ANALISIS ISI RUBRIK IKUT TUHAN ATAU SETAN PADA SURAT KABAR HARIAN LAMPU MERAH EDISI FEBRUARI-MARET 2007
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk memenuhi salah satu syarat mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam
Oleh: Lukman Hakim NIM.102051025602
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/2008 M
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar stara 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Ciputat, 30 Mei 2008
Lukman Hakim
ANALISIS ISI RUBRIK IKUT TUHAN ATAU SETAN PADA SURAT KABAR HARIAN LAMPU MERAH EDISI FEBRUARI-MARET 2007
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk memenuhi salah satu syarat mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam
Oleh: Lukman Hakim NIM.102051025602
Di bawah bimbingan
Drs. H. Adi Badjuri, M.M NIP. 150 198 979
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/2008 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul “Analisis Isi Rubrik Ikut Tuhan atau Setan pada Surat Kabar Harian Lampu Merah Edisi Februari-Maret 2007” telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 26 Juni 2008 Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial Islam pada jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.
Jakarta, 26 Juni 2008 Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota,
Sekretaris Merangkap Anggota
Dr. Murodi, MA NIP. 150 270 810
Dra. Sukmayeti NIP. 150 234 857
Anggota,
Penguji I
Penguji II
Drs. Suhaimi, M.Si NIP. 150 254 102
Rubiyanah, MA NIP. 150 286 373
Pembimbing
Drs. H. Adi Badjuri, M.M NIP. 150 198 979
ABSTRAK
Lukman Hakim PESAN DAKWAH DALAM SURAT KABAR LAMPU MERAH (Analisis Isi pada Rubrik Ikut Tuhan Atau Setan Terbitan Februari-Maret 2007). Surat kabar yang seharusnya menjadi sarana penyebaran informasi, edukasi atau bahkan hal-hal yang bersifat keagamaan, sehingga dapat bermanfaat bagi khalayak pembaca. Hanya menjadi sebuah sarana mencari propit semata tanpa melihat pembangunan pemikiran khalayak, terutama mengenai pengembangan moral keagamaan. Bagaimana Islam mengimbangi fenomena yang terjadi di masyarakat saat ini? Apa saja pesan yang disampaikan? Dan bagaimana bentuk pesan yang disampaikan? Dalam media massa Lampu Merah peradaban masa kini tercatat. Perampasan hak-hak dan tindak kriminal, seks - dengan segela bentuk pelecehannya. Seluruhnya adalah gambaran singkat pola pikir individu dan keadaban massa. Seperti banyak terobosan kebijakan massa yang “melenceng” dari unsur keadaban. Hal-hal seperti itu adalah juga cerita perihal kebuntuan logika peradaban bangsa. Namun, surat kabar ini tidak melulu memberikan sesuatu yang “melenceng”, di dalamnya terdapat beberapa rubrik yang memuat keagamaan, salah satunya rubrik “Ikut Tuhan atau Setan”. Tulisan dalam rubrik ini ringan, yang biasanya di mulai dengan cerita, hal ini cukup capable untuk menyampaikan kisi-kisi ajaran Islam. Dakwah begitu lekat dengan kehidupan umat Islam, sehingga hampir seluruh lapisan masyarakat terlibat di dalamnya. Dakwah melalui surat kabar dengan kekuatannya mampu mempengaruhi massa dan membawa perubahan dalam masyarakat, perubahan tersebut berupa pola pikir atau perilaku masyarakat. Dan jika dilihat dari segi komunikasi dapat ditarik bahwa unsur-unsur komunikasi dalam paradigma Laswell “Who say in what channel to who with what effect?” Komunikator (communicator, source, sender), Pesan (messege), Media (channel, media), Komunikan (communicate, receipent, receiver), Efek (effect, impact, influence). Sebagai alat analisis digunakan rumus Holsty yang diantaranya koefisien realibilitas dan kompisit realibilitas untuk mengetahui rata-rata perbandingan nilai keputusan antar juri. Setelah ditemukan data dari rubrik tersebut sebagai unit of analysis, maka hasil analisisnya adalah terdapat beberapa pesan yang dikategori termasuk ke dalam pesan dakwah diantaranya; pesan akidah, pesan ibadah, dan pesan akhlak. Berdasarkan hasil dari komposit realibilitas per kategori diketahui bahwa pesan ibadah memiliki nilai paling tinggi. Ini dikarenakan bahwa selisih antara nilai keputusan kesepakatan dan nilai keputusan tidak sepakat minim. Sedangkan dilihat dari jumlah frekuensi yang muncul dari unit analisis tersebut adalah pesan akhlak. Dilihat dari surat kabar sebagai induk dari rubrik yang dianalisis merupakan surat kabar yang segmentsinya meliputi kriminalitas. Kriminalitas berhubungan dengan perilaku manusia yang di dalam agama Islam disebut dengan akhlak. Sehingga Islam mengimbangi beberapa pesan yang terdapat dalam rubrik yang ada dalam surat kabar Lampu Merah ini dengan beberapa rubrik yang
berpesan berdasarkan al-Qur’an dan hadist. Salah satunya “Ikut Tuhan atau Setan”.
ABSTRAK Lukman Hakim Analisis Isi Rubrik Ikut Tuhan atau Setan pada Surat Kabar Harian Lampu Merah Edisi Februari-Maret 2007 Surat kabar yang seharusnya menjadi sarana penyebaran informasi, edukasi atau bahkan hal-hal yang bersifat keagamaan, sehingga dapat bermanfaat bagi khalayak pembaca. Hanya menjadi sebuah sarana mencari profit semata tanpa melihat pembangunan pemikiran khalayak, terutama mengenai pengembangan moral keagamaan. Bagaimana Islam mengimbangi fenomena yang terjadi di masyarakat saat ini? Apa saja pesan yang disampaikan? Dan dalam bentuk apa? Dalam media massa Lampu Merah peradaban masa kini tercatat. Perampasan hak-hak dan tindak kriminal, seks –dengan segela bentuk pelecehannya. Seluruhnya adalah gambaran singkat pola pikir individu dan keadaban massa. Seperti banyak terobosan kebijakan massa yang “melenceng” dari unsur keadaban. Hal-hal seperti itu adalah juga cerita perihal kebuntuan logika peradaban bangsa. Namun, surat kabar ini tidak melulu memberikan sesuatu yang “melenceng”, di dalamnya terdapat beberapa rubrik yang memuat keagamaan, salah satunya rubrik “Ikut Tuhan atau Setan”. Tulisan dalam rubrik ini ringan, yang biasanya dimulai dengan cerita, hal ini cukup capable untuk menyampaikan kisi-kisi ajaran Islam. Dakwah begitu lekat dengan kehidupan umat Islam, sehingga hampir seluruh lapisan masyarakat terlibat di dalamnya. Dakwah melalui surat kabar dengan kekuatannya mampu mempengaruhi massa dan membawa perubahan dalam masyarakat, perubahan tersebut berupa pola pikir atau perilaku masyarakat. Dan jika dilihat dari segi komunikasi dapat ditarik bahwa unsur-unsur komunikasi dalam paradigma Laswell “Who says what in which channel to whom with what effect?” Komunikator (communicator, source, sender), Pesan (messege), Media (channel, media), Komunikan (communicate, receipent, receiver), Efek (effect, impact, influence). Sebagai alat analisis digunakan rumus Holsty yang diantaranya koefisien realibilitas dan kompisit realibilitas untuk mengetahui rata-rata perbandingan nilai keputusan antar juri. Setelah ditemukan data dari rubrik tersebut sebagai unit of observation, maka hasil analisisnya adalah terdapat beberapa pesan dakwah diantaranya; pesan akidah, pesan ibadah, dan pesan akhlak. Berdasarkan hasil dari komposit realibilitas per kategori diketahui bahwa pesan ibadah memiliki nilai paling tinggi. Ini dikarenakan bahwa selisih antara nilai keputusan kesepakatan dan nilai keputusan tidak sepakat minim. Sedangkan dilihat dari jumlah frekuensi pesan akhlak dikarenakan surat kabar sebagai induk dari rubrik yang dianalisis merupakan surat kabar yang segmentasinya meliputi kriminalitas. Kriminalitas berhubungan dengan perilaku manusia yang di dalam agama Islam disebut dengan akhlak. Sehingga Islam mengimbangi beberapa pesan yang terdapat dalam rubrik yang ada dalam surat kabar Lampu Merah ini dengan beberapa rubrik yang berpesan berdasarkan al-Qur’an dan hadist. Salah satunya “Ikut Tuhan atau Setan”.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim Alhamdulillah segala puji penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang Maha Adil, dan yang Maha Bijaksana.Yang senantiasa memberikan nikmat sehat wal’afiat, taufik dan hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi. Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW yang membawa umat manusia menjadi tercerahkan, sehingga dapat menjalankan kehidupan ini penuh hikmah serta pengetahuan. Kemudian kepada keluarga, sahabat dan seluruh pengikutnya yang senantiasa menjalankan sunnahnya. Selanjutnya dalam proses penulisan skripsi ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada setiap orang yang telah datang dalam kehidupan penulis, yang mengilhami, dan menerangi penulis dengan kedamaian dan keragaman antara lain melalui kehadiran: 1. Dr. H. Murodi, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Arief Subhan, M. A., Drs. Mahmud Jalal, M. A., dan Drs. Studi Rizal LK, M. A. selaku Pembantu Dekan I, II, dan III Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Drs. Wahidin Saputra, M. A dan Dra. Umi Musyarofah, M.A, selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan kesempatan dalam berkonsultasi dan mengarahkan penulis selama penyusunan skripsi.
4. Dra. Armawati Arbi, M.A selaku dosen penasehat akademik penulis, yang telah memberikan pengarahan dan memotivasi penulis dalam menjalani pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini. 5. Drs. H. Adi Badjuri, M.M selaku pembimbing, berkat kesabaran dalam membimbing serta waktu luangnya yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi. 6. Seluruh dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan. 7. Seluruh pegawai Akademik dan staf Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, staf Perpustakaan Utama yang telah membantu penulis dalam mencari data-data yang perlukan. 8. Untuk kearifan, cinta dan kasih sayang yang telah diberikan, penulis mengucapkan syukur kepada Apa, Moch. Nawawi Mansur (alm.) dan Mamah Siti Saodah yang Insya Allah dalam beberapa waktu ke depan akan melaksanakan ibadah haji. Penulis do’akan semoga amal ibadah hajinya diterima oleh Allah SWT. 9. Kemudian kepada kakak-adik; Lulu Ana Tia Fathanah, Faisal Fauzi, Moch Agung Rizki, Lili Nurjanah, Iman Hilman, Eli Aliyah, Agus Hilmi, khususnya untuk Tirza Evi Riany dan Oni Arief Benyamin, S.H yang telah memberikan corak warna dalam kehidupan penulis. Menjadi sandaran hidup penulis selama ini, pengorbanan, bimbingan, dan untuk semuanya. 10. Seluruh jajaran redaksi surat kabar harian Lampu Merah, khususnya H. Endang yang menyambut baik penulis dan memberikan begitu banyak
informasi sehingga penulis bertemu dengan Sutrisno (Tole) dan Sri Nurganingsih selaku pemimpin dan staf redaksi. 11. Teman-teman éRSOUS (Institute for Religion and Social Studies), Lalu Komarudin yang memberikan saran untuk mengambil rubrik “Ikut Tuhan atau” Setan menjadi judul skripsi penulis. Nasrul Umam Syafi’i, Ahmad Taufik, Darnoto, yang rela mengisi coding sheet sebagai penunjang terselesaikannya skripsi ini. Serta H. Asep Muhammad Lu’ay, Tb. Asep Subhi, Saeful Hidayat, Hamzah Sulaiman, Ufi Ulfiah, Sutrisno, Abdul Majid, Alif Nuryanto, Taufik, Imam, Fahruddin, Samsul, Harris, dan Dwi yang selalu setia dan memberikan support dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhirnya, penulis berdoa semoga partisipasi semua pihak baik yang disebutkan maupun yang tidak disebutkan benar-benar menjadi bagian dari rangkaian amal saleh dan diterima oleh Allah SWT. Amin.
Jakarta, 28 Mei 2008 Penulis
DAFTAR ISI ABSTRAK .............................................................................................. i KATA PENGANTAR............................................................................. ii DAFTAR ISI........................................................................................... v DAFTAR TABEL ................................................................................... vi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1 B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ........................... 6 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................ 7 D. Metodologi Penelitian ................................................................. 8 E. Sistematika Penulisan ................................................................. 12 BAB II
BAB III
KERANGKA TEORITIS A. Definisi dan Tujuan Dakwah ...................................................... B. Pesan dan Sasaran Dakwah......................................................... C. Surat Kabar Sebagai Media Dakwah .......................................... D. Karakteristik Surat Kabar Sebagai Media Komunikasi Massa ... E. Analisis Isi...................................................................................
13 17 21 23 24
IHWAL SURAT KABAR HARIAN LAMPU MERAH A. Sejarah dan Perkembangannya .................................................. B. Visi dan Misi .............................................................................. C. Mekanisme Kerja Redaksi .......................................................... D. Kebijakan Redaksional................................................................ E. Sekilas Tentang Rubrik “Ikut Tuhan atau Setan” .......................
30 32 32 33 36
BAB IV
PESAN DAKWAH DALAM RUBRIK IKUT TUHAN ATAU SETAN SURAT KABAR LAMPU MERAH ............................... 38
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................. 61 B. Saran-Saran ................................................................................ 63
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL 1. Tabel 1. Judul rubrik “Ikut Tuhan atau Setan” ............................................. 38 2. Tabel 2. Kategorisasi berikut sub kategori.................................................... 40 3. Tabel 3. Hasil analisis pesan akidah ............................................................. 42 4. Tabel 4. Jumlah hasil analisis pesan akidah.................................................. 42 5. Tabel 5. Koefisien reliabilitas pesan ibadah antar juri.................................. 44 6. Tabel 6. Hasil analisis pesan ibadah ............................................................. 47 7. Tabel 7. Jumlah hasil analisis pesan ibadah.................................................. 48 8. Tabel 8. Koefisien reliabilitas pesan ibadah antar juri.................................. 50 9. Tabel 9. Hasil analisis pesan akhlak ............................................................. 54 10. Tabel 10. Jumlah hasil analisis pesan akhlak................................................ 55 11. Tabel 11. Koefisien reliabilitas pesan akhlak antar juri................................ 57 12. Tabel 12. Hasil analisis semua kategori pesan.............................................. 58 13. Tabel 13. Koefisien reliabilitas semua kategori pesan antar juri .................. 59 14. Tabel 14. Koefisien reliabilitas dan komposit reliabilitas pesan dakwah pada rubrik “Ikut Tuhan atau Setan” ..................................................................... 61 15. Tabel 15. Jumlah pesan dakwah pada rubrik “Ikut Tuhan atau Setan” ........ 62
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah Semakin marak keanekaragaman media, semakin berlimpah pula sumber informasi yang didapat. Ini membuat kapasitas merefleksikan dan berimajinasi kian berkumpul hingga sulit dibedakan antara informasi yang benar dan informasi yang menyesatkan. Untuk itu, sosialisasi pendidikan melek media bagi masyarakat kita sangatlah penting.1 Euforia reformasi yang berembus sangat kencang telah membuat berbagai perubahan mampu mengubah wajah media kita di negeri ini. Masyarakatpun telah memiliki rambu-rambunya sendiri dalam memilih selera. Euforia reformasi di bidang pers telah memacu begitu banyak pihak untuk turun, ikut serta dalam rangka mencari untung di bidang jurnalistik. Sayangnya ada sebagian pihak yang memandang hanya untuk cari untung saja tanpa memikirkan moral bangsa yang sebenarnya sedang benar-benar terpuruk. Saya tidak menuduh bahwa pihak Lampu Merah adalah salah satu di antaranya tetapi marilah kita cermati bersama bahwa yang akan terjadi kepada moral generasi muda kita bila mengkonsumsi surat kabar ini. Siapa yang layak bertanggung jawab terhadap masalah ini, dari sekian banyak faktor maka menurut hemat saya adalah pemerintah yang paling bertanggung jawab terhadap kebebasan pers yang sedang terjadi yang nyaris tanpa kendali. Mulai dari Undang-Undang Pers yang tidak beres juga Rancangan Undang-undang Pornografi, di mana pornografi ditafsirkan melalui suara terbanyak wakil rakyat dan tidak mengindahkan firman Tuhan, karena mungkin para pembuat kebijakan mempunyai kepentingan di balik ini. Dan bagaimana kita sekarang? Menurut hemat saya yang mesti kita lakukan adalah bagaimana membentengi diri kita dengan iman dan takwa.2
1
Budi Imansyah S, “Sosialisasi Pendidikan Melek Media” artikel diakses pada tanggal 27 Juni 2008 dari http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=136618. 2 us_dani, “Akibat Euforia Kebebasan yang Tak Terkendali” artikel diakses pada tanggal 19 Februari 2007 dari http://www.pintunet.com/lihat_opini.php?pg=2003/06/19062003/15504.
Begitu kira-kira sepenggal komentar ihwal sebagian surat kabar di Indonesia khususnya surat kabar harian Lampu Merah yang ditulis dalam www.pintunet.com, website khusus bagi komentar terhadap media massa. Surat kabar yang seharusnya menjadi sarana penyebaran informasi, edukasi atau bahkan hal-hal yang bersifat keagamaan, sehingga dapat bermanfaat bagi khalayak pembaca. Hanya menjadi sebuah sarana mencari profit semata tanpa melihat pembangunan pemikiran khalayak, terutama mengenai pengembangan moral keagamaan. Bagaimana Islam mengimbangi fenomena yang terjadi di masyarakat saat ini? Kita sebagai umat Islam dianjurkan untuk menyebarluaskan Islam dan merealisasikan ajarannya di tengah-tengah umat manusia. Karena itu merupakan usaha yang dalam keadaan bagaimanapun dan di manapun harus dilakukan. Allah SWT berfirman di dalam surat Ali Imrân ayat 104 yang artinya:
☺ ☺
Telah dibaca 2790 kali dan dinilai sangat membantu. Dari tulisan ini berpendapat bahwa kelebihan dari surat kabar Lampu Merah harganya begitu murah namun kekurangannya vulgar dari segi isi.
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar3, merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Ali Imrân: 104)4
Dakwah Islam pada hakikatnya merupakan usaha untuk menyeru atau mengajak manusia pada keinsyafan akan pelaksanaan dan pengalaman nilainilai etis ajaran agama atau usaha untuk mengubah situasi (keadaan) dari apa adanya kepada situasi yang seharusnya, yang lebih baik dan sempurna sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam baik terhadap pribadi maupun masyarakat. Dakwah Islam akan berhadapan dengan ajaran-ajaran yang berseberangan dan pertarungan itu semakin terasa kuat ketika harus dihadapkan pada era informasi, sehingga menjadi kebutuhan tersendiri untuk mengatasi informasi dalam menjalankan proses dakwah. Perkembangan teknologi yang makin canggih dan informasi yang disalurkan ke berbagai media menuntut adanya sikap penyesuaian terhadap kemajuan teknologi. Penyesuaian ini akan berpengaruh positif jika media komunikasi baik cetak maupun elektronik menjadi media dakwah yang efektif. Media massa baik cetak maupun elektronik seharusnya melihat serta menjunjung tinggi budaya bangsa. Namun realitas yang ada saat ini bahwa mayoritas media massa di Indonesia, secara sadar maupun tidak, telah banyak disusupi dan menyuguhkan hal-hal yang berkaitan dengan budaya Barat, yang tentunya tidak sesuai dengan ajaran Islam.
3
Ma’ruf adalah segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah, sedangkan munkar adalah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya. (Al-Qur’an dan Terjemahannya; CV. As-Syifa’, Semarang, h. 501) 4 Al-Qur’an dan Terjemahannya; CV. As-Syifa’, Semarang
Jika menurut Ali Abel, 90% lalu lintas informasi dunia dikuasai oleh Barat. Agen-agen berita seperti United Press International (UPI), Channel News Nation (CNN) AS, British Broadcasting Center (BBC) London, Assosisation France Press (AFP) Prancis, dan agen-agen kantor berita negara Barat lainnya. Mereka selama ini saling mengandalkan pertukaran beritaberita internasional, termasuk ke negera-negara muslim. 5 Dakwah sebagai manifestasi keimanan seorang muslim dapat disosialisasikan dalam media tanpa mengurangi makna dan tujuan dakwah. Salah satu cara yang dapat dijadikan sarana dan prasarana dalam berdakwah di era informasi dan globalisasi ini memiliki peluang yang besar dalam mengembangkan misi dakwah adalah media cetak. 6 Rasulullah SAW, mengajarkan kepada kita semua bagaimana dakwah bi al-Qalam (dakwah melalui tulisan), melakukan korespondensi dengan para penguasa di belahan bumi.7 Tradisi para sahabat yang senantiasa menuliskan apa-apa yang diwahyukan Allah SWT sehingga terbentuk satu kitab yang terjamin keasliannya hingga kini, selain itu para sahabat selalu menuliskan apa-apa yang bersumber dari Rasulullah SAW yang dikenal dengan asSunnah. Dakwah melalui tulisan, dilihat dari segi isinya mengalami perluasan yang sangat penting, ia tidak hanya memuat ajaran-ajaran Islam yang berdimensi teologis/akidah dan ibadah, tetapi juga memuat aspek-aspek yang lebih kompleks (seperti masalah sosial, politik, ekonomi, kebudayaan, ilmu 5
Asep Syamsul dan M. Romli, Jurnalistik Praktis Untuk Pemula, edisi revisi. (Bandung: Rosdakarya, 2003), h. 95. 6 Sutirman Eka Wardana. Jurnalistik Dakwah. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), h. 12. 7 Ali Mustofa Ya’qub. Sejarah dan Metode Dakwah Nabi. (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000), h. 181.
pengetahuan dan teknologi) seiring dengan perkembangan pengetahuan umat Islam mengenai ajaran-ajaran Islam itu sendiri dan persoalan-persoalan kehidupan yang dihadapi.8 Jadi melalui media massa sebuah peradaban dapat diketahui dalam setiap masanya, sehingga dakwah melalui media massa menjadi penting peranannya dalam mencatat sejarah perkembangan peradaban manusia. Berdakwah melalui tulisan lebih efektif apabila misi dakwah yang disampaikan sesuai dengan sasaran pembacanya, salah satu media cetak yang memiliki sasaran pembacanya. Termasuk juga surat kabar harian Lampu Merah. Seperti cerita itulah sisi lain peradaban massa masa kini tercatat. Perampasan hak-hak dan tindak kriminal, seks –dengan segala bentuk pelecehannya. Seluruhnya adalah gambaran singkat pola pikir individu dan keadaban massa. Seperti banyak terobosan kebijakan massa yang “melenceng” dari unsur keadaban. Hal-hal seperti itu adalah juga cerita perihal kebuntuan logika peradaban bangsa. Perlu digarisbawahi, bagi kalangan ekonomi menengah ke bawah. Akses terhadap media massa, dalam hal ini surat kabar masih sangat terbatas. Alhasil, apa adanyalah yang dicerna sesuai dengan tingkat kesanggupan daya beli mereka. Cukup masuk akal bila jenis Lampu Merah, dengan segala kekacauan di dalamnya bisa menempati posisi penting bagi masyarakat menengah ke bawah saat ini. Sebab pada kenyataannya jangkauan daya beli yang terbatas yang membentuk pola pikir mereka, terkondisikan. Mereka mengonsumsi 8
Study Rizal Elka, “Dakwah bi al-Qalam dan Dasar-Dasar Penyajiannya,” ad-Dakwah, no. 2, vol. 1 (Juli 2000): hal. 2
media sebatas yang bisa mereka cerna dengan logika mereka. Yang penting bisa membuat mereka gembira, lalu lupa pada persoalan hidup mereka yang rumit, untuk sementara. Namun penulis melihat surat kabar harian Lampu Merah tidak hanya selalu memberikan sesuatu yang “melenceng”, di dalamnya terdapat beberapa rubrik yang memuat keagamaan, dan itu banyak kolomnya. Salah satunya rubrik “Ikut Tuhan atau Setan”. Tulisan dalam rubrik ini ringan, yang biasanya dimulai dengan cerita, hal ini cukup capable untuk menyampaikan kisi-kisi ajaran Islam. Sehingga akhirnya tanpa mengindahkan yang lainnya, berdasarkan ungkapan di atas penulis bermaksud mengadakan penelitian yang akan dituangkan dalam skripsi yang berjudul “Analisis Isi Rubrik Ikut Tuhan atau Setan pada Surat Kabar Harian Lampu Merah Edisi FebruariMaret 2007”.
Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah Pembatasan Masalah Penelitian ini dibatasi hanya pada isi dari rubrik “Ikut Tuhan atau Setan” pada surat kabar harian Lampu Merah dengan kategorisasi yang ditentukan. Adapun dilihat dari waktunya mulai dari terbitan 13 Februari sampai dengan 14 Maret 2007, dengan pertimbangan isu yang dimuat lebih aktual dan untuk dapat melihat perbedaan isi per bulannya.
Perumusan Masalah
Maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: a. Apa pesan dakwah yang terkandung dalam rubrik “Ikut Tuhan atau Setan” di surat kabar harian Lampu Merah? b. Apa pesan dakwah yang dominan dalam rubrik “Ikut Tuhan atau Setan” di surat kabar harian Lampu Merah?
Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan yang telah peneliti rumuskan di atas, maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai, yaitu: a. Untuk mengetahui apa pesan dakwah yang terkandung dalam rubrik “Ikut Tuhan atau Setan” di surat kabar harian Lampu Merah. b. Untuk mengetahui apa pesan dakwah yang dominan dalam rubrik “Ikut Tuhan atau Setan” di surat kabar harian Lampu Merah? 2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Akademis Sebagai wacana pemikiran dan khazanah referensi serta menjadi bahan pustaka bagi mahasiswa khususnya dan berbagai kalangan umumnya. Mengenal pesan dan teknik dakwah melalui tulisan dalam media cetak khususnya surat kabar. b. Kegunaan Praktis Dengan penelitian ini diharapkan sebuah media dapat mengemban misi dakwah dengan materi dakwah yang mana selalu berkembang sesuai dengan
perkembangan zaman, sehingga terealisasinya peran media dakwah sebagai sarana.
Metodologi Penelitian Metode yang digunakan adalah analisis isi yang merupakan teknik penelitian ini memperoleh gambaran isi pesan yang ada dalam rubrik tersebut. R. Hostly mendefinisikan analisis isi sebagai teknik apapun yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menentukan karakteristik pesan dan dilakukan secara objektif dan sistematis.9 Sedangkan Klaus Krippendorff mendefinisikan analisis isi sebagai suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicable) dan sahih data dengan memperlihatkan konteksnya.10 Penelitian mengemukakan
ini
menggunakan
ketepatan
dalam
pendekatan
mengidentifikasi
kuantitatif isi
pesan
yang seperti
perhitungan dan penyebutan yang berulang dari kata-kata tertentu, konsep, tema, atau penyajian suatu informasi. Kemudian dari bidang keilmuan digunakan pendekatan sosiologi agama yang mana sosiologi agama meneliti hubungan timbal balik antara agama dan masyarakat, khususnya pengaruh agama terhadap kelakuan manusia dalam masyarakat. Sosiologi agama dapat memberi petunjuk yang berharga untuk mengetahui, apakah sebenarnya kedudukan agama dalam sebuah masyarakat, apakah agama itu masih
9
Soejono dan Abdurrahman, Metode Penelitian. (Jakarta: PT. Rhineka Cipta, 1999), h.68 Klaus Krippendorff. Analisis Isi; Pengantar Teori dan Metodologi. (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1993), h. 15. 10
berpengaruh, apakah masyarakat masih mentaatinya, apakah sikap-sikap masyarakat masih dipengaruhi oleh agama. Prosedur analisis isi menyangkut empat permasalahan metodologis yaitu; perumusan masalah, penentuan unit analisis, penyusunan kategori isi pesan, penentuan sampel dan penentuan reability of coding.11 Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling, yakni penarikan sampel berdasarkan tujuan dari penelitian yang akan dilakukan. Dengan Unit of Analysis dari penelitian ini adalah surat kabar harian Lampu Merah dan Unit of Observastion-nya adalah rubrik “Ikut Tuhan atau Setan”. Unit pengamatan yang digunakan adalah analisis kalimat dan maksud dari rubrik tersebut, yang dimaksud analisis di sini adalah analisis rubrik “Ikut Tuhan atau Setan” yang dilambangkan dengan kata-kata, kalimat dan isi yang menjadi bahasan teks tersebut. Hal ini disebut dengan coding unit sedangkan context unit-nya adalah materi yang diperlukan untuk menjelaskan coding unit. 1. Pengumpulan Data a. Observasi Observasi adalah cara untuk memperoleh data dalam bentuk mengamati dan mengadakan pencatatan hasil observasi. Teknik observasi yang digunakan adalah sifatnya langsung mengamati objek yang diteliti yaitu analisis isi pesan yang terkandung dalam
11
Ibid, h. 44.
rubrik “Ikut Tuhan atau Setan” dalam surat kabar harian Lampu Merah. b. Interview Interview atau wawacara yang dimaksud adalah teknik dalam upaya
menghimpun
data
yang
akurat
untuk
keperluan
melaksanakan proses pemecahan masalah tertentu yang sesuai dengan data.12 Teknik yang digunakan adalah wawancara bebas terpimpin, yakni mengajukan pertanyaan yang telah disiapkan, kemudian dijawab oleh sumber dengan bebas terbuka. Wawancara ini ditujukan kepada pemimpin redaksi dan redaktur pelaksana surat kabar harian Lampu Merah atau orang yang terkait dalam rubrik “Ikut Tuhan atau Setan” untuk mendapatkan data-data yang akurat berkaitan dengan judul skripsi. c. Dokumentasi Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang tidak diperoleh dari observasi dan wawancara, tetapi hanya dapat diperoleh dari buku-buku, majalah, surat kabar, maupun media yang dapat dijadikan sumber relevan. dalam hal ini data yang dilacak adalah yang berhubungan dengan surat kabar harian Lampu Merah. 2. Pengolahan Data Dalam pengolahan data ini data diolah dalam bentuk tabel dengan menentukan beberapa kategori dan sub kategori yang kemudian ditampilkan satu persatu dalam tabel. Secara objektif ditampilkan teks beserta dengan referensinya berdasarkan kategori yang ada.
3. Analisis Data
12
Wardi Bahtiar, Metodologi Penelitian Dakwah, (Jakarta; Logos, 1997), h. 72
Analisis data digunakan untuk menganalisis teks secara sistematik terhadap media cetak yang hasilnya akan dianalisis, dipilih, dan ditetapkan sebelumnya. Secara kuantitatif hasil penelitian ini dinyatakan dalam bentuk numerik.
Dalam penentuan reabilits of coding menunjukan pada pengertian konsistensi peneliti atas coder, salah satu cara memperkirakan reability dari data coding yang dilakukan dengan menggunakan dua coder, untuk data yang sama agar memungkinkan dilakukan perhitungan intercoder reability suatu analisis isi.13 Kemudian data tersebut diolah dengan rumus uji statistik untuk mencari koefisien reliabilitas kategori antar juri dengan rumus Holsty, yakni: 2M Koefisien Reliabilitas = N1 + N2
Ket: M
= Nomor keputusan yang sama antar juri.
N 1, N 2
= Jumlah item yang dibuat oleh tim juri.
Sedangkan untuk mengukur rata-rata perbandingan nilai keputusan antarjuri, dihitung dengan rumus komposit reliabilitas. N (X antar Juri) Komposit Reliabilitas = 1 + (N-1) (X antar Juri)
Ket: N = Jumlah Juri. X = Rata-rata koefisien reliabilitas antar juri14
13
Ibid, h. 47 Jumroni dan Suhaimi, Metode-Metode Penelitian Komunikasi. (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 76 14
Adapun teknik penulisan penelitian ini berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Desertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang disusun olen Tim UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2007 yang diterbitkan CeQDA Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Kerangka Teoritis, yang meliputi definisi dan tujuan dakwah, pesan dan sasaran dakwah, surat kabar sebagai media dakwah, dan karakteristik surat kabar sebagai media komunikasi massa, Analisis Isi. Bab III Ihwal Surat Kabar Harian Lampu Merah, meliputi sejarah dan perkembangannya, visi dan misi, mekanisme kerja redaksi, kebijakan redaksional, dan sekilas rubrik “Ikut Tuhan atau Setan”. Bab IV Analisis Isi Rubrik “Ikut Tuhan atau Setan” pada Surat Kabar Harian Lampu Merah Bab V Penutup, yang meliputi kesimpulan dan saran-saran.
BAB II KERANGKA TEORITIS
A. Definisi dan Tujuan Dakwah Islam adalah agama dakwah yang terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Dakwah dalam pandangan Islam adalah suatu proses yang tidak pernah mengenal henti dan selesai, selama dunia ini masih berputar dan dihuni oleh manusia dengan beragam permasalahan yang mengikutinya, selama itu pula proses dakwah berlanjut. Dakwah begitu lekat dengan kehidupan umat Islam, sehingga hampir seluruh lapisan masyarakat terlibat di dalamnya. Dalam sejarah kehidupan di muka bumi ini, dakwah merupakan aktifitas yang memiliki usia yang sangat tua, seusia manusia menempati bumi ini. Semenjak Nabi Adam AS dilahirkan ke dunia hingga sekarang kegiatan dakwah terus bergulir dan memiliki porsi yang strategis dalam menentukan kemajuan dan kemunduran peradaban suatu masyarakat termasuk Islam sendiri. Dakwah memiliki makna yang beragam di antaranya: 1. An-nida artinya memanggil 2. Menyeru atau mendorong pada sesuatu
3. Menegaskan atau membela 4. Suatu usaha berupa perkataan, perbuatan untuk menarik manusia kepada satu aliran atau agama 5. Memohon dan meminta, ini sering disebut dengan istilah do’a.15 Dari makna dakwah di atas, dakwah memiliki definisi yang begitu variatif. Yang ini menyebabkan para ahli ilmu dakwah memberi pandangannya terhadap makna dakwah, di antaranya sebagai berikut; Prof. Dr. M. Quraish Shihab mendefinisikan “Dakwah sebagai seruan atau ajakan kepada keinsyafan, atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun kelompok serta kehidupan masyarakat sebagai seluruh tatanan hidup bersama dalam rangka pembangunan bangsa dan umat manusia.”16 Prof. Toha Yahya Omar mendefinisikan “Dakwah Islam sebagai upaya mengajak manusia dengan cara yang bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.”17 Prof. H. Muzayyin Arifin mendefinisikan “Dakwah sebagai suatu kegiatan berupa ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan oleh orang lain baik secara individual maupun kelompok agar timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap,
15
Jum’ah Amin, Fiqih Dakwah, (Solo: Intermedia, 1998), h.26-27 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran: Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1998), h.194 17 Toha Yahya Omar, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1992), h. 1 16
penghayatan, serta pengamalan terhadap agama sebagai pesan yang disampaikan kepadanya tanpa adanya unsur-unsur paksaan.”18 Sedangkan, M. Nastir mendefinisikan yang dikutip dari Abdul Rosyad Shaleh
bahwa
“Dakwah
merupakan
usaha-usaha
menyerukan
dan
menyampaikan kepada perorangan dan seluruh umat Islam tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini, meliputi amar ma’ruf nahi mungkar dan berbagai macam media dan cara yang dibolehkan.”19 Dalam mendakwahkan keyakinan Islam, menyerukan iman dan kepercayaan agama, tidak boleh dengan jalan paksa atau kekerasan, dengan tekanan atau kekuasaan. Islam adalah agama dakwah dan mempertahankan kebebasan itu secara konsekuen.20 Adapun mengenai tujuan dakwah, dapat diartikan dengan sesuatu yang ingin dicapai dalam kadar tertentu dengan segala usaha yang dilakukan. Tujuan memiliki urgensi tersendiri dalam proses dakwah. tujuan dakwah merupakan landasan seluruh aktifitas-aktifitas dakwah yang akan dilakukan, tujuan juga merupakan penentu sasaran, strategi dan langkah-langkah operasional dakwah selanjutnya, tanpa adanya tujuan yang jelas suatu pekerjaan hanya akan menjadi sia-sia. Tujuan memiliki beberapa batasan, di antaranya hal yang hendak dicapai, jumlah atau kadar yang diinginkan, kejelasan yang ingin dicapai, dan dituju.21
18
M. Arifin, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), h.6 Abd. Rosyad Shaleh, Managemen Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), h.8-9 20 M. Anshari, Mujahid Dakwah, (Bandung; Di Ponigoro,1994), h.17 21 Shaleh, Managemen Dakwah Islam, h. 19-20 19
Tujuan juga dapat dirumuskan dalam dua kerangka yaitu tujuan untuk mencapai suatu nilai atau hasil akhir yang merupakan tujuan utama dan tujuan untuk mencapai hasil dalam bidang-bidang khusus yag merupakan tujuan deparmential. Tujuan utama dakwah adalah terwujudnya kebahagiaan hidup dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat yang diridoi oleh Allah SWT. Tujuan dakwah tersebut sangatlah global, karena itu perlu dirinci dalam berbagai bidang yang spesifik. Untuk tujuan deparmential berintikan nilai-nilai yang dapat mendatangkan kebahagiaan dan kesejahteraan yang diridoi oleh Allah SWT, yaitu; 1. Kebahagiaan dan kesejahteraan di bidang pendidikan, misalnya sistem pendidikan yang baik, tersedianya sarana pendidikan yang cukup, terbentuknya manusia-manusia yang bertakwa, berakhlak, berilmu pengetahuan tinggi dan sebagainya. 2. Kebahagiaan dan kesejahteraan dalam bidang sosial ekonomi, misalnya tegaknya keadilan di tengah-tengah kehidupan masyarakat, tersedianya lapangan pekerjaan yang cukup, timbulnya kesadaran akan pentingnya kehidupan tolong-menolong, terkikisnya penindasan, kebodohan, kemiskinan, dan sebagainya. 3. Kebahagiaan dan kesejahteraan dalam bidang kebudayaan misalnya hidupnya peraturan-peraturan yang bersumberkan ajaaran-ajaran Islam, badan pemerintahan yang dapat dipercaya, dan sebagainya. 4. Kebahagiaan dan kesejahteraan dalam bidang kebudayaan misalnya, menjunjung moralitas yang tinggi, perilaku yang islami, dan sebagainya. Syeh Ali Mahfud merumuskan tujuan dakwah yang dikutip dari Hasanuddin sebagai berikut; Menyiarkan tuntunan Islam, membetulkan akidah dan meluruskan amal perbuatan manusia terutama budi pekerti. 1. Memidahkan hati manusia dari keadaan yang jelek kepada keadaan yang baik. 2. Membentuk persaudaraan dan menguatkan tali persaudaraan sesama muslim. 3. Menolak faham atheisme. 4. Menolak sesuatu yang syubhat, bid’ah, dan khurafat.22 22
Hasanuddin, Hukum Dakwah; Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 34-35
Dilihat dari aspek psikologis, “Tujuan dakwah adalah untuk menimbulkan pengertian, kesadaran, penghayatan, dan pengalaman ajaran agama yang disampaikan oleh da’i. Sehingga ruang lingkup dakwah di sini menyangkut masalah pembentukan mental dan pengembangan motivasi yang bersifat positif dalam segala kehidupan manusia.23 Dakwah memiliki tujuan yang berorientasi pada perilaku manusia (akhlak) dan dakwah akan mencapai tujuannya jika ajaran Islam yang berupa norma-norma yang menuntut orang agar berbuat baik dan menjauhi perbuatan buruk dapat disosialisasikan dengan baik. Rasulullah SAW diutus ke muka bumi ini memang tidak lain untuk menyempurnakan akhlak. Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa tujuan dakwah adalah terealisasikannya nilai-nilai ajaran Islam dalam segala aspek kehidupan di dunia ini dan mendatangkan sisi positif berupa kebahagiaan dan kesejahteraan hingga di akhirat.
B. Pesan dan Sasaran Dakwah Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia; “Pesan mengandung arti perintah, nasihat, permintaan, amanat yang harus dilakukan atau disampaikan kepada orang lain”.24 Sementara Onong Uchajana Effendy mengatakan bahwa “Pesan (message) merupakan seperangkat lambang makna yang disampaikan oleh komunikator”.25
23
M. Arifin, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), h. 5 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h. 761 25 Onong Uchajana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1994), h. 11 24
Pesan dakwah mengandung pengertian segala pernyataan yang berupa seperangkat lambang yang bermakna yang disampaikan untuk mengajak manusia (individu atau kelompok) agar mengikuti ajaran Islam dan mampu mengejewantahkannya dalam kehidupan dengan tujuan mendapatkan kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat. Lambang yang dimaksud di sini adalah bahasa, isyarat, gambar, warna, dan sebagainya yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator (da’i) kepada komunikan (mad’u). Bahasa yang paling banyak digunakan dalam komunikasi adalah jelas, karena hanya bahasalah yang mampu menerjemahkan pikiran seseorang kepada orang lain,26 karena lebih sempurna dibanding yang lain sampai sekarang. Dalam skripsi ini, dakwah didefinisikan sebagai kegiatan komunikasi melalui media yang ditujukan untuk mewujudkan ajaran Islam dalam kehidupan perorangan maupun masyarakat. Karena dakwah adalah kegiatan komunikasi, maka media di dalamnya terdapat unsur-unsur komunikasi yang sebagaimana komunikasi didefinisikan oleh Laswell “Who says what in which channel to whom with what effect?”.27
Gambar 1. Komunikasi Model Lasswell
26
Ibid, h. 11 Jalaludin Rakhmat dan Dedy Jamaludin, Et. Al Hegemoni Budaya, (Yogyakarta: Yayasan Benteng Budaya, 1997), h. 51 27
Sehingga dapat ditarik bahwa unsur-unsur komunikasi dari paradigma Laswell di atas menjawab dari pertanyaan, yaitu; 1. Komunikator (communicator, source, sender) 2. Pesan (message) 3. Media (channel, media) 4. Komunikan (communicate, receipent, receiver) 5. Efek (effect, impact, influence).28 Selanjutnya mengenai sasaran dakwah, perumusan sasaran dakwah diperlukan agar dakwah bisa dilakukan secara efektif, efisien, dan sesuai dengan situasi dan kondisi. Di sini dirumuskan secara rinci stratifikasi sasaran berdasarkan tingkat usia, tingkat pendidikan dan pengetahuan, tingkat sosial ekonomi dan pekerjaan berdasarkan tempat tinggal dan sebagainya. Dalam dakwah yang bijak sangat memperhatikan kondisi objek dakwah sehingga tidak ada miss communication –hambatan komunikasi antara komunikor dengan komunikan– yang mereka tidak merasa terbebani untuk melakukan apa yang diperintahkan Allah SWT kepada mereka. Jika dilihat dari stratifikasi kelompok masyarakat berdasarkan letak geografis, maka sasaran dakwah terbagi; 1. Masyarakat Kota. Kehidupan masyarakat kota yang cenderung individualis, kompetisi untuk meningkatkan status sosial sangat terasa. Sehingga nilai yang berkembang jadi lebih matrealistis. Pola berpikir
28
Onong Uchajana Effendy, Ilmu Komunikasi; Teori dan Praktek, h. 10
rasionalis merupakan titik utama yang perlu diperhatikan dengan lebih menggunakan pendekatan-pendekatan rasional. 2. Masyarakat Desa. Kehidupan masyarakat desa yang erat hubungannya dengan alam, mengandalkan sesuatu dengan kekayaan alam sekitar membawa mereka pada pola pikir yang cenderung lebih sederhana dan hubungan antar sesama terasa lebih kental, sehingga dakwah di pedesaan tidak perlu memakai bahasa ilmiah yang memungkinkan terjadinya miss understanding, karena tidak komunikatif bahasa yang digunakan. 3. Masyarakat Primitif. Masyarakat yang terbelakang dalam segala bidang. Peradaban dan kebudayaan masih asli dan sangat sederhana, tetapi dengan kondisi seperti itu justru para da’i yang serba bisa, dapat membimbing mereka dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dakwah yang lebih cocok adalah dengan pendekatan bil hal (pendekatan tingkah laku).29 Jika dilihat dari sikap hati sasaran dakwah terhadap agama terbagi ke dalam empat golongan; 1. Golongan yang mencintai agama 2. Golongan yang hanya sekadar suka terhadap agama 3. Golongan yang acuh tak acuh terhadap agama 4. Golongan yang benci terhadap agama30 M. Ghazali menambahkan sasaran dakwah secara lebih rinci di antaranya; 29 30
Basrah Lubis, Pengantar Ilmu Dakwah, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 34 Rafi’uddin, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung; Pustaka Pelajar, 1997), h. 34
1. Sasaran dakwah yang menyangkut golongan dilihat dari struktur kelembagaan yaitu berupa masyarakat dari kalangan pemerintah dan keluarga. 2. Sasaran dakwah yang berupa kelompok masyarakat dilihat dari sosiokultural berupa golongan priyayi, santri dan abangan, terutama dalam masyarakat Jawa. 3. Sasaran dakwah yang berhubungan dengan golongan masyarakat dari segi tingkat usia berupa anak-anak, dewasa dan orang tua. 4. Sasaran dakwah yang menyangkut golongan masyarakat dari segi tingkat kehidupan sosial ekonomi berupa golongan ekonomi atas, menengah dan bawah. 5. Sasaran dakwah dengan golongan masyarakat dilihat dari segi kekhususan yaitu masyarakat tuna susila, tuna wisma, tuna karya, narapidana, dan sebagainya.31 Dengan adanya klarifikasi sasaran dakwah yang jelas maka akan membantu dalam proses dakwah, mengetahui sasaran yang akan dihadapi dapat membantu dalam perumusan langkah-langkah dakwah selanjutnya baik dari segi metode, strategi, atau kebijakan-kebijakan lainnya yang sangat membantu dalam keberhasilan dakwah.
C. Surat Kabar Sebagai Media Dakwah Dakwah bi al-Qalam atau dakwah melalui tulisan merupakan salah satu bentuk dakwah selain Dakwah bi al-Lisan dan Dakwah bi al-Haal. Perlunya dakwah bi al-Qalam diterangkan Allah SWT melalui al-Qur’an dengan istilah Iqra (baca) dan Qalam (pena atau tulisan) dalam firman-Nya pada surat al-`Alaq ayat 1-432.
31
M. Ghazali, Dakwah Komunikatif, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997), h. 2 Hilmi Muhammadiyah dan Syamsuddin M. Pay (ed), Dakwah dan Globalisasi, (Jakarta: ELSA, 2000), h. 34. 32
“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam33” (QS. al-`Alaq: 1)34 Dakwah bi al-Qalam sudah dikenal sejak awal dalam sejarah Islam. Dalam catatan sejarah, Rasulullah SAW, berdakwah melalui tulisan yang dituangkan dalam korespondensi (surat-menyurat) yang dikirim kepada orangorang non muslim berupa seruan atau ajakan untuk masuk Islam dan kepada orang-orang muslim berupa aturan-aturan dalam Islam. Seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi, dakwah bi alQalam terus dilakukan umat Islam dengan memanfaatkan media cetak modern. 35 Media cetak tidak hanya sekedar berfungsi menyiarkan informasi, tetapi juga berfungsi mendidik yang secara implisit dalam bentuk artikel, tajuk rencana atau dapat pula berupa cerita atau berita bergambar yang mengandung aspek pendidikan, juga berfungsi sebagai hiburan melalui cerpen, teka-teki silang, karikatur atau berita yang mengandung minat insani (human interest) untuk mengimbangi berita-berita berat (hard news) selain itu media cetak juga berfungsi sebagai persuasif atau mempengaruhi khalayak. 36 Surat kabar menjadi salah satu kekuatan sosial dan ekonomi yang cukup penting dalam masyarakat. pada awal perkembangannya surat kabar tumbuh secara bertahap mulai dari bentuk yang sederhana berupa lembaran-
33
Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca. Al-Qur’an dan Terjemahannya; CV. As-Syifa’, Semarang 35 Study Rizal Elka. “Dakwah bi al-Qalam dan Dasar-Dasar Penyajiannya,” ad-Dakwah, no. 2, vol. 1 (Juli 2000): hal. 2 36 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi. (Bandung: Rosdakarya, 2000), h. 65. 34
lembaran kertas yang dipublikasikan secara lokal hingga sekarang dapat dilihat dengan jumlah yang begitu banyak dalam radiasi publikasi bertaraf internasional.37 Di awal abad XX surat kabar merupakan satu-satunya bentuk komunikasi massa yang mampu meraih kredibilitas yang lebih, lewat pembentukan suatu organisasi profesional dan akhirnya tumbuh membentuk press assosiation.38 Media pers yang berupa surat kabar tidak hanya sarat dengan informasi berwujud berita, tetapi juga diwarnai dengan bentuk-bentuk tulisan lainnya yang bersifat ganda, memberikan informasi mendidik, dan sekaligus menghibur, misalnya tulisan-tulisan human interst, feature, atau karangan khas lainnya. Surat kabar sebagai salah satu sarana yang cukup tua usianya sangat mendukung dan bisa dijadikan sebagai media dakwah, karena dakwah yang disampaikan melalui media cetak seperti halnya surat kabar dapat tersebar lebih luas jangkauannya dan tidak hanya sampai pada masyarakat yang hidupnya pada masa sekarang saja tetapi juga hingga nanti pada masyarakat yang hidup berabad-abad di masa yang akan datang. Dakwah melalui surat kabar dengan kekuatannya mampu mempengaruhi massa dan membawa perubahan dalam masyarakat, perubahan tersebut berupa pola pikir atau prilaku masyarakat. Perkembangan surat kabar semakin mencuat karena surat kabar merupakan salah satu media massa yang mudah diperoleh siapa saja, kapan saja bagi yang membutuhkan dengan harga yang 37
Asep Saeful Muthadi, Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktek, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 88 38 Ibid, h. 88
relatif murah. dan perkembangan masyarakat sekarang pada umumnya mampu membaca dan menulis.
D. Karakteristik Surat Kabar Sebagai Media Komunikasi Massa Media cetak sebagai salah satu bagian dari media massa memiliki karakteristik sebagai berikut; 1. Komunikator dapat berupa perorangan atau melalui lembaga organisasi yang mempunyai institusi yang jelas. 2. Pesan (message) dari produksi secara besar-besaran dan disebarluaskan kepada komunikan 3. Komunikan pada umumnya merupakan publik yang bersifat anonim (tidak saling mengenal) 4. Komunikan bisa mengelompok pada satu tempat karena suasana tertentu dan bisa juga terpencar meliputi wilayah yang luas 5. Umpan balik (feed back) umumnya besifat tidak langsung atau tertunda, karena kontak langsung antara komunikator dan komunikan terhalang oleh medium.
E. Analisis Isi 1. Pengertian Analisis Isi Analisis isi (content analysis) adalah penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa. Pelopor analisis isi adalah Harold D. Lasswell, yang
memelopori teknik symbol coding, yaitu mencatat lambang atau pesan secara sistematis, kemudian diberi interpretasi. Menurut Berelson dan Kerlinger, analisis isi merupakan suatu metode untuk mempelajari dan menganalisis komunikasi secara sistematis, objektif, dan kuantitatif terhadap pesan yang tampak. Sedangkan menurut Budd, analisis isi adalah suatu teknik sistematis untuk menganalisis isi pesan dan mengolah pesan atau suatu alat untuk mengobservasi dan manganalisis isi perilaku komunikasi yang terbuka dari komunikator yang dipilih.39 Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi. Baik surat kabar, berita radio, iklan televisi maupun semua bahan-bahan dokumentasi yang lain. Hampir semua disiplin ilmu sosial dapat menggunakan
analisis
isi
sebagai
teknik/metode
penelitian.
Holsty
menunjukkan tiga bidang yang banyak mempergunakan analisis isi, yang besarnya hampir 75% dari keseluruhan studi empirik, yaitu penelitian sosioantropologis (27,7%), komunikasi umum (25,9%), dan ilmu politik (21,5%). 40 Analisis isi tidak dapat diberlakukan pada semua penelitian sosial. Analisis isi dapat dipergunakan jika memiliki syarat berikut. a. Data yang tersedia sebagian besar terdiri dari bahan-bahan yang terdokumentasi (buku, surat kabar, pita rekaman, naskah/manuscript). 39
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Predana Media Group, 2007), h. 228-229 40
Bambang Setiawan, “Metode Analisi Isi, Reliabilitas dan Validitas dalam Metode Penelitian Komunikasi” diakses pada tanggal 27 Juni 2008 dari http://massofa.word-press.com/2008/01/28/metode-analisi-isi-reliabilitas-danvaliditas-dalam-metode-penelitian-komunikasi/. Berdasarkan buku Metode Penelitian Komunikasi Karya Bambang Setiawan
b. Ada keterangan pelengkap atau kerangka teori tertentu yang menerangkan tentang dan sebagai metode pendekatan terhadap data tersebut. c. Peneliti memiliki kemampuan teknis untuk mengolah bahanbahan/data-data yang dikumpulkannya karena sebagian dokumentasi tersebut bersifat sangat khas/spesifik. 2. Desain Analisis Isi Setidaknya dapat diidentifikasi tiga jenis penelitian komunikasi yang menggunakan analisis isi. Ketiganya dapat dijelaskan dengan teori 5 unsur komunikasi yang dibuat oleh Harold D. Lasswell, yaitu who, says what, to whom, in what channel, with what effect.41 Ketiga jenis penelitian tersebut dapat memuat satu atau lebih unsur “pertanyaan teoretik” Lasswell tersebut. Pertama, bersifat deskriptif, yaitu deskripsi isi-isi komunikasi. Dalam praktiknya, hal ini mudah dilakukan dengan cara melakukan perbandingan. Perbandingan tersebut dapat meliputi hal-hal berikut ini. a. Perbandingan pesan (message) dokumen yang sama pada waktu yang berbeda. Dalam hal ini analisis dapat membuat kesimpulan mengenai kecenderungan isi komunikasi. b. Perbandingan pesan (message) dari sumber yang sama/tunggal dalam situasi-situasi yang berbeda. Dalam hal ini, studi tentang pengaruh situasi terhadap isi komunikasi. c. Perbandingan pesan (message) dari sumber yang sama terhadap penerima yang berbeda. Dalam hal ini, studi tentang pengaruh ciri-ciri audience terhadap isi dan gaya komunikasi. d. Analisis antar-message, yaitu perbandingan isi komunikasi pada waktu, situasi atau audience yang berbeda. Dalam hal ini, studi tentang hubungan dua variabel dalam satu atau sekumpulan dokumen (sering disebut kontingensi (contingency). e. Pengujian hipotesis mengenai perbandingan message dari dua sumber yang berbeda, yaitu perbedaan antarkomunikator. Kedua, penelitian mengenai penyebab message yang berupa pengaruh dua message yang dihasilkan dua sumber (A dan B) terhadap variabel perilaku sehingga menimbulkan nilai, sikap, motif, dan masalah pada sumber B.
41
Ibid
Ketiga, penelitian mengenai efek message A terhadap penerima B. Pertanyaan yang diajukan adalah apakah efek atau akibat dari proses komunikasi yang telah berlangsung terhadap penerima (with what effect)? 42 3.
Tahapan Proses Penelitian Analisis Isi Terdapat tiga langkah strategis penelitian analisis isi. Pertama, penetapan desain atau model penelitian. Di sini ditetapkan
berapa media, analisis perbandingan atau korelasi, objeknya banyak atau sedikit dan sebagainya. Kedua, pencarian data pokok atau data primer, yaitu teks itu sendiri. Sebagai analisis isi maka teks merupakan objek yang pokok bahkan terpokok. Pencarian dapat dilakukan dengan menggunakan lembar formulir pengamatan tertentu yang sengaja dibuat untuk keperluan pencarian data tersebut. Ketiga, pencarian pengetahuan kontekstual agar penelitian yang dilakukan tidak berada di ruang hampa, tetapi terlihat kait-mengait dengan faktor-faktor lain.43 4. Dasar-dasar Rancangan Penelitian Analisis Isi Prosedur dasar pembuatan rancangan penelitian dan pelaksanaan studi analisis isi terdiri atas 6 tahapan langkah, yaitu (1) merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesisnya, (2) melakukan sampling terhadap sumber-sumber data yang telah dipilih, (3) pembuatan kategori yang dipergunakan dalam analisis, (4) pendataan suatu sampel dokumen yang telah dipilih dan melakukan pengkodean, (5) pembuatan skala dan item berdasarkan kriteria
42 43
Ibid Ibid
tertentu untuk pengumpulan data, dan (6) interpretasi/ penafsiran data yang diperoleh. 44 Urutan langkah tersebut harus tertib, tidak boleh dilompati atau dibalik. Langkah sebelumnya merupakan prasyarat untuk menentukan langkah berikutnya. Permulaan penelitian itu adalah adanya rumusan masalah atau pertanyaan penelitian yang dinyatakan secara jelas, eksplisit, dan mengarah, serta dapat diukur dan untuk dijawab dengan usaha penelitian. Pada perumusan hipotesis, dugaan sementara yang akan dijawab melalui penelitian, peneliti dapat memilih hipotesis nol, hipotesis penelitian atau hipotesis statistik. Penarikan
sampel
dilakukan
melalui
pertimbangan
tertentu,
disesuaikan dengan rumusan masalah dan kemampuan peneliti. Pembuatan alat ukur atau kategori yang akan digunakan untuk analisis didasarkan pada rumusan masalah atau pertanyaan penelitian, dan acuan tertentu. Misalnya, kategori tinggi-sedang-rendah, dengan indikator-indikator yang bersifat terukur. Kemudian, pengumpulan atau coding data, dilakukan dengan menggunakan lembar pengkodean (coding sheet) yang sudah dipersiapkan. Setelah semua data diproses, kemudian diinterpretasikan maknanya. 5. Reliabilitas dan Validitas Masalah
reliabilitas
(keterandalan)
dan
validitas
pengukuran
(kesahihan) merupakan dua hal pokok dalam penelitian yang tidak boleh ditinggalkan. Reliabilitas didefinisikan sebagai keterandalan alat ukur yang
44
Ibid
dipakai dalam suatu penelitian. Apakah kita benar-benar dapat mengukur dengan tepat sesuai dengan alat atau instrumen yang dimiliki. Dikenal beberapa jenis reliabilitas, yaitu berikut ini. a. Intercoder dan intracoder, yaitu pemberian kode dari luar dan dari dalam. b. Pretest, yaitu pengujian atau pengukuran perbedaan nilai antara jurijuri pemberi nilai. c. Reliabilitas
kategori,
yaitu
derajat
kemampuan
pengulangan
penempatan data dalam berbagi kategori.45 Validitas adalah kesahihan pengukuran atau penilaian dalam penelitian. Dalam analisis isi, validitas dilakukan dengan berbagai cara atau metode sebagai berikut. a. Pengukuran produktivitas (productivity), yaitu derajat di mana suatu studi menunjukkan indikator yang tepat yang berhubungan dengan variabel. b. Predictive validity, yaitu derajat kemampuan pengukuran dengan peristiwa yang akan datang. c. Construct validity, yaitu derajat kesesuaian teori dan konsep yang dipakai dengan alat pengukuran yang dipakai dalam penelitian tersebut.46
45 46
Ibid Ibid
BAB III IHWAL SURAT KABAR HARIAN LAMPU MERAH
A. Latar Belakang Berdirinya Surat Kabar Harian Lampu Merah Surat kabar harian Lampu Merah berdiri 23 Nopember 200147 dan pertama kali terbit pada tanggal 26 November 2001. Bermula dari pemikiran beberapa pemimpin Rakyat Merdeka, termasuk Margiono sebagai direktur utama, untuk membuat sebuah koran segmentif. Ada beberapa segmen yang dipilih, diantaranya hiburan, khusus politik, sosial budaya, cafe and resto, tapi akhirnya dipilih segmen kriminal. Pertimbangannya, sementara koran yang memberitakan ketengilan orang-orang jahat hanya terbatas. Kalaupun ada, lebih terasa sangat tidak lengkap, tidak enak untuk dijadikan bacaan yang tidak penting. Dan yang paling utama, koran kriminal yang sudah ada, gagal menjadi pemandu orangorang khususnya di Jakarta dalam mencari rasa aman.48 Dari sinilah kami berpikir kalau surat kabar harian Lampu Merah yang menyajikan berita yang benar-benar kriminal. Dan di halaman pertama, kami selalu menjaga agar yang muncul perbuatan orang-orang kriminal (terutama kriminalitas kelas berat, yang kelas ringan juga boleh dimuat asal menyentuh rasa tragis semua orang). Mengenai target pembaca surat kabar harian Lampu Merah, yang diinginkan adalah pembaca dewasa. Mulai dari orang dewasa yang berdagang 47
Susunan Redaksi, surat kabar harian Lampu Merah, Kamis, 1 Maret 2007 hal. 11 Wawancara Pribadi dengan Pemimpin Redaksi Surat Kabar Harian Lampu Merah, Sutrisno. Jakarta, 5 Oktober 2007 48
asongan, sampai orang dewasa yang berdagang uang di bank-bank negara. Karena ini koran untuk orang-orang dewasa. Memang, pada kenyataannya, semua orang bisa membaca surat kabar harian Lampu Merah. Dan itu yang kadang-kadang membuat surat kabar harian Lampu Merah dipersalahkan karena harganya 1500 rupiah, anak kecil juga bisa beli, dan membacanya. Kenapa koran kriminal (murni)? Pertanyaan itu juga muncul di awalawal pendirian surat kabar harian Lampu Merah. Tapi jawaban segera muncul dengan sendirinya pada bulan pertama setelah terbit. Jawaban itu tidak lain adalah permintaan sekaligus perhatian orang terhadap surat kabar harian Lampu Merah. Semakin hari, bertambah bulan, sampai kemudian menginjak tahun kedua, surat kabar harian Lampu Merah mampu merebut hampir seluruh perhatian pembaca koran di Jakarta. Nama Lampu Merah sendiri muncul secara spontan dan langsung disepakati, yang kemudian dikenal dengan Lamer. Pertimbangan Lamer dengan segmen kriminal, karena selama ini masyarakat Indonesia buta akan informasi kriminal secara menyeluruh. Rakyat Merdeka Group yakin, Lamer akan berkembang pesat. Ketika pertama terbit, Lamer berada di bawah kepemimpinan Imam Sumarsono, sebagai Redaktur Eksekutif. Dan, hanya perlu waktu setahun, Lamer sudah mencapai tiras di atas 70 ribu eksemplar per hari. Dan, dalam setahun, Lamer sudah BIP dan tidak punya utang, baik ke percetakan maupun RM Group. Dalam sejarah perjalanan surat kabar harian Lampu Merah sudah pernah menerbitkan khusus Bandung. Namun kendalanya agak berat bersaing
dengan koran lokal sehingga sudah tidak diterbitkan lagi. Tapi ada rencana, mungkin tahun depan, atau (semoga Tuhan memberi izin) dalam waktu dekat, Bandung Euy bisa diterbitkan lagi. Seiring dengan perkembangan Lamer, Imam Sumarsono diangkat menjadi direktur, dan posisi Redaktur Eksekutif dipegang Irwan Hadisuwarno. Perkembangan selanjutnya, Lamer pernah mencapai tiras di atas 130 ribu eksemplar per hari. Sebuah rekor yang mengalahkan Pos Kota. Dan oleh AC Nielsen, Lamer langsung bercokol di peringkat ke-3 untuk koran terbesar tingkat JABOTABEK dan Nasional.
B. Visi dan Misi Visi Lamer sebagaimana motto love, peace and friend yang bermakna, bahwa Lamer ada sebagai sebuah wujud cinta dari orang-orang yang berada di dalamnya, untuk mengabdikan diri pada perusahaan dan masyarakat, demi memenuhi kebutuhan informasi seputar kriminal. Sehingga dengan adanya informasi seputar kejahatan, yang diharapkan mampu memberikan rasa aman, damai dan ketenangan bagi masyarakat. Sedangkan Misi Lamer antara lain; 1. Menciptakan masyarakat yang aman dan tentram 2. Sebagai koran panduan untuk masalah kriminalitas dan info perkotaan. 3. Membangun relasi dengan banyak rekan, demi tercapainya sebuah informasi yang berimbang seputar berita kriminalitas.
C. Mekanisme Kerja Redaksi
Mekanisme kerja dimulai dari hasil peliputan wartawan yang ditempatkan di pos-pos yang telah ditentukan sebelumnya. Wartawan Lampu Merah, seperti juga wartawan lainnya, mencari berita dari sumber-sumber utama. Sebuah berita kriminal kami peroleh, pertama dari keterangan polisi, keterangan korban, keterangan pelaku, pengamatan langsung di lokasi kejadian. Karena itu, di setiap porles kami menempatkan satu wartawan. Jadi semua wartawan (terutama halaman satu) wajib melaporkan perolehan beritanya. Semua berita halaman satu sudah harus masuk paling lambat jam enam sore. Mulai jam empat sore semua harus sudah terdata. Dari hasil pendataan itu, akan kami pilah-pilah mana yang pantas dimuat, mana yang tidak pantas dikesampingkan. Proses pemilihan ini dilakukan dalam sebuah rapat redaksi. Selama satu jam, dari jam enam sampai jam tujuh, berita akan ditata oleh petugas pra cetak. Sambil mendata, para redaktur halaman satu mulai melakukan editing. Ada tiga redaktur di halaman satu. Mereka ini yang kemudian menentukan mana yang menjadi berita utama sekaligus menentukan penataan tiap-tiap berita di halaman satu. Setelah semua dianggap selesai, tinggal melakukan koreksi terakhir dan finishing. Yang ini akan dilakukan oleh redaktur eksekutif sebagai penagggung jawab penuh pemberitaan di Lamer.
D. Kebijakan Redaksional 1. Rekrutmen Tidak ada yang istimewa sebenarnya dalam proses rekrumen. Seperti umumnya penyeleksian karyawan baru, syarat-syaratnya utamanya
juga umum. Memang ada beberapa ketentuan khusus, misalnya harus bisa bekerja tanpa ketetapan waktu kerja –sesuatu yang lazim dalam dunia jurnalistik. Setelah karyawan baru yang diseleksi dinyatakan memenuhi syarat untuk bergabung dengan Lamer, secara berturut-turut kami melakukan pembinaan. Biasanya, selama satu minggu kami berdialog dan melakukan simulasi. Setelah itu, wartawan baru dikenalkan dengan lapangan. Pengarahan secara tidak langsung, melalui rapat redaksi (melibatkan seluruh elemen redaksi) yang dilakukan dua kali sebulan. Selama tiga bulan pertama, wartawan baru di bawah pengawasan koordinator peliputan dan koordinator lapangan. 2. Koresponden Wilayah Koresponden daerah diatur berdasarkan wilayah. Ia bertangggung jawab penuh untuk
wilayahnya. Berita-berita yang terjadi di wilayah
tersebut, wajib ia ketahui. Koresponden secara tidak langsung menjadi wakil dari institusi Lamer di daerah. Pemantauan, pembinaan, dan penataan dilakukan oleh koordinator peliputan. Kepada seluruh koresponden diwajibkan datang dalam rapat umum yang diselenggarakan dua kali dalam satu bulan. 3. Struktur Organisasi Perubahan susunan redaksi dilakukan untuk membuat penyegaran, selain dibutuhkan sebagai bagian dari proses pematangan semua awak redaksi. Seorang wartawan yang berprestasi tinggi bisa dinaikkan posisinya sebagai redaktur, begitu seterusnya.
Struktur Organisasi Surat Kabar Harian Lampu Merah
General Manager
Redaktur Eksekutif
Koordinator Liputan
Asisten Redaktur Eksekutif
Redaktur
Asisten Redaktur
Fotografer
Reporter
Reporter Daerah
Grafis
Sekretaris Redaksi Gambar 2. Struktur Redaksi Surat Kabar Harian Lampu Merah
4. Redaksional Mengenai redaksional wartawan itu sendiri yang menenetukan. Kecuali untuk liputan-liputan khusus, ditentukan berdasarkan rapat redaksi. Jadi sebelum wartawan meliput (ini untuk liputan harian) tidak ada rapat
redaksi. Rapat baru dilakukan oleh para redaktur, setiap sore hari, untuk menentukan berita-berita mana yang layak dimuat hari ini. Tentulah berita yang bagus. Lamer mempunyai kesepakatan sekaligus kesadaran, semua kejadian kejahatan akan diberitakan mulai yang paling sadis, paling trend, paling baru, paling lucu, sampai kejahatan yang menyentuh perasaan setiap pembaca. Garis kebijakan kami adalah membela korban-korban kejahatan. Kalau perlu membela secara hukum. Jika yang dimaksud kata-kata adalah keutuhan sebuah berita, tentu yang membuat redaktur. Tapi untuk para wartawan yang bahasa dan katakatanya sudah runut, teratur, bisa dipahami, dan bercita-cita Lamer, tentulah tidak banyak diubah. Wartawan sebenarnya tidak diharuskan membuat judul. Tapi semua wartawan yang baik, pasti berinisiatif menjuduli beritanya sendiri. Selama ini, judul-judul di Lamer memang bukan wartawan yang membuat. Semua adalah hasil kreativitas dan perenungan redaktur. Dan, Berita-berita dari luar negeri untuk sementara kami pilih dari internet.
E. Sekilas Tentang Rubrik “Ikut Tuhan atau Setan” Rubrik “Ikut Tuhan atau Setan” pertama kali diterbitkan pada akhir tahun 2005, kurang lebih sekarang sudah dua tahun berjalan. Nama rubrik “Ikut Tuhan atau Setan” maksudnya adalah bagaimana manusia dihadapkan kepada dua mata sisi antara yang baik atau buruk, yang benar atau salah.
Rubrik ini mengambil sumber dari fenomena hidup sehari-hari, yang ditulis oleh Redaktur Lamer yang bernama Sri Nurganingsih menggunakan bahasa yang ringan dan enak dibaca agar dapat menyesuaikan dengan pembaca (menengah-kebawah). Dengan tetap mengambil sumber dari alQur’an dan hadist namun agar dapat mudah dimengerti maka dicarikan padanan kata dengan bahasa gaul. 49 Berdasarkan pernyataan Redaktur surat kabar harian Lampu Merah tersebut, posisi rubrik “Ikut Tuhan atau Setan” bukan sebuah suplemen. Tapi dengan kebijakan redaksi yang fleksibel, sewaktu-waktu bisa tidak diterbitkan dengan indikasi meningkatnya iklan, atau seperti contoh ketika di bulan Ramadhan tahun 2007 rubrik “Ikut Tuhan atau Setan” yang terbit bergantian dengan rubrik “Perjalanan Spiritual”, sebuah rubrik yang menggambarkan kisah nyata kehidupan spiritual seseorang. Hemat penulis, rubrik ini secara tidak langsung dapat dikatakan sebagai suplemen, karena tidak bersifat kontinyu penerbitannya.
49
Wawancara pribadi dengan Redaktur Surat Kabar Harian Lampu Merah, Sri Nurganingsih. Jakarta, 5 Oktober 2007
BAB IV ANALSIS ISI RUBRIK IKUT TUHAN ATAU SETAN PADA SURAT KABAR HARIAN LAMPU MERAH
Pesan dakwah dalam Kamus Bahasa Indonesia mengandung arti perintah, permintaan, amanah, yang harus dikerjakan atau disampaikan kepada orang lain yang berorientasi pada pembentukan perilaku islami.50 Untuk mengetahui pesan dakwah yang terkandung dalam rubrik Ikut Tuhan atau Setan, maka penulis melakukan pengolahan data dari hasil temuan yang didapat, sekaligus menganalisis untuk selanjutnya mengelompokkan dalam beberapa ketegori, yaitu pesan akidah, pesan ibadah, pesan akhlak. Berikut ini adalah data yang berhasil dikumpulkan penulis : Tabel. 1. Judul rubrik “Ikut Tuhan atau Setan” NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13 14. 15.
TANGGAL TERBIT 14 Feb 2007 15 Feb 2007 16 Feb 2007 17 Feb 2007 18 Feb 2007 19 Feb 2007 20 Feb 2007 21 Feb 2007 22 Feb 2007 23 Feb 2007 24 Feb 2007 26 Feb 2007 27 Feb 2007 28 Feb 2007 1 Mar 2007 50
JUDUL RUBRIK Senyum Sesuatu yang Mudah Lihat Orang Sukses, Kok Ngiri? Jadi Orang Bodoh Itu Rugi Besar Menghina Orang Lain , Terjauh dari Syurga Allah Menghasut; Menghancurkan Persatuan Musyrik Tak Akan Diampuni Allah Mengajak Sesama Menuju Kebenaran Seimbangkan Karir dan Keluarga Tauladan Wanita Muslimah Kerja Keras atau Malas Judi Akan Mencelakakan Diri Hilangkan Kebiasaan Mencuri Lisan Menghatarkan Kita ke Syurga atau Neraka? Cinta Allah di Atas Segalanya Biasakan Berdoa pada Allah
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta; Balai Pustaka 1997), h. 761
16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28.
2 Mar 2007 3 Mar 2007 5 Mar 2007 6 Mar 2007 7 Mar 2007 8 Mar 2007 9 Mar 2007 10 Mar 2007 11 Mar 2007 12 Mar 2007 13 Mar 2007 14 Mar 2007 15 Mar 2007
Perlakukan Orangtua dengan Istimewa Hindari Memamerkan Aurat Hindari Memusuhi Saudara Jangan Menghardik Anak Yatim Stop Mencontek Bisakah Lebih Cantik? Jauhi Ingkar Janji Sifat Tamak Mendekatkan pada Api Neraka Rayakan Valentine dengan Hura-Hura Berhentilah Mencari-Cari Kesalahan Orang Lain Tampil Mewah Bisa Bikin Orang Menangis Munafik! Hati yang Busuk Mengapa Harus Menyesali Nasib?
Setelah temuan data di atas terkumpul penulis membuat kategori pesan berikut dengan sub kategorinya, berdasarkan hadist sebagai berikut:
Dari Umar ra juga, beliau berkata: Pada suatu hari ketika kami duduk di dekat Rasulullah SAW, tiba-tiba muncul seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih dan rambutnya sangat hitam. Pada dirinya tidak tampak bekas dari perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun di antara kami yang mengenalnya. Kemudian ia duduk di hadapan Nabi SAW, lalu merapatkan kedua lututnya ke lutut Nabi SAW, dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua pahanya, kemudian berkata: ”Wahai Muhammad, terangkanlah kepadaku tentang Islam.” Kemudian Rasulullah SAW menjawab: ”Islam yaitu: hendaklah engkau bersaksi tiada sesembahan yang wajib disembah kecuali Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah. Hendaklah engkau mendirikan shalat, membayar zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan, dan mengerjakan haji ke rumah Allah jika engkau mampu mengerjakannya.” Orang itu berkata: ”Engkau benar.” Kami menjadi heran, karena dia yang bertanya dan dia pula yang membenarkannya. Orang itu bertanya lagi: ”Lalu terangkanlah kepadaku tentang iman”. (Rasulullah) menjawab: ”Hendaklah engkau beriman kepada Allah, beriman kepada para malaikat-Nya, kitabkitab-Nya, para utusan-Nya, hari akhir, dan hendaklah engkau beriman kepada taqdir yang baik dan yang buruk.”Orang tadi berkata: ”Engkau benar.” Lalu orang itu bertanya lagi: ”Lalu terangkanlah kepadaku tentang ihsan.” (Beliau) menjawab: “Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Namun jika engkau tidak dapat (beribadah seolah-olah) melihat-Nya, sesungguhnya Ia melihat engkau.” Orang itu berkata lagi: ”Beritahukanlah kepadaku tentang hari kiamat.” (Beliau) mejawab: “Orang yang ditanya tidak lebih tahu daripada yang bertanya.” Orang itu selanjutnya berkata: ”Beritahukanlah kepadaku tanda-tandanya.” (Beliau) menjawab: ”Apabila budak melahirkan tuannya, dan engkau melihat orang-orang Badui yang bertelanjang kaki, yang miskin lagi penggembala domba berlomba-lomba dalam mendirikan bangunan.”Kemudian orang itu
pergi, sedangkan aku tetap tinggal beberapa saat lamanya. Lalu Nabi SAW bersabda: ”Wahai Umar, tahukah engkau siapa orang yang bertanya itu?”. Aku menjawab: ”Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.”Lalu beliau bersabda: ”Dia itu adalah malaikat Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kalian.” (HR. Muslim).51 Tabel. 2. Kategorisasi berikut sub kategori NO 1.
KATEGORI Pesan Akidah
2.
Pesan Ibadah
3.
Pesan Akhlak
SUB KATEGORI a. Allah b. Rasul c. Akhirat a. Shalat b. Puasa a. Mahmudah b. Mazmumah
1. Pesan Akidah Akidah secara bahasa diambil dari kata kerja (gfi’il) ‘aqada (menyimpulkan/mengikat/transaksi) atau apa-apa yang diyakini dan menentramkan hati. Secara istilah adalah pemikiran menyeluruh tentang alam, manusia, dan kehidupan, dan tentang apa-apa yang ada sebelum dan sesudah kehidupan dunia, serta tentang hubungan kehidupan dengan apa yang ada sebelum dan sesudah kehidupan dunia.52 Akidah secara harfiah, `aqidah artinya adalah sesuatu yang mengikat, atau terikat, tersimpul (bandingkan istilah `aqad nikah). Sedangkan sebagai istilah, `aqidah Islam adalah sistem kepercayaan dalam Islam. Mengapa disebut `aqidah, karena kepercayaan itu mengikat
51 Ainul Hakim, “Iman, Islam, Ihsan: An Nawawi - Hadist Arbain.” artikel diakses pada 20 Juni 2008 dari http://hakim.smartikon.com/2007/05/iman-islam-ihsan-an-nawawi-hadistarbain/. Bisa dilihat pula pada Terjemah Hadits Arba’in(40) Nawawiyah (Indonesia). V7.5 52 Khaldun, Ibnu Al-Jabiri. “Definisi Pemikiran Islam.” Artikel diakses pada 2 April 2008 dari http://percikaniman.org/definisi.pemikiran.islam.artikel.islam,tanya.jawab.percikan.iman.php? cpub=List&page=13
penganutnya dalam bersikap dan bertingkah laku. Orang yang kuat akidahnya (keyakinannya) terhadap keadilan Tuhan, maka keyakinan itu mengikatnya dalam bersikap terhadap suatu nilai (misalnya berkorban dalam perjuangan) dan selanjutnya mengikat perilakunya (misalnya tidak mau kompromi terhadap kezaliman). Sebaliknya orang yang tidak kuat keyakinannya kepada keadilan Tuhan (ikatannya longgar) ia mudah menyerah dalam berjuang dan bisa dinegosiasi untuk toleran terhadap penyimpangan, mudah terpancing untuk membalas dendam dengan cara yang menyimpang dari aturan.53 Al-Qur’an
mengajarkan
akidah
tauhid
kepada
kita
yaitu
menanamkan keyakinan terhadap Allah SWT yang satu yang tidak pernah tidur dan tidak beranak-pinak. Percaya kepada Allah SWT adalah salah satu butir rukun iman yang pertama. Orang yang tidak percaya terhadap rukun iman disebut sebagai orang-orang kafir.54 Sistem kepercayaan ini akhirnya berkembang menjadi ilmu, disebut ilmu Tauhid atau ilmu Ushuluddin. Ilmu Tauhid berbicara tentang Rukun Iman yang enam (iman kepada Tuhan, malaikat, rasul, kitab suci, hari akhir dan takdir). Kajian filosofis dari ilmu Tauhid disebut Ilmu Kalam, disebut juga Teologi (ilmu yang berbicara tentang ketuhanan).55
53
http://osdir.com/ml/culture.religion.healer.mayapada/2006-10/msg00011.html - 27k “Isi Kandungan Al-Qur’an: Aqidah, Ibadah, Akhlak, Hukum, Sejarah, dan Dorongan Untuk Berpikir/Inti Sari Al-Qur’an.” Artikel diakses pada 2 April 2008 dari http://organisasi.org/isi_kandungan_alquran_aqidah_ibadah_akhlak_hukum_sejarah_dorongan_un tuk_berfikir_garis_besar_inti_sari_al_quran 55 Ibid 54
Dalam hal ini pesan dakwah yang akan dianalisis adalah pesanpesan yang membahas tentang akidah terhadap Allah, Rasul dan Akhirat, dengan data yang dapat dilihat di bawah ini. Tabel. 3. Hasil analisis pesan akidah AKIDAH NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28.
TANGGAL TERBIT
ALLAH I 1 2 9 8 12 22 11 4 10 7 6 13 6 5 20 6 10 1 6 2 16 10 12
14 Feb 2007 15 Feb 2007 16 Feb 2007 17 Feb 2007 18 Feb 2007 19 Feb 2007 20 Feb 2007 21 Feb 2007 22 Feb 2007 23 Feb 2007 24 Feb 2007 26 Feb 2007 27 Feb 2007 28 Feb 2007 1 Mar 2007 2 Mar 2007 3 Mar 2007 5 Mar 2007 6 Mar 2007 7 Mar 2007 8 Mar 2007 9 Mar 2007 10 Mar 2007 11 Mar 2007 12 Mar 2007 4 13 Mar 2007 4 14 Mar 2007 6 15 Mar 2007 8 JUMLAH 221
II 2 2 10 7 10 22 14 4 9 8 7 14 6 5 20 6 10 1 7 2 16 9 10 1 4 4 4 8 222
RASUL III 2 2 1 3
I
6 3 4 3 2 3 4 1 6 5 3
1
1 2
II
3 5 1
1 1 3 4 1
2 1
2 1
1 2
1 2
1 1
2 1
1 1
AKHIRAT III 1
2 3
1
51
21
23
1 3
2
1
III
3 1 1 4
3 1 6
4 1 4
2 2
2
1
3
1 3 2 1
1 3 2
1 1
1
1 1 1
II
3 1
1 1 1
1
I
10
Tabel. 4. Rincian hasil analisis pesan akidah
1 1 1
1
33
33
2
AKIDAH RASUL 21 23 10
JURI ALLAH I 221 II 222 III 51 Koefisien Reliabilitas
AKHIRAT 33 33 2
JUMLAH FREKUENSI 275 278 63
Juri I (Ahmad Taufik) dengan Juri II (Darnoto)
2M Koefisien Reliablitas =
N1+N2 = 2.275
= 275+278
=
550 553
= 0, 99 Juri I (Ahmad Taufik) dengan Juri III (Nasrul Umam Sy) 2M
Koefisien Reliabilitas =
N1+N2 2.63 = 275+63 126 = 338
= 0, 37
Juri II (Darnoto) dengan Juri III (Nasrul Umam Sy) 2M Koefisien Reliabilitas =
N1+N2
2.63 =
278+63 126
= 341
= 0,36 Tabel. 5. Koefisien Reliabilitas antar Juri JUMLAH KESEPAKATAN KETIDAK ITEM SEPAKATAN 553 550 3 338 126 212 341 126 215
KR ANTAR JURI I DAN II I DAN III II DAN III
NILAI HASIL 0,99 0,37 0,36
Komposit Reliabilitas Untuk mengukur rata-rata perbandingan nilai keputusan antar juri, dihitung dengan rumus komposit reliabilitas. Sebelum itu kita harus mencari nilai rata-rata antar juri terlebih dahulu, dengan menggunakan rumusan:
X
=
Σx N [0,99 + 0,37 + 0,36]
=
3
= 1,72 : 3 = 0,57 Jadi nilai rata-rata antar jurinya adalah 0,57. Dengan demikian untuk mengukur komposit reliabilitas, dapat menggunakan rumusan, sebagai berikut: N (X antar Juri) Komposit Reliabilitas =
1 + (N-1) (X antar Juri) 3 x 0,57
= 1 + 2 x 0,57 1,72 = 2,14 = 0,80 Sehingga, nilai komposit dari pesan akidah adalah 0,80 atau 80%, berarti nilai validitasnya sangat tinggi.
2. Pesan Ibadah Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan menurut syara’ (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah: a. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintahNya melalui lisan para Rasul-Nya.
b. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah SWT, yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi. c. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah SWT, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang batin. Yang ketiga ini adalah definisi yang paling lengkap. d. Ibadah terbagi menjadi ibadah hati, lisan, dan anggota badan. Rasa khauf (takut), raja’ (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang), dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati). Sedangkan tasbih, tahlil, takbir, tahmid dan syukur dengan lisan dan hati adalah ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan dan hati). Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati). Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan dengan amalan hati, lisan dan badan.56 Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah SWT berfirman:
☺
56
Yazid Abdul bin Qadir Jawas. “Pengertian Ibadah dalam Islam Bagian 1.” artikel diakses pada 2 April 2008 dari http://forum.dudung.net/index.php/to-pic,4289.0.html
☺
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghen-daki rizki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah Dia-lah MahaPemberi rizki Yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.” (Q.S. adz-Dzâriyât: 56-58)57 Allah SWT memberitahukan bahwa hikmah penciptaan jin dan manusia adalah agar mereka melaksanakan ibadah hanya kepada Allah SWT. Dan Allah Mahakaya, tidak membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkan-Nya, karena ketergantungan mereka kepada Allah SWT, maka barangsiapa yang menolak beribadah kepada Allah SWT, ia adalah sombong. Siapa yang beribadah kepada-Nya tetapi dengan selain apa yang disyariatkan-Nya, maka ia adalah mubtadi’ (pelaku bid’ah). Dan barangsiapa yang beribadah kepada-Nya hanya dengan apa yang disyariatkan-Nya, maka ia adalah mukmin muwahhid (yang mengesakan Allah). Ibadah merupakan bentuk penghambaan makhluk pada sang Pencipta, dengan menjalankan semua yang diperintahkan-Nya dan menjauhi segala yang dilarang-Nya, sebagaimana yang terkandung dalam firman Allah SWT.
⌧
57
Al-Qur’an dan Terjemahannya; CV. As-Syifa’, Semarang
“Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu memohon pertolongan.” (Q.S. al-Fâtihah: 5)58 Dalam pesan dakwah yang akan dianalisis di sini adalah pesanpesan yang membahas tentang ibadah shalat, dan puasa, dengan data yang dapat dilihat di bawah ini. Tabel. 6. Hasil Analisis Pesan Ibadah IBADAH NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28.
TANGGAL TERBIT 14 Feb 2007 15 Feb 2007 16 Feb 2007 17 Feb 2007 18 Feb 2007 19 Feb 2007 20 Feb 2007 21 Feb 2007 22 Feb 2007 23 Feb 2007 24 Feb 2007 26 Feb 2007 27 Feb 2007 28 Feb 2007 1 Mar 2007 2 Mar 2007 3 Mar 2007 5 Mar 2007 6 Mar 2007 7 Mar 2007 8 Mar 2007 9 Mar 2007 10 Mar 2007 11 Mar 2007 12 Mar 2007 13 Mar 2007 14 Mar 2007 15 Mar 2007 JUMLAH 58
SHALAT
PUASA
I
II
III 1
1
1
3
4
2
4
5
3
I
Al-Qur’an dan Terjemahannya; CV. As-Syifa’, Semarang
II
III
Tabel. 7. Rincian hasil analisis pesan ibadah JURI I II III
SHALAT 4 5 3
IBADAH PUASA -
JUMLAH FREKUENSI 4 5 3
Koefisien Reliabilitas Juri I (Ahmad Taufik) dengan Juri II (Darnoto) 2M Koefisien Reliablitas =
N1+N2 2.4
= 4+5
8 =
9
= 0,88 Juri I (Ahmad Taufik) dengan Juri III (Nasrul Umam Sy) 2M Koefisien Reliablitas =
N1+N2 2.3
=
4+3 6 7
=
= 0,85 Juri II (Darnoto) dengan Juri III (Nasrul Umam Sy) 2M Koefisien Reliablitas =
N1+N2 2.3
= 5+3 6 = 8
= 0, 75
KR ANTAR JURI I DAN II I DAN III II DAN III
Tabel. 8. Koefisien Reliabilitas antar Juri JUMLAH KESEPAKATAN TIDAK ITEM SEPAKAT 9 8 1 7 6 1 8 6 2
NILAI HASIL 0,88 0,85 0,75
Komposit Reliablitas Untuk mengukur rata-rata perbandingan nilai keputusan antar juri, dihitung dengan rumus komposit reliabilitas. Sebelum itu kita harus mencari nilai rata-rata antar juri terlebih dahulu, dengan menggunakan rumusan: Σx X = N
=
[0,88 + 0,85 + 0,75] 3
= 2,48 : 3 = 0,82 Jadi nilai rata-rata antar jurinya adalah 0,82. Dengan demikian untuk mengukur komposit reliabilitas, dapat menggunakan rumusan, sebagai berikut: N (X antar Juri) Komposit Reliabilitas =
1 + (N-1) (X antar Juri) 3 x 0,82
= 1 + 2 x 0,82 2,48 = 2,64
= 0, 93 Sehingga, nilai komposit dari pesan ibadah adalah 0,93 atau 93%, berarti nilai validitasnya sangat tinggi.
3. Pesan Akhlak
☺
“Allah Tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan bertaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangi-mu karena agama dan tidak pula mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orangorang yang berlaku adil.” (Q.S. al-Mumtahanah: 8)59 Definisi akhlak menurut Imam AI-Ghazali adalah “Ungkapan tentang sikap jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan tidak memerlukan pertimbangan atau pikiran terlebih dahulu.” Sedangkan menurut istilah Ibnu Maskawih pakar bidang akhlak menyatakan bahwa; Haalun linnafsi da’iyatun lahaa ila af’aaliha min ghairi fikrin wa laa ruwiyatin. “Sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan.”60 Kata akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu khalaqa-yahluqu, artinya menciptakan, dari akar kata ini pula ada kata makhluk (yang diciptakan) dan kata khaliq (pencipta), maka akhlak berarti segala sikap dan tingkah laku manusia yang datang dari pencipta (Allah SWT). Sedangkan moral berasal dari maros (bahasa latin) yang berarti adat kebiasaan, di sinilah terlihat berbeda antara moral dengan akhlak, moral berbentuk adat kebiasaan ciptaan manusia, sedangkan akhlak berbentuk aturan yang mutlak dan pasti yang datang dari Allah SWT Kenyataannya setiap orang yang bermoral belum tentu berakhlak, akan tetapi orang yang berakhlak sudah pasti bermoral.61 Dan Rasulullah SAW diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia sebagaimana sabdanya dalam hadist
59
Al-Qur’an dan Terjemahannya; CV. As-Syifa’, Semarang Khairu Ummah Edisi 7 Tahun XVII Februari 2008 61 Ibid 60
dari Abu Hurairah, “Sesungguhnya aku diutus Allah semata-mata untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak manusia.” Dalam Al-Quran surat an-Nisa ayat 36 Allah SWT Menjelaskan:
⌧
☺ ☺
☺
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukanNya dengan sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahayamu, Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membamgga-banggakan diri.” (Q.S. an-Nisa: 36).62 Kemudian Imam Al Ghazali, lebih luas menyatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Sejalan dengan pendapat di atas Ibrahim Anis mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan. 62
Al-Qur’an dan Terjemahannya; CV. As-Syifa’, Semarang
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa; 1. Perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya 2. Perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. 3. Perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan, dan keputusan yang bersangkutan. Dalam berbagai literatur tentang ilmu akhlak islami secara garis besar dibagi dua bagian; akhlak yang baik (al-karimah) dan akhlak yang buruk (al-mazmumah). Secara teoritis macam-macam akhlak berinduk pada tiga perbuatan yang utama. Hikmah (bijaksana), syaja’ah (perwira atau ksatria), dan iffah (menjaga diri dari perbuatan dosa dan maksiat). Tiga macam induk akhlak ini muncul dari sikap adil. Yaitu sikap penyeimbang dalam mempergunakan tiga potensi rohaniah yang terdapat dalam diri manusia. ‘aql (pemikiran) yang berpusat di kepala, ghadab (amarah) yang berpusat di dada, dan nafsu syahwat (dorongan seksual) yang berpusat pada perut.63 Dalam ajaran Islam menentukan baik dan buruk harus berdasarkan al-Qur’an dan hadist. Diantara yang mengacu pada yang baik; al-hasanah, thayyibah, khairah, karimah, mahmudah, azizah, dan al-birr. 1. Al-hasanah dibagi tiga; dari segi akal, hawa nafsu, dan pancaindera. Lawan kata al-sayyiah.
63
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Divisi Buku Perguruan Tinggi. PT. RajaGrafindo Persada, 2003), h. 43
2. At-thayyibah untuk menggambarkan sesuatu yang memberikan kelezatan pada pancaindera. Lawan kata al-qabibah. 3. Al-khair untuk menunjukan sesuatu yang baik untuk seluruh umat manusia, seperti berakal, adil, keutamaan dan segala hal yang bermanfaat. Lawan kata al-syarr. 4.
Al-mahmudah untuk menunjukan segala sesuatu yang utama sebagai akibat dari melakukan sesuatu yang disukai oleh Allah SWT.
5. Al-karimah digunakan untuk menunjukan perbuatan yang terpuji yang ditampakkan dalam kenyataan hidup sehari-hari. adapun 6. Al-birr digunakan untuk menunjukan pada upaya memperluas atau memperbanyak melakukan perbuatan yang baik.64 Dalam hal ini pesan dakwah yang akan dianalisis adalah pesanpesan yang membahas tentang akhlak mahmudah, dan sebagai lawan katanya mazmumah, dengan data yang dapat dilihat di bawah ini. Tabel. 9. Rincian Hasil Analisis Pesan Akhlak AKHLAK NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
TANGGAL TERBIT 14 Feb 2007 15 Feb 2007 16 Feb 2007 17 Feb 2007 18 Feb 2007 19 Feb 2007 20 Feb 2007 21 Feb 2007 22 Feb 2007 23 Feb 2007 24 Feb 2007 64
Ibid, h. 119-127
MAHMUDAH I 11 3 1 1 1 1 2
2
MAZMUMAH
II 13 6 13 3 3
III 4 10 5 5 4
14 10 9 16 6
5 5 7 4 1
I 2 9 2 16 14 8 3 2 1 17
II 4 13 4 16 18 12 2 2 2 1 22
III 9 6 15 11 6 1 1 3 9
12. 13 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28.
26 Feb 2007 27 Feb 2007 28 Feb 2007 1 Mar 2007 2 Mar 2007 3 Mar 2007 5 Mar 2007 6 Mar 2007 7 Mar 2007 8 Mar 2007 9 Mar 2007 10 Mar 2007 11 Mar 2007 12 Mar 2007 13 Mar 2007 14 Mar 2007 15 Mar 2007 JUMLAH
1 3 1 14 7 3 10 12 6 1 5 5 8 7 2 7 4 103
4 16 13 10 16 8 13 13 11 1 6 5 1 5 9 5 15 210
3 7 1 1 4 4 6 4 5 3 6 3 4 5 2 1 7 116
13 4 1 2 2 5 7 8 10 4 3 6 8 6 11 2 166
16 11 2 2 9 12 9 10 6 12 2 1 12 8 13 8 229
4 5 1 2 3 2 3 5 7 1 5 6 5 5 6 1 122
Tabel. 10. Hasil Analisis Pesan Akhlak JURI I II III
AKHLAK MAHMUDAH 103 210 116
MAZMUMAH 166 229 122
Koefisien Reliabilitas Juri I (Ahmad Taufik) dengan Juri II (Darnoto)
2M Koefisien Reliabilitas = N1+N2 2.269 =
269+439
538 =
708
JUMLAH FREKUENSI 269 439 238
= 0, 76
Juri I (Ahmad Taufik) dengan Juri III (Nasrul Umam Sy)
2M Koefisien Reliabilitas = N1+N2 2.238 =
269+238 476
=
507
= 0, 94
Juri II (Darnoto) dengan Juri III (Nasrul Umam Sy) 2M Koefisien Reliabilitas =
N1+N2 2.238
=
439+238 476
=
677
= 0, 70
KR ANTAR
Tabel. 11. Koefisien Reliabilitas antar Juri JUMLAH KESEPAKATAN TIDAK
NILAI
JURI I DAN II I DAN III II DAN III
ITEM 708 507 677
538 476 476
SEPAKAT 170 31 201
HASIL 0,76 0,94 0,70
Komposit Reliabilitas Untuk mengukur rata-rata perbandingan nilai keputusan antar juri, dihitung dengan rumus komposit reliabilitas. Sebelum itu kita harus mencari nilai rata-rata antar juri terlebih dahulu, dengan menggunakan rumusan:
X
Σx
=
N [0,76 + 0,94 + 0,70]
=
3
= 2,4 : 3 = 0,8 Jadi nilai rata-rata antar jurinya adalah 0,8. Dengan demikian untuk mengukur komposit reliabilitas, dapat menggunakan rumusan, sebagai berikut:
N (X antar Juri) Komposit Reliabilitas = 1 + (N-1) (X antar Juri) 3 x 0,8 = 1 + 2 x 0,8
2,4 = 2,6
= 0, 92 Sehingga, nilai komposit dari pesan akidah adalah 0,92 atau 92%, berarti nilai validitasnya sangat tinggi. Kemudian setelah penulis menganalisis berdasarkan kategorinya, maka sebagai pembanding akan dianalisis secara keseluruhan hasil dari temuan data sebagai berikut: Tabel. 12. Hasil analisis semua kategori pesan JURI I II III
AKIDAH 275 278 63
IBADAH 4 5 3
AKHLAK 269 439 238
Koefisien Reliabilitas Juri I (Ahmad Taufik) dengan Juri II (Darnoto) 2M Koefisien Reliabilitas =
N1+N2 2.548
=
548+722 1096
=
1270
= 0, 86
FREKUENSI 548 722 304
Juri I (Ahmad Taufik) dengan Juri III (Nasrul Umam Sy) 2M Koefisien Reliabilitas =
N1+N2 2.304
= 548+304 608 =
852
= 0, 71
Juri II (Darnoto) dengan Juri III (Nasrul Umam Sy) 2M Koefisien Reliabilitas =
N1+N2 2.304
=
722+304 608
=
1026
= 0, 56
KR ANTAR JURI I DAN II
Tabel. 13. Koefisien Reliabilitas antar Juri JUMLAH KESEPAKATAN TIDAK ITEM SEPAKAT 1270 1096 174
NILAI HASIL 0,86
I DAN III 852 II DAN III 1026 Komposit Reliabilitas
608 608
244 418
0,71 0,56
Untuk mengukur rata-rata perbandingan nilai keputusan antar juri, dihitung dengan rumus komposit reliabilitas. Sebelum itu kita harus mencari nilai rata-rata antar juri terlebih dahulu, dengan menggunakan rumusan:
X
Σx
=
N [0,86+0,71+0,56] =
3
= 2,13 : 3 = 0,71 Jadi nilai rata-rata antar jurinya adalah 0,71. Dengan demikian untuk mengukur komposit reliabilitas, dapat menggunakan rumusan, sebagai berikut:
N (X antar Juri) Komposit Reliabilitas = 1 + (N-1) (X antar Juri) 3 x 0,71 = 1 + 2 x 0,71 2,13 = 2,42
= 0, 88
Sehingga, nilai komposit dari pesan untuk keseluruhan adalah 0,88 atau 88%, berarti nilai validitasnya sangat tinggi.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Sesuai dengan hasil analisis pada bab sebelumnya, maka penulis menyimpulkan menyangkut beberapa hal antara lain: 1. Pesan-pesan dakwah yang disampaikan rubrik “Ikut Tuhan atau Setan” pada surat kabar harian Lampu Merah terbitan Februari-Maret 2007 begitu beragam. Di mulai dari aspek akidah sebagai dasar kepercayaan terhadap agama, ibadah sebagai manifestasi yang dilakukan oleh setiap hamba maupun akhlak yang mencerminkan perilaku manusia terhadap manusia lainnya dalam kehidupan keseharian. 2. Dari pesan dakwah yang disampaikan rubrik “Ikut Tuhan atau Setan” pada surat kabar harian Lampu Merah terbitan Februari-Maret 2007, yang memiliki nilai komposit reliabilitas tertinggi adalah aspek ibadah dengan sub kategori shalat dan puasa, ini dikarenakan selisih antara kesepakatan dan ketidaksepakatan yang kecil. Kemudian untuk melihat hasil analisis dari ketiga ketegori tersebut lebih rinciannya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut; Tabel. 14. Koefisien reliabilitas dan komposit reabilitas pesan dakwah pada rubrik “Ikut Tuhan atau Setan.” KATEGORI AKIDAH IBADAH AKHLAK
KOEFISIEN RELIABILITAS I DAN II I DAN III II DAN III 0,99 0,37 0,36 0,88 0,85 0,75 0,76 0,94 0,70
KOMPOSIT RELIABILITAS 0,80 0,93 0,92
Sehingga dapat diketahui bahwa pesan dakwah yang termuat aspek ibadah memiliki nilai komposit reliabilitas tertinggi yaitu 0,93 atau 93% dari data yang ditemukan, artinya memiliki nilai validitas yang sangat tinggi. Sedangkan jika dilihat dari banyaknya frekuensi pesan dakwah yang disampaikan rubrik “Ikut Tuhan atau Setan” pada surat kabar harian Lampu Merah terbitan Februari-Maret 2007, didominasi oleh aspek akhlak dengan sub kategori akhlak mahmudah dan akhlak mazmumah yang rinciannya sebagai berikut: Tabel. 15. Jumlah pesan dakwah pada rubrik “Ikut Tuhan atau Setan.” JURI I II III JUMLAH
AKIDAH 275 278 63 616
IBADAH 4 5 3 12
AKHLAK 269 439 238 946
Munculnya aspek akhlak sebagai dominasi isi pesan yang disampaikan pada rubrik “Ikut Tuhan atau Setan” tidak terlepas dari surat kabar harian Lampu Merah yang memang concern pada segmen kriminalitas yang bermula dari hubungan
antar
manusia,
dan
bagaimana
menyikapi
kriminalitas yang terjadi bercermin pada ajaran Islam tentunya.
B. Saran-Saran Melihat kesimpulan di atas ada beberapa saran yang perlu dipertimbangkan, antara lain; 1. Pesan-pesan pada rubrik “Ikut Tuhan atau Setan” dalam surat kabar harian Lampu Merah seyogyanya mempuyai muatan sendi keislaman yang seimbang, baik dari segi islam, iman, juga ihsan. 2. Keaktualan sebuah berita menjadi nilai tambah dari sebuah berita tersebut. Sehingga alangkah baiknya jika penyajian tulisan pada rubrik “Ikut Tuhan atau Setan” berhubungan langsung dengan keadaan pada waktu tersebut. Dan lebih menarik apabila diambil dari kisah nyata yang disarikan dalam bentuk tulisan dakwah. 3. Mengenai nama “Ikut Tuhan atau Setan” sebaiknya diganti, karena pengsejajaran antara Tuhan dengan setan tidak relevan. Karena Tuhan merupakan pencipta seluruh alam, termasuk setan. 4. Untuk masyarakat umum rubrik “Ikut Tuhan atau Setan” ini merupakan sarana dakwah yang baik, jadi jangan melihat dari surat kabar yang memang sudah tidak dipungkiri memiliki konotasi tidak baik dalam pandangan umum. Dan, 5. Kepada pelaku dakwah diharapkan dapat mengisi kekosongon dari materi rubrik-rubrik dakwah semacam “Ikut Tuhan atau Setan” sehingga memiliki nilai pesan yang lebih berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Jabiri, Ibnu Khaldun. “Definisi Pemikiran Islam.” Artikel diakses pada 2 April 2008 dari http://percikaniman.org/definisi.pemikiran.islam.artikel.islam,tanya.jawab.percikan.iman.php?cpub=List&page=13 Al-Qur’an dan Terjemahannya. Semarang: CV. As-Syifa’. Amin, Jum’ah, Fiqih Dakwah, Solo: Intermedia, 1998. Anshari, M., Mujahid Dakwah, Bandung: Di Ponigoro, 1994. Arbi, Armawati, Stereotif Perempuan dalm Media Cetak Wanita, Tesis Pasca Sarjana Jakarta: Fisip UI, 1997. Arifin, M., Psikologi Dakwah, Jakarta: Bumi Aksara, 1997. Bahtiar, Wardi, Metodologi Penelitian Dakwah, Jakarta: Logos, 1997. Dani, Us. “Akibat Euforia Kebebasa Tak Terkendali.” Diakses pada 25 Maret 2007
dari
http://www.pintunet.com/lihat_opini.php?pg=2003/06/19062003/15504 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1999. Effendy, Onong Uchjana, Dinamika Komunikasi. Bandung: Rosdakarya, 2000. Effendy, Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung; PT. Remaja Rosda Karya, 1994. Elka, Study Rizal, “Dakwah bi al-Qalam dan Dasar-dasar Penyajiannya”, adDakwah, no. 2, vol. 1, Juli, 2000. Ghozali, M., Dakwah Komunikatif, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997.
Hasanuddin, Hukum Dakwah; Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996. Imansyah, Budi S, “Sosialisasi Pendidikan Melek Media” artikel diakses pada tanggal
27
Juni
2008
dari
http://www.suarakaryaonline.com/news.html?id=136618. Jawas, Yazid Abdul bin Qadir. “Pengertian Ibadah dalam Islam Bagian 1.” artikel diakses pada 2 April 2008 dari http://forum.dudung.net/index.php/topic,4289.0.html Jumroni dan Suhaimi, Metode-Metode Penelitian Komunikasi. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006. Krippendorff, Klaus. Analisis Isi; Pengantar Teori dan Metodologi. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1993. Kriyantono, Rachmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana Predana Media Group, 2007. Lubis, Basrah. Pengantar Ilmu Dakwah, Bandung: Pustaka Setia, 1997. Muhammadiyah, Hilmi dan Syamsuddin M. Pay (ed). Dakwah dan Globalisasi, Jakarta: ELSA, 2000. Muthadi, Asep Saeful, Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktek, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999. Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf, Jakarta: Divisi Buku Perguruan Tinggi. PT. RajaGrafindo Persada, 2003. Omar, Toha Yahya, Ilmu Dakwah, Jakarta: Wijaya, 1992. Rafi’uddin, Prinsip dan Strategi Dakwah, Bandung: Pustaka Pelajar, 1997.
Rakhmat, Jalalludin dan Dedy Jamaludin, Al Hegemoni Budaya, Yogyakarta: Yayasan Benteng Budaya, 1997. Setiawan, Bambang, “Metode Analisi Isi, Reliabilitas dan Validitas dalam Metode Penelitian Komunikasi” diakses pada tanggal 27 Juni 2008 dari http://massofa.word-press.com/2008/01/28/metode-analisi-isi-reliabilitasdan-validitas-dalam-metode-penelitian-komunikasi/. Shaleh, Abd. Rosyad, Managemen Dakwah Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1993. Shihab, M. Quraish. Membumikan Al-Quran: Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan, 1998. Syafii, Agus. “Dimensi Ajaran Islam.” Artikel diakses pada 2 April 2008 dari http://osdir.com/ml/culture.religion.healer.mayapada/200610/msg00011.html - 27k Syamsul, Asep dan M. Romli, Jurnalistik Praktis Untuk Pemula, edisi revisi. Bandung: Rosdakarya, 2003. Wardana, Sutirman Eka. Jurnalistik Dakwah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995. Wawancara pribadi dengan Pemimpin Redaksi surat kabar harian Lampu Merah, Sutrisno, Jakarta, 5 Oktober 2007. Wawancara pribadi dengan Redaktur surat kabar harian Lampu Merah, Sri Nurganingsih, Jakarta, 5 Oktober 2007. Ya’qub, Ali Mustofa. Sejarah dan Metode Dakwah Nabi. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000.