pertanian yang diterbitkan oleh tiga surat kabar di Nigeria. Hal inilah yang dapat menarik SKH Kompas untuk meliput isu tersebut. Sama halnya dengan kategori iklim dan cuaca. Kategori tersebut memiliki tingkat kepentingan yang tinggi dalam bidang pertanian. Fakta ini diperkuat oleh Putu (2011) yang mengungkapkan bahwa iklim dan cuaca adalah unsur utama dalam sistem metabolisme dan fisiologi tanaman. Pada tahun 2010 sampai dengan awal tahun 2011 Indonesia mengalami kondisi iklim dan cuaca yang ekstrem. Kondisi tersebut dapat menentukan pola tanam, jadwal dan saat tanam, dan manajemen pertanian yang lebih efisien. Hal inilah yang dapat menarik SKH Kompas untuk meliput isu tersebut selama satu tahun penerbitan.
Kesepuluh kategori berita pertanian yang menduduki peringkat teratas merupakan bidang masalah yang paling menarik perhatian SKH Kompas selama satu tahun penerbitan. Salah satunya adalah bidang sumberdaya perairan yang merupakan bidang yang paling disoroti dalam bidang perikanan pada khususnya. Sumberdaya perairan dan laut di Indonesia memiliki potensi yang besar, sehingga dibutuhkan pengendalian dan pemanfaatan yang efektif. Namun, pada kenyataannya beberapa potensi tersebut tidak terjadi karena pencemaran dan kerusakan yang diakibatkan oleh eksploitasi yang berlebihan. Hal inilah yang dapat menarik SKH Kompas untuk meliput isu tersebut. Sama halnya dengan kategori kebijakan dan peraturan pertanian yang menarik perhatian SKH Kompas. Pengendalian sistem pertanian di Indonesia diatur oleh kebijakan dan peraturan pemerintah. Informasi tentang kebijakan dan peraturan tersebut dibutuhkan oleh masyarakat khususnya petani dalam mengembangkan usahanya guna mencapai keberhasilan. Hal inilah yang dapat menarik SKH Kompas untuk meliput informasi tersebut. Lebih lanjut Tabel 3 menunjukkan bahwa kategori hama dan penyakit tanaman menempati jenjang kesepuluh. Dari 702 berita pertanian selama satu tahun penerbitan 3,3% berita tentang hama dan penyakit tanaman. Data tersebut menunjukkan bahwa SKH Kompas cukup memerhatikan kategori tersebut dalam liputannya. Kategori tersebut juga dipengaruhi oleh kondisi iklim dan cuaca yang ektrem, sehingga menyebabkan lahan-lahan pertanian banyak terserang hama dan penyakit tanaman yang dapat mengganggu aktivitas serta produktivitas pertanian. Kondisi tersebut dapat memengaruhi kondisi pertanian secara keseluruhan. Hal inilah yang dapat menarik perhatian SKH Kompas untuk memuat isu tersebut. Selebihnya, kategori bidang masalah pertanian yang memiliki frekuensi yang lebih sedikit. Artinya, redaksi SKH Kompas kurang memerhatikan kategorikategori tersebut. Salah satunya ialah kategori keteknikan pertanian. Proporsi kategori tersebut hanya 1,9% dari 702 berita pertanian selama satu tahun penerbitan. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya inovasi-inovasi keteknikan pertanian karena kondisi pertanian di Indonesia yang bersifat subsisten dan kepemilikan lahan yang teramat kecil (Siregar, 2011). Hal inilah yang dapat membuat SKH Kompas kurang meliput isu tersebut.
Sama halnya dengan bidang budidaya ternak dan kesehatan ternak. Kategori tersebut kurang diperhatikan oleh SKH Kompas dalam memuat beritanya. Hal ini sejalan dengan penelitian Okorie dan Oyedepo (2010) bahwa dari 750 berita pertanian yang diterbitkan oleh tiga surat kabar setempat hanya 9,6% tentang peternakan dan 10,6% tentang kesehatan ternak. Data tersebut menunjukkan bahwa bidang peternakan masih kurang diminati oleh redaksiredaksi surat kabar termasuk redaksi SKH Kompas. Bidang masalah pertanian yang memiliki frekuensi paling rendah adalah ketenagakerjaan
pertanian.
Dari
702
berita
pertanian,
berita
tentang
ketenagakerjaan pertanian hanya muncul satu kali. Berdasarkan data BPS, pada tahun 2010 mengalami peningkatan jumlah pekerja di bidang jasa kemasyarakatan (11,52%) dan penurunan di sektor pertanian (2,92%) (BPS 2010). Data tersebut menunjukkan bahwa pekerja Indonesia lebih dominan di sektor non pertanian karena ketenagakerjaan sektor pertanian masih ditempatkan pada posisi marginal. Sehingga isu tersebut kurang disoroti oleh media massa terutama SKH Kompas. 5.2
Volume Berita Pertanian Berdasarkan Kategori Bidang Masalah Volume berita menunjukkan luas bidang cetak yang dialokasikan untuk
menyajikan sebuah artikel atau berita pertanian. Tabel 4 menunjukkan sebaran volume berita 23 bidang masalah pertanian pada SKH Kompas selama satu tahun penerbitan. Ukuran atau besar kolom suatu berita ditentukan oleh kebijaksanaaan redaksional surat kabar tersebut. Kebijaksanaan redaksional ini mementingkan nilai suatu berita. Suatu berita yang bernilai tinggi akan mendapat prioritas pemuatan yang tinggi dan akan memeroleh alokasi volume yang besar. Semakin besar volume suatu berita maka akan besar ukuran kolom yang dialokasikan untuk pemuatan berita tersebut. Hal ini juga menunjukkan kedalaman dan keluasan liputan berita itu. Artinya, semakin besar ukuran kolom yang disediakan suatu berita, maka akan semakin dalam dan luas penjelasan berita tersebut. Disamping itu, nilai berita suatu kejadian juga berpegaruh pada volume isi suatu berita. Semakin bernilai suatu berita maka semakin dalam pula uraiannya. Hal ini pada giliran berikutnya memengaruhi besar volume berita tersebut.
Tabel 4. Volume, Jumlah, Persentase, dan Peringkat Sajian Berita Pertanian Berdasarkan Kategori Bidang Masalah Selama Setahun Penerbitan (N=702) Kategori Bidang Masalah
Volume (cmK)
Persen
Jenjang
1. Keteknikan Pertanian
338.40
7.1
1.0
2. Penyuluhan dan Pendidikan Pertanian
307.91
6.4
2.0
3. Komoditas Pertanian
282.98
5.9
3.0
4. Kesejahteraan Petani
270.60
5.7
4.0
5. Prasarana Produksi Pertanian
268.48
5.6
5.0
6. Lingkungan Pertanian
243.34
5.1
6.0
7. Lahan dan Kondisinya
239.19
5.0
7.0
8. Pengolahan Hasil Perairan
233.91
4.9
8.0
9. Pemasaran Pertanian
230.03
4.8
10.0
10. Kehutanan
229.14
4.8
10.0
11. Kebijakan dan Peraturan Bidang Pertanian
228.11
4.8
10.0
12. Budidaya Ternak
214.03
4.5
12.0
13. Sarana Produksi Pertanian
212.61
4.4
13.0
14. Pangan dan Gizi
204.18
4.3
14.0
15. Iklim dan Cuaca
199.06
4.2
15.5
16. Sumberdaya Perairan
198.64
4.2
15.5
17. Budidaya Tanaman
177.64
3.7
17.0
18. Budidaya Ikan
167.04
3.5
18.0
19. Komunikasi dan Informasi Pertanian
164.88
3.4
19.0
20. Hama dan Penyakit Tanaman
140.73
2.9
20.0
21. Sistem Keuangan dan Permodalan Pertanian
134.44
2.8
21.0
22. Kesehatan Ternak
84.72
1.8
22.0
23. Ketenagakerjaan Pertanian
11.67
0.2
23.0
4781.72
100
Jumlah
Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah volume berita pertanian yang diteliti ialah 4781.72 cmK selama satu tahun penerbitan (1 Maret 2010 sampai dengan 28 Februari 2011). Tabel itu menunjukkan juga bahwa sebesar 7,1% diisi oleh keteknikan pertanian, 6,4% diisi oleh ketenagakerjaan pertanian, 5,9% diisi oleh komoditas pertanian, 5,7% diisi oleh kesejahteraan petani, 5,6% diisi oleh prasarana produksi pertanian, 5,1% diisi oleh lingkungan pertanian, 5% diisi oleh lahan dan kondisinya, 4,9% diisi oleh pengolahan hasil perairan, 4,8% diisi oleh pemasaran pertanian dan kehutanan. Selebihnya diisi oleh kategori-kategori lain, meliputi kebijakan dan peraturan bidang pertanian sampai ke ketenagakerjaan pertanian yang jumlahnya mencapai 44,7%. Surat kabar berwenang dalam menentukan frekuensi pemunculan dan volume berita. Redaksi SKH Kompas cenderung meningkatkan frekuensi pemunculan berita daripada memperbesar volume berita. Dalam hubungan ini, SKH Kompas mengemas berita tentang keteknikan pertanian secara lebih mendalam dengan menampilkan gambar, grafik, dan ilustrasi-ilustrasi lain yang memengaruhi besarnya volume. Hal itu menyebabkan SKH Kompas memperbesar volume berita tentang keteknikan pertanian daripada frekuensi pemunculannya. Selain itu, bentuk penyajian berita dapat menentukan besar-kecilnya volume
berita
pertanian.
Misalnya,
feature.
Bentuk
penyajian
feature
memerlukan kolom yang lebih besar karena materi isi yang lebih kompleks dan detil. Contoh lain adalah bentuk penyajian Pojok. Bentuk penyajian tersebut membutuhkan kolom yang kecil, karena materi isi yang hanya berupa komentar singkat yang terdiri dari satu sampai dua kalimat saja. Tabel 4 menunjukkan bahwa volume terbesar diisi oleh kategori keteknikan pertanian. hal ini dapat disebabkan oleh bentuk penyajian yang digunakan. Sebagian besar berita tentang keteknikan pertanian dikemas dalam bentuk kolom atau artikel yang memerlukan ukuran yang lebih besar. Sehingga volumenya lebih besar daripada kategori lain. Selanjutnya Tabel 4 menunjukkan kategori penyuluhan dan pendidikan pertanian menempati jenjang kedua. SKH Kompas meliput berita-berita tentang penyuluhan dan pendidikan pertanian yang lebih mendalam dan spesifik.
Sehingga feature lah yang menjadi pilihan. Misalnya saja cerita tentang beberapa tokoh yang mengembangkan masyarakat. Bidang masalah selanjutnya yang cukup diperhatikan oleh SKH Kompas adalah komoditas pertanian. Rata-rata volume berita tentang komoditas pertanian adalah 282,98 cmK. Data ini menunjukkan bahwa bidang komoditas pertanian memiliki volume yang besar. Artinya, SKH Kompas menganggap bidang komoditas pertanian memiliki nilai berita yang tinggi. SKH Kompas juga memerhatikan bidang kesejahteraan petani. Hal itu dapat dilihat dari besar volumenya yakni 270,6 cmK. Besarnya volume berita pertanian tentang kesejahteraan petani adalah wajar karena SKH Kompas juga sering memunculkan berita tentang bidang masalah tersebut. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa SKH Kompas menganggap bidang masalah kesejahteraan petani memiliki nilai berita yang tinggi. Bidang masalah berikut yang juga diperhatikan oleh SKH Kompas adalah prasarana produksi pertanian. Bidang tersebut memiliki volume sebesar 268,48 cmK. Data tersebut menunjukkan bahwa volume berita yang dimiliki oleh bidang prasarana prosuksi pertanian cukup besar. Artinya, SKH Kompas memberi perhatian yang cukup besar dan memberi nilai yang cukup tinggi pada bidang tersebut. Sejalan dengan hal tersebut, SKH Kompas menyediakan volume yang besar dan frekuensi pemunculan yang besar pula dalam menyajikan bidang lingkungan pertanian. SKH Kompas cukup memerhatikan bidang lingkungan pertanian karena kondisi dan situasi lingkungan pertanian di Indonesia pada saat itu mengalami keterpurukan akibat bencana alam yang terjadi di berbagai tempat. Sama halnya dengan bidang lahan dan kondisinya. SKH Kompas memuat berita tentang lahan dan kondisinya dengan membahas beberapa permasalahan secara lebih mendalam. Sehingga dibutuhkan ruang cetak yang besar bagi bidang tersebut. Namun bidang masalah tersebut memiliki jumlah frekuensi pemunculan yang rendah. Isu-isu yang memuat lebih banyak tentang bidang lahan dan kondisinya adalah sengketa lahan, kondisi tanah, dan lain sebagainya. Sehingga menjadi menarik untuk dibahas secara mendalam. Hal tersebut menunjukkan bahwa ketimpangan yang terjadi pada besarnya frekuensi pemunculan berita dan
volume berita menunjukkan bahwa frekuensi pemunculan berita tidak selalu memengaruhi volume sajiannya. SKH Kompas menyediakan ruang berita yang cukup besar untuk bidang pengolahan hasil perairan. Bidang tersebut lebih didominasi oleh isu tentang hasil perairan yang diolah dan diproduksi sampai kepada konsumen. Isu tersebut membutuhkan penjelasan yang lebih mendalam dan informasi yang mendetil. Sehingga dibutuhkan volume yang besar dalam menyajikan berita tersebut. Kategori pemasaran pertanian juga cukup diperhatikan oleh SKH Kompas. Hal itu disebabkan oleh besarnya volume berita kategori tersebut yaitu 230,03 cmK. Data tersebut menunjukkan bahwa SKH Kompas memberikan porsi yang wajar pada bidang masalah pemasaran pertanian yang disesuaikan dengan besarnya frekuensi pemunculannya. Besarnya frekuensi pemunculan berita tentang kehutanan tidak diikuti dengan besarnya volume beritanya. Hal ini tercermin dari jenjang yang ditempati pada Tabel 4 jauh berbeda dengan jenjang yang ditempati pada Tabel 3. Hal itu disebabkan oleh bentuk sajian yang digunakan oleh SKH Kompas dalam meliput berita tentang kehutanan lebih banyak tentang berita tak langsung yang tidak membutuhkan ruang cetak yang besar. Berita tentang hama dan penyakit tanaman memiliki volume yang kecil yaitu sebesar 140,73 cmK. Namun demikian frekuensi pemunculannya terbilang cukup besar. Hal ini disebabkan oleh berita yang disajikannya kurang mendalam, sehingga memengaruhi kecilnya volume yang disediakan oleh SKH Kompas pada bidang tersebut. Lain halnya dengan bidang masalah sistem keuangan dan permodalan pertanian. Bidang masalah tersebut memiliki volume berita dan frekuensi pemuculan yang kecil. Hal ini menunjukkan bahwa SKH Kompas kurang memrioritaskan bidang masalah tersebut dibandingkan dengan bidang masalah yang lain.
Bidang masalah kesehatan ternak dan ketenagakerjaan pertanian memiliki volume berita yang kecil. Hal itu paralel dengan frekuensi pemunculan kedua bidang masalah tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa perhatian SKH Kompas pada kedua bidang tersebut sedikit. Uraian ini menunjukkan bahwa SKH Kompas bersikap bahwa suatu peristiwa yang disoroti masyarakat dianggap mempunyai nilai berita. Nilai berita yang dikandung suatu peristiwa itulah, sehingga peristiwa itu layak ataupun tidak layak diberitakan. Terlepas dari aspek kekurangan ataupun kelebihan, pada bulan Maret 2010 sampai dengan bulan Desember 2010, bangsa Indonesia sedang mengalami perubahan iklim yang tidak stabil yang mengakibatkan timbulnya permasalahan besar di bidang pertanian, seperti hama dan penyakit tanaman, kegagalan panen, krisis pangan, harga melonjak, dan lain sebagainya. Peristiwaperistiwa ini menarik untuk dimuat dalam surat kabar dan berpengaruh pada tingginya frekuensi pemunculan berita pertanian ataupun volume berita pertanian. 5.3
Hubungan Frekuensi Pemunculan dan Volume Berita Bagian ini membahas hubungan frekuensi pemunculan berita dan volume
berita. Pengukuran hubungan tersebut bertujuan untuk mengetahui kekuatan hubungan frekuensi pemunculan berita dan volume berita. Kuat atau lemahnya hubungan kedua variabel tersebut ditunjukkan oleh keofisien korelasi Pearson. Hubungan searah jika nilai koefesien korelasi diketemukan positif; sebaliknya jika nilai koefesien korelasi negatif, hubungan disebut tidak searah. Koefesien korelasi ialah suatu ukuran derajat asosiasi antara dua variabel. Jika koefesien korelasi itu positif maka hubungan kedua peubah searah. Peningkatan peubah pertama akan berhubungan dengan peningkatan peubah kedua. Kalau kedua koefisien korelasinya negatif maka peningkatan peubah pertama akan berhubungan dengan penurunan peubah kedua secara linier. Pada penelitian ini data besarnya volume berita pertanian dikorelasikan dengan data frekuensi pemunculan berita-berita pertanian dengan mengikuti prosedur korelasi Pearson. Hasil penelitian menunjukkan volume kedua peubah tersebut, yaitu volume berita-berita pertanian dan frekuensi pemunculan beritaberita pertanian berkorelasi positif sebesar 0,32, yang tidak nyata pada α=0,05.
Artinya ada kecenderungan bahwa peningkatan volume berita-berita akan diikuti oleh peningkatan frekuensi pemunculan berita-berita pertanian. Namun kecenderungan tersebut lemah karena koefisien korelasi Pearson itu rendah dan tidak nyata pada α=0,05. Tabel 5. Hubungan Frekuensi Pemunculan dan Volume Berita Berdasarkan Kategori Bidang Masalah Kategori bidang masalah 1. Kehutanan
Frekuensi 82 71
2. Pangan dan Gizi 3. Pemasaran Pertanian 4. Kesejahteraan Petani 5. Lingkungan Pertanian 6. Komoditas Pertanian
66 53 43 40 40
7. Iklim dan Cuaca 8. Sumberdaya Perairan 9. Kebijakan dan Peraturan Bidang Pertanian 10. Hama dan Penyakit Tanaman 11. Sarana Produksi Pertanian 12. Pengolahan Hasil Perairan 13. Lahan dan Kondisinya 14. Budidaya Tanaman 15. Penyuluhan dan Pendidikan Pertanian 16. Prasarana Produksi Pertanian
35 33 29 23 22 21 21 19 18 18
17. Budidaya Ikan 18. Informasi Pertanian 19. Sistem Keuangan dan Permodalan 20. Budidaya Ternak 21. Keteknikan Pertanian 22. Kesehatan Ternak 23. Ketenagakerjaan Pertanian Jumlah
17 14 14 13 9 1
Volume 229.135 204.181 230.027 270.604 243.341 282.976 199.063 198.638 228.111 140.728 212.610 233.910 239.188 177.643 307.913 268.481 167.041 164.875 214.031 134.438 338.396 84.722 11.667
702
4781.718
r= 0,32
α= 0,2
Berdasarkan Tabel 5, frekuensi pemunculan berita pertanian memiliki hubungan yang lemah dengan volume beritanya. Namun karena hubungan keduanya positif maka peningkatan frekuensi pemunculan berita pertanian akan diikuti oleh peningkatan volume berita pertanian. 5.4
Sumber Informasi pada Berita Pertanian Sumber informasi adalah orang atau lembaga yang dijadikan sumber berita
dalam suatu tulisan, karena peristiwa yang dialaminya atau pendapat yang dikemukakannya tentang peristiwa tersebut baik secara lisan maupun tulisan. Sumber informasi yang biasanya memberikan keterangan atau pendapat tentang peristiwa yang terjadi bisa saja tokoh, pelaku, atau korban dalam peristiwa tersebut atau informan yang mewakili pemerintah atau masyarakat yang terkait dengan peristiwa tersebut atau kombinasi ketiga hal tersebut. Dalam penelitian ini penggunaan sumber informasi dikategorikan menjadi tiga, yaitu pemerintah, non pemerintah dan kombinasi keduanya. Distribusi sumber informasi dapat menunjukkan suatu surat kabar dalam memburu sumber informasi yang diliput, yaitu pemerintah, bukan pemerintah atau gabungan keduanya. Disamping itu penggunaan sumber informasi, baik pemerintah maupun warga masyarakat juga dapat berfungsi sebagai kontrol sosial. Sebagai surat kabar yang independen SKH Kompas senantiasa berusaha menampilkan berita pertanian berdasarkan informasi yang akurat dan obyektif. SKH Kompas berusaha memberikan informasi dari berbagai lapisan masyarakat. Tabel 6.
Jumlah, Persentase, dan Peringkat Penggunaan Sumber Informasi pada Sajian Berita Pertanian Selama Setahun Penerbitan (N=702)
Sumber Informasi 1. Non Pemerintah
N 357
Persen 50.9
Jenjang 1.0
2. Pemerintah dan Non Pemerintah
179
25.5
2.0
3. Pemerintah
166
23.6
3.0
702
100
Jumlah
Tabel 6 menunjukkan distribusi sumber informasi berita pertanian pada beberapa kategori yang dimuat oleh SKH Kompas selama satu tahun penerbitan. Tabel tersebut menunjukkan bahwa dari 702 berita pertanian yang diterbitkan selama setahun penerbitan (1 Maret 2010 sampai dengan 28 Februari 2011) sebesar 50,9% berasal dari sumber-sumber non pemerintah, 25,5% berasal dari kombinasi sumber pemerintah dan non pemerintah, dan 23,6% berasal dari sumber-sumber pemerintah. Sumber informasi non pemerintah adalah orang atau lembaga yang secara resmi tidak menduduki jabatan tertentu di pemerintahan, misalnya petani, peternak, nelayan, pedagang komoditas pertanian, pengusaha pertanian, pakar, tokoh LSM dan sebagainya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berita-berita pertanian yang bersumber dari pemerintah tidak mendominasi pemberitaan di SKH Kompas. Jadi SKH Kompas member kebebasan kepada wartawan untuk memilih sumber-sumber berita yang relevan dalam penulisan laporannya. Selain artikel-artikel yang ditulisa oleh wartawan sendiri, SKH Kompas juga menerima naskah-naskah atau artikel dari pembaca. Hal tersebut merupakan umpan balik terhadap informasi yang disampaikan ataupun dalam penyampaian suatu pendapat, saran, kritik, dan lain-lain. Hasil tersebut menunjukkan bahwa SKH Kompas lebih menekankan dari apa yang dirasakan serta dialami oleh masyarakat
dalam
menampilkan
beritanya.
Berkembangnya
keterbukaan
informasi menjadi pelajaran positif bagi proses pembelajaran masyarakat di masa yang akan datang. Selanjutnya sumber infomasi yang menempati jenjang kedua adalah kombinasi antara pemerintah dan non pemerintah. SKH Kompas mengungkap pendapat, pernyataan, keluhan, dan ungkapan-ungkapan kepuasan ataupun ketidakpuasan dari warga masyarakat (petani, nelayan, peternak, pedagang, dan sebagainya) tentang pelaksanaan pembangunan pertanian di Indonesia. Ungkapan tersebut
ditindaklanjuti
oleh
pemerintah
(pengambil
kebijakan)
dengan
mengeluarkan pernyataan, aturan, kebijakan yang berkaitan dengan pembangunan pertanian dan kesesuaiannya dengan harapan warga masyarakat. Informasi yang didapat dari beragam pihak dapat mempermudah pemahaman dalam menghadapi suatu isu. Dengan demikian, SKH Kompas dapat berperan sebagai kontrol sosial
dan media yang efektif dalam menjalin komunikasi dua arah, antara masyarakat dan pemerintah. Selanjutnya Tabel 6 menunjukkan bahwa pemunculan sumber informasi dari pemerintah menempati jenjang terakhir. Sumber informasi pemerintah adalah orang yang secara resmi menduduki jabatan tertentu di lembaga pemerintahan, seperti presiden, menteri pertanian, gubernur, bupati, kepala dinas pertanian, camat, lurah. Misalnya berita edisi 20 Mei 2010 menyoroti kerusakan ribuan hektar lahan pertanian akibat banjir dengan menyajikan pernyataan atau keterangan dari Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bojonegoro. SKH Kompas menggunakan sumber informasi dari pemerintah dalam menyoroti berbagai isu-isu politik yang berhubungan dengan pertanian, seperti kebijaksanaan-kebijaksanaan
pembangunan
pertanian,
permasalahan-
permasalahan pertanian dan lain sebagainya. Hal tersebut mempunyai arti bahwa SKH Kompas memberikan peran dalam menentukan arah pertanian di Indonesia dengan mengungkapkan pernyataan-pernyataan dari para pengambil kebijakan. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan proporsi penggunaan sumber informasi. Sumber informasi dari non pemerintah memiliki persentase yang lebih tinggi dibandingkan dengan sumber informasi yang lainnya. Fakta ini menunjukkan bahwa SKH Kompas lebih banyak menggantungkan informasi dari warga masyarakat. Hal tersebut menunjukkan bahwa SKH Kompas berperan sebagai media yang mampu mengangkat berbagai aktivitas dan keingingan masyarakat biasa, sehingga para pengambil kebijakan dapat mengetahui aspirasi warga. Masalah tersebut kemudian ditindaklanjuti oleh para pengambil kebijakan dengan mengeluarkan pernyataan-pernyataan, peraturan-peraturan, ataupun kebijakankebijakan lainnya melalui surat kabar yang sesuai dengan kehendak warga masyarakat. SKH Kompas juga cenderung menggunakan pendekatan cek dan ricek. Artinya peristiwa, pendapat, pernyataan baik dari pemerintah maupun non pemerintah dijadikan sebagai sumber informasi dalam sajiannya. Sehingga dalam hal ini SKH Kompas dapat berperan sebagai penghubung yang kreatif antara pemerintah dan masyarakat.
Uraian tersebut menunjukkan bahwa SKH Kompas memiliki disiplin dalam melakukan verifikasi suatu berita pertanian. Hal ini terkait dengan kegiatan menelusuri sekian saksi untuk sebuah peritiwa dan mencari sekian banyak narasumber kemudian mengungkap sekian banyak komentar. Disiplin melakukan verifikasi ini penting untuk menjamin keakuratan suatu berita. Dalam hal ini, SKH Kompas mampu melaporkan secara cakap pemberitaan yang penting untuk diketahui oleh masyarakat. Hal ini secara tidak langsung akan memengaruhi tingkat pengetahuan masyarakat pada informasi-informasi yang disampaikan. 5.5
Bentuk Penyajian Berita Pertanian Ada delapan macam bentuk penyajian berita pada SKH Kompas yang
diteliti. Kedelapan bentuk penyajian itu adalah: (1) Tajuk Rencana, karangan pokok yang membawa visi dan opini surat kabar, (2) Foto, gambar yang mendukung suatu berita maupun gambar yang mengandung berita, (3) Pojok, rubrik khas yang berisikan sesuatu yang „humoris dan menyindir‟, (4) Kolom, tulisan lepas berisi opini, pandangan, penilaian atau penekanan kecenderungan yang lebih banyak menekankan aspek pengamatan dan pemaknaan terhadap suatu isu. (5) Surat Pembaca, salah satu bentuk umpan balik dari pembaca, (6) Berita Langsung, informasi yang dianggap penting dan baru saja terjadi yang ditulis secepat mungkin, (7) Berita tak Langsung, informasi penting dan menarik dengan fakta yang lebih rinci dan mendalam, (8) Features, artikel yang ditulis berdasarkan fakta dan mengandung unsur subyektifitas serta dikemas dengan bahasa yang menarik. Uraian berita menurut bentuk penyajiannya pada penelitian ini ditinjau berdasarkan besarnya frekuensi pemunculannya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7 berikut. Distribusi bentuk penyajian berita pertanian pada beberapa kategori yang dimuat SKH Kompas selama satu tahun penerbitan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel tersebut menunjukkan bahwa dari 702 artikel berita pertanian yang diterbitkan selama setahun penerbitan (1 Maret 2010 sampai dengan 28 Februari 2011) 55,4% dalam bentuk berita tak langsung, 16,5% dalam bentuk foto, 11,3% dalam bentuk kolom, 7,1% dalam bentuk berita langsung, 6,8% dalam bentuk feature, 1,7% dalam bentuk pojok, 0,9% dalam bentuk tajuk rencana, dan 0,3% dalam bentuk surat pembaca.
SKH Kompas memiliki spesifikasi dalam sifat penyajian materi isi sebuah berita dan juga terhadap dampak yang ditimbulkannya. Dalam hal ini, SKH Kompas mempunyai kebijaksanaan bahwa sajian berita pertanian diprioritaskan dalam bentuk berita tak langsung. Nilai berita suatu kejadian akan memengaruhi bentuk sajian berita yang digunakan. Tabel 7. Jumlah, Presentase, dan Peringkat Penggunaan Bentuk Penyajian pada Sajian Berita Pertanian Selama Setahun Penerbitan (N=702) Bentuk Penyajian
N
Persen
Jenjang
1. Berita tak langsung
389
55.4
1.0
2. Foto
116
16.5
2.0
3. Kolom
79
11.3
3.0
4. Berita langsung
50
7.1
4.0
5. Feature
48
6.8
5.0
6. Pojok
12
1.7
6.0
7. Tajuk Rencana
6
0.9
7.0
8. Surat Pembaca
2
0.3
8.0
702
100
Jumlah
Bentuk penyajian berita dalam bentuk berita tak langsung merupakan informasi yang penting dan menarik. Cara penyampaian berita tak langsung tidak sesegera mungkin dengan fakta yang lebih rinci dan mendalam serta menggunakan
beberapa
narasumber.
Oleh
sebab
itu,
SKH
Kompas
memrioritaskan bentuk penyajian tersebut dalam menyajikan berita pertanian. Penelitian ini menunjukkan bahwa SKH Kompas mampu menyajikan berita-berita dengan materi isi yang mendalam dengan didukung oleh beberapa informasi dari berbagai narasumber. Dalam hal ini, SKH Kompas kurang memrioritaskan bentuk penyajian berita langsung dalam menyajikan berita-berita pertanian karena berita pertanian umumnya disajikan dalam bentuk berita tak langsung.
Selanjutnya Tabel 7 menunjukkan bahwa SKH Kompas menyajikan liputan dalam bentuk foto sebanyak 116 kali dari 702 berita pertanian selama satu tahun penerbitan. SKH Kompas menyajikan foto dalam dua kategori, yaitu foto yang berdiri sendiri dan foto yang mendukung suatu tulisan berita, feature, atau sajian lainnya. Penyajian foto berkaitan erat dengan daya tarik surat kabar bagi pembacanya dan sekaligus mendorong minat orang untuk membaca tulisan yang berkaitan dengan foto tersebut. Penggunaan foto sebagai bagian dari berita sering dilakukan untuk memperkuat penyajian suatu berita. Foto merupakan gambaran kenyataan yang faktual, memiliki daya tarik visual yang kuat dan melukiskan peristiwa nyata. Oleh karena itu, foto terkadang lebih bisa bercerita tentang kondisi sesungguhnya dari suatu peristiwa. Dalam hal ini, SKH Kompas mampu menyajikan foto-foto yang menarik yang berkaitan dengan berita-berita pertanian. Selanjutnya SKH Kompas juga cukup memrioritaskan bentuk kolom dan feature dalam menyajikan berita pertanian. Kolom adalah tulisan lepas berisi opini, pandangan, atau penekanan kecenderungan yang ditulis seseorang yang lebih banyak menekankan aspek pengamatan dan pemaknaan terhadap suatu topik atau masalah yang berkembang di masyarakat. Sedangkan feature adalah karangan khas yan berupa cerita yang ditulis dengan cara yang menyenangkan serta menyentuh hati pembacanya. SKH Kompas menyajikan berita dalam bentuk kolom dan feature dengan berorientasi pada kebutuhan masyarakat dalam memandang suatu isu atau permasalahan. SKH Kompas juga menyajikan beberapa fakta serta informasi yang dapat menunjang efektifnya berita pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa SKH Kompas ingin memberikan
pengaruh pada tumbuhnya pengetahuan dan
kesadaran kepada khalayak pembacanya, tentang suatu informasi yang berupa pengetahuan semata, maupun tentang pengetahuan yang menyangkut persuasi, keputusan dan konfirmasi. Bentuk penyajian selanjutnya yang kurang diprioritaskan oleh SKH Kompas adalah pojok, tajuk rencana, dan surat pembaca. Pojok merupakan kutipan pernyataan singkat dari narasumber atau peristiwa tertentu yang dianggap menarik atau kontroversial dan diberi komentar oleh pihak redaksi media melalui
kata atau kalimat yang menggelitik atau reflektif. Pojok biasanya hanya terdiri dari tiga sampai lima kata saja dan dengan luas bidang cetak atau volume yang kecil, namun mampu mempengaruhi kondisi emosional bagi pembacanya. Pada SKH Kompas sajian pojok disebut ”Mang Usil” karena dinilai usil dalam berkomentar mengenai masalah serta isu-isu yang terjadi pada saat itu. Sajian pojok pada SKH Kompas lebih sering membahas tentang bidang non pertanian daripada bidang pertanian. Hal tersebut menyebabkan
jumlah
pemunculan bentuk sajian pojok hanya sebanyak 12 kali selama satu tahun penerbitan. SKH Kompas juga kurang memrioritaskan bentuk sajian tajuk rencana selama satu tahun. Tabel 7 menunjukkan bahwa pemunculan bentuk sajian tajuk rencana hanya sebanyak enam kali. Pada dasarnya sajian tajuk rencana memberi kesan dinamis dan bervariasi, karena pembaca tidak hanya disodori berita, feature maupun kolom, tetapi juga diajak untuk berpikir bagaimana mengatasi permasalahan besar bangsa Indonesia. Dalam hal ini, SKH Kompas kurang memberikan perhatiannya pada pertanian dalam menyajikan tajuk rencana. Pada tajuk rencana pihak surat kabar dapat memberi pendapat, saran, kritik, penjelasan, evaluasi, solusi ataupun ungkapan-ungkapan lain yang bermanfaat dalam memecahkan persoalan aktual pada saat itu. SKH Kompas lebih banyak menampilkan tajuk rencana tentang bidang non pertanian dibandingkan dengan bidang pertanian. Selanjutnya adalah bentuk surat pembaca yang hanya muncul dua kali selama satu tahun penerbitan. Hal ini menunjukkan bahwa pembaca kurang menanggapi berita pertanian kepada SKH Kompas. Kurangnya respon dari masyarakat tentang isu pertanian dapat pula diakibatkan karena SKH Kompas sudah cukup memenuhi kebutuhan informasi bagi pembacanya pada sajian berita pertanian yang dimuatnya. 5.6
Posisi Berita Pertanian Pada bagian ini menampilkan posisi atau letak berita pertanian yang
disajikan oleh SKH Kompas selama satu tahun penerbitan. Dalam hal ini, posisi berita pertanian diukur bedasarkan halaman penempatan dan letak berita. Posisi berita pada surat kabar tidak berarti bahwa surat kabar mengabaikan nilai aktualitas dan urgensi suatu berita. Setiap surat kabar memiliki cara pandang dan
kebijaksanaan sendiri dalam hal halaman penempatan dan letak berita. Berdasarkan letak berita pada SKH Kompas dibagi menjadi dua yaitu atas dan bawah (lihat Tabel 6). Letak berita menunjukkan sejauh mana nilai kepentingan suatu berita. Letak berita bagian atas lebih penting dibandingkan dengan letak berita pada bagian bawah surat kabar. Hal tersebut disebabkan oleh pandangan seorang pembaca lebih fokus pada bagian atas halaman terlebih dahulu kemudian terus berlanjut ke bagian bawah suatu halaman surat kabar tersebut.
Tabel 8. Jumlah, Persentase, dan Peringkat Posisi pada Sajian Berita Pertanian Selama Setahun Penerbitan Berdasarkan Letak Berita (N=702) N
Posisi Persen
Jenjang
Atas
490
69.8
1.0
Bawah
212
30.2
2.0
Jumlah
702
100
Letak
Distribusi letak berita-berita pertanian pada dua kategori (atas dan bawah) yang dimuat SKH Kompas selama satu tahun penerbitan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel tersebut menunjukkan bahwa dari 702 artikel berita pertanian yang diterbitkan selama satu tahun penerbitan (1 Maret 2010 sampai dengan 28 Februari 2011) 69,8% diletakkan pada bagian atas halaman dan 30,2% diletakkan pada bagian bawah halaman SKH Kompas. Data ini menunjukkan bahwa berita pertanian pada bagian atas lebih banyak daripada bagian bawah sebuah halaman. Sehingga hal ini menunjukkan bahwa SKH Kompas menganggap berita pertanian sebagai satu isu yang cukup penting. Hal tersebut sejalan dengan hasil temuan lain tentang halaman penempatan. Halaman penempatan berita dibagi menjadi tiga kategori yaitu depan (1-16), tengah (17-32), dan belakang (>32). Distribusi halaman penempatan berita-berita pertanian pada kategori tersebut yang dimuat SKH Kompas selama satu tahun penerbitan dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel tersebut menunjukkan bahwa dari 702 artikel berita pertanian yang diterbitkan selama satu tahun penerbitan (1 Maret 2010 sampai dengan 28 Februari 2011) sebesar 65,8%
ditempatkan pada halaman tengah, 30,8% ditempatkan pada halaman depan, dan 3,4% ditempatkan pada halaman belakang SKH Kompas. Tabel 9 menunjukkan bahwa berita pertanian lebih banyak ditempatkan pada halaman tengah surat kabar. Hal ini menunjukkan bahwa SKH Kompas memrioritaskan sajian berita pertanian dengan seimbang dan wajar. Secara umum SKH Kompas telah menempatkan sajian berita pertanian pada posisi halaman dan letak yang relevan. Tabel 9. Jumlah, Persentase, dan Peringkat Posisi pada Sajian Berita Pertanian Selama Setahun Penerbitan Berdasarkan Halaman Penempatan (N=702)
N
Posisi Persen
Jenjang
Tengah
462
65.8
1.0
Depan
216
30.8
2.0
Belakang
24
3.4
3.0
Jumlah
702
100
Halaman
Hal tersebut sejalan dengan penelitian Okorie dan Oyedepo (2010) bahwa berita-berita pertanian lebih banyak ditempatkan di halaman tengah surat kabar. Porsinya sebesar 81,3% dari 750 berita pertanian yang diterbitkan oleh tiga surat kabar setempat. Hal ini dapat disimpulkan bahwa berita-berita pertanian masih dianggap penting oleh beberapa surat kabar. Halaman penempatan menentukan juga nilai suatu berita. Berita yang ditampilkan pada halaman pertama atau dijadikan headline menunjukkan bahwa berita tersebut bernilai tinggi. Meskipun semua halaman sama bobotnya, namun secara organis dan psikologis, halaman satu tetap diterima oleh semua pihak sebagai halaman terpenting (Oetama dalam Eko 2006:68). Uraian tersebut menunjukkan bahwa adanya perbedaan nilai antara berita pertanian yang dimuat pada halaman depan dengan halaman lain. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa halaman depan surat kabar merupakan petunjuk yang paling baik atau ruang yang paling strategis. SKH Kompas terbilang cukup
banyak menempatkan berita pertanian pada halaman depan. Hal tersebut dapat menjelaskan bagaimana SKH Kompas menganggap penting berita-berita pertanian. Umumnya SKH Kompas menempatkan berita-berita pertanian pada rubrik ekonomi yang ditempatkan pada halaman tengah (halaman 17-22). Hal tersebut disebabkan oleh bidang pertanian yang mempunyai pengaruh yang besar pada bidang ekonomi. Dengan proporsi yang banyak ditampilkan di halaman tengah SKH Kompas, maka perhatian redaksi SKH Kompas cukup besar pada isu-isu pertanian. 5.7
Hubungan Halaman Penempatan dengan Letak Penempatan Beritaberita Pertanian Penelitian ini mengungkapkan juga hubungan halaman penempatan dan
letak penempatan. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui sebaran posisi beritaberita pertanian pada SKH Kompas selama satu tahun penerbitan. Dari sebaran yang dihasilkan dapat diketahui kecenderungan posisi berita-berita pertanian yang dimuat oleh SKH Kompas. Uji Chi-square digunakan untuk menentukan hubungan kedua variabel tersebut. Untuk lebih jelasnya lihat Tabel 10. Tabel 10. Uji Chi-square antara Letak Penempatan dengan Halaman Penempatan pada sajian berita pertanian selama satu tahun penerbitan (N=702) Letak Total Halaman Atas Bawah Depan 142 74 216 Tengah
324
138
462
Belakang
24
--
24
Jumlah Chi-square hitung α
702 = 12,096 = 0,002 (<0,05)
Tabel 10 menunjukkan urutan posisi berita-berita pertanian dari yang paling banyak hingga yang paling sedikit adalah sebagai berikut: (1) Halaman tengah bagian atas, (2) Halaman depan bagian atas, (3) Halaman tengah bagian bawah, (4) Halaman depan bagian bawah, dan (5) Halaman belakang bagian atas.
Tabel 10 menunjukkan bahwa nilai chi-square hitung sebesar 12,096, yang nyata pada α = 0,002 dan derajat bebas = 2. Data tersebut menunjukkan terdapat hubungan yang sangat nyata antara halaman penempatan dengan letak penempatan berita-berita pertanian. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa berita-berita pertanian lebih banyak menempati halaman depan dan tengah pada bagian atas halaman-halaman surat kabar, dan tidak ada yang menempati bagian bawah halaman belakang pada SKH Kompas. Hal tersebut terjadi karena halaman belakang SKH Kompas lebih banyak memuat artikel-artikel non berita ataupun hiburan.
VI PENUTUP
Secara keseluruhan SKH Kompas menyajikan proporsi berita-berita pertanian yang relevan berdasarkan nilai kepentingan dan tingkat aktualitasnya. Mayoritas berita-berita pertanian pada SKH Kompas relatif penting. Hal tersebut didukung oleh pemilihan posisi dalam menempatkan berita-berita pertanian. Hal itu menunjukkan bahwa redaksi SKH Kompas memberikan perhatian yang cukup besar pada berita-berita pertanian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kesimpulan di bawah ini. 6.1
Kesimpulan
1. Lima kategori bidang masalah pertanian yang paling sering muncul di SKH Kompas, ialah: (1) Kehutanan , (2) Pangan dan Gizi, (3) Pemasaran Pertanian, (4) Kesejahteraan Petani, dan (5) Lingkungan Pertanian. 2. Lima kategori bidang masalah pertanian yang paling besar volumenya pada SKH Kompas, ialah: (1) Keteknikan Pertanian, (2) Penyuluhan dan Pendidikan Pertanian, (3) Komoditas Pertanian, (4) Kesejahteraan Petani, dan (5) Prasarana Produksi Pertanian. 3. SKH Kompas lebih banyak meliput berita-berita pertanian yang berasal dari sumber-sumber non pemerintah kemudian dari gabungan pemerintah dan non pemerintah, dan akhirnya dari sumber-sumber pemerintah. 4. Lima kategori bentuk penyajian berita pertanian yang paling banyak muncul, adalah: (1) Berita Tak Langsung, (2) Foto, (3) Kolom, (4) Berita Langsung, dan (5) Feature. 5. Berita-berita pertanian pada SKH Kompas paling sering ditempatkan di halaman depan dan tengah pada bagian atas surat kabar. 6.2
Saran
1. Redaksi SKH Kompas perlu meningkatkan frekuensi pemunculan kategori bidang masalah berita-berita pertanian secara lebih seimbang. 2. Redaksi SKH Kompas hendaknya memerhatikan keseimbangan volume bidang masalah berita-berita pertanian. 3. Redaksi SKH Kompas perlu meningkatkan penggunaan sumber berita pertanian yang berasal dari gabungan pemerintah dan non pemerintah.
4. Redaksi SKH Kompas hendaknya tidak hanya menyajikan berita-berita pertanian dalam bentuk berita, feature, maupun kolom, namun juga dalam bentuk tajuk rencana untuk mengatasi permasalahan besar di bidang pertanian di Indonesia. 5. Redaksi SKH Kompas perlu mempertahankan keseimbangan tata letak beritaberita pertanian yang sudah ada. 6. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jangka waktu penelitian yang lebih lama guna menyempurnakan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA Agus SE. 2006 Agustus. Prospek Penerapan Metode Analisis Isi (Content Analysis) dalam Penelitian Media Arsitektur. J Itenas. 10(02): 51-57. [Internet]. [dikutip 10 Januari 2011]. Dapat diunduh dari: http://analisis_isi_jurnal_no2vol10_agustus_2006.pdf Ahmad Q. 2009 18 Agustus. Pemasaran Pertanian. [Internet]. [diunduh 13 September 2011]. Utama: [tidak ada halaman dan kolom]. Dapat diunduh dari: http://nerifimylover.blogspot.com/2009/08/pemasaran-pertanian.html Andre Y. 2009 2 Sep. Analisis Isi (Content Analysis). [Internet]. [dikutip tangal 3 Oktober 2010]. Dapat diunduh dari: http://andreyuris.wordpress.com/2009/09/02/analisis-isi-content-analysis/#more320 Asri PW. 2010. Perbandingan Berita Ekonomi Rakyat Sektor Pertanian dan Non Pertanian Pada Surat Kabar Harian Kompas dan Jurnal Bogor. [skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. 156 hal. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Jumlah Pekerja di Indonesia 2010. [Internet]. [diunduh 26 September 2011]. Utama: [tidak ada halaman dan kolom]. Dapat diunduh dari: http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=22¬ab =1 Cunningham, A. 2009. Sistem Keuangan. [Internet]. [diunduh 10 Agustus 2011]. Utama: [tidak ada halaman dan kolom]. Dapat diunduh dari: http://www.scribd.com/doc/22264040/SISTEM-KEUANGAN Deeck. 2007. Pertanian dan pengaruh iklim. [Internet]. [diunduh 12 Agustus 2011]. Utama: [tidak ada halaman dan kolom]. Dapat diunduh dari: http://id.shvoong.com/exact-sciences/engineering/1706215-pertanian-danpengaruh-iklim/#ixzz1Us9mLB3z Eirlangga. 2007 28 November. Sistem Informasi Sumber Data Lahan. [Internet]. [diunduh 26 September 2011]. Utama: [tidak ada halaman dan kolom]. Dapat diunduh dari: http://elank37.wordpress.com/2007/11/28/sistem-informasi-sumberdaya-lahan/ Eko K. 2006. Studi Analisis Isi pemberitaan Media Massa Tentang Lingkungan Hidup dan Implikasinya Terhadap Kebijakan Pengelolaan Lingkungan di Kabupaten Bangka. [tesis]. Semarang [ID]: Universitas Diponegoro. [Internet]. [dikutip 12 Oktober 2011]. Dapat diunduh dari: http://undip.ac.id/tesispascasarjana-analisisisi-mediamassa-eko _kurniawan.pdf Evans, James F. 1966. Agricultural News in Illinois Daily Newspapers. [Buletin]. Amerika Serikat [USA]: University of Illinois College of Agriculture. 34 Hal.
Gbur, EE dan Sielken, RL. 1982. Rotation Sampling Designs. [Internet]. [dikutip 29 Desember 2011]. Dapat diunduh dari: http://www.amstat.org/sections/srms/Proceedings/papers/1982_101.pdf Gunawan. 2011 22 April. Health-Peranan Pangan dan Gizi. [Internet]. [diunduh 13 September 2011]. Utama: [tidak ada halaman dan kolom]. Dapat diunduh dari: http://Goenawanb.com/health/peranan-pangan-dan-gizi/ Hettel, Gene P. 1982. Agricultural News in Ohio Newspapers. [Buletin]. Amerika Serikat [USA]: The Ohio State University. 24 Hal. Hotimah. 2010 6 April. Hama dan Penyakit Tanaman. [Internet]. [diunduh 26 September 2011]. Utama: [tidak ada halaman dan kolom]. Dapat diunduh dari: http://hotimah.com/hama-dan-penyakit-tanaman.html Krippendorf, K. Analisa Isi Teori & Methodologi. Jakarta [ID]: Rajawali. 1991. Martono, N. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta [ID]: Rajawali Pers. 247 Hal. Mintarsih K. 1987. Perbandingan Volume dan Frekuensi Pemunculan Berita Pertanian dengan Volume dan Frekuensi Pemunculan Berita bukan Pertanian dalam Pikiran Rakyat edisi Cirebon dan Lembur Kuring. [skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. 112 hal. Muhsin. 1998. Analisis Isi Sajian Pembangunan Pertanian Dalam Surat Kabar Kompas dan Suara Merdeka. [tesis]: Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. 118 hal. Muljono, P. 2005. Pengaruh Pemberitaan Media Cetak Mengenai Kebijakan Pemerintah di Bidang Pertanian terhadap Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Petani. [karya ilmiah]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Hal 1-10. Mulyadi. 2001. Hubungan Rubrik KMD ‘Cenderawasih Pos’ dengan Keperluan Penyuluh Terhadap Informasi Pertanian. [tesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. 120 hal. Nasoetion, HA. 1990. Pengantar ke Ilmu-ilmu Pertanian. Jakarta [ID]: Litera Antarnusa. Hal 34. Notohadiprawiro, T. 1989. Bahan pengajaran kursus manajemen perkebuan dasar gula bidang tanaman. Yogyakarta [ID]: Ilmu Tanah, Faperta, UGM. 16 Hal. [Internet]. [diunduh 30 Maret 2011]. Format/ukuran: PDF/218 KB. Dapat diunduh dari: http://soil.faperta.ugm.ac.id/tj/1981/1989%20pert.pdf Okorie, N dan Oyedepo, T. 2010. Newspaper Reportage and its Effect Towards Promoting Agricultural Development in Nigeria. J Media and Communication Studies. 3(2):1-6.
Onong UE . 2003. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung [ID]: Remadja Karya. 203 hal. Onong UE. 1984. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung [ID]: PT Citra Aditya Bakti. 111 hal. Rahmat. 2005 3 Juni. Pengertian Informasi. [Internet]. [diunduh 13 September 2011]. Utama: [tidak ada halaman dan kolom]. Dapat diunduh dari: http://blog.re.or.id/pengertian-informasi.htm Putu S. 2011 25 Maret. Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Pertanian. [Internet]. [diunduh 12 Desember 2011]. Utama: [tidak ada halaman dan kolom]. Dapat diunduh dari: http://distanak.bulelengkab.go.id/?p=812 Republik Blog. 2006 21 Maret. Sejarah Kompas yang Hilang. [Internet]. [diunduh 28 September 2010]. Dapat diunduh dari: http://republik-blog.blogspot.com/search?q=sejarah+kompas+yang+hilang Saiful N, Harsoyo, dan Subejo. 2005. Pemberitaan Pertanian Oleh Surat Kabar Daerah: -Studi Kasus Pada Rubrik Kanda Raharja-SKH Kedaulatan Rakyat. J STPP Yogyakarta. 01(02): 52-53. [Internet]. [dikutip 28 Januari 2011]. Dapat diunduh dari: http://subejo.staff.ugm.ac.id/idwp-contentberita-pertanian-stpp.pdf Sanusi SN. 1989. Perbandingan Frekuensi dan Volume Bidang Masalah dan Sumber Informasi di Mitra Desa. Bhirawa edisi KMD, Kartika edisi Desaku Membangun, dan Pikiran Rakyat edisi Cirebon, dalam tahun 1997. [Tesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Hal 43-44. Sihombing E. 1994. Volume, Frekuensi, Penggunaan Halaman, dan Sumber Informasi Artikel-artikel Bidang Pertanian pada Surat Kabar Sinar Tani Terbitan 1988 – Maret 1993. [tesis]. Bogor [ID: Institut Pertanian Bogor. Hal 7-11. Siregar, C. 2011 20 Maret. Inovasi di Bidang Teknik Pertanian: Semakin Dalam, Semakin ke Permukaan. [Internet]. [diunduh 12 Desember 2011]. Utama: [tidak ada halaman dan kolom]. Dapat diunduh dari: http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2011/03/20/inovasi-di-bidang-teknikpertanian-semakin-dalam-semakin-ke-permukaan/ Sri L. 2010 9 Juni. Memotret kondisi hutan Indonesia. [Internet]. [diunduh 23 September 2011]. Utama: [tidak ada halaman dan kolom]. Dapat diunduh dari: http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2010/06/100609_hutanindo.sht ml Sudi M, Kariyasa K, Mohamad M. 2005. Kebijakan Lokasi Program Perbaikan Irigasi Berdasarkan Peluang Peningkatan Indeks Pertanaman. J puslitbang Sosial Pertanian. [Internet]. [diunduh 13 Juli 2011]. Dapat diunduh dari: http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdf/files/ISU03-1b.pdf
Suharyanto. 2008. Pengertian Penyuluhan. [ppt]. [Internet]. [diunduh 30 Maret 2011]. Format/ukuran: PDF/202 KB. Dapat diunduh dari: http://suharyanto.files.wordpress.com/2008/03/002/pengertian-penyuluhan.pdf Tri P. 2011. Materi Perkuliahan Pendidikan Ekonomi. [Internet]. [diunduh 10 Agustus 2011]. Utama: [tidak ada halaman dan kolom]. Dapat diunduh dari: http://tripunk.blogdetik.com/2011/03/11/permodalan/ [Unikom] Universitas Komputer Indonesia. 2004. Bab II Landasan Teori (ketenagakerjaan pertanian). [Internet]. [diunduh 30 Maret 2011]. Format/ukuran: DOC/84,5 KB. Dapat diunduh dari: elib.unikom.ac.id/download.php?id=20194 [UU] Undang-undang Republik Indonesia Nomor 39 tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (HAM). Dalam pasal 14 ayat 1. [UU] Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 1999 Tentang Pers. Dalam pasal 6 ayat 1. Wibisono, A. 2010. Produk: Komoditas, Barang, dan Jasa. [Internet]. [diunduh 12 Agustus 2011]. Utama: [tidak ada halaman dan kolom]. Dapat diunduh dari: http://aguswibisono.com/2010/produk-komoditas-produk-dan-jasa/ [Wikipedia]. 2010 23 Oktober. Budidaya. [Internet]. [diunduh 26 September 2011]. Dapat diunduh dari: http://id.wikipedia.org/wiki/Budidaya [Wikipedia]. 2011 25 Juli. Cuaca. [Internet]. [diunduh 13 Agustus 2011]. Dapat diunduh dari: http://id.wikipedia.org/wiki/Cuaca [Wikipedia]. 2011 25 Mei .Kebijakan. [Internet]. [diunduh 26 September 2011]. Dapat diunduh dari: http://id.wikipedia.org/wiki/Kebijakan [Wikipedia]. 2011 3 Oktober. Peternakan. [Internet]. [diunduh 26 September 2011]. Dapat diunduh dari: http://id.wikipedia.org/wiki/Peternakan [Wikipedia]. 2011 4 Oktober. Teknik Pertanian. [Internet]. [diunduh 10 Oktober 2011]. Dapat diunduh dari: http://id.wikipedia.org/wiki/Teknik_pertanian [Wikipedia]. 2011 23 Oktober. Kompas Gramedia. [Internet]. [diunduh 30 Oktober 2011]. Dapat diunduh dari: http://id.wikipedia.org/wiki/Kompas_Gramedia Whitaker, BK dan Dyer, James E. 2000. Identifying Sources of Bias in Agricultural News Reporting. J Agricultural Education. 41(4): 125-133.
Yohandarwati A. 2010. Kajian Evaluasi Revitalisasi Pertanian dalam Rangka Peningkatan Kesejahteraan Petani. Jakarta [ID]: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, BAPPENAS. 85 Hal. [internet]. [diunduh 12 Desember 2011]. Format/Ukuran: PDF/1,6 MB. Dapat diunduh dari: www.bappenas.go.id/get-file-server/node/10886/ Yunanto H. 2001. Arah Perubahan Berita Pertanian Pada Harian Umum (Kompas, Media Indonesia, Suara Pembaruan, dan Suara Karya) Sebelum Reformasi, Transisi Menuju Reformasi, pada Masa Reformasi. [tesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. 127 hal.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Pedoman Kategorisasi Analisis Isi Tanggal Penerbitan : Posisi Berita : Halaman keatas/bawah Luas Berita : cmk Lingkari no dari daftar di bawah ini sesuai dengan berita yang dianalisis: I. Bidang masalah 1) Lingkungan Pertanian, 2) Kesejahteraan Petani, 3) Ketenagakerjaan Petani, 4) Pemasaran Pertanian, 5) Sistem Keuangan dan Permodalan Pertanian, Sarana Produksi Pertanian, 6) 7) Prasarana Produksi Pertanian, 8) Penyuluhan dan Pendidikan Pertanian, 9) Informasi Pertanian, 10) Komoditas Pertanian, 11) Iklim dan Cuaca, 12) Keteknikan Pertanian, 13) Pangan dan Gizi, 14) Peraturan Bidang Pertanian, 15) Lahan dan kondisinya, 16) Budidaya Tanaman, 17) Hama dan Penyakit, Budidaya Ikan, 18) 19) Sumberdaya Perairan, 20) Pengolahan Hasil Pertanian, 21) Budidaya Ternak, 22) Kesehatan Ternak, Kehutanan. 23) II. Sumber Informasi 1. Pemerintah 2. Non pemerintah Pemerintah dan Non Pemerintah 3. III. Bentuk Penyajian 1. Tajuk Rencana Foto 2. 3. Pojok Kolom 4. 5. Surat Pembaca 6. Berita Langsung 7. Berita Tak Langsung 8. Features
Lampiran 2. Skema Teknik Rotated Random Sampling pada SKH Kompas Tahun 2010
2011 Bulan
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sept
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Minggu Ke1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 s/d 6
5 s/d 10
17 s/d 22
21 s/d 26
5 s/d 9
Tanggal terbit (Edisi) 9 s/d 14 13 s/d 25 s/d 18 30
1 s/d 6
6 s/d 11
17 s/d 22
21 s/d 26
81
Lampiran 5. Sampel Surat Kabar Harian Kompas
Edisi 5 Maret 2010 (Halaman 18)
81 82
Edisi 5 April 2010 (Halaman 22)
83 81
Edisi 20 Mei 2010 (Halaman 13)
84 81
Edisi 25 Juni 2010 (Halaman 22)
Edisi 7 Juli 2010 (Halaman 14)
81 85
Edisi 12 Agustus 2010 (Halaman 22)
86 81
Edisi 14 September 2010 (Halaman 18)
Edisi 26 Oktober 2010 (Halaman 18)
87 81
Edisi 6 November 2010 (Halaman 7)
81 88
Edisi 8 Desember 2010 (Halaman 19)